Anda di halaman 1dari 10

PROCEEDING PUSAT SUMBER DAYA GEOLOGI 2014

PENYELIDIKAN BITUMEN PADAT DAERAH PULAU KABAENA


KABUPATEN BOMBANA, PROVINSI SULAWESI TENGGARA

Oleh:
M. Abdurachman Ibrahim, Ujang Rustandi dan Asep Suryana
KP Energi Fosil

Sari
Penyelidikan bitumen padat terletak di daerah Pulau Kabaena termasuk dalam
wilayah administrasi Kabupaten Bombana, Provinsi Sulawesi Tenggara. Secara
geografis daerah penyelidikan dibatasi oleh koordinat 121°47’00” - 122°02’00” Bujur
Timur dan 5°03’00” - 5°23’00” Lintang Selatan.
Daerah penyelidikan secara tektonik regional termasuk dalam lajur malihan
Sulawesi Tengah. Lajur ini banyak berisikan batuan malihan, sedangkan batuan
sedimen didapat dari molase Sulawesi. Formasi Langkowala berumur Miosen menjadi
formasi pembawa bitumen padat. Jurus lapisan batuan mempunyai arah relatif timurlaut-
baratdaya dan baratlaut-tenggara, dengan kemiringan lapisan batuan 9° – 23°. Daerah
penyelidikan terletak diantara Cekungan Bone disebelah barat dan Cekungan Buton
disebelah timur. Kedua cekungan tersebut terbukti memiliki potensi hidrokarbon.
Daerah penyelidikan terdiri dari berbagai batuan Pra Tersier, Tersier, dan
Kuarter. Batuan Pra Tersier berumur Kapur menjadi batuan tertua di Pulau Kabaena,
terdiri dari Kompleks Ultramafik, Formasi Matano, dan Kompleks Pompangeo berumur
Kapur hingga Paleosen. Batuan Tersier berumur Miosen dari Formasi Langkowala.
Batuan termuda berumur Kuarter dari Aluvium.
Serpih pada Formasi Langkowala penyebarannya setempat-setempat,
mempunyai ketebalan antara < 5 cm – 2 m. Kandungan minyak pada batuan antara 5 –
20 liter/ton, dengan reflektansi vitrinit antara 0,79% – 1,09%. Sumber daya hipotetik
bitumen padat dari Formasi Langkowala sebesar 1.404.723 ton, sedangkan sumber
daya minyak sebesar 64.835 barrel.

1. PENDAHULUAN diharapkan memberikan sumbangan


yang penting untuk kemajuan dan
1.1 Latar Belakang dapat meningkatkan kesejahteraan
masyarakat Sulawesi Tenggara.
Endapan bitumen padat
merupakan salah satu sumber energi 1.2 Maksud dan Tujuan
alternatif untuk masa depan. Endapan
bitumen padat didefinisikan sebagai Maksud kegiatan penyelidikan
batuan sedimen klastik halus, biasanya pendahuluan ini adalah untuk
berupa serpih yang kaya akan mengungkap potensi dan wilayah
kandungan bahan organik, dan bisa keprospekan sumber daya bitumen
diekstraksi meghasilkan hidrokarbon cair padat daerah Pulau Kabaena dan
seperti minyak bumi yang berpotensi sekitarnya di Kabupaten Bombana,
ekonomis, sehingga lazim juga disebut Provinsi Sulawesi Tenggara.
dengan nama serpih minyak atau serpih Tujuan penyelidikan adalah
bitumen. untuk mengetahui potensi sumber daya
Pemilihan daerah dalam bitumen padat di daerah tersebut yang
rangka menunjang program antara lain mencakup kuantitas, kualitas,
pemerintah untuk pengembangan dan prospek pengembangan di masa
kawasan Indonesia Timur khususnya mendatang.
daerah Sulawesi Tenggara, dimana
dalam hal ini sektor pertambangan dan 1.3 Lokasi Penyelidikan
energi khususnya bitumen padat

