Anda di halaman 1dari 33

PENGUKURUAN BESARAN LISTRIK PADA SISTEM SATU

FASA

Junifel Derek Ronsumbre


SEKOLAH TINGGI TEKNIK - PLN

Junifel.ronsumbre@gmail.com

ABSTRACT
Experiments have been conducted on "the measurement of the Electricity Quantity on a
single-phase system". With the aim to understand the methods of measuring voltage,
current, power, power factor, energy and energy at non-linear and non-linear loads in a
single phase system. The experiments were carried out in two series. In the first experiment
that is carried out measurements of voltage, current, power, power factor and energy on a
100 watt incandescent lamp with a voltage source (180v, 190v, 200v, 210, and 220v) then
we measure each current, active power, reactive power power factor at each voltage source.
After that we measure every one minute the energy at its voltage. And even so in the second
experiment the same thing was done as the first experiment, only the measurements were
carried out using a 144 watt magnetic ballast load. From the results of these experiments
we have used 2 measurement methods namely the Amperemeter and Voltmeter methods and
show each different calculation results. This is because the effectiveness of the circuit used.
From this situation there are types of power used including apparent power, instantaneous
power and so on which allows less effective measurement.
Keywords : Current, Ammeters, Single Phase, Voltage, voltmeter, power

ABSTRAK
Telah dilakukan pecobaan tentang “pengukuran Besaran Listrik pada sistem satu Fasa”.
Dengan tujuan untuk memahami metode pengukuran tegangan, arus, daya, faktor daya,
energi dan energi pada beban non linier dan non linier pada sistem satu fasa. Pada
percobaan dilakukan dalam dua rangkaian. Pada percobaan pertama yaitu dilakukan
pengukuran tegangan, arus, daya, faktor daya dan energi pada lampu pijar 100 watt
dengan sumber tegangan (180v, 190v, 200v, 210, dan 220v) kemudian kita mengukur setiap
Arus, Daya aktif, daya reaktif faktor daya pada setiap sumber tegangannya. Setelah itu kita
mengukur setiap satu menit energi pada tegangannya. Dan begitu pun pada percobaan
kedua dilakukan hal yang sama seperti percobaan pertama, hanya saja pengukurannya
dilakukan dengan menggunakan beban lampu ballast magnetik 144 watt. Dari hasil
percobaan tersebut kita telah menggunakan 2 metode pengukuran yaitu metode
Amperemeter dan Voltmeter dan menunjukan setiap hasil perhitungan yang berbeda. Hal
ini dikarenakan faktor keefektifan rangkaian yang digunakan. Dari keadaan ini terdapat
jenis daya yang di pakai diantaranya daya semu, daya sesaat dan sebagainyayang
memungkinkan pengukuran yang kurang efektif.

Kata Kunci: Arus, Amperemeter, Satu Fasa, Tegangan, voltmeter, daya.


1. PENDAHULUAN.
A. Pengukuran adalah usaha menyatakan sifat sesuatu zat/benda ke dalam bentuk angka
atau harga yang lazim disebut sebagai hasil pengukuran.
Pemberian angka-angka tersebut dalam praktek dapat dicapai dengan:
1) Membandingkan dengan alat tertentu sebagai standar, dan
2) Membandingkan besaran yang akan diukur dengan skala yang telah di tera
atau dikalibrasikan
Unsur-unsur terpenting dalam proses pengukuran itu antara lain :
1) Alat yang dipergunakan sebagai pembanding / penunjuk
2) Orang yang melaksanakan pengukuran
Pengukuran listrik mempunyai tujuan yang lebih luas lagi yaitu untuk mengetahui,
menilai atau menguji besaran listrik. Alat yang digunakan sebagai pembanding/penunjuk
disebut instrumen pengukur. Instrumen ini berfungsi sebagai penunjuk nilai besaran
listrik yang diukur
B. batasan-batasan Istilah
1) Mengukur yaitu membandingkan sesuatu besaran (kuantitas) yang “tak
diketahui” besarnya (harganya) dengan besaran yang “diketahui” besarnya.
2) Peranti (instrumen) adalah sarana untuk menentukan besar (atau harga)
sesuatu besaran (kuantitas) atau sesuatu variabel.
3) Bilangan menyatakan berapa banyak besaran yang “diketahui” untuk
memperoleh harga besaran yang “diukur”, sedangkan besaran yang “diketahu”
dinamai satuan.
4) Kecermatan (accuracy) adalah berapa besar selisih sesuatu peranti
menampilkan harga (atau variabel) yang sedang diukurnya, ditandingkan
dengan harga sebenarnya.
5) Ketelitian (precision) adalah ukuran bagi ketepatan pereproduksian-ulang
sesuatu pengukuran. (catatan: ketelitian berkaitan dengan derajat keseragaman
hasil-hasil ukur, sedangkan kecermatan berkaitan dengan selisih dari harga
sebenarnya.

C Arti dan Kegunaan Pengukuran Listrik


Kegunaan instrumen pengukur listrik sangat luas meliputi bidang penyelidikan, produksi,
pemeliharaan, pengawasan dan sebagainya. Oleh sebab itu instrumen pengukur dibuat
dengan kepekaan dan ketelitian penunjukan yang disesuaikan dengan kebutuhan masing-
masing. Misalnya instrumen untuk kebutuhan laboratorium diperlukan ketelitian dan
kepekaan yang tinggi sedangkan yang dipakai untuk keperluan industri lebih diutamakan
kepraktisannya.
Pemilihan instrumen pengukur pada umumnya mempertimbangkan hal-hal sebagai
berikut:
1) Dapat dipercaya
2) Mudah penggunaannya
3) Kecermatannya
4) Pemakaian tenaga
5) Ukuran
6) Bentuk
7) Berat
D. Maksud dan tujuan pengelompokan instrumen pengukur adalah untuk
memudahkan pengaturan pemakaian, penyimpanan dan keperluan lainnya.
Pengelompokan instrumen pengukur dapat dilakukan dengan berbagai macam cara
antara lain :
1) Menurut macam arus
- Alat ukur arus searah ( DC )
- Alat ukur bolak-balik ( AC )
- Alat ukur arus searah dan arus bolak-balik ( AC/DC )
2) Menurut macam instrumen untuk mengukur besaran
- Milli Ampere, Ampere meter : untuk mengukur arus
- Volt meter, Kilo Volt meter : untuk mengukur tegangan
- Ohm meter, Megger : untuk mengukur tahanan
- Watt meter, Kilo Watt meter : untuk mengukur daya
- Watt Jam meter (Wh-meter), Kwh meter : untuk mengukur energi listrik
- Frekuensi meter : untuk mengukur getaran per detik
- Cos phi meter : untuk mengukur faktor kerja.

