Anda di halaman 1dari 29

SPESIFIKASI TEKNIS

SYARAT-SYARAT DAN KETENTUAN TEKNIS

I. SPESIFIKASI UMUM

I.1. LINGKUP PEKERJAAN Yang dimaksud dalam pekerjaan ini adalah Pembangunan Gedung
Pelayanan Publik Terpadu Kejaksaan Negeri Kabupaten Pasuruan.

I.2. PEKERJAAN PENDAHULUAN I.2.1. Pekerjaan Persiapan :


Sebelum pekerjaan dimulai harus diadakan persiapan dengan
menyediakan peralatan pokok dan pendukung sesuai kebutuhan
sehingga nantinya didapat hasil kerja maksimal dengan kualitas
baik.

I.2.2. Pembersihan lokasi :


Sebelum memulai pekerjaan, lokasi harus dibersihkan terlebih
dahulu/ bebas gangguan, guna mempermudah jalannya
pelaksanaan pekerjaan.

I.2.3. Direksi-Keet / Bangsal Kerja :


Untuk Direksi-keet/ bangsal kerja dibuat bangunan sementara/
semi permanen disesuaikan dengan kebutuhan dan dilengkapi
dengan tempat duduk, meja kerja dan tempat untuk menempel
gambar kerja. Bangunan ini harus dibongkar setelah pekerjaan
selesai dilaksanakan.

I.2.4. Pengukuran/ Uitzet.


Sebelum memulai pekerjaan harus didakan pengukuran secara
keseluruhan guna didapatkan volume, ukuran yang jelas dan
tepat dan hasil pekerjaan sesuai rencana, dengan menggunakan
alat ukur.

I.3. PERATURAN TEKNIS I.3.1. Ubin lantai keramik, mutu dan cara uji SNI 03-3976-1995.
BANGUNAN YANG DIGUNAKAN I.3.2. Peraturan Konstruksi Kayu Indonesia (PKKI NI-5)
I.3.3. Tata Cara Perhitungan Struktur Beton Untuk Bangunan Gedung
SNI 03-2847-2002
I.3.4. Peraturan Umum Instalsi Listrik (PUIL) SNI 04-0225-1987
I.3.5. Peraturan Umum Keselamatan Kerja dari Departemen Tenaga
Kerja
I.3.6. Peraturan Semen Portland Indonesia NI 8 Tahun 1972
I.3.7. Tata Cara Pengecatan Kayu untuk Rumah dan Gedung SNI 03-
2407-1997
I.3.8. Tata Cara Pengecatan Dinding Tembok dengan Cat Emulsi SNI
03-2410-1991
I.3.9. Peraturan Perencanaan Bangunan Baja Indonesia (PPBBI) 1984
I.3.10. Peraturan & Ketentuan yang dikeluarkan Pemerintah Daerah
setempat yang bersangkutan dengan permasalahan bangunan.
II. SPESIFIKASI TEKNIS
II.1. PEKERJAAN PERSIAPAN II.1.1. Pembersihan Awal
Sebelum pekerjaan dilaksanakan perlu dilakukan pembersihan
lapangan dengan memindahkan barang-barang yang dapat
mengganggu pelaksanaan pekerjaan dengan seijin dan
persetujuan pihak pengguna gedung, sekaligus pembersihan
bekas bongkaran pada pekerjaan pembongkaran.

II.1.2. Pengukuran dan Pasang Bouwplank


1. Sebelum pekerjaan mulai dilaksanakan, Penyedia Jasa
diwajibkan mencocokkan ukuran-ukuran yang terdapat dalam
gambar kerja dan rencana pekerjaan, kemudian segera
memberitahukan kepada Direksi setiap perbedaan yang
terjadi.
2. Semua kesalahan dalam pelaksanaan pekerjaan yang
diakibatkan karena kelalaian Penyedia Jasa dalam
memberitahukan perbedaan ukuran seperti tersebut di atas
adalah sepenuhnya tanggung jawab Penyedia Jasa.
3. Ukuran-ukuran dan duga untuk pekerjaan ini harus dipasang
oleh Penyedia Jasa bersama-sama oleh Direksi dan wakilnya.
Penyedia Jasa diwajibkan untuk memelihara dan menjaga
patok-patok pengukuran yang telah dipasang tersebut, di
mana kebenarannya dan patok-patok ukuran duga tersebut
dengan ditambah pemasangan bouwplank dengan kayu
papan Meranti 3/20 dan kayu Meranti 5/7 pada bagian sudut
dan pertemuan 2 sisi sepenuhnya menjadi tanggung jawab
Penyedia Jasa.

II.2. PEKERJAAN TANAH II.2.1. Galian


1. Pekerjaan galian dilaksanakan untuk pekerjaan pondasi bor
strouss dan plat setempat (poer) dengan diameter, panjang,
lebar serta kedalaman sesuai gambar bestek dengan teknis
pelaksanaan dan letak penempatan sesuai yang ditunjuk
dalam Gambar Perencanaan.
2. Tinggi dasar  0.00 m peil lantai bangunan, direncanakan
sesuai gambar-gambar pelaksanaan, tiap titik peil dilevelling
terhadap tinggi dasar  0.00 m yang permanen (bangunan
terdekat yang sudah ada).
3. Pekerjaan-pekerjaan tersebut di atas harus dilaksanakan
berikut pengerjaannya dan pengadaan segala macam bahan,
alat-alat, pengerahan tenaga kerja, dll. Meskipun hal tersebut
tidak diuraikan secara terperinci dalam Rencana Kerja dan
Syarat-syarat (RKS) ini.
4. Tanah dari galian tanah pondasi diurugkan kembali diratakan
dan dipadatkan sedangkan sisanya yang tidak dipakai (sisa
urug tanah kembali) harus dibuang di luar lokasi pekerjaan.
5. Dalamnya galian pondasi harus sesuai dengan gambar dan
detail, hal-hal yang menyimpang akan diperhitungkan sebagai
pekerjaan lebih atau kurang.
6. Lubang galian tanah harus dalam kondisi kering sebelum
dilaksanakan pekerjaan pondasi, apabila air tanah keluar
harus dikeringkan terlebih dahulu dengan menguras atau
dengan pompa air.
II.2.2. Urug Pasir dan Urug Sirtu
1. Urug pasir dilaksanakan di bawah pondasi serta di tempat
lainnya (lihat gambar).
2. Menggunakan pasir urug yang bagus, bebas dari kotoran.
3. Pengurugan dilaksanakan setebal sesuai gambar,
dilaksanakan selapis demi selapis dan dipadatkan dengan
kepadatan memenuhi syarat dan disetujui Direksi.

4. Urug peninggian lantai menggunakan urug sirtu dilaksanakan


pada galian tanah pondasi, peninggian peil lantai bangunan
rencana setinggi gambar rencana, urugan dilaksanakan
selapis demi selapis disiram air sampai jenuh dan dipadatkan
dengan alat pemadat (stamper) setiap lapisnya sampai
dengan ketinggian yang ditentukan dengan kepadatan yang
memenuhi syarat yang disetujui oleh direksi.

II.3. PEKERJAAN BETON II.3.1. Keterangan Umum


a. Pekerjaan beton dilaksanakan sesuai dengan yang diminta
dalam Dokumen Kontrak dan dilaksanakan sesuai dengan
ketentuan dan peraturan yang berlaku SNI 2002 dan PBI
1971. Adapun pada garis besarnya pekerjaan beton bertulang
yang dilaksanakan adalah :
1) Stouss
2) Poer
3) Sloof
4) Balok
5) Kolom
6) Plat lantai/Deck
7) Tangga
8) Plat Leufel/Tritisan
9) Dinding dan Penutup Tandon Bawah
10)Meja Wastafel
11)Rabat beton bawah pondasi dan bawah lantai keramik.

b. Bahan yang digunakan untuk pekerjaan beton adalah :


1) Semen, dipakai PC (Portland Cement) Jenis I keluaran
segala merk yang beredar di Indonesia (Standart SNI) dan
harus dipakai satu macam merk semen untuk pekerjaan
ini.
2) Agregat, dipakai batu pecah dan pasir butiran kasar yang
memenuhi syarat SNI/PBI.
3) Air, dapat digunakan dari segala sumber asal memenuhi
syarat SNI/PBI.

c. Pelaksanaan beton bertulang atau struktur menggunakan


mutu beton K 175 untuk beton bertulang balok latai/beton
praktis dan mutu beton K250 untuk konstruksi beton
campurannya diaduk dengan mesin pengaduk / molen hingga
mencapai mutu sesuai yang disyaratkan, untuk beton K250
untuk struktur utama disarankan menggunakan beton ready
mix, sedangkan untuk rabat beton bawah lantai setebal 5 cm
mutu K 100. Banyaknya air yang dipakai untuk beton harus
diatur menurut keperluan untuk menjamin beton dengan
konsistensi yang baik dan untuk menyesuaikan variasi
kandungan lembab atau gradasi (perbutiran) dari agregat
waktu masuk dalam mesin pengaduk (mixer). Penambahan air
untuk mencairkan kembali beton padat hasil pengadukan yang
terlalu lama atau yang menjadi kering sebelum dipasang sama
sekali tidak diperkenankan. Keseragaman konsistensi beton
untuk setiap kali pengadukan sangat perlu.

d. Dimensi dan penulangan pekerjaan beton bertulang dan


struktur dilaksanakan sesuai gambar kerja

II.3.2. Syarat-Syarat Bahan Pekerjaan Beton


a. Semen
Semen yang dipakai harus PC yang telah disahkan atau
disetujui oleh yang berwenang dan dalam segala hal
memenuhi syarat-syarat yang dikehendaki oleh Peraturan
Beton Bertulang Indonesia, dalam hal ini dipakai Portland
Cement (PC Kelas I) sesuai dengan Standart Indonesia NI-B
atau ASTM C-150 Type I, pada prinsipnya seluruh merk
semen yang beredar di Indonesia serta memenuhi standart
mutu tersebut di atas dapat dipakai.

b. Agregat
1) Batu pecah, dipakai batu pecah mesin ukuran 1/1 s/d 2/3 cm
jenis yang keras, tajam, bersih dari segala kotoran yang
dapat mengurangi daya rekatnya.
2) Pasir cor, dipakai pasir butiran kasar / tajam warna hitam
(pasir Jawa), bebas dari segala kotoran yang dapat
mengurangi daya rekatnya.

c. Baja Tulangan
Semua baja tulangan dipakai baja dengan tegangan leleh
karakteristik 2400 kg/cm2 (besi polos / U24) atau 3900 kg/cm2
(besi ulir/U39) atau yang umum dijual di pasaran, ukuran dan
jumlah sesuai tertera dalam gambar. Bahan-bahan tersebut
dalam segala hal harus memenuhi ketentuan-ketentuan SNI
2002 / PBI 1971.

d. Air
Air untuk adukan dan perawatan beton harus bersih, bebas
dari bahan-bahan atau campuran-campuran yang
mempengaruhi daya lekat semen.

