Anda di halaman 1dari 27

BAB I

PENDAHULUAN
I.1. Latar Belakang
Sejarah telah mengungkapkan bahwa Pancasila adalah jiwa seluruh rakyat
Indonesia, yang memberi kekuatan hidup kepada bangsa Indonesia serta
membimbingnya dalam mengajarkan kehidupan lahir batin yang makin baik.
Pancasila yang telah diterima dan ditetapkan sebagai dasar negara seperti
tercantum dalam pembukaan Undang-undang Dasar 1945, yang merupakan
kepribadian dan pandangan hidup bangsa, yang telah diuji kebenaran, kemampuan
dan kesaktiannya, sehingga tidak ada yang mampu memisahkan Pancasila dari
kehidupan bangsa Indonesia. Pancasila sebagai dasar negara dalam mengatur
penyelenggaraan negara di segala bidang, baik bidang ideologi, politik, ekonomi,
sosial-budaya, maupun pertahanan-keamanan merupakan fakta yang sulit dibantah
karena berdasar pada bukti sejarah bahwa 1 Juni 1945 disebut sebagai hari
lahirnya Pancasila.
Proses terbentuknya negara dan bangsa Indonesia melalui suatu proses
sejarah yang cukup panjang. Kebangsaaan Indonesia telah mulai nampak pada
abad ke-7, yaitu ketika munculnya Kerajaan Sriwijaya di bawah pimpinan
Syailendra di Palembang, kemudian Kerajaan Airlangga dan Majapahit di Jawa
Timur serta kerajaan-kerajaan lainnya. Dasar-dasar pembentukan nasionalisme
modern pun dirintis oleh para pejuang kemerdekaan bangsa, antara lain rintisan
yang dilakukan oleh para tokoh pejuang kebangkitan nasional pada tahun 1908,
kemudian dicetuskan pada Sumpah Pemuda pada tahun 1928.
Dalam kesempatan kali ini, kami akan menjelaskan apa dan bagaimana
keduduka Pancasila dalam sejarah perjuangan bangsa Indonesia, dimana
pembahasan ini sangat penting bagi kita sebagai pilar-pilar penerus bangsa agar
dapat menanamkan jiwa dan semangat nasionalisme dalam diri masing-masing.

I.2. Rumusan Masalah


a. Apa pengertian Pancasila?

1
b. Bagaimana hakikat Pancasila?
c. Bagaimana sejarah Pancasila pada masa kerajaan?
d. Bagaimana kronologi perumusan Pancasila dan proklamasi kemerdekaan
Indonesia?

I.3. Tujuan
a. Untuk mengetahui pengertian dari Pancasila
b. Untuk menjelaskan hakikat dari Pancasila
c. Untuk mendeskripsikan sejarah Pancasila pada masa kerajaan
d. Untuk menguraikan kronologi perumusan Pancasila dan proklamasi
kemerdekaan Indonesia

2
BAB II

PEMBAHASAN

II.1. Pengertian Pancasila

Kedudukan dan fungsi Pancasila jika dikaji secara lebih detail memiliki
pengertian yang luas, baik dalam kedudukannya sebagai dasar negara, pandangan
hidup bangsa, ideologi negara dan sebagai kepribadian bangsa. Oleh karena itu,
untuk memahami Pancasila secara kronologis baik menyangkut rumusannya
maupun peristilahannya maka pengertian pancasila meliputi :
a. Pengertian Pancasila secara Etimologis
ty. Menurut Muhammad Yamin, dalam bahasa Sansekerta kata
Pancasila memiliki dua macam arti, yaitu :1
- Panca artinya lima
- Syila artinya batu sendi, alas, dasar
- Syiila artinya peraturan tingkah laku yang baik/senonoh
Secara etimologis kata Pancasila berasal dari istilah Pancasyila
yang memiliki arti secara harfiah dasar yang memiliki lima unsur.
Kata Pancasila mula-mula terdapat dalam kepustakaan Buddha di
India. Dalam ajaran Buddha terdapat ajaran moral untuk mencapai
nirwana melalui samadhi (sebuah ritual konsentrasi tinggi yang
melampaui kesadaran alam jasmani) dan setiap golongan mempunyai
ajaran moral yang berbeda. Ajaran moral tersebut adalah Dasasyiila,
Saptasyiila, Pancasyiila. Pancasyiila menurut Buddha merupakan lima
aturan (five moral principle) yang harus ditaati, meliputi larangan
membunuh, mencuri, berzina, berdusta dan larangan meminum
minuman keras.2

1
Sunaryo Wreksosuhardjo, Ilmu Pancasila Yuridis Kenegaraam dan Ilmu Filsafat Pancasila
(Yogyakarta : 2005), Hal. 21
2
http:id.wikipedia.org/, diakses 28 Oktober 2011

3
Melalui penyebaran agama Hindu dan Buddha, kebudayaan India
masuk ke Indonesia sehingga ajaran Pancasyiila masuk kepustakaan
Jawa terutama pada zaman Majapahit, yaitu dalam buku syair pujian
Negara Kertagama karangan Empu Prapanca, yang di dalamnya
disebutkan bahwa raja menjalankan dengan setia kelima pantangan
(Pancasila). Setelah Majapahit runtuh dan agama Islam tersebar, sisa-
sisa pengaruh ajaran moral Buddha (Pancasila) masih dikenal
masyarakat Jawa yang disebut lima larangan (mo limo/M5), yang isinya
yaitu :3
- Mateni (membunuh)
- Maling (mencuri)
- Madon (berzina)
- Mabok (minuman keras/candu)
- Main (berjudi)

b. Pengertian Pancasila secara Historis


Sidang BPUPKI pertama membahas tentang dasar negara yang
akan diterapkan. Dalam sidang tersebut muncul tiga pembicara, yaitu
Muhammad Yamin, Dr. Soepomo dan Ir.Soekarno yang mengusulkan
nama dasar negara Indonesia, yaitu Pancasila.
Tanggal 18 Agustus 1945 disahkan UUD 1945 termasuk
pembukaannya yang di dalamnya termuat isi rumusan lima prinsip
sebagai dasar negara. Walaupun dalam pembukaan UUD 1945 tidak
termuat istilah/kata Pancasila, namun yang dimaksudkan dasar negara
Indonesia ialah Pancasila. Hal ini didasarkan pada pendapat-pendapat
sejarah terutama dalam rangka pembentukan rumusan dasar negara
yang secara spontan diterima oleh peserta sidang BPUPKI secara bulat.

