Jurnal
Jurnal
ABSTRAK
Penelitian ini bertujuan untuk mengembangakan dan mendeskripsikan karakteristik model pembelajaran
sains berbasis proses kreatif-inkuiri untuk meningkatkan pemahaman dan berpikir kreatif siswa di SMPN.
Model pembelajaran menggunakan model Borg & Gall dengan One-Group Pretest Posttest Design.
Pengumpulan data menggunakan metode validasi, observasi, tes, dan angket. Teknik analisis data
menggunakan analisis deskriptif kuantitatif, kualitatif, uji statistik non-parametrik. Hasil penelitian adalah:
1) perangkat pembelajaran berkategori tinggi, 2) perangkat pembelajaran ditinjau dari pelaksaan RPP
berkategori tinggi, 3) keefektifan perangkat pembelajaran dilihat dari peningkatan hasil belajar siswa dan
kemampuan berpikir kreatif siswa melalui N-gain berkategori tinggi. Hasil dari analisa uji statistik non-
parametrik adalah tidak terdapat perbedaan dan peningkatan dari kemampuan berpikir kreatif siswa di
SMPN Pematangsiantar. Respon siswa terhadap pelaksanaan perangkat pembelajaran sangat positif.
Kesimpulannya adalah perangkat pembelajaran sains berbasis proses kreatif-inkuiri adalah valid, praktis,
dan efektif di SMPN Pematangsiantar.
ABSTRACT
The purpose of this research is to develop and describe science characteristics of learning model based on
Creative-Inquiry process to increase students’ creative thinking and understanding in SMPN Pematangsiantar.
The learning model used Borg & Gall with One-Group Pretest Posttest Design. The data collection used
validation method, observation, test, and questionnaire. The technique of data analysis used descriptive
quantitative, qualitative, and non-parametric statistic. The research results are: 1)The learning material
has valid category, 2) Learning material from lesson plan implementation has practical category, 3)The
effectiveness of learning material seen from Improvement of students’ learning achievement and Creative
thinking ability through N-gain has high category. Result of non-parametric statistic analysis, namely: There
is no difference and improvement of students’ creative thinking ability in SMPN P.siantar. Students’ responds
in learning material implementation are very positive. The conclusion is science learning materials based on
Creative-Inquiry process are valid, practical, and effective in SMPN Pematangsiantar.
*Alamat Korespondensi:
Jalan Sangnawaluh No. 4 Pematangsiantar 21132
E-mail: muktar.panjaitan@gmail.com
M. B. Panjaitan, M. Nur, B. Jatmiko - Model Pembelajaran Sains Berbasis Proses Kreatif- 9
pada urutan 124 dari 198 negara, dengan ni- bermacam-macam kemungkinan penyelesaian
lai indeks pembangunan manusianya sebesar terhadap suatu masalah yang membutuhkan
0,617 dan berada pada kategori Low Human keterampilan berpikir. Pemahaman siswa ten-
Development (The UNDP Human Develop- tang faktor-faktor yang dapat mengembangkan
ment Report, 2011). Indeks Pembangunan Ma- dan menghambat kreativitas siswa SMP masih
nusia (IPM) atau Human Development Index rendah (Panjaitan et al., 2013). Selanjutnya
(HDI) adalah pengukuran perbandingan dari Panjaitan et al. (2013) menambahkan bahwa
harapan hidup, melek huruf, pendidikan dan berpikir kreatif siswa SMP pada indikator ber-
standar hidup untuk semua negara seluruh du- pikir kreatif yaitu, kelancaran, fleksibilitas, origi-
nia. IPM digunakan untuk mengklasifikasikan nalitas dan elaborasi masih rendah.
