Anda di halaman 1dari 15

MAKALAH

KECURANGAN AUDIT

Di susun oleh :

Program Studi Akuntansi


2018/2019

BAB 1

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Masalah

Kecurangan yang terjadi dalam laporan keuangan pada umumnya disebabkan oleh

lingkungan internal dan lingkungan eksternal. Pengaruh lingkungan internal umumnya

terkait antara lain dengan lemahnya pengendalian internal, lemahnya perilaku etika

manajemen atau faktor likuiditas serta profitabilitas entitas yang bersangkutan. Sedangkan

pengaruh lingkungan eksternal umumnya terkait antara lain dengan kondisi entitas secara

umum, lingkungan bisnis secara umum, maupun pertimbangan hukum dan perundang-

undangan. Fraud secara umum mempunyai tiga sifat umum, yaitu tekanan, peluang, dan

rasionalisasi yang disebut sebagai fraud triangle.


Laporan keuangan adalah suatu laporan yang menggambarkan kondisi keuangan dan

hasil usaha suatu perusahaan pada saat tertentu atau jangka waktu tertentu. Bila laporan

keuangan tersebut menurut investor maupun calon investor dianggap baik atau

menguntungkan, maka investor akan berusaha untuk menanamkan modalnya pada

perusahaan tersebut. Tetapi bila sebaliknya, investor tidak akan menanamkan modalnya.

Laporan keuangan terdiri dari 3 elemen, yaitu neraca, laporan laba rugi, dan laporan arus

kas.

Dalam mendeteksi kecurangan dalam laporan keuangan maka seorang auditor wajib

menjalankan pekerjaannya dengan penuh tanggung jawab. Auditor mempunyai kewajiban

untuk menjaga standar perilaku etis tertinggi merekakepada organisasi dimana mereka

bernaung, profesi mereka, masyarakat dan diri mereka sendiri. Analisis terhadap perilaku

etis auditor menunjukkan bahwa auditor mempunyai kesempatan untuk melakukan tindakan

tidak etis dalam profesi mereka.

BAB 2

PEMBAHASAN

I. Jenis-jenis kecurangan

Sebagai suatu konsep hukum yang luas, kecurangan merupakan setiap ketidak

jujuran yang disengaja untuk merampas hak atau kepemilikan orang atau pihak lain.

Dalam konteks audit atas laporan keuangan, kecurangan didefinisikan sebagai salah saji

dalam laporan keuangan yang dilakukan dengan sengaja. Dua kategori utama

kecurangan adalah kecurangan dalam laporan keuangan dan penyalahgunaan aset.

 Kecurangan dalam Laporan Keuangan

Kecurangan dalam laporan keuangan merupakan salah saji atau penghapusan

terhadap jumlah atau pun pengungkapan yang disengaja dilakukan dengan tujuan untuk
mengelabui para penggunanya. Sebagian besar kasus melibatkan salah saji terhadap jumlah

yang dilaporkan dibandingkan terhadap pengungkapan.

 Penyalahgunaan Aset

Penyalahgunaan aset merupakan kecurangan yang melibatkan pencurian atas aset

milik suatu entitas. Dalam banyak kasus, namun tidak semuanya, jumlah nominal yang

terlibat tidak material terhadap laporan keuangan. Namun demikian, pencurian aset

perusahaan sering kali menjadi perhatian penting manajemen, tanpa melihat tingkat

materialitasnya, karena pencurian-pencurian kecil dapat dengan mudah meningkat ukurannya

setiap saat.

Contohnya adalah :

 Masalah utama dalam kasus Enron adalah apakah perusahaan telah mengakui

kewajiban terhadap perusahaan afiliasi yang terkenal denan entitas bertujuan

khusus (special purpose entities) secara memadai. E.F Hutton, perusahaan pialang

yang saat ini sudah tidak ada lagi, telah di hukum karena dengan sengaja telah

melakukan kelebihan penarikan uang di beberapa rekening bank dengan tujuan

untuk menaikkan pembayaran bunga. Kelebihan penarikan tersebut dimasukkan

sebagai liabilitas dalam neraca, namun deskripsi dineraca mengenai kewajiban

tersebut tidak jelas.