3
Tim penyusun MKD IAIN Sunan Ampel Surabaya, Merevitalisasi Pendidikan Pancasila sebagai
Pemandu Reformasi (Surabaya : IAIN Sunan Ampel Press, 2011), Hal. 137-138

4
c. Pengertian Pancasila Secara Terminologis
Dalam pembukaan UUD 1945 yang ditetapkan oleh PPKI pada
tanggal 18 Agustus 1945 tercantum rumusan Pancasila yang secara
konstitusional sah dan benar sebagai dasar negara Republik Indonesia.
Namun, dalam sejarah ketatanegaraan Indonesia dalam upaya bangsa
Indonesia mempertahankan proklamasi dan eksistensinya, terdapat pula
rumusan-rumusan Pancasila dalam Konstitusi Republik Indonesia
Serikat (29 Desember – 17 Agustus 1950), UUD Sementara 1950 (17
Agustus 1950 – 5 Juli 1959) dan di kalangan masyarakat luas.
Dari berbagai macam rumusan Pancasila, yang sah dan benar
adalah rumusan Pancasila yang terdapat dalam Pembukaan UUD 1945
sesuai dengan Ketetapan MPRS No. XX/MPRS/1966 dan Ketetapan
MPR No. III/MPR/2000.

II.2. Hakikat Pancasila


Bicara tentang hakikat berarti membicarakan tentang hal-hal yang hakiki atau
mendasar. Demikian juga halnya dengan upaya memahami hakikat pancasila
dalam kehidupan bebangsa dan bernegara. Karena pancasila memiliki arti filosofis
yang sangat luas, maka dari pengertian pokok tersebut dapat diberi arti yang
bermacam-macam, antara lain sebagai berikut:
1. Pancasila sebagai Dasar Negara
Pancasila bukan lahir secara mendadak pada tahun 1945,
melainkan melalui proses panjang yang didasari oleh sejarah perjuangan
bangsa Indonesia, serta melihat pengalaman bangsa-bangsa lain,
kedudukan pancasila sebagai dasar negara, sebagaimana yang tertuang
dalam pembukaan UUD 1945, merupakan sumber tertib hukum tertinggi
yang mengatur kehidupan negara dan masyarakat.

2. Pancasila sebagai Pandangan Hidup


Fungsi pokok pancasila sebagai pandangan hidup bangsa Indonesia
adalah sebagai pegangan hidup, pedoman hidup, dan petunjuk arah bagi

5
semua kegiatan hidup dan penghidupan bangsa Indonesia dalam berbagai
aspek kehidupan masyarakat dan bangsa Indonesia.

3. Pancasila sebagai Kepribadian Bangsa Indonesia


Kepribadian artinya gambaran tentang sikap dan perilaku, atau
amal perbuatan manusia yang khas, yang membedakannya dengan bangsa-
bangsa lain. Ciri khas kepribadian bangsa Indonesia tercermin dalam sila-
sila Pancasila, yaitu bahwa bangsa Indonesia merupakan bangsa yang :
- Berketuhanan yang Maha Esa
- Berkemanusiaan yang adil dan beradab
- Berjiwa persatuan dan kesatuan bangsa
- Berjiwa musyawarah mufakat untuk mencapai hikmat kebijaksanaan,
dan
- Bercita-cita mewujudkan keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia

4. Pancasila sebagai Perjanjian Luhur Bangsa Indonesia


Istilah “Pancasila sebagai perjanjian luhur bangsa Indonesia”
muncul dalam pidato kenegaraan Presiden Soekarno di depan sidang
Dewan Perwakilan Rakyat Gotong Royong (DPR-GR) pada tanggal 16
Agustus 1967. Pancasila dinyatakan sebagai perjanjian luhur seluruh
rakyat Indonesia.

5. Pancasila sebagai Cita-cita dan Tujuan Bangsa Indonesia


Untuk lebih jelasnya, gambaran Pancasila sebagai cita-cita dan
tujuan bangsa Indonesia akan tampak pada rincian dan tujuan bangsa dan
negara Indonesia dalam alinea keempat pembukaan UUD 1945, yaitu :
- Melindungi segenap bangsa Indonesia dan seluruh tumpah darah
Indonesia
- Memajukan kesejahteraan umum
- Mencerdaskan kehidupan bangsa

6
- Ikut melaksanakan ketertiban dunia yang berdasarkan kemerdekaan,
perdamaian abadi dan keadilan sosial

Adapun penjelasan mengenai kelima sila Pancasila, yaitu sebagai berikut :


1. Sila Pertama : Ketuhanan yang Maha Esa.
Ketuhanan berasal dari kata Tuhan, ialah Allah, pencipta segala
yang ada dan semua makhluk. Atas keyakinan itulah, maka negara
Indonesia memberikan jaminan kebebasan kepada setiap penduduk untuk
beribadah menurut agamanya dan kepercayaannya itu. Dengan kata lain, di
dalam negara Indonesia tidak ada dan tidak boleh ada paham yang
meniadakan Tuhan Yang Maha Esa (Atheisme).
Sebagai sila pertama Pancasila, Ketuhanan yang Maha Esa menjadi
sumber pokok nilai-nilai kehidupan bangsa Indonesia, menjiwai dan
mendasari serta membimbing perwujudan kemanusiaan yang adil dan
beradab.

2. Sila Kedua : Kemanusiaan Yang Adil dan Beradab


Kemanusiaan berasal dari kata manusia, yaitu makhluk berbudi
yang memiliki potensi pikir, rasa, karya dan cipta. Kemanusiaan artinya
bersifat manusia yang merupakan esensi dan identitas manusia karena
martabat kemanusiaanya. Adil mengandung arti bahwa suatu keputusan
dan tindakan didasarkan atas norma-norma yang objektif, jadi tidak
subjektif apalagi sewenang-wenang. Beradab berasal dari kata adab, yang
berarti budaya, jadi beradab berarti kebudayaan.
Jadi, kemanusiaan yang adil dan beradab artinya kesadaran sikap
dan perbuatan manusia yang didasarkan pada potensi budi nurani manusia
dalam hubungan dengan norma-norma dan kebudayaan umunya, baik
terhadap diri sendiri, sesama manusia maupun terhadap alam dan hewan.
Pada prinsipnya kemanusiaan yang adil dan beradab adalah sikap dan
perbuatan manusia yang sesuai dengan kodrat dan hakikat manusia yang
berbudi, sadar nilai dan berbudaya.