e. Bekisting
Bekisting harus dibuat dan direncanakan begitu rupa sehingga
beton dapat dengan baik ditempatkan dan dipadatkan, tidak
terjadi perubahan bentuk acuan selama pengecoran
dilaksanakan maupun selama proses pengerasan beton.
Bekisting untuk struktur bangunan memakai papan kayu
meranti 2/20 atau mutiplek dan diberi lapisan plastik bila perlu.
Bekisting dari papan kayu meranti tersebut harus diperkuat
dengan rangka kayu meranti ukuran 5/7, 6/9, 6/12 dan
sebagainya, untuk mendapatkan kekuatan dan kekakuan yang
sempurna, atau dari bahan lain yang disetujui oleh Direksi
Proyek

II.3.3. Prosedur dan metode Pekerjaan Beton bertulang (struktur


beton)
1. Persyaratan umum bahan untuk pekerjaan beton adalah
sebagai berikut :
a. Beton yang dipergunakan untuk seluruh struktur
bangunan ini harus menggunakan Beton mutu K 175
untuk beton praktis dan K250 untuk struktur utama
b. Adukan beton harus memakai campuran Mesin (molen)
dan untuk beton K250 di sarankan menggunakan beton
ready mix.
c. Mutu baja tulangan yang dipergunakan untuk seluruh
struktur atas bangunan ini adalah sebagai berikut :
 Mutu baja tulangan sampai dengan diameter 12 mm
adalah BJTD24.
 Mutu baja tulangan diameter 13 mm ke atas adalah
BJTD39.
d. Bekisting untuk struktur bangunan memakai papan kayu
meranti 2/20 dan diberi lapisan plastik bila perlu. Bikisting
dari papan kayu meranti tersebut harus diperkuat dengan
rangka kayu meranti ukuran 5/7, 6/9, 6/12 dan
sebagainya, untuk mendapatkan kekuatan dan kekakuan
yang sempurna, atau dari bahan lain yang disetujui oleh
Direksi Proyek.
e. Bonding agent
Bonding agent dipergunakan pada elemen-elemen beton
yang harus disambungkan/ harus di cor secara terputus
untuk mendapatkan sistim struktur yang kokoh sesuai
dengan desain dan perhitungannya. Cara pemakaiannya
harus sesuai petunjuk pabrik

2. Kelas dan Mutu Beton


 Kelas dan mutu mengunakan Beton mutu K 175 dan K
250 diwajibkan membuat benda uji berupa kubus atau
tabung secara acak pada saat pengecoran untuk
dilakukan tes kuat tekan beton pada umur 7, 14, 21 dan
28 hari
 Adukan beton harus memakai campuran Mesin molen
/Ready Mix. Banyaknya air yang dipakai untuk beton
harus diatur menurut keperluan untuk menjamin beton
dengan konsistensi yang baik dan untuk menyesuaikan
variasi kandungan lembab atau gradasi (perbutiran) dari
agregat waktu masuk dalam mesin pengaduk (mixer).
Penambahan air untuk mencairkan kembali beton padat
hasil pengadukan yang terlalu lama atau yang menjadi
kering sebelum dipasang sama sekali tidak
diperkenankan. Keseragaman konsistensi beton untuk
setiap kali pengadukan sangat perlu.

3. Baja Tulangan
a. Semua baja tulangan beton yang didatangkan harus
baru, tidak bekas, bebas karat dan disimpan/diletakkan
di tempat yang bersih, tidak basah dan terhindar dari
segala kondisi yang dapat menyebabkan karat
b. Toleransi ukuran baja tulangan beton dalam berat :
- Diameter lebih kecil dari 16 mm :-5%
- Diameter sama/lebih besar dari 16 mm : - 4 %
c. Toleransi ukuran baja tulangan beton dalam diameter
(Dihitung dari diameter terkecil) :
- Diameter lebih kecil dari 16 mm : - 0.4 mm
- Diameter sama/lebih besar dari 16 mm : - 0.5 mm
d. Mutu baja tulangan beton yang didatangkan harus
benar, yang dinyatakan dengan surat/sertifikat
keterangan dari distributor/pabrik pembuatnya. Untuk
menjamin kualitas baja tulangan sesuai dengan
perencanaan, maka harus dilakukan pemeriksaan pada
laboratorium berupa kuat tarik yang disetujui Direksi
Proyek. Pengambilan contoh bahan pada semua jenis
diameter dan diambil secara random pada setiap
datangnya material di lokasi. Biaya test dibebankan
pada kontraktor.
e. Baja tulangan beton dibengkok/dibentuk dengan teliti
sesuai dengan bentuk dan ukuran-ukuran yang tertera
pada gambar konstruksi. Baja tulangan beton tidak
boleh diluruskan atau dibengkokkan kembali dengan
cara yang merusak bahannya. Semua batang harus
dibengkokan dalam keadaan dingin, pemanasan dari
besi beton hanya diperkenankan bila seluruh cara
pengerjaan disetujui oleh Direksi proyek atau
Perencana.
f. Besi beton harus dipasang dengan teliti sesuai dengan
gambar rencana. Untuk menempatkan tulangan tepat
ditempatnya maka tulangan harus diikat kuat dengan
kawat beton (bendrat) dengan bantalan balok beton
cetak (beton decking) atau kursi-kursi besi / cakar ayam
perenggang. Dalam segala hal untuk besi beton yang
horisontal harus digunakan penunjang yang tepat,
sehingga tidak akan ada batang yang turun.
g. Jarak bersih terkecil antara batang yang pararel
apabilla tidak ditentukan dalam gambar rencana,
minimal harus 1,5 kali ukuran terbesar dari agregat
kasar dan harus memberikan kesempatan masuknya
alat penggetar beton.
h. Pada dasarnya jumlah luas tulangan harus sesuai
dengan gambar dan perhitungan. Apabila dipakai
dimensi tulangan yang berbeda dengan gambar, maka
yang menentukan adalah luas tulangan, dalam hal ini
kontraktor diwajibkan meminta persetujuan terlebih
dahulu dari Direksi Proyek.
i. Untuk Pekerjaan Baja dan Tulangan harus diadakan
Tes uji Tarik Pada Baja dan Tulangan yang akan
Digunakan. Tes Uji Tarik ini bisa dilakukan pada
Laboratorium yang menyediakan Tes Uji tarik Baja dan
Tulangan.

4. Selimut Beton
Penempatan besi beton didalam cetakan tidak boleh
menyinggung dinding atau dasar cetakan, serta harus
mempunyai jarak tetap setiap bagian konstruksi sesuai yang
ditentukan di dalam gambar

5. Sambungan Baja Tulangan


Jika diperlukan untuk menyambung tulangan pada tempat –
tempat lain dari yang tunjukan pada gambar, bentuk dari
sambungan harus disetujui oleh Direksi Proyek. Overlap
pada sambungan – sambungan tulangan minimal harus 40 x
diameter batang, kecuali jika telah ditetapkan secara pasti di
dalam gambar rencana dan harus mendapat persetujuan
Direksi proyek.
6. Perlengkapan Mengaduk
Kontraktor harus menyediakan peralatan dan perlengkapan
yang mempunyai ketelitian cukup untuk menempatkan dan
mengawasi jumlah dari masing – masing bahan beton.
Perlengkapan tersebut dan cara pengerjaannya selalu harus
mendapatkan persetujuan dari Direksi Proyek

7. Pengadukan
Bahan – bahan pengadukan beton harus dicampur dan
diaduk dalam mesin pengaduk beton yaitu bath mixer.
Direksi proyek berwenang untuk menambah waktu
pengadukan jika pemasukan bahan dan cara pengadukan
gagal untuk mendapatkan hasil adukan dengan susunan
kekentalan dan warna yang merata atau seragam dalam
komposisi dan konsistensi dari adukan ke adukan kecuali
bila diminta adanya perubahan dalam komposisi atau
konsistensi. Air harus dituangkan lebih dahulu selama
pekerjaan penyempurnaan.
Tidak diperkenankan melakukan pengadukan beton yang
berlebih – lebihan (lamanya) yang membutuhkan
penambahan air untuk mendapatkan konsistensi beton yang
dikehendaki. Mesin pengaduk yang memproduksi hasil yang
tidak memuaskan harus diperbaiki. Mesin pengaduk yang
disentralisir (batching mixing plant) harus diatur hingga
pekerjaan mengaduk dapat diawasi dengan mudah dari
stasiun operator. Mesin pengaduk tidak boleh dipakai
melebihi dari kapasistas yang telah ditentukan.

8. Cetakan (Bekisting)
a. Cetakan harus sesuai dengan bentuk dan ukuran pada
gambar rencana.
b. Bahan yang dipakai untuk cetakan harus mendapatkan
persetujuan dari Direksi proyek sebelum pembuatan
cetakan dimulai, tetapi persetujuan tidak mengurangi
tanggung jawab kontraktor terhadap keserasian bentuk
maupun terhadap perlunya perbaikan kerusakan –
kerusakan yang mungkin dapat timbul waktu pemakaian.
c. Sewaktu – waktu Direksi Proyek dapat mengafkir sesuatu
bagian dari bentuk yang tidak dapat diterima dalam segi
apapun dan kontraktor harus segera mengambil bentuk
yang diafkir dan menggantinya atas bebannya sendiri.
d. Semua proses pemotongan dan pembuatan bentuk kayu
dikerjakan dengan menggunakan mesin kecuali untuk
detail tertentu atas persetujuan Direksi proyek. Proses
pengerjaan tidak diperkenankan dilakukan ditempat
pemasangan.
e. Bentuk, ukuran, profil. Pola, nad dan peil yang tercantum
dalam gambar kerja adalah hasil jadi/ selesai. Bila terjadi
penyimpangan tanpa persetujuan Direksi Proyek, Maka
kontraktor harus membongkar dan memperbaiki kembali
tanpa mengurangi mutu yang disyaratkan. Biaya untuk
hal ini adalah tanggung jawab kontraktor, dan tidak dapat
diajukan sebagai pekerjaan tambah.
f. Pelaksanaan sambungan seperti pemasangan klos, baut,
plat penggantung, angker, dinabolt, fisher, sekrup paku
dan lem perekat harus rapi dan sempurna, tidak
diperkenankan mengotori bidang – bidang tampak.
Khusus pada permukaan bidang tampak/exposed tidak
diperkenankan dipasang dengan cara memaku, tetapi
harus disekrup atau cara lain yang disetujui Direksi
Proyek. Lubang sekrup terlebih dahulu dibuat dengan
bor. Kepala sekrup harus tertanam, kemudian lubang
ditutup kembali dengan kayu sejenis yang dilem dengan
lem kayu sesuai persyaratan kemudian diratakan dengan
amplas halus sehingga permukaanya rata dan halus
serta tidak tampak bekas penutupan lubang. Hasil akhir
dari pemasangan harus rata, lurus dan tidak melampaui
toleransi kerataan 0,5 cm setiap 2 m.