apakah sebuah negara adalah negara maju, Pada awal abad ke-21,kreativitas dibutu-
negara berkembang atau negara terbelakang hkan dan terus meningkat pada setiap bidang
dan juga untuk mengukur pengaruh dari kebi- kegiatan manusia (Baucus et al., 2008; Florida
jaksanaan ekonomi terhadap kualitas hidup. & Tinagli, 2004; Halbesleben et al., 2003; Ro-
Menurut Johar (2007) kelemahan-kele- berts, 2006). Bahkan sekarang ini, kreativitas
mahan yang menyebabkan peringkat mutu dianggap “…an essential life skill, which needs
pendidikan Indonesia tertinggal pada negara to be fostered by the education system” (Craft,
lain terletak kelemahan sistem pendidikan 1999) karena memiliki potensi untuk memeca-
kita yang dapat dikategorikan menjadi: (1) hkan berbagai masalah sosial, politik, dan eko-
lingkungan yang belum mendidik; (2) pendi- nomi. Jika guru bersedia dan termotivasi untuk
dikan yang belum memperhatikan ciri anak; mengubah sikap dan perilaku mereka untuk
(3) pembelajaran kita masih konvensional; mengadopsi cara-cara atau praktek-praktek
(4) pola pendidikan belum mengarah kepada baru yang akan meningkatkan berpikir kreatif
strategi membangun budaya; (5) pendidikan siswa, walaupun menghadapi faktor peng-
belum menyenangkan siswa, belum memerde- hambat (Alencar, 2002; Craft, 2003). Penelitian
kakan bahkan membelenggu; (6) belum terjadi lanjut diharapkan bahwa pada aspek sosi-
proses pembelajaran yang bermakna; (7) pem- al dan kerjasama, dengan penekanan bahwa
belajaran didominasi oleh guru; (8) cenderung lingkungan kreatif dapat meningkatkan berpikir
berorientasi kepada intelektualitas; (9) belum kreatif (Kamplys, 2010).
mengevaluasi hasil pendidikan dengan benar. Mumford et al. (2012) menyatakan ada
Piraz (2007) menyatakan agar manusia delapan unsur yang harus diperhatikan dan
dapat beradaptasi dengan keadaan abad 21 ini dilaksanakan untuk menumbuhkan berpikir
dibutuhkan sejumlah kemampuan antara lain kreatif. Unsur-unsur yang harus dimiliki guru
memiliki tanggungjawab baik personal maupun antara lain: 1) iklim kelas, 2) karakter/sifat guru,
sosial; mampu membuat perencanaan yang 3) pengelolaan kelas, 4) guru harus bergairah
baik; mampu berpikir kritis; mampu bernalar mengajar dan menempatkan siswa sebagai
dan menghasilkan ide yang kreatif; mampu subjek, 5) mengenal apa dan bagaimana gaya
berkomunikasi dengan efektif; mampu hidup mengajar, 6) pengetahuan guru, 7) interaksig-
dengan budaya yang beragam; mampu men- uru-siswa, dan 8) sikap siswa. Agar pelaksana-
gambil keputusan yang efektif; melek teknolo- annya efektif, maka dibutuhkan pengetahuan
gi dalam arti mengerti bagaimana dan kapan dan strategi selama proses belajar mengajar.
menggunakan teknologi. Hasil survei nasional Dalam pelaksanaan kegiatan belajar menga-
pendidikan di Indonesia menunjukkan bahwa jar, guru hendaknya memilih model ataupun
sistem pendidikan formal di Indonesia pada strategi pembelajaran yang dapat melibatkan
umumnya masih kurang memberi peluang bagi siswa aktif dalam belajar, baik secara mental,
pengembangan kreativitas (Tridjata, 2002). Di fisik, maupun sosial.
