Anda di halaman 1dari 15

p-ISSN: 1693-1246 Jurnal Pendidikan Fisika Indonesia 11 (1) (2015) 8-22

e-ISSN: 2355-3812 DOI: 10.15294/jpfi.v11i1.3999


Januari 2015 http://journal.unnes.ac.id/nju/index.php/jpfi

MODEL PEMBELAJARAN SAINS BERBASIS PROSES


KREATIF-INKUIRI UNTUK MENINGKATKAN BERPIKIR
KREATIF DAN PEMAHAMAN KONSEP SISWA SMP

The Science Learning Model Based on Creative


Inquiry Process to Increase Creative Thinking
and Concept Comprehension of Junior High
School Students

M. B. Panjaitan1, M. Nur2, B. Jatmiko2


1
Program Studi Pendidikan Fisika Universitas Huria Kristen Batak Protestan Nommensen
Pematangsiantar, Sumatera Utara, Indonesia
2
Program Studi Pendidikan Sains Program Pascasarjana Universitas Negeri Surabaya,
Indonesia

Diterima: 12 November 2014. Disetujui: 28 November 2014. Dipublikasikan: Januari 2015

ABSTRAK

Penelitian ini bertujuan untuk mengembangakan dan mendeskripsikan karakteristik model pembelajaran
sains berbasis proses kreatif-inkuiri untuk meningkatkan pemahaman dan berpikir kreatif siswa di SMPN.
Model pembelajaran menggunakan model Borg & Gall dengan One-Group Pretest Posttest Design.
Pengumpulan data menggunakan metode validasi, observasi, tes, dan angket. Teknik analisis data
menggunakan analisis deskriptif kuantitatif, kualitatif, uji statistik non-parametrik. Hasil penelitian adalah:
1) perangkat pembelajaran berkategori tinggi, 2) perangkat pembelajaran ditinjau dari pelaksaan RPP
berkategori tinggi, 3) keefektifan perangkat pembelajaran dilihat dari peningkatan hasil belajar siswa dan
kemampuan berpikir kreatif siswa melalui N-gain berkategori tinggi. Hasil dari analisa uji statistik non-
parametrik adalah tidak terdapat perbedaan dan peningkatan dari kemampuan berpikir kreatif siswa di
SMPN Pematangsiantar. Respon siswa terhadap pelaksanaan perangkat pembelajaran sangat positif.
Kesimpulannya adalah perangkat pembelajaran sains berbasis proses kreatif-inkuiri adalah valid, praktis,
dan efektif di SMPN Pematangsiantar.

ABSTRACT

The purpose of this research is to develop and describe science characteristics of learning model based on
Creative-Inquiry process to increase students’ creative thinking and understanding in SMPN Pematangsiantar.
The learning model used Borg & Gall with One-Group Pretest Posttest Design. The data collection used
validation method, observation, test, and questionnaire. The technique of data analysis used descriptive
quantitative, qualitative, and non-parametric statistic. The research results are: 1)The learning material
has valid category, 2) Learning material from lesson plan implementation has practical category, 3)The
effectiveness of learning material seen from Improvement of students’ learning achievement and Creative
thinking ability through N-gain has high category. Result of non-parametric statistic analysis, namely: There
is no difference and improvement of students’ creative thinking ability in SMPN P.siantar. Students’ responds
in learning material implementation are very positive. The conclusion is science learning materials based on
Creative-Inquiry process are valid, practical, and effective in SMPN Pematangsiantar.

© 2015 Jurusan Fisika FMIPA UNNES Semarang

Keywords: Creative Thinking; Inquiry; validity; practically; efectivity

*Alamat Korespondensi:
Jalan Sangnawaluh No. 4 Pematangsiantar 21132
E-mail: muktar.panjaitan@gmail.com
M. B. Panjaitan, M. Nur, B. Jatmiko - Model Pembelajaran Sains Berbasis Proses Kreatif- 9

PENDAHULUAN tahuan, keterampilan, dan sikap itu diperoleh


siswa (Zamroni, 2000; Semiawan, 1998).
Pendidikan nasional berfungsi mengem- Meskipun para peneliti memiliki definisi
bangkan kemampuan dan membentuk watak berbeda tentang inkuiri (Suthers, 1996; Looi,
serta peradaban bangsa yang bermartabat 1998;White & Frederiksen, 1998), namun pada
dalam rangka mencerdaskan kehidupan bang- umumnya mereka sepakat bahwa setidaknya
sa, bertujuan untuk berkembangnya potensi ada empat tahap penting dalam pelaksanaan
peserta didik agar menjadi manusia yang beri- pembelajaran inkuiri, yaitu membuat hipote-
man dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha sis, mengumpulkan data, menginterpretasikan
Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, bukti, dan menarik kesimpulan.
kreatif, mandiri, dan menjadi warga negara PISA (Programme for International Stu-
yang demokratis serta bertanggung jawab (UU dent Assessment) adalah studi internasional
RI Nomor 20 tahun 2003 tentang Sistem Pen- tentang prestasi literasi membaca, matematika,
didikan Nasional). dan sains siswa sekolah berusia 15 tahun. Stu-
Pendidikan IPA atau sains menekankan di ini dikoordinasikan oleh OECD (Organisation
pada pemberian pengalaman langsung un- for Economic Cooperation and Development)
tuk mengembangkan kompetensi agar siswa yang berkedudukan di Paris, Perancis. Lit-
dapat menjelajahi dan memahami alam seki- erasi yang diukur adalah: menggunakan pen-
tar secara ilmiah (McDermott, 1996). Hakekat getahuan dan mengidentifikasi masalah untuk
IPA atau sains terdiri atas tiga komponen, yai- memahami fakta-fakta dan membuat keputu-
tu produk, proses, dan sikap ilmiah. Jadi tidak san tentang alam serta perubahan yang terjadi
hanya terdiri atas kumpulan pengetahuan atau pada lingkungan. Indonesia mulai sepenuhnya
fakta yang dihafal, namun juga merupakan berpartisipasi sejak tahun 2000. Prestasi liter-
kegiatan atau proses aktif menggunakan piki- asi sains Indonesia pada tahun 2000 berada
ran dalam mempelajari rahasia gejala alam. pada peringkat 38 dari 41 negara peserta den-
Oleh karena itu, pendekatan yang diterapkan gan skor 393, pada tahun 2003 berada pada
dalam menyajikan pembelajaran sains adalah peringkat 38 dari 40 negara peserta dengan
memadukan antara pengalaman proses sains skor 395, tahun 2006 berada pada peringkat
dan pemahaman produk sains dalam bentuk 50 dari 57 negara peserta dengan skor 393.
hands-on activity dan mind-on activity. Sedangkan pada tahun 2009, Indonesia men-
Peningkatan kualitas pembelajaran sains duduki peringkat 60 dari 65 negara peserta
pada jenjang pendidikan dasar dan menen- dengan skor 383 (OECD, 2010). Skor literasi
gah masih perlu dilaksanakan terus menerus sains yang diperoleh siswa Indonesia tiap ta-
untuk menyesuaikan dengan perkembangan hunnya masih jauh di bawah skor rata-rata
ipteks. Di sisi lain, pengembangan pembela- Internasional yang menetapkan standar 500.
jaran sains saat ini masih kurang membekali Pada tingkat kemampuan ini, siswa Indone-
siswa dalam kemampuan inkuiri, padahal kon- sia hanya mampu mengingat fakta, istilah dan
sep sains merupakan konsep yang dapat den- hukum-hukum ilmiah serta menggunakannya
gan mudah diperoleh apabila melalui kegiatan dalam menarik kesimpulan ilmiah yang seder-
inkuiri. Kemampuan inkuiri ini sangat penting hana.
dan harus dimiliki oleh siswa untuk menemu- Dalam laporan TIMSS (Trends in Inter-
kan sendiri konsep yang dipelajarinya dengan national Mathematics and Science Study) di-
melihat fenomena-fenomena yang tersaji di ketahui bahwa prestasi sains siswa Indonesia
sekitarnya. Pembelajaran inkuiri merupakan pada tahun 1999 berada pada peringkat 32 dari
suatu strategi mengenai eksplorasi pengeta- 38 negara peserta dengan nilai rata-rata 435
huan peserta didik. dari skor rata-rata internasional 500 dengan
Model pembelajaran yang diperlukan standar deviasi 100. Pada tahun 2003 berada
adalah yang memungkinkan terbudayakannya pada peringkat 37 dari 46 negara dengan nilai
kecakapan berpikir ilmiah, terkembangkannya rata-rata 420, tahun 2009 berada pada pering-
“sense of inquiry” dan kemampuan berpikir kre- kat 35 dari 49 negara dengan nilai rata-rata
atif siswa (De Vito, 1989). Model pembelajaran 427. Sedangkan pada tahun 2011 berada pada
yang dibutuhkan adalah yang mampu meng- peringkat 40 dari 42 negara dengan nilai rata-
hasilkan kemampuan untuk belajar (Joyce et rata 406 (Martin et al., 2012).
al, 1992), bukan saja diperolehnya sejumlah Sementara hasil penelitian program
pengetahuan, keterampilan, dan sikap, tetapi pembangunan PBB (UNDP) tahun 2011
yang lebih penting adalah bagaimana penge- menunjukkan kualitas SDM Indonesia berada
10 Jurnal Pendidikan Fisika Indonesia 11 (1) (2015) 8-22

