PENDAHULUAN
1
hipotalamik-hipofisis-ovarium, misalnya pada masa menarche, serta ganguan stres
bisa mengakibatkan manifestasi penyakit ini.2 Selain kelainan pada endometrium,
kelainan pada otot polos miometrium yaitu mioma uteri juga dapat menyebabkan
terjadinya perdarahan uteri abnormal. Gangguan perdarahan yang terjadi umumnya
adalah hipermenore, menoragia dan dapat juga terjadi metroragia. Mioma uteri
menyebabkan permukaan endometrium menjadi lebih luas dari biasanya dan
miometrium tidak dapat berkontraksi optimal.1,2
2
keseimbangan pengaruh pemberian estrogen. Dan pemberian pil kombinasi
bertujuan merubah endometrium menjadi reaksi pseudodesidual.2
3
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Definisi
4
suhu tubuh basal. Polip endometrium, karsinoma endometrium, dan karsinoma
serviks adalah penyebab yang patologis. Pada beberapa tahun administrasi estrogen
eksogen menjadi penyebab umum pada perdarahan tipe ini.
4) Polimenorea berarti periode menstruasi yang terjadi terlalu sering. Hal ini biasanya
berhubungan dengan anovulasi dan pemendekan fase luteal pada siklus menstruasi.
5) Menometroragia adalah perdarahan yang terjadi pada interval yang iregular.
Jumlah dan durasi perdarahan juga bervariasi. Kondisi apapun yang menyebabkan
perdarahan intermenstrual dapat menyebabkan menometroragia. Onset yang tiba-
tiba dari episode perdarahan dapat mengindikasikan adanya keganasan atau
komplikasi dari kehamilan.
6) Oligomenorea adalah periode menstruasi yang terjadi lebih dari 35 hari. Amenorea
didiagnosis bila tidak ada menstruasi selama lebih dari 6 bulan. Volume perdarahan
biasanya berkurang dan biasanya berhubungan dengan anovulasi, baik itu dari
faktor endokrin (kehamilan, pituitari-hipotalamus) ataupun faktor sistemik
(penurunan berat badan yang terlalu banyak). Tumor yang mengekskresikan
estrogen menyebabkan oligomenorea terlebih dahulu, sebelum menjadi pola yang
lain.
7) Perdarahan kontak (perdarahan post-koitus) harus dianggap sebagai tanda dari
kanker leher rahim sebelum dilakukan pemeriksaan lebih lanjut. Penyebab lain dari
perdarahan kontak yang lebih sering yaitu servikal eversi, polip serviks, infeksi
serviks atau vagina (Tichomonas) atau atropik vaginitis. Hapusan sitologi negatif
tidak menyingkirkan diagnosis kanker serviks invasif, kolposkopi dan biopsi sangat
dianjurkan untuk dilakukan.3,5
Yang dimaksudkan disini ialah perdarahan yang terjadi dalam masa antara 2 haid.
Perdarahan itu tampak terpisahdan dapat dibedakan dari haid, atau 2 jenis perdarahan ini
menjadi satu; yang pertama dinamakan metroragia,yang kedua menometroragia.
Metroragia atau menometroragia dapat disebabkan oleh kelainan organik pada alat
genital atau oleh kelainan fungsional.1
5
2.2 Etiologi
Sebab-sebab organik
Perdarahan dari uterus, tuba, dan ovarium disebabkan oleh kelainan pada:2
a) Serviks uteri, seperti polipus servisis uteri, erosio porsionis uteri, ulkus pada porsio
uteri, karsinoma servisis uteri;
b) Korpus uteri, seperti polip endometrium, abortus iminens, abortus sedang
berlangsung, abortus inkompletus, mola hidatidosa, koriokarsinoma, subinvolusio
uteri, karsinoma korporis uteri, sarkoma uteri, mioma uteri;
c) Tuba Falopii, seperti kehamilan ektoplik terganggu, radang tuba, tumor tuba;
d) Ovarium, seperti radang ovarium, tumor ovarium.
Sebab-sebab fungsional
Perdarahan dari uterus yang tidak ada hubungannya dengan sebab organik,
dinamakan perdarahan disfungsional. Perdarahan disfungsional dapat terjadi pada
setiap umur antara menarche dan menopause. Tetapi , kelainan ini lebih sering
dijumpai sewaktu masa permulaan dan masa akhir fungsi ovarium. Dua pertiga dari
wanita-wanita yang dirawat di rumah sakit untuk perdarahan disfungsional berumur
diatas 40 tahun, dan 3% dibawah 20 tahun. Sebetulnya dalam praktek banyak
dijumpai pula perdarahan disfungsional dalam masa pubertas, akan tetapi karena
keadaan ini biasanya dapat sembuh sendiri, jarang diperlukan perawatan di rumah
sakit.1
2.3 Epidemiologi
Perdarahan uterus abnormal (PUA) merupakan gejala ginekologik yang
paling sering pada wanita usia reproduksi pada pasien rawat jalan dengan prevalensi
11 dari 13 wanita. Data ini meningkat dengan berjalannya usia, mencapai 25% pada
wanita usia reproduksi.6 Berdasarkan data dari klinik Ginekologi Rumah Sakit Pusat
6
TNI Gatot Soebroto Jakarta, pasien dengan keluhan PUA sebanyak 87 dari total 490
pasien.7
2.4 Patofisiologi
Schröder pada tahun 1915, setelah penelitian histopatologik pada uterus dan ovarium
pada waktu yang sama, menarik kesimpulan bahwa gangguan perdarahan yang
dinamakan metropatia hemoragika terjadi karena persistensi folikel yang tidak pecah
sehingga tidak terjadi ovulasi dan pembentukan korpus luteum. Akibatnya, terjadilah
hiperplasia endometrium karena stimulasi estrogen yang berlebihan dan terus–
menerus. Penjelasan ini masih dapat diterima untuk sebagian besar kasus-kasus
perdarahan disfungsional.1,4
Akan tetapi, penelitian menunjukkan pula bahwa perdarahan disfungsional dapat
ditemukan bersamaan dengan berbagai jenis endometrium, yakni endometrium
atrofik, hiperplastik, proliferatif, dan sekretoris, dengan endometrium jenis
nonsekresi merupakan bagian terbesar. Pembagian endometrium dalam endometrium
jenis nonsekresi dan endometrium jenis sekresi penting artinya, kakarena dengan
dengan demikian dapat dibedakan perdarahan yang anovulatoar dan yang ovulatoar.
Klasifikasi ini mempunyai nilai klinik karena kedua jenis perdarahan disfungsional
ini mempunyai dasar etiologi yang berlainan dan memerlukan penanganan yang
berbeda. Pada perdarahan disfungsional yang ovulatoar gangguan dianggap berasal
dari faktor-faktor neuromuskular, vasomotorik, atau hematologik, yang
mekanismenya belum seberapa dimengerti, sedangkan perdarahan anovulatoar
biasanya dianggap bersumber pada gangguan endokrin.1,5
7
Gambar 1. Siklus Menstruasi Manusia1
8
DAFTAR PUSTAKA