9. Pengecoran
a. Segera sebelum pengecoran beton, semua permukaan
pada tempat pengecoran beton (cetakan) harus bersih
dari air tergenang, reruntuhan atau bahan lepas.
Permukaan bekisting dengan bahan-bahan yang
menyerap pada tempat-tempat yang akan dicor, harus
dibasahi dengan merata sehingga kelembaban /air dari
beton yang baru dicor tidak akan diserap.
b. Permukaan-permukaan beton yang telah dicor terlebih
dahulu, dimana akan dicor beton baru, harus bersih dan
lembab ketika dicor dengan beton baru. Pada
sambungan ini harus dipakai perekat beton yang disetujui
oleh Direksi Proyek.
c. Semua kotoran, beton yang mengelupas atau bahan
asing yang menutupinya harus dibersihkan dan dibuang,
semua genangan air harus dibuang dari permukaan
beton lama tersebut sebelum beton baru dicor.
d. Perlu diperhatikan letak/jarak/sudut untuk setiap
penghentian pengecoran yang akan masih berlanjut,
terhadap sistim struktur/penulangan yang ada.
e. Beton boleh dicor hanya bila Direksi Proyek atau
wakilnya yang ditunjuk serta staf Kontraktor yang setaraf
ada ditempat kerja, dan persiapan betul-betul telah
memadai.
f. Dalam semua hal, Beton yang akan dicor harus
diusahakan agar pengangkutan ketempat posisi terakhir
sependek mungkin, sehingga pada waktu pengecoran
tidak mengakibatkan pemisahan antara kerikil dan
spesinya. Pemisahan yang berlebihan dari agregat kasar
dalam beton yang disebabkan jatuh bebas dari tempat
yang cukup tinggi, atau sudut yang terlalu besar, atau
bertumpuk dengan baja – baja tulangan, tidak diijinkan.
g. Pengecoran beton tidak boleh dijatuhkan lebih tinggi dari
2 meter, semua penuangan beton harus selalu lapis
perlapis horisontal dan tebalnya tidak lebih dari 50cm.
Direksi proyek mempunyai hak untuk mengurangi tebal
tersebut apabila pengecoran dengan tebal lapisan 50 cm
tidak dapat memenuhi spesifikasi ini.
h. Pengecoran beton tidak diperkenankan selama hujan
deras atau selama sedemikian rupa sehingga
spesi/mortel terpisah dari agregat kasar. Selain hujan, air
semen atau spesi tidak boleh dihamparkan pada
construction joint dan air semen atau spesi yang hanyut
terhampar harus dibuang dan diganti sebelum pekerjaan
dilanjutkan
10. Pemadatan
a. Setiap lapisan beton harus dipadatkan sampai sepadat
mungkin, sehingga bebas dari kantong – kantong kerikil,
dan menutup rapat – rapat semua permukaan dari
cetakan dan material yang diletakkan.
b. Dalam pemadatan setiap lapisan dari beton, kepala alat
penggetar (vibrator) harus dapat menembus dan
menggetarkan kembali beton pada bagian atas dari
lapisan yang terletak di bawah, lamanya penggetaran
tidak boleh menyebabkan bahan beton terpisah dengan
yang airnya.
c. Semua beton harus dipadatkan dengan alat penggetar
yang beroperasi dengan kecepatan paling sedikit 3.000
putaran permenit ketika dibenamkan dalam beton.

11. Perawatan Beton (Curing)


a. Semua beton harus dirawat (curred) dengan air seperti
ditentukan di bawah ini. Direksi Proyek berhak
menentukan cara perawatan bagaimana yang harus
digunakan pada bagian – bagian pekerjaan.
b. Beton yang dirawat (curred) dengan air harus tetap
basah paling sedikit 14 hari terus menerus segera
sesudah beton cukup keras untuk mencegah kerusakan,
dengan cara menutupnya dengan bahan yang dibasahi
air atau dengan pipa–pipa yang berlubang–lubang.
Penyiraman mekanis, atau cara–cara yang dibasahi yang
akan menjaga agar permukaan selalu basah. Air yang
digunakan dalam perawatan (curing) harus memenuhi
spesifikasi– spesifikasi air untuk campuran beton

12. Perlindungan (Protection)


a. Kontraktor harus melindungi semua beton terhadap
segala kerusakan sebelum penerimaan terakhir oleh
Direksi Proyek.
b. Permukaan beton yang terbuka harus dilindungi terhadap
sinar matahari yang langsung, paling sedikit 3 hari
sesudah pengecoran.

c. Perlindungan semacam itu harus dibuat secepatnya


setelah pengecoran dilaksanakan.

13. Finishing Beton


a. Permukaan yang kelihatan
Beton yang permukaannya kelihatan (expose) harus
difinish dengan adukan. Lubang – lubang yang terjadi
pada beton harus diisi dengan adukan.
b. Untuk dinding penahan tanah, lubang pengikat acuan
tidak diperkenankan. Lubang – lubang pada permukaan
beton tidak boleh lebih dari 3 mm, lubang yang lebih
besar dari diameter 3 mm tapi lebih kecil dari 20 mm
tidak boleh melebihi 0,5 % air permukaan beton tersebut.
Lubang yang lebih besar dari 20 mm tidak diperkenankan
.
14. Perbaikan Permukaan Beton
a. Jika sesudah pembukaan cetakan ada permukaan beton
yang tidak sesuai dengan yang direncanakan yaitu beton
semi esposed, atau tidak tercetak menurut gambar atau
diluar garis permukaan, atau ternyata ada permukaan
yang rusak, hal itu dianggap tidak sesuai dengan
spefisikasi ini dan harus dibuang dan diganti oleh
kontraktor atas bebannya sendiri. Kecuali bila Direksi
Proyek memberikan ijinnya untuk menambal tempat yang
rusak, dalam hal mana penambalan harus dikerjakakan
seperti yang telah tercantum dalam pasal – pasal berikut.
b. Kerusakan yang memerlukan pembongkaran dan
perbaikan ialah yang terdiri dari sarang kerikil, kerusakan
– kerusakan karena cetakan, lubang–lubang karena
keropos, ketidak rata dan bengkak harus dibuang dengan
pemahatan atau dengan batu gerinda.
c. Sarang kerikil dan beton lainnya harus dipahat. Lubang
lubang pahatan harus diberi pinggiran yang tajam dan
dicor sedemikian sehingga pengisian akan
terikat/terkunci ditempatnya. Semua lubang harus terus
menerus dibasahi selama 24 jam sebelum dicor dan
seterusnya disempurnakan.
d. Jika menurut pendapat Direksi Proyek, hal – hal tidak
sempurna pada bagian bangunan yang akan terlihat tidak
cukup bila hanya ditambal saja (karena menghasilkan
sebidang dinding) yang tidak memuaskan penglihatan,
kontraktor diwajibkan untuk menutupi seluruh dinding
(dengan spesi plesteran 1 Pc : 3 PS ) dengan ketebalan
yang tidak melebihi 1 cm juga pada dinding yang
berbatasan ( yang bersambungan ), sesuai dengan
intruksi dari Direksi Proyek

II.4. PEKERJAAN PASANGAN DAN II.4.1. Pasangan Batu Kali Belah dan Batu Bata
PLESTERAN a. Untuk pasangan pondasi batu kali belah pemasangan harus
bersilang di atas adukan 1Pc : 4Ps yang cukup di antara sela-
selanya untuk mencapai kekuatan dan kesatuan.
b. Untuk pasangan batu bata dipakai batu bata ukuran yang
berlaku di pasaran ex. Lokal pembakaran yang matang dan
berwarna seragam, untuk pondasi dipakai batu kali ukuran sisi
maksimum 10-20 cm.
c. Pasangan batu bata dipergunakan perekat 1Pc : 5Ps, kecuali
untuk pasangan bata rolaq menggunakan campuran perekat
1Pc : 4Ps, batu bata harus direndam air hingga kenyang
sebelum dipasang, sebanyak mungkin digunakan yang masih
utuh, pemasangan selalu memakai pedoman tegak dan datar
sedemikian rupa hingga selalu didapat pasangan yang rata,
lurus, tegak, tebal nat maksimal 2 cm, dikeruk sedalam 1 cm
untuk memudahkan pelaksanaan plesteran.
d. Persyaratan pelaksanaan
1. Sebelum pelaksanaan pekerjaan ini, kontraktor
diwajibkan memeriksa dengan seksama gambar kerja
dan melihat keadaan di lokasi pekerjaan yang akan
dilaksanakan.
2. Semua pelaksanaan pekerjaan ini harus sesuai dengan
standard spesifikasi dari bahan / material yang
digunakan.
3. Kontraktor harus memperhatikan detail, bentuk profil
sambungan dan atau hubungan dengan material lain dan
melaksanakannya sesuai dengan ketentuan yang
tercantum dalam gambar kerja.
4. Pemasangan batu bata
- Pelaksanaan pemasangan batu bata harus rapi,
sama tebal, lurus tegak dan pola ikatan harus terjaga
baik diseluruh pekerjaan. Pengukuran dilakukan
dengan tiang lot dan harus diukur dengan tepat.
- Pertemuan sudut antara 2 dinding harus siku, kecuali
apabila pertemuan tersebut memang tidak siku
seperti tercantum dalam gambar kerja.
- Untuk permukaan yang datar, batas teloransi
pelengkungan atau pencembungan bidang tidak
boleh melebihi 5 mm untuk setiap jarak 2 m orizont
dan orizontal. Jika melebihi, kontraktor harus
membongkar atau memperbaiki, biaya untuk
pekerjaan ini ditanggung kontraktor dan tidak dapat
diajukan sebagai pekerjaan tambahan.
- Untuk setiap pertemuan dinding pasangan ½ bata
maupun 1 bata dan atau permukaan dinding seluas 9
m2 dan atau seperti tercantum dalam gambar harus
dipasang kolom praktis dan atau balok penguat beton
dengan ukuran 12/15, jumlah tulangan 4 Ø 12 mm
dan begel Ø 8 – 200 mm atau seperti pada gambar.
Demikian pula untuk setiap lubang (kusen pintu /
jendela) atau lubang lainnya selebar > 90 cm harus
dipasang balok penguat beton terlepas apakah hal
tersebut tergambar atau tidak di dalam gambar.
Untuk dinding dengan panjang maksimal 400 cm
harus diberi kolom praktis dan untuk dinding setinggi
maksimal 400 cm harus diberi ring balok sebagai
pengikat.
- Ukuran batu bata digunakan adalah 22 x 11 x 6 cm
dengan toleransi 0,5 cm
- Pemasangan harus sedemikian rupa sehingga
ketebalan adukan perekat / spesi antar bata harus
sama setebal 2,50 – 3,00 cm.
Siar – siar ini harus dikerok dengan kedalaman 1 cm
dengan rapi kemudian disiram air dan siap menerima
plesteran. Semua kolom, kolom praktis, balok
pengikat beton, maupun beton lainnya seperti
tercantum dalam Gambar Kerja, harus dipasang
angker Ø 6 mm setiap jarak 75 cm. panjang angker
minimum 20 cm, 15 cm tertanam dalam bata, sisanya
tertanam dalam beton.
5. Adukan perekat
- Adukan perekat/spesi harus selalu dalam keadaan
segar atau belum mengeras pada waktu pemakaian.
Jarak waktu pencampuran adukan perekat/spesi
dengan pemasangan jangan melebihi 20 menit,
terutama untuk adukan kedap air.
- Pasangan batu bata dengan adukan perekat/ spesi 1
PC : 5 Psr, di laksanakan mulai dari ketinggian 20 cm
diatas lantai, terkecuali disyaratkan kedap air seperti
tercantum dalam Gambar kerja.
6. Pemeliharaan
- Selama pemasangan dinding belum diberi lapisan
bahan akhir (difinish), kontrakor wajib memelihara
dan menjaga atas kerusakan atau pengotoran atas
bahan lain.
- Apabila pada saat pemasangan bahan akhir terdapat
kerusakan berlubang dan lain sebagainya, Kontraktor
harus memperbaiki sampai dinyatakan dapat diterima
oleh Direksi Proyek / Konsultan. Biaya ini ditanggung
oleh Kontraktor dan tidak diajukan sebagai pekerjaan
tambah