3) Menurut Sifat Penggunaan


- Alat ukur portable (mudah dibawa kemana-mana)
- Alat ukur papan hubung (tetap)
4) Menurut Azas Kerja Instrumen Pengukuran
- Alat ukur analog
- Alat ukur digital
5) Menurut Kecermatan Pemakaian
- Alat ukur presisi (untuk laboratorium)
- Alat ukur praktis/industri (untuk industri, perusahaan).
E. Kekeliruan
Kekeliruan dalam pengukuran pada dasarnya dikategorikan ke dalam 2 bagian, yaitu:
Kekeliruan Sistematika dan Kekeliruan Acak.
1) Kekeliruan Sistematika disebabkan oleh:
- peranti-ukur
- metoda pengukuran
- manusia yang melaksanakan pengukuran
2) Kekeliruan Acak (random errors)
- Gangguan
- Kekeliruan Baca

F. Alat Ukur dengan Prinsip Kerja Kumparan Putar


Prinsip kerja kumparan putar ini bekerja dengan gaya elektromagnetik antara medan
magnet suatu magnet tetap dan arus (kumparan berputar magnetnya tetap).
Pemakaian alat ukur kumparan putar ini digunakan untuk mengukur arus searah saja (DC).
Alat ukur yang menggunakan prinsip kerja ini adalah Volt meter, Ampere meter dan Ohm
meter. Ada dua jenis alat ukur kumparan putar yaitu; jenis magnet permanen dan jenis
dinamometer atau elektrodinamis
G. Alat Ukur dengan Prinsip Kerja Besi Putar
Prinsip kerja besi putar gaya elektromagnetik suatu inti besi dalam suatu medan magnet
(kumparan tetap besi yang berputar).Penggunaan alat ukur ini pada rangkaian arus bolak-
balik (AC) dan arus searah (DC).
H. Alat Ukur dengan Prinsip Induksi
Sistem ini gaya elekromagnetik yang ditimbulkan oleh medan magnet bolak-balik dan
arus yang diterima oleh medan magnet (arus induksi dalam hantaran). Sistem ini dipakai
pada perhitungan tenaga listrik selama waktu tertentu. Azas kerja ini hanya dapat dipakai
untuk instrumen pengukur arus bolak-balik (AC).
I. Pengertian Skala
A. Pengertian menurut letak adalah semua angka di bawah kaca alat ukur dimana
angka tersebut disebelah bawah dan atasnya bergaris
B. Pengertian menurut tujuan adalah menentukan besarnya besaran listrik yang
mengalir di tempat yang diuku
C. Skala maksimum adalah skala yang membatasi penunjukan jarum
J. Batas Ukur
A. Pengertian menurut letak adalah ada angka kosong atau satuan listrik disamping
teminal
B. Pengertian menurut tujuan adalah membatasi apa yang masuk pada alat ukur.

1.2. TINJAUAN PUSTAKA


1.2.1 Tegangan bolak-balik (AC Voltage) dan konsep pengukurannya
1.2.2 Arus bolak-balik (AC Current) dan konsep pengukurannya
1.2.3 Konsep Daya listrik
1.2.4 Daya aktif, reaktif dan daya semu beserta konsep pengukurannya
1.2.5 Faktor Daya dan konsep pengukurannya
1.2.6 Energi listrik dan konsep pengukurannya

1.2.7 Konsep pengukuran alat ukur digital

1.3 MAKSUD DAN TUJUAN RISET


1.3.1 Mahasiswa memahami konsep teori dan metode pengukuran tegangan, arus,
daya,faktor daya dan energi pada sistem 1 fasa
1.3.2 Mahasiswa mampu menganalisa hasil pengukuruan tegangan, arus, daya, faktor
daya dan energi pada beban linear dan nonlinear di sistem 1 fasa

2. METODE PRAKTIKUM
2.1 DIAGRAM PENGKABELAN

PENGKABELAN PANEL MODUL (BELAKANG)

N N N

L N

I in I out L N

I in I out

WATTMET ER AMPE RE ME TER VOLT ME TER


INPUT
N L

N L
BE BAN

L N L N L N

I in I out I in I out I in I out

POWER VAR MET ER PF ME TER


ANAL YZ ER

N N N
MEJA TERA PENGUKURAN
BESARAN LISTRIK

SIMULATOR PENGUKURAN DAYA 1 FASA LAMPU 9

LAMPU 10

LAMPU 11
VOLT AMPERE WATT

LAMPU 12

LAMPU 13

ON OFF

ON OFF
PF VAR
ON OFF

ON OFF

ON OFF

ON OFF

ON OFF

ON OFF

ON OFF

Gambar 1
Rangkaian pengukuran besaran listrik sistem satu fasa.

PROSEDUR
1. Siapkan peralatan-peralatan yang dibutuhkan, seperti alat ukur, Slide Voltage
Regulator serta beban lampu yang dibutuhkan.
2. Ikuti prosedur keamanan dan keselamatan penggunaan modul yang tertera pada
modul yang digunakan
3. Rangkai papan modul sesuai dengan diagram pengkabelan yang diberikan
4. Pastikan bahwa penunjukan alat ukur yang akan digunakan sama dengan nol. Lalu
siapkan Tabel yang telah diberikan untuk mengisi data-data hasil pengukuran.
5. Pasang beban sesuai yang diminta pada tabel pengukuran
6. Nyalakan modul dengan menarik tuas MCB ke posisi on, kemudian ukur semua
parameter yang ditanyakan sesuai tabel
7. Untuk pengukuran energi, atur tegangan SVR ke 200 V. Catat energi yang terbaca
pada KWh Meter dan masukkan ke tabel.
8. Ulangi prosedur 1-7 untuk setiap jenis tabel/pengukuran
9. Setelah percobaan selesai, rapikan kembali seluruh peralatan
3. HASIL DAN PEMBAHASAN
3.1 TABEL PENGAMATAN
1.Lampu Pijar : 100 w