 WorldCom yang dilaporkan telah mengapitalisasi jutaan dolar pengeluaran sebagai

aset tetap, yang semestinya harus dibebankan. Penghapusan terhadap jumlah yang

dilaporkan merupakan kasus yang kurang umum ditemukan, namun sebuah

perusahaan dapat melebihsajikan pendapatan dengan menghapus utang dagang

dan liabilitas lainnya.


Kesimpulannya adalah :

Dalam konteks audit atas laporan keuangan, kecurangan didefinisikan sebagai salah saji

dalam laporan keuangan yang dilakukan dengan sengaja. Dua kategori utama kecurangan

adalah kecurangan dalam laporan keuangan dan penyalahgunaan aset.

II. Kondisi penyebab kecurangan

Terdapat tiga kondisi yang menyebabkan terjadinya kecurangan dalam laporan

keuangan dan penyalahgunaan aset sebagaimana dijelaskan dalam PSA 70 (SA 316).

Terdapat 3 kondisi yang menyebabkan kecurangan, yang dinamakan segitiga kecurangan

(fraud triangle).

1. Insentif/tekanan. Manajemen atau pegawai lainnya memilik insentif atau tekanan untuk

melakukan kecurangan.

2. Kesempatan. Situasi yang memberikan kesempatan bagi manajemen atau pegawai

untuk melakukan kecurangan.

3. Sikap/rasionalisasi. Adanya suatu sikap, karakter, atau seperangkat nilai-nilai etika yang

memungkinkan menajemen atau pegawai untuk melakukan tindakan yang tidak jujur,

atau mereka berada dalam suatu lingkungan yang memberikan mereka tekanan yang

cukup besar sehingga mengakibatkan mereka membenarkan melakukan perilaku yang

tidak jujur tersebut.

Segitiga kecurangan (The Fraud Triangle)

Insentif/Tekanan

Kesempatan Sikap / Rasionalisasi


Contohnya adalah :

1. Utang piutang, Kebiasaan berjudi, untuk memenuhi kebutuhan hidupnya yang

konsumtif, kurangnya pendapatan yang diterima dari pihak perusahaan, biaya

sekolah anak, PHK, dll.

2. -Seorang bagian keuangan dapat mengeluarkan cek terhadap vendor “siluman” yang

sebenarnya tidak ada, untuk kemudian dia cairkan sendiri untuk dirinya.

-Sebuah pihak vendor yang bekerja sama dengan bagian keuangan untuk menerima

sejumlah uang yang jumlahnya tidak sesuai dengan yang tertera dalam cek

perusahaan

-Melakukan mark up pembelian dengan kwitansi palsu

-Melakukan pencurian terhadap sejumlah aset perusahaan untuk kepentingan pribadi

3. -Perusahaan sudah banyak mengambil keuntungan yang berlimpah

-Gaji yang tidak sesuai dengan keuntungan yang didapat pihak perusahaan

-Ada alibi lain yang lebih halus yaitu dengan istilah tersangka akan mengembalikan

semua keuntungan yang dia ambil secara sembunyi-sembunyi di kemudian hari atau

istilah lain dia hanya “meminjamnya” sementara waktu

Kesimpulannya adalah :
Terdapat tiga kondisi yang menyebabkan terjadinya kecurangan dalam laporan keuangan

dan penyalahgunaan aset sebagaimana dijelaskan dalam PSA 70 (SA 316). Terdapat 3 kondisi

yang menyebabkan kecurangan, yang dinamakan segitiga kecurangan (fraud triangle) yaitu

tekanan/insentif, kesempatan, dan sikap/rasionalisasi.

III. Menilai Kecurangan Resiko

Standar audit (SA 240) memberi pedoman bagi auditor untuk menilai risiko kecurangan.

Auditor harus menjaga tingkat skeptisisme profesional ketika ia mempertimbangkan

sejumlah informasi, termasuk faktor-faktor risiko kecurangan untuk mengidentifikasi dan

merespons risiko kecurangan. Auditor bertanggung jawab untuk merespons risiko

kecurangan dengan merencanakan dan melaksanakan audit untuk mendapatkan keyakinan

memadai bahwa kesalahan penyajian material, baik yang disebabkan oleh kesalahan

maupun kecurangan bisa terdeteksi.