II.4.2. Pekerjaan Plesteran dan Acian


a. Pekerjaan plesteran dipakai perekat semen Portland sesuai
pekerjaan pasangan / beton tersebut di atas dan pengisi pasir
pasang dengan campuran 1 Pc : 5 Ps dan campuran 1 Pc : 3
Ps untuk plesteran beton dan penebalan dinding
b. Dilaksanakan pada seluruh permukaan pasangan bata yang
ada baik terlihat maupun tidak terlihat termasuk plesteran
untuk pekerjaan beton.
c. Pelaksanaan segera setelah pasangan bata orizonta, tebal
lapisan maksimal 1,5 cm, selalu menggunakan pedoman
tegak dan datar (straight dan level), sehingga didapat
permukaan yang rata lurus dan tegak tidak bergelombang, dan
pengadukan harus dilaksanakan secara orizont.
d. Pekerjaan Benangan/Acian dipakai perekat Portland Cement
(PC) sesuai tersebut di atas dan pasir pasang diayak halus,
untuk seluruh bagian dengan campuran 1Pc :
2Ps.Dilaksanakan pada setiap sudut luar dan dalam, sudut-
sudut dinding dan beton dan di tempat lainnya sesuai yang
tertera dalam Gambar Rencana. Pelaksanaan segera setelah
pekerjaan plesteran selesai dilaksanakan, dikerjakan oleh
tukang yang khusus untuk pekerjaan ini, dengan pedoman
tegak dan datar sedemikian rupa sehingga didapat hasil yang
lurus, rata halus, sudut sikunya tajam.
e. Persyaratan Pelaksanaan
1. Campuran plesteran yang dimaksud adalah campuran
dalam volume dengan cara pembuatannya
menggunakan mixer.
2. Beraben dan Plesteran
3. Beraben adalah plesteran kasar dengan campuran kedap
air, yaitu 1 PC : 3Psr, dipakai untuk menutup permukaan
dinding pasangan yang tertanam di dalam tanah hingga
ke permukaan tanah dan/atau lantai.
4. Plesteran biasa adalah campuran 1PC : 5 Psr, adukan
plesteran ini untuk menutup semua permukaan dinding
pasangan bangunan, terkecuali yang dinyatakan kedap
air.
5. Plesteran halus/aci halus adalah campuran semen (PC)
dengan air yang dibuat sedemikian rupa sehingga
mendapatkan campuran yang orizont. Plesteran halus ini
merupakan pekerjaan penyelesaian akhir dari dinding
pasangan.
6. Pekerjaan plesteran halus ini dilaksanakan sesudah
adukan plesteran sebagai lapisan dasar berumur 8
(delapan) hari atau sudah kering betul.
7. Semua jenis adukan plesteran tersebut di atas harus
disiapkan sedemikian rupa sehingga selalu dalam
keadaan masih segar dan belum orizonta pada waktu
pelaksanaan pemasangan. Kontraktor harus
mengusahakan agar tenggang waktu antara waktu
pencampuran adukan plesteran dengan pemasangan
tidak melebihi 20 menit, terutama untuk plesteran kedap
air.
8. Kontraktor harus menyediakan pekerja/tukang yang ahli
untuk pelaksanaan pekerjaan plesteran ini khususnya
untuk plesteran aci halus.
9. Terkecuali untuk beraben, permukaan semua adukan
plesteran harus diratakan, tidak bergelombang, penuh
dan padat, tidak berongga dan berlubang, tidak
mengandung kerikil ataupun benda – benda lain yang
membuat cacat.
10. Untuk permukaan dinding pasangan, sebelum diplester
harus dibasahi terlebih dahulu dan siar – siarnya dikerok
sedalam kurang lebih 1 cm. Sedang untuk permukaan
beton yang akan diplester, harus dibersihkan dari sisa –
sisa bekisting, kemudian di kretek/scratched. Semua
lubang – lubang bekas pengikat bekisting atau form tie
harus tertutup adukan plesteran.
11. Pekerjaan plesteran dinding hanya diperkenankan
setelah selesai pemasangan instalasi pipa yang ada di
seluruh bagian dinding bangunan.
12. Untuk semua bidang dinding yang akan dilapisi dengan
cat dipakai plesteran halus (acian) di atas permukaan
plesterannya.
13. Untuk bidang dinding pasangan menggunakan
bahan/material akhir lain, permukaan plesterannya harus
diberi alur – alur garis orizontal untuk memberikan ikatan
yang lebih baik terhadap bahan/material yang akan
digunakan tersebut.
14. Untuk permukaan yang datar, batas toleransi
pelengkungan atau pencembungan bidang tidak boleh
melebihi 3 mm, untuk setiap area 2 m1.
15. Ketebalan plesteran harus mencapai ketebalan
permukaan dinding / kolom seperti yang dinyatakan dan
tercantum dalam gambar kerja. Tebal plesteran minimal
1,5 dan maksimal 2,5 cm. Jika ketebalan melebihi 2,5
cm, maka diharuskan menggunakan kawat ayam yang
diikatkan/dipakukan kepermukaan dinding pasangan
yang bersangkutan, untuk memperkuat daya lekat
plesteran.
16. Pemeliharaan
 Kelembaban plesteran harus dijaga sehingga
pengeringan berlangsung dengan wajar tidak
berlangsung secara tiba – tiba. Hal ini dilaksanakan
dengan membasahi permukaan plesteran setiap kali
terlihat kering dan melindunginya dari panas matahari
langsung dengan penutup yang mencegah
penguapan air secara cepat.
 Pembasahan tersebut dilakukan selama 7 (tujuh) hari
setelah pengacian selesai dengan selalu menyiram
air sekurang – kurangnya 2 (dua) kali sehari sampai
jenuh.
 Selama permukaan plesteran belum dilapisi dengan
bahan / material akhir, kontraktor wajib memelihara
dan menjaganya terhadap kerusakan–kerusakan dan
pengotoran, biaya pemeliharaan adalah tanggung
jawab kontraktor, dan tidak dapat diajukan sebagai
pekerjaan tambah.
 Tidak dibenarkan pekerjaan penyelesaian dengan
bahan/material akhir di atas permukaan plesteran
dilakukan sebelum plesteran berumur lebih dari 1
(satu) minggu, plesteran harus cukup kering, bersih
dari retak, noda dan cacat lain seperti yang
disyaratkan tersebut di atas.
Apabila hasil pekerjaan tidak memenuhi semua yang
disyaratkan oleh Direksi Proyek / Konsultan, maka
Kontraktor harus membongkar dan memperbaiki
pekerjaan tersebut sampai disetujui oleh Direksi
Proyek / Konsultan

II.5. PEKERJAAN RANGKA DAN II.5.1. Pekerjaan Atap


PENUTUP ATAP 1. Pekerjaan Penutup Atap
a. Penutup atap dipakai genteng karangpilang kualitas I ex.
Bambe, good year atau setara (sesuai gambar bestek).
Pemasangan sesuai petunjuk direksi/pengawas lapangan,
pemasangan harus rapat, lurus dalam segala arah kaitan,
saling menutup dan tidak terdapat kebocoran.
b. Bubungan yang dipakai sesuai dengan tipe genteng
(sesuai gambar Bestek) ex. Bambe, good year atau setara
yang dipakai sebagai penutup atap yang dipasang dengan
baik dan rapat dengan penambahan bubungan ornament
jawa dengan penampatan dan model sesuai gambar
rencana.

2. Pekerjaan Lisplank
Lisplank menggunakan kalsiplank 3/30 klas I kualitas baik dan
pemasangannya harus lurus, baik dan rapi, dengan
menggunakan rangka dari baja ringan galvalume

3. Pekerjaan Rangka Atap


a. Rangka atap berupa kuda-kuda dipakai baja WF dan Vute
WF dimensi sesuai dengan Gambar Kerja. Semua
sambungan memakai baut dia. 16 dan semua pertemuan
baja profile disambung dengan plat buhul dan plat rib t. 7
mm pakai las elektroda.
b. Rangka atap berupa gording dipakai baja C dengan ukuran
sesuai dengan Gambar Rencana dengan perletakan baja L
60.60.6 dan dibaut dengan baut dia. 12 serta diberi
penggantung gording besi polos dia. 10 mm dan ikatan
angin besi polos dia. 12 mm dilengkapi dengan jarum
keras 12 mm dan batang tarik besi ulir dia. 16 mm
dilengkapi dengan jarum keram di. 16 mm yang
kesemuanya pemasangan dan konstruksi sesuai Gambar
Detail.
c. Pekerjaan reng / usuk menggunakan bahan usuk
galvamun uk. 75 t. 0,75 dan reng galvalum uk 36 t. 0,5
dipasang sesuai ukuran genteng yang ada.
d. Untuk perletakan menggunakan plat landasan tebal 10 mm
dan angker dia. 16 mm dengan pemasangan sesuai
gambar bestek