PENYELIDIKAN BITUMEN PADAT DAERAH PULAU KABAENA-SULAWESI TENGGARA 1


PROCEEDING PUSAT SUMBER DAYA GEOLOGI 2014

Kegiatan penyelidikan bitumen pelabuhan sudah sangat baik. Listrik


padat terletak di daerah Pulau dari PLN sudah menjangkau seluruh
Kabaena dan sekitarnya, dimana Pulau Kabaena.
daerah ini termasuk dalam wilayah
administrasi Kecamatan Kabaena, 1.5 Waktu dan Pelaksanaan
Kabaena Barat, Kabaena Selatan,
Kabaena Tengah, Kabaena Timur dan Penyelidikan pendahuluan
Kabaena Utara, Kabupaten Bombana, endapan bitumen padat di daerah Pulau
Provinsi Sulawesi Tenggara. Secara Kabaena, Kabupaten Bombana,
geografis daerah penyelidikan dibatasi Provinsi Sulawesi Tenggara melibatkan
oleh koordinat 121°47’00” - 122°02’00” karyawan dari Pusat Sumber Daya
Bujur Timur dan 5°03’00” - 5°23’00” Geologi yang semuanya merupakan
Lintang Selatan. karyawan yang telah ahli dalam
bidangnya dan berpengalaman. Selain
1.4 Keadaan Lingkungan dari tenaga ahli, penyelidikan juga
dibantu oleh tenaga lokal dari
Pulau Kabaena memiliki luas 873 masyarakat setempat. Waktu
km2 (wikipedia.org, 2014) dengan pelaksanaan penyelidikan selama 30
memiliki enam wilayah administrasi hari, yaitu dari 4 Maret hingga 2 April
kecamatan. Pulau Kabaena mempunyai 2014.
28 desa dan lima kelurahan (kabaena-
centre.blogspot.com, 2014). Sensus 1.6 Penyelidik Terdahulu
2010 dalam data wikipedia.org, 2014,
penduduk Pulau Kabaena mencapai Daerah penyelidikan sebelumnya
26.535 jiwa. pernah dilakukan penyelidikan.
Tanaman budidaya antara lain Penyelidik terdahulu digunakan sebagai
tanaman aren, kelapa dalam, kelapa acuan, berikut beberapa penyelidik
hibrida, kakao, cengkeh, kemiri, kopi, terdahulu:
lada, serta jambu mete. Hasil perikanan  Simandjuntak, dkk., 1993, Peta
juga cukup besar, seperti perikanan, Geologi Lembar Kolaka, Sulawesi.
budidaya rumput laut, dan wisata bahari.  Moe’tamar, 2005, Inventarisasi dan
Pulau Kabaena merupakan salah satu Evaluasi Mineral Logam di Daerah
lokasi yang memiliki potensi tambang, Kabupaten Bombana dan
yaitu tambang nikel, krom, marmer, Kabupaten Muna, Provinsi Sulawesi
emas, dan timah (kabaena- Tenggara.
centre.blogspot.com, 2014).  Surono, 2010, Geologi Lengan
Menurut penduduk setempat, Tenggara Sulawesi.
etnis di Pulau Kabaena terdiri dari etnis
lokal Sulawesi, etnis pendatang berupa 1.7 Ucapan Terima Kasih
etnis Bugis, Jawa, dan Bali. Agama
yang dianut sebagian besar adalah Penyelidikan dapat terlaksana
Islam. Hanya sebagian kecil yang dengan baik atas kerjasama dari seluruh
beragama Kristen dan Hindu. Masjid pihak yang terkait dari awal pelaksanaan
sudah tersebar, sedangkan gereja dan hingga akhir. Atas kerjasama tersebut,
pura populasinya sangat sedikit. penyelidikan bitumen padat daerah
Infrastruktur jalan di Pulau Kabaena Kabaena dan sekitarnya ingin
sudah cukup baik. Jalan sudah hampir mengucapkan terima kasih kepada
menghubungkan seluruh kota, desa, seluruh pihak dari Badan Geologi, Pusat
dan dusun di pulau ini. Kondisi jalan Sumber Daya Geologi, Pemerintah
sebagian besar sudah dilakukan Daerah, Masyarakat Pulau Kabaena,
pengerasan, hanya saja jalan yang dan seluruh pihak yang tidak dapat
diaspal hanya pada jalan di kota-kota disebutkan satu-persatu.
kecamatan. Selain infratruktur jalan,
infrastruktur kantor pemerintahan, 2. GEOLOGI UMUM
puskesmas, sekolah, pasar, hingga