sekolah yang terutama dilatih adalah ranah Untuk mengembangkan kompetensi
kognitif yang meliputi pengetahuan, ingatan siswa dapat menjelajahi dan memahami alam
dan kemampuan berpikir logis atau penala- sekitar dan kemampuan berpikir kreatif diper-
ran. Sementara perkembangan ranah afektif lukan suatu model pembelajaran yang ses-
(sikap dan perasaan) dan ranah psikomotorik uai pada setiap kontens sains. Melalui model
(keterampilan) serta ranah lainnya kurang dip- pembelajaran sains yang dikembangkan dan
erhatikan dan dikembangkan. diimplementasikan pada pembelajaran siswa
Hal senada dikemukakan oleh Mun- SMP diharapkan mampu mengkonstruk pen-
andar (2009) bahwa kreativitas atau berpikir getahuannya sendiri dan diharapkan dapat
kreatif, sebagai kemampuan untuk melihat menumbuhkan bahkan meningkatkan berpikir
M. B. Panjaitan, M. Nur, B. Jatmiko - Model Pembelajaran Sains Berbasis Proses Kreatif- 11
perlu disempurnakan konteks penjelasan) siswa adalah kuantitatif dan deskriptif kualitatif.
Tidak Baik : 1(kualitas tidak baik, sulit dipaha- Analisis yang digunakan untuk menganalisis
mi, perlu disempurnakan konteks penjelasan) data yang diperoleh berdasarkan tes kognitif
produk (pemahaman konsep dan berpikir krea-
tif), keterampilan proses, afektif (karakter dan
Selanjutnya hasil skor rata-rata dari pe- keterampilan sosial) dan tes kinerja psikomotor
nilaian dideskripsikan sebagai berikut: adalah sebagai berikut:
1, 00 ≤ STP ≤ 1, 50 = tidak layak dan belum
dapat digunakan Hasil belajar pemahaman konsep dan ber-
1, 51 ≤ STP ≤ 2,50 = kurang layak dan dapat pikir kreatif
digunakan dengan banyak revisi Tes yang digunakan dalam penelitian
2,51 ≤ STP≤ 3,50= layak dan dapat digunakan ini adalah tes yang bertujuan untuk mengukur
dengan sedikit revisi kemampuan pemahaman konsep dan berpikir
3, 51 ≤ STP ≤ 4, 00 = sangat layak dan dapat kreatif siswa. Tes dilaksanakan dua kali yak-
digunakan tanpa revisi ni pada awal pembelajaran (pretest) sebelum
(Ratumanan dan Laurens, 2006) mendapat perlakuan dan setelah mendapat
Ket: STP: Skor Validasi Perangkat perlakuan pada akhir pembelajaran (posttest).
Sebagai langkah awal instrument di ujicobakan
Analisis keterlaksanaan pembelajaran terlebih dahulu kepada siswa (di luar kelompok
Penilaian terhadap keterlaksanaan fase- kontrol dan eksperimen) untuk mengetahui va-
fase sintaks yang tercantum dalam skenario liditas, reliabilitas, indeks kesukaran dan daya
RPP yang dikembangkan dilakukan setiap kali pembeda.
tatap muka yang dilakukan oleh dua orang Validitas butir tes dihitung dengan cara
pengamat. Kriteria tiap fase dalam sintaks menguji-korelasikan skor butir terhadap skor
yang dimaksud adalah terlaksana atau tidak total. Dalam penelitian ini uji korelasi dilakukan
dan kualitas keterlaksanaannya. dengan menggunakan korelasi Pearson atau
Hasil pengamatan keterlaksaan pembe- korelasi product-moment.