4. Persyaratan dan metode pelaksanaan


A. Persyaratan umum bahan untuk pekerjaan baja adalah
sebagai berikut :
a. Syarat-syarat mutu dan pemasangan harus menurut
atau disesuaikan dengan Standard Peraturan
Perencana Bangunan Baja Indonesia 1983, dengan
mutu baja ST 37.
b. Semua bahan yang dipakai harus disertai jaminan
mutu dari pabrik atau sertifikat pengujian dari
laboratorium yang disetujui Direksi Proyek dan
Konsultan Perencana.
c. Bahan-bahan yang dipakai buatan dalam negeri yang
dikenal baik, yang produknya memenuhi standarisasi
industri yang berlaku.
d. Bahan struktur baja tidak boleh cacat atau begkok-
bengkok, jadi harus betul-betul lurus. Profil yang
tepat, bentuk, tebal, ukuran, berat dan detail-detail
Konstruksinya ditunjukkan dalam gambar-gambar
untuk itu.
e. Penyambungan dengan pengelasan harus
dilaksanakan dengan ketepatan dan keahlian tinggi.
Pengelasan harus menggunakan las listrik untuk
bagian-bagian yang struktural. Permukaan yang dilas
harus sama dan rata dan kelihatan teratur. Las-lasan
yang menunjukkan cacat harus dipotong dan dilas
kembali atas biaya kontraktor.
f. Penyambungan dengan baut-baut dan mur harus
dilakukan dengan seksama dan kokoh. Ukuran-
ukuran baut-baut beserta ring-ringnya harus
disesuaikan. Mutu serta jenis bajanya harus
setidaknya sama dengan mutu baja profil.
Penyambungan dengan baut harus diselenggarakan
sedemikian rupa sehingga dapat berfungsi dengan
baik tidak menimbulkan cacat. Mutu bahan baut yang
dipergunakan harus memenuhi syarat mutu bahan
standard pabrik dan rencana.
g. Pembakaran dibengkel atau dilapangan untuk
pemotongan atau penyambungan harus mendapat
persetujuan dari Direksi Proyek dan Konsultan
Pengawas. Dalam hal persetujuan diberikan, maka
bagian yang dibakar tersebut harus diselesaikan
dengan baik sehinga sama dengan hasil
pemotongan.
h. Permukaan besi baja yang akan dicat harus
dibersihkan dari korosi dengan semprotan pasir (sand
blasting) atau semprotan butir baja atau cara lain
yang sama efektifnya sehingga permukaan
memperoleh warna metalik. Bekas las-lasan harus
dikikir dan dihaluskan tanpa mengurangi kekuatan
lasnya.
Segera setelah dibersihkan seperti cara diatas,
permukaan baja dicat dengan lapisan pelindung.
Apabila ditentukan pekerjaan galvanisasi untuk pelat
baja atau pipa-pipa maka yang dimaksud proses
galvanisasi celup panas. Kawat las yang digunakan
adalah ARCH – Welding dengan menggunakan Mild
Steeel Electrode jenis Eutetic Rod Unimatic 6000(AC-
DC) dengan tesile strength 68,000 psi = 4760 pascal
atau kawat las lain yang setera. Pengelasan kontruksi
dan mengikuti prosedur yang berlaku seperti AWS
atau AISC Spesification.

B. Perlindungan Material Baja


a. Semua pekerjaan baja, baut dan alat penyambung
lainnya yang dipakai harus dilindungi dari serangan
karat. Perlindungan diadakan dengan pemberian
lapisan cat / meni. Sebelum dicat, permukaan bahan
baja harus disikat dengan sikat kawat baja sehingga
betul – betul bebas dari karat dan sesudah
dibersihkan segera dimeni. Semua permukaan bahan
baja yang sukar dicapai setelah pemancangan harus
diberi lapisan pelindung terhadap karat sebelum
pemasangan diselenggarakan.
b. Kontraktor maupun sub kontraktor harus bertanggung
jawab atas pekerjaan ini. Persetujuan yang diberikan
oleh Perencana tidak berarti membebaskan
kontraktor maupun sub kontraktor dari tanggung
jawab.
c. Perubahan ukuran/ dimensi dari profil baja
rencananya, harus disetujui oleh Direksi Proyek dan
Konsultan Pengawas.
d. Kontraktor diharuskan membuat gambar Kerja (shop
drawing ) dari pekerjaan baja ini dan perhitungan
konstruksi apabila diadakan perubahan – perubahan
praktis dari rencana semula. Gambar kerja dan
perhitungan ini diserahkan kepada Direksi Proyek dan
Konsultan Pengawas.
Gambar kerja tersebut diatas meliputi seluruh bagian
dari pekerjaan kostruksi seperti detail – detail
pemasangan, penyambungan, lubang- lubang, baut –
baut, las, pemotongan, pertemuan pada pemutusan,
penguatan, ukuran - ukuran , dimensi daru bahan dan
lain – lain yang secara teknis diperlukan. Gambar
rencana berlaku sebagai gambar referensi untuk
gambar kerja

C. Fabrikasi
Persyaratan umum untuk fabrikasi adalah sebagai
berikut:
a. Tenaga – tenaga yang dipergunakan haruslah tenaga
– tenaga ahli pada bidangnya dan dapat
melaksanakan pekerjaan dengan baik sesuai dengan
petunjuk – petunjuk dari direksi dan Konsultan
Pengawas, serta teliti sehingga menjamin bahwa
seluruh bagian pekerjaan dapat cocok satu sama lain
pada waktu pemasangan.
b. Direksi Proyek dan Konsultan Pengawas mempunyai
kebebasan sepenuhnya untuk setiap waktu
melakukan pemeriksaan pekerjaan. Tidak satu
pekerjaanpun dibongkar dan disiapkan untuk dikirim
sebelum diperiksa dan disetujui Direksi proyek dan
Konsultan Pengawas. Setiap pekerjaan yang cacat
atau tidak sesuai dengan gambar rencana atau
spesifikasi ini akan ditolak dan harus segera
diperbaiki.
Sub kontraktor fabrikasi harus menyediakan atas
biaya sendiri, semua alat – alat perancah dan
sebagainya yang diperlukan dalam hubungan
pemeriksaan pekerjaan. Sub kontraktor fabrikasi
harus memperkenankan sub kontraktor montasi
untuk sewaktu–waktu memerisa pekerjaan dan untuk
mendapatkan keterangan mengenai cara–cara dan
lain–lain yang berhubungan dengan pemasangan
ditempat pekerjaan. Sub kontraktor montase tidak
mempunyai wewenang untuk memberikan intruksi –
intruksi mengenai cara penyelenggaraan Fabrikasi.

D. Pengelasan
a. Pekerjaan las harus dikerjakan oleh tenaga las,
dibawah pengawasi langsung seorang yang menurut
anggap direksi proyek dan konsulan MK mempunyai
kemampuan dan pengalaman yang sesuai untuk
melaksanakan pekerjaan tersebut.
b. Sub kontraktor harus mengajukan cara pengelasan
kepada Direksi proyek dan Konsultan Pengawas
untuk mendapatkan persetujuan dan persetujuan
yang telah diberikan tidak dapat dirubah tanpa
persetujuan lebih lanjut.
c. Macam las yang dipakai adalah las lumer (las dengan
busur listrik) dengan ketentuan sebagai berikut :
- Tebal las minimum : 3,5mm
- Panjang las minimum : 70 mm
- Panjang las maksimum : 40 x tebal
d. Kekuatan dari bahan las yang dipakai, minimal sama
dengan kekuatan baja. Kelas E 60 atau grade SAW –
1 sesuai ASTM –A233.
e. Detail-detail khusus yang menyangkut cara persiapan
sambungan, cara pengelasan, jenis dan ukuran
elektroda, tebal masing – masing bagian yang dilas
dan ukuran dari las serta kekuatan arus listrik untuk
las tersebut harus diajukan sub kontraktor terlebih
dahulu untuk mendapatkan persetujuan Direksi
Proyek dan Konsultan sebelum pekerjaan las listrik
tersebut dilakukan.
f. Ukuran elektroda arus dan tegangan listrik serta
kecepatan busur listrik yang digunakan pada las
listrik harus seperti yang dinyatakan oleh pabrik las
listrik tersebut dan tidak dapat diadakan
penyimpangan penyimpangan tanpa persetujuan
tertulis dari Direksi Proyek dan Konsultan.
g. Plat–plat yang akan dilas harus bebas dari kotor –
kotoran besi, minyak, cat, karat atau lapisan lain yang
dapat mempengaruhi mutu las. Las dengan retak
susud, retak pada bagian dasar, berlubang dan
kurang tepat letaknya harus disingkirkan.
h. Semua lubang harus dibor untuk seluruh tebal dari
material. Bila memungkinkan semua potongan–
potongan & sebagainya harus dijepit bersama–sama
pada saat dilubangi, dibor sehingga mata bor
menembus tebal secara sekaligus. Cara lain batang
tersebut dilubangi sendiri–sendiri dengan
menggunakan mal.
i. Setelah selesai dibor seluruh kotoran besi harus
disingkirkan dan apabila diperlukan plat–plat dan
sebagainya dapat dilepas kembali. Diameter lubang
untuk baut HTB adalah 1–1,5mm lebih besar dari
pada diameter yang tertera dalam gambar rencana.
Dalam hal lubang tidak dibor sekaligus untuk seluruh
tebal elemen – elemen lubang dapat dibor dengan
ukuran yang lebih kecil dan diperbesar kemudia saat
montase percobaan.
E. Pengecatan baja
a. Semua kontruksi baja yang akan dipasang perlu dicat
dipabrik dengan cat dasar yang telah disetujui oleh
Direksi Proyek dan Konsultan kecuali pada bidang –
bidang yang akan dikerjakkan dengan mesin
perkakas seperti misalnya pada perletakan.
b. Pekerjaan pengecatan terdiri dari : Pembersihan
seluruh sambungan lapangan dan bidang – bidang
yang telah dicat akhir untuk seluruh bidang pekerjaan
besi yang terbuka.
c. Seluruh permukaan pekerjaan baja harus dibersihkan
dan dikupas dengan sand blasting atau caralain yang
disetujui agar menjadi logam yang bersih,bebas,
karat, lumpur dan lain – lain. Luas bidang permukaan
yang dibersihkan harus segera ditutup dengan cat
dasar, sebelum terjadi oksidasi. Bila terjadi oksidasi (
karat ), permukaan harus dibersihkan kembali
sebelum pengecatan dasar dilakukan.
d. Pengecatan dapat dilakukan dengan kuas tangan
yang disetujui atau dengan cara yang disyaratkan
oleh Direksi proyek & Konsultan. Pengecatan tidak
dapat dilakukan pada cuaca berkabut, lembab atau
berdebu atau pada cuaca lain yang jelek, kecuali
diusahakan tindakan – tindakan seperlunya yang
sesuai dengan pendapat Direksi proyek & konsultan
untuk menghindari pengaruh cuaca.
e. Permukaan yang dicat harus kering dan dan tidak
berdebu,. Lapisan berikutnya tidak dilakukan sebelum
lapisan cat sebelumnya kering betul.
f. lapisan penutup dilakukan diatas lapisan cat dasar
dalam tempo kurang lebih enam bulan & tidak boleh
dilakukan lebih cepat dari 48 jam setelah pengecatan
dasar. Bila terjadi demikian, maka permukaan bahan
perlu dibersihkan kembali atau dicat dasar lagi.
g. Cat ( termasuk penyemprotan ) harus disapu dengan
kuat pada permukaan baja, baut – baut pada setiap
sudut – sudut, sambungan pelat, lekuk – lekuk dan
sebagainya.
h. Setiap bagian yang menampung air, atau dapat
dirembesi air diisi dengan cat yang tebal atau
digunakan semen kedap air atau bahan lain yang
disetujui sebelum penyelesaian cat dasar.
i. Setiap lapisan yang telah selesai harus tampak sama
rata. Pemakaian cat yang rata ialah 12,5 m2 sampai
15 m2 perliter untuk cat dasar & 15 m2 sampai 20 m2
untuk lapisan berikutnya. Cat untuk baja
menggunakan produk ICI, Hempelindo atau yang
setara. Sebelum pengerjaan pengecatan dimulai,
kontraktor harus mengajukan contoh material cat
yang akan dipakai kepada Direksi Proyek& Konsultan

II.6. PEKERJAAN RANGKA II.6.1. Rangka Plafond


PLAFON DAN PENUTUP a. Rangka plafond dipakai hollow galvalum 40,40,2 dengan jarak
PLAFON dan struktur disesuaikan dengan gambar.
b. Dilaksanakan pada seluruh konstruksi penggantung plafond
dalam dan luar ruangan, pemasangan dan perletakan sesuai
gambar.
c. Pelaksanaan sesuai prosedur yang baik dan benar,
sambungan rapat, kuat,.