PENYELIDIKAN BITUMEN PADAT DAERAH PULAU KABAENA-SULAWESI TENGGARA 2


PROCEEDING PUSAT SUMBER DAYA GEOLOGI 2014

2.1 Tatanan Tektonik Regional  Formasi Matano (Km), berumur


Kapur terdiri dari batugamping
Daerah penyelidikan secara terhablur ulang dan terdaunkan,
tektonik regional termasuk dalam lajur rijang radiolaria, dan batusabak.
malihan Sulawesi Tengah. Lajur ini  Kompleks Pompangeo (MTpm),
berisikan batuan malihan tekanan tinggi berumur Kapur – Paleosen terdiri
berderajat rendah, seperti sekis, filit, dari sekis mika, sekis glokofan,
sabak, serpentinit, kuarsit, batugamping sekis amfibolit, sekis klorit, rijang
malih (Surono, 2010). berjaspis sekis genesan, pualam,
Secara tektonik dan stratigrafi dan batugamping meta.
dibagi menjadi tumbukan kepingan  Formasi Langkowala (Tml), berumur
benua, terjadinya kompleks ofiolit, dan Miosen terdiri dari konglomerat,
molase Sulawesi (Surono, 2010). batupasir, serpih, dan setempat
Batuan ultramafik merupakan batuan kalkarenit. Formasi ini diperkirakan
alas berumur Kapur. Batuan malihan sebagai formasi pembawa bitumen
dari Kompleks Pompangeo terdiri dari padat.
berbagai jenis sekis dan sedimen  Formasi Buara (Ql), berumur
malihan. Batuan ini terbentuk dalam Plistosen – Holosen, terdiri dari
lajur penunjaman pada Kapur Awal terumbu koral, konglomerat, dan
hingga Paleosen (Simanjuntak, 1986, batupasir.
dalam Moe’tamar, 2005). Sekis di Pulau  Aluvium (Qa), merupakan endapan
Kabaena merupakan bukti akan adanya paling muda berumur Holosen terdiri
subduksi. Batuan ultramafik dan dari lumpur, lempung, pasir, kerikil,
sedimen pelagik seperti rijang radiolaria dan kerakal.
menunjukkan kompleks ofiolit.
Kompleks ofiolit ini telah tersesar- 2.3 Struktur Geologi
naikkan ke atas keping benua. Terakhir
adalah menyebar luasnya molase Menurut peta geologi lembar
Sulawesi berupa batuan sedimen klastik Kolaka (Simandjuntak, dkk., 1993)
dan karbonat, contohnya konglomerat, terdapat sesar geser dan sesar naik.
batupasir, batulanau dari Formasi Arah sesar-sesar tidak beraturan. Sesar
Langkowala yang berumur Miosen. naik menjadi batas dari tiap litologi,
Batuan Kuarter menindih takselaras sedangkan sesar geser lebih
molase Sulawesi, seperti Formasi Buara mengontrol pengendapan batuan.
yang terdiri dari batugamping terumbu Sesar-sesar ini hanya memotong
koral (Surono, 2010). batuan Pra Tersier. Batuan Tersier tidak
terpengaruh oleh kahadiran sesar
2.2 Stratigrafi tersebut. Sesar-sesar tersebut diduga
berumur Mesozoikum (Moe’tamar,
Stratigrafi regional daerah 2005).
penyelidikan merujuk pada peta geologi
lembar Kolaka oleh Simandjuntak, dkk., 2.4 Indikasi Bitumen Padat
1993, oleh Pusat Penelitian dan
Pengembangan Geologi skala Menurut Simandjuntak, dkk.,
1:250.000. Daerah penyelidikan terdiri 1993, dalam peta geologi lembar
dari berbagai batuan Pra Tersier, Kolaka, Sulawesi, terdapat formasi yang
Tersier, dan Kuarter. Stratigrafi secara diindikasikan merupakan formasi
regional dari batuan tertua hingga pembawa bitumen padat yaitu Formasi
batuan termuda sebagai berikut: Langkowala berumur Miosen yang
 Kompleks Ultramafik (Ku), didalamnya terdapat batuan serpih.
merupakan batuan tertua berumur
Kapur terdiri dari harsburgit, dunit, 3. KEGIATAN PENYELIDIKAN
wherlit, serpentinit, gabro, basal,
dolerit, diorit, mafik meta, ampibolit,
magnesit, dan setempat rodingit.