lajaran dianalisis dengan menggunakan anali-
sis deskriptif kualitatif dengan cara menghitung
hasil pengamat, dihitung berdasarkan skor
rata-rata tiap bagian untuk tiap RPP dan dikon-
versi menggunakan kriteria sebagai berikut:
1,00S 1,99 = kriteria keterlaksanaan pem- (7) (Suharsimi, 2010)
belajaran tidak baik Hasil belajar yang berupa pemahaman
2,00 S 2,99 = kriteria keterlaksanaan pem- konsep dan keterampilan berpikir kreatif ilmiah
belajaran kurang baik dan berpikir kreatif konten sains dinyatakan da-
3,00 S 3,49 = kriteria keterlaksanaan pem- lam N-Gain (gain ternormalisasi) yaitu,
belajaran cukup baik
Spost − Spre
3,50 S 4,00 = kriteria keterlaksanaan pem- 〈 g〉 =
belajaran baik. S max − Spre
Dengan :
Analisis aktivitas siswa 〈g 〉 : Nilai gain
Teknik yang digunakan untuk mengana-
lisis aktivitas siswa adalah deskriptif kualitatif. Spost : Nilai posttest
Analisis aktivitas siswa dilakukan dengan me- Spre : Nilai pretest
rekam data banyaknya frekuensi aktivitas yang Smax : Nilai maksimal
muncul dibagi dengan jumlah total keseluruhan Selanjutnya dari hasil perhitungan n-gain
frekuensi aktivitas dikalikan 100 %, atau dapat tersebut kemudian dikonversi dengan kriteria
dirumuskan seperti berikut: sebagai berikut:
banyaknya frekue- Tabel 1. Kriteria normalized gain
% aktivitas siswa= nsi tiap aktivitas X 100%
Kriteria Normalized
seluruh aktivitas Skor N-Gain
(6) Gain
Analisis hasil belajar 0.70 < N-Gain Tinggi
Teknik analisis data yang digunakan un- 0.30 ≤ N-Gain ≤ 0.70 Sedang
tuk menganalisis ketuntasan hasil belajar tiap
M. B. Panjaitan, M. Nur, B. Jatmiko - Model Pembelajaran Sains Berbasis Proses Kreatif- 15
N-Gain < 0.30 Rendah bang ide atau pendapat, menjadi pendengar
yang baik dan bekerjasama.
Untuk mengetahui adanya perbedaan Perilaku kreatif mencakup kemampuan
menjawab pertanyaan dengan mudah dan be-
hasil belajar dengan menerapkan model Or-
nar, kemampuan menjawab masalah dengan
DeP2E dengan yang konvensional digunakan jawaban yang berbeda, kemampuan mengha-
uji-t tidak berpasangan dengan taraf signifi- silkan ide baru yang tidak biasa dan kemampu-
kansi 0,05. Selanjutnya dilakukan uji Anova 2 an memperkaya gagasan atau ide
jalan untuk mengetahui apakah model pembe- Untuk menganalisis hasil belajar afektif
lajaran, kemampuan awal dan model pembe- dapat dilakukan dengan menggunakan rumus
lajaran secara bersama-sama mempengaruhi sebagai berikut:
keterampilan berpikir kreatif dan pemahaman
Skor perolehan
konsep sains siswa. Sedangkan untuk men- Nilai= X 100
getahui bagaimana hubungan antara pema- Skor maksimal ideal
haman konsep konten sains dan keterampi-
lan berpikir dilakukan analisis regressi linear Tabel 2. Kategori penilaian hasil belajar afektif
sederhana. siswa
No. Nilai kuantitatif Kategori
Analisis hasil belajar proses 1. Nilai 4,00 Sangat tinggi
Siswa dapat dikatakan tuntas apabila ni- 2. 3,00 ≤ nilai < 4,00 Tinggi
lai siswa secara individual mencapai ≥ 75. Ni-
3. 2,00 ≤ nilai < 3,00 Kurang
lai siswa secara individual adalah jumlah skor
yang diperoleh siswa dibagi skor maksimum 4. Nilai < 2,00 Sangat kurang
dan dikali 100%.