BESARA
KETERA
N BEBAN LAMPU PIJAR
NGAN
LISTRIK

TEGANG
AN
SUMBER
(V) 180 190 200 210 220
0,15 0,15 0,16 0,16 0,16
ARUS (A)

27,8 30 32 34 37
DAYA
AKTIF
(W)

-1,1 -1,2 -1,1 -1,3 -1,5


DAYA
REAKTIF
(VAR)

0,99 0,99 0,99 0,99 0,99


FAKTOR
DAYA

WAKTU
(Menit) 1 2 3 4 5
185 185 186 186 187
ENERGI
PADA
TEGANG
AN 220 V
(Wh)
TABEL 3
Lampu Ballast magnetik: 144 W

BESARAN KETERA
BEBAN LAMPU PIJAR
LISTRIK NGAN
TEGANGA
N SUMBER
(V) 180 190 200 210 220
0,21 0,22 0,23 0,23 0,24
ARUS (A)

25,6 28,4 31,8 32,6 34,9


DAYA
AKTIF (W)
-29 -33 -35 -39 -42
DAYA
REAKTIF
(VAR)
0,66 0,63 0,64 0,67 0,64
FAKTOR
DAYA

WAKTU
(Menit) 1 2 3 4 5
ENERGI 190 191 191 192 192
PADA
TEGANGA
N 220 V
(Wh)
3.2.GRAFIK
Tabel percobaan Lampu Pijar 100 w

Grafik Perobaan lampu pijar 100 watt


I

0.162
0.16 0.16
0.16

0.158

0.156

0.154

0.152
0.15 0.15
0.15

0.148
185 190 195 200 205 210 215 220 225
V

Grafik perubahan Energi Listrik Lampu pijar


E

187.5
187
187

186.5
186 186
186

185.5
185 185
185

184.5
0 1 2 3 4 5 6
T
Tabel percobaan Lampu ballast magnetic 144 W

Grafik Percobaan Lampu Ballasat Magnetik 144 w


I

0.245
0.24
0.24
0.235
0.23
0.23
0.23
0.225
0.22
0.22
0.215
0.21
0.21
0.205
0 50 100 150 200 250
V

Grafik Perubahan Energi listrik Lampu Ballast


E

192.5
192 192
192

191.5
191 191
191

190.5
190
190

189.5
0 1 2 3 4 5 6
t
3.3 ANALIS
Analisa

Pada praktikuma kali ini yaitu sistem 1-phase , 1 Phase adalah jaringan listrik yang hanya
menggunakan 2 kawat penghantar yang kesatu sebagai kawat phase (L) dan yang kedua
sebagai kawat neutral (N). Umumnya listrik 1 phase bertegangan 220-240 volt yang
digunakan. Biasanya listrik 1 phase digunakan untuk listrik perumahan, namun listrik PLN
di jalanan itu memiliki 3 phase, tetapi yang masuk ke rumah kita hanya 1 phase karena kita
tidak memerlukan daya besar dan untuk peralatan dirumah kita hanya menggunakan listik 1
phase dengan 220-240 volt.
Faktor daya merupakan Daya reaktif yang diserap oleh beban-beban induktif, namun
justru dihasilkan oleh beban kapasitif. Peralatan-peralatan kapasitif seperti lampu neon,
bank kapasitor, bersifat menghasilkan daya reaktif ini. Beban yang paling banyak
mengkonsumsi daya reaktif adallah beban lampu ballast
Untuk alat ukur menggunakan alat ukur digital dimana alat ukur tersebut dapat
menunjukan besaran yang diukur dalam bentuk angka,serta kesalahan dalam pembacaan
dapat dihilangkan oleh penunjukan langsung dengan angka dari besaran yang diukur,dan
titik netral desimal dapat ditunjuk pula.

4. KESIMPULAN DAN SARAN


Dari Hasil Praktikum mengenai pengukuran besaran listrik 1 fasa ini dapat di simpulkan
bahwa. konsep teori dan metode pengukuran tegangan,Arus,Daya,dan Faktor Daya serta
energy pada sistem satu fasa, serta dapat menganalisa hasil pemgukuran
tegangan,arus,daya,faktor daya,dan energy pada beban linear dan non linear ada sistem 1
fasa. Kemudian daya listrik satu fasa yang dihasilkan dengan metode amperemeter
menunjukan hasil yang lebih besar dari pada dengan menggunakan metode voltmeter. jadi
dari keadaan ini terdapat jenis daya yang dipakai yaitu daya semu, daya sesaat dan
sebagainyanya.
5. UCAPAN TERIMAKASIH
Dalam penyusunan laporan ini tidak terlepas dukungan dari berbagai pihak.pada
kesempatan kali ini penulis menyampaikan rasa terima kasih sebanyak-banyak nya kepada
segenap dosen mata kuliah serta asisten Laboratorium Pengukuran Besaran Listrik yang
telah memberikan bimbingan praktikum serta penunjuk-penunjuk dalam penyusunan
laporan ini serta teman-teman saya yang mensuport ,tidak lupa juga orang tua saya yang
selalu mendukung serta suport-nya dalam penyelesaian laporan ini.
6. DAFTAR PUSTAKA
[1] http://sandielektronik.com
[2] Wilkipedia.org
[3] http://dayalistrik.blogspot.com
[4] https://tneutron.ne
[5] https://muhamadrobi31.blogspot.com

LAMPIRAN
Proses pengukuran Dan pengambilan Data
PENGUKURAN BESARAN LISTRIK PADA SISTEM TIGA FASA-EMPAT
KAWAT

Junifel Derek Ronsumbre

SEKOLAH TINGGI TEKNIK - PLN

junifel.ronsumbre@gmail.com

ABSTRACT
Experiments have been conducted on "measuring electrical quantities in a three-phase four-
wire system". So in a three-phase four-wire distribution network, ideally the current flowing
at a neutral conductor is zero. However, if the three-phase four-wire distribution network
serves nonlinear loads and / or unbalanced loads, a neutral current will flow. This
nonlinear load generates zero order harmonic currents. Current flowing in neutral
conductor is dominated by zero order harmonic current. Zero sequence blocking
transformers have a large impedance to zero order harmonic currents and low impedance
to positive and negative sequence harmonic currents. So that the installation on the source
side of a three-phase four-wire distribution system that serves single-phase nonlinear loads
can withstand zero order harmonic currents and pass positive and negative sequence
currents.
Keywords: Three phase four wire, neutral current, load

