Anda di halaman 1dari 12

PERCOBAAN 4

LAPORAN PRAKTIKUM KIMIA FISIKA II


PENENTUAN BERAT MOLEKUL POLIMER

Dosen Pembimbing :
Drs. Darsono Sigit, M.Pd.
Dr. H.Yahmin, S.Pd., M.Si.

Oleh :
Kelompok 2
1. Ayu Irawati (170332614589)
2. Devi Barkahtin N. (170332614530)**
3. Dewi Mariyam (170332614523)

JURUSAN KIMIA
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
UNIVERSITAS NEGERI MALANG
Oktober 2019
A. Tujuan
Tujuan dari percobaan ini adalah mahasiswa mampu menentukan berat molekul
polimer secara viskosimetri.

B. Dasar Teori
Suatu polimer adalah rantai berulang dari atom yang panjang, terbentuk dari
pengikat yang berupa molekul identik yang disebut monomer. Polimer didefinisikan
sebagai substansi yang terdiri dari molekul-molekul yang menyertakan rangkaian satu
atau lebih dari unit monomer. Sifat polimer bergantung pada panjang rantai, gaya
antarmolekul, percabangan, dan ikatan silang antar rantai polimer. Semakin panjang
rantai polimer, maka kekuatan dan titik leleh senyawa polimer semakin tinggi.
Semakin besar gaya antarmolekul rantai polimer, maka senyawa polimer semakin
kuat dan sukar meleleh. Semakin banyak cabang polimer, maka daya regang senyawa
polimer menjadi rendah, sehingga semakin mudah meleleh.
Polimer terbentuk dari dua jenis reaksi polimerasi. Jenis pertama adalah
polimerisasi adisi yaitu polimer yang terbentuk melalui reaksi adisi dari berbagai
monomer. Contoh polimer adisi adalah polistirena (karet ban), polietilena (plastik),
poliisoprena (karet alam), politetraflouroetena (teflon), PVC, dan poliprepilena
(plastik). Jenis kedua adalah polimerisasi kondensasi yaitu polimer yang terbentuk
karena monomer-monomer saling berikatan dengan melepaskan molekul kecil.
Berat molekul merupakan variabel yang penting sebab berhubungan langsung
dengan sifat-sifat fisika polimer. Pada umumnya, polimer dengan berat molekul tinggi
bersifat lebih kuat, tetapi berat molekul yang terlalu tinggi menyebabkan kesukaran
dalam prosesnya. Kelarutan merupakan prasyarat untuk menetapkan berat molekul.
Untuk menetapkan berat molekul senyawa yang sederhana digunakan teknik
spektrometri massa, penurunan titik beku, kenaikan titik didih, dan adanya gugus
fungsi yang cocok.
Berat molekul polimer dapat dihubungkan dengan viskositas larutan polimer,
dimana viskositas dapat dinyatakan sebagai tahanan aliaran fluida yang merupakan
gesekan antara molekul-molekul cairan satu dengan yang lain. Suatu jenis cairan
yang mudah mengalir dapat dikatakan memiliki viskositas yang rendah, dan
sebaliknya bahan-bahan yang sulit mengalir dikatakan memiliki viskositas yang
tinggi. Dalam praktiknya, koefisien viskositas ditentukan dengan penentuan laju aliran
lewat pipa.
Salah satu cara untuk menentukan berat molekul polimer adalah metode
viskositas Ostwald, dengan alat bernama viskosimeter Oswald yang digunakan untuk
mengukur sampel yang encer atau kurang kental.
Berikut adalah rangkaian alat viskosimeter :

Gambar 1. Viskosimeter Brookfield


Hubungan tersebut dapat digambarkan oleh persamaan berikut :

Keterangan :
[η] = viskositas intrinsik
ηsp = viskositas spesifik
𝜂
= 𝜂 - 1 atau
0

𝑡
=𝑡 –1
0

Η = viskositas larutan polimer


η0 = viskositas pelarut murni
t = waktu alir larutan polimer antara 2 tanda pada viskosimeter
t0 = waktu alir pelarut murni antara 2 tanda pada viskosimeter.
A & K = tetapan (harga tergantung jenis polimer dan pelarutnya)
M = berat molekul polimer
Dengan cara mengalurkan grafik antara ηsp/C terhadap C diperoleh intercept [η].
Kemudian dengan memasukan nilai viskositas intrinsik ke dalam persamaan (1) di atas,
berat molekul polimer dapat ditentukan.