Pembelajaran dapat dikatakan tuntas Analisis data hasil angket respons siswa
apabila persentase (P) klasikal yang dicapai Data hasil angket respons siswa diana-
sebesar ≥ 75 %. Nilai siswa secara klasikal lisis dengan deskriptif kualitatif dengan memp-
adalah jumlah siswa yang tuntas dibagi den- rosentasekan respons positif dan negatif siswa
gan jumlah seluruh siswa dikali 100% dalam mengisi lembar angket respons siswa
yang dihitung dengan rumus:
Jumlah siswa
yang tuntas Jumlah siswa memberi
Pklasikal = X 100% % Respon tiap respon aspek tertentu
X 100%
Jumlah seluruh siswa aspek =
Jumlah seluruh siswa
dan pengujian hipotesis, perancangan, serta lajaran. Validasi terhadap model pembelajaran
pelaksanaan eksperimen atau penyelidikan yang dikembangkan juga ditinjau dari segi va-
dalam kaitannya untuk melatihkan meningkat- liditas konstruk dengan menggunakan instru-
kan pemahaman konsep, keterampilan proses men validasi konstruk dengan nilai rata-rata
dan keterampilan berpikir kreatif. Sintaks mod- 3.33 dengan kesimpulan, kualitas model pem-
el pembelajaran OrDeP2E (model hipotetik) belajaran sains berbasis proses kreatif inkuiri
disajikan pada Tabel 3 di bawah ini (OrDeP2E) adalah baik ditinjau dari segi vali-
ditas konstruk, sehingga model pembelajaran
yang dikembangkan layak untuk digunakan.
posttest siswa dibandingkan untuk mengetahui tuk pengujian normalitas data digunakan uji
peningkatan (N-gain) nilai siswa. statistik normalitas Kolmogorov Smirnov den-
Dari Tabel 4 ditunjukkan bahwa rerata gan bantuan software SPSS 20 nilai probabili-
peningkatan nilai (N-gain) berpikir kreatif se- tas (sig) 0,080 > 0,05 maka dapat diasumsikan
besar 0,47 dan pemahaman konsep adalah bahwa data berdistribusi normal.
0,66 pada kategori sedang (0,3 < N-gain > 0,7,
Hake, 2002). Dari N-gain yang diperoleh maka Uji Homogenitas
dapat disimpulkan bahwa perangkat dan model Setelah kedua sampel penelitian terse-
pembelajaran OrDeP2E layak untuk uji luas. but dinyatakan berdistribusi normal, selanjut-
nya dicari nilai homogenitas dengan meng-
Ujicoba II gunakan Levene Test. Kriteria pengujian yang
Ujicoba II dilakukan untuk mengetahui dilakukan pada tingkat kepercayaan tertentu.
konsistensi model OrDeP2E dalam kelas yang Sampel dinyatakan homogen apabila proba-
lebih luas. Ujicoba II dilakukan pada 4 kelas bilitas (sig) > 0.05. Dari perhitungan diperoleh
perlakuan model OrDeP2E dan 1 kelas non harga probabilitas (sig) adalah 0,556 > 0,05,
perlakuan model OrDeP2E Rekapitulasi N- sehingga dapat disimpulkan bahwa seluruh
gain kelas eksperimen dan kelas kontrol seca- sampel memiliki varians yang homogen.
ra ringkas dapat dilihat pada Tabel 5. Gambar Untuk mengetahui ada tidaknya perbe-
4 menunjukkan perbandingan N-gain berpikir daan hasil belajar dan peningkatan hasil yang
kreatif dan pemahaman konsep kelas eksperi- signifikan antara siswa yang belajar dengan
men dan kelas kontrol. menggunakan model pembelajaran sains
berbasis proses kreatif-inkuiri dan model kon-
Analisis Perilaku Berkarakter dan Keteram- vensional untuk masing-masing keterampilan
pilan Sosial berpikir kreatif dan pemahaman konsep, maka
Pengamatan terhadap perilaku berkara- dilakukan uji statistik Anova one Way dengan
kter diamati dengan menggunakan instrumen bantuan software SPSS 20. Hasil uji-t perbe-
perilaku berkarakter. Analisis hasil pengamatan daan dua rerata ditunjukkan pada Tabel 6.
