Anda di halaman 1dari 11

LAPORAN RESMI

PRAKTIKUM KIMIA DASAR I/ANORGANIK

PERCOBAAN B-1
PENENTUAN KADAR ASAM CUKA PERDAGANGAN DENGAN
TITRASI ALKALIMETRI

Disusun Oleh :

Nama : Ronald Hutajulu


NIM : 19/443648/TK/48844
Hari, Tanggal Praktikum : Senin, 16 September 2019
Kelompok : IV
Nama Partner : Ryan Nelson Rukyanto
Fakultas : Teknik
Asisten Praktikum : Muhamad Fadhly H

LABORATORIUM KIMIA DASAR


DEPARTEMEN KIMIA
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
UNIVERSITAS GADJAH MADA
YOGYAKARTA

2019
PENENTUAN KADAR ASAM CUKA PERDAGANGAN DENGAN
TITRASI ALKALIMETRI

I. TUJUAN (sesuai dengan di buku praktikum)


1. Menentukan molaritas larutan NaOH dengan larutan standar asam
oksalat
2. Menetapkan kadar asam cuka perdagangan
II. METODE PERCOBAAN (ditulis dalam paragraf dengan
menggunakan kalimat pasif)
III.1 Alat
Diperlukan beberapa alat dalam percobaan ini, yaitu labu takar
berukuran 100 mL, corong, pipet pump, 3 buah labu erlemenyer
ukuran 125, buret 50 mL, pipet gondok 10 mL, gelas arloji, statif, pipet
tetes, dan gelas beaker.
III.2 Bahan
Bahan yang diperlukan untuk percobaan ini adalah akuades,
larutan NaOH, indikator PP, kristal asam oksalat, dan larutan cuka
perdagangan.

III.3 Cara Kerja


III.3.1 Standardisasi Larutan NaOH dengan larutan asam oksalat
Pertama, asam oksalat ditimbang seberat 0,63 gram,
kemudian dilarutkan dengan aquades yang ditambahkan ke dalam
labu takar sebanyak 100 mL. Lalu, larutan asam oksalat
dimasukkan ke dalam buret ukuran 50 mL dengan menggunakan
corong. Larutan NaOH dituangkan ke dalam erlemenyer sebanyak
10 mL dan ditambahkan 1-2 tetes indikator PP. Larutan campuran
tersebut disiapkan sebanyak 3 buah. Selanjutnya, larutan NaOH
dititrasi dengan larutan asam oksalat hingga warna merah jambu
hilang menjadi tidak berwarna. Proses titrasi diulangi untuk
erlenmeyer kedua dan keetiga. Lalu, hasil pengamatan dicatat.
III.3.2 Penentuan Konsentrasi Asam Cuka Perdagangan
Larutan cuka perdagangan diambil sebanyak 5 mL dengan
pipet gondok atau pipet ukur, lalu dimasukkan ke dalam labu ukur
kapasitas 100 mL dan diencerkan dengan menambahkan aquades
hingga volume menjadi 100 mL. Kemudian, larutan cuka encer
diambil sebanyak 10 mL dan dimasukkan ke dalam erlenmeyer.
Setelah itu, ditambahkan 2 tetes indikator PP ke dalam erlenmeyer.
Larutan NaOH standar sebanyak 20 mL dimasukkan ke dalam
buret ukuran 50 mL. Kemudian, larutan tersebut dititrasi dengan
larutan NaOH standar hingga terjadi perubahan warna. Proses
titrasi diulangi sebanyak 3 kali dan hasil pengamatan dicatat.
Setelah percobaan selesai, buret dicuci hingga bersih dengan asam
pencuci dan diletakkan pada statif dengan posisi terbalik.

III. HASIL PERCOBAAN DAN PEMBAHASAN


IV.1 Hasil Percobaan
1. Standardisasi Larutan NaOH dengan larutan asam oksalat
Massa C2H2O4.2H2O :... g
Molaritas asam oksalat :... M

Volume Larutan NaOH Volume larutan C2H2O4.2H2O Molaritas NaOH


yang digunakan yang digunakan
... mL ... mL ... M
... mL ... mL ... M
... mL ... mL ... M
Molaritas rata-rata NaOH ... M
Faktor NaOH ...

