Anda di halaman 1dari 15

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Perilaku sehat

1. Pengertian Perilaku sehat

Perilaku sehat sebagai usaha atau tindakan yang dilakukan individu

untuk meningkatkan atau mempertahankan kondisi kesehatan mereka (Taylor,

2003). Notoatmojo (2003) juga hampir sama dalam mendefinisikan perilaku

sehat, yaitu suatu respons seseorang terhadap stimulus atau objek yang

berkaitan dengan sehat- sakit, penyakit dan faktor-faktor yang mempengaruhi

kesehatan seperti pelayanan kesehatan, makanan, minuman dan lingkungan.

Menurut Skinner (1938), perilaku sehat (healthy behavior) adalah respon

seseorang terhadap stimulus atau objek yang berkaitan dengan sehat-sakit,

penyakit, dan faktor-faktor yang memengaruhi kesehatan seperti lingkungan,

makanan, minuman, dan pelayanan kesehatan.

Definisi ini sejalan dengan yang diungkapkan Becker dalam Notoatmojo

(2003), bahwa Perilaku sehat (perilaku sehat) yaitu hal-hal yang berkaitan

dengan tindakan atau kegiatan seseorang dalam memelihara dan

meningkatkan kesehatannya, termasuk juga tindakan-tindakan untuk

mencegah penyakit, kebersihan perorangan, dan sebagainya.

11
12

Berdasarkan uraian diatas, dapat disimpulkan bahwa perilaku sehat

adalah semua aktivitas atau kegiatan seseorang baik yang dapat diamati

maupun yang tidak dapat diamati, yang berkaitan dengan pemeliharaan dan

peningkatan kesehatan.

2. Aspek – aspek Perilaku Sehat

Menurut Becker (1979), perilaku sehat diklasifikasikan menjadi tiga, yaitu:

a. Perilaku sehat (healthy behavior)

Perilaku sehat adalah perilaku-perilaku atau kegiatan-kegiatan

yang berkaitan dengan upaya mempertahankan dan meningkatkan

kesehatan, antara lain :

1. Makan dengan menu seimbang (appropriate diet). Menu seimbang di

sini adalah pola makan sehari-hari yang memenuhi kebutuhan nutrisi

yang memenuhi kebutuhan tubuh baik menurut jumlahnya

(kuantitas), maupun jenisnya (kualitas).

2. Kegiatan fisik secara teratur dan cukup. Kegiatan fisik yang dimaksud

tidak hanya berarti olah raga. Bagi seseorang yang pekerjaannya

memang sudah memenuhi gerakan-gerakan fisik secara rutin dan

teratur, sebenarnya sudah dapat dikategorikan berolah raga. Bagi

seseorang yang pekerjaannya tidak melakukan kegiatan fisik seperti

manager, administrator, sekretaris dan sebagainya memerlukan olah

raga secara teratur.


13

b. Perilaku sakit ( Illness behavior)

Perilaku sakit adalah berkaitan dengan tindakan atau kegiatan

seseorang yang sakit dan/atau terkena masalah kesehatan pada dirinya,

atau keluarganya, untuk mencari penyembuhan, atau untuk mengatasi

masalah kesehatan yang lainnya. Pada saat orang sakit atau anaknya

sakit, ada beberapa tindakan atau perilaku yang muncul, antara lain :

1. Didiamkan saja (no-action) artinya sakit tersebut diabaikan, dan tetap

menjalankan kegiatan sehari-hari.

2. Mengambil tindakan dengan melakukan pengobatan sendiri (self

treatment atau self medication). Pengobatan sendiri ini ada 2 cara,

yakni : cara tradisional (kerokan, minum jamu, obat gosok dan

sebagainya) dan cara modern, misalnya minum obat jadi.