pada urutan 124 dari 198 negara, dengan ni- bermacam-macam kemungkinan penyelesaian
lai indeks pembangunan manusianya sebesar terhadap suatu masalah yang membutuhkan
0,617 dan berada pada kategori Low Human keterampilan berpikir. Pemahaman siswa ten-
Development (The UNDP Human Develop- tang faktor-faktor yang dapat mengembangkan
ment Report, 2011). Indeks Pembangunan Ma- dan menghambat kreativitas siswa SMP masih
nusia (IPM) atau Human Development Index rendah (Panjaitan et al., 2013). Selanjutnya
(HDI) adalah pengukuran perbandingan dari Panjaitan et al. (2013) menambahkan bahwa
harapan hidup, melek huruf, pendidikan dan berpikir kreatif siswa SMP pada indikator ber-
standar hidup untuk semua negara seluruh du- pikir kreatif yaitu, kelancaran, fleksibilitas, origi-
nia. IPM digunakan untuk mengklasifikasikan nalitas dan elaborasi masih rendah.
apakah sebuah negara adalah negara maju, Pada awal abad ke-21,kreativitas dibutu-
negara berkembang atau negara terbelakang hkan dan terus meningkat pada setiap bidang
dan juga untuk mengukur pengaruh dari kebi- kegiatan manusia (Baucus et al., 2008; Florida
jaksanaan ekonomi terhadap kualitas hidup. & Tinagli, 2004; Halbesleben et al., 2003; Ro-
Menurut Johar (2007) kelemahan-kele- berts, 2006). Bahkan sekarang ini, kreativitas
mahan yang menyebabkan peringkat mutu dianggap “…an essential life skill, which needs
pendidikan Indonesia tertinggal pada negara to be fostered by the education system” (Craft,
lain terletak kelemahan sistem pendidikan 1999) karena memiliki potensi untuk memeca-
kita yang dapat dikategorikan menjadi: (1) hkan berbagai masalah sosial, politik, dan eko-
lingkungan yang belum mendidik; (2) pendi- nomi. Jika guru bersedia dan termotivasi untuk
dikan yang belum memperhatikan ciri anak; mengubah sikap dan perilaku mereka untuk
(3) pembelajaran kita masih konvensional; mengadopsi cara-cara atau praktek-praktek
(4) pola pendidikan belum mengarah kepada baru yang akan meningkatkan berpikir kreatif
strategi membangun budaya; (5) pendidikan siswa, walaupun menghadapi faktor peng-
belum menyenangkan siswa, belum memerde- hambat (Alencar, 2002; Craft, 2003). Penelitian
kakan bahkan membelenggu; (6) belum terjadi lanjut diharapkan bahwa pada aspek sosi-
proses pembelajaran yang bermakna; (7) pem- al dan kerjasama, dengan penekanan bahwa
belajaran didominasi oleh guru; (8) cenderung lingkungan kreatif dapat meningkatkan berpikir
berorientasi kepada intelektualitas; (9) belum kreatif (Kamplys, 2010).
mengevaluasi hasil pendidikan dengan benar. Mumford et al. (2012) menyatakan ada
Piraz (2007) menyatakan agar manusia delapan unsur yang harus diperhatikan dan
dapat beradaptasi dengan keadaan abad 21 ini dilaksanakan untuk menumbuhkan berpikir
dibutuhkan sejumlah kemampuan antara lain kreatif. Unsur-unsur yang harus dimiliki guru
memiliki tanggungjawab baik personal maupun antara lain: 1) iklim kelas, 2) karakter/sifat guru,
sosial; mampu membuat perencanaan yang 3) pengelolaan kelas, 4) guru harus bergairah
baik; mampu berpikir kritis; mampu bernalar mengajar dan menempatkan siswa sebagai
dan menghasilkan ide yang kreatif; mampu subjek, 5) mengenal apa dan bagaimana gaya
berkomunikasi dengan efektif; mampu hidup mengajar, 6) pengetahuan guru, 7) interaksig-
dengan budaya yang beragam; mampu men- uru-siswa, dan 8) sikap siswa. Agar pelaksana-
gambil keputusan yang efektif; melek teknolo- annya efektif, maka dibutuhkan pengetahuan
gi dalam arti mengerti bagaimana dan kapan dan strategi selama proses belajar mengajar.
menggunakan teknologi. Hasil survei nasional Dalam pelaksanaan kegiatan belajar menga-
pendidikan di Indonesia menunjukkan bahwa jar, guru hendaknya memilih model ataupun
sistem pendidikan formal di Indonesia pada strategi pembelajaran yang dapat melibatkan
umumnya masih kurang memberi peluang bagi siswa aktif dalam belajar, baik secara mental,
pengembangan kreativitas (Tridjata, 2002). Di fisik, maupun sosial.
sekolah yang terutama dilatih adalah ranah Untuk mengembangkan kompetensi
kognitif yang meliputi pengetahuan, ingatan siswa dapat menjelajahi dan memahami alam
dan kemampuan berpikir logis atau penala- sekitar dan kemampuan berpikir kreatif diper-
ran. Sementara perkembangan ranah afektif lukan suatu model pembelajaran yang ses-
(sikap dan perasaan) dan ranah psikomotorik uai pada setiap kontens sains. Melalui model
(keterampilan) serta ranah lainnya kurang dip- pembelajaran sains yang dikembangkan dan
erhatikan dan dikembangkan. diimplementasikan pada pembelajaran siswa
Hal senada dikemukakan oleh Mun- SMP diharapkan mampu mengkonstruk pen-
andar (2009) bahwa kreativitas atau berpikir getahuannya sendiri dan diharapkan dapat
kreatif, sebagai kemampuan untuk melihat menumbuhkan bahkan meningkatkan berpikir
M. B. Panjaitan, M. Nur, B. Jatmiko - Model Pembelajaran Sains Berbasis Proses Kreatif- 11

