Anda di halaman 1dari 9

AZHAR PRAYOGA M.

(90100117059)

B 2.Persepektif Negara Non-Islam terhadap Perbankan Syariah

Sistem bank syariah dipercaya mampu mengalahkan sistem kapitalis

yang berkembang di dunia barat, karena bank syariah memiliki ‘kode etik

yang tegas’ (berdasarkan Al-Quran) dan menjauhkan ‘praktek eksploitasi’

(termasuk pemberian bunga). Berdasarkan pendukung sistem syariah,

mereka percaya bahwa kapitalisme adalah hanya berfokus pada uang

(keuntungan) saja dan hal ini menimbulkan ketamakan dan eksploitasi

terhadap orang lain, yang mengarah pada masalah sosial di barat, termasuk

pembagian kelas dalam masyarakat dan pendistribusian kekayaan yang

timpang. Mereka juga percaya bahwa model bank syariah dapat

menyelesaikan masalah sosial ini dan berkontribusi kepada masyarakat yang

lebih sejahtera.

contoh negara yang masyarakat di beberapa daerahnya banyak yang

menggunakan fasilitas Bank syariah adalah di :

1.Toronto, Kanada.

Hal tersebut menurut berita di Toronto, Kanada, 8 Rabiul Awwal

1436/30 Desember 2014 (MINA) – Associate Professor University of

Toronto’s Rotman School of Management, Walid Hejazi, yang mengatakan

penduduk muslim di Kanada sedang tertarik dengan sistim yang diterapkan

oleh bank syariah karena dalam bank syariah tidak mengenal sistim bunga

dan mereka lebih mengacu pada sistim kemitraan yang di terapkan bank

syariah untuk memenuhi kebutuhan mereka.


2. Filiphina

Para pengusaha di daerah otonomi muslim Mindanao (ARMM) makin


optimis setelah parlemen filipina memberi sinyal positif soal izin operasi
perbankan syariah, parlemen filipihina sudah menyiapkan undang undang HB
5989 yang berisi pengauan atas praktik dan produk bank syariah.

3. Uganda

Parlemen Uganda juga melakukan amandemen undang-undang


perbankan. Bank syariah yang sebelmunya tak punya landasan, kini legal
dalam pandangan hukum uganda. Parlemen uganda bahkan menyarankan
adanya dewan pusat penasihat syariah dalam bank sentral uganda untuk
membantu mengawasi situasi penyedia produk perbankan syariah.
Setidaknya 11 dari 22 bank konvensional di uganda sudah menyampaikan
minat menyediakan produk keuangan syariah.

4. Jerman

Laporan perkembangan keuangan islam (IFDR) 2015 menyebut,


Jerman menyambut bank syariah pertama saat kuveyt turk membuka kt bank
AG DI Frankfurt pada 2015 lalu

5. China

Cina yang sejak 2014 sudah mendalami bank syariah. Undang-undang


perbankan cina sedang direvisi untuk bisa memasukan perbankan islam di
dalamnya.

6. Rusia

Di Rusia, asosiasi perbankan Rusia pada 2014 lalu juga sudah


meminta Bank Sentral Rusia untuk mendirikan badan pengawas lembaga
keuangan syariah dan kerangka legalnya.
7. Amerika dan Inggris

Bank syariah kini memposisikan diri sebagai alternatif dalam sistem

perbankan di barat, dan 3 dari 4 Muslim di Inggris lebih memilih produk

perbankan syariah dibandingkan produk bank konvensional. Di Eropa, bank

syariah kini tidak hanya melayani kaum Muslim namun juga para non-Muslim.

Di London sendiri, 20% nasabah bank syariah berasal dari masyarakat non-

Muslim.