3. Mencari penyembuhan atau pengobatan keluar yakni ke fasilitas

pelayanan kesehatan, yang dibedakan menjadi dua, yakni : fasilitas

pelayanan kesehatan tradisional (dukun, sinshe, dan paranormal), dan

fasilitas atau pelayanan kesehatan modern atau professional

(Puskesmas, Poliklinik, dokter atau bidan praktik swasta, rumah

sakit, dan sebagainya).

c. Perilaku peran orang sakit ( the sick role behavior )

Dari segi sosiologi orang yang sedang sakit mempunyai peran

(roles) yang mencakup hak-haknya (rights), dan kewajiban sebagai orang

sakit (obligation). Menurut Becker, hak dan kewajiban orang yang


14

sedang sakit adalah merupakan perilaku orang sakit (the sick role

behavior). Perilaku peran orang sakit ini antara lain :

1. Tindakan untuk memperoleh kesembuhan

2. Tindakan untuk mengenal atau mengetahui fasilitas kesehatan yang

tepat untuk memperoleh kesembuhan.

3. Melakukan kewajibannya sebagai pasien antara lain mematuhi

nasihat-nasihat dokter atau perawat untuk mempercepat

kesembuhannya.

4. Tidak melakukan sesuatu yang merugikan bagi proses

penyembuhannya.

5. Melakukan kewajiban agar tidak kambuh penyakitnya, dan

sebagainya.

Sedangkan Notoatmodjo (2010) membagi perilaku sehat dalam 5 aspek,

yaitu:

a. Aspek makanan dan minuman, yang terdiri dari kebiasaan makan pagi,

pemilihan jenis makanan, jumlah makanan dan minuman, kebersihan

makanan.

b. Aspek kebersihan diri sendiri, terdiri dari mandi, membersihkan mulut

dan gigi, membersihkan tangan dan kaki, kebersihan pakaian.

c. Aspek kebersihan lingkungan lingkungan, yang terdiri dari kebersiahn

kamar, kebersihan rumah, kebersihan lingkungan rumah, kebersihan

lingkungan sekolah.
15

d. Aspek perilaku terhadap sakit dan penyakit, yang terdiri dari pemelihraan

kesehatan, pencegahan terhadap penyakit, rencana pengobatan dan

pemulihan kesehatan.

e. Aspek keseimbangan antara kegiatan istirahat dan olahraga, yang terdiri

dari banyaknya waktu istirahat, aktivitas di rumah dan olahraga teratur.

Dalam penelitian ini, aspek perilaku sehat yang digunakan adalah yang

dikemukakan oleh Notoatmojo (2010) yaitu aspek makanan dan minuman,

aspek kebersihan diri, aspek kebersihan lingkungan, aspek perilaku terhadap

sakit dan penyakit dan keseimbangan istirahat dan olahraga.

3. Faktor yang mempengaruhi perilaku sehat

Menurut Lawrene Green (1991), ada 3 faktor yang mempengaruhi

perilaku sehat yaitu:

a. Faktor-faktor Predisposisi (predisposing factors)

Faktor predisposisi adalah faktor yang melatarbelakangi perubahan

perilaku yang menyediakan pemikiran rasional atau motivasi terhadap

suatu perilaku. Faktor ini meliputi pengetahuan, sikap, keyakinan,

kepercayaan, nilai, usia, pendidikan, tingkat sosial ekonomi dan

sebagainya.

b. Faktor pemungkin (enabling factors)

Faktor pendukung adalah faktor yang memungkinkan atau yang

memfasilitasi perilaku individu atau organisasi termasuk tindakan/

ketrampilan.. Faktor ini meliputi ketersediaan, keterjangkauan sumber


16

daya pelayanan kesehatan, prioritas dan komitmen masyarakat dan

pemerintah dan tindakan yang berkaitan dengan kesehatan.

c. Faktor-faktor penguat (reinforcing factors)