PENYELIDIKAN BITUMEN PADAT DAERAH PULAU KABAENA-SULAWESI TENGGARA 3


PROCEEDING PUSAT SUMBER DAYA GEOLOGI 2014

Kegiatan penyelidikan bitumen penyelidikan. Dataran pantai atau teras


padat daerah Pulau Kabaena secara sungai sulit untuk terpisahkan, sehingga
umum menggunakan metode dikelompokkan menjadi satu satuan
penyelidikan lapangan dengan geomorfologi. Pada peta geomorfologi
pemetaan geologi permukaan. Cara satuan ini diarsir berwarna hijau.
mendeteksi keterdapatan atau endapan Ketinggian berkisar dari 0 meter hingga
bitumen padat dalam batuan yaitu 100 meter di atas permukaan laut.
membakar batuan yang diduga batuan Satuan ini dicirikan oleh garis kontur
pembawa bitumen padat tersebut yang sangat renggang pada peta
beberapa saat hingga terdapat aroma topografi, dan berupa dataran atau relief
hidrokarbon, beberapa batuan juga yang halus pada peta DEM. Kemiringan
terlihat sedikit menyala atau bara api lereng berkisar 0 sampai 25. Satuan
hasil pembakaran tersebut. ini memiliki ciri yang khas di lokasi, pada
Tahapan kegiatan penyelidikan dataran pantai berupa endapan pantai
dibagi menjadi dua tahap utama, yaitu yaitu pasir, kerakal, dan kerikil, pada
tahap kegiatan lapangan dan non- dataran teras sungai berupa endapan
lapangan. Tahapan-tahapan tersebut sedimen dari Formasi Langkowala.
didalamnya mencakup tahap persiapan, Pada satuan ini terdapat sungai-sungai
tahap penyelidikan lapangan, tahap yang mempunyai hulu dari pegunungan
analisis laboratorium, dan diakhiri dan bermuara ke laut. Pola aliran sungai
dengan tahap pengolahan data dan paralel dengan erosi lateral. Lahan di
penyusunan laporan. sekitar ini umumnya dijadikan
Analisis laboratorium dilakukan pemukiman dan perkebunan. Ciri
untuk menganalisis sampel dari hasil vegetasi pada satuan ini yaitu adanya
pekerjaan lapangan. Data hasil analisis pohon bakau dan rawa-rawa pantai.
laboratorium nantinya digunakan untuk Satuan dataran antar
mengetahui kualitas bitumen padat di pegunungan menempati 20% dari
daerah penyelidikan. Data laboratorium daerah penyelidikan. Dataran ini
yang akan digunakan yaitu hasil analisis memisahkan antar pegunungan di Pulau
dari analisis retort, analisis petrografi Kabaena. Pada peta geomorfologi
material organik, dan analisis source satuan ini diarsir berwarna merah.
rock analyzer (pirolisis batuan induk), Ketinggian berkisar dari 100 meter
termasuk didalamnya TOC (karbon hingga 200 meter di atas permukaan
organik total). laut. Satuan ini dicirikan oleh garis
kontur yang renggang diantara
4. HASIL PENYELIDIKAN pegunungan pada peta topografi. Pada
peta DEM juga mempunyai ciri yang
4.1 Geologi Daerah Penyelidikan sama dengan dataran dan relief yang
4.1.1 Morfologi halus. Kemiringan lereng berkisar 10
sampai 30. Satuan ini disusun oleh
Daerah penyelidikan dicirikan endapan Aluvium, Kompleks
oleh morfologi dataran dan pegunungan. Pompangeo, Formasi Matano,
Ketinggian berkisar dari 0 meter hingga Kompleks Ultramafik, dan sedikit dari
1500 meter di atas permukaan laut. Formasi Langkowala. Pada satuan ini
Berdasarkan pengamatan, analisa peta terdapat sungai yang mengalir ditengah-
topografi, dan analisa peta DEM, daerah tengah antara pegunungan. Pola aliran
penyelidikan dapat dibagi menjadi tiga sungai paralel dengan erosi vertikal dan
satuan geomorfologi, yaitu dataran lateral. Lahan di sekitar ini umumnya
pantai atau teras sungai, dataran antar dijadikan pemukiman, perkebunan, dan
pegunungan, dan pegunungan jalan.
tersesarkan. Satuan geomorfologi ini Satuan pegunungan tersesarkan
berdasarkan Brahmantyo dan Bandono menempati 50% dari daerah
(2006). penyelidikan. Pegunungan cenderung
Satuan dataran pantai atau teras mempunyai gawir-gawir terjal pada
sungai menempati 30% dari daerah

