Anda di halaman 1dari 16

ALAT KONTRASEPSI HORMONAL : AKDR (IUD)

Disusun untuk memenuhi tugas mata kuliah Keperawatan Maternitas II dengan Dosen
Pengampu: Ns. Inez Karunia Mustikasari, M.Kep

Disusun Oleh:
Kelompok 8
1. Susilowati ST182048
2. Teo Aji Prasetyo ST182049
3. Theresia Iswidaningrum ST182050
4. Viviyana Eka Nur Qulist ST182051
5. Winda Fitriani ST182052
6. Yulia Rahmawati S ST182053

PROGRAM STUDI SARJANA KEPERAWATAN


SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN KUSUMA HUSADA
SURAKARTA
2019
Kata Pengantar

Puji syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa yang telah memberikan karunia-Nya
sehingga kami dapat menyelesaikan makalah ini dengan baik. Makalah ini membahas tentang
“(INTRA UTERINE DEVICES = IUD)”.
Penulis mengucapkan terima kasih kepada dosen pengampu mata kuliah Pelayanan KB
yang telah membimbing kami dalam penyusunan makalah ini. Kami menyadari bahwa
makalah ini masih belum sempurna, oleh karena itu kami mengharapkan kritik dan saran dari
semua pihak demi perbaikan pembuatan makalah selanjutnya.
Semoga makalah ini dapat memberikan wawasan yang lebih luas kepada pembaca.
Akhir kata, kami mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah berperan serta
dalam penyusunan makalah ini. Semoga Tuhan Yang Maha Esa senantiasa memberikan
kelancaran dan kemudahan bagi kita semua.

Surakarta, Oktober 2019


BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Paradigma baru program Keluarga Berencana Nasional telah diubah visinya dari
mewujudkan norma keluarga kecil bahagia sejahtera (NKKBS) menjadi visi untuk
mewujudkan”keluarga berkualitas tahun 2015”. Keluarga yang berkualitas adalah yang
sejahtera, sehat, maju, mandiri, memiliki jumlah anak yang ideal, berwawasan kedepan,
bertanggung jawab, harmonis dan Bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa (Saefuddin,
2003).
Berdasarkan visi dan misi tersebut, program keluarga berencana nasional mempunyai
kontribusi penting dalam upaya meningkatkan kualitas penduduk. Dalam kontribusi
tersebut Badan Koordinasi Keluarga Berencana Nasional (BKKBN) telah mewujudkan
keberhasilannya selain berhasil menurunkan angka kelahiran dan pertumbuhan penduduk,
juga terpenting adalah keberhasilan mengubah sikap mental dasar perilaku masyarakat
dalam upaya membangun keluarga berkualitas.
Sebagai salah satu bukti keberhasilan program tersebut. Antara lain dapat diamati dari
semakin meningkatnya angka pemakaian kontrasepsi(prevalensi). Survey Demografi dan
Kesehatan Indonesia (SDKI) 1997 memperlihatkan proporsi peserta KB yang terbanyak
adalah suntik(21,1%), pil(19,4%), AKDR(18,1%), Norplan(16%), Sterilisasi wanita(3%),
Kondom(0,7%), Sterilisasi pria(0,4%), dan sisanya merupakan peserta KB tradisonal yang
masing-masing menggunakan cara tradisional seperti pantang berkala maupun senggama
terputus.
Dari data di atas dapat disimpulkan bahwa AKDR / IUD berada diposisi ketiga.
Sedangkan dalam program BKKBN memberikan penekanan pada kontasepsi AKDR
terutama adalah CuT380 A yang menjadi primadona BKKBN. Namun begitu tidak semua
klien berminat terhadap alat kontrasepsi AKDR dikarenakan berbagai alasan yang
berbeda-beda seperti takut efek samping, takut proses pemasangan , dilarang oleh suami,
dan kurang mengetahui tentang KB AKDR. Maka dari itu penulis ingin mencoba
membahas makalah dengan judul “Kontrasepsi IUD “.

B. Tujuan Umum
1. Mengetahui gambaran umum pelayanan kontrasepsi KB terutama AKDR atau IUD.
2. Tujuan Khusus
a. Mengetahui tentang pengertian IUD
b. Untuk mengetahui frofil IUD
c. Untuk mengetahui jenis-jenis IUD
d. Untuk mengetahui cara keja IUD
e. Untuk mengetahui efektivitas IUD
f. Untuk mengetahui keuntungan IUD
g. Untuk mengetahui kerugian IUD
h. Untuk mengetahui mekanisme kerja IUD
i. Untuk mengetahui