Anda di halaman 1dari 3

BAB III

METODE STUDI KASUS

A. Rancangan Studi Kasus


Studi kasus ini menggunakan metode kasus deskrptif dengan tujuan memberikan
gambaran tentang asuhan keperawatan pada pasien dengan hipertensi yang meliputi
pengkajian, diagnose, intervensi, implementasi dan evaluasi keperawatan melalui
wawancara yang mendalam dan observasi pada pasien. Studi kasus dilaksanakan dengan
cara meneliti suatu permasalahan melalui suatu kasus yang terdiri dari unit tunggal. Unit
tunggal dapat berarti satu orang, kelompok penduduk yang terkena suatu masalah
(Setiadi, 2012).
B. Subyek Studi Kasus
Subyek dalam studi kasus ini adalah pada pasien dengan diagnosa medis
Hipertensi di RSUD Pandan Arang Boyolali.
C. Tempat dan waktu
Tempat pengambilan kasus untuk Karya Tulis Ilmiah ini adalah ruang Instalasi
Gawat Darurat (IGD) RSUD Pandan Arang Boyolali.
D. Definisi Operasional
Definisi operasional adalah penjelasakan semua variable istilah yang akan
digunakan dalam studi kasus secara operasional sehingga dapat mempermudah pembaca
dalam mengartikan makna penelitian. ( Setiadi, 2013).
E. Pengumpulan Data
Menurut Debora (2012), berikut beberapa cara yang bisa dilakukan untuk mengumpulkan
data yaitu :
1. Observasi sosial dan spiritual
Dalam metode obeservasi ini instrument yang dapat digunakan antara lain lembar
observasi, panduan pengamatan, atau lembar cheklis. Menurut Nurssalam (2009),
observasi adalah kegiatan mengamati perilaku dan keadaan pasien untuk memperoleh
data tentang masalah kesehatan pasien. Observasi memerlukan keterampilan displin
dan praktik klinik sebagai bagian dari tugas perawat. Kegiatan tersebut mencakup
aspek fisik, mental, respon emosi, dan rasa aman serta nyaman yang dirasakan pasien.
2. Wawancara
Wawancara dapat dilakukan dengan aloanamnesa ( selain dari pasien yang dapat
menunjang pengkajian) maupun autoanamnesa (langsung pada pasien). Wawancara
meliputi hal-hal sebagai berikut : Data demografi, keluhan utama yang dirasakan
pasien, persepsi tentang kondisi saat ini, riwayat penyakit dahulu, riwayat penyakit
pembedahan, riwayat dirawat di rumah sakit), riwayat penyakit keluarga, pengobatan
yang saat ini dijalani, riwayat alergi, statusperkembangan mental, riwayat psikososial,
riwayat sosiokultural, dan aktivitas harian.
3. Pemeriksaan Fisik
Pemeriksaan fisik dapat dilakukan dengan beberapa cara sebagai berikut :
a. Inspeksi (I)
Pemeriksaan dilakukan dengan menggunakan indra penglihatan, memerlukan
bantuan pencahayaan yang baik, dan pengamatan yang teliti.
b. Perkusi (P)
Pemeriksaan dilakukan dengan menggunakan prinsip vibrasi dan getaran udara.
Dilakukan dengan mengetuk perumkaan tubuh dengan tangan pemeriksa. Bisa
digunakan untuk memperkirakan densitas organ/jaringan yang diperiksa.
c. Palpasi (P)
Pemeriksaan menggunakan serabut saraf sesnoris di permukaan telapak tangan
untuk mengetahui kelembapan, suhu,tekstur, adanya massa dan penonjolan,llokasi
dan ukuran organ, serta pembekakan. Palpasi memerlukan cara yang sistematis
dan dilakukan dengan tegas tetapi lembut untuk mencegah timbulnya rasa nyeri
pada pasien.
d. Auskultasi (A)
Menggunakan indra pendengaran, dapat menggunakan alat bantu (stetoskop)
ataupun tidak. Suara didalam tubuh dihasilkan oleh gerakan udara (misalnya :
suara nafas) atau gerakan organ (misalnya : peristaltik usus).
4. Pemeriksaan diagnostik lainnya
Pemeriksaan diagnostik digunakan untuk melengkapi dan menunjang hasil
pengkajian yang sudah didapatkan. Pemeriksaan ini berguna untuk mendukung
tegaknya diagnosis, mengetahui hasil terapi, dan mengetahui status kesehatan terkini.
F. Analisi dan Penyajian Data
Analisa yang digunakan dalam studi kasus ini dengan menggunakan cara deskiipstif.
Menurut Nurssalam (2016), analisis data dengan cara deskirptif merupakan suatu metode
yang dilakukan dengan tujuan untama untuk membuat gambaran tentang studi keadaan
secara objektif yang dilakukan dengan mengobservasi keadaan pasien. Analisis deskriptif
meliputi analisis data keperawatan untuk mengidentifikasi masalah keperawatan dan
etiologi. Kemudian dari analisis data tersebut dirumuskan diagnosa keperawatan, lalu
dilakukan perencanaan dan pelaksanaan serta evaluasi keperawatan.

Anda mungkin juga menyukai