PENYELIDIKAN BITUMEN PADAT DAERAH PULAU KABAENA-SULAWESI TENGGARA 4


PROCEEDING PUSAT SUMBER DAYA GEOLOGI 2014

beberapa bagian dan dikontrol oleh sesar naik mengacu kepada peta
adanya sesar-sesar yang ada. Pada geologi lembar Kolaka (Simandjuntak,
peta geomorfologi satuan ini diarsir dkk., 1993). Arah sesar-sesar tidak
berwarna kuning. Ketinggian berkisar beraturan. Sesar naik menjadi batas
dari 200 meter hingga 1500 meter di dari tiap litologi, sedangkan sesar geser
atas permukaan laut. Satuan ini dicirikan lebih mengontrol pengendapan batuan.
oleh garis kontur yang rapat dan Sesar-sesar ini hanya memotong
menutup pada puncak gunung pada batuan Pra Tersier. Batuan Tersier tidak
peta topografi. Relief yang kasar terpengaruh oleh kahadiran sesar
memperlihatkan ciri tinggian pada peta tersebut.
DEM. Kemiringan lereng berkisar 30 Jurus lapisan batuan mempunyai
sampai 75. Satuan ini disusun oleh arah relatif timurlaut-baratdaya dan
Kompleks Pompangeo, Formasi baratlaut-tenggara. Kemiringan lapisan
Matano, dan Kompleks Ultramafik. batuan pada daerah penyelidikan
Satuan ini menjadi hulu sungai-sungai berada diantara 9° sampai 23°.
yang bermuara ke laut. Pola aliran
sungai paralel dengan erosi vertikal. 4.2 Potensi Bitumen Padat
Lahan di sekitar ini umumnya dijadikan
perkebunan, pertambangan, dan area Di daerah Pulau Kabaena,
hutan. bitumen padat terdapat pada serpih dari
Formasi Langkowala. Serpih pada
4.1.2 Stratigrafi formasi ini biasanya terdapat pada
sisipan batupasir atau batulempung.
Batuan yang tersingkap pada Lapisan serpih diapit oleh batupasir atau
daerah penyelidikan cukup beragam. batulempung dibagian atas atau
Mulai dari batuan sedimen, batuan beku, bawahnya.
dan batuan metamorf. Akan tetapi pada
penyelidikan bitumen padat daerah 4.2.1 Lokasi Bitumen Padat
Pulau Kabaena ini, dititik beratkan pada
batuan sedimen, dikarenakan Berdasarkan kegiatan
kemungkinan keterdapatan endapan penyelidikan yang telah dilakukan,
bitumen padat terdapat pada batuan ditemukan beberapa lokasi singkapan
sedimen klastik halus Formasi serpih dan batuan lainnya yang mewakili
Langkowala. Singkapan batuan banyak masing-masing formasi diwilayah
terdapat di dinding gerusan akibat penyelidikan. Batuan tersingkap di
pembukaan jalan, bekas gerusan dinding jalan, bekas kebun atau kolam,
pembuatan kebun atau kolam, pada dinding dan dasar sungai.
dinding dan dasar sungai-sungai. Kompleks Ultramafik di daerah
Daerah penyelidikan terdiri dari penyelidikan cukup luas, hampir
berbagai batuan Pra Tersier, Tersier, sebagian besar Pulau Kabaena terdapat
dan Kuarter. Batuan Pra Tersier batuan dari kompleks ini. Singkapan
berumur Kapur menjadi batuan tertua di batuan yang didapatkan berupa batuan
Pulau Kabaena, terdiri dari Kompleks ultramafik dan batuan metamorf.
Ultramafik, Formasi Matano, dan Terdapat tambang nikel dan kromium
Kompleks Pompangeo berumur Kapur yang mencirikan asosiasi batuan
hingga Paleosen. Batuan Tersier ultramafik. Tidak ada sampel yang
berumur Miosen dari Formasi diambil untuk analisis bitumen padat di
Langkowala. Batuan termuda berumur laboratorium pada kompleks batuan ini.
Kuarter dari Aluvium (Simandjuntak, Formasi Matano di daerah
dkk., 1993). penyelidikan berada di tengah Pulau
Kabaena. Berdasarkan hasil
4.1.3 Struktur Geologi penyelidikan lapangan didapatkan
singkapan batusabak, sekis, dan
Struktur geologi di daerah batugamping. Batulempung menyerpih
penyelidikan terdapat sesar geser dan yang tadinya terdapat di Formasi