kreatif siswa. dikembangkan; 3) bagaimanakah hubungan


Pada penelitian ini akan ditemukan mod- antara pemahaman konsep dengan berpikir
el pembelajaran sains yang dapat meningkat- kreatif siswa.
kan berpikir kreatif siswa dengan berlandaskan Subjek penelitian adalah 118 orang sis-
model proses kreatif-inkuiri dengan menghasil- wa pada empat SMP Negeri di Pematangsian-
kan suatu sintaks atau tahapan pelaksanaan tar Sumatera Utara. Alasan pemilihan sekolah
pembelajaran. Dalam ujicoba dan penelitian, adalah 1) sekolah sudah implementasi Kuriku-
pada setiap tahapan atau fase model pembe- lum 2013; 2) sekolah terbuka menerima inova-
lajaran berbasis proses kreatif-inkuiri menun- si proses pembelajaran dan 3) domisili peneliti
juk pada perilaku kreatif akan menumbuhkan di kota Pematangsiantar. Pemilihan siswa se-
keterampilan berpikir, yaitu berpikir kreatif atau kolah SMP sebagai subjek penelitian berdas-
kreativitas. Dalam penelitian ini juga akan di- arkan pendapat para ahli bahwa berpikir kreatif
hasilkan model pembelajaran yang valid, prak- atau kreativitas dilatihkan sedini mungkin. Ala-
tis dan efektif, perangkat pembelajaran serta san yang lain adalah bahwa tes berpikir kreatif
instrumen penilaian berpikir kreatif siswa. Ber- ilmiah yang dikembangkan oleh Hu dan Adey
dasar uraian diatas maka peneliti melakukan (2002) adalah untuk siswa SMP. Peneliti akan
penelitian dengan judul “Model Pembelajaran menggunakan tes tersebut dengan melakukan
Sains Berbasis Kreatif-Inkuiri untuk Mengem- adaptasi setelah berkonsultasi dengan ahli.
bangkan Berfikir Kreatif dan Meningkatkan Desain penelitian ini menggunakan
Pemahaman Konsep Sains Siswa SMP. Model pendekatan Research and Development (R &
pembelajaran yang dikembangkan kemudian D) yang mengacu pada Borg dan Gall (2003),
dinamakan dengan OrDeP2E, yang merupak- yaitu pengembangan model yang dilakukan
an singkatan dari fase-fase atau sintaks model. melalui aktivitas berulang dari desain model
Secara umum, tujuan penelitian ini sampai pada implementasi. Secara konsep-
adalah untuk mengembangkan sebuah model tual, metode penelitian dan pengembangan (R
pembelajaran sains yang kreatif berbasis kre- & D) meliputi 10 tahapan kegiatan, yaitu: (1)
atif-inkuiri untuk meningkatkan berfikir kreatif penelitian dan pengumpulan informasi, (2) per-
dan pemahaman konsep siswa SMP. encanaan, (3) mengembangkan draft produk
awal, (4) pengujian lapangan awal, (5) revisi
METODE produk awal, (6) pengujian lapangan utama, (7)
revisi produk hasil uji lapangan utama, (8) pen-
Penelitian ini merupakan penelitian gujian lapangan operasional, (9) revisi produk
pengembangan (Research & Development) hasil uji lapangan operasional, dan (10) imple-
dan eksperimen dalam bidang pendidikan. mentasi dan disseminasi. Sesuai dengan ke-
Penelitian ini disebut dengan penelitian peng- butuhan dalam penelitian ini, maka dilakukan
embangan karena fokus pada pengembangan adaptasi terhadap sepuluh tahap penelitian
pembelajaran sains dengan model hipotetik pengembangan tersebut dengan memperhati-
yang dikembangkan dalam pelaksanaan pem- kan esensi yang harus dipenuhi dalam pene-
belajaran untuk meningkatkan keterampilan litian.Adaptasi terhadap 10 tahap penelitian
berpikir kreatif siswa SMP. Produk yang akan tersebut menghasilkan tiga tahapan, yaitu: (1)
dihasilkan dalam penelitian pengembangan studi pendahuluan, (2) pengembangan model
adalah 1) Model pembelajaran sains berbasis (produk) dan (3) pengujian dan implementasi
proses kreatif-inkuiri; 2) Perangkat pembelaja- produk.
ran yang terdiri dari Silabus, Rencana Pelaks- Desain yang digunakan dalam tahapan
anaan Pembelajaran (RPP), LKS dan kunci ini adalah control group pre-test and post-test
LKS; 3) Instrumen tes berpikir kreatif ilmiah design (Fraenkel & Wallen, 2003).
konten sains fisika.
Penelitian ini juga termasuk penelitian E O1 X1 O2
eksperimen untuk mengetahui 1) apakah ada
K O1 X2 O2
perbedaan keterampilan berpikir kreatif sis- Pretest Perlakuan Post-test
wa yang menggunakan model pembelajaran
yang dikembangkan pada PBM dengan mo- Keterangan:
del pembelajaran dengan pendekatan sains O1 = ujiawal (pre-test) dilakukan untuk
(scientific approach) sesuai dengan Kurikulum mengetahui hasil belajar produk (pemahaman
2013; 2) bagaimanakah hasil belajar siswa se- konsep dan berpikir kreatif) sebelum diberi per-
telah implementasi model pembelajaran yang
12 Jurnal Pendidikan Fisika Indonesia 11 (1) (2015) 8-22

lakuan teknik ini adalah: instrumen lembar pengama-


O2 = uji akhir (post-test) dilakukan untuk men- tan keterlaksanaan pembelajaran, instrumen
getahui hasil belajar produk (pemahaman kon- lembar pengamatan aktivitas siswa, instrumen
sep dan berpikir kreatif lembar pengamatan perilaku karakter, instru-
X1 = perlakuan dengan model pembelajaran men lembar pengamatan keterampilan sosial
sains berbasis proses kreatif-inkuiri serta instrumen lembar pengamatan perilaku
X2 = perlakuan dengan pendekatan sains (sci- kreatif.
entific approach) sesuai dengan Kurikulum
2013 Tes
Tes digunakan untuk mengetahui pema-
Tes yang dikembangkan adalah tes ber- haman siswa sekaligus hasil belajar siswa
pikir kreatif untuk mengukur berpikir kreatif meliputi tes produk (pemahaman konsep dan
siswa pada konten sains dengan mengadap- keterampilan berpikir kreatif), tes keterampilan
tasi tes berpikir kreatif yang dikembangkan Hu proses dan kinerja. Tes ini diberikan pada saat
& Adey (2010). Tes berpikir kreatif yang dikem- akhir pelajaran (posttest). Namun saat sebe-
bangkan berdasarkan indikator berpikir kreatif, lum pembelajaran dimulai (pretest), tes yang
yaitu: kelancaran, fleksibilitas, originalitas, dan diberikan hanya tes produk dan proses saja.
elaborasi. Sedangkan tes pemahaman konsep Tes dikerjakan secara individu. Instrumen yang
yang dikembangkan mengacu indikator pema- dipakai pada teknik ini adalah: instrumen lem-
haman konsep taksonomi Bloom revisi Ander- bar penilaian produk (pemahaman konsep dan
son & Krathwohl (2001). berpikir kreatif); Instrumen lembar penilaian
Pada tahap selanjutnya akan dilakukan keterampilan proses; dan instrumen lembar
wawancara kepada beberapa siswa untuk penilaian psikomotor.
mengetahui proses berpikir kreatif mereka.
Pada tahap ini akan dipilih beberapa siswa saja Metode angket
sebagai sampel untuk menelusuri kesulitan- Angket respom siswa diberikan setelah
kesulitan yang dihadapi dalam memberikan ide proses pembelajaran berakhir. Instrumen yang
atau jawaban pada tes berpikir kreatif namun dipakai pada teknik ini adalah angket respons
tidak dibahas secara mendalam. siswa terhadap pembelajaran sains dengan
Adapun proses pengumpulan data pada model OrDeP2E.
penelitian ini adalah:
Instrumen Penelitian
Validasi Instrumen yang digunakan dalam men-
Metode ini digunakan untuk mengetahui gumpulkan data dalam penelitian ini adalah:
kelayakan model, perangkat pembelajaran dan Lembar validasi perangkat
alat evaluasi yang dikembangkan. Validasi di- Lembar validasi ini digunakan untuk
lakukan oleh ahli di bidang pendidikan fisika mengetahui kualitas perangkat pembelajaran
dengan menggunakan lembar validasi. Adapun yang dikembangkan. Dalam penelitian ini digu-
instrumen yang dipakai pada teknik ini adalah: nakan instrumen validasi perangkat yang telah
instrumen lembar validasi isi dan konstruk dikembangkan tim revitalisasi program pendi-
model, instrumen lembar validasi RPP, instru- dikan profesi guru dan kriteria buku menurut
men lembar validasi LKS, instrumen lembar BSNP 2006.
validasi buku ajar siswa dan instrumen lembar Penentuan reabilitas instrumen perang-
validasi tes berpikir kreatif dan pemahaman kat pembelajaran menggunakan rumus:
konsep. A
R= X 100% (1)
D+A
Observasi
Keterangan:
Observasi atau pengamatan dilakukan
R = Reabilitas instrumen (presentage of agre-
untuk mengumpulkan data penelitian yang
ement)
berkenaan dengan aktivitas siswa, keterlaksa-
A = frekuensi kecocokan antara kedua nilai
naan RPP, perilaku karakter dan keterampilan
D = frekuensi ketidakcocokan antara kedua ni-
sosial siswa saat kegiatan pembelajaran ber-
lai
langsung. Data diambil melalui pengamatan
Instrumen perangkat pembelajaran di-
yang dilakukan oleh dua orang pengamat tiap
katakan reliabel jika nilai reliabilitasnya ≥ 75%
kelas dengan menggunakan instrumen yang
(Borich, 1994).
sama. Adapun instrumen yang dipakai pada
M. B. Panjaitan, M. Nur, B. Jatmiko - Model Pembelajaran Sains Berbasis Proses Kreatif- 13

Lembar pengamatan keterlaksanaan Keterangan:


KBM R = Reabilitas instrumen (presentage of agre-
Lembar ini digunakan untuk mengum- ement)
pulkan data tentang keterlaksanaan tahapan- A = frekuensi kecocokan antara kedua nilai
tahapan pembelajaran melalui model pembe- D = frekuensi ketidakcocokan antara kedua ni-
lajaran berdasarkan masalah sesuai dengan lai
yang tercantum dalam RPP. Pengisian lembar Instrumen pengamatan perilaku afek-
pengamatan dilakukan dengan memberi tanda tif dikatakan reliabel jika nilai reliabilitasnya ≥
cek (√) pada kolom yang sesuai dengan ta- 75% (Borich, 1994).
hapan pembelajaran yang dilaksanakan oleh Tes pemahaman konsep
guru, serta memberikan skor dari rentang 1 – 4 Lembar ini dibuat dalam bentuk essay
yang sesuai. atau uraian. Tes pemahaman konsep mengacu
Reliabilitas keterlaksanaan pembelaja- pada aspek pemahaman konsep taksonomi
ran dihitung dengan menggunakan koefisien Bloom revisi Anderson & Krathwohl (2001) yai-
korelasi Spearman (Tuckman, 1978): tu; interpretasi, mencontohkan, mengklasifika-
6Σd2 sikan, merangkum, menyimpulkan, memband-
r = 1- (2) ingkan dan menjelaskan.
N2-N
Untuk mengetahui ukuran seberapa baik
Keterangan:
butir soal yang diujikan telah membedakan an-
r = koefisien korelasi
tara siswa yang telah menerima pembelajaran
d = perbedaan antar 2 pengamat
dengan siswa yang belum menerima pembela-
N = jumlah obyek (jenis keterlaksanaan) yang
jaran maka dilakukan uji sensitivitas butir soal.
diamati
Sensitivitas soal uraian dapat dihitung dengan
menggunakan rumus (Ratumanan dan Lau-
Lembar pengamatan aktivitas siswa
rens, 2006):
Lembar ini digunakan untuk mengamati
aktivitas siswa selama menerapkan pembela- ∑Sses - ∑Sseb
S= (5)
jaran fisika dengan menggunakan perangkat N(Skormaks-Skormin)
pembelajaran yang dikembangkan. Keterangan:
Untuk menentukan reliabilitas instrumen S = indeks sensitivitas soal
aktivitas siswa digunakan rumus percentage of N = banyaknya siswa
agreement (Borich, 1994): ∑Sses = jumlah skor subjek sesudah pembe-
percentage of A-B lajaran
agreement = 1- X 100% (3) ∑Sseb = jumlah skor subjek sebelum pembe-
A+B
lajaran
Keterangan:
Skormaks = skor maksimal yang dicapai siswa
A = frekuensi aspek aktivitas siswa yang tera-
Skormin = skor minimal yang dicapai siswa
mati dengan frekuensi tinggi
Angket respons siswa terhadap pembelajaran
B = frekuensi aspek aktivitas siswa yang tera-
Lembar ini digunakan untuk mengetahui
mati dengan frekuensi rendah
pendapat siswa terhadap perangkat pembela-
Instrumen pengamatan aktivitas siswa
jaran digunakan dalam kegiatan pembelajaran.
dikatakan reliabel jika nilai reliabilitasnya ≥
75% (Borich, 1994).
Analisis kualitas perangkat pembelajaran
Lembar pengamatan afektif siswa
Analisis validasi perangkat
Lembar pengamatan ini meliputi lembar
Teknik yang digunakan untuk menganal-
pengamatan keterampilan sosial dan lembar
isis data validasi perangkat adalah deskriptif
pengamatan karakter yang ditunjukkan siswa
kualitatif. Analisis validasi ini dilakukan dengan
selama proses belajar mengajar berlangsung
menghitung rata-rata penilaian oleh Validator
dengan menggunakan perangkat pembelaja-
pada setiap perangkat yang dikembangkan.
ran yang berorientasi model pembelajaran ber-
Analisis hasil data validasi perangkat pembe-
dasarkan masalah. Penentuan reabilitas hasil
lajaran disajikan dalam skala penilaian berikut:
validasi instrumen penilaian afektif mengguna-
Baik : 4 (kualitas baik, mudah dipahami, sesuai
kan rumus:
dengan konteks penjelasan)
A Cukup Baik : 3 (kualitas baik, mudah dipahami,
R= X 100% (4)
D+A perlu disempurnakan konteks penjelasan)
Kurang Baik : 2 (kualitas baik, sulit dipahami,
14 Jurnal Pendidikan Fisika Indonesia 11 (1) (2015) 8-22

perlu disempurnakan konteks penjelasan) siswa adalah kuantitatif dan deskriptif kualitatif.
Tidak Baik : 1(kualitas tidak baik, sulit dipaha- Analisis yang digunakan untuk menganalisis
mi, perlu disempurnakan konteks penjelasan) data yang diperoleh berdasarkan tes kognitif
produk (pemahaman konsep dan berpikir krea-
tif), keterampilan proses, afektif (karakter dan
Selanjutnya hasil skor rata-rata dari pe- keterampilan sosial) dan tes kinerja psikomotor
nilaian dideskripsikan sebagai berikut: adalah sebagai berikut:
1, 00 ≤ STP ≤ 1, 50 = tidak layak dan belum
dapat digunakan Hasil belajar pemahaman konsep dan ber-
1, 51 ≤ STP ≤ 2,50 = kurang layak dan dapat pikir kreatif
digunakan dengan banyak revisi Tes yang digunakan dalam penelitian
2,51 ≤ STP≤ 3,50= layak dan dapat digunakan ini adalah tes yang bertujuan untuk mengukur
dengan sedikit revisi kemampuan pemahaman konsep dan berpikir
3, 51 ≤ STP ≤ 4, 00 = sangat layak dan dapat kreatif siswa. Tes dilaksanakan dua kali yak-
digunakan tanpa revisi ni pada awal pembelajaran (pretest) sebelum
(Ratumanan dan Laurens, 2006) mendapat perlakuan dan setelah mendapat
Ket: STP: Skor Validasi Perangkat perlakuan pada akhir pembelajaran (posttest).
Sebagai langkah awal instrument di ujicobakan
Analisis keterlaksanaan pembelajaran terlebih dahulu kepada siswa (di luar kelompok
Penilaian terhadap keterlaksanaan fase- kontrol dan eksperimen) untuk mengetahui va-
fase sintaks yang tercantum dalam skenario liditas, reliabilitas, indeks kesukaran dan daya
RPP yang dikembangkan dilakukan setiap kali pembeda.
tatap muka yang dilakukan oleh dua orang Validitas butir tes dihitung dengan cara
pengamat. Kriteria tiap fase dalam sintaks menguji-korelasikan skor butir terhadap skor
yang dimaksud adalah terlaksana atau tidak total. Dalam penelitian ini uji korelasi dilakukan
dan kualitas keterlaksanaannya. dengan menggunakan korelasi Pearson atau
Hasil pengamatan keterlaksaan pembe- korelasi product-moment.
lajaran dianalisis dengan menggunakan anali-
sis deskriptif kualitatif dengan cara menghitung
hasil pengamat, dihitung berdasarkan skor
rata-rata tiap bagian untuk tiap RPP dan dikon-
versi menggunakan kriteria sebagai berikut:
1,00S  1,99 = kriteria keterlaksanaan pem- (7) (Suharsimi, 2010)
belajaran tidak baik Hasil belajar yang berupa pemahaman
2,00 S  2,99 = kriteria keterlaksanaan pem- konsep dan keterampilan berpikir kreatif ilmiah
belajaran kurang baik dan berpikir kreatif konten sains dinyatakan da-
3,00 S  3,49 = kriteria keterlaksanaan pem- lam N-Gain (gain ternormalisasi) yaitu,
belajaran cukup baik
Spost − Spre
3,50 S  4,00 = kriteria keterlaksanaan pem- 〈 g〉 =
belajaran baik. S max − Spre
Dengan :
Analisis aktivitas siswa 〈g 〉 : Nilai gain
Teknik yang digunakan untuk mengana-
lisis aktivitas siswa adalah deskriptif kualitatif. Spost : Nilai posttest
Analisis aktivitas siswa dilakukan dengan me- Spre : Nilai pretest
rekam data banyaknya frekuensi aktivitas yang Smax : Nilai maksimal
muncul dibagi dengan jumlah total keseluruhan Selanjutnya dari hasil perhitungan n-gain
frekuensi aktivitas dikalikan 100 %, atau dapat tersebut kemudian dikonversi dengan kriteria
dirumuskan seperti berikut: sebagai berikut:
banyaknya frekue- Tabel 1. Kriteria normalized gain
% aktivitas siswa= nsi tiap aktivitas X 100%
Kriteria Normalized
seluruh aktivitas Skor N-Gain
(6) Gain
Analisis hasil belajar 0.70 < N-Gain Tinggi
Teknik analisis data yang digunakan un- 0.30 ≤ N-Gain ≤ 0.70 Sedang
tuk menganalisis ketuntasan hasil belajar tiap
M. B. Panjaitan, M. Nur, B. Jatmiko - Model Pembelajaran Sains Berbasis Proses Kreatif- 15