Untuk memberi lebih banyak informasi, Bank Islam di Amerika menciptakan

website (www.islamic-bank-usa.com) bagi non-muslim dalam mempelajari

perbankan syariah. Produk bank syariah harus:

1. Bebas Bunga; diganti dengan sistem bagi hasil bank syariah.

2. Menjunjung tinggi etika.

3. Berhubungan dengan perdagangan yang didasari oleh kebutuhan.

Beberapa produk keuangan diperbolehkan, ada juga yang tidak seperti

pinjaman tidak boleh untuk membeli minuman beralkohol, berjudi, pornografi

dan hal lain yang dilarang dalam Islam. Kebanyakan bank syariah

menawarkan produk-poduk seperti menerapkan sistem bagi hasil

dibandingkan pemberian bunga dan tidak mengeluarkan obligasi.

B3. Singapura dan Inggris sebagai Pusat Perbankan dan Keuangan

Islam

Perbankan dan keuangan islam menjadi sorotan dunia sejak

kekacauan Ekonomi dan finansial melanda perekonomian global. Tahun

2004, inggris menjadi negara eropa pertama yang memiliki Bank berbasiskan

islam. Pertengahan tahun 2015 ini akan disusul oleh jerman. Pertumbuhan
aset perbankan syariah di inggris, jerman dan perancis melonjak tajam,

meningkat jauh di atas pertumbuhan di timur tengah dan asia

Beragam faktor mempengaruhi tingginya pertumbuhan perbankan syariah di

eropa, selain jumlah umat muslim yang meningkat di kawasan tersebut, hal itu

tentu disebabkan oleh sistem perbankan islam yang melarang transaksi

bunga (riba) sehingga menjadi pilihan dan solusi investasi maupun kebutuhan

pendanaan bagi siapapun yang membutuhkan baik muslim maupun non-

muslim di sana.

Kesadaran masyarakat akan pilihan investasi dan pendanaan yang

menguntungkan namun adil bagi sesama diapresiasi secarapositif oleh

pemerintah negara tersebut dengan memberikan peluang berdirinya bank

syariah di negara tersebut. Tanpa menyinggung perihal agama, sebagaimana

diketahui mayoritas penduduk eropa adalah umat nasrani, berdirinya bank

islam atau bank syariah nyatanya menjadi angin segar bagi siapapun yang

ingin merasakan keadilan dan keuntungan bisnis yang menentramkan

Political will, mejadi kata kunci dari tumbuh suburnya perbankan dan

keuangan islam di eropa. Sebagaimana diketahui,dalam rentang 5 tahun

terakhir aset perbankan syariah terbesar diduduki oleh iran, saudi arabia dan

malaysia dimana pemerintahnya memiliki peran utama dalam memobilisasi

pergerakan dan pertumbuhan perbankan syariah di negara tesebut

Pertanyaan tak terelakkan adalah apakah kehadirannya semakin

menjauhkan kaum Muslim dari berbagai nilai dan norma Barat, menciptakan

sebuah perkampungan keuangan tersendiri. Sebuah pandangan alternatif


menyatakan bahwa dengan semakin meningkatnya jumlah orang di Barat

yang tidak puas atau skeptis tentang layanan-layanan perbankan yang

mereka terima, dan melihat bank-bank tersebut sebagai pemeras atau

bahkan tidak etis, kemunculan perbankan Islam dengan moralitas yang

berbeda menghasilkan Islam dengan cerminan wajah yang lebih positif.

Banyak bankir Barat memandang keuangan Islam sebagai sebentuk

rasa keingintahuan, dan bahkan mungkin sebuah peluang bisnis, tetapi jarang

yang melihatnya sebagai sebuah ancaman yang dapat dibandingkan dengan

ekstremisme Muslim. Kenyataannya, perbankan dan keuangan Islam dapat

dianggap sebagai sisi lembut Islam, dan sebuah aspek yang meminjamkan

dirinya sendiri bagi sebuah dialog antara orang Barat dan Muslim

Lembaga-lembaga keuangan retel Islam, termasuk Islamic Bank of

Britain, the European Islamic Investment Bank dan Lariba Bank di Kalifornia,

saat ini telah tegak berdiri di sejumlah negara Barat. Lebih jauh, bank-bank

pemberi pinjaman internasional, termasuk Citibank, HSBC Amanah, Deutsche

Bank, dan UBS of Switzerland, semua menawarkan deposito Islam dan

fasilitas-fasilitas keuangan yang memenuhi ketentuan syariah.