ABSTRAK
Telah di lakukan percobaan tentang “pengukuran besaran listrik pada sistem tiga fasa
empat kawat”. Jadi Pada jaringan distribusi tiga fasa empat kawat, idealnya arus yang
mengalir pada penghantar netral sama dengan nol. Akan tetapi apabila jaringan distribusi
tiga fasa empat kawat melayani beban nonlinear dan atau beban tidak seimbang maka pada
penghantar netral akan mengalir arus. Beban nonlinear ini membangkitkan arus harmonisa
urutan nol. Arus yang mengalir pada penghantar netral didominasi oleh arus harmonisa
urutan nol. Zero sequence blocking transformer memiliki impedansi yang besar terhadap
arus harmonisa urutan nol dan impedansi yang rendah terhadap arus harmonisa urutan
positif dan negatif. Sehingga pemasangannya pada sisi sumber pada sistem distribusi tiga
fasa empat kawat yang melayani beban-beban nonlinear satu fasa dapat menahan arus
harmonisa urutan nol dan melalukan arus urutan positif dan negatif.
Kata kunci: Tiga fasa empat kawat, arus netral, beban
1. PENDAHULUAN
Pada sistem tenaga listrik 3 fase, idealnya daya listrik yang dibangkitkan, disalurkan
dan diserap oleh beban semuanya seimbang, P pembangkitan = P pemakain, dan juga pada
tegangan yang seimbang. Pada tegangan yang seimbang terdiri dari tegangan 1 fase yang
mempunyai magnitude dan frekuensi yang sama tetapi antara 1 fase dengan yang lainnya
mempunyai beda fase sebesar 120°listrik, sedangkan secara fisik mempunyai perbedaan
sebesar 60°, dan dapat dihubungkan secara bintang (Y, wye) atau segitiga (delta, Δ, D).

Gambar 1. sistem 3 fase.

Gambar 1 menunjukkan fasor diagram dari tegangan fase. Bila fasor-fasor tegangan
tersebut berputar dengan kecepatan sudut dan dengan arah berlawanan jarum jam (arah
positif), maka nilai maksimum positif dari fase terjadi berturut-turut untuk fase V1, V2
dan V3. sistem 3 fase ini dikenal sebagai sistem yang mempunyai urutan fasa a – b – c .
sistem tegangan 3 fase dibangkitkan oleh generator sinkron 3 fase.

Hubungan Bintang (Y, wye)

Pada hubungan bintang (Y, wye), ujung-ujung tiap fase dihubungkan menjadi satu dan
menjadi titik netral atau titik bintang. Tegangan antara dua terminal dari tiga terminal a – b
– c mempunyai besar magnitude dan beda fasa yang berbeda dengan tegangan tiap
terminal terhadapa titik netral. Tegangan Va, Vb dan Vc disebut tegangan “fase” atau Vf.

Gambar 2. Hubungan Bintang (Y, wye).

Dengan adanya saluran / titik netral maka besaran tegangan fase dihitung terhadap saluran
/ titik netralnya, juga membentuk sistem tegangan 3 fase yang seimbang dengan
magnitudenya (akar 3 dikali magnitude dari tegangan fase).
Vline = akar 3 Vfase = 1,73Vfase

Sedangkan untuk arus yang mengalir pada semua fase mempunyai nilai yang sama,
ILine = Ifase
Ia = Ib = Ic

Hubungan Segitiga

Pada hubungan segitiga (delta, Δ, D) ketiga fase saling dihubungkan sehingga membentuk
hubungan segitiga 3 fase.

Gambar 3. Hubungan Segitiga (delta, Δ, D).

Dengan tidak adanya titik netral, maka besarnya tegangan saluran dihitung antar fase,
karena tegangan saluran dan tegangan fasa mempunyai besar magnitude yang sama, maka:
Vline = Vfase

Tetapi arus saluran dan arus fasa tidak sama dan hubungan antara kedua arus tersebut
dapat diperoleh dengan menggunakan hukum kirchoff, sehingga:
Iline = akar 3 Ifase = 1,73Ifase

Daya pada Sistem 3 Fase

1. Daya sistem 3 fase Pada Beban yang Seimbang

Jumlah daya yang diberikan oleh suatu generator 3 fase atau daya yang diserap oleh beban
3 fase, diperoleh dengan menjumlahkan daya dari tiap-tiap fase. Pada sistem yang
seimbang, daya total tersebut sama dengan tiga kali daya fase, karena daya pada tiap-tiap
fasenya sama

Gambar 4. Hubungan Bintang dan Segitiga yang seimbang.

Jika sudut antara arus dan tegangan adalah sebesar θ, maka besarnya daya perfasa adalah
Pfase = Vfase.Ifase.cos θ (1)

sedangkan besarnya total daya adalah penjumlahan dari besarnya daya tiap fase, dan dapat
dituliskan dengan,

PT = 3.Vf.If.cos θ (2)

• Pada hubungan bintang, karena besarnya tegangan saluran adalah 1,73Vfase maka
tegangan perfasanya menjadi Vline/1,73, dengan nilai arus saluran sama dengan arus fase,
IL = If, maka daya total (PTotal) pada rangkaian hubung bintang (Y) adalah:

PT = 3.VL/1,73.IL.cos θ = 1,73.VL.IL.cos θ (3)

• Dan pada hubung segitiga, dengan besaran tegangan line yang sama dengan tegangan
fasanya, VL = Vfasa, dan besaran arusnya Iline = 1,73Ifase, sehingga arus perfasanya
menjadi IL/1,73, maka daya total (Ptotal) pada rangkaian segitiga adalah:
PT = 3.IL/1,73.VL.cos θ = 1,73.VL.IL.cos θ (4)

Dari persamaan total daya pada kedua jenis hubungan terlihat bahwa besarnya daya pada
kedua jenis hubungan adalah sama, yang membedakan hanya pada tegangan kerja dan arus
yang mengalirinya saja, dan berlaku pada kondisi beban yang seimbang.

2. Daya sistem 3 fase pada beban yang tidak seimbang

Sifat terpenting dari pembebanan yang seimbang adalah jumlah phasor dari ketiga
tegangan adalah sama dengan nol, begitupula dengan jumlah phasor dari arus pada ketiga
fase juga sama dengan nol. Jika impedansi beban dari ketiga fase tidak sama, maka jumlah
phasor dan arus netralnya (In) tidak sama dengan nol dan beban dikatakan tidak seimbang.
Ketidakseimbangan beban ini dapat saja terjadi karena hubung singkat atau hubung
terbuka pada beban.
Dalam sistem 3 fase ada 2 jenis ketidakseimbangan, yaitu:
1. Ketidakseimbangan pada beban.
2. ketidakseimbangan pada sumber listrik (sumber daya).

