Anda di halaman 1dari 7

Cantika Siti Qodariah Hamida

1910104183/ E3

Indonesia Mengajar

Anies Baswedan adalah ketua dari gerakan Indonesia Mengajar

dan Rektor Universitas Paramadina. Sebagai inisiator, sejak pertengahan 2009

Anies mulai mengajak beberapa kawan seide untuk membentuk GIM dan

mendorong kemajuan pendidikan di Indonesia, bukan melalui seminar dan diskusi

tetapi melalui program konkret mengirimkan sarjana terbaik Indonesia menjadi

Guru SD.

Semasa kuliah, Anies aktif di pergerakan mahasiswa, menjadi ketua Senat

Mahasiswa UGM. Dari sana Anies memiliki hubungan dekat dengan alm.

Prof. Koesnadi Hardjasoemantri, Rektor UGM dan mantan Ketua Dewan

Mahasiswa UGM. Pak Koes dan Pengerahan Tenaga Mahasiswa di era 1950-an

(mahasiswa menjadi guru SMA di luar Jawa) ini yang sering ia kutip sebagai salah

satu inspirasi dalam mengembangkan program Indonesia Mengajar.

Selepas dari aktivitas di Senat Mahasiswa, di sekitar 1996-an Anies dan kawan-

kawan aktivis di Yogyakarta mendirikan Center for Student and Community

Development (CSCD). Lembaga ini berkeliling mengembangkan dan

mengadakan training kepemudaan di desa-desa tertinggal. Nama programnya

adalah Program Pengembangan Pemuda Desa Tertinggal (PPDT) yang


berbentuk training motivasi dan keterampilan di sekitar lima puluh desa

di Kalimantan Timur, Jawa Tengah, dan berbagai wilayah lain.

Dari pengalaman dalam pergerakan dan interaksi lintas kelompok, pikiran

ekspresif Anies sering muncul dengan pendekatan dan cara pandang baru dalam

melihat persoalan di Indonesia. Kalimat dari Anies seperti "janji kemerdekaan kita

adalah mencerdaskan kehidupan bangsa, maka janji itu dilunasi untuk setiap warga

negara” pandangan ini menyadarkan kita bahwa mencerdaskan dan

menyejahterakan itu bukan sekadar cita-cita tetapi sebuah janji Republik. Atau saat

dia sering mengatakan bahwa "pendidikan adalah eskalator untuk menaikkan posisi

rakyat jelata dari ketertinggalan dan ketergantungan jadi kemajuan dan

kemandirian"[4], ia membuat kita lebih memahami pendidikan bukan sekadar alat

untuk mencerdaskan tetapi alat untuk mengubah derajat sosial-ekonomi.

Meski Anies mempelajari ilmu bisnis, ekonomi, dan politik serta banyak

berbicara di kancah internasional, tetapi sejak kecilnya Anies berada di wilayah

pendidikan: ayah-ibunya adalah pendidik yang tidak hanya dosen tetapi penggiat

pengembangan pendidikan di Yogya. Anies pernah mengatakan bahwa dia

membayangkan betapa hebatnya Indonesia jika konsep kekayaan bangsa itu bisa

diubah. Itu sebabnya Anies meyakini bahwa mendorong kemajuan bangsa harus

melalui pendidikan

Indonesia Mengajar tak berambisi hadir sebagai solusi yang menyelesaikan

seluruh persoalan pendidikan di Indonesia. Namun begitu, kami meyakini bahwa

kehadiran putra-putri terbaik Indonesia sebagai guru akan ikut mendorong

peningkatan kualitas pendidikan kita. Melalui Indonesia Mengajar, para calon


pemimpin memiliki kesempatan mengembangkan pemahaman akar rumput

Indonesia, yang beraneka ragam dan memiliki persoalan-persoalan yang juga

kompleks. Selain itu, masa petualangan ini merupakan wahana pendewasaan diri

dan latihan kepemimpinan yang alami.

Indonesia Mengajar memfasilitasi para guru tersebut (disebut Pengajar Muda)

untuk tinggal, hidup dan belajar dari masyarakat setempat selama satu tahun.