N-Gain < 0.30 Rendah bang ide atau pendapat, menjadi pendengar
yang baik dan bekerjasama.
Untuk mengetahui adanya perbedaan Perilaku kreatif mencakup kemampuan
menjawab pertanyaan dengan mudah dan be-
hasil belajar dengan menerapkan model Or-
nar, kemampuan menjawab masalah dengan
DeP2E dengan yang konvensional digunakan jawaban yang berbeda, kemampuan mengha-
uji-t tidak berpasangan dengan taraf signifi- silkan ide baru yang tidak biasa dan kemampu-
kansi 0,05. Selanjutnya dilakukan uji Anova 2 an memperkaya gagasan atau ide
jalan untuk mengetahui apakah model pembe- Untuk menganalisis hasil belajar afektif
lajaran, kemampuan awal dan model pembe- dapat dilakukan dengan menggunakan rumus
lajaran secara bersama-sama mempengaruhi sebagai berikut:
keterampilan berpikir kreatif dan pemahaman
Skor perolehan
konsep sains siswa. Sedangkan untuk men- Nilai= X 100
getahui bagaimana hubungan antara pema- Skor maksimal ideal
haman konsep konten sains dan keterampi-
lan berpikir dilakukan analisis regressi linear Tabel 2. Kategori penilaian hasil belajar afektif
sederhana. siswa
No. Nilai kuantitatif Kategori
Analisis hasil belajar proses 1. Nilai 4,00 Sangat tinggi
Siswa dapat dikatakan tuntas apabila ni- 2. 3,00 ≤ nilai < 4,00 Tinggi
lai siswa secara individual mencapai ≥ 75. Ni-
3. 2,00 ≤ nilai < 3,00 Kurang
lai siswa secara individual adalah jumlah skor
yang diperoleh siswa dibagi skor maksimum 4. Nilai < 2,00 Sangat kurang
dan dikali 100%.
Pembelajaran dapat dikatakan tuntas Analisis data hasil angket respons siswa
apabila persentase (P) klasikal yang dicapai Data hasil angket respons siswa diana-
sebesar ≥ 75 %. Nilai siswa secara klasikal lisis dengan deskriptif kualitatif dengan memp-
adalah jumlah siswa yang tuntas dibagi den- rosentasekan respons positif dan negatif siswa
gan jumlah seluruh siswa dikali 100% dalam mengisi lembar angket respons siswa
yang dihitung dengan rumus:
Jumlah siswa
yang tuntas Jumlah siswa memberi
Pklasikal = X 100% % Respon tiap respon aspek tertentu
X 100%
Jumlah seluruh siswa aspek =
Jumlah seluruh siswa

Analisis yang digunakan untuk menga-


HASIL DAN PEMBAHASAN
nalisis ketuntasan indikator hasil belajar tiap
siswa adalah deskriptif kualitatif. Satu indika-
Karakteristik Model Pembelajaran
tor dikatakan tuntas apabila proporsi jawaban
Berpijak pada teori-teori tersebut maka
benar siswa untuk butir soal yang berhubun-
dalam penelitian ini dikembangkan model pem-
gan dengan indikator tersebut adalah ≥ 0,75.
belajaran sains mengacu pada pembelajaran
Rumusan persentase (P) ketuntasan indikator
berbasis inkuiri Arends (2013) dengan model
dapat dihitung dengan cara sebagai berikut:
proses kreatif Amabile (1996), Runco & Chand
Jumlah skor yang dicapai dan Mumford (2012), sehingga memunculkan
pada indikator tersebut urutan pembelajaran (syntax), yaitu orientasi,
Proporsi butir soal =
Skor maksimal ideal pada definisi masalah, pengorganisasian hipotesis
indikator tersebut atau pengajuan hipotesis, pengujian hipote-
sis, dan evaluasi dan tindak lanjt. Berdasar-
Hasil belajar afektif (karakter, keterampilan kan urutan pembelajaran tersebut maka model
sosial dan perilaku kreatif) pembelajaran mekanika ini dinamakan model
Teknik analisis data yang digunakan pembelajaran OrDeP2E (berdasarkan akro-
untuk menganalisis hasil belajar afektif siswa nim Orientasi, Definisi Masalah, Pengorgan-
adalah deskriptif kualitatif. Analisis hasil belajar isasian atau Pengajuan Hipotesis, Pengujian
afektif siswa dilihat dari tiga hal, yaitu: Hipotesis, dan Evaluasi/Tindak Lanjut). Dalam
Karakter mencakup ketelitian, kejujuran implementasi di kelas sintaks tersebut bisa di-
dan bekerja sama. kembangkan, terutama yang menyangkut akti-
Keterampilan sosial mencakup menyum- vitas guru dan siswa dalam proses pengajuan
16 Jurnal Pendidikan Fisika Indonesia 11 (1) (2015) 8-22

Tabel 3. Sintaks Model Hipotetik OrDeP2E


Fase Kegiatan Guru Kegiatan Siswa
1. Memberikan pertanyaan awal sebelum 1. Mendengarkan
pertanyaan substansi. penjelasan guru
2. Memotivasi siswa dengan kegiatan 2. Mengamati dan
penyelidikan. memberikan pertanyaan
3. Mengorientasikan siswa kepada masalah pada fenomena yang
Fase 1: Orientasi kegiatan penyelidikan. disajikan.
4. Menyampaikan tujuan pembelajaran 3. Terlibat aktif dalam
kognitif, afektif dan psikomotor. pembelajaran
4. Mendiskusikan langkah-
langkah pembelajaran
Fase 2: 1. Menjelaskan model dan strategi yang 1. Memberikan pertanyaan
Definisi Masalah digunakan dalam pembelajaran. tentang materi yang
2. Memberikan kesempatan siswa untuk sedang dipelajari
menanyakan informasi yang belum 2. Mengumpulkan informasi
dimengerti dari buku siswa dan
3. Mendorong siswa mengeluarkan ide atau sumber lain
pendapat. 3. Mengajukan rumusan
4. Meminta siswa untuk mencari informasi masalah yang akan
melalui isi buku teks yang berguna untuk diselidiki..
kegiatan penyelidikan. 4. Menentukan
5. Mendorong siswa untuk betul-betul masalah yang dicari
mengidentifikasi masalah yang terkait penyelesaiannya.
dengan penyelidikan.
1. Mengarahkan siswa membentuk kelompok 1. Membentuk kelompok
beranggotakan 3-6 orang 2. Mempersiapkan logistik
2. Mengajak siswa untuk berani kegiatan laboratorium
menyampaikan ide dalam bentuk hipotesis 3. Pemunculan ide
3. Membantu siswa untuk memastikan atau hipotesis
apakah ide yang diberikan siswa layak penyelidikan dengan
Fase 3: untuk diselidiki pengkombinasian
Pengorganisasian 4. Mengarahkan siswa untuk mengajukan konsep yang sudah
dan/Pengajuan hipotesis yang akan diuji. diketahui siswa
Hipotesis 5. Membimbing siswa merencanakan sebuah 4. Siswa mengajukan
percobaan dengan kreativitas ilmiahnya beberapa hipotesis
untuk menjawab permasalahan kegiatan yang layak diuji.
laboratorium mulai dari mengajukan dan
merumuskan hipotesis, mengidentifikasi
variabel dan definisi operasional variabel
1. Membimbing siswa melaksanakan 1. Memilih hipotesis yang
sebuah percobaan dengan mengacu layak diuji
pada kegiatan laboratorium sehingga 2. Menjawab
diperoleh data pengamatan. permasalahan kegiatan
2. Mengawasi jalannya kegiatan laboratorium mulai dari
penyelidikan serta mengingatkan merumuskan hipotesis,
siswa agar jujur dan teliti dalam mengidentifikasi
mengambil data dan bertanggung variabel dan definisi
Fase 4: Pengujian jawab terhadap alat yang digunakan operasional variabel
Hipotesis saat percobaan. 3. Siswa menguji/
3. Membimbing siswa menganalisis data penyelidikan ide
serta membuat kesimpulan melalui atau pendapat yang
pertanyaan terbimbing yang tersedia. dirumuskan dengan
4. Membimbing siswa untuk menjawab hipotesis.
pertanyaan berpikir kreatif pada LKS. 4. Siswa menganalisis
data percobaan.
5. Mempersiapkan
presentasi.
M. B. Panjaitan, M. Nur, B. Jatmiko - Model Pembelajaran Sains Berbasis Proses Kreatif- 17