2. Penentuan Konsentrasi Asam Cuka Perdagangan


Titrasi asam cuka Volume Larutan NaOH yang Konsentrasi Asam
digunakan Cuka
Pengulangan 1 ... mL ... %
Pengulangan 2 ... mL ... %
Pengulangan 3 ... mL ... %
Konsentrasi Asam Cuka Rata-Rata ... %

IV.2 Pembahasan (Minimal 2,5 halaman)


Bahas :
Fungsi perlakuan dan penambahan

Analisis asam cuka dengan titrasi alkalimetri


Praktikum ini bertujuan untuk menentukan molaritas NaOH
dengan larutan standar asam oksalat dan menetapkan kadar asam cuka
perdagangan. Pada praktikum ini, dilakukan 2 percobaan, yaitu
penentuan normalitas larutan NaOH dengan mentitrasinya
menggunakan larutan asam oksalat dan penentuan kadar asam cuka
dengan mentitrasinya menggunakan larutan NaOH. Prinsip percobaan
ini adalah penentuan normalitas dari kadar suatu larutan asam/basa
melalui proses titrasi sebagai salah satu metode analisis kuantitatif.
Titrasi merupakan proses penentuan banyaknya suatu larutan
dengan konsentrasi yang telah diketahui sebelumnya untuk bereaksi
secara lengkap dengan larutan yang konsentrasinya belum diketahui
sebelumnya (Keenan, 1980). Titrasi asidi-alkalimetri merupakan salah
satu proses titrasi netralisasi yang berhubungan dengan reaksi asam
dan basa, dimana terjadi reaksi antara ion OH- yang berasal dari basa
untuk menghasilkan air yang bersifat netral. Asidimetri merupakan
penetapan kadar secara kuantitatif terhadap senyawa yang bersifat basa
menggunakan asam sebagai larutan standarnya. Sebaliknya,
alakalimetri adalh penetapan kadar senyawa-senyawa yang bersifat
asam dengan menggunakan basa sebagai larutan standarnya (Ibnu,
Abdul, 2007). Kedua proses titrasi tersebut menggunakan indikator pH
atau indikator asam-basa sebagai penanda karena memiliki sifat dapat
berubah warna apabila pH lingkungannya berubah. Warna asam ialah
sebutan warna indikator ketika dalam keadaan asam dan warna basa
ketika dalam keadaan basa (Harjadi, 1990).
Larutan standar adalah larutan yang telah diketahui
konsentrasinya secara tepat dan berfungsi sebagai titran.
Natrium hidroksida adalah salah satu senyawa yang umum
digunakan pada percobaan di laboratorium, akan tetapi larutan natrium
hidroksida harus distandarisasi terlebih dahulu sebelum digunakan
dalam pekerjaan analitis yang memerlukan keakuratan.
Standarasisasinya menggunakan larutan asam yang sudah dikethaui
konsentrasinya secara tepat. Pada percobaan pertama, larutan standar
yang digunakan adalah larutan asam oksalat yang dibuat dengan cara
melarutkan kristal asam oksalat seberat 0,63 gram dengan aquades
sehingga didapatkan larutan standar asam oksalat sebanyak 100 mL.
Karena larutan standar yang digunakan pada percobaan pertama
merupakan asam, maka titrasi percobaan adalah asidimetri.
Asam oksalat tersebut berfungsi sebagai titran. Titran
ditambahkan titer tetes demi tetes sampai mencapai keadaan ekuivalen (
artinya secara stoikiometri titrant dan titer tepat habis bereaksi) yang
biasanya ditandai dengan berubahnya warna indikator. Keadaan ini
disebut sebagai “titik ekuivalen”, yaitu titik dimana konsentrasi asam
sama dengan konsentrasi basa atau titik dimana jumlah basa yang
ditambahkan sama dengan jumlah asam yang dinetralkan : [H+] = [OH-
]. Sedangkan keadaan dimana titrasi dihentikan dengan cara melihat
perubahan warna indikator disebut sebagai “titik akhir titrasi”. Titik
akhir titrasi ini mendekati titik ekuivalen, tapi biasanya titik akhir titrasi
melewati titik ekuivalen. Oleh karena itu, titik akhir titrasi sering
disebut juga sebagai titik ekuivalen (Khopkar, 1990).
Indikator adalah zat yang digunakan sebagai sinyal ketika
titrasi telah sampai pada titik dimana terjadi keadaan kesetimbangan
antara titran dan analit. Keadaan ini disebut juga titik ekuivalen yang
ditandai dengan perubahan warna pada larutan. Reaksi yang
menggunakan titrasi pada asam dan basa menghasilkan garam dan air
disebut juga proses netralisasi (Welner, 2010). Pada percobaan ini,
indikator yang digunakan adalah indikator PP. Hal tersebut dilakukan
karena jika menggunakan indikator yang lain, misalnya TB, MG atau
yang lain, maka trayek pHnya sangat jauh dari ekuivalen. (Harjadi,
1990). Pada percobaan ini digunakan indikator pp karena indikator ini
akan mengalami perubahan warna apabila telah melewati titik
ekuivalen yaitu yang sering disebut dengan titik akhir titrasi dan
mempunya jangkauan pH antara 8,0-9,6 Phenoptalein akan berubah
menjadi merah muda ketikalarutan mencapai pH sekitar 8,2 atau lebih.
Perubahan warna indikato r phenoptalein akantidak bewarna (bening)
jika berada dalam larutan asam dan akan berubah warna
menjadimerah muda dalam larutan basa. Sehingga indikator PP adalah
indikator yang paling tepat digunakan untuk memperkecil kesalahan
percobaan.
Percobaan pertama adalah standarisasi larutan NaOH
dengan larutan standar asam oksalat. Percobaan ini bertujuan untuk
menentukan molaritas larutan NaOH dengan larutan standar asam
oksalat. Percobaan dilakukan sebnyak 3 kali dengan cara mentitrasi
larutan standar NaOH dengan larutan asam oksalat dengan volume
masing-masing larutan NaOH sebanyak 10 mL. Setelah itu, larutan
NaOH tesebut ditambah dengan 1-2 tetes indikator PP. Reaksi yang
terjadi adalah sebagai berikut.

