Shinta Ayuningtyas
Program Studi Teknik Kelautan, Fakultas Teknik Sipil dan Lingkungan,
Institut Teknologi Bandung
Jl. Ganeca No. 10, Bandung 40132
email: shinta.ayuningtyas@gmail.com
1
Perhitungan gaya berthing ditentukan dengan = (m)
besarnya energi berthing yang pada prinsipnya D = draught kapal (m)
adalah energi kinetik kapal saat bersandar. = kecepatan arus (m/s)
Rumus energi berthing adalah sebagai berikut.
Beban mati dan beban hidup berupa fasilitas
( ) ditentukan berdasarkan beratnya yang diketahui.
Beban lingkungan berupa gaya gelombang dan
Keterangan: gaya arus ditentukan dengan gaya Morison,
= energi berthing kapal (kN-m) serta beban lingkungan berupa gaya gempa
= massa kapal (T) ditentukan dengan menggunakan data sekunder
= kecepatan berthing (m/s) berupa spektral gempa.
= faktor eksentrisitas
Dengan kriteria desain, geometri, dan gaya-gaya
= faktor virtual mass
pada dermaga yang telah dihitung, langkah
= faktor softness (nilai standar = 1) desain selanjutnya adalam memodelkan struktur
= faktor berth configuration (nilai dermaga dengan perangkat lunak SAP2000.
= standar = 1) Pengecekan kelayakan struktur ditentukan
Gaya mooring dihitung atas pengaruh arus dan dengan menganalisis beberapa tinjauan output
angin. Perumusan gaya mooring akibat angin yang dihasilkan oleh perangkat lunak, seperti
ditunjukkan dengan rumus berikut. UCR (unity check ratio) tiang pancang, defleksi,
dan kelangsingan tiang pancang. Output-output
lain dari perangkat lunak seperti reaksi
perletakan dan gaya dalam selanjutnya
digunakan untuk merencanakan tulangan
Keterangan: komponen beton.
= gaya angin longitudinal (kN)
= gaya angin transversal (kN) Perencanaan tulangan komponen beton
= koefisien gaya angin dilakukan dengan perhitungan dan prosedur
= longitudinal sistematis yang merujuk pada SNI 03-2847.
= koefisien gaya angin Output perangkat lunak SAP2000 berupa gaya
dalam digunakan untuk merencanakan tulangan
= transversal
lentur maupun geser. Output berupa reaksi
= massa jenis angin ( )
perletakan digunakan sebagai parameter
= luas proyeksi longitudinal keruntuhan komponen beton akibat punching
= kapal di atas air ( ) shear.
= kecepatan angin (m/s)
Perumusan gaya mooring akibat arus
ditunjukkan dengan rumus berikut. DASAR DESAIN DAN PEMODELAN
Struktur perpanjangan Dermaga B berukuran
panjang 200 meter dan lebar 18 meter. Struktur
perpanjangan Dermaga B terdiri dari 4 modul
Keterangan: dengan jarak dilatasi antar modul sebesar 5
= gaya arus longitudinal (kN) centimeter. Pemodelan dengan perangkat lunak
= gaya arus transversal (kN) SAP2000 dilakukan terhadap satu modul
= koefisien gaya arus dengan mempertimbangkan semua kondisi yang
= longitudinal mungkin terjadi. Geometri modul yang
= faktor koreksi kedalaman gaya dimodelkan adalah seperti ditunjukkan pada
= arus longitudinal layout model pada Gambar 2 dan Tabel 1.
= koefisien gaya arus transversal
= faktor koreksi kedalaman gaya
= arus transversal
= massa jenis air laut ( )
= length between perpendicular
2
Material yang digunakan pada struktur dermaga
adalah material beton dan baja sebagai berikut.