 Skeptisisme Profesional

Berdasarkan SA 200, auditor harus mempertahankan skeptisisme profesional sepanjang

audit, menyadari kemungkinan bahwa kesalahan penyajian material yang diakibatkan oleh

kecurangan dapat terjadi, walaupun pengalaman masa lalu auditor menunjukkan adanya

kejujuran dan integritas manajemen entitas dan pihak yang bertanggungjawab atas tata

kelola.

Untuk mempertahankan skeptisisme profesional diperlukan pengajuan pertanyaan

secara berkelanjutan tentang apakah informasi dan bukti audit yang telah diperoleh

memberi petunjuk bahwa kesalahan penyajian material yang diakibatkan oleh kecurangan
mungkin terjadi. Hal tersebut meliputi mempertimbangkan keandalan informasi yang akan

digunakan sebagai bukti audit dan pengendalian atas penyiapan dan pemeliharaannya, jika

relevan. Oleh karena karakteristik kecurangan tersebut, sikap skeptisisme profesional

auditor menjadi penting terutama ketika mempertimbangkan risiko kesalahan penyajian

material yang diakibatkan oleh kecurangan.

Walaupun auditor tidak dapat diharapkan untuk mengabaikan pengalaman masa lalu

tentang kejujuran dan integritas manajemen dan pihak yang bertanggung jawab atas tata

kelola, skeptisisme profesional auditor penting terutama dalam mempertimbangkan risiko

kesalahan penyajian material yang diakibatkan oleh kecurangan, karena kondisi mungkin

sudah berubah.

 Penilaian Kritis atau Bukti Audit

Ketika menemukan informasi atau kondisi lain yang mengindikasikan adanya kesalahan

penyajian material yang diakibatkan oleh kecurangan, auditor harus dengan cermat

menanggapi permasalahannya, meminta tambahan bukti yang diperlukan dan

berkonsultasi dengan anggota tim yang lain. Auditor harus hati-hati untuk tidak

membenarkan ataupun berasumsi bahwa suatu kesalahan penyajian adalah suatu

kejadian terisolasi.

Contohnya adalah :

 Pada saat menilai/mengkaji penerimaan perikatan. Pada tahap ini auditor harus

mempertimbangkan apakah manajemen pihak yang akan diaudit telah bertindak

dengan munjunjung integritas dan apakah ada hal-hal yang mungkin berpengaruh

pada kemampuan auditor untuk menerepkan skeptisisme professional bila mereka

memutuskan untuk menerima perikatan, seperti ancaman etika dan objektifitas.


 seorang auditor menemukan suatu penjualan tahun ini yang seharusnya

mencerminkan suatu penjualan di tahun yang akan datang. Auditor harus

mengevaluasi alasan kesalahan penyajian ini, menentukan apakah hal itu terjadi

karena disengaja ataukah merupakan suatu kecurangan dan perimbangan pula

apalakah terjadi juga kesalahan penyajian lain semacam itu.

Kesimpulannya adalah :

Penilaian terhadap risiko sebaiknya dilakukan secara rutin, setidaknya selama 12 sampai

24 bulan sekali. Dalam melakukan penilaian terhadap risiko, dapat dilakukan dengan

menggunakan fraud schemes risk checklist. Penilaian dilakukan terhadap inhernt risk

perusahaan, control assessment, residual risk, business process, serta red flags yang ada.

IV. Mengawasi Tata Kelola Korporasi untuk Mengurangi Risiko Kecurangan

Manajemen bertanggung jawab mengimplementasikan tata kelola korporasi dan prosedur

pengendalian untuk meminimalkan risiko kecurangan, yang dapat dikurangi melalui kombinasi

antara tindakan mencegah, menghalangi, dan mendeteksi. Dengan mengomunikasikan kebijakan

pendeteksian kecurangan dan hukuman, manajemen dapat menghalangi karyawan untuk

melakukan kecurangan.

Pedoman yang dikembangkan oleh AICPA mengidentifikasi tiga unsur untuk mencegah,

menghalangi, dan mendeteksi kecurangan, yakni:


1. Budaya jujur dan etika yang tinggi meliputi menetapkan tone at the top, menciptakan

lingkungan kerja yang positif, mempekerjakan dan mempromosikan pegawai yang tepat,

pelatihan, konfirmasi, dan disiplin.