7
3. Sila Ketiga : Persatuan Indonesia
Persatuan berasal dari kata satu, yang berarti utuh dan tidak
terpecah belah. Persatuan mengandung pengertian bersatunya bermacam
corak yang beraneka ragam menjadi satu kesatuan. Pertama : makna
geografis, yang berarti sebagian bumi yang membentang dari 950-1410
Bujur Timur dan dari 60 Lintang - 110 Lintang Selatan. Kedua : makna
bangsa dalam arti politis, yaitu bangsa yang hidup di dalam wilayah
tersebut. Indonesia dalam sila ketiga ini ialah Indonesia dalam pengertian
bangsa. Jadi, persatuan Indonesia ialah persatuan bangsa yang mendiami
wilayah Indonesia. Bangsa yang mendiami wilayah Indonesia bersatu
karena di dorong untuk mencapai kehidupan kebangsaan yang bebas
dalam wadah negara yang merdeka dan berdaulat.

4. Sila Keempat : Kerakyatan yang Dipimpin oleh Hikmat


Kebijaksanaan dalam Permusyawaratan/Perwakilan.
Kerakyatan berasal dari kata rakyat, yang berarti sekelompok
manusia yang berdiam di suatu wilayah tertentu. Hikmat kebijaksanaan
berarti penggunaan pikiran atau rasio yang sehat dengan selalu
mempertimbangkan persatuan dan kesatuan bangsa. Permusyawaratan
adalah suatu tata cara khas kepribadian bangsa Indonesia untuk
merumuskan dan atau memutuskan suatu hal yang berdasarkan kehendak
rakyat, hingga tercapai keputusan yang berdasarkan kebulatan pendapat
atau mufakat. Perwakilan adalah suatu sistem dalam arti tata cara
(prosedur) mengusahakan turut sertanya rakyat mengambil bagian dalam
kehidupan bernegara, antara lain dilakukan dengan melalui badan-badan
perwakilan.
Jadi, kerakyatan yang dipimpin oleh hikmat kebijaksanaan dalam
permusyawaratan/perwakilan berarti rakyat dalam menjalankan
kekuasaannya melalui sistem perwakilan dan keputusan-keputusannya
diambil dengan jalan musyawarah yang dipimpin oleh pikiran yang sehat

8
serta penuh tanggung jawab, baik kepada Tuhan yang Maha Esa maupun
kepada rakyat dan wakilnya.

5. Sila Kelima : Keadilan Sosial bagi Seluruh Rakyat Indonesia


Keadilan sosial berarti keadilan yang berlaku dalam masyarakat di
segala bidang kehidupan, baik materil maupun spiritual. Seluruh rakyat
Indonesia berarti setiap orang yang menjadi rakyat Indonesia, baik yang
berdiam di wilayah kekuasaan Republik Indonesia maupun warga negara
Indonesia yang berada di luar negeri.
Jadi, keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia berarti bahwa
setiap orang Indonesia mendapat perlakuan yang adil dalam bidang
hukum, politik, sosial, ekonomi dan kebudayaan. Sesuai dengan UUD
1945, makna keadilan sosial mencakup pula pengertian adil dan makmur.
Sila “keadilan sosial” adalah tujuan dari empat sila yang mendahuluinya,
yang merupakan tujuan bangsa Indonesia dalam bernegara, yang
perwujudannya ialah tata masyarakat adil-makmur berdasakan Pancasila.

II. 3. Sejarah Pancasila pada Masa Kerajaan


a. Kerajaan Kutai
Indonesia memasuki zaman sejarah pada tahun 400 M yang ditandai
dengan ditemukannya prasasti berupa 7 yupa (tiang batu). Dari prasasti
tersebut dapat diketahui bahwa Raja Mulawarman merupakan keturunan
dari Raja Aswawarman (keturunan dari Kudungga). Dari prasasti itu juga
diketahui bahwa Raja Mulawarman mengadakan kenduri (perjamuan
makan) dan memberi sedekah kepada para brahmana, serta para brahmana
yang membangun yupa itu sebagai tanda terima kasih raja yang
dermawan4. Masyarakat Kutai yang membuka zaman sejarah Indonesia
pertama kalinya ini menampilkan nilai-nilai sosial politik dan ketuhanan
dalam bentuk kerajaan, kenduri, serta sedekah kepada para brahmana.

4
Bambang Sumadio, dkk, (1997 : 33-32)

9
Pada zaman kuno (400-1500 M) terdapat dua kerajaan yang berhasil
mencapai integrasi dengan wilayah yang meliputi hampir separuh
Indonesia dan seluruh wilayah Indonesia saat ini, yaitu Kerajaan Sriwijaya
di Sumatera dan Majapahit yang berpusat di Jawa.

b. Kerajaan Sriwijaya
Menurut Mr. M. Yamin, berdirinya negara Indonesia tidak dapat
dipisahkan dengan kerajaan-kerajaan lama yang merupakan warisan nenek
moyang bangsa Indonesia. Indonesia terbentuk melalui tiga tahap, yaitu :
Pertama, zaman Sriwijaya di bawah wangsa Syailendra (600-1400), yang
bercirikan kedatuan. Kedua, negara kebangsaan zaman Majapahit (1293-
1525) yang bercirikan keprabuan. Ketiga, berupa kebangsaan modern,
yaitu negara bangsa Indonesia merdeka (sekarang menjadi negara
proklamasi 17 Agustus 1945)5.
Pada abad ke-7, muncul suatu kerajaan di Sumatera, yaitu Kerajaan
Wijaya, di bawah kekuasaan bangsa Syailendra. Hal ini termuat dalam
prasasti Kedudukan Bukit di kaki Bukit Siguntang (dekat Palembang)
yang ditulis dalam bahasa Melayu Kuno. Kerajaan tersebut merupakan
kerajaan maritim yang mengandalkan kekuatan lautnya. Kunci-kunci lalu
lintas laut di sebelah barat dikuasainya, seperti Selat Sunda (686) dan Selat
Malaka (775). Pada zaman itu, Kerajaan Sriwijaya merupakan kerajaan
besar yang cukup disegani di kawasan Asia Selatan. Perdagangan
dilakukan dengan mempersatukan pedagang, pengrajin dan pegawai raja
yang disebut Tuhan An Vatakvurah, yang tugasnya sebagai pengawas dan
pengumpul (semacam koperasi) sehingga rakyat mudah untuk
memasarkan dagangannya6. Demikian pula dalam sistem
pemerintahannya, terdapat pegawai pengurus pajak, harta benda, kerajaan
dan rohaniawan yang menjadi pengawas teknis pembangunan gedung-
gedung dan patung-patung suci sehingga pada saat itu kerajaan dalam