perilaku berkarakter dilakukan pada setiap ke- Dari perhitungan uji kesamaan rata-rata
las model masing-masing 8 orang setiap kelas. (t-tes) untuk hasil belajar berpikir kreatif diper-
Diperoleh informasi bahwa keterampilan sos- oleh harga thitung = 21,986 dan probabilitas (sig
ial dalam hal menyumbang ide atau pendapat 2-tailed) = 0,000, pemahaman konsep harga
mendapatkan skor rata-rata 76,90 menghargai thitung = 8,817 dan probabilitas (sig 2-tailed) =
pendapat teman mendapatkan skor rata-rata 0,000, peningkatan (N-gain) berpikir kreatif thi-
77,43 bekerjasama mendapatkan skor rata-ra- tung
= 23,264 dan probabilitas (sig 2-tailed) =
ta 79,69 atau ketiganya berada dalam kategori 0.000 dan peningkatan (N-gain) pemahaman
tinggi (memuaskan). konsep thitung = 8,5962 dan probabilitas (sig
2-tailed) = 0.000. Kriteria uji untuk masing-
Analisis Hasil Belajar masing hipotesis yang dikemukakan di atas
Deskripsi hasil analisis data hasil belajar adalah; terima Ho jika probabilitas (sig 2-tailed)
produk lebih besar dari α = 0,05 atau thitung < ttabel dan
Uji Normalitas tolak Ho jika nilai probabilitas (sig) lebih kecil
Uji normalitas berguna untuk menentu- dari nilai α = 0,05 atau thitung > ttabel. (ttabel 0.05,
kan data yang telah dikumpulkan berdistribusi 248 adalah 1.969576). Jadi keempat hipote-
normal atau diambil dari populasi normal. Un- sis yang diuji masing-masing nilai probabilitas
Tabel 4. Rekapitulasi rerata peningkatan nilai berpikir kreatif dan pemahaman konsep pada uji-
coba model pembelajaran OrDeP2E
Kelas ujicoba model pembelajaran kelas Ujicoba I
Uraian BK PK N-gain
Pretes Postes Pretes Postes BK PK
Nilai Maks 31.25 68.75 40.00 90.00 0.62 0.86
Nilai Min 11.25 47.50 18.75 63.75 0.33 0.46
Rerata 18.71 56.77 29.83 75.98 0.47 0.66
Ket: BK : berpikir kreatif PK: Pemahaman Konsep
20 Jurnal Pendidikan Fisika Indonesia 11 (1) (2015) 8-22
Gambar 2. Perbandingan nilai rata-rata kelas eksperimen (Perlakuan Model OrDeP2E) dan ke-
las kontrol (scientific approach)
M. B. Panjaitan, M. Nur, B. Jatmiko - Model Pembelajaran Sains Berbasis Proses Kreatif- 21
Tabel 6. Hasil analisis statistik rerata, standar deviasi dan standard error untuk seluruh kelas
Data Kelas N Mean Std. Deviation Std. Error Mean
Model_OrDeP2E 118 64.110 9.3813 .86363
Nilai_BK
Scientific Approach 30 43.435 4.9470 .43389
Model_ OrDeP2E 118 77.658 10.793 .99360
Nilai_PK
Scientific Approach 30 65.500 10.892 .95532
Model_Proses-Kreatif 118 .5477 .12535 .01154
Gain_BK
Scientific Approach 30 .2538 .06768 .00594
Model_ OrDeP2E 118 .7119 .14106 .01299
Gain_PK
Scientific Approach 30 .5562 .14386 .01262
BK: berpikir kreatif PK: Pemahaman Konsep
lebih kecil dari nilai α = 0,05 dan nilai thitung > pemahaman konsep siswa 61,8 % dipenga-
ttabel artinya semua hipotesis nol untuk masing- ruhi oleh kemampuan berpikir kreatif dan 39,2
masing uji ditolak dan Ha diterima, yang berarti % lagi dipengaruhi oleh faktor lain yang tidak
ada perbedaan yang signifikan untuk setiap hi- dibahas dalam penelitian ini.
potesis yang diuji.