Ada banyak dialog terjadi antara para bankir Barat yang bekerja pada

lembaga-lembaga ini dan para ahli syariah yang menyarankan apa yang

boleh, dan apa yang tidak, dilakukan. Dialog ini meluas hingga asuransi, di

mana perusahaan-perusahaan takaful Islam semakin lama semakin aktif, ciri-

ciri mereka yang khas adalah bahwa mereka tidak menganut bunga yang

dihasilkan surat-surat obligasi konvensional, dan bahwa dana para pemegang

saham dan premi yang dibayar para pemegang polis tersebut tidak dapat
dijadikan satu, yang dapat menyebabkan pihak pertama mengeksploitasi

kemalangan pihak kedua.

Karena syariah merupakan hal yang universial, prinsip-prinsip illahiah,

bukan hukum nasional, kantor-kantor hukum internasional terkemuka juga

ikut melibatkan diri dalam urusan perbankan dan keuangan Islam, hanya saja

kontrak-kontrak yang ada perlu dirancang di bawah payung hukum Inggris

atau Amerika dengan tetap memelihara kesesuaian dengan syariah.

Memang, pekerjaan utama para anggota komite syariah yang melayani

dewan direksi bank-bank Islam dan konvensional yang menawarkan produk-

produk Islam adalah untuk memastikan bahwa kontrak-kontrak baru tersebut

sesuai dengan prinsip-prinsip syariah dan, jika tidak, melakukan dialog

dengan para pengacara berkaitan dengan amandemen dan perancangan

ulang.

Aspirasi dari banyak pihak Islamis adalah memiliki hukum syariah yang

illahiah menggantikan hukum buatan manusia, bahkan mungkin pendirian

suatu khalifah dunia yang di bawah kekuasaannya semua orang, Muslim dan

non-Muslim, hidup. Tidak mengherankan, aspirasi seperti itu tidak dapat

diterima oleh kebanyakan non-Muslim, dan bahkan juga banyak umat muslim,

karena ia tidak memberikan pilihan.

Perbankan dan keuangan Islam dapat menentukan arah masa depan:

ia memberikan pilihan yang luas, bukannya terbatas. Sementara setiap

lembaga memiliki dewan syariahnya masing-masing, kesesuaian dengan

syariah pada kenyataannya merupakan urusan pihak swasta, bukan urusan


hukum nasional. Bahkan, setiap dewan syariah memiliki fatwa-fatwanya

sendiri, yang akibatnya semakin memperluas pilihan dalam pasar gagasan

keagamaan. Agama, pasti, berkembang dalam kondisi penuh persaingan dan

Islam bukan sebuah pengecualian, sementara jika ia dinasionalisasi, para

penganutnya tidak lama akan menjadi terasingkan.

Republik Islam Iran dapat dilihat sebagai sebuah contoh yang tidak

mendorong perkembangan perbankan dan keuangan Islam. Di sana, semua

perbankan telah memenuhi ketentuan syariah sejak undang-undang

mengenai Perbankan Bebas Riba diundangkan pada 1983. Para nasabah

bank karenanya tidak memiliki pilihan kecuali menggunakan sistem syariah.

Namun bank-bank tersebut dimiliki oleh negara dan memiliki otonomi yang

kecil, bahkan dalam pengambilan keputusan tentang produk-produk deposito

dan keuangan yang hendak ditawarkan. Mereka juga tidak memiliki komite-

komite syariah, alasannya hal ini tidak diperlukan karena undang-undang

memastikan kepatuhan terhadap syariah dalam keadaan apapun.