5
Sekretariat Negara RI (1995 : 11)
6
Keneth R. Hall (1976 : 75-77)

10
menjalankan sistem negaranya tidak dapat dilepaskan dengan nilai
ketuhanan7. Agama dan kebudayaan dikembangkan dengan mendirikan
suatu universitas agama Buddha yang sangat terkenal di negara lain di
Asia. Banyak musafir dari negara lain, misalnya dari Cina, yang belajar
terlebih dahulu di universitas tersebut terutama tentang agama Buddha dan
bahasa Sansekerta sebelum melanjutkan studinya ke India. Justru banyak
dari guru-guru besar yang merupakan tamu dari India yang mengajar di
Sriwijaya, misalnya Dharmakitri. Cita-cita tentang kesejahteraan bersama
dalam suatu negara tercermin pada Kerajaan Sriwiaya yang berbunyi
“Marvuat vanua criwijaya dhayatra subhiksa” (suatu cita-cita negara
yang adil dan makmur)8.

c. Zaman Kerajaan-kerajaan Sebelum Majapahit


Sebelum Kerajaan Majapahit muncul sebagai suatu kerajaan yang
menanamkan nilai-nilai nasionalisme, telah muncul kerajaan-kerajaan di
Jawa Tengah dan Jawa Timur secara silih berganti. Kerajaan Kalingga
pada abad ke-7, Sanjaya pada abad ke-8 yang ikut membantu membangun
candi Kalasan untuk Dewa Tara dan sebuah wihara untuk pendeta Buddha
didirikan di Jawa Tengah bersama dengan dinasti Syailendra (abad ke-7
dan abad ke-9). Refleksi puncak dari Jawa Tengah dalam periode-periode
kerajaan-kerajaan tersebut adalah dibangunnya candi Borobudur (candi
agama Buddha pada abad ke-9) dan candi Prambanan (candi agama Hindu
pada abad ke-10). Selain kerajaan-kerajaan di Jawa Tengah tersebut, di
Jawa Timur juga muncul kerajaan-kerajaan, seperti Kerajaan Isana (pada
abad ke-9), Darmawangsa (abad ke-10), juga kerajaan Airlanga pada abad
ke-11. Raja Airlangga membuat bangunan keagamaan dan asrama, dan
raja ini memiliki sikap toleransi dalam beragama. Agama yang diakui oleh
kerajaan adalah agama Buddha, agama Wisnu dan agama Syiwa yang

7
Suwarno (1993 : 19)
8
Sulaiman (tanpa tahun : 53)

11
hidup berdampingan secara damai9. Menurut prasasti Kelagen, Raja
Airlangga telah mengadakan hubungan dagang dan bekerja sama dengan
Benggala, Chola dan Champa. Hal ini menunjukkan adanya nilai-nilai
kemanusiaan. Demikian pula Airlangga yang mengalami penggemblengan
lahir dan batin di hutan. Pada tahun 1019, para pengikut Airlangga, rakyat
dan para Brahmana bermusyawarah dan memutuskan untuk memohon
kepada Airlangga agar ia bersedia menjadi raja, meneruskan tradisi istana,
sebagaimana nilai-nilai pada sila keempat. Demikian pula menurut prasasti
Kelagen, pada tahun 1037, Raja Airlangga memerintahkan untuk membuat
tanggul dan waduk demi kesejahteraan rakyat yang merupakan nilai-nilai
pada sila kelima10. Di wilayah Kediri, Jawa Timur, berdiri pula kerajaan
Singasari (pada abad ke-9), yang kemudian sangat erat hubungannya
dengan berdirinya Kerajaan Majapahit.

d. Kerajaan Majapahit
Pada tahun 1923 berdirilah Kerajaan Majapahit yang mencapai
zaman keemasannya pada pemerintahan Raja Hayam Wuruk dengan
didampingi oleh Mahapatih Gajah Mada yang di bantu oleh Laksamana
Nala dalam memimpin armadanya untuk menguasai nusantara. Wilayah
kekuasaan Majapahit semasa jayanya itu membentang dari Semenanjung
Melayu (sekarang dikenal dengan nama Malaysia) sampai Irian Barat
melalui Kalimantan Utara.
Pada saat itu, agama Hindu dan Buddha hidup berdampingan dengan
damai dalam satu kerajaan. Empu Prapanca menulis sebuah kita berjudul
Negarakertagama. Dalam kitab tersebut telah terdapat istilah “Pancasila”.
Empu Tantular mengarang buku Sutasoma, dan di dalam buku itulah
dijumpai seloka persatuan nasional, yaitu “Bhineka Tunggal Ika”, yang
bunyi lengkapnya “Bhineka Tunggal Ika Tan Hana Dharma Mangrua”,
yang artinya “walaupun berbeda, namun satu jua adanya sebab tidak ada

9
Toyyibin (1997 : 26)
10
Toyyibin (1997 : 28-29)

12
agama yang memiliki tuhan yang berbeda”. Sumpah Palapa yang
diucapkan oleh Mahapatih Gaja Mada dalam sidang ratu dan menteri-
menteri di paseban keprabuan Majapahit pada tahun 1331, yang berisi cita-
cita mempersatukan seluruh nusantara raya sebagai berikut : “Saya baru
akan berhenti berpuasa makan pelapa, jikalau seluruh nusantara bertakluk
di bawah kekuasaan negara, jikalau Gurun, Seram, Tanjung, Haru, Pahang,
Dempo, Bali, Sunda, Palembang dan Tumasik telah dikalahkan”11. Dalam
tata pemerintahan Kerajaan Majapahit terdapat semacam penasehat seperti
Rakryan I Hino, I Sirikan, dan I Halu yang bertugas memberikan nasehat
kepada raja. Hal ini sebagai nilai-nilai musyawarah mufakat yang
dilakukan oleh sistem pemerintahan Kerajaan Majapahit.

e. Zaman Penjajahan
Pada abat ini sejarah mencatat bahwa Belanda berusaha dengan
keras untuk memperkuat dan mengitensifkan kekuasaannya di seluruh
Indonesia. Melihat hal tersebut maka muncul perlawanan-perlawanan yang
masih bersifat kedaerahaan, seperti di Maluku (1817), Imam Bonjol (1821-
1837), Pangeran Diponegoro dan masih banyak lainnya. Dorongan akan
cinta tanah air menimbulkan semangat untuk melawan penindasan
Belanda. Namun, sekali lagi karena tidak adanya kesatuan dan persatuan di
antara mereka dalam melawan penjajah, maka perlawanan tersebut
senantiasa kandas dan menimbulkan banyak korban. Setelah Majapahit
runtuh pada permulaan abad ke-16, maka berkembanglah agama Islam
dengan pesatnya di Indonesia. Pada saat itu juga berkembang kerajaan-
kerajaan Islam, seperti Kerajaan Demak, dan mulailah berdatangan orang-
orang Eropa di nusantara. Mereka yang datang tersebut merupakan orang
Portugis yang kemudian diikuti oleh orang-orang Spanyol yang ingin
mencari pusat tanaman rempah-rempah. Bangsa asing yang masuk ke
Indonesia yang pada awalnya berdagang adalah orang-orang Portugis.
Pada akhir abad ke-16, bangsa Belanda juga datang ke Indonesia dengan