DAFTAR PUSTAKA
Penutup
Alencar, E. M. L. S. (2002). Mastering creativity for
Telah dikembangkan model pembelaja- education in the 21st century. In B. Clark
ran sains berbasis proses kreatif-inkuiri yang (Ed.), Proceedings of the 13th Biennial World
Conference of the World Council for Gifted
dinamakan model pembelajaran OrDeP2E
and Talented Children (pp. 13-21). North-
yang memiliki 5 (lima) fase pembelajaran ridge, CA: World Council for Gifted and Tal-
yaitu, orientasi masalah, definisi masalah, ented Children.
pengorganisasian informasi/pengajuan hipo- Anderson & Krathwohl. (2001). A Taxonomy for
tesis, pengujian hipotesis dan evaluasi dapat Learning, Teaching andAssessing: Revision
mengembangkan berpikir kreatif dan pemaha- of Bloom’s Taxonomy of Educational Objec-
man konsep sains siswa yang valid, praktis tives, Bridged Ed, New York: Longman.
dan efektif. Model pembelajaran OrDeP2E ini Arends, R. I. (2013). Learning to Teach. New York:
memiliki validitas isi dan konstrak yang tinggi McGraw-Hill Companies.[Penerjemah: Made
Frida Yulia: Copyright 2013 by McGraw-Hill
berdasarkan penilaian para ahli. Efektivitas
Eduation (Asia) and Salemba Empat]
pembelajaran model OrDeP2E berkategori .Baucus, M. S., Norton, W. I., Baucus, D. A., & Hu-
tinggi, ditinjau dari kemampuan guru menge- man, S. E. (2008). Fostering creativity and
lola pembelajaran dan aktivitas siswa yang innovation without encouraging unethical
tinggi. Aktivitas siswa dalam pembelajaran behavior. Journal of Business Ethics, 81(1),
dengan model OrDeP2E didominasi oleh pe- 97-115.
nyelidikan ilmiah melalui praktikum di dalam Borg, W.R., & Gall, M.D., (2003). Educational Re-
kelas. Keterlaksanaan model pembelajaran search (An Introduction), 7th Ed. Pearson
OrDeP2E ini di kelas sangat tinggi dan me- Education Inc. United Stated of America.
Borich, Gary D. (1994). Observation skills for Effec-
miliki kemenarikan yang tinggi ditinjau dari
tive Teaching. New York: Merril.
respons positif siswa terhadap pelaksanaan Craft, A. (1999). Creative development in the early
pembelajaran. Model pembelajaran OrDeP2E years: some implications of policy for prac-
lebih efektif dalam meningkatkan berpikir kre- tice. The Curriculum Journal, 10(1), 135-150.
atif siswa dibandingkan dengan pendekatan De Vito, Alfred. (1989). Creative Wellsprings for Sci-
sains (scientific approach). Model pembelaja- ence Teaching. West Lafayette,Indiana: Cre-
ran OrDeP2E lebih efektif dalam meningkatkan ative Venture.
pemahaman konsep sains siswa dibandingkan Hake, Richard, R. (2002). Relationship of Individual
dengan pendekatan sains (scientific approach). Student Normalized Learning Gains in Me-
chanics with Gender, High-School Physics,
Ada hubungan yang positif antara keterampi-
and Pretest Scores on Mathematics and
lan berpikir kreatif siswa dengan pemahaman Spatial Visualization. Tersedia: http://www.