Faktor pendorong adalah faktor yang mendorong atau memperkuat

terjadinya perilaku. Faktor ini memberikan penghargaan/ insentif untuk

ketekunan atau pengulangan perilaku. Faktor penguat ini berupa dukungan

sosial dari tokoh masyarakat, petugas kesehatan, guru, teman, keluarga

dan sebagainya

Sedangkan menurut Azwar (2012) ada beberapa 6 faktor yang

mempengaruhi sikap yaitu :

a. Pengalaman pribadi

Pengalaman pribadi dimasa lalu yang sangat berkesan dan

melibatkan faktor emosional akan mempengaruhi sikap seseorang

terhadap kesehatan. Sebagai contoh, pengalaman seseorang yang pertama

kali merokok pasti akan mempunyai kesan tertentu dan kesan tersebut

akan mempengaruhi sikap orang tersebut.

b. Pengaruh orang lain yang dianggap penting.

Seseorang di sekitar kita dapat mempengaruhi sikap kita terhadap

kesehatan. Terutama jika orang tersebut sangat berpengruh bagi kita. Pada

umumnya seseorang cenderung memiliki sikap yang searah dengan orang

yang dianggap penting. Hal tersebut dilakukan agar dapat menghindari

konflk dengan orang yang dianggap penting.


17

c. Pengaruh kebudayaan.

Apabila ada seseorang yang mengutamakan hidup dalam budaya

kelompok. Maka sikap mereka terhadap kesehatan akan cenderung

mengikuti apa yang dianut dalam kelompoknya, sehingga dapat dikatakan

bahwa orang tersebut lebih mementingkan sikap yang ada pada

kelompoknya dari pada mengambil sikap yang sesuai dengan dirinya.

d. Media masa.

Media masa berfungsi untuk memberikan informasi yang baru

tentang berbagai hal, adanya iklan dalam televisi atau pun dalam media

masa yang lain yang berhubungan dengan kesehatan akan mempengaruhi

sikap orang tersebut terhadap kesehatan. Pesan-pesan sugestif yang

dibawa oleh informasi tersebut akan memberikan dasar afektif yang cukup

kuat dalam menilai informasi sehingga terbentuklah arah sikap.

e. Lembaga pendidikan.

Lembaga pendidikan mempunyai pengaruh dalam pembentukan

sikap terhadap kesehatan. Pemahaman akan hal yang baik dan buruk,

sesuatu yang boleh dilakukan atau tidak boleh dilakukan yang

berhubungan dengan kesehatan biasanya didapat dari lembaga pendidikan,

baik itu pendidikan formal misalnya sekolah ataupun informal yaitu

lingkungan keluarga.
18

f. Pengaruh faktor emosional

Faktor emosional dapat berperan dalam pengambilan sikap

seseorang terhadap kesehatan, sikap tersebut biasanya dapat bersifat

sementara karna merupakan pernyataan yang disadari oleh emosi dan

dapat pula merupakan sikap yang dapat bertahan lama.

Beberapa faktor yang mempengaruhi perilaku sehat di atas,

menunjukkan bahwa, lingkungan sekitar khususnya orangtua dapat

memberikan pengaruh yang besar karena lingkungan terdekat pertama anak

usia sekolah dasar adalah orangtua mereka. Orang tua berperan penting dalam

menjaga dan mengatur pola hidup anak-ana sehari-hari, mulai dari bangun

tidur, sampai tidur lagi. Maka dari itu, ketika orang tua memberikan

dukungan yang penuh dan baik, perilaku sehat anak muncul.

B. Dukungan Orangtua

1. Pengertian Dukungan Sosial

Sarafino (2002) berpendapat bahwa dukungan sosial adalah

pemberian bantuan seperti materi, emosi dan informasi yang berpengaruh

terhadap kesejahterana manusia. Dukungan sosial juga dimaksudkan

sebagai keberadaan dan kesediaan orang-orang berarti yang dapat

dipercaya untuk membantu, mendorong, menerima dan menjaga individu.

