Etiologi
Etiologi
Gejala Klinis
Gejala TB anak adalah sebagai berikut:
Berat badan turun tanpa sebab yang jelas atau berat badan tidak naik dengan adekuat
atau tidak naik dalam 1 bulan setelah diberikan upaya perbaikan gizi yang baik.
Demam lama (≥2 minggu) atau berulang tanpa sebab yang jelas (bukan demam tifoid,
infeksi saluran kemih, malaria, dan lain-lain). Demam umumnya tidak tinggi.
Keringat malam saja bukan merupakan gejala spesifik TB pada anak apabila tidak
disertai dengan gejala-gejala sistemik atau umum lain.
Batuk lama ≥3 minggu, batuk bersifat non-remitting (tidak pernah reda atau intensitas
semakin lama semakin parah) dan sebab lain batuk telah dapat disingkirkan.
Nafsu makan tidak ada (anoreksia) atau berkurang, disertai gagal tumbuh (failure to
thrive).
Lesu atau malaise, anak kurang aktif bermain.
Diare persisten atau menetap (>2 minggu) yang tidak sembuh dengan pengobatan
baku diare. (KEMENKES 2013).
Gejala umum TB pada anak menurut Kemenkes RI (2008):
a. Asymptomatis, penyakit TB anak tidak mempunyai gejala yang khas dan sering diketahui
tanpa gejala.
b. Berat badan turun selama 3 bulan berturut-turut tanpa sebab yang jelas dan tidak naik dalam 1
bulan meskipun sudah dengan penanganan gizi yang baik, nafsu makan tidak ada (anoreksia)
dengan gagal tumbuh (failure to thrive).
c. Demam lama atau berulang tanpa sebab yang jelas (bukan thypoid, malaria atau Infeksi
Saluran Pernafasan Akut)
d. Pembesaran kelenjar limfe superfisialis yang tidak sakit, biasanya multipel, paling sering
muncul di daerah leher, ketiak, dan lipatan paha (inguinal)
e. Gejala-gejala dari saluran nafas, misalnya batuk lama lebih dari 30 hari (setelah disingkirkan
sebab lain dari batuk), tanda cairan di dada dan nyeri dada
f.Gejala-gejala dari saluran cerna, misalnya diare berulang yang tidak sembuh dengan
pengobatan diare, benjolan (massa) di abdomen, dan tanda-tanda cairan dalam abdomen
3. Gejala klinik
Gejala klinik tuberkulosis pada anak tidak spesifik. Hal ini merupakan hambatan di dalam
deteksi dini penyakit ini sehingga pemeriksaan pembantu seperti: uji tuberkulin, darah rutin, dan
rontgen dada mempunyai arti penting dalam diagnosis tuberkulosis pada anak (Hartoyo dan
Roni, 2002).
Pada anak-anak gejala TBC terbagi 2, yakni gejala umum dan gejala khusus.
a. Berat badan turun selama 3 bulan berturut-turut tanpa sebab yang jelas dan tidak naik dalam 1
bulan meskipun sudah dengan penanganan gizi yang baik.
b. Demam lama atau berulang tanpa sebab yang jelas (bukan tifus, malaria, atau infeksi saluran
napas akut) dapat disertai dengan keringat malam.
c. Pembesaran kelenjar limfe superfisialis yang tidak sakit, paling sering di daerah leher, ketiak,
dan lipatan paha.
d. Gejala dari saluran napas, misalnya batuk lebih dari 30 hari (setelah disingkirkan sebab lain
dari batuk), tanda cairan di dada dan nyeri dada.
e. Gejala dari saluran cerna, misalnya diare berulang yang tidak sembuh dengan
pengobatan diare, benjolan (massa) di abdomen, dan tanda-tanda cairan dalam abdomen.
d. Gejala mata
a. Mempunyai sejarah kontak erat (serumah) dengan penderita TBC BTA positif.
b. Terdapat reaksi kemerahan cepat setelah penyuntikan BCG (dalam 3-7 hari) (Anonim, 2006).
Patofisiologi
Berbeda dengan TBC pada orang dewasa, TBC pada anak tidak menular. Pada TBC anak, kuman
berkembang biak di kelenjar paru-paru. Jadi, kuman ada di dalam kelenjar, tidak terbuka.
Sementara pada TBC dewasa, kuman berada di paru-paru dan membuat lubang untuk keluar
melalui jalan napas. Nah, pada saat batuk, percikan ludahnya mengandung kuman. Ini yang
biasanya terisap oleh anak-anak, lalu masuk ke paru-paru (Wirjodiardjo, 2008).
Proses penularan tuberculosis dapat melalui proses udara atau langsung, seperti saat batuk.
Terdapat dua kelompok besar penyakit ini diantaranya adalah sebagai berikut: tuberculosis paru
primer dan tuberculosis post primer. Tuberculosis primer sering terjadi pada anak, proses ini
dapat dimulai dari proses yang disebut droplet nuklei, yaitu statu proses terinfeksinya partikel
yang mengandung dua atau lebih kuman tuberculosis yang hidup dan terhirup serta diendapkan
pada permukaan alveoli, yang akan terjadi eksudasi dan dilatasi pada kapiler, pembengkakan sel
endotel dan alveolar, keluar fibrin serta makrofag ke dalam alveolar spase. Tuberculosis post
primer, dimana penyakit ini terjadi pada pasien yang sebelumnya terinfeksi oleh kuman
Mycobacterium tuberculosis (Hidayat, 2008).