11
Yamin (1960 : 60)

13
menempuh jalan yang penuh kesulitan. Utuk menghindarkan persaingan
diantara mereka sendiri, mereka kemudian mendirikan suatu perkumpulan
dagang yang bernama VOC, yang di kalangan rakyat dikenal dengan
istilah ‘Kompeni’. Praktek-praktek VOC mulai terlihat dengan paksaan-
paksaan sehingga rakyat mulai mengadakan perlawanan. Mataram yang
pada saat itu di bawah pemerintahan Sultan Agung (1613-1645) berupaya
mengadakan perlawanan dan menyerang ke Batavia pada tahun 1628 dan
tahun 1929. Meskipun tidak berhasil meruntuhkan, namun pada
perlawanan itu Gubernur Jendral J.P Coen tewas dalam serangan Sultan
Agung. Makassar yang memiliki kedudukan yang sangat vital juga
berhasil dikuasai kompeni pada tahun 1667 dan timbullah perlawanan dari
rakyat Makasar di bawah komando Hasanudin. Menyusul pula wilayah
Banten (Sultan Ageng Tirtoyoso) yang ditundukkan pula oleh kompeni
pada tahun 1684. Perlawanan Trunojoyo, Untung Suropati di Jawa Timur
pada akhir abad ke-17 nampaknya tidak mampu meruntuhkan kekuasaan.
Seperti itulah kronologi kompeni pada saat itu. Demikian pula ajakan Ibnu
Iskandar yang merupakan pimpinan armada dari Minangkabau untuk
mengadakan perlawanan bersama terhadap kompeni juga tidak mendapat
sambutan yang hangat. Perlawanan bangsa Indonesia terhadap penjajahan
yang terpencar-pencar dan tidak memiliki koordinasi tersebut banyak
mengalami kegagalan sehingga banyak menimbulkan korban bagi anak-
anak bangsa.

f. Kebangkitan Nasional
Atas kesadaran bangsa Indonesia pada masa itu, maka berdirilah
Budi Utomo yang dipelopori oleh Dr. Wahidin Sudirohusodo pada tanggal
20 Mei 1908. Gerakan ini merupakan awal gerakan kemerdekaan dan
kekuatan sendiri. Kemudian berunculan Indische Partij dan sebagainya.
Pada masa itu banyak berdiri gerakan-gerakan nasional untuk mewujudkan
suatu bangsa yang memiliki kehormatan akan kemerdekaan dan
kekuataannya sendiri, diantaranya adalah Budi Utomo, Serikat Dagang

14
Islam (SDI) tahun 1909, serta Partai Nasional Indonesia (PNI) tahun 1927
yang didirikan oleh Soekarno, Cipto Mangunkusumo, Sartono serta tokoh-
tokoh lainnya. Sejak saat itu perjuangan nasional Indonesia mempunyai
tujuan yang jelas, yaitu Indonesia merdeka. Perjuangan nasional diteruskan
dengan adanya gerakan Sumpah Pemuda pada tanggal 28 Oktober 1928
yang menyatakan satu bahasa, satu bangsa serta satu tanah air, yaitu
Indonesia Raya.

g. Zaman Penjajahan Jepang


Janji penjajah Belanda tentang Indonesia merdeka hanyalah suatu
kebohongan belaka dan tidak pernah menjadi kenyataan sampai akhir
penjajahan Belanda tanggal 10 Maret 1940. Kemudian Jepang masuk ke
Indonesia dengan propaganda “Jepang memimpin Asia. Jepang saudara
tua bangsa Indonesia”. Pada tanggal 29 April 1945 bersamaan dengan
ulang tahun Kaisar Jepang, penjajah Jepang akan memberikan
kemerdekaan kepada bangsa Indonesia. Janji ini diberikan karena Jepang
terdesak oleh tentara Sekutu. Bangsa Indonesia diperbolehkan
memperjuangkan kemerdekaannya, dan untuk mendapatkan simpati dan
dukungan bangsa Indonesia maka Jepang menganjurkan untuk membentuk
suatu badan yang bertugas menyelidiki usaha-usaha persiapan
kemerdekaan, yaitu BPUPKI (Badan Penyelidik Usaha Persiapan
Kemerdekaan Indonesia) atau Dokuritsu Zyunbi Tiosakai. Pada hari itu
juga diumumkan Dr. KRT. Radjiman Widyodiningrat sebagai ketua
(kaicoo) yang kemudian mengusulkan bahwa agenda pada sidang BPUPKI
adalah membahas tentang dasar negara. Pada tanggal 29 April 1945
bersamaan dengan ulang tahun kaisar Jepang, memberikan hadiah ulang
tahun kepada bangsa Indonesia, yaitu kemerdekaan tanpa syarat setelah
penghancuran Nagasaki dan Hirosima oleh sekutu.

15
II.4. Kronologi Perumusan Pancasila dan Proklamasi Kemerdekaan
Indonesia
a. Sidang BPUPKI Pertama
Dalam upaya merumuskan Pancasila sebagai dasar negara yang
resmi, terdapat usulan-usulan pribadi yang dikemukakan dalam Badan
Penyelidik Usaha Persiapan Kemerdekaan Indonesia (BPUPKI), yaitu :
1) Mr. Muh. Yamin (29 Mei 1945)
Mr. Muh. Yamin mengusulkan calon rumusan dasar negara sebagai
berikut :
a) Peri kebangsaan
b) Peri kemanusiaan
c) Peri ketuhanan
d) Peri kerakyatan (permusyawaratan, perwakilan, kebijaksanaan)
e) Kesejahteraan rakyat (keadilan sosial)
Selain usulan tersebut, pada akhir pidatonya Muh. Yamin
menyerahkan naskah sebagai lampiran, yaitu suatu rancangan usulan
sementara berisi rumusan Undang-undang Dasar RI.

2) Prof. Dr. Soepomo (31 Mei 1945)


Prof. Dr. Soepomo mengemukakan teori-teori negara sebagai berikut :
a) Teori negara perseorangan (individualis)
b) Paham negara kelas (class theory)
c) Paham negara integralistik
Selanjutnya dalam kaitannya dengan dasar filsafat negara Indonesia,
Soepomo mengusulkan hal-hal mengenai : kesatuan, kekeluargaan,
keseimbangan lahir dan batin, musyawarah, serta keadilan rakyat.