Menurut Cooper & Watson (1991) dukungan sosial adalah bantuan yang

diperoleh individu secara terus-menerus dari individu lain, kelompok dan

masyarakat luas.
19

Sarason (1990) mendefinisikan dukungan sosial sebagai

keberadaan atau tersedianya seseorang yang dapat kita percaya, seseorang

yang kita tahu bahwa dia mengerti, menghargai dan mencintai kita.

Dalam definisi ini ditegaskan bahwa dukungan sosial merupakan

ketersediaan dari lingkungan yang bearti menunjukkan seberapa dalam

dukungan sosial yang didapatkan oleh seseorang tergantung pada

seberapa banyak lingkungan memberikan dukungan.

Weiss (1974) mendefinikan dukungan sosial sebagai bentuk

hubungan sosial yang merupakan gabungan dari 6 aspek yang saling

berkaitan satu-sama lain sehingga menyebabkan individu mereasa cukup

terdukung. Weiss mengemukakan bahwa setiap fungsi sosial memiliki

sumber-sumber dukungan yang berbeda. Misalnya, sumber dukungan

bagi individu untuk mendapatkan saran atau pendapat adalah orang tua,

teman atau rekan kerja. Sedang sumber dukungan bagi individu untuk

memperoleh ‘ attachment ’ bisa di dapat dari pasangan hidup, sahabat

maupun sanak keluarga. Sejalan dengan ahli-ahli diatas, Lahey (2007)

mendefinisikan dukungan sosial sebagai peran yang dimainkan oleh

teman-teman dan relatif dalam memberikan nasihat, bantuan, dan

beberapa antaranya untuk menceritakan perasaan pribadi.


20

Berdasarkan uraian diatas, dapat disimpulkan bahwa dukungan

orangtua adalah keberadaan dan peran orangtua dalam membantu,

mendorong, menerima dan menjaga individu.

2. Aspek-aspek Dukungan Sosial

Sarafino (2002) mengungkapkan pada dasarnya ada lima jenis dukungan

sosial:

a. Dukungan Emosi.

Dukungan jenis ini meliputi ungkapan rasa empati, kepedulian

dan perhatian terhadap individu. Biasanya, dukungan ini diperoleh

dari pasangan atau keluarga, seperti memberikan pengertian terhadap

masalah yang sedang dihadapi atau mendengarkan keluhannya.

Adanya duku- ngan ini akan memberikan rasa nyaman, kepastian,

perasaan memiliki dan dicintai kepada individu.

b. Dukungan Penghargaan.

Dukungan ini terjadi melalui ungkapan positif atau peng-

hargaan yang positif pada individu, dorongan untuk maju atau

persetujuan akan gagasan atau perasaan individu dan perbandingan

yang positif individu dengan orang lain (Sarafino,2002). Biasanya

dukungan ini diberikan oleh atasan dan rekan kerja. Duku- ngan jenis

ini, akan membangun perasaan berharga, kompeten dan bernilai.


21

c. Dukungan Instrumental atau Konkrit.

Dukungan jenis ini meliputi bantuan secara langsung. Biasanya

dukungan ini, lebih sering diberikan oleh teman atau rekan kerja,

seperti bantuan untuk menyelesaikan tugas yang menumpuk atau

meminjamkan uang atau lain-lain yang dibutuhkan individu. Menurut

Jacobson (Moertono,1997) adanya dukungan ini, menggambarkan

tersedianya barang-barang (materi) atau adanya pelayanan dari orang

lain yang dapat membantu individu dalam menyelesaikan masalahnya.

Selanjutnya hal tersebut akan memudahkan individu untuk dapat

memenuhi tanggung jawab dalam menjalankan perannya sehari-hari.

d. Dukungan informasi.

Dukungan jenis ini meliputi pemberian nasehat, saran atau

umpan balik kepada individu. Dukungan ini, biasanya diperoleh dari

sahabat, rekan kerja, atasan atau seorang profesional seperti dokter

atau psikolog. Adanya dukungan informasi, seperti nasehat atau saran

yang diberikan oleh orang-orang yang pernah mengalami keadaan

yang serupa akan membantu individu memahami situasi dan mencari

alternatif pemecahan masalah atau tindakan yang akan diambil (Thoits

dalam Moertono,1997)

e. Dukungan Jaringan Sosial.