Kombinasi dari kedua ketidakseimbangan sangatlah rumit untuk mencari pemecahan


permasalahannya, oleh karena itu kami hanya akan membahas mengenai
ketidakseimbangan beban dengan sumber listrik yang seimbang.
Gambar 5. Ketidakseimbangan beban pada sistem 3 fase.

Pada saat terjadi gangguan, saluran netral pada hubungan bintang akan teraliri arus listrik.
Ketidakseimbangan beban pada sistem 3 fase dapat diketahui dengan indikasi naiknya arus
pada salahsatu fase dengan tidak wajar, arus pada tiap fase mempunyai perbedaan yang
cukup signifikan, hal ini dapat menyebabkan kerusakan pada peralatan.

1.2. TINJAUAN PUSTAKA


1.2.1 Sistem 3 fasa 4 kawat
1.2.1 Arus, tegangan, daya dan energi pada beban seimbang
1.2.3Metode mencari arus dan tegangan beban pada sistem beban 3 fasa 4 kawat beban
seimbang dan tak seimbang
1.2.4 Ketidakseimbangan beban dan arus netral

1.3. MAKSUD DAN TUJUAN RISET


1.3.1 Memahami konsep teori dan metode pengukuran tegangan,arus,daya dan faktor
daya pada sistem 3 fasa - 4 kawat
1.3.2. Mampu menganalisis hasil pengukuran besaran listrik pada beban linear dan non
linear di sistem 3 fasa - 4 kawat
1.3.3. Memahami fenomena ketidak seimbangan beban dan besaran-besaran listrik tiap
beban terkait fenomena tersebut

2. METODE PRAKTIKUM
2.1 Pengukuran Besaran-besaran Listrik pada Sistem Tiga fasa-empat kawat
dengan Beban Seimbang
DIAGRAM PENGKABELAN

L9

L10
R S T

I R
L11
II S
CAM STARTER
L1 L2 L3 L4 L5 L6 L7 L8
T L12

N
I II L13

Gambar 2
Rangkaian pengukuran besaran listrik fasa tiga beban seimbang.
L9

L10
R S T

I R
L11
II S
CAM STARTER
L1 L2 L3 L4 L5 L6 L7 L8
MCB T L12

N
I II L13

Gambar 3
Contoh pengkabelan paralel beban L1 dan L2

1. Baca dan Ikuti prosedur keamanan dan keselamatan penggunaan modul yang
tertera pada modul (mulai dari awal sampai akhir).
2. Siapkan tabel pengukuran, lihat kebutuhan daya dan jenis beban yang digunakan
sesuai tabel.
3. Siapkan lampu dengan jenis dan daya sesuai yang dibutuhkan di tabel
pengamatan. Misalkan untuk pengukuran dengan beban lampu pijar daya 100
watt, siapkan 3 buah bohlam lalu pasang ke 3 fitting lampu bohlam pada meja
tera.
4. Siapkan kabel jumper, hubungkan terminal tiap fasa sumber tegangan dengan
masing-masing terminal beban yang sesuai. Untuk kabel netral, hubungkan
terminal beban yang terpakai saja dengan terminal netral sumber tegangan.
5. Jika dibutuhkan beban paralel, hubungkan 2 terminal beban yang ingin
diparalelkan, lalu hubungkan salah satu dari terminal beban yang terparalel
dengan fasa sumber tegangan.
6. Pastikan rangkaian telah sesuai dan tidak ada yang terputus atau terhubung
singkat.
7. Nyalakan modul dengan menarik tuas MCB ke posisi ON dan lakukan
pengukuran parameter yang diminta.
8. Untuk pengukuran tegangan, ubah tuas power analyzer/ clamp meter ke mode
tegangan lalu pasang probe pengukuran pada terminal beban.
9. Untuk pengukuran arus dan sudut fasa, ubah tuas pengatur pada power analyzer
sesuai dengan parameter yang ingin diukur, kemudian masukkan kabel yang ingin
diukur arusnya ke capit clamp meter. Dan untuk pengukuran daya, pasang kedua
probe pengukur tegangan ke terminal beban yang diukur kemudian pasang kabel
ke capit clamp meter/power analyzer.
10. Ulangi langkah 1-8 sesuai dengan tabel pengamatan/jenis beban

2. Pengukuran Besaran-besaran Listrik pada Sistem Tiga fasa-empat kawat


dengan Beban Tak Seimbang
1. Baca dan Ikuti prosedur keamanan dan keselamatan penggunaan modul yang
tertera pada modul (mulai dari awal sampai akhir).
2. Siapkan tabel pengukuran, lihat kebutuhan daya dan jenis beban yang digunakan
sesuai tabel.
3. Siapkan lampu dengan jenis dan daya sesuai yang dibutuhkan di tabel
pengamatan.
4. Siapkan kabel jumper, hubungkan terminal tiap fasa sumber tegangan dengan
masing-masing terminal beban yang sesuai.
5. Jika dibutuhkan beban paralel, hubungkan 2 terminal beban yang ingin
diparalelkan, lalu hubungkan salah satu dari terminal beban yang terparalel
dengan fasa sumber tegangan.
6. Pastikan rangkaian telah sesuai dan tidak ada yang terputus atau terhubung
singkat.Nyalakan modul dengan menarik tuas MCB ke posisi ON dan lakukan
pengukuran parameter yang diminta.
7. Untuk pengukuran tegangan, ubah tuas power analyzer/ clamp meter ke mode
tegangan lalu pasang probe pengukuran pada terminal beban.
8. Untuk pengukuran arus dan sudut fasa, ubah tuas pengatur pada power analyzer
sesuai dengan parameter yang ingin diukur, kemudian masukkan kabel yang
ingin diukur arusnya ke capit clamp meter. Dan untuk pengukuran daya, pasang
kedua probe pengukur tegangan ke terminal beban yang diukur kemudian pasang
kabel ke capit clamp meter/power analyzer.
Ulangi langkah 1-8 sesuai dengan tabel pengamatan/jenis beban
3. HASIL DAN PEMBAHASAN
TABEL 1. BEBAN SEIMBANG