3) Ir. Soekarno (1 Juni 1945)


Ir. Soekarno menyampaikan dasar negara yang terdiri atas lima prinsip,
yaitu :
a) Nasionalisme (kebangsaan Indonesia)

16
b) Internasionalisme (peri kemanusiaan)
c) Kesejahteraan sosial
d) Ketuhanan yang Maha Esa
Beliau juga mengusulkan bahwa Pancasila berfungsi sebagai dasar
filsafat negara dan pandangan hidup bangsa Indonesia. Soekarno
mengemukakan dasar-dasar sebagai berikut :
“Sekarang banyaknya prinsip kebangsaan, internasionalisme, mufakat,
kesejahteraan, dan ketuhanan, lima bilangannya. Namanya bukan
Panca Dharma, tetapi saya namakan ini dengan petunjuk seorang
teman kita ahli bahasa - namanya ialah Pancasila. Sila artinya asas
atau dasar, dan di atas kelima dasar itulah kita mendirikan negara
Indonesia, kekal dan abadi.”

b. Sidang BPUPKI Kedua (10-16 Juli 1945)


Penyusunan Pancasila dilakukan oleh Panitia Sembilan, serta
pemakaian istilah “hukum dasar” diganti dengan Undang-undang Dasar,
karena hal ini merupakan hukum retulis atas saran Prof. Dr. Soepomo.
Adapun bentuk negara yang disetujui adalah pro-republik. Keputusan-
keputusan lain yang diambil diantaranya adalah membentuk panitia kecil.
Perancang Undang-undang Dasar diketuai oleh Soekarno, panitia ekonomi
dan keuangan diketuai oleh Moh. Hatta dan pembela tanah air diketuai
oleh Abikusno Tjokrosoejono.
Dalam sidang ini dibentuk panitia kecil yang terdiri dari 9 orang dan
lebih dikenal dengan nama “Panitia Sembilan”, yang anggotanya adalah Ir.
Soekarno, Wachid Hasyim, Mr. Muh. Yamin, Mr. Maramis, Drs. Moh.
Hatta, Mr. Soebarjo, Kyai Abdul Kahar Muzakir, Abikoesmo
Tjokrosoejoso dan Haji Agus Salim.
Panitia sembilan kemudian mengadakan pertemuan secara sempurna
dan mencapai suatu hasil baik, yaitu suatu persetujuan antara golongan
Islam dengan golongan kebangsaan. Adapun naskah yang disusun oleh
panitia sembilan tersebut pada bagian terakhir adalah sebagai berikut :

17
“…………maka disusunlah kemerdekaan bangsa Indonesia itu dalam
suatu hukum dasar negara Indonesia, yang terbentuk dalam suatu negara
Republik Indonesia yang berkedaulatan rakyat dengan berdasar kepada :
Ketuhanan dengan kewajiban menjalankan syari’at islam bagi pemeluk-
pemeluknya, menurut dasar kemanusiaan yang adil dan beradab,
persatuan Indonesia dan kerakyatan yang dipimpin oleh hikmat
kebijaksanaan dalam permusyawaratan perwakilan sreta dengan
mewujudkan suatu keadilan sosisal bagi seluruh rakyat Indonesia”
Adapun keputusan penting dalam rapat ini adalah tentang bentuk
negara republik dan luas wilayah negara baru. Tujuan anggota badan
penyelidik adalah menghendaki Indonesia raya yang sesungguhnya yang
mempersatukan semua kepulauan Indonesia.
Adapun susunan Undang-undang Dasar yang diusulkan terdiri atas
tiga bagian, yaitu :
1) Pernyataan Indonesia merdeka, yang berupa dakwaan di muka dunia
atas Penjajahan Belanda
2) Pembukaan yang di dalamnya terkandung dasar negara Pancasila
3) Pasal-pasal Undang-undang Dasar.

c. Proklamasi Kemerdekaan dan Sidang PPKI


Pada pertengahan bulan Agustus 1945 akan dibentuk Panitia
Persiapan Kemerdekaan Indonesia (PPKI). Untuk keperluan tersebut, Ir.
Soekarno, Drs. Muh. Hatta dan Dr. Radjiman diberangkatkan ke Saigon
atas pangilan Jenderal Terauchi. Pada tanggal 9 Agustus 1945, Jenderal
Terauchi memberikan 3 cap kepada mereka, yaitu :
1) Soekarno diangkat sebagai ketua PPKI, Muh. Hatta sebagai wakil dan
Radjiman sebagai anggota
2) Panitia persiapan boleh mulai bekerja pada tanggal 9 Agustus 1945
3) Cepat atau tidaknya pekerjaan panitia diserahkan sepenuhnya kepada
panitia.

18
Setelah kembali dari Saigon pada 14 Agustus 1945, Ir. Soekarno
mengumumkan di muka umum bahwa bangsa Indonesia akan merdeka
sebelum jagung berbunga (secepat mungkin) dan kemerdekaan bangsa
Indonesia ini bukan merupakan hadiah dari Jepang, melainkan dari hasil
perjuangan sendiri. Setelah Jepang menyerah pada sekutu, maka
kesempatan itu dipergunakan sebaik-baiknya oleh para pejuang
kemerdekaan bangsa Indonesia. Untuk mempersiapkan Proklamasi
tersebut, Soekarno-Hatta pun pergi ke rumah Laksamana Maeda di Oranye
Nassau Boulevard (sekarang Jl. Imam Bonjol No.1) pada malam hari.
Setelah diperoleh sebuah kepastian, maka Soekarno-Hatta
mengadakan pertemuan larut malam dengan Mr. Achmad Soebardjo,
Soekarni, Chaerul Saleh, B.M. Diah, Sayuti Melik, Dr. Buntaran, Mr.
Iwakusuma Sumantri dan beberapa anggota PPKI untuk merumuskan
redaksi naskah Proklamasi. Pada pertemuan tersebut akhirnya konsep
Soekarno-lah yang diterima dan diketik oleh Sayuti Melik.
Keesokan paginya, pada tanggal 17 Agustus 1945 di Pegangsaan
Timur 56 Jakarta, tepat pada hari Jumat Legi, jam 10 pagi Waktu
Indonesia Barat (Jam 11.30 waktu Jepang), Bung Karno yang didampingi
Bung Hatta membacakan naskah Proklamasi dengan khidmad dan diawali
dengan pidato. Adapun isi naskah Proklamasi tersebut adalah sebagai
berikut :
PROKLAMASI
Kami bangsa Indonesia dengan ini menyatakan Kemerdekaan
Indonesia. Hal-hal yeng mengenai pemindahan kekuasaan dan lain-lain
diselenggarakan dengan cara seksama dan dalam tempo yang sesingkat-
singkatnya.
Jakarta, 17 Agustus 1945