PENYELIDIKAN BITUMEN PADAT DAERAH PULAU KABAENA-SULAWESI TENGGARA 5


PROCEEDING PUSAT SUMBER DAYA GEOLOGI 2014

Matano digeser menjadi Formasi didalamnya Formasi Langkowala


Langkowala karena mengandung diendapkan pada lingkungan darat
minyak dalam batuan dan dijadikan hingga laut dangkal.
sampel untuk analisis bitumen padat di Interpretasi dari hasil
laboratorium. penyelidikan lapangan, Formasi
Kompleks Pompangeo di daerah Langkowala di Pulau Kabaena
penyelidikan berada di tengah Pulau mempunyai lingkungan pengendapan
Kabaena. Berdasarkan hasil darat. Batupasir konglomerat
penyelidikan lapangan didapatkan mempunyai suksesi menghalus ketas,
singkapan sekis pada kompleks ini. merupakan ciri dari endapan channel
Sekis yang mempunyai sisipan batuan fluvial. Lingkungan pengendapan batuan
menyerpih, berwarna kehitaman, diduga induk biasanya mempunyai lingkungan
merupakan hasil metamorf dari batuan yang tenang, fluvio-deltaik hingga
sedimen. Batuan tersebut diambil untuk lakustrin, sehingga batuan klastik halus
sampel dilakukan analisis bitumen padat dapat terendapkan dengan baik.
di laboratorium. Hasil analisis petrografi organik
Formasi Langkowala di daerah memperlihatkan kenampakan pirit yang
penyelidikan berada disepanjang sisi jarang pada dua sampel dan tidak ada
barat Pulau Kabaena. Formasi ini hanya sama sekali pada sampel yang lain. Pirit
berada pada morfologi dataran. pada satu sampel mempunyai tekstur
Berdasarkan hasil penyelidikan framboidal yang menunjukkan adanya
lapangan, Formasi Langkowala dibagian pengaruh lingkungan laut pada saat
utara hingga ke bagian tengah, terdapat pembentukan. Hal ini memperkuat
batupasir, batupasir konglomerat, dan interpretasi lingkungan pengendapan
sisipan batulempung. Tidak terdapat diatas bahwa Formasi Langkowala di
singkapan serpih pada bagian ini. Pulau Kabaena lebih banyak
Formasi Langkowala pada bagian diendapkan pada lingkungan darat,
tengah hingga ke selatan, terdapat hanya sedikit bagian yang terkena
batupasir, serpih, dan batulempung. lingkungan laut yaitu pada bagian
Serpih pada formasi ini dijadikan sampel selatan Pulau Kabaena. Lingkungan
untuk analisis bitumen padat di pengendapan Formasi Langkowala ini
laboratorium. yang menjadi dasar kualitas endapan
Singkapan serpih yang bitumen padat di Pulau Kabaena kurang
ditemukan diinterpretasikan setempat- berkembang.
setempat. Secara lateral penyebarannya
terbatas, dibatasi hingga 500 m 4.2.2 Kualitas Bitumen Padat
sepanjang jurus lapisan. Secara vertikal
ketebalannya dari < 5 cm hingga 2 m. Kualitas bitumen padat daerah
Serpih merupakan sisipan dalam Pulau Kabaena didapatkan berdasarkan
batupasir atau batulempung. Masing- hasil analisis laboratorium. Hasil analisis
masing singkapan serpih terdapat satu kandungan minyak atau retort dari enam
lapisan. Lapisan serpih tersebut tidak sampel batuan yang dianalisis
saling berhubungan dengan lapisan menunjukkan terdapat minyak dari
serpih dari singkapan lain. empat sampel batuan. Sampel batuan
Serpih yang pengendapannya yang mengandung minyak mempunyai
setempat ini diinterpretasikan karena kode sampel K14, K16, K110, dan K23.
lingkungan pengendapan yang Sampel K14, K16, dan K23,
cenderung tidak berkembang untuk mempunyai kandungan air antara 45 –
diendapkan batuan klastik halus 75 liter/ton, sedangkan kandungan
berbahan organik. Batuan klastik halus minyak hanya 5 liter/ton. Sampel-sampel
di Pulau Kabaena penyebarannya ini diinterpretasikan memiliki kandungan
sangat sedikit dibandingkan batuan minyak yang sedikit karena berdasarkan
klastik kasar seperti batupasir dan deskripsi megaskopis batuan berupa
batupasir konglomerat. Menurut Surono, batupasir yang menyerpih, sedikit
2010, Molase Sulawesi termasuk lempungan berupa matriks, sehingga