Mereka bekerja di sekolah dasar dan tinggal di rumah penduduk bersama keluarga

baru mereka. Tantangan, hambatan dan segala pengalaman akan membentuk

karakter kepemimpinan sekaligus merajut tenun kebangsaan yang lebih kokoh. Apa

yang mereka lewati akan menjadi pelajaran seumur hidup bagi mereka. Sementara

itu, inspirasi yang mereka bagi di sekolah dan masyarakat akan menjadi memori

seumur hidup bagi anak-anak dan masyarakat di sana.

"Secara garis besar, Indonesia Mengajar bicara tentang dua hal: Pendidikan dan

Pemimpin"

Terkait pendidikan, Janji kemerdekaan untuk mencerdaskan kehidupan bangsa

menginspirasi program ini. Janji kita semua itu, hingga kini belum bisa kita

wujudkan secara sempurna. Ada sebagian bangsa Indonesia yang terlunasi Janji

Kemerdekaan-nya. Dengan pendidikan yang mereka raih, mereka dapat mencapai

kehidupan yang lebih baik untuk diri dan keluarganya. Tetapi, tidak sedikit saudara

kita yang masih menunggu lunasnya janji itu. Mereka belum mendapat pendidikan

yang layak , mereka belum terangkat kehidupan ekonomi dan sosialnya.


Indonesia Mengajar percaya Janji Kemerdekaan adalah janji kita semua. Kita

yakin pendidikan adalah satu gerakan bangsa dan bukan semata tugas pemerintah.

Karenanya, daripada sekedar "mengutuk kegelapan", kami memutuskan untuk ikut

bertindak, meski hanya bagaikan menyalakan Lilin yang kecil. Indonesia Mengajar

terdorong berbuat sesuatu--yang terbaik yang bisa dilakukan--demi kemajuan

pendidikan di Tanah Air dan terlunasinya Janji Kemerdekaan itu.

Dosen Profesional

Secara umum profesionalisme dapat diartikan sebagai sifat yang harus dimiliki

seseorang terkait profesinya. Profesionalisme juga dapat diartikan sebagai sifat

yang harus dimiliki seseorang pelaku profesi untuk melaksanakan tugasnya dengan

baik dan benar. Dosen profesional adalah dosen yang memiliki kompetensi khusus

dibidangnya untuk melaksanakan pengajaran, penelitian dan pengabdian kepada

masyarakat sesuai dengan kompetensinya. Setiap profesi memiliki karakteristik

profesionalismenya sendiri. Dengan kata lain, kriteria profesionalisme dalam suatu

bidang – misalnya bidang kedokteran berbeda dengan bidang teknik. Namun,

secara umum, terdapat ciri-ciri orang yang professional sebagai berikut: memiliki

kemampuan atau keterampilan di bidangnya, memiliki ilmu dan pengalaman,

memiliki disiplin yang tinggi, mampu melakukan pendekatan disipliner, mampu

bekerja sama, dan tanggap terhadap masalah klien. Dalam undang-undang terdapat

empat kompetensi guru dan dosen. Undang-undang nomor 14 tahun 2005tentang

guru dan dosen, pada pasal 10 ayat (1) menyatakan bahwa “kompetensi guru

sebagaimana dimaksud dalam pasal 8 meliputi kompetensi pedagogik, kompetensi


kepribadian, kompetensi sosial dan kompetensi profesional yang diperoleh melalui

pendidikan profesi”.

A. Kompetensi Pedagogik

Menurut Suparno disebut juga kemampuan dalam pembelajaran atau

pendidikan yang memuat pemahaman akan sifat, ciri anak didik dan

perkembangannya, mengerti beberapa konsep pendidikan yang berguna untuk

membantu siswa, menguasai beberapa metodologi mengajar yang sesuai

dengan bahan dan perkambangan siswa, serta menguasai sistem evaluasi yang

tepat dan baik yang pada gilirannya semakin meningkatkan kemampuan siswa.

1. Guru / dosen harus menganal siswa didiknya. Guru diharapkan memahami

sifat-sifat, karakter, tingkat pemikiran, perkembangan fisik dan psikis anak

didik. Dengan mengerti hal-hal itu guru akan mudah mengerti kesulitan

dan kemudahan anak didik dalam belajar dan mengembangkan diri.