Atas Nama Bangsa Indonesia


Soekarno Hatta

19
Sehari setelah Proklamasi, PPKI kemudian mengadakan sidangnya
yang pertama.
a) Sidang Pertama (18 Agustus 1945)
Sidang pertama PPKI dihadiri 27 orang dan menghasilkan keputusan-
keputusan sebagai berikut :
- Mengesahkan Undang-Undang dasar 1945
- Menetapkan rancangan Hukum Dasar yang telah diterima dari
badan penyilidik pada tanggal 17 Juli 1945, setelah mengalami
berbagai perubahan karena berkaitan dengan perubahan piagam
Jakarta, kemudian berfungsi sebagai Undang-undang Dasar 1945
- Memilih Presiden dan Wakil Presiden yang pertama
- Menetapkan berdirinya Komite Nasional Indonesia Pusat sebagai
badan musyawarah darurat

b) Sidang Kedua (19 Agustus 1945)


Menghasilkan beberapa ketetapan, yaitu sebagai berikut :
- Tentang daerah provinsi : Jawa Barat, Jawa Tengah, Jawa Timur,
Sumatera, Borneo, Sulawesi, Maluku dan Sunda Kecil.
- Untuk sementara waktu kedudukan kooti dan sebagainya
diteruskan seperti sekarang.
- Untuk sementara waktu kedudukan gemeente diteruskan seperti
sekarang dan dibentuknya 12 departemen kementerian.

c) Sidang Ketiga (20 Agustus 1945)


Melakukan pembahasan terhadap agenda tentang “badan penolong
korban perang” yang terdiri dari 8 pasal, yaitu Pasal 2 yang berbunyi
“dibentuklah suatu badan yang disebut BKR (Badan Keamanan
Rakyat)”.

20
d) Sidang Keempat (22 Agustus 1945)
Membahas agenda tentang Komite Nasional Partai Nasional Indonesia
yang berkedudukan di Indonesia.

d. Masa Setelah Proklamasi Kemerdekaan


Setelah prokamasi kemerdekaan 17 Agustus 1945, ternyata bangsa
Indonesia masih menghadapi kekuatan sekutu yang berupaya menanamkan
kembali kekuasaan Belanda di Indonesia, yaitu pemaksaan untuk
mengakui pemerintahan NICA ( Netherland Indies Civil Administration).
Selain itu, Belanda juga secara licik mempropagandakan kepada dunia luar
bahwa negara Proklamasi RI merupakan hadiah dari Jepang.
Untuk melawan propaganda Belanda dari dunia Internasional, maka
pemerintah RI mengelurkan tiga buah maklumat, yaitu:
1. Maklumat Wakil Presiden No. X tanggal 16 Oktober 1945 yang
menghentikan kekuasaan luar biasa dari Presiden sebelum masa
waktunya (seharusnya berlaku selama enam bulan). Kemudian
maklumat tersebut memberikan kekuasaan tersebut kepada MPR dan
DPR yang semula dipegang oleh Presiden kepada KNIP.
2. Maklumat pemerintah tanggal 03 November 1945, tentang
pembentukan partai politik sebanyak–banyaknya oleh rakyat. Hal ini
sebagai akibat dari anggapan pada saat itu bahwa salah satu ciri
demokrasi adalah multi-partai. Maklumat tersebut juga sebagai upaya
agar dunia barat menilai bahwa negara Proklamasi sebagai negara
Demokratis.
3. Maklumat pemerintah tanggal 14 November 1945, maklumat ini
mengubah sistem kabinet presidental menjadi kabinet parlementer
berdasarkan asas demokrasi liberal.

1) Pembentukan Negara Republik Indonesia Serikat (RIS)


Sebagai hasil dari Konferensi Meja Bundar (KMB), maka
ditanda tangani suatu persetujuan (mantel resolusi) oleh Ratu Belanda

21
dan wakil pemerintah RI di Kota Den Hag pada tanggal 27 Desember
1949, maka secara otomatis berlaku pulalah anak-anak persetujuan
hasil KMB lainnya dengan konstitusi RIS, antara lain :
1) Konstitusi RIS menentukan bentuk negara serikat (federalis).
2) Konstitusi RIS menentukan sifat pemerintah berdasarkan asas
demokrasi liberal dimana menteri-menteri bertanggung jawab atas
seluruh kebijaksanaan pemerintah terhadap parlemen (Pasal 118
ayat 2).
3) Mukadiamah RIS telah menghapuskan jiwa dan semangat maupun
isi pembukaan UUD 1945, proklamasi kemerdekaan sebagai
naskah Proklamasi yang terinci.
4) Sebelum persetujuan KMB, bangsa Indonesia telah memiliki
kedaulatan. Oleh karena itu, persetujuan 27 Desember 1949
tersebut bukannya penyerahan kedaulatan melainkan “pemulihan
kedaulatan” atau “pengakuan kedaulatan”.

2) Terbentuknya Negara Kesatuan Republik Indonesia tahun 1950


Berdirinya negara RIS dalam sejarah ketatanegaraan Indonesia
berfungsi sebagai suatu taktik secara politis untuk tetap konsisten
terhadap deklarasi Proklamasi yang terkandung dalam pembukaan
UUD 1945, yaitu negara persatuan dan kesatuan sebagaimana termuat
dalam alinea keempat, bahwa pemerintah negara “......yang
melindungi segenap bangsa Indoneia dan seluruh tumpah darah
Indonesia .....” yang berdasarkan kepada UUD 1945 dan Pancasila.
Maka terjadilah gerakan unitaristis secara spontan untuk membentuk
negara kesatuan, yaitu menggabungkan diri dengan Negara
Proklamasi RI yang berpusat di Yogyakarta, walaupun pada saat itu
Negara RI yang berpusat di Yogyakarta itu hanya berstatus sebagai
negara bagian RIS saja.

22
Tidak berapa lama, negara bagian RIS hanya tinggal 3 buah
negara bagian saja, yaitu Negara Bagian RI Proklamasi, Negara
Indonesia Timur (NIT) dan Negara Sumatera Timur (NST).
Berdasarkan persetujuan RIS dengan negara RI, pada tanggal 19
Mei 1950, maka seluruh negara bersatu dalam negara kesatuan,
dengan Konstitusi Sementara yang berlaku sejak 17 Agustus 1950.
Walaupun UUDS 1950 merupakan tonggak untuk menuju cita-
cita Proklamasi, Pancasila dan UUD 1945, namun kenyataannya
masih berorientasi kepada pemerintah yang berasas Demokrasi
Liberal sehingga isi maupun jiwanya merupakan penyimpangan
terhadap Pancasila. Hal ini disebabkan oleh hal-hal sebagai berikut :
- Sistem multi- partai dan kabinet Parlementer berakibat pada silih
bergantinya kabinet yang rata-rata hanya berumur 6-8 tahun. Hal
ini mengakibatkan negara tidak mempunyai pemerintah yang
menyusun program serta tidak mampu menyalurkan dinamika
masyarakat ke arah pembangunan, bahkan menimbulkan
pertentangan-pertentangan, gangguan-gangguan keamanan serta
penyelewengan -penyelewengan dalam masyarakat.
- Secara ideologis, mukadimah Konstitusi Sementara 1950, tidak
berhasil mendekati perumusan otentik Pembukaan UUD 1945,
yang dikenal sebagai Declaration of Independence bangsa
Indonesia. Demikian pula perumusan Pancasila yang merupakan
dasar negara juga terjadi penyimpangan. Namun, bagaimanapun
juga RIS yang berdasarkan Pancasila dan UUD 1945 merupakan
bagian dari negara Republik Indonesia Serikat.