Jaringan dengan memberikan perasaan bahwa individu adalah

anggota dari kelompok tertentu dan memiliki minat yang sama. Rasa

kebersamaan dengan anggota kelom- pok merupakan dukungan bagi


22

individu yang bersangkutan. Menurut Cohen, Wills & Cutrona (dalam

Moertono,1997) adanya dukungan jaringan sosial akan membantu

individu untuk mengurangi stres yang dialami dengan cara memenuhi

kebutuhan akan persahabatan dan kontak sosial dengan orang lain.

Hal tersebut juga akan membantu individu untuk mengalihkan

perhatiannya dari kekhawatiran terhadap masalah yang dihadapinya

atau dengan meningkatkan suasana hati yang positif

Aspek dukungan sosial yang digunakan dalam penelitian ini

adalah berdasarkan Sarafino (2002), yaitu aspek dukungan emosi, aspek

dukungan penghargaan, aspek dukungan instrumental atau konkrit, aspek

dukungan informasi, dan aspek dukungan jaringan sosial.

C. Hubungan Antara Dukungan Orangtua dengan Perilaku Sehat

Terdapat hubungan antara perilaku sehat dan dukungan sosial. Menurut

Sarafino (2002), dukungan sosial dapat berupa 5 hal yaitu dukungan emosi,

dukungan penghargaan, dukungan instrumental, dukungan informasi dan

dukungan jaringan sosial. Dukungan emosi adalah dukungan yang diberikan

oleh orang tua, teman dan lingkungan berupa emosi dan secara psikologis,

misalnya rasa kepedulian dan perhatian, serta mendengarkan keluhannya.

Dukungan emosi ini membuat anak merasa nyaman karena merasa

dipedulikan dan diperhatikan hidupnya. Kenyamanan yang dirasakan anak ini

membuat mereka lebih mendengarkan orangtua mereka dalam melakukan

sesuatu, termasuk berperilaku sehat. Hal ini sesuai dengan penelitian Seran

Ng, dkk (2013) yang menyebutkan bahwa anak-anak yang mempersepsikan


23

orangtuanya sebagai figur yang hangat, baik dan tidak terlalu mengontrol,

membuat mereka lebih penurut dan tidak komplain ketika disuruh melakukan

perilaku sehat, seperti makan sayur, ke dokter gigi rutin, dan sebagainya.

Kemudian dukungan penghargaan adalah dukungan yang diberikan oleh

orang tua berupa penghargaan positif agar tetap terus melakukan suatu

perilaku tersebut. Orangtua memberi dukungan ini berupa pemberian selamat

atau pujian setelah anak melakukan perilaku sehat dan memintanya untuk

terus melakukan hal tersebut. Seorang anak tentu akan terus termotivasi dan

tergerak untuk melakukan hal tersebut apabila ia juga terus dimotivasi dan

dihargai. Hal ini sesuai dengan teori operant conditioning oleh B.F. Skinner

(dalam Jarvis, 2006) yang menyebutkan bahwa anak akan cenderung

mengulang perilakunya apabila diberi penghargaan atau pujian atau hadiah

(reward). Penelitian oleh Cooke, dkk (2011) juga menyebutkan bahwa

pemberian pujian setelah anak melakukan perilaku sehat seperti makan sayur

membuat anak mengulangi perilaku tersebut hingga akhirya terbiasa

melakukan perilaku tersebut tanpa diberi pujian. Pujian atau penghargaan ini

berfungsi sebagai reinforcers yang membuat anak lebih sering melakukan

perilaku sehat tersebut.