2. Tanggung jawab manajemen untuk mengevaluasi risiko kecurangan, mengambil langkah-

langkah untuk mengurangi risiko yang teridentifikasi, serta memantau pengendalian

internal yang mencegah dan mendeteksi kecurangan.

3. Pengawasan oleh komite audit. Dalam memenuhi tanggung jawab ini, komite audit

memperhitungkan potensi diabaikannya pengendalian internal oleh manajemen serta

mengawasi proses penilaian risiko kecurangan oleh manajemen, dan program serta

pengendalian antikecurangan.

Contohnya adalah :

PT Surya Esa Perkasa Tbk. (Perseroan) menerapkan tata kelola perusahaan yang baik/Good

Corporate Governance (GCG) sebagai landasan dari segala kegiatan usaha, kebijakan strategis

dan kegiatan operational Perseroan. Dengan mengimplementasikan praktik GCG terbaik,

Perseroan senantiasa mematuhi peraturan perundang-undangan dan standar kualitas yang

berlaku bagi Perseroan Terbatas Indonesia, industri minyak dan gas, serta pasar modal

Indonesia. Selain itu Perseroan juga senantiasa mengikuti perkembangan standar dan praktik

yang diakui internasional, mencakup bidang kesehatan dan keselamatan kerja, lingkungan

hidup, serta tanggung jawab sosial perusahaan. Dalam melaksanakan GCG, Perseroan

berpedoman pada pemenuhan lima prinsip utama GCG yang mencakup transparansi, aku

Kesimpulannya adalah :

AICPA Mengembangkan sebuah pedoman yang terdiri dari tiga unsur untuk mencegah,

menghalangi, dan mendeteksi kecurangan. Dengan mengomunikasikan kebijakan pendeteksian


kecurangan dan hukuman, manajemen dapat menghalangi karyawan untuk melakukan

kecurangan.

V. Bidang-bidang risiko yang spesifik

 Risko Kecurangan Pendapatan Dan Piutang Usaha. Akun-akun pendapatan, dan piutang

usaha yang bersangkutan, serta kas sangat rentan terhadap manipulasi dan pencurian.

 Risiko Kecurangan Persediaan. Pada banyak perusahaan, persediaan sering kali

merupakan akun terbesar, dan auditor sering menghadapi masalah dalam memeriksa

keberadaan dan penilaian persediaan. Akibatnya, persediaan menjadi rentan terhadap

manipulasi oleh manajemen yang berkeinginan untuk mecapai suatu tujuan pelaporan

tertentu. Selain itu, karena persediaan sering kali juga berbentuk barang yang siap

dijual, maka perusahaan juga rentan terhadap penggelapan.

 Risiko Kecurangan Pembelian Dan Utang Usaha. Pelaporan kurang saji utang usaha

biasanya mengakibatkan pembelian dan harga pokok penjualan menjadi lebih rendah,

dan laba bersih menjadi lebih tinggi. Kecuranga signifikan yang melibatkan pembelian

dapat juga terjadi dalam bentuk pembayaran ke pemasok fiktif, dan juga melalui

pengaturan-pengaturan melanggar hukum dengan pemasok.

Contohnya adalah :

Manajemen PT Makanan Sejati bertanggung jawab atas penyiapan dan integritas laporan

keuangan konsolidasi perseorangan. Laporan keuangan telah disiapkan sesuai dengan PABU. PT

Makanan Sejati menjalankan system pengendalian akuntansi intern yang dirancang untuk

memberikan keyakinan memadai. Konsep keyakinan memadai didasarkan pada pengakuan

bahwa biaya untuk menjalankan system pengendalian akuntansi intern kami tidak melampaui

manfaat yang dapat diharapkan dari system ini.