Hasilnya adalah perkembangan perbankan berjalan lambat, sedikitnya

terobosan keuangan yang ada, dan kebanyakan rakyat Iran tidak memiliki

rekening bank. Sebaliknya, di wilayah Teluk Arab dan di Malaysia, di mana

bank-bank Islam dan konvensional bersaing, bank-bank Islam memiliki

produk-produk yang menarik untuk ditawarkan dan jumlah nasabah yang

terus tumbuh. Bank Al Rajhi Arab Saudi telah menjadi bank retel Islam

terbesar, dan jangkauan layanan dan saluran pengirimannya dapat

disejajarkan dengan penawaran terbaik yang dapat di berikan oleh bank-bank

Barat.
Perbankan Islam tidak akan kemana-mana, ia merupakan sebuah peluang

daripada sebuah ancaman, dan memiliki masa depan yang menggairahkan.

Kesenjangan tetap ada – tidak ada bank Islam di Israel, misalnya, untuk

melayani penduduk muslim di sana. Tetapi jika Bank Sentral Israel memberi

izin bagi pendiriannya, ia dapat membawa banyak kebaikan. Ia mungkin

mendorong penduduk Yahudi yang hidup di sana mempertanyakan apakah

pengoperasian bank-bank mereka sendiri telah sesuai dengan ajaran

keagamaan dalam Leviticus dan Deuteronomy.

Akhirnya perbankan dan keuangan Islam berkaitan dengan

kemunculan sebuah bentuk kapitalisme yang khas Islam yang mungkin hidup

berdampingan dan berinteraksi dengan Barat, Cina, Rusia atau kapitalisme

lainnya. Perkembangan seperti ini seharusnya disambut hangat dan diberi

peluang, dan bukannya dihambat atau ditekan.


DAFTAR PUSTAKA

Muthaher, Osmad (2012) Akuntansi Perbankan Syariah. Yogyakarta : Graha Ilmu

Wiyono, Slamet. &,Maulamin,Taufan. (2013) Memahami Akuntansi Syariah di


Indonesia.Jakarta:Mitra Wacana Media

Kasmir. (2012). Bank dan Lembaga Keuangan Lainnya. Jakarta:Raja Grafindo


Persada

Bank Indonesia, Perbankan Syariah (Online)


(http://www.bi.go.id/id/perbankan/syariah/contents/Default.aspx) Diakses 13
September 2016

Azizon Bin Jaman, Analisa Perbandingan Kesiapan Perbankan Syariah di Indonesia


(Online) (https://azizonbinjamaan.wordpress.com/analisa-perbandingan-
kesiapan-perbankan-syariah-di-indonesia-dengan-malaysia-dalam-
mengahadapi-MEA) Diakses 13 September 2016

Republika, Ekonomi Syariah Tumbuh subur di Negara Non Muslim (Online)


(http://m.republika.co.id/berita/ekonomi/syariah-ekonomi-syariah-tumbuh-
subur-di-negara-nonmuslim) Diakses 13 September 2016

Kompasiana, Singapura dan Inggris sebagai Pusat Perbankan dan Keuangan Islam (Online)
(http://m.kompasiana.co,/azuramadhan/singapura-dan-inggris-sebagai-
pusat-perbankan-dan-keuangan-islam) Diakses 13 September 2016

Hukum Pedia, perkembangan Bank Syariah di Negara dengan Mayoritas Penduduk Non
Muslim (Online) (http://www.hukumpedia.com/hildagustina/perkembangan-
bank-syariah-di-negara-dengan-dengan mayoritas-penduduk-non-muslim)
Diakses 13 September 2016

MySharing, Mengintip Perkembangan Syariah di Negeri Barat (Online)


(http://mysharing.co/mengintip-perkembangan-perbankan-syariah-di-negara-
barat) Diakses 13 September 2016

Anda mungkin juga menyukai