Gambar 2. Grafik ηsp/C terhadap C

C. Alat dan Bahan


Alat yang digunakan :
1. Labu ukur (500 mL, dan 250 mL)
2. Kaca arloji
3. Viskosimeter Brookfield
4. Gelas kimia 250 mL, 4 buah

Bahan yang digunakan :

1. Polivinil alkohol (PVA)


2. Akuades
3. Alkohol 95%

D. Prosedur Percobaan
1. Menyiapkan Larutan PVA
- Padatan polivinil alkohol ditimbang 5,000 gram.
- Dimasukkan ke dalam gelas beaker 250 mL.
- Dilarutkan dengan ± 200 mL akuades panas sampai semua PVA larut.
- Dipindahkan ke dalam labu takar 500 mL.
- Ditambahkan akuades dingin sampai tanda batas.
- Dipindahkan separuhnya ke dalam labu takar 250 mL.
- Dimasukkan sisa dalam gelas beaker 250 mL (larutan C).
- Dipindahkan larutan PVA dari labu takar 250 mL ke dalam labu takar 500 m.
- Diencerkan dengan akuades sampai tanda batas.
- Dipindahkan separuhnya ke dalam labu takar 250 mL.
- Dimasukkan sisa dalam gelas beaker 250 mL (larutan 0,500 C).
- Dipindahkan larutan PVA dari labu takar 250 mL ke dalam labu takar 500 mL.
- Diencerkan dengan akuades sampai tanda batas.
- Dipindahkan separuhnya ke dalam labu takar 250 mL.
- Dimasukkan sisa dalam gelas beaker 250 mL (larutan 0,250 C)
- Dipindahkan larutan PVA dari labu takar 250 mL ke dalam labu takar 500mL.
- Diencerkan dengan akuades sampai tanda batas.
- Dipindahkan separuhnya ke dalam labu takar 250 mL.
- Dimasukkan sisa dalam gelas beaker 250 mL (larutan 0,125 C).

2. Mengukur viskositas larutan PVA


- Akuades diambil 250 mL, dimasukkan dalam sampel container.
- Diukur viskositasnya berkali-kali sampai diperoleh nilai konstan (3-4) kali.
- Dibilas sampel container yang baru dipakai dengan larutan yang akan diukur
viskositasnya.
- Diukur viskositas larutan PVA dari konsentrasi terendah, yakni 0,125 C; 0,25
C; 0,5 C; dan C.
- Dimasukkan akuades 250 mL dalam sampel container tiap kali pengukuran.

E. Data Hasil Pengamatan

Viskositas
Konsentrasi Larutan 𝜂1 𝜂2 𝜂3 Viskositas rata-rata

0C 5,0 4,5 4 4,5

0,125 C 4,5 4,5 4 4,33

0,25 C 3,8 3,7 3,7 3,73

0,5 C 5,5 4 5 4,83

C 6 7 6 6,33
F. Analisis Data dan Pembahasan
Pada percobaan ini telah diketahui sampel yang digunakan yaitu polivinil
alkohol (PVA) dan didasarkan pada kekentalan larutan. Sampel berupa serbuk PVA
diambil 5 gram dan dilarutkan dalam akuades yang panas. Pengadukan juga dilakukan
dengan alat stirrer. Hal ini dilakukan agar mempercepat kelarutan PVA dalam
akuades, mengingat PVA merupakan polimer yang sukar larut dalam akuades yang
dingin. Viskositas larutan PVA dihitung menggunakan variasi konsentrasi larutan
sebesar 0,125 C; 0,25 C; 0,5 C; dan C.
Awal pengukuran viskositas juga disertai pengukuran kalibrasi alat
viskosimeter Brookfield yang dilakukan menggunakan akuades sebagai
pembandingnya. Setelah itu, larutan PVA ini diukur viskositasnya mulai dari yang
paling encer (konsentrasi rendah) ke yang paling pekat (konsentrasi tinggi).
Berdasarkan data yang telah didapatkan pada tabel, terdapat kecenderungan bahwa
semakin besar konsentrasi larutan PVA maka nilai viskositasnya juga semakin besar.
Namun, pada data percobaan kami, ketika dilakukan pengukuran pada konsentrasi
larutan sebesar 0,25 C, nilai viskositasnya justru lebih kecil daripada konsentrasi
larutan sebesar 0,125 C. Hal ini tidak sesuai dengan teori disebabkan pada saat
dilakukan pengenceran larutan untuk 0,25 C penambahan akuadesnya melebihi tanda
batas pada labu ukur sehingga konsentrasi larutan menjadi terlalu encer, dan
kesalahan ini akan berdampak pada nilai viskositasnya.
Berat molekul PVA dalam air (g/mL) secara viskosimetri dapat ditentukan
sebagai berikut :
a. Massa polivinil alkohol dalam air pada larutan dengan konsentrasi 0 C
m 5,000 gram
C= = = 0,01 gram/mL
v 500 mL

b. Massa polivinil alkohol dalam air pada larutan dengan konsentrasi 0,5 C

m 5,000 gram
C= = = 0,005 gram/mL
v 1000 mL

c. Massa polivinil alkohol dalam air pada larutan dengan konsentrasi 0,25 C

m 5,000 gram
C= = = 0,0025 gram/mL
v 2000 mL

d. Massa polivinil alkohol dalam air pada larutan dengan konsentrasi 0,125 C

m 5,000 gram
C= = = 0,00125 gram/mL
v 4000 mL
e. Massa polivinil alkohol dalam air pada larutan dengan konsentrasi C
m 5,000 gram
C= = = 0,000625 gram/mL
v 8000 mL