II.6.2. Penutup Plafond Dan List Plafond


a. Penutup plafond dipakai papan gypsum tebal 9 mm,
dilaksanakan pada seluruh rangka langit-langit baru dengan
teknis pemasangan dan perletakan sesuai gambar.
b. Penutup plafond dipasang rapat rangka plafond, rata air
(levels), lurus dan siku, digunakan sekrup yang sesuai dengan
jarak 15 cm.
c. Pemasangan penutup plafond dilengkapi dengan list plafond
gypsum dilaksanakan pada pertemuan antara plafond dan
dinding sesuai gambar, dipasang rapat dan lurus setiap sudut
harus dipasang siku-siku dipaku dengan baik dan rapat.

II.6.3. Persyaratan dan Metode Pelaksanaan


a. Penutup plafond dipakai papan gypsum tebal 9 mm,
dilaksanakan pada seluruh rangka langit-langit baru dengan
teknis pemasangan Pada pekerjaan pemasangan lapis plafon
perlu diperhatikan adanya pekerjaan lain yang dalam
pelaksanaannya sangat erat hubungannya dengan pekerjaan
langit – langit ini.
b. Sebelum dilaksanakan pemasangan lapis plafon, pekerjaan
lain yang terletak di atas langit – langit harus sudah terpasang
antara lain pekerjaan Elektrikal, Sound System, dan lain –
lain.
c. Bila ada pekerjaan tersebut di atas tidak tercantum dalam
gambar rencana plafond harus diteliti dahulu pada gambar –
gambar instalasi yang lain untuk detail pemasangan harus
konsultasi dengan konsultan pengawas dan owner.
d. Rangka penggantung langit – langit sesuai pola dalam gambar
rencana dan diperhatikan benar peilnya.
e. Lapis plafon harus dipilih yang padat dan tidak retak.
f. Lubang – lubang atau tonjokan bekas sekrup, paku pada
permukaan lapis plafon harus ditiadakan.
g. Rangka – rangka datar harus waterpas dan yang miring harus
sesuai dengan gambar detail arsitektur
h. Bahan–bahan penggantung disesuaikan dengan
kebutuhannya pemasangan rangka harus mengikuti gambar
dan standard pabrik pembuatnya.
i. Pada pertemuan langit – langit dan dinding dipasang list
gypsum dan pelaksanaanya harus sesuai dengan gambar.

II.7. PEKERJAAN KUSEN/DAUN II.7.1. Kusen pintu dan jendela menggunakan aluminium profil warna
PINTU/JENDELA, putih (coting) 4” kualitas baik (I) sesuai dengan gambar bestek.
PENGGANTUNG DAN
PENGUNCI II.7.2. Pekerjaan kusen maupun daun pintu / jendela harus dilaksanakan
dengan rapi, siku dan baik, sehingga dapat dipasang secara
waterpass dan tegak lurus.

III.7.3. Daun pintu menggunakan daun pintu kaca tempret tebal 12 mm


dengan aksesoris penggantung dan pengunci komplet untuk pintu
utama. Sedangkan pada pintu ruangan menggunakan daun pintu
board WPC dan kaca rangka aluminium dengan pintu kualitas
Baik, dengan ukuran, dimensi dan model serta penempatan
masing-masing sesuai gambar
II.7.4. Untuk setiap daun pintu harus dipasang Engsel sebanyak 3 buah
kualitas I dan dipasang Handel dan Kunci Tanam 2x Putar.

II.7.5. Daun jendela menggunakan daun jendela kaca slimar aluminium


profil warna putih (coating) 3/8” dengan list aluminium sesuai
desain pada gambar rencana dengan menggunakan kaca rayban
tebal 5 mm dipasang penggantung menggunakan casement serta
dilengkapi dengan Grendel ranbuncis.

II.7.6. Daun jendela slimar aluminium profil warna putih dan jalusi
aluminium (coating) dipasang penggantung (engsel) serta
dilengkapi dengan Grendel sebagai pintu saf.

II.7.7. Persyaratan dan Metode Pelaksanaan


1. Persyaratan Pelaksanaan
a. Pekerjaan ini meliputi perhitungan pengadaan
pemasangan pada setiap bagian dan penentuan
sambungan pertemuan/persilangan.
b. Kontraktor bertanggung jawab penuh atas
terselenggaranya pekerjaan – pekerjaan tersebut diatas
dengan baik dan apapun yang akan terjadi dikemudian hari
pada bagian – bagian tersebut seperti :
 Terjadinya lendutan yang menyebabkan kaca pecah.
 Terjadinya kebocoran–kebocoran akibat kelalaian
dalam pekerjaan.
 Kerusakan–kerusakan lain yang disebabkan kesalahan
sistem konstruksi yang dipakai sehingga menyebabkan
kerugian dari pihak pemilik.
c. Sebelum memulai pelaksanaan, kontraktor diwajibkan
meneliti gambar kerja dan kondisi lapangan. Tipe pintu dan
jendela yang terpasang harus sesuai dengan daftar tipe
yang tertera dalam gambar kerja dengan memperhatikan
ukuran – ukuran, bentuk profil material, detail, arah
bukaan, perlengkapan pintu dll.
d. Sebelum pekerjaan dimulai, Kontraktor diwajibkan
membuat shop drawing dan membuat contoh jadi detail
hubungan bagian tertentu untuk disetujui Direksi Proyek
/Konsultan. Didalam shop drawing harus jelas tercantum
semua informasi yang diperlukan untuk melaksanakan
pekerjaan.
e. Semua rangka kusen dikerjakan secara pabrikasi dengan
teliti sesuai dengan ukuran dan kondisi lapangan agar
hasilnya dapat dipertangung jawabkan. Bahan yang akan
diproses pabrikasi harus diseleksi terlebih dahulu sesuai
dengan bentuk, toleransi ukuran, ketebalan, kesikuan
2. Pemasangan Daun pintu / jendela
a. Pemasangan dan perlengkapannya harus dilakukan oleh
tenaga yang ahli dan berpengalaman.
b. Engsel kupu-kupu dipasang sejumlah 3 (tiga) buah untuk
daun pintu.
c. Engsel kupu – kupu daun pintu dipasang dengan cara yaitu
engsel atas dipasang + 28 cm (as) dari permukaan atas
pintu, engsel bawah dipasang 22 cm (as) dari permukaan
bawah pintu dan engsel tengah – tengah antara kedua
engsel tersebut.
d. Engsel daun jendela menggunakan casement.
e. Pembukaan pintu/ handle dipasang 100 cm (as) dari
permukaan lantai.
f. Pemasangan seluruh hardware harus rapi lurus dan sesuai
dengan letak posisi yang telah ditentukan oleh Direksi
Proyek / Konsultan.
g. Seluruh perangkat kunci harus bekerja dengan baik untuk
itu harus dilakukan pengujian secara kasar dan halus.
3. Perlengkapan pintu
a. Semua hardware yang digunakan harus sesuai dengan
ketentuan yang tercantum dalam buku spesifikasi ini. Bila
terjadi perubahan atau penggantian akibat dari pemilihan
merk, kontraktor wajib melaporkan hal tersebut kepada
Direksi Proyek / Konsultan untuk mendapatkan
persetujuan.
b. Engsel Digunakan dari jenis engsel kupu – kupu bahan
dari stainless stell yang disetujui Direksi Proyek /
Konsultan.
c. Lockcase.
 Latchbolt dan deadbolt dari bahan dasar stainless stell
 Lacth bolt dapat dioperasikan dari dua arah dengan
anak kunci atau handle dead bolt hanya dapat
dioperasikan dengan anak kunci.
 Produk – produk KEND ataus setara yang disetujui
Direksi Proyek / Konsultan.
d. Cylinder
Sesuai dengan sistem penguncian yang dipilih yaitu
dengan sistem anak kunci dari 2 arah atau sistem pemutar
tombol disatu sisi bahan adalah sintered steel dari produk
KEND. Atau setara
e. Handle dan Backplate
Bahan dasar dari alumunium yang dilapisi bahan synthetic
warna ditentukan kemudian. Pemilihan type handle
disesuaikan dengan mekanisme pembukaan. Produk yang
digunakan KEND/DEKSON atau setara yang disetujui
Direksi Proyek / Konsultan
4. Perlengkapan jendela
a. Semua hardware yang digunakan harus sesuai dengan
ketentuan yang tercantum dalam buku spesifikasi ini. Bila
terjadi perubahan atau penggantian akibat dari pemilihan
merk, kontraktor wajib melaporkan hal tersebut kepada
Direksi Proyek / Konsultan untuk mendapatkan
persetujuan.
b. Engsel Digunakan engsel casement dan grendel rabuncis
yang disetujui Direksi Proyek / Konsultan.