e. Dekrit Presiden 5 Juli 1959


Pada pemilu tahun 1955, dalam kenyataannya tidak dapat memenuhi
harapan dan keinginan masyarakat, bahkan mengakibatkan ketidakstabilan
pada bidang politik, sosial dan ekonomi. Hal ini disebabkan oleh
konstituante yang seharusnya membuat UUD negara RI ternyata

23
membahas kembali dasar negara, maka presiden sebagai badan yang harus
bertanggung jawab mengeluarkan dekrit atau pernyataan pada tanggal 5
Juli 1959, yang isinya :
1) Membubarkan Konstituante
2) Menetapkan kembali UUDS 1945 dan tidak berlakunya UUDS 1950
3) Dibentuknya MPRS dan DPAS dalam waktu yang sesingkat-singkatnya

Berdasarkan Dekrit Presiden tersebut maka UUD 1945 berlaku


kembali di negara Republik Indonesia hingga saat ini. Dekrit adalah suatu
putusan dari orang tertinggi (kepala negara atau orang lain) yang
merupakan penjelmaan kehendak yang sifatnya sepihak. Dekrit dilakukan
bila negara dalam keadaan darurat, keselamatan bangsa dan negara
terancam oleh bahaya.
Setelah Dekrit Presiden 5 Juli 1959, keadaan tatanegara Indonesia
mulai stabil, keadaan ini dimanfaatkan oleh kalangan komunis dengan
menanamkan ideologi yang belum selesai. Ideologi pada saat itu dirancang
oleh PKI dengan ideologi Manipol Usdek serta konsep Nasakom. Puncak
peristiwa pemberontakan PKI pada tanggal 30 September 1965 untuk
merebut kekuasaan yang sah negara RI, pemberontakan ini disertai dengan
pembunuhan para Jenderal yang tidak berdosa. Pemberontakan PKI
tersebut berupaya untuk mengganti secara paksa ideologi dan dasar filsafat
negara Pancasila menjadi ideologi komunis Marxis. Atas dasar tersebut
maka pada tanggal 1 Oktober 1965 diperingati bangsa Indonesia sebagai
‘Hari Kesaktian Pancasila’

f. Masa Orde Baru


Orde Baru merupakan suatu tatanan masyrakat dan pemerintahan
yang menutut dilaksanakannya Pancasila dan UUD 1945 secara murni dan
konsekuen. Munculnya orde baru diawali dengan aksi-aksi dari seluruh
masyarakat antara lain : Kesatuan Aksi Pemuda Pelajar Indonesia
(KAPPI), Kesatuan Aksi Mahasiswa Indonesia (KAMI), Kesatuan Aksi

24
Guru Indonesia (KAGI), dan lainnya. Aksi tersebut menuntut dengar tiga
tuntutan atau yang dikenal dengan ‘Tritura’. Adapun isi Tritura tersebut
adalah sebagai berikut :
1) Pembubaran PKI dan ormas-ormasnya
2) Pembersihan kabinet dari unsur G30S-PKI
3) Penurunan harga
Karena Orde Lama tidak mampu menguasai pimpinan negara, maka
panglima tertinggi memberikan kekuasaan penuh kepada Panglima
Angkatan Darat Letnan Jendral Soeharto dalam bentuk surat yang dikenal
dengan “Surat Perintah 11 Maret 1966 (Supersemar)”. Tugas pemegang
Supersemar, yaitu untuk memulihkan keamanan dengan jalan menindak
pengacau keamanan yang dilakukan oleh PKI. Orde Baru berangsur-
angsur melaksanakan programnya dalam upaya merealisasikan
pembangunan nasional sebagai perwujudan pelaksanaan Pancasila dan
UUD 1945 secara murni dan konsekuen.

25
BAB III

PENUTUP

III.1. Kesimpulan
Pancasila adalah dasar filsafah yang berisi pedoman ataupun aturan
tentang tingkah laku dan dijadikan sebagai dasar untuk mengatur pemerintahan
negara. Pancasila tidak lahir begitu saja, melainkan melalui proses yang sangat
panjang. Pancasila ditemukan dan digali dalam kepribadian rakyat Indonesia. Di
dalam Pancasila inilah terdapat tujuan-tujuan bangsa dan negara. Pancasila
mengatur hubungan manusia dengan manusia lainnya serta manusia dengan alam.
Pancasila memiliki sejarah di berbagai kerajaan di Indonesia meliputi
Kerajaan Kutai, Sriwijaya dan beberapa kerajaan sebelum Majapahit, termasuk
Kerajaan Majapahit serta pada zaman penjajahan dan kebangkitan nasional.
Proses perumusan pancasila melalui beberapa sidang, dimulai dari sidang
BPUPKI 1, sidang BPUPKI II, hingga pada tahap proklamasi kemerdekaan.
Sidang PPKI kemudian dilaksanakan untuk membentuk alat-alat kelengkapan
negara sejak saat itu pun memiliki pengaruh yang sangat besar terhadap
masyarakat dan negara hingga saat ini.

26
KEPUSTAKAAN

http://punyalurjaf.blogspot.com/2014/02/makalah-pancasila-dalam-konteks-
sejarah.html (diakses pada tanggal 11 September 2019)

http://www.blogbarabai.com/2014/10/makalah-pancasila-dalam-konteks-
sejarah.html (diakses pada tanggal 11 September 2019)

https://www.coursehero.com/file/18860556/MAKALAH-PANCASILA-
DALAM-KONTEKS-SEJARAH-PERJUANGAN-BANGSA-INDONESIA/
(diakses pada tanggal 11 September 2019)

http://ekaidrisup.blogspot.co.id/2017/10/hakikat-dan-fungsi-pancasila.html
(diakses pada tanggal 13 September 2019)

http://www.artikelsiana.com/2015/03fungsi-peranan-pancasila-fungsi.html
(diakses pda tanggl 13 September 2019)

27

Anda mungkin juga menyukai