konsep sains dngan koefisien regresi (R) sebe- physics.indiana.edu/-hake [diakses 21 Mei
sar 0,786 dan R2 = 0,618. Hubungan tersebut 2013]
memiliki model regresi yang signifikan, artinya Halbesleben, J. R. B., Novicevic, M. M., Harvey,
22 Jurnal Pendidikan Fisika Indonesia 11 (1) (2015) 8-22
M. G., & Buckley, M. R. (2003). Awareness Panjaitan, M., Nur, M,. & Jatmiko, B. (2013). Ket-
of temporal complexity in leadership of cre- erampilan Berpikir Kreatif Siswa SMP
ativity and innovation: A competency-based dalam Pembelajaran Sains, Studi Pendahu-
model. The Leadership Quarterly 14(4-5), luan Pengembangan Model Pembelajaran
433-454. Sains Berbasis Proses Kreatif-Inkuiri untuk
Hu, Weiping & Adey, Philip (2010). A Scientific Mengembangkan Keterampilan Berpikir. Ar-
Creativity Test for secondary Student, Inter- tikel, Proses Publikasi, PPs Unesa: Surabaya
national Journal of Science Education, 24:4, Piraz, D. (2007). “Project in Education, Preparing
389-403 Scientific School Science Project.”Makalah
Johar (2007) Membedah Pendidikan Alternatif di pada Seminar Pendidikan: International Bi-
Indonesia, Forum Mangunwijaya “Kurikulum lingual Bandung School. Jakarta.
yang Mencerdaskan Visi 2030 dan Pendidi- Ratumanan, G.T., dan T, Laurens. 2006. Evalu-
kan Alternatif. Jakarta: Penerbit Buku Kom- asi Hasil yang Relevan dengan Memecah-
pas. kan Problematika Belajar dan Mengajar.
Joyce, B., Weil M., &Calhoun Emily. (1992). Models Bandung:CV Alfabeta.
of Teaching. New Jersey: Prentice Hall, Inc. Roberts, P. (2006). Nurturing creativity in young
Kamplys, Panagiotis.(2010). Fostering Creative people: A report to government to inform fu-
Thinking The Role of Primary Teachers. Dis- ture policy. London: Department for Culture,
sertation: University of Jyvaskila. Media and Sport.
Looi, C.K. (1998).Interactive learningenvironments Semiawan, Conny R. (1998). Pendidikan Tinggi:
for promoting inquirylearning. Journal of Edu- Peningkatan Kemampuan Manusia. Sepan-
cationalTechnology Systems, 27, 1, 3–22. jang Hayat Seoptimal Mungkin. Jakarta:
Martin, M.O., Mullis, I.V.S., Foy, P., & Stanco, G.M. Dirjen Dikti Depdikbud.
(2012). TIMSS & PIRLS International Study Suthers, D. (1996). Distributed tools for collabora-
Center, Boston College. TIMSS 2011 Inter- tivelearning and coached apprenticeshipap-
national Results in Science.Tersedia Online. proaches to critical inquiry. ITS′96,June 12–
McDermott, L.C. (1996). Physics by Inquiry (Vol. I). 14, Montreal.
New York: John Wiley & Sons, Inc. The UNDP Human Development Report(2011).
Mumford, M., Meideros K., &Partlow J,. (2012) Cre- Tersedia Online: diakses 20 Oktober
ative Thinking: Processes, Strategies, and- 2012. http://hdr.undp.org/en/reports/global/
Knowledge. The Journal of Creative Behav- hdr2011/
ior, Vol. 46, Iss. 1, pp. 3047 © 2012 by the Tridjata, S. (2002). Mainan Pendidikan sebagai Me-
Creative Education Foundation, Inc. © DOI: dia Ekspresi Kemampuan Kreatif Anak. ITB
10.1002/jocb.003 Central Library. Download 21 Maret 2011.
Munandar, S. C. Utami. (2009). Mengembangkan White, B.Y. dan Frederiksen, J.R. (1998).
Kreativitas Anak Berbakat. Jakarta: Rineke Inquiry,Modeling, and Metacognition: Making
Cipta science accessible to all students.Cognition
OECD. (2010). PISA 2009 Results: Learning Trends: and Instruction, 16, 3–118.
Changes in Student Performance Since Zamroni. (2000). Paradigma Pendidikan Masa De-
2000.Volume V. Programme for International pan. Yogyakarta: Bigraf Publishing.
Student Assesment.