II.8. PEKERJAAN LANTAI DAN II.8.1. Lantai dipakai granite tile ukuran 60x60 sedangkan untuk dinding
DINDING dipakai ukuran 30x60 KW 1 dengan warna dan motif sesuai
gambar rencana dengan persetujuan direksi.
II.8.2. Batu alam salur dan list GRC dinding dan kolom (sesuai gambar
perencanaan dan persetujuan Direksi / User).
II.8.2. Dipasang pada tempat dan batasan-batasan sesuai yang terlihat
dalam Gambar Rencana.
II.8.3. Pemasangan dengan pola sesuai gambar / petunjuk Direksi /
User, memakai perekat 1Pc : 3Ps, jarak celah (nat) diisi semen
cair/pasta semen sewarna dengan keramik sedemikian rupa
datar, nat-nya lurus dan siku.
II.8.4. Persyaratan Pelaksanaan Pemasangan
a. Sebelum dipasang, material harus direndam dengan air
hingga jenuh.
b. Permukaan yang akan dipasang keramik harus dibuat benar –
benar bersih dari debu cat dan kotoran lainnya.
c. Pada saat pemasangan harus dalam keadaan baik tidak retak,
cacat, ternoda & warna sesuai dengan yang disyaratkan/dipilih
d. Seluruh permukaan bagian belakang harus terisi padat
dengan adukan perekat tidak boleh ada rongga.
e. Pola pasangan dinding harus sesuai petunjuk Direksi Proyek /
Konsultan. Pada prinsipnya pemasangan dimulai dari as
kolom / as dinding & atau sesuai petunjuk Direksi/Konsultan.
f. Apabila dalam pengukuran terjadi sisa granite tile, batu alam
dan GRC kurang dari 7cm maka mulai keramik utuh yang
terakhir (1 baris/lebih) harus dibagi dalam bagian sama untuk
mendapatkan lebar minimum 8 cm & atau sesuai dengan
petunjuk Direksi Proyek/Konsultan.
g. Pemotongan material harus menggunakan alat potong khusus
yang sesuai dengan petunjuk pabrik dan dikerjakan oleh orang
yang ahli dan pengalaman dalam pemasangan keramik
h. Pemasangan harus benar – benar rata waterpas sesuai
dengan peil atau ketebalan akhir yang disyaratkan dalam
gambar kerja. Toleransi kecekungan adalah 2,5 mm untuk 2
m1
i. Garis-garis tepi yang terbentuk maupun siar-siar harus lurus,
lebar siar harus sama, maksimal selebar 2 mm dengan
kedalaman 2 mm.
j. Bahan pengisi siar (nat) adalah bahan grouting dengan warna
yang sama dengan warna keramik. Persyaratan pelaksanaan
harus sesuai dengan spesifikasi pabrik yang mengeluarkan
agar didapat hasil yang baik. Sebelum & sesudah
pelaksanaan adukan pengisi, siar harus bersih dari debu dan
kotoran lainnya, pembersihan harus segera dilakukan sebelum
keras/kering dengan lap basah.
k. Adukan perekat untuk pemasangan dengan campuran 1 Pc:3
Psr, dilakukan pada bagian lantai&dinding yang harus kedap
air seperti yang disyaratkan dalam Gambar kerja. Untuk lantai
lainnya digunakan adukan perekat campuran 1 Pc:5 Psr.
Adukan perekat tersebut dicampur dengan pasta semen
additive, penggunaannya sesuai dengan spesifikasi pabrik
pembuatnya.
l. Granite tile, batu alam dan list GRC yang telah terpasang
harus segera dibersihkan dari bercak noda adukan perekat
dan adukan pengisi siar dengan lap/kain yang dibasahi
dengan air bersih, dan dilindungi dari kemungkinan cacat
akibat pekerjaan lain.
m. Selama 2x24 jam setelah pemasangan, harus dihindarkan dari
injakan atau pemberian beban dan dilindungi dari
kemungkinan cacat pda permukaannya.
n. Bila terjadi kerusakan/cacat, kontraktor diwajibkan untuk
memperbaiki kembali dengan tidak mengurangi mutu
pekerjaan. Biaya untuk hal ini adalah tanggung jawab
kontraktor dan tidak dapat diajukan sebagai pekerjaan tambah

II.9. PEKERJAAN SANITASI II.9.1. Saluran pembuangan air kotor KM/WC dilengkapi floor drain pada
lantai model mangkokan stanlis .
II.9.2. Dipakai kloset duduk dan jongkok keramik ex. Inna, toto atau
setara dipasang pada posisi sesuai gambar rencana.
II.9.3. Kran air dipasang  ½” atau 3/4“, shower dan jet spray dengan
merk local ex. Onda atau setara KW I dengan penempatab sesuai
gambar rencana.
II.9.4. Wastafel dipakai wastafel keramik ex ina. Toto atay setara dengan
warna dan model dengan persetujuan direksi/user dipasang
dengan penempatan sesuai gambar rencana dengan dilengkapi
dengan cermin besar tebal 5 mm dengan bingkai bsi stainlis
dengan desain sesuai gambar rencana.
II 9.5. Pekerjaan air kotor dengan menggunakan pipa air kotor pipa PVC
 4” dan  3” tipe AW ex. Maspion, wavin atau setara sesuai
Gambar Perencanaan.
II.9.6. Pekerjaan air bersih dengan menggunakan pipa PVC  ¾” tipe
AW ex. Maspion, wavin atau setara termasuk valve dan
perlengkapannya sesuai dengan Gambar Perencanaan.
II.9.7. Untuk tempat penampungan air bersih (tandon) menggunakan
tendon bawah dengan tandon profil tank 1600 liter lengkap
dengan pelampungnya dan tandon atas menggunakan profil tank
ukuran 650 liter dengan konstruksi penempatan sesuai gambar
rencana dan dilengkapi dengan pompa air lengkap beserta
instalasi otomatisnya.
II.9.8. Untuk septictank dan resapan dimensi dan konstruksi serta
perletakan mengikuti gambar perencanaan.

II.9.7. Semua pemasangan pipa segala penyambungan dilengkapi


dengan acesorisnya tidak diperkenankan melakukan
pembengkokan dan penyambungan pada pipa dengan melakukan
pemanasan.
II.9.8. Setelah instalasi perpipaan baik air bersih maupun air kotor
dilaksanakan,dilakukan pembersihan pipa dengan pengujian
terhadap tekanan dan kebocoran pada pipa.

II.10. PEKERJAAN LISTRIK II.10.1. Seluruh pekerjaan ini harus dilaksanakan oleh instalatir yang
berpengalaman untuk pekerjaan semacam ini dan mempunyai
Sertifikat Keahlian yang dikeluarkan oleh Asosiasi dengan
kualifikasi lingkup pekerjaan sesuai yang dipersyaratkan.
Instalasi listrik yang dilaksanakan adalah :
a. Instalasi Penerangan
1) Pemasangan saklar tunggal / ganda
2) Pemasangan instalasi penerangan
3) Pemasangan instalasi stop kontak
b. Lampu Penerangan
1) Lampu TKIU 2x40 watt (lengkap), lampu downlight 20 watt
(lengkap), lampu LED 13 watt, lampu LED 7 watt ex.
SAKA, Phillip setara
2) Pemasangan dan penempatan sesuai dengan gambar
rencana
c. Pekerjaan Instalasi Kabel / Stop Kontak
1) Kabel instalasi dipakai kabel kualitas I ukuran 2,5 mm ex
supreme atau setara.
2) Instalasi under ground stop kontak outlet flour 16 A
d. Pekerjaan Pemasangan Panel 40x60 (Panel Pembagi)
e. Pekerjaan Pemasangan Panel SDP80x120 (Panel Utama)
II.10.2. Pemasangan saklar dan stop kontak serta instalasi penerangan /
titik lampu dan pemasangan instalasi stop kontak. Seluruh
material yang dipakai harus telah mendapatkan standart salah
satunya dari S II, LMK, SPLN, JIS, DIN, VDE, TEC, CEBEL,
KEMA, OVE, mateial harus baru tidak cacat serta dapat berfungsi
dengan baik melalui serangkaian test yang dilakukan oleh Direksi.
II.10.3. Stop kontak dan saklar ex. Broco, panasonic atau setara
inbow/rata dinding, pemasangan harus rapi, rata, tidak miring dan
dipakai bahan kualitas I dengan ketinggian / letak pemasangan
sesuai dengan yang diisyaratkan PLN / sesuai Gambar Rencana.
II.10.4. Pemasangan lampu menempel di plafond atau perletakan sesuai
gambar, lampu dipasang dalam keadaan menyala / berfungsi dan
pada waktu serah terima pekerjaan ditest terlebih dahulu.
II.10.5. Instalasi kabel ex. Supreme atau setara yang dipergunakan
adalah sesuai dengan yang dipersyaratkan PLN dan kabel
dipasang di atas penggantung plafond, tarikan harus kencang.
Pada bagian yang masuk ke tembok, kabel dimasukkan ke dalam
conduit pipa PVC dengan ukuran sesuai jumlah kabel yang masuk
( 5/8” -  3/4“) ujung atas pipa PVC harus diberi Elbow dengan
ukuran yang sesuai.
II.10.6. Sambungan antar kabel harus dilindungi las dop keramik / PVC
sedang pada bagian yang masuk tembok bila terdapat
sambungan, harus dilindungi junction box (kotak sambungan)
PVC dan instalasi kabel ini setelah terhubung seluruhnya harus
bebas induksi yang dibuktikan dengan test mager.
II.10.7. Setelah pemasangan seluruh instalasi listrik dilaksanakan
pengujian dan pengetesan instalasi sesuai dengan standar PLN
dengan mendatangkan istansi atau lembaga yang berkompeten
untuk melaksanakan pengujian dengan disaksikan oleh direksi
dan pengawas.

II.11. PEKERJAAN PENGECATAN II.11.1. Keterangan Umum


Pekerjaan yang dilaksanakan meliputi pengecatan bagian-bagian
yang ditunjuk dalam gambar maupun bagian-bagian lain yang
memerlukan perlindungan dengan cara pengecatan.
Pada garis besarnya yang termasuk pekerjaan pengecatan adalah
a. Cat dinding
b. Cat plafond
c. Cat kayu
d. Cat besi
e. Coating batu alam
f. Waterprofing
Dan pekerjaan pengecatan lainnya sesuai yang ditunjuk dalam
Gambar Rencana dengan warna sesuai persetujuan User.
Penyempurnaan dan pengulangan pengecatan / polituran karena
belum merata, berubah warna atau sebab-sebab lainnya sampai
pada saat serah terima untuk yang kedua kalinya menjadi
tanggung jawab Kontraktor.