Dukungan instrumental adalah dukungan dari orangtua sekitar berupa

bantuan langsung (benda atau barang) untuk mendukung terjadinya perilaku

sehat (Sarafino, 2002). Dukungan yang diberikan berupa pemberian makanan

dan minuman yang bergizi oleh orang tua, pemberian alat-alat mandi, pakaian

yang bersih dan sebagainya. Hal ini tentu membuat anak melakukan perilaku
24

sehat, karena anak belum memiliki kemampuan yang cukup untuk

menyiapkan semua kebutuhannya sendiri, sehingga perlu dukungan orang

lain. Hal ini sesuai dengan penelitian Dominick & Saunders (2012) yang

menyebutkan bahwa ketika orangtua memberikan fasilitas yang memadai,

seperti peralatan olahraga, menyediakan kendaraan untuk mengantar anak ke

tempat olahraga, dan menyiapkan bekal anak, anak akan lebih sering

melakukan perilaku sehat karena orangtua memberikan apa yang mereka

butuhkan untuk mewujudkan perilaku tersebut.

Dukungan informasi juga membuat anak melakukan perilaku sehat.

Dukungan informasi ini adalah dukungan dari orang tua berupa nasehat atau

saran sehingga perilaku individu dapat terus terjaga. Dukungan informasi ini

dapat berupa menasehati anak apabila jajan sembarangan, tidak sarapan, tidak

makan sayur, lupa gosok gigi, dan sebagainya. Dukungan informasi ini juga

dapat berupa informasi atau pengetahuan baru terkait kesehatan. Hal ini tentu

sangat bermanfaat bagi anak, karena anak belum memiliki pengetahuan yang

memadai tentang bagaimana cara menjaga kesehatan mereka, makanan apa

yang harus dikonsumsi, dan lain sebagainya. Pengetahuan yang diberi oleh

orangtua juga akan diingat anak, karena pada usia sekolah dasar, anak lebih

menerima nilai-nilai dan pengetahuan yang diberikan orangtua dan

menjadikannya dasar dalam melakukan suatu perilaku (Freud dalam Jarvis,

2006). Hal ini sesuai dengan penelitian yang dilakukan oleh Djewarut, dkk

(2012) yang menyebutkan bahwa semakin tinggi informasi atau pengetahuan

yang diberikan orangtua kepada anak, semakin tinggi pula tingkat perilaku
25

sehat yang dilakukan anak, karena pengetahuan anak masih minim, sehingga

mereka masih bergantung kepada orangtua mereka untuk mengarahkan

perilaku mereka.

Kemudian dukungan jaringan sosial juga bisa mempengaruhi perilaku

sehat anak. Dukungan jaringan sosial adalah dukungan dari orang tua berupa

hubungan sosial yang dapat mengurangi stress. Anak akan lebih sering

melakukan perilaku sehat, seperti makan sayur dan buah, gosok gigi dimalam

hari dan sebagainya karena dia tahu dan melihat orangtua juga melakukan hal

tersebut. Hal ini disebut juga modelling. Bandura (1989) menyebutkan dalam

teori observational learning bahwa anak berperilaku tertentu setelah melihat

atau mendengar perilaku orang disekitarnya. Anak sekolah dasar cenderung

memilih orangtua sebagai figur model mereka.

Berdasarkan uraian di atas, peneliti berasumsi bahwa dukungan sosial

orang tua akan mewujudkan perilaku sehat pada anak. Anak akan anak

terbiasa melakukan perilaku-perilaku sehat sejak dini, selalu menjaga

kesehatan tubuhnya dan senantiasa berbuat baik terhadap tubuhnya.

D. Hipotesis

Hipotesis dalam penelitian ini adalah akan terdapat korelasi yang positif

antara dukungan orangtua dengan perilaku sehat pada anak sekolah dasar.

Semakin tinggi dukungan orangtua maka semakin tinggi perilaku sehat

individu. Semakin rendah dukungan orangtua maka semakin rendah perilaku

sehat individu.

Anda mungkin juga menyukai