LampuPijar Lampu Ballast Magnetik/Elektronik/LED


L1 : 40W L2 :40W L3 :40W L1 :36 W L2 :36 W L3 : 36W

DAYA
BES BALLAST
ARA LAMPU PIJAR MAGNETIK/ELEKTRONI
N K/LED
LIS
TRI R S T R S T
K
KW 31 35 30 25 31 26

KVA 38 33 36 52 54 52
KVA
21 20 19 -45 -44 -45
R
PF 0,815 0,875 0,833 0,480 0,574 0,506

ARUS
BES BALLAST
LAMPU PIJAR
ARA MAGNETIK/ELEKTRONIK/LED
N
LIS
R S T N R S T N
TRI
K
A
0,18 0,19 0,17 0,09 O,24 0,25 0,25 0,40
RMS
TEGANGAN
BES BALLAST
ARA LAMPU PIJAR MAGNETIK/ELEKTRONI
N K/LED
LIS
TRI VRN VSN VTN VRN VSN VTN
K
V
213,5 211,9 208,6 214,1 211,6 208,2
RMS
TABEL 2. BEBAN TAK SEIMBANG
LampuPijar Lampu Ballast Magnetik/Elektronik/LED
L1 : 25W L2 :40 W L3 :40 W L1 :72W L2 :36 W L3 :36 W

DAYA
BES BALLAST
ARA LAMPU PIJAR MAGNETIK/ELEKTRONI
N K/LED
LIS
TRI R S T R S T
K
KW 13 30 28 54 32 26

KVA 28 36 38 84 51 47
KVA
21 23 25 64 -39 -39
R
PF 0,642 0,789 0,736 0,642 0,627 0,553

ARUS
BES BALLAST
LAMPU PIJAR
ARA MAGNETIK/ELEKTRONIK/LED
N
LIS
R S T N R S T N
TRI
K
A
0,13 0,18 0,18 0,12 0,39 0,24 0,23 0,48
RMS

TEGANGAN
BES BALLAST
ARA LAMPU PIJAR MAGNETIK/ELEKTRONI
N K/LED
LIS
TRI VRN VSN VTN VRN VSN VTN
K
V
214,0 210,9 209,4 213,1 211,2 207,9
RMS
3.2 ANALISA
Pada praktikum kali ini yang berjudul Pengukuran Besaran listrik Pada Sistem 3 fasa - 4
kawat, sistem 3-phase 4 kawat, ini lebih familiar dengan nama sistem R-S-T. karena
memang umumnya menggunakan simbol “R”, “S” “T” untuk tiap penghantar phasenya
serta simbol “N” untuk penghantar netral. Listrik 3-phase adalah listrik AC (alternating
current) yang menggunakan 3 penghantar yang mempunyai tegangan sama tetapi berbeda
dalam sudut phase sebesar 120 degree. Ada 2 macam hubungan dalam koneksi 3 penghantar
tadi : hubungan bintang (“Y” atau star) dan hubungan delta.
Ada 2 macam tegangan listrik yang dikenal dalam sistem 3-phase ini : Tegangan antar phase
(Vpp : voltage phase to phase atau ada juga yang menggunakan istilah Voltage line to line)
dan tegangan phase ke netral (Vpn : Voltage phase to netral atau Voltage line to netral).
Sistem tegangan yang dipakai adalah yang digunakan PLN pada trafo
Arus netral dalam sistem distribusi tenaga listrik dikenal sebagai arus yang mengalir pada
kawat netral di sistem distribusi tegangan rendah tiga fasa empat kawat. Karena adanya arus
harmonisa akibat beban non-linear. Arus yang mengalir pada kawat netral yang merupakan
arus bolak-balik untuk sistem distribusi tiga fasa empat kawat adalah penjumlahan vektor
dari ketiga arus fasa dalam komponen simetris.
Akibat pembebanan di tiap phasa yang tidak seimbang, maka akan mengalir arus pada
penghantar netral.

4.KESIMPULAN DAN SARAN


Dari hasil praktikum mengenai Pengukuran Besaran Listrik Pada Sistem Tiga Fasa-
Empat Kawat ini dapat di disimpulkan bahwa pada sistem 3fasa 4 kawat adalah
menggunakan fasa R-S-T dan fasa netralnya N. Pada ketidakseimbang beban
mengakibatkan arus harmonisasi akibat beban non linier. Arus netral pada ini di sebabkan
oleh stiap jenis beban yang di pakai misalnya lampu ballasst magnetic. Dan ada juga
Ketidaksaimbangan Tegangan terutama sekali disebabkan oleh ketidakseimbangan beban
pada saluran distribusi atau pada fasilitas industri/bangunan. Dengan kata lain, tegangan
urutan negatif atau urutan nol di dalam sistem tenaga listrik dihasilkan oleh
ketidakseimbangan beban yang mengakibatkan arus urutan negatif dan urutan nol
mengalir.

5.UCAPAN TERIMAKASIH
Dalam penyusunan laporan ini tidak terlepas dukungan dari berbagai pihak.pada
kesempatan kali ini penulis menyampaikan rasa terima kasih sebanyak-banyak nya kepada
segenap dosen mata kuliah serta asisten Laboratorium Pengukuran Besaran Listrik yang
telah memberikan bimbingan praktikum serta penunjuk-penunjuk dalam penyusunan
laporan ini serta teman-teman saya yang mensuport ,tidak lupa juga orang tua saya yang
selalu mendukung serta suport-nya dalam penyelesaian laporan ini.
6. DAFTAR PUSTAKA
[1]. https://dunialistrik.blogspot.com
[2]. https://konversi.wodrdpress.com
[3]. https//:serbaserbistl.blogspot.com
[4]. https//:lib.ui.ac.id
[5]. https//:muchammadsalim.blogspot.com

LAMPIRAN.
Proses pengukuran dan pengambilan data
PENGUKURAN HARMONISA GELOMBANG TEGANGAN
DAN ARUS PADA BEBAN LINIER DAN NON LINIER