1. Membimbing siswa merencanakan 1. Mempresentasikan hasil


dan mempersiapkan presentase pengujian.
laporan hasil percobaan di depan 2. Menerima masukan
kelas. terhadap hasil hasil
2. Memberikan penguatan dan penyelidkan
penjelasan terkait dengan masalah 3. Menjelaskan
Fase 5: Evaluasi dan konsep yang sedang dipelajari kemungkinan adanya
dan Tindak Lanjut 3. Memberikan masukan untuk penyelidikan lanjutan.
kesimpulan yang diperoleh siswa. 4. Menerima tugas
4. Memberikan rangkuman dari materi berikutnya
yang sedang dipelajari dan tugas .
lanjutan untuk memunculkan berpikir
kreatif siswa.

dan pengujian hipotesis, perancangan, serta lajaran. Validasi terhadap model pembelajaran
pelaksanaan eksperimen atau penyelidikan yang dikembangkan juga ditinjau dari segi va-
dalam kaitannya untuk melatihkan meningkat- liditas konstruk dengan menggunakan instru-
kan pemahaman konsep, keterampilan proses men validasi konstruk dengan nilai rata-rata
dan keterampilan berpikir kreatif. Sintaks mod- 3.33 dengan kesimpulan, kualitas model pem-
el pembelajaran OrDeP2E (model hipotetik) belajaran sains berbasis proses kreatif inkuiri
disajikan pada Tabel 3 di bawah ini (OrDeP2E) adalah baik ditinjau dari segi vali-
ditas konstruk, sehingga model pembelajaran
yang dikembangkan layak untuk digunakan.

Hasil Validasi Model dan Perangkat Pem- Hasil Validasi Perangkat


belajaran Hasil Validasi RPP dan LKS
Rerata nilai validasi isi RPP adalah 3.68
Validasi Model dengan kategori cukup baik dengan kesimpu-
Sebelum kegiatan validasi model dan lan kualitas model pembelajaran sains ber-
perangkat pembelajaran dilakukan, terlebih basis proses kreatif inkuiri (OrDeP2E) adalah
dahulu dikembangkan instrumen. Jenis instru- baik ditinjau dari segi validitas isi, sehingga
men yang digunakan dalam fase ini adalah kualitas Rencana Pelaksanaan Pembelajaran
lembar validasi. Sebelum digunakan terle- (RPP) adalah baik, sehingga dapat digunakan
bih dahulu divalidasi oleh para pakar untuk dalam pembelajaran. Nilai rata-rata validasi
menguji layak atau tidak layaknya instrumen- LKS adalah 3.50 dengan kesimpulan kualitas
instrumen pembelajaran yang akan digunakan Lembar Kegiatan Siswa (LKS) dan kunci LKS
untuk mengukur aspek-aspek yang ditetapkan adalah baik, sehingga dapat digunakan dalam
ditinjau dari kejelasan tujuan pengukuran yang pembelajaran
dirumuskan, kesesuaian butir-butir pertanyaan
untuk setiap aspek, penggunaan bahasa, dan Hasil Validasi Buku Ajar Siswa
kejelasan petunjuk penggunaan instrumen. Validasi buku ajar siswa (BAS) dilakukan
Kegiatan validasi isi dan validasi konstruk dengan menggunakan instrumen validasi buku
model dilakukan dengan memberikan buku ajar siswa, dengan nilai rata-rata 3.67 dengan
model dan instrumen validasi pada para pakar simpulan kualitas Buku Ajar Siswa adalah baik
dan praktisi. Para ahli yang bertindak sebagai adalah baik, sehingga dapat digunakan dalam
validator adalah pakar pendidikan Fisika yang pembelajaran
berpengalaman dalam pengembangan model
pembelajaran disajikan pada Tabel 4 di bawah Hasil Validasi Tes Pemahaman Konsep
ini. Rerata nilai validasi isi adalah 3.20 dengan Dari data diperoleh bahwa reliabilitas tes
kategori cukup baik dengan kesimpulan kuali- pemahaman konsep 0,778. Kriteria penilaian
tas model pembelajaran sains berbasis proses tingkat kesepakatan antara pakar, bahwa ting-
kreatif inkuiri (OrDeP2E) adalah baik ditinjau kat kesepakatan 0,70 sampai 0,80 sudah me-
dari segi validitas isi, sehingga model yang madai sehingga tes layak untuk diujikan.. Jika
dikembangkan layak digunakan untuk pembe- reliabilitas r > 0,7 maka tes layak untuk diujikan
18 Jurnal Pendidikan Fisika Indonesia 11 (1) (2015) 8-22

(Borg & Gall, 2003 ). diyatakan dengan persentase. Aktivitas siswa


dalam KBM diamati dengan menggunakan
Hasil Validasi Tes Berfikir Kreatif instrumen lembar pengamatan aktivitas siswa.
Setelah perbaikan beberapa item tes Hasil pengamatan pada ujicoba menunjukkan
berpkir kreatif, para ahli dan 2 orang penggu- bahwa aktivitas yang dilakukan siswa adalah
na memberikan penilaian kembali terhadap tes 1) Mendengarkan dan memperhatikan penje-
berpikir kreatif dengan menggunakan instru- lasan guru sebesar 16.44 %; 2) Mengajukan,
men lembar penilaian tes berpikir kreatif. Jika menjawab, dan menanggapi pertanyaan dari
reliabilitas r > 0,7 maka tes layak untuk diujikan guru sebesar 7.87 %; 3) Bekerjasama dalam
(Borich, 1994). tahap-tahap percobaan sebesar 9.11 %; 4)
Diperoleh bahwa reliabilitas tes pema- Berdiskusi antar siswa/guru sebesar 9.73 %;
haman berpikir kreatif 0,818. Kriteria penilaian 5) Melakukan penyelidikan masalah otentik
tingkat kesepakatan antara pakar, bahwa ting- sebesar 24.24; 6) Memahami dan menyeles-
kat kesepakatan 0,70 sampai 0,80 sudah me- aikan soal-soal dalam LKS sebesar 23.74 %;
madai sehingga tes layak untuk diujikan. 7) Menyumbang ide serta menghor-mati pen-
dapat sebesar 8.49 % serta 8) perilaku yang ti-
Validitas Butir Tes Berfikir Kreatif dak relevan dengan PBM sebesar 0.39 %. Dari
Ujicoba instrumen tes berpikir kreatif di- data yang disajikan dapat disimpulkan bahwa
berikan kepada 30 orang siswa kelas VIII SMP pembelajaran dengan menggunakan model
Negeri 1 Pematangsiantar. Tes berpikir kreatif OrDeP2E, aktivitas-aktivitas yang dilakukan
yang diujicobakan adalah untuk indikator ber- oleh siswa adalah aktivitas positif.
pikir kreatif kelancaran dan fleksibilitas. Ujico-
ba dilaksanakan untuk mengetahui kualitas tes Analisis Respons Siswa
yakni validitas butir tes, reliabilitas tes, tingkat Respons siswa terhadap proses pem-
kesukaran dan daya pembeda butir tes. belajaran dengan menggunakan perangkat
pembelajaran yang dikembangkan diperoleh
Reliabilitas tes pemahaman konsep dan dengan menggunakan instrumen lembar ang-
berpikir kreatif ket siswa. Angket ini diberikan setelah akhir
Reliabilitas dari suatu tes dapat diukur ujicoba pembelajaran.
per kategori maupun keseluruhan. Namun ke- Berdasarkan data angket yang dipero-
cenderungannya nilai cronbach alpha untuk ja- leh, dapat diketahui bahwa respons siswa ter-
waban per kategori lebih tinggi daripada untuk hadap materi ajar, buku ajar, LKS dan suasana
nilai per keseluruhan. Dengan menggunakan belajar adalah 84,58% menyatakan komponen
rumus Alpa Cronbach diperoleh koefisien reli- tersebut menarik dan 85,87% menyatakan
abilitas tes sebesar 0,897 untuk indikator ke- baru. Respons siswa terhadap metode pembe-
lancaran dan 0,843 untuk fleksibilitas. Jika lajaran adalah 87,22% menyatakan berminat
dibandingkan dengan nilai rtabel untuk α = 0,05 apabila pembelajaran berikutnya dan pembe-
dengan n = 30 yaitu rtabel = 0,361 maka disim- lajaran lain menggunakan metode pembela-
pulkan bahwa tes tersebut reliabel. jaran yang dikembangkan. Respons terhadap
lembar belajar siswa dalam hal membantu dan
Daya Pembeda Soal mengembangkan kemampuan adalah 82,33%
Dengan menggunakan analisis butir soal menyatakan sangat membantu dan 12,33%
uraian berpikir kreatif (kelancaran dan fleksibili- menyatakan membantu. Respons siswa ter-
tas) diperoleh tingkat kesukaran butir soal. Dari hadap model pengajaran guru adalah 75,00%
perhitungan diperoleh koefisien daya pembeda menyatakan sangat jelas. Sedangkan respons
(D) butir soal untuk indikator kelancaran bera- siswa terhadap kemudahan dalam menjawab
da pada rentangan 0.33 – 0,44 berada dalam butir soal/tes hasil belajar adalah 20,00%
kategori cukup baik. Sedangkan untuk indika- menyatakan tidak sulit tetapi sebagian besar
tor fleksibilitas, koefisien daya pembeda be- 53,33% menyatakan cukup sulit.
rada pada rentangan 0,36 – 0,44 juga dalam
kategori cukup baik. Deskripsi Hasil Belajar Siswa
Ujicoba I
Analisis Pengamatan Aktivitas Siswa dalam Setelah pembelajaran selesai maka di-
KBM lakukan posttest untuk kedua kelas ujicoba
Hasil pengamatan terhadap aktivitas sis- untuk mengetahui peningkatan berpikir kreatif
wa selama kegiatan belajar mengajar (KBM) dan pemahaman konsep. Nilai pretes dan nilai
M. B. Panjaitan, M. Nur, B. Jatmiko - Model Pembelajaran Sains Berbasis Proses Kreatif- 19