II.11.2. Cat Tembok Dan Plafond


a. Dipakai cat dinding kualitas 1 ex. Catylac, Vinilex, Dulux atau
setara warna ditentukan kemudian dengan persetujuan User /
Direksi
b. Dilaksanakan pada seluruh permukaan dinding dan plafond
serta pilar sesuai yang tertera dalam Gambar Rencana.
c. Pelaksanaan sesuai ketentuan pabrik pembuat.
d. Sebelum dicat permukaan dinding tembok / beton yang akan
dicat harus betul-betul rata dan dibersihkan dengan cara
menggosok memakai kain yang dibasahi / amplas basah dan
setelah kering diplamur sehingga permukaannya menjadi rata
dan licin. Untuk tembok yang rusak / pecah harus diperbaiki
terlebih dahulu.
e. Pengecatan dilakukan dengan kuas / roller sampai didapatkan
hasil akhir yang merata warnanya minimal 3 kali pengecatan
dan harus didapat warna yang merata.
f. Metode dan Persyaratan Pelaksanaan Pengecatan
Sebelum pelaksanaan, kontraktor wajib membuat contoh
pekerjaan pengecatan pada bidang dengan ukuran 100x100
cm, yang merupakan contoh hasil akhir pengecatan. Biaya
percobaan ditanggung kontraktor dan hasil contoh tersebut
harus diserahkan kepada Direksi Proyek / Konsultan untuk
persetujuan bagi pelaksanaan pekerjaan.
 Pengecatan dilaksanakan dengan cara terbaik yang umum
dilakukan kecuali bila disyaratkan lain. Urutan pengecatan
penggunaan lapisan dasar dan ketebalan minimal sama
dengan syarat yang dikeluarkan pabrik.
 Pengecatan harus rata, tidak bercucuran atau ada bekas–
bekas yang menunjukan tanda–tanda sapuan, semprotan
dan roller.
 Apabila dari cat yang dipakai ada yang mengandung
bahan dasar beracun atau membahayakan keselamatan
manusia maka kontraktor harus menyediakan peralatan
perlindungan misalnya masker, sarung tangan dan
sebagainya yang harus dipakai pada waktu pelaksanaan
pekerjaan.
 Pekerjaan pengecatan tidak diperkenankan dilaksanakan
dalam keadaan cuaca lembab, hujan, angin yang disertai
debu.
 Pada pelaksanaan pengecatan di dalam ruangan dengan
cat yang bahan dasarnya beracun atau membahayakan
manusia maka ruangan tersebut harus mempunyai
ventilasi yang cukup agar pergantian udara dapat
berlangsung lancar.
 Peralatan seperti kuas, roller, sikat kawat, pompa udara,
vacum cleaner, semprotan dan sebagainya, harus tersedia
dari kualitas mutu terbaik dan jumlahnya cukup untuk
melaksanakan pekerjaan ini.
 Khusus untuk semua cat dasar, pengerjaannya harus
disapukan dengan kuas, penyemprotan hanya boleh
dilakukan bila disetujui oleh Direksi Proyek / Konsultan.
 Pemakaian amplas, pencucian dengan air, maupun
pembersihan dengan kain kering, terlebih dahulu harus
mendapatkan persetujuan dari Direksi Proyek / Konsultan
kecuali disyaratkan lain dalam spesifikasi ini.
 Hasil akhir pengecatan harus diawasi oleh tenaga ahli /
supervisi.
 Hasil akhir pengecatan harus membentuk bidang cat yang
utuh rata tidak ada bintik–bintik atau gelembung udara dan
hasilnya harus dijaga terhadap kotoran yang mungkin
melekat. Bila hasil pekerjaan harus diulangi dan diganti,
Kontraktor harus melakukan pengecatan kembali bila ada
cat dasar atau cat finis yang kurang menutupi atau lepas
sebagaimana ditunjukan oleh Direksi Proyek / Konsultan
biaya untuk hal ini ditanggung oleh kontraktor dan tidak
dapat dilakukan sebagai pekerjaan tambah.
 Sebelum pelaksanaan, seluruh permukaan harus di
bersihkan dari debu, lemak, kotoran atau noda lain, bekas
– bekas cat yang terkelupas bagi permukaan yang pernah
dicat, dan dalam kondisi kering.
II.11.3. Pengecatan Kayu
a. Dipakai cat kayu kualitas bagus ex. Emco, Avian, Nipon paint,
warna ditentukan kemudian dengan persetujuan owner dan
konsultan pengawas.
b. Dilaksanakan pada lisplank serta di tempat lainnya yang
memerlukan finishing dengan cat kayu
c. Sebelum dicat permukaan lispank yang akan dicat harus betul-
betul rata dan dibersihkan dengan cara menggosok memakai
kain yang dibasahi / amplas basah.
d. Seluruh pekerjaan tersebut di atas harus dilaksanakan dengan
baik sampai didapat hasil yang baik dan warna cat yang
merata pelaksanaan pengecatan sesuai ketentuan pabrik
pembuat.

II.11.4. Pengecatan Besi


a. Dipakai cat besi kualitas bagus ex. Emco, Avian, Nipon paint
b. Dilaksanakan pada seluruh permukaan besi railing tangga
serta di tempat lainnya yang memerlukan finishing dengan cat
besi
c. Sebelum dicat, permukaan besi yang akan dicat harus betul-
betul bersih dengan dibersihkan dengan cara menggosok
memakai kain yang dibasahi / amplas basah
d. Seluruh pekerjaan tersebut di atas harus dilaksanakan dengan
baik sampai didapat hasil yang baik dan warna cat yang
merata pelaksanaan pengecatan sesuai ketentuan pabrik
pembuat.

II.11.5. Coating Batu Alam


a. Dipakai cat coating kualitas bagus ex. Propan setara
b. Dilaksanakan pada seluruh permukaan pasangan batu alam
c. Sebelum dicat, permukaan batu alam yang akan dicoating
harus betul-betul bersih dengan dibersihkan dengan cara
menggosok memakai kain yang dibasahi.
d. Seluruh pekerjaan tersebut di atas harus dilaksanakan dengan
baik sampai didapat hasil yang baik dan warna yang merata
pelaksanaan pengecatan sesuai ketentuan pabrik pembuat.

II.11.6. Pelapisan Waterprofing


a. Dipakai produk water proofing kualitas I ex. Aquaprof, NoDrop
atau setara
b. Dilaksanakan pada plat beton atap dan leufel yang kontak
dengan air
c. Sebelum di waterprofing permukaan plat harus dibersihkan
dengan cara menggosok memakai kain yang dibasahi setelah
kering baru dilaksanakan pelapisan waterprofing
d. Seluruh pekerjaan tersebut di atas harus dilaksanakan dengan
baik sampai didapat hasil yang baik dan merata pelaksanaan
sesuai ketentuan pabrik pembuat.
e. Persyaratan dan metode pelaksanaan
1. Persiapan permukaan
 Permukaan harus betul–betul kering sebelum
pemasangan lapisan waterproofing.
 Seluruh permukaan harus sudah bebas dari minyak,
retak atau lubang, serbuk aduk beton, debu gumpalan
aduk beton, bagian–bagian yang menonjol tajam
permukaan halus dan rata.
 Retak lubang yang tidak berguna dan sebagainya
harus ditutup dengan adukan kedap air 1Pc:2PS
sehingga padat dan diratakan permukaan.
2. Lapisan primer
Pelaksanaan dengan spray roller atau kuas dengan daya
sebar 6 – 8 m2/ liter lapisan primer harus langsung ditutup
dengan lapisan waterproofing. Jika dalam satu hari kerja
ada area yang telah diberi lapisan primer tetapi belum
sempat tersebut harus diberi primer kembali pada hari
kerja berikutnya.
3. Lapisan Waterproofing (Underlayer Torching)
 Jika dipandang perlu bahan dapat ditukar/diganti
dengan bahan– bahan pengganti yang memenuhi
syarat dan mendapat persetujuan tertulis dari Direksi
Proyek
 Cara–cara pelaksanaan pekerjaan harus mengikuti
petunjuk dan ketentuan dari pabrik yang bersangkutan
dan atas petunjuk Direksi Proyek
 Bila ada hal apapun antara gambar kerja spesifikasi
dan lainnya kontraktor harus segera melaporkan
kepada Direksi proyek dan Konsultan Perencana
sebelum pekerjaan dimulai. Pekerjaan baru dapat
dimulai setelah mendapat persetujuan tertulis dari
Direksi proyek dan Konsultan Perencana.
 Untuk melaksanakan pekerjaan ini kontraktor harus
menempatkan tenaga ahli ditempat pekerjaan pada
saat pekerjaan tersebut sedang berlangsung.
 Kontraktor bertanggung jawab sepenuhnya atas
kesempurnaan pekerjaan walaupun telah mendapat
persetujuan tertulis dari Direksi Proyek dan Konsultan
Perencana sampai dengan berakhirnya masa garansi.
Pada bagian sambungan harus mempunyai
overlapping minimum 20 cm.
 Kontraktor wajib membuat shop drawing (gambar detail
pelaksanaan) berdasarkan gambar kerja dan telah
disesuaikan dengan keadaan lapangan dan pada
daerah–daerah yang menurut Direksi Proyek dan
Konsultan MK perlu. Dalam shop drawing harus jelas
dicantuMKan semua data yang diperlukan termasuk
keterangan produk jenis bahan cara pemasangan dan
persyaratan khusus yang belum tercakup secara
lengkap didalam gambar pelaksanaan sesuai dengan
spesifikasi pabrik.
4. Lapisan Pelindung
 Lapisan pelindung menggunakan screed ketebalan + 2
cm atau seperti tertera dalam gambar kerja termasuk
arah kemiringannya.
 Pengujian lapisan waterproofing
 Setelah semua pemasangan lapisan waterproofing dan
sebelum pelaksanaan lapisan pelindung kontraktor
harus melaksanakan pengujian kebocoran terutama
untuk permukaan horizontal. Cara pengujian adalah
dengan menuangkan air minimum 50 mm dan dibiarkan
selama 2 x 24 jam. Beri tanda bagian – bagian yang
tidak sempurna atau bocor.
5. Perbaikan Lapisan Waterproofing
6. Bagian dari lapisan waterproofing baru diatas kebocoran
disobek secukupnya. Letak potongan lapisan waterproofing
baru sejauh minimal 150 mm kesegala arah dihiitung dari
celah sobekkan pekerjaan ini dilaksanakan setelah
pengujian permukaan harus kering betul.
7. Pengamanan Pekerjaan
 Kontraktor wajib mengadakan pengamanan dan
perlindungan terhadap pemasangan yang telah
dilakukan, terhadap kemungkinan pergeseran, lecet
permukaan atau kerusakan lainnya.
 Apabila terjadi kerusakan yang disebabkan oleh
kelalaian Kontraktor baik pada waktu pekerjaan ini
dilakukan /dilaksanakan maupuan pada saat pekerjaan
telah selesai, maka Kontraktor harus
memperbaiki/mengganti bagian yang rusak tersebut
sampai dinyatakan dapat diterima oleh Direksi Proyek.
Biaya yang timbul untuk pekerjaan perbaikan ini adalah
tanggung jawab Kontraktor.

II.12. PEKERJAAN LAIN-LAIN II.12.1. Pekerjaan railling tangga mengunakan besi hollow 40x40x2 dan
40x20x2 dengan model/desain serta konstruksi sesuai gambar
rencana
II.12.2. Pekerjaan Tangga Akses ke tendon atas menggunakan besi
hollow 40x40x2 dengan model dan konstruksi sesuai gambar
rencana
II.12.3. Pekerjaan penutup lubang tangga sementara menggunakan
rangka hollow galvalume dengan penutup atap zyncalume
dilaksanakansesuai dengan gambar rencana.

II.13. PEKERJAAN AKHIR II.13.1. Setelah proyek selesai Penyedia Barang/ Jasa diwajibkan
membersihkan kembali lokasi proyek dari sisa-sisa material
yang tidak terpakai, agak lokasi proyek tampak bersih dan
indah Setelah dilaksanakan serah terima pekerjaan gedung
siap dan dapat digunakan dan dimanfaatkan oleh User
III. PENUTUP

Apabila dalam Rencana Kerja dan Syarat-syarat (RKS) ini untuk uraian bahan-bahan, pekerjaan-pekerjaan, yang
tidak disebut perkata atau kalimat “diselenggarakan oleh Kontraktor” maka hal ini harus dianggap seperti disebutkan.

Guna mendapatkan hasil pekerjaan yang baik, maka bagian-bagian yang nyata termasuk dalam pekerjaan ini, tetapi
tidak dimasukkan atau disebut kata demi kata dalam RKS ini, haruslah diselelnggarakan oleh Kontraktor dan
diterima sebagai “hal” yang disebutkan.

Hal-hal yang tidak tercantum dalam peraturan ini akan ditentukan lebih lanjut oleh Pejabat Pembuat Komitmen
(PPK), bilamana perlu diadakan perbaikan dalam RKS ini.

Anda mungkin juga menyukai