H2C2O4.2H2O(aq) + 2NaOH(aq) => NaC2O4(aq) + 2H2O(aq)

` Pada proses standarasisasi ini, diperoleh data molaritas


NaOH. Pada titrasi pertama molaritasnya sebesar 0,106 M, titrasi
kedua molaritasnya sebesar 0,111 M, dan titrasi ketiga molaritasnya
0,1 M. Sehingga, diperoleh molaritas rata-rata NaOH yaitu 0,1056 M
dan faktor NaOH yaitu 1,056 M melalui hasil perhitungan. Pada
percobaan ini, titrasi standar asam oksalat dengan NaOH
menghasilkan perubahan warna. Pada saat diteteskan larutan asam
oksalat, warna pada larutan NaOH yang awalnya merah jambu
berubah menjadi tidak berwarna.
Pada percobaan ini, jika titrasi standar asam oksalan dengan
NaOH diakhiri dengan warna terlalu pink, maka pengaruh yang terjadi
adalah molaritas NaOH yang terhitung semakin kecil, karena jika
warna pada NaOH terlalu pink, maka volumenya semakin besar. Hal
ini disebabkan karena volume berbanding terbalik dengan molaritas.
Percobaan kedua adalah penetapan kadar asam cuka
perdagangan. Percobaan ini menggunakan titrasi alkalimetri karena
larutan standar yang digunakan merupakan larutan basa, yaitu NaOH.
Pada titrasi larutan cuka encer dengan larutan NaOH, akan dihasilkan
garam yang berasal dari asam lemah dan basa kuat. Reaksi yang
terjadi adalh sebagai berikut.

CH3COOH(aq) + NaOH => CH3COONa(aq) + H2O(l)