posttest siswa dibandingkan untuk mengetahui tuk pengujian normalitas data digunakan uji
peningkatan (N-gain) nilai siswa. statistik normalitas Kolmogorov Smirnov den-
Dari Tabel 4 ditunjukkan bahwa rerata gan bantuan software SPSS 20 nilai probabili-
peningkatan nilai (N-gain) berpikir kreatif se- tas (sig) 0,080 > 0,05 maka dapat diasumsikan
besar 0,47 dan pemahaman konsep adalah bahwa data berdistribusi normal.
0,66 pada kategori sedang (0,3 < N-gain > 0,7,
Hake, 2002). Dari N-gain yang diperoleh maka Uji Homogenitas
dapat disimpulkan bahwa perangkat dan model Setelah kedua sampel penelitian terse-
pembelajaran OrDeP2E layak untuk uji luas. but dinyatakan berdistribusi normal, selanjut-
nya dicari nilai homogenitas dengan meng-
Ujicoba II gunakan Levene Test. Kriteria pengujian yang
Ujicoba II dilakukan untuk mengetahui dilakukan pada tingkat kepercayaan tertentu.
konsistensi model OrDeP2E dalam kelas yang Sampel dinyatakan homogen apabila proba-
lebih luas. Ujicoba II dilakukan pada 4 kelas bilitas (sig) > 0.05. Dari perhitungan diperoleh
perlakuan model OrDeP2E dan 1 kelas non harga probabilitas (sig) adalah 0,556 > 0,05,
perlakuan model OrDeP2E Rekapitulasi N- sehingga dapat disimpulkan bahwa seluruh
gain kelas eksperimen dan kelas kontrol seca- sampel memiliki varians yang homogen.
ra ringkas dapat dilihat pada Tabel 5. Gambar Untuk mengetahui ada tidaknya perbe-
4 menunjukkan perbandingan N-gain berpikir daan hasil belajar dan peningkatan hasil yang
kreatif dan pemahaman konsep kelas eksperi- signifikan antara siswa yang belajar dengan
men dan kelas kontrol. menggunakan model pembelajaran sains
berbasis proses kreatif-inkuiri dan model kon-
Analisis Perilaku Berkarakter dan Keteram- vensional untuk masing-masing keterampilan
pilan Sosial berpikir kreatif dan pemahaman konsep, maka
Pengamatan terhadap perilaku berkara- dilakukan uji statistik Anova one Way dengan
kter diamati dengan menggunakan instrumen bantuan software SPSS 20. Hasil uji-t perbe-
perilaku berkarakter. Analisis hasil pengamatan daan dua rerata ditunjukkan pada Tabel 6.
perilaku berkarakter dilakukan pada setiap ke- Dari perhitungan uji kesamaan rata-rata
las model masing-masing 8 orang setiap kelas. (t-tes) untuk hasil belajar berpikir kreatif diper-
Diperoleh informasi bahwa keterampilan sos- oleh harga thitung = 21,986 dan probabilitas (sig
ial dalam hal menyumbang ide atau pendapat 2-tailed) = 0,000, pemahaman konsep harga
mendapatkan skor rata-rata 76,90 menghargai thitung = 8,817 dan probabilitas (sig 2-tailed) =
pendapat teman mendapatkan skor rata-rata 0,000, peningkatan (N-gain) berpikir kreatif thi-
77,43 bekerjasama mendapatkan skor rata-ra- tung
= 23,264 dan probabilitas (sig 2-tailed) =
ta 79,69 atau ketiganya berada dalam kategori 0.000 dan peningkatan (N-gain) pemahaman
tinggi (memuaskan). konsep thitung = 8,5962 dan probabilitas (sig
2-tailed) = 0.000. Kriteria uji untuk masing-
Analisis Hasil Belajar masing hipotesis yang dikemukakan di atas
Deskripsi hasil analisis data hasil belajar adalah; terima Ho jika probabilitas (sig 2-tailed)
produk lebih besar dari α = 0,05 atau thitung < ttabel dan
Uji Normalitas tolak Ho jika nilai probabilitas (sig) lebih kecil
Uji normalitas berguna untuk menentu- dari nilai α = 0,05 atau thitung > ttabel. (ttabel 0.05,
kan data yang telah dikumpulkan berdistribusi 248 adalah 1.969576). Jadi keempat hipote-
normal atau diambil dari populasi normal. Un- sis yang diuji masing-masing nilai probabilitas

Tabel 4. Rekapitulasi rerata peningkatan nilai berpikir kreatif dan pemahaman konsep pada uji-
coba model pembelajaran OrDeP2E
Kelas ujicoba model pembelajaran kelas Ujicoba I
Uraian BK PK N-gain
Pretes Postes Pretes Postes BK PK
Nilai Maks 31.25 68.75 40.00 90.00 0.62 0.86
Nilai Min 11.25 47.50 18.75 63.75 0.33 0.46
Rerata 18.71 56.77 29.83 75.98 0.47 0.66
Ket: BK : berpikir kreatif PK: Pemahaman Konsep
20 Jurnal Pendidikan Fisika Indonesia 11 (1) (2015) 8-22

Gambar 1. Peningkatan hasil belajar siswa pada ujicoba I model OrDeP2E

Tabel 5. Rekapitulasi Hasil Tes dan N-gain siswa


Uraian Kelas Eksperimen Kelas Kontrol
Berpikir Pemahaman Berpikir Pemahaman
Data Skor
Kreatif Konsep Kreatif Konsep
Banyak data 118.00 118.00 130.00 130.00
Maksimum 30.00 35.00 27.50 40.00
Pretes
Minium 11.25 5.00 12.50 11.25
Rerata 20.22 22.14 20.42 22.11
Banyak data 118.00 118.00 130.00 130.00
Maksimum 81.25 93.75 56.25 76.25
Postes
Minium 38.75 50.00 27.50 42.50
Rerata 64.33 75.17 40.72 64.73
Banyak data 118.00 118.00 130.00 130.00
Maksimum 0.77 0.92 0.43 0.72
N-gain
Minium 0.21 0.29 0.02 0.30
Rerata 0.55 0.68 0.25 0.54

Gambar 2. Perbandingan nilai rata-rata kelas eksperimen (Perlakuan Model OrDeP2E) dan ke-
las kontrol (scientific approach)
M. B. Panjaitan, M. Nur, B. Jatmiko - Model Pembelajaran Sains Berbasis Proses Kreatif- 21