- material beton K-450 dengan kuat tekan
37,35 MPa
- material baja A36 untuk tiang pancang
dan material baja dengan kuat tarik
𝑓 4 MPa untuk tulangan
Gambar 3 Potongan Melintang Model Struktur Gambar 4 Tampak Atas Modul Struktur
Dermaga Dermaga
4
Tabel 5 Rangkuman Hasil Pengecekan Defleksi Keterangan Load Case
Ekstrim Arah Sumbu-y COMBO3.3: Beban Mati, Gaya
Defleksi Gelombang x+, Gaya Arus x+,
Joint Combination
(m) Berthing 3
174 -0,08903 COMBO3.9 COMBO3.7: Beban Mati, Gaya
172 -0,088966 COMBO3.9 Gelombang y-, Gaya Arus y-,
173 -0,088961 COMBO3.9 Berthing 1
175 -0,088615 COMBO3.9 COMBO3.9: Beban Mati, Gaya
33 -0,088615 COMBO3.9 Gelombang y-, Gaya Arus y-,
Keterangan Load Case Berthing 3
COMBO3.9: Beban Mati, Gaya Tabel 7 Rangkuman Hasil Gaya Dalam Ekstrim
Gelombang y-, Gaya Arus y-, pada Komponen Balok
Berthing 3 Jenis
Jenis
Gaya Nilai Satuan Kombinasi
Balok
Dalam
Tahap analisis yang selanjutnya dilakukan V2+ 534.304,73 N COMBO2
adalah pengecekan kelangsingan tiang pancang. V2- 534.304,73 N COMBO2
Syarat kelangsingan yang harus dipenuhi adalah Balok M2+ 753.251.980,00 N-mm COMBO3.8
Melintang M2- 761.940.760,00 N-mm COMBO3.8
. Dengan mengetahui properti tiang M3+ 232.124.900,00 N-mm COMBO3.9
M3- 365.364.070,00 N-mm COMBO3.9
pancang, maka nilai dapat diketahui sebesar V2+ 679.716,75 N COMBO2
V2- 679.716,75 N COMBO2
4 Balok
Memanjang
M2+ 629.957.380,00 N-mm COMBO3.7
M2- 888.980.930,00 N-mm COMBO3.7
Gaya reaksi perletakan dalam arah sumbu-z Tabel 8 Rangkuman Hasil Gaya Dalam Ekstrim
(dalam perangkat lunak SAP2000 dinotasikan pada Komponen Plat
dengan F3) selanjutnya digunakan untuk Jenis Plat
Jenis
Nilai Satuan Kombinasi
Gaya
mengecek punching shear pada pile cap. Output
Plat M11 29558,83 N-mm/mm COMBO3.9
berupa gaya dalam pada balok ditinjau untuk
Tengah
M22 61537,65 N-mm/mm COMBO3.9
menentukan desain tulangan lentur dan
M11 29828,4 N-mm/mm COMBO4.1
sengkang. Plat Tepi
Memanjang M22 36136,51 N-mm/mm COMBO2
Tabel 6 Ringkasan Hasil Pengecekan Reaksi Plat Tepi M11 26880,95 N-mm/mm COMBO5.7
Perletakan Ekstrim Arah Sumbu-z Melintang M22 55697,44 N-mm/mm COMBO3.9
Rekasi M11 22151,28 N-mm/mm COMBO2
Joint Perletakan Combination Plat Sudut
M22 26558,1 N-mm/mm COMBO2
F3 (N)
18 1.998.659,3 COMBO3.9 Dengan menggunakan gaya dalam yang terdapat
18 1.894.223,5 COMBO3.3 pada Tabel 7 dan Tabel 8, maka penulangan
26 1.838.290,93 COMBO3.7 komponen balok, plat, dan pile cap dapat
1 1.809.430,94 COMBO3.9
dihitung dengan merujung pada SNI 03-2847
192 1.780.317,28 COMBO3.7
dan SNI 07-2052. Gaya-gaya dalam tersebut
5
merupakan beban ultimate yang selanjutnya b. Plat
dibandingkan terhadap beban nominal dari - Plat tengah
masing-masing penampang komponen beton. dimensi penampang: 4
Rangkuman hasil perencanaan penulangan 4 mm
adalah sebagai berikut. tulangan arah panjang: baja ulir φ22 mm,
7 buah, spasi 616 mm