Sebagian besar infeksi tuberculosis menyebar melalui udara melalui terhirupnya nukleus droplet
yang berisikan mikroorganisme basil tuberkel dari seseorang yang terinfeksi. Tuberculosis adalah
penyakit yang dikendalikan oleh respon imunitas yang diperantarai oleh sel dengan sel elector
berupa makropag dan limfosit (biasanya sel T) sebagai sel imuniresponsif. Tipe imunitas ini
melibatkan pengaktifan makrofag pada bagian yang terinfeksi oleh limfosit dan limfokin mereka,
responya berupa reaksi hipersentifitas selular (lambat). Basil tuberkel yang mencapai permukaan
alveolar membangkitkan reaksi peradangan yaitu ketika leukosit digantikan oleh makropag.
Alveoli yang terlibat mengalami konsolidasi dan timbal pneumobia akut, yang dapat sembuh
sendiri sehingga tidak terdapat sisa, atau prosesnya dapat berjalan terus dengan bakteri di dalam
sel-sel (Price dan Wilson, 2006).
Drainase limfatik basil tersebut juta masuk ke kelenjar getah bening regional dan infiltrasi
makrofag membentuk tuberkel sel epitelloid yang dikelilingi oleh limfosit. Nekrosis sel
menyebabkan gambaran keju (nekrosis gaseosa), jeringan grabulasi yang disekitarnya pada sel-
sel epitelloid dan fibroblas dapat lebih berserat, membentuk jatingan parut kolagenosa,
menghasilkan kapsul yang mengeliligi tuberkel. Lesi primer pada paru dinamakan fokus ghon,
dan kombinasi antara kelenjar getah bening yang terlibat dengan lesi primer disebut kompleks
ghon. Kompleks ghon yang mengalami kalsifikasi dapat terlihat dalam pemeriksaan foto thorax
rutin pada seseorang yang sehat (Price dan Wilson, 2006).
Tuberculosis paru termasuk insidias. Sebagian besar pasien menunjukkan demam tingkat rendah,
keletihan, anorexia, penurunan berat badan, berkeringat malam, nyeri dada dan batuk menetal.
Batuk pada awalnya mungkin nonproduktif, tetapi dapat berkembang ke arah pembentukan
sputum mukopurulen dengan hemoptisis. Tuberculosis dapat mempunyai manifestasi atipikal
pada anak seperti perilaku tidak biasa dan perubahan status mental, demam, anorexia dan
penurunan berat badan. Basil tuberkulosis dapat bertahan lebih dari 50 tahun dalam keadaan
dorman (Smeltzer dan Bare, 2002).
Menurut Admin (2007) patogenesis penyakit tuberkulosis pada anak terdiri atas :
1. Infeksi Primer
Infeksi primer terjadi saat seseorang terpapar pertama kali dengan kuman TBC. Droplet yang
terhirup sangat kecil ukurannya, sehingga dapat melewati sistem pertahanan mukosilier bronkus,
dan terus berjalan sehingga sampai di alveolus dan menetap disana. Infeksi dimulai saat kuman
TBC berhasil berkembang biak dengan cara pembelahan diri di paru, yang mengakibatkan
peradangan di dalam paru. Saluran limfe akan membawa kuman TBC ke kelenjar limfe di sekitar
hilus paru, dan ini disebut sebagai kompleks primer predileksinya disemua lobus, 70% terletak
subpelura. Fokus primer dapat mengalami penyembuhan sempurna, kalsifikasi atau penyebaran
lebih lanjut. Waktu antara terjadinya infeksi sampai pembentukan kompleks primer adalah
sekitar 4-6 minggu. Adanya infeksi dapat dibuktikan dengan terjadinya perubahan reaksi
tuberkulin dari negatif menjadi positif.
Kelanjutan setelah infeksi primer tergantung dari banyaknya kuman yang masuk dan besarnya
respon daya tahan tubuh (imunitas seluler). Pada umumnya reaksi daya tahan tubuh tersebut
dapat menghentikan perkembangan kuman TBC2. Meskipun demikian, ada beberapa kuman
akan menetap sebagai kuman persister atau dormant (tidur). Kadang kadang daya tahan tubuh
tidak mampu menghentikan perkembangan kuman, akibatnya dalam beberapa bulan, yang
bersangkutan akan menjadi penderita TBC. Masa inkubasi, yaitu waktu yang diperlukan mulai
terinfeksi sampai menjadi sakit, diperkirakan sekitar 6 bulan.
TBC pasca primer biasanya terjadi setelah beberapa bulan atau tahun sesudah infeksi primer,
misalnya karena daya tahan tubuh menurun akibat terinfeksi HIV atau status gizi yang buruk.
Ciri khas dari TBC pasca primer adalah kerusakan paru yang luas dengan terjadinya kavitas atau
efusi pleura.
Pencengahan
Penularan perlu diwaspadai dengan mengambil tindakan –tindakan pencegahan
selayaknya untuk menghindarkan droplet infectiondari penderita ke orang lain. Salah satu
cara adalah batuk dan bersin sambil menutup mulut atau hidung dengan sapu tangan atau
kertas tissue untuk kemudian didesinfeksi dengan Lysol atau dibakar. Bila penderita
berbicara dianjurkan untuk tidak terlalu dekat dengan lawan bicaranya.Ventilasi yang
baik dari ruangan juga memperkecil bahaya penularan. (Ikn’s 2006)
Semua anak, terutama balita yang tinggal serumah atau kontak erat dengan penderita TB dengan
BTA positif, perlu dilakukan pemeriksaan menggunakan sistem skoring. Hasil evaluasi dengan
skoring sistem menunjukkan hasil skor < 5, maka anak tersebut diberikan Isoniazid (INH)
dengandosis 5-10 mg/kg BB/hari selama 6 bulan. Anak yang belum pernah mendapat imunisasi
BCG, imunisasi BCG dapat dilakukan setelah pengobatan pencegahan selesai (Kemenkes RI,
2007).