Tabel 6. Hasil analisis statistik rerata, standar deviasi dan standard error untuk seluruh kelas
Data Kelas N Mean Std. Deviation Std. Error Mean
Model_OrDeP2E 118 64.110 9.3813 .86363
Nilai_BK
Scientific Approach 30 43.435 4.9470 .43389
Model_ OrDeP2E 118 77.658 10.793 .99360
Nilai_PK
Scientific Approach 30 65.500 10.892 .95532
Model_Proses-Kreatif 118 .5477 .12535 .01154
Gain_BK
Scientific Approach 30 .2538 .06768 .00594
Model_ OrDeP2E 118 .7119 .14106 .01299
Gain_PK
Scientific Approach 30 .5562 .14386 .01262
BK: berpikir kreatif PK: Pemahaman Konsep

lebih kecil dari nilai α = 0,05 dan nilai thitung > pemahaman konsep siswa 61,8 % dipenga-
ttabel artinya semua hipotesis nol untuk masing- ruhi oleh kemampuan berpikir kreatif dan 39,2
masing uji ditolak dan Ha diterima, yang berarti % lagi dipengaruhi oleh faktor lain yang tidak
ada perbedaan yang signifikan untuk setiap hi- dibahas dalam penelitian ini.
potesis yang diuji.
DAFTAR PUSTAKA
Penutup
Alencar, E. M. L. S. (2002). Mastering creativity for
Telah dikembangkan model pembelaja- education in the 21st century. In B. Clark
ran sains berbasis proses kreatif-inkuiri yang (Ed.), Proceedings of the 13th Biennial World
Conference of the World Council for Gifted
dinamakan model pembelajaran OrDeP2E
and Talented Children (pp. 13-21). North-
yang memiliki 5 (lima) fase pembelajaran ridge, CA: World Council for Gifted and Tal-
yaitu, orientasi masalah, definisi masalah, ented Children.
pengorganisasian informasi/pengajuan hipo- Anderson & Krathwohl. (2001). A Taxonomy for
tesis, pengujian hipotesis dan evaluasi dapat Learning, Teaching andAssessing: Revision
mengembangkan berpikir kreatif dan pemaha- of Bloom’s Taxonomy of Educational Objec-
man konsep sains siswa yang valid, praktis tives, Bridged Ed, New York: Longman.
dan efektif. Model pembelajaran OrDeP2E ini Arends, R. I. (2013). Learning to Teach. New York:
memiliki validitas isi dan konstrak yang tinggi McGraw-Hill Companies.[Penerjemah: Made
Frida Yulia: Copyright 2013 by McGraw-Hill
berdasarkan penilaian para ahli. Efektivitas
Eduation (Asia) and Salemba Empat]
pembelajaran model OrDeP2E berkategori .Baucus, M. S., Norton, W. I., Baucus, D. A., & Hu-
tinggi, ditinjau dari kemampuan guru menge- man, S. E. (2008). Fostering creativity and
lola pembelajaran dan aktivitas siswa yang innovation without encouraging unethical
tinggi. Aktivitas siswa dalam pembelajaran behavior. Journal of Business Ethics, 81(1),
dengan model OrDeP2E didominasi oleh pe- 97-115.
nyelidikan ilmiah melalui praktikum di dalam Borg, W.R., & Gall, M.D., (2003). Educational Re-
kelas. Keterlaksanaan model pembelajaran search (An Introduction), 7th Ed. Pearson
OrDeP2E ini di kelas sangat tinggi dan me- Education Inc. United Stated of America.
Borich, Gary D. (1994). Observation skills for Effec-
miliki kemenarikan yang tinggi ditinjau dari
tive Teaching. New York: Merril.
respons positif siswa terhadap pelaksanaan Craft, A. (1999). Creative development in the early
pembelajaran. Model pembelajaran OrDeP2E years: some implications of policy for prac-
lebih efektif dalam meningkatkan berpikir kre- tice. The Curriculum Journal, 10(1), 135-150.
atif siswa dibandingkan dengan pendekatan De Vito, Alfred. (1989). Creative Wellsprings for Sci-
sains (scientific approach). Model pembelaja- ence Teaching. West Lafayette,Indiana: Cre-
ran OrDeP2E lebih efektif dalam meningkatkan ative Venture.
pemahaman konsep sains siswa dibandingkan Hake, Richard, R. (2002). Relationship of Individual
dengan pendekatan sains (scientific approach). Student Normalized Learning Gains in Me-
chanics with Gender, High-School Physics,
Ada hubungan yang positif antara keterampi-
and Pretest Scores on Mathematics and
lan berpikir kreatif siswa dengan pemahaman Spatial Visualization. Tersedia: http://www.
konsep sains dngan koefisien regresi (R) sebe- physics.indiana.edu/-hake [diakses 21 Mei
sar 0,786 dan R2 = 0,618. Hubungan tersebut 2013]
memiliki model regresi yang signifikan, artinya Halbesleben, J. R. B., Novicevic, M. M., Harvey,
22 Jurnal Pendidikan Fisika Indonesia 11 (1) (2015) 8-22

M. G., & Buckley, M. R. (2003). Awareness Panjaitan, M., Nur, M,. & Jatmiko, B. (2013). Ket-
of temporal complexity in leadership of cre- erampilan Berpikir Kreatif Siswa SMP
ativity and innovation: A competency-based dalam Pembelajaran Sains, Studi Pendahu-
model. The Leadership Quarterly 14(4-5), luan Pengembangan Model Pembelajaran
433-454. Sains Berbasis Proses Kreatif-Inkuiri untuk
Hu, Weiping & Adey, Philip (2010). A Scientific Mengembangkan Keterampilan Berpikir. Ar-
Creativity Test for secondary Student, Inter- tikel, Proses Publikasi, PPs Unesa: Surabaya
national Journal of Science Education, 24:4, Piraz, D. (2007). “Project in Education, Preparing
389-403 Scientific School Science Project.”Makalah
Johar (2007) Membedah Pendidikan Alternatif di pada Seminar Pendidikan: International Bi-
Indonesia, Forum Mangunwijaya “Kurikulum lingual Bandung School. Jakarta.
yang Mencerdaskan Visi 2030 dan Pendidi- Ratumanan, G.T., dan T, Laurens. 2006. Evalu-
kan Alternatif. Jakarta: Penerbit Buku Kom- asi Hasil yang Relevan dengan Memecah-
pas. kan Problematika Belajar dan Mengajar.
Joyce, B., Weil M., &Calhoun Emily. (1992). Models Bandung:CV Alfabeta.
of Teaching. New Jersey: Prentice Hall, Inc. Roberts, P. (2006). Nurturing creativity in young
Kamplys, Panagiotis.(2010). Fostering Creative people: A report to government to inform fu-
Thinking The Role of Primary Teachers. Dis- ture policy. London: Department for Culture,
sertation: University of Jyvaskila. Media and Sport.
Looi, C.K. (1998).Interactive learningenvironments Semiawan, Conny R. (1998). Pendidikan Tinggi:
for promoting inquirylearning. Journal of Edu- Peningkatan Kemampuan Manusia. Sepan-
cationalTechnology Systems, 27, 1, 3–22. jang Hayat Seoptimal Mungkin. Jakarta:
Martin, M.O., Mullis, I.V.S., Foy, P., & Stanco, G.M. Dirjen Dikti Depdikbud.
(2012). TIMSS & PIRLS International Study Suthers, D. (1996). Distributed tools for collabora-
Center, Boston College. TIMSS 2011 Inter- tivelearning and coached apprenticeshipap-
national Results in Science.Tersedia Online. proaches to critical inquiry. ITS′96,June 12–
McDermott, L.C. (1996). Physics by Inquiry (Vol. I). 14, Montreal.
New York: John Wiley & Sons, Inc. The UNDP Human Development Report(2011).
Mumford, M., Meideros K., &Partlow J,. (2012) Cre- Tersedia Online: diakses 20 Oktober
ative Thinking: Processes, Strategies, and- 2012. http://hdr.undp.org/en/reports/global/
Knowledge. The Journal of Creative Behav- hdr2011/
ior, Vol. 46, Iss. 1, pp. 30–47 © 2012 by the Tridjata, S. (2002). Mainan Pendidikan sebagai Me-
Creative Education Foundation, Inc. © DOI: dia Ekspresi Kemampuan Kreatif Anak. ITB
10.1002/jocb.003 Central Library. Download 21 Maret 2011.
Munandar, S. C. Utami. (2009). Mengembangkan White, B.Y. dan Frederiksen, J.R. (1998).
Kreativitas Anak Berbakat. Jakarta: Rineke Inquiry,Modeling, and Metacognition: Making
Cipta science accessible to all students.Cognition
OECD. (2010). PISA 2009 Results: Learning Trends: and Instruction, 16, 3–118.
Changes in Student Performance Since Zamroni. (2000). Paradigma Pendidikan Masa De-
2000.Volume V. Programme for International pan. Yogyakarta: Bigraf Publishing.
Student Assesment.

Anda mungkin juga menyukai