Dengan demikian guru akan lebih mudah membantu siswa berkembang

2. Kedua, guru perlu juga menguasai beberapa teori tentang pendidikan

terlebih pendidikan di jaman modern ini. Oleh karena sistem pendidikan

di Indonesia lebih dikembangkan kearah pendidikan yang demokratis

3. Ketiga, guru juga diharapkan memahami bermacam-macam model

pembelajaran. Dengan semakin mengerti banyak model pembelajaran,

maka dia akan lebih mudah mengajar pada anak sesuai dengan situasi anak

didiknya.

4. Kompetensi profesional meliputi: (1) menguasai landasan pendidikan, (2)

menguasai bahan pembelajaran, (3) menyusun program pembelajaran, (4)


melaksanakan program pembelajaran, dan (5) menilai proses serta hasil

pembelajaran.

B. Kompetensi Profesional Profesi adalah suatu jabatan atau pekerjaan yang

menuntut keahlian (expertise) para anggotanya. Artinya pekerjaan itu tidak

bisa dilakukan oleh sembarang orang yang tidak terlatih dan tidak disiapkan

secara khusus untuk melakukan pekerjaan itu. Profesional menunjuk pada dua

hal, yaitu orang yang menyandang profesi, penampilan seseorang dalam

melakukan pekerjaan sesuai dengan profesinya (seperti misalnya dokter).

1. Konsep struktur dan metoda keilmuan / teknologi seni yang menaungi/

koheren dengan materi aja

2. Penerapan konsep keilmuan sehari-hari

3. Kompetensi profesional dalam konsep global dengan tetap melestarikan

nilai dan budaya nasional

4. Hubungan konsep dan mata pelajaran terkait

c. Kompetensi sosial

1. memiliki empati pada orang lain

2. memiliki toleransi pada orang lain

3. memiliki sikap dan kepribadian yang positif serta melekat pada setiap

kopetensi yang lain

4. mampu bekerja sama dengan orang lain.

Menurut Gadner (1983) dalam Sumardi (Kompas, 18 Maret 2006) kompetensi

sosial itu sebagai social intellegence atau kecerdasan sosial. Kecerdasan sosial
merupakan salah satu dari sembilan kecerdasan (logika, bahasa, musik, raga,

ruang, pribadi, alam, dan kuliner) yang berhasil diidentifikasi oleh Gardner

d. Kompetensi kepribadian merupakan kemampuan kepribadian yang: mantap,

stabil, dewasa, arif dan bijaksana, berwibawa, berakhlak mulia, menjadi teladan

bagi peserta didik dan masyarakat, mengevaluasi kinerja sendiri dan

mengembangkan diri secara berkelanjutan.

Sosok Dosen Profesional

Sosok dosen profesional menurut saya ialah ibu Tenang Juvita Sitepu

SST.,M.Keb. beliau mengajar di poltekes TNI AU Ciumbuleuit Bandung. Sejak

saya menjadi mahasiswa di kampus tersebut, saya sudah kagum dengan beliau.

Beliau sosok dosen yang sangat cerdas. Secara linguistik, keilmuan dan secara

kepribadian. Jiwa sosial beliaupun terbilang tinggi.

Ketika tingkat 3 saya menjadi anak bimbingan dari ibu tenang juvita, beliau

sangat dapat mengarahkan saya dalam meneliti, sangat membimbing dan

mengayomi. Tidak pernah ada kata-kata dari ibu tenang yang tidak baik kepada

mahasiswanya. Beliau sangat menjaga lisan ketika berbicara. Ketika saya kesulitan

dalam melaksanakan sidang pun beliau yang turut andil mengusahakan supaya saya

bisa mengikuti sidang akhir. Mungkin jika tanpa beliau saya tidak dapat lulus dari

kampus tersebut

Beliau adalah sosok dosen yang tepat menurut saya untuk dikatakan sebagai

dosen profesonal, karena beliau mempunya semua kompetensi dasar yang harus

dimiliki oleh dosen profesional

Anda mungkin juga menyukai