KAP Alvina diminta untuk mengaudit laporan keuangan PT Makanan Sejati. Audit dilakukan

menurut standar auditing yang berlaku umum dan memberikan penetapan independen yang

menyatakan kewajaran penyajian posisi keuangan, hasil usaha dan perubahan dalam posisi

keuangan. Komite mengadakan rapat secara periodik dengan manajemen, para auditor intern

dan auditor independen. Rapat ini mencakup diskusi mengenai pengendalian intern dan mutu

dari pelaporan keuangan. Manajemen perusahaan menyadari tanggung jawab untuk

menjalankan usaha PT Makanan Sejati, ini tercermin dalam pernyataan-pernyataan kebijakan

yang penting. Antara lain ditujukan kepada kepentingan usaha di luar dari pegawai perusahaan,

yang dianggap bisa menyebabkan pertentangan dan pelaksanaan kegiatan usaha dalam dan luar

negeri secara pantas. Program-program komunikasi dan penalaah yang sedang berjalan

dirancang untuk meyakinkan seluruh kebijakan diikuti dengan semestinya.

Dalam laporan Auditor independen-KAP Alvina berisi tentang : Menyatakan bahwa PT Makanan

Sejatimenyajikan laporan keuangan secara wajar dalam semua hal material untuk tanggal 31

desember 2000 dan 31 desember 1999 dan hasil operasi serta arus kas untuk tahun-tahun

tersebutsesuai dengan PABU. Perusahaan mengubah metode akuntansinya untuk kurs mata

uang asing dalam tahun 2000.

Kesimpulannya adalah :

Seorang auditor harus memiliki pengetahuan mengenai tanda-tanda peringatan dan

teknik pendeteksian kecurangan agar dapat melakukan identifikasi atas salah saji yang diakiba

tkan oleh adanya kecurangan.

VI. Tanggungjawab Bila di Curigai Ada Kecurangan

Auditor bertanggung jawab kepada kecurangan hanya sebatas sepengetahuannya dalam

proses audit, karena dalam audit laporan keuangan tidak terdapat kewajiban untuk menelusuri
kecurangan tersebut hanya sebatas menilai dan melaporkan saja, karena untuk menelusuri

kecurangan dibutuhkan teknik dan jasa audit lain yang disebut audit investigatif.

Dalam SA 240 paragaraf 4, tanggung jawab utama untuk pencegahan dan pendeteksian

kecurangan berada pada dua pihak yaitu yang bertanggung jawab atas tata kelola dan

manajemen. Merupakan hal penting bahwa manajemen, dengan pengawasan oleh pihak yang

bertanggung jawab atas tata kelola, menekankan pencegahan kecurangan, yang dapat

mengurangi peluang terjadinya kecuangan dan pencegahan (fraud deterrence), yang dapat

membujuk individu-individu agar tidak melakukan kecurangan karena memungkinkan akan

terdeteksi dan terkena hukuman.

Auditor yang melaksanakan audit berdasarkan SA bertanggung jawab untuk memperoleh

keyakinan memadai apakah laporan keuangan secara keseluruhan bebas dari kesalahan

penyajian material, yang disebabkan oleh kecurangan atau kesalahan. Karena keterbatasan

bawaan suatu audit, maka selalu ada risiko yang tidak terhindarkan bahwa beberapa kesalahan

penyajian material dalam laporan keuangan mungkin tidak akan terdeteksi, walaupun audit telah

direncanakan dan dilaksanakan dengan baik berdasarkan SA. Dalam memperoleh keyakinan

yang memadai, auditor bertanggung jawab untuk menjaga skeptisisme profesional selama audit,

mempertimbangkan potensi terjadinya pengabaian pengendalian oleh manajemen, dan

menyadari adanya fakta bahwa prosedur audit yang efektif untuk mendeteksi “kesalahan”

mungkin tidak akan efektif dalam mendeteksi “kecurangan”

Hal ini disebabkan kecurangan mungkin melibatkan skema yang canggih dan

terorganisasi secara cermat yang dirancang untuk menutupinya, seperti pemalsuan, secara

sengaja gagal mencatat transaksi, atau penyajian keliru yang disengaja kepada auditor. Usaha-

usaha penyembunyian tersebut mungkin akan lebih sulit untuk dideteksi jika disertai dengan
kolusi. Kolusi dapat menyebabkan auditor percaya bahwa bukti audit meyakinkan, walaupun

pada kenyataannya bukti tersebut palsu.