PENYELIDIKAN BITUMEN PADAT DAERAH PULAU KABAENA-SULAWESI TENGGARA 6


PROCEEDING PUSAT SUMBER DAYA GEOLOGI 2014

kandungan maseral dalam batuan dalam kategori matang (mature Tmax


tersebut kurang baik. Berdasarkan hasil 435 - 470°C) untuk batuan induk, akan
analisis petrografi organik pada sampel- tetapi hasil tersebut tidak didukung oleh
sampel ini memperlihatkan fluoresen nilai TOC yang cukup baik untuk
liptinit terlihat jarang, maseral liptinit kelimpahan bahan organik. Nilai TOC
terlihat jarang, dan vitrinit beberapa pada sampel K14, K16, K110, K23
terlihat tersebar. termasuk kategori sangat buruk (very
Sampel K110 memperlihatkan poor TOC < 0,5%).
kandungan minyak 20 liter/ton,
sedangkan kandungan air 10 liter/ton. 4.2.3 Sumber Daya Endapan
Secara megaskopis sampel ini memang Bitumen Padat
didominasi batulempung kehitaman
yang menyerpih. Berdasarkan hasil Sumber daya bitumen padat
analisis petrografi organik, sampel ini yang dihitung terdiri dari empat lapisan
mempunyai fluoresen liptinit yang bitumen padat yaitu K14, K16, K110,
tersebar, dengan maseral liptinit yang dan K23. Rumus untuk menghitung
juga tersebar lebih banyak dari maseral sumber daya bitumen padat adalah,
vitrinit yang kenampakannya jarang. “Sumber daya = Panjang (m) x Lebar
Maseral liptinit merupakan (m) x Tebal (m) x BJ (ton/m3)”
maseral dalam kerogen tipe II. Kerogen Sumberdaya minyak dihitung
tipe II material organiknya berasal dari dengan menggunakan satuan barrel
polen, spora, resin tanaman, lilin dengan rumus,
tanaman, lemak tanaman, alga laut. HCR = OSR (ton) x HC (l/ton) Barrel
Kerogen tipe II atau maseral liptinit kaya 159
akan hidrogen, semakin kaya akan HCR = sumber daya minyak (barrel)
hidrogen dan semakin miskin oksigen, OSR = sumber daya bitumen padat
maka akan semakin besar potensi HC = kandungan minyak
pembentukan minyaknya (Subroto, 159 liter = 1 barrel
2005). Total sumber daya hipotetik
Reflektansi vitrinit (Rv) hasil batuan yang mengandung bitumen
analisis sampel batuan menunjukkan padat dari Formasi Langkowala sebesar
antara 0,79% – 1,09%. Hasil reflektansi 1.404.723 ton, sedangkan sumber daya
vitrinit masuk dalam fasa katagenesis minyak sebesar 64.835 barrel.
atau dapat disebut juga jendela minyak
(oil window). Fasa katagenesis 4.3 Prospek Pemanfaatan dan
merupakan fasa terjadinya kematangan Pengembangan Bitumen Padat
secara termal sehingga terbentuk
minyak. Dalam fasa katagenesis terjadi Singkapan serpih tidak terlalu
penguraian termal kerogen besar atau banyak didapatkan. Serpih cenderung
molekul aspaltena menjadi molekul lebih setempat-setempat. Tidak semua
kecil yang kemudian akan menjadi singkapan batuan klastik halus yang
bagian dari fraksi bitumen dalam batuan dianalisis mempunyai kandungan
(Subroto, 2005). bitumen padat. Bitumen padat yang
Sampel dengan kandungan cukup baik ditemukan pada
minyak beberapa mempunyai batulempung yang menyerpih berwarna
kandungan pirit didalamnya. Lingkungan kehitaman. Formasi Langkowala
pengendapan pada batuan yang sebagai formasi pembawa bitumen
mengandung minyak diinterpretasikan padat tidak seluruhnya mempunyai
sudah mempunyai energi yang lebih serpih atau batuan sedimen klastik halus
tenang, sedikit dipengaruhi lingkungan dalam penyebarannya.
laut, sehingga material organik dapat Daerah Pulau Kabaena kurang
berkembang. baik untuk bitumen padat kedepannya.
Hasil analisis pirolisis batuan Penyebaran Formasi Langkowala yang
induk pada sampel K110 dan K23 sangat sempit dibagian selatan, juga
memperlihatkan nilai Tmax yang masuk keterdapatan singkapan serpih yang