Junifel Derek Ronsumbre


junifel.ronsumbre@gmail.com
SEKOLAH TINGGI TEKNIK - PLN

ABSTRACT
In practice that has been done is "measurement of harmonization of voltage and current
waves at linear and non-linear loads". In equipment such as computers, printers, scanners,
inverters, converters, etc., these are non-linear loads. Non-linear load is a load where the
relationship between current and voltage is not linear. The existence of non-linear load on
the electric power system will cause harmonic interference. The level of harmonics that
passes through the standard can cause an increase in heat in the equipment. Even in the
worst conditions there can be interference (hanging up) even permanent damage to some
sensitive electronic equipment including computers (Personal Computers). It also can cause
a decrease in equipment life. In this study measurements will be made of the voltage and
electric current harmonic content.
Keywords: harmonics, non-linear load

ABSTRAK
Pada praktek yang telah dilakukan yaitu “pengukuran harmonisasi gelombang tegangan
dan arus pada beban linier dan non linier”. Pada Peralatan-peralatan seperti komputer,
printer, scanner, inverter, konverter, dan lain sebagainnya merupakan beban non-linier.
Beban non-linier adalah beban dimana hubungan antara arus dan tegangannya tidak linier.
Keberadaan beban non-linier pada sistem tenaga listrik akan menimbulkan gangguan
harmonisa. Tingkat harmonisa yang melewati standar dapat menyebabkan terjadinya
peningkatan panas pada peralatan. Bahkan pada kondisi terburuk dapat terjadi gangguan
(hanging up) bahkan kerusakan permanen pada beberapa peralatan elektronik yang sensitif
termasuk komputer (Personal Computer). Selain itu juga dapat menyebabkan berkurangnya
umur peralatan. Pada penelitian ini akan dilakukan pengukuran kandungan harmonisa
tegangan dan arus listrik.
Kata kunci : harmonisa, beban non-linier
1. PENDAHULUAN

1.1 Beban linier

Beban linier adalah beban yang memberikan bentuk gelombang keluaran yang linier artinya
arus yang mengalir sebanding dengan impedensi dan perubahan tegangan. Beban linier ini
tidak memberikan dampak yang buruk pada perubahan gelombang arus maupun tegangan.
Resistor (R) merupakan beban linier tersebut.

Beban non-linier

Beban non linier adalah bentuk gelombang keluarannya tidak sebanding dengan tegangan
dalam setiap setengah siklus sehingga bentuk gelombang arus maupun tegangan
keluarannya tidak sama dengan gelombang masukannya (mengalami distorsi). Gangguan
yang terjadi akibat distorsi gelombang arus dan tegangan disebut dengan harmonik. Contoh
dari beban-beban non-linear ini seperti:

 Tungku api busur (pengecoran logam)


 Las
 Inti magnet pada trafo dan mesin-mesin berputar
 Mesin-mesin sinkron
 Adjustable speed drives
 Solid state switch
 High voltage DC transmisi
 Photovoltaik invertors

Distorsi Harmonisa Total

Total Harmonic Distortion (THD) merupakan nilai prosentase antara total komponen
harmonisa dengan komponen fundamentalnya. Semakin besar prosentase THD ini
menyebabkan semakin besarnya risiko kerusakan peralatan akibat harmonisa yang terjadi
pada arus maupun tegangan. Nilai THD yang diijinkan secara internasional maksimal
berkisar 5% dari tegangan atau arus frekuensi fundamentalnya.

Pemantauan

Alat yang bisa digunakan untuk memantau gelombang harmonisa antara lain Osiloskop dan
Spektrum analyzer. Oscilloscope memantau adanya arus maupun tegangan harmonisa secara
menyamping, sedangkan spektrum analyzer memantau arus maupun tegangan harmonisa
dari depan sehingga gelombang dengan frekuensi yang lebih tinggi dari gelombang
fundamental bisa dipantau.

Penyebab

Penyebab terjadinya gelombang harmonisa ini adalah penggunaan beban-beban non linier
pada sistem tenaga yang menimbulkan distorsi pada bentuk gelombang sinus. Beban non-
linier ini dimodelkan sebagai sumber arus yang menginjeksikan arus harmonisa ke dalam
sistem tenaga.

Semakin banyak peralatan elektronika yang digunakan seperti: tv, komputer, dan alat
penghemat daya akan semakin menambah harmonisa pada arus listrik, sehingga THD yang
dihasilkan akan semakin besar.

Akibat

Akibat yang ditimbulkan pada peralatan jika terdapat arus atau tegangan harmonisa antara
lain:

 Rusaknya peralatan listrik


 Terbakarnya kabel / konduktor penghantar
 Pada transformator daya menurun, bertambahnya losses
 Pada motor listrik terjadi overheat
 Pada alat ukur kWH meter elektromekanis terjadi kesalahan pengukuran
 Kegagalan fungsi relay

1.2 TINJAUAN PUSTAKA

1.2.1 Jelaskan tentang Deret fourier !


1.2.2 Buat suatu contoh transformasi tegangan keluaran dari penyearah gelombang
penuh 1 fasa AC 50 HZ 220 V, ke bentuk fungsi deret fouriernya
1.2.3 Jelaskan tentang THD (Total Harmonic Distortion) !
1.2.4 Jelaskan tentang Distortion Factor!
1.2.5 Jelaskan efek yang timbul karena adanya harmonic tegangan dan arus !
1.2.6 Jelaskan apa saja yang dilakukan untuk menanggulangi harmonik tegangan dan
arus!

1.3 MAKSUD DAN TUJUAN RISET


1.3.1 Mengukur nilai Total Harmonic Distortions (THD) arus pada system yang
mengandung arus harmonic dengan menggunakan alat ukur digital (Clampmeter)
pada beban yang linier (lampu pijar) dan non linier (ballast elektronik/magnetic).
1.3.2 Mengetahui dan memahami pengaruh arus harmonic pada system distribusi
tenaga listrik fasa tiga-empat kawat.
1.3.3 Melakukan perbandingan percobaan dengan beban yang linier (lampu pijar) dan
non linier (ballast electronic/magnetic).
1.3.4 Mengetahui bentuk kurva arus dan spectrum harmonic arus dan beban non linier
dan beban linier.

2.METODE PRAKTIKUM
1. Siapkan seluruh peralatan yang akan digunakan.
2. Buat rangkaian pada gambar 6 untuk mengukur besaran-besaran listrik yang
diperlukan pada pengukuran THD, dengan beban lampu fluorescent (ballast
elektronik/magnetic)
3. Siapkan alat ukur digital Clampmeter.