Selain itu auditor harus memperoleh “representasi tertulis” dari manajemen dan, jika

relevan, pihak yang bertanggung jawab atas tata kelola, yang mengungkapkan tentang:

– tanggung jawab mereka dlm merancang, implementasi, memelihara internal control

– pengetahuan tentang penilaian manajemen atas risiko kesalahan akibat kecurangan

– pengetahuan tentang kecurangan yg melibatkan manajemen dan karyawan

– pengetahuan adanya dugaan kecurangan yg berdampak kepada laporan keuangan entitas,

yang dikomunikasikan oleh karyawan, mantan karyawan, analis, badan pengatur dan lainnya.

Contohnya adalah :

PT. ABC pada akhir tahun ingin diaudit oleh kap kmpg dalam berjalannya waktu menemukan

suatu kecurangan Dalam beberapa hal berikut:

1. Pada saat pengecheckan stock secara langsung adanya perbedaan data di laporan

keuangan

2. Pada saat mengaudit adanya beban gaji yang belum dibayar selama 3 bulan padahal

di laporan keuangan tercatat beban gaji

3. Adanya pencatatan pajak yang tidak sesuai

Dan sebagai auditor kita harus memiliki tanggung jawab yaitu :


1. Mengetahui modus kecurangan

2. Mengetahui pihak-pihak yang terlibat

3. Menetapkan kelemahan dan perbaīkan internal control

Kesimpulannya adalah :

Jadi setiap kecurangan yang dilakukan dalam perusahaan, baik itu dalam bentuk

tekanan,kesempatan,sikap atau kepentingan lainnya yang buruk, yang namanya curang (fraud)

adalah perbuatan yang salah. Oleh sebab itu perusahaan harus memperkuat sistem pengendali

intern didalam perusahaannya agar perusahaan tersebut terhindar dari segala macam

kecurangan (fraud), dan salah satu cara pengendaliannya adalah dengan mengelola tata kerja

karyawan agar perusahaan tersebut terhindar dari kecurangan.

BAB 3

KESIMPULAN

Dalam konteks audit atas laporan keuangan, kecurangan didefinisikan sebagai salah saji

dalam laporan keuangan yang dilakukan dengan sengaja. Dua kategori utama kecurangan

adalah kecurangan dalam laporan keuangan dan penyalahgunaan aset.

Terdapat tiga kondisi yang menyebabkan terjadinya kecurangan dalam laporan keuangan

dan penyalahgunaan aset sebagaimana dijelaskan dalam PSA 70 (SA 316). Terdapat 3 kondisi

yang menyebabkan kecurangan, yang dinamakan segitiga kecurangan (fraud triangle) yaitu

tekanan/insentif, kesempatan, dan sikap/rasionalisasi.


Penilaian terhadap risiko sebaiknya dilakukan secara rutin, setidaknya selama 12 sampai

24 bulan sekali. Dalam melakukan penilaian terhadap risiko, dapat dilakukan dengan

menggunakan fraud schemes risk checklist. Penilaian dilakukan terhadap inhernt risk

perusahaan, control assessment, residual risk, business process, serta red flags yang ada.

Seorang auditor harus memiliki pengetahuan mengenai tanda-tanda peringatan dan

teknik pendeteksian kecurangan agar dapat melakukan identifikasi atas salah saji yang diakiba

tkan oleh adanya kecurangan.

Jadi setiap kecurangan yang dilakukan dalam perusahaan, baik itu dalam bentuk

tekanan,kesempatan,sikap atau kepentingan lainnya yang buruk, yang namanya curang (fraud)

adalah perbuatan yang salah. Oleh sebab itu perusahaan harus memperkuat sistem pengendali

intern didalam perusahaannya agar perusahaan tersebut terhindar dari segala macam

kecurangan (fraud), dan salah satu cara pengendaliannya adalah dengan mengelola tata kerja

karyawan agar perusahaan tersebut terhindar dari kecurangan.

Daftar Pustaka

1. https://danielstephanus.wordpress.com/2018/10/31/penilaian-risiko-fraud-fraud-risk-

assessment/

2. https://www.materiakuntansi.com/jenis-kecurangan-dalam-audit-laporan-keuangan/

3. https://www.academia.edu/18433320/AUDIT_-_KECURANGAN

Anda mungkin juga menyukai