a. Balok
tulangan arah lebar: baja ulir φ22 mm,
- Balok memanjang
11 buah, spasi 560 mm
dimensi penampang:
- Plat tepi memanjang
mm
dimensi penampang:
tulangan lentur atas: baja ulir φ25 mm, 2
4 mm
buah
tulangan arah panjang: baja ulir φ16 mm,
tulangan lentur bawah: baja ulir φ25 mm,
16 buah, spasi 400mm
5 buah
tulangan arah lebar: baja ulir φ22 mm,
tulangan geser: baja polos φ19 mm,
11 buah, spasi 560 mm
spasi 200 mm
- Plat tepi melintang
- Balok melintang
dimensi penampang: 4
dimensi penampang: 4
4 mm
mm
tulangan arah panjang: baja ulir φ22 mm,
tulangan lentur atas: baja ulir φ25 mm, 2
7 buah, spasi 616 mm
buah
tulangan arah lebar: baja ulir φ16 mm, 3
tulangan lentur bawah: baja ulir φ25 mm,
buah, spasi 400 mm
4 buah
- Plat sudut
tulangan geser: baja polos φ19 mm,
dimensi penampang:
spasi 300 mm
4 mm
- Balok berthing
tulangan arah panjang: baja ulir φ16 mm,
dimensi penampang:
3 buah, spasi 400 mm
4 mm
tulangan arah lebar: baja ulir φ16 mm, 3
tulangan lentur atas: baja ulir φ36 mm, 3
buah, spasi 400 mm
buah
c. Pile cap
tulangan lentur bawah: baja ulir φ36 mm,
- Pile cap 1
4 buah
dimensi: mm
tulangan lentur samping: baja ulir φ36
tulangan arah panjang: baja ulir φ29 mm,
mm, 4 buah
12 buah
tulangan geser: baja polos φ12 mm,
tulangan arah lebar: baja ulir φ29 mm,
spasi 400 mm
12 buah
- Balok kantilever
- Pile cap 2
dimensi penampang:
dimensi: mm
mm
tulangan arah panjang: baja ulir φ29 mm,
tulangan lentur atas: baja ulir φ22 mm, 4
15 buah
buah
tulangan arah lebar: baja ulir φ29 mm,
tulangan lentur bawah: baja ulir φ22 mm,
15 buah
2 buah
- Pile cap 3
tulangan geser: baja polos φ6 mm, spasi
dimensi: 35 mm
300 mm
tulangan arah panjang: baja ulir φ36 mm,
24 buah
6
tulangan arah lebar: baja ulir φ36 mm, 5. Pengecekan defleksi arah sumbu-x
42 buah menunjukkan bahwa defleksi terbesar adalah
tulangan praktis: baja polos φ32 mm, 32 sebesar 0,043471 pada kombinasi
pembebanan mooring.
buah
6. Pengecekan defleksi arah sumbu-y
menunjukkan bahwa defleksi terbesar adalah
sebesar 0,08903 pada kombinasi pembebanan
KESIMPULAN
berthing.
1. Perpanjangan Dermaga B Pelindo I di 7. Pengecekan perletakan arah sumbu-z
menunjukkan bahwa perletakan terbesar pada
Pelabuhan Dumai merupakan dermaga yang
fixity point terjadi sebesar 1998 kN pada
melayani bongkar muat curah cair komoditas kombinasi pembebanan berthing.
CPO (crude palm oil), dengan kapal rencana
berupa tanker 25.000 DWT.
2. Perpanjangan Dermaga B Pelindo I di SARAN
Pelabuhan Dumai berukuran panjang 200
meter dan lebar 18 meter. Struktur Perihal yang lebih dapat diteliti lebih lanjut
perpanjangan Dermaga B terdiri dari 4 modul dalam penelitian ini:
dengan jarak dilatasi antar modul sebesar 5 1. Perlu dilakukan analisis terhadap daya
centimeter. Geometri masing-masing modul dukung tanah agar mendapatkan hasil desain
adalah sebagai berikut. yang lebih akurat.