PENYELIDIKAN BITUMEN PADAT DAERAH PULAU KABAENA-SULAWESI TENGGARA 7


PROCEEDING PUSAT SUMBER DAYA GEOLOGI 2014

sedikit, sangat mempengaruhi sumber kembali potensinya, karena berdasarkan


daya bitumen padat di Pulau Kabaena. penyelidikan sebelumnya dan
penyelidikan di Pulau Kabaena ini,
5. KESIMPULAN DAN SARAN serpih atau batuan klastik halus pada
Formasi Langkowala penyebarannya
5.1 Kesimpulan hanya setempat-setempat dan
cenderung kurang baik.
Formasi Langkowala berumur Hasil analisis laboratorium untuk
Miosen menjadi formasi pembawa bitumen padat, terutama analisis pirolisis
bitumen padat. Serpih pada Formasi batuan induk perlu ditinjau kembali
Langkowala terdapat pada sisipan kebenarannya, karena terdapat
batupasir atau batulempung. Lapisan kejanggalan dan alat standarisasi untuk
serpih diapit oleh batupasir atau alat tersebut sedang diperbaiki.
batulempung dibagian atas atau
bawahnya. Serpih hanya setempat- DAFTAR PUSTAKA
setempat, dengan penyebaran lateral
yang terbatas, dan secara vertikal Badan Geologi, 2009, Peta Cekungan
mempunyai ketebalan antara < 5 cm Sedimen Indonesia, Badan Geologi,
hingga 2 m. Formasi Langkowala di Bandung.
Pulau Kabaena lebih banyak Bakosurtanal, 2000, Peta Provinsi
diendapkan pada lingkungan darat, Sulawesi Tenggara, Badan
hanya sedikit bagian yang terkena Koordinasi Survei dan Pemetaan
lingkungan laut yaitu dibagian selatan Nasional, Cibinong.
formasi. Moe’tamar, 2005, Inventarisasi dan
Kandungan minyak pada batuan Evaluasi Mineral Logam di Daerah
berkisar antara 5 – 20 liter/ton. Kabupaten Bombana dan Kabupaten
Reflektansi vitrinit (Rv) berkisar antara Muna, Provinsi Sulawesi Tenggara,
0,79% – 1,09%, masuk dalam fasa Direktorat Inventarisasi Sumber Daya
katagenesis atau dapat disebut juga Mineral, Bandung.
jendela minyak (oil window). Terdapat Simandjuntak, T.O., Surono, dan
satu sampel bitumen padat yang Sukido, 1993, Peta Geologi Lembar
mempunyai maseral liptinit lebih banyak Kolaka, Sulawesi, Pusat Penelitian
dari vitrinit, sedangkan sampel lain dan Pengembangan Geologi,
maseral terbanyak masih vitrinit. Nilai Bandung.
Tmax memperlihatkan bahwa sampel Subroto, E.A., 2005, Presentasi
tersebut matang, akan tetapi total Perkuliahan Geokimia Petroleum di
karbon organik (TOC) sangat kurang Institut Teknologi Bandung, Bandung.
berpotensi. Surono, 2010, Geologi Lengan
Total sumber daya hipotetik di Tenggara Sulawesi, Badan Geologi,
daerah Pulau Kabaena pada batuan Bandung.
yang mengandung bitumen padat dari
Formasi Langkowala sebesar 1.404.723 Pustaka Dari Situs Internet:
ton, sedangkan sumber daya minyak Profil Pulau Kabaena, kabaena-
sebesar 64.835 barrel. centre.blogspot.com,
diturunkan/diunduh pada 7 April
2014.
5.2 Saran Profil Pulau Kabaena,
en.wikipedia.org/wiki/kabaena,
Penyelidikan bitumen padat pada diturunkan/diunduh pada 7 April
Formasi Langkowala harus dievaluasi 2014.

PENYELIDIKAN BITUMEN PADAT DAERAH PULAU KABAENA-SULAWESI TENGGARA 8


PROCEEDING PUSAT SUMBER DAYA GEOLOGI 2014

Gambar 1 Peta lokasi, geologi, sebaran bitumen padat, dan stratigrafi Pulau Kabaena
(modifikasi Peta Geologi Lembar Kolaka, 1993).

Gambar 2 Singkapan serpih di lokasi K14 Pulau Kabaena.

PENYELIDIKAN BITUMEN PADAT DAERAH PULAU KABAENA-SULAWESI TENGGARA 9


PROCEEDING PUSAT SUMBER DAYA GEOLOGI 2014

Gambar 3 Peta geomorfologi Pulau Kabaena.

Tabel 1 Endapan bitumen padat daerah Pulau Kabaena.


Lapisan Panjang Kedudukan
Tebal Keterangan
Bitumen Padat Sebaran Lapisan
K14 2m 500 m N 335° E/9°NE minyak 5 l/ton
K16 1m 500 m - minyak 5 l/ton
minyak 20 l/ton
K110 1m 500 m N 350° E/16°NE
fluoresen liptinit tersebar
K23 < 0,5 cm 500 m - minyak 5 l/ton

Tabel 2 Sumber daya bitumen padat daerah Pulau Kabaena.


Berat Sumber Daya Minyak Sumber Daya
Lapisan Panjang Lebar Tebal
Jenis (ton) (liter/ton) Minyak (barrel)
K14 500 320 2,60 2 832.000 5 26.164
K16 500 320 2,14 1 342.400 5 10.767
K110 500 181 2,42 1 219.010 20 27.548
K23 500 181 2,50 0,05 11.313 5 356
Total Sumber Daya (Hipotetik) 1.404.723 64.835

PENYELIDIKAN BITUMEN PADAT DAERAH PULAU KABAENA-SULAWESI TENGGARA 10

Anda mungkin juga menyukai