L9

L10
R

I R
L11
II S
CAM STARTER
L1 L2 L3 L4 L5 L6 L7 L8
MCB T L12

N
I II L13

Gambar 6. Rangkaian pengukuran harmonisa beserta gelombang dan spektrumnya


4. Ukurlah seluruh besaran-besaran nilai THD dan besaran lainnya sesuai tabel 5
pada tiap orde harmonic hingga orde harmonic ke 25 (seluruh prosedur
pengukuran besaran listrik, tanyakan pada asisten)
Setelah langkah 1-4 selesai. Percobaan dilanjutkan dengan menggunakan lampu pijar
25/40/60/100 W sebagai beban linier.
5. Masukan gambar kurva arus beserta spectrum harmonic arus baik beban non linier
maupun beban linier pada tiap fasanya termasuk netral kedalam computer, (untuk
prosedurnya tanyakan kembali kepada assisten).
3.HASIL DAN DATA PEMBAHASAN
3.1 DATA PENGAMATAN
Tabel Pengukuran

Mengukur THD Lampu Pijar (100 W)

Komponen THD
V RMS I RMS Hz DF
Harmonik (%)
DC
Fundamental 209,0 0,64 49,5 0 0

2 0 0 99,0 0 0

3 1,2 0 148,5 0 0

4 0 0 198,0 0 0

5 1,6 0 247,5 0 0

6 0 0 297,0 0 0

7 1,2 0 346,5 0 0

8 0 0 396,0 0 0

9 0,9 0 445,5 0 0

10 0 0 495,5 0 0

11 0 0 544,0 0 0

12 0 0 595,0 0 0

13 0 0 643,5 0 0

14 0 0 693,0 0 0

15 0 0 742,5 0 0

16 0 0 792,0 0 0

17 0 0 841,5 0 0

18 0 0 891,0 0 0

19 0 0 940,5 0 0

20 0 0 990,0 0 0

21 0 0 1039 0 0

22 0 0 1089 0 0

23 0 0 1138 0 0

24 0 0 1188 0 0
0 0
25 0 1237 0
Mengukur THD Lampu TL Ballast Elektronik

Komponen THD
V RMS I RMS Hz DF
Harmonik (%)
DC
Fundamental 211,9 0,47 49,7 61,5% 53,8

2 0 0 99,4 61,5% 53,8

3 1,1 0,23 149,1 61,5% 53,8

4 0 0 198,8 61,5% 53,8

5 1,5 0,15 248,5 61,5% 53,8

6 0 0 298,2 61,5% 53,8

7 0,8 0,07 347,9 61,5% 53,8

8 0 0 397,6 61,5% 53,8

9 0,8 0,4 447,3 61,5% 53,8

10 0 0 497,0 61,5% 53,8

11 0 0 546,7 61,5% 53,8

12 0 0 596,4 61,5% 53,8

13 0 0 646,1 61,5% 53,8

14 0 0 695,5 61,5% 53,8

15 0 0 745,5 61,5% 53,8

16 0 0 795,2 61,5% 53,8

17 0 0,81 844,9 61,5% 53,8

18 0 0 894,6 61,5% 53,8

19 0 0 944,3 61,5% 53,8

20 0 0 944,3 61,5% 53,8

21 0 0 1043 61,5% 53,8

22 0 0 1093 61,5% 53,8

23 0 0 1143 61,5% 53,8

24 0 0 1192 61,5% 53,8

25 0 0 1242 61,5% 53,8


Gambar Gelombang Instrumentasi

Lampu Pijar Lampu Ballast


3.2 ANALISA

Pada percobaan modul 3 ini yang berjudul Pengukuran Harmonisa Gelombang Tegangan
Dan Arus pada Beban Linier dan Beban nonlinier. Berdasarkan hasil pengukuran di sisi
suplai dapat dilihat dalam kondisi tidak seimbang.
Hal ini ditandai dengan terjadinya perbedaan nilai arus tiap fasa dan perbedaan nilai daya
tiap fasa serta frekuensi yang muncul tidak hanya frekuensi fundamentalnya saja (50 Hz),
tetapi muncul juga nilai frekuensi harmonisa ganjil yang terlihat pada spektrum harmonisa
arus dengan adanya orde harmonisa kesatu, ketiga, kelima, ketujuh dan seterusnya.
Kondisi di atas menunjukkan bahwa arus listrik mengalami gangguan harmonisa, yang
ditandai dengan bentuk gelombang tegangan yang sinusoidal, sedangkan bentuk gelombang
arus tidak sinusoidal (mengandung riak) dengan distorsi total harmonisa arus (THDI)
melebihi batas 15% dan distorsi total harmonisa tegangan (THDV) melebihi batas 5%
(Standar IEEE No. 519-1992).
Jadi harmonisa adalah gangguan pada gelombang tegangan dan arus yang di pengaruhi oleh
beban non linier sehingga gelombang sinussoidal terdistorsi/rusak. Harmonisasi itu di
pengaruhi oleh beban lampu ballast sehingga nilai THD nya terbesar.

4.KESIMPULAN DAN SARAN

Dari hasil praktikum mengenai pengukuran Harmonisasi Gelombang Tegangan Dan


Arus Pada Beban Linear Dan Non Linear ini dapat disimpulkan bahwa. Arus gangguan
harmonisasi di tandai dalam bentuk gelombang sinusoidal yang mengandung riak dan
distorsi yang melebihi batas (THDI) 15% dan (THDF) 5%.

5.UCAPAN TERIMAKASIH

Dalam penyusunan laporan ini tidak terlepas dukungan dari berbagai pihak.pada
kesempatan kali ini penulis menyampaikan rasa terima kasih sebanyak-banyak nya kepada
segenap dosen mata kuliah serta asisten Laboratorium Pengukuran Besaran Listrik yang
telah memberikan bimbingan praktikum serta penunjuk-penunjuk dalam penyusunan
laporan ini serta teman-teman saya yang mensuport ,tidak lupa juga orang tua saya yang
selalu mendukung serta suport-nya dalam penyelesaian laporan ini.
6.DAFTAR PUSTAKA

[1]. https://id.wikipedia.org/wiki/Harmonisa
[2]. http://jurnal.upi.edu/file/Elih_M1.pdf
[3]. http//:repo-nkm.batam.go.id
[4]. http//:academia.edu
[5]. http//:konversi.wordpress.com

LAMPIRAN

Proses pengambilan data penguukuran

Anda mungkin juga menyukai