- panjang: 50 m; 2. Perlu dilakukan analisis dan perhitungan
- lebar: 18 m; dimensi penampang balok, tebal plat,
panjang bentang balok, dan jumlah tiang
- elevasi lantai: 4,5 m (LLWL);
pancang yang sesuai agar desain struktur
- kedalaman fixity point: -19,71 m lebih optimal.
(LLWL).
3. Struktur perpanjangan Dermaga B dirancang
untuk dapat menahan kombinasi-kombinasi DAFTAR PUSTAKA
pembebanan yang bekerja, yang terdiri dari
beban-beban berikut. AISC Steel Construction Manual, 14th Edition
- beban mati (berat sendiri struktur, ASCE Standard 7 2010, Minimum Design Loads
berat pile cap, berat loading arm, for Buildings and Other Structures
berat sistem fender, berat bollard, (ASCE 7-10)
berat pipe rack, berat pipa);
British Standard, Maritime Structures – Part 1:
- beban hidup (beban hidup tipikal, Code of Practice for General Criteria
beban mobile crane, berat aliran (BS 6349-1 2000)
minyak);
- gaya berthing, yaitu gaya yang British Standard, Maritime Structures – Part 4:
Code of Practice for Design of
bekerja pada dermaga saat kapal
Fendering and Mooring Systems (BS
menumbuk dermaga ketika berlabuh; 6349-4 1994)
- gaya mooring, yaitu gaya yang
bekerja pada dermaga akibat tarikan Direktorat Penyelidikan Masalah Bangunan.
kapal saat bertambat; 1983. Peraturan Pembebanan
Indonesia untuk Gedung, 1983.
- beban lingkungan (gelombang, arus,
Bandung: Direktorat Penyelidikan
gempa). Masalah Bangunan.
4. Pengecekan nilai UCR ekstrim menunjukkan
bahwa UCR terbesar adalah sebesar Fentek Marine Systems. 2000. Fentek® Marine
0,647402 pada kombinasi pembebanan Fendering Systems Catalogue.
berthing. Hamburg: Fentek.
7
Goda, Yoshimi. 2010. Random Seas and Design
of Maritime Structures, 3rd Edition.
Singapore: World Scientific Publishing.
Keputusan Menteri No. 39 Tahun 2006 tentang
Rencana Induk Pelabuhan Dumai
Kristensen, Hans Otto. 2012. Determination of
Regression Formulas for Main
Dimensions of Tankers and Bulk
Carriers based on IHS Fairplay Data.
____: Technical University of Denmark.
McCormac, Jack C. dan Russel H. Brown. 2014.
Design of Reinforced Concrete, Ninth
Edition. USA: John Wiley & Sons, Inc.
OCDI. 2002. Technical Standards and
Commentaries for Port and Harbour
Facilities in Japan. Japan: OCDI.
PT Pelabuhan Indonesia I (Persero). 2014.
Adendum Analisis Dampak Lingkungan
Hidup (ANDAL) Pelabuhan Dumai.
Medan: PT Pelabuhan Indonesia I
(Persero).
Standar Nasional Indonesia, Tata Cara
Perhitungan Struktur Beton untuk
Bangunan Gedung (SNI 03-2847-2002)
Thoresen, Carl A. 2014. Port Designer’s
Handbook, Third Edition. London: ICE
Publishing.
Tomlison, Michael, et al. 2008. Pile Design and
Construction Practice, 5th Edition.
London dan New York: Taylor &
Francis.
Trelleborg. 2007. Safe Berthing and Mooring,
Trelleborg Marine Systems. ____:
Trelleborg.
Triatmodjo, Bambang. 2009. Perencanaan
Pelabuhan. Yogyakarta: Beta Offset.
World Meteorogical Organization. 1995.
Manual on Codes, Volume I.1, Part A –
Alphanumeric Codes (WMO-No. 306).
Geneva: WMO.