Setelah mengetahui massa PVA dalam pelarut air, dilakukan perhitungan 𝜼sp
masing-masing konsentrasi larutan
η rata−rata
𝜼sp = η0 rata−rata −𝟏
a) Larutan PVA dengan konsentrasi 0,125 C
η rata−rata
𝜼sp = η0 rata−rata −𝟏
4,33
𝜼sp = 4,50 −𝟏
= 0,037
b) Larutan PVA dengan konsentrasi 0,25 C
η rata−rata
𝜼sp = η0 rata−rata −𝟏
3,73
𝜼sp = 4,50 −𝟏
= 0,171
c) Larutan PVA dengan konsentrasi 0,5 C
η rata−rata
𝜼sp = η0 rata−rata −𝟏
4,83
𝜼sp = 4,50 −𝟏
= 0,073
d) Larutan PVA dengan konsentrasi C
η rata−rata
𝜼sp = η0 rata−rata −1
6,33
𝜼sp = 4,50 −1
= 0,406

Selanjutnya adalah perhitungan viskositas reduksi (𝜼𝒓𝒆𝒅)


menggunakan data yang disusun pada tabel di bawah ini :
Konsentrasi Konsentrasi (g/mL) rata-rata ηsp
0C 0 4,5 -
0,125 C 0,00125 4,33 0,037
0,25 C 0,0025 3,73 0,171
0,5 C 0,005 4,83 0,073
C 0,01 6,33 0,406
Rumus yang digunakan untuk mencari nilai viskositas reduksi (𝜼𝒓𝒆𝒅) adalah :

𝜼red =

A. Larutan PVA dengan konsentrasi 0,125 C


ηsp
𝜼red = 𝑪
0.037
𝜼red = 0,00125

𝜼red = 29,6
B. Larutan PVA dengan konsentrasi 0,25 C
ηsp
𝜼red = 𝑪
0.171
𝜼red = 0.0025

𝜼red = 68,4
C. Larutan PVA dengan konsentrasi 0,5 C
ηsp
𝜼red = 𝑪
0,073
𝜼red = 0,005

𝜼red = 14,6
D. Larutan PVA dengan konsentrasi C
ηsp
𝜼red = 𝑪
0,406
𝜼red = 0,01

𝜼red = 40,6

Dari perhitungan di atas, maka dapat ditentukan intercept persamaan garis


antara viskositas reduksi dengan konsentrasi larutan polivinil alkohol (PVA).

Konsentrasi Larutan (C) Viskositas spesifik (𝜂𝑠𝑝) Viskositas reduksi (𝜂𝑟𝑒𝑑)

0,125 C 0,037 29,6

0,25 C 0,171 68,4

0,5 C 0,073 14,6

C 0,406 40,6
ηsp
Dari tabel di atas, dapat dibuat kurva antara versus C :
C

80
70
60
y = -6.9287x + 41.548
50
R² = 0.0139
40
30
20
10
0
0 0.2 0.4 0.6 0.8 1 1.2

Diketahui data yang diperoleh dari grafik :


y=mx+n
y = -6,928x + 41,54
n = η = 41,54
dengan η = 41,54, K = 15,6 x 10−2 dan a = 0,013

[η] = KM a

a [η]
M =
K
41,54
M0,013 =
15,6 x 10−2

M0,013 = 266,28
0,013
M= √266,28
M = 20.483,077 g/mol.
Dari perhitungan tersebut, didapatkan berat molekul dari PVA yakni sebesar
20.483,077 g/mol.

G. Kesimpulan
Berdasarkan hasil percobaan dapat disimpulkan bahwa berat molekul polimer
PVA secara viskosimetri sebesar 20.483,077 g/mol.

H. Daftar Pustaka
Tim KBK Fisika. 2019. Petunjuk Praktikum Kimia Fisika II. Malang: Jurusan Kimia
FMIPA UM
https://id.wikipedia.org/wiki/Berat_Molekul_dan_Larutan_Polimer
I. Jawaban Pertanyaan
1. Bagaimanakah struktur kimia polivinil alkohol ?
2. Berdasarkan berat molekulnya, dihitung berapa jumlah satuan monomer yang ada
dalam polimer tersebut!
Jawaban :
1. Polivinil alkohol merupakan polimer dari monomer vinil alkohol yang memiliki
struktur molekul sebagai berikut.

Dari struktur di atas didapat struktur kimia polivinil alkohol : (C2H4O)n


𝑀 𝑃𝑜𝑙𝑖𝑣𝑖𝑛𝑖𝑙 𝑎𝑙𝑘𝑜ℎ𝑜𝑙
2. Jumlah satuan monomer = 𝑀 𝑉𝑖𝑛𝑖𝑙 𝑎𝑙𝑘𝑜ℎ𝑜𝑙
5653g/mol
Jumlah satuan monomer = 44 𝑔/𝑚𝑜𝑙

= 128,47 satuan
Lampiran
Gambar 1 Gambar 2 Gambar 3

Keterangan :

Gambar 1 : proses berlangsungnya pengukuran viskositas

Gambar 2 : pembacaan nilai pada alat viskosimeter

Gambar 3 : proses pelarutan PVA dalam akuades

Anda mungkin juga menyukai