Titrasi dilakukan sebanyak 3 kali dengan menggunakan


larutan asam cuka perdagangan 10 mL yang berasal dari larutan asam
cuka perdagangan 5 mL yang diencerkan hingga 100 mL dan
ditambah dengan 1-2 tetes indikator PP. Proses pengenceran bertujuan
untuk mengetahui konsentrasi CH3COOH yang sebenarnya. Larutan
tersebut dititrasi dengan larutan NaOH standar hingga terjadi
perubahan warna. Titrasi pertama membutuhkan 4,9 mL larutan
NaOH 0,1 M agar larutan berubah menjadi warna merah muda, dan
didapat dari hasil perhitungan kadar larutan asam cuka perdangan
adalah 5,88 %. Pada titrasi kedua dibutuhkan 4,4 mL larutan NaOH
0,1 M agar larutan berubah menjadi warna merah muda, dan didapat
dari hasil perhitungan kadar larutan asam cuka perdangan adalah
5,28%. Pada titrasi ketiga dibutuhkan 4,6 mL larutan NaOH 0,1 M
agar larutan berubah menjadi warna merah muda, dan didapat dari
hasil perhitungan kadar larutan asam cuka perdangan adalah 5,52%.
Dari ketiga titrasi tersebut didapat kadar asam cuka perdagangan rata-
rata yaitu 5,56 %.

Pada percobaan ini, titrasi larutan asam cuka perdangan


dengan NaOH menghasilkan perubahan warna. Pada saat diteteskan
larutan asam cuka, warna pada larutan NaOH yang awalnya bening
berubah menjadi merah muda. Apabila pada titrasi ini satu tetes
larutan NaOH menempel pada dinding buret bagian luar, hal ini
menunjukkan bahwa ada volume NaOH yang telah berkurang dan
tidak bercamur dengan asam cuka, sehingga data yang didapatkan
akan kurang akurat. Lalu, apabila satu tetes larutan NaOH menempel
pada dinding erlenmeyer, ini menunjukkan bahwa ada volume NaOH
diluar perhitungan yang ada di buret yang akan bereaksi dengan asam
cuka, sehingga data yang didapatkan akan kurang akurat juga.

Perubahan warna
Reaksi yang terjadi
Kenapa digunakan PP dan tidak indikator lain
Titik akhir akhir titrasi dan titik ekuivalen
Untuk mendukung pembahasan, gunakan rujukan atau sitasi.
Contoh penulisan sitasi sebagai berikut :
a. Penulis tunggal:
 Harjadi (1993) menyatakan ……
 Menurut Harjadi (1993) …..
 ………… (Harjadi, 1993).
b. Penulis 2 orang :
 Harris dan Natsir (2009) menyatakan ……
 ………… (Harris dan Natsir, 2009).
c. Penulis lebih dari 2 orang hanya ditulis nama belakang penulis
pertama :
 Arsyad dkk. (2010) menyatakan ……
 …………. (Arsyad dkk, 2010).
- Dasar teori boleh bersumber dari buku, jurnal ilmiah, prosiding
seminar, maupun skripsi/tesis. (tidak diperkenankan diambil dari
Wikipedia, blogspot, wordpress, maupun buku SMA dan buku
praktikum).

IV. KESIMPULAN (menjawab tujuan ada 2 kesimpulan)


1. Dalam menentukan molaritas larutan NaOH, dilakukan percobaan
standarisasi larutan NaOH denga menggunakan larutan asam
oksalat sebagai larutan standar. Dari hasil percobaan, didapatkan
molaritas larutan NaOH sebesar 10,56 x 10-2 M.
2. Pada percobaan kedua dilakukan penentuan konsentrasi asam cuka
perdagangan agar dapat menetapkan kadar asam tersebut. Dari
hasil percobaan, didapatkan hasil kadar asam cuka perdagangan
sebesar 5,56%.
V. DAFTAR PUSTAKA
Gandjar, Ibnu Gholib dan Abdul Rohman.2007.Kimia Farmasi
Analisis. Yogyakarta : Pustaka Pelajar.
Harjadi, W. 1990. Ilmu Kimia Analitik Dasar. Gramedia: Jakarta

Keenan CW, dkk.1980. Ilmu Kimia Untuk Universitas. Jakarta :


Erlangga
Khopkar, S.M. 1990. Konsep Dasar Kimia Analitik. UI Press: Jakarta

Welner, S.2010.Introduction to Chemical Principle.USA : Cengange


Learning
VI. PENGESAHAN
Yogyakarta, ……………. 2019

Mengetahui,
Asisten Praktikum Praktikan

Muhamad Fadhly H …………….

VII. LAMPIRAN
- Laporan sementara (yang sudah diisi dan ditandatangan asisten)
- Perhitungan (sesuai yang ada di papan tulis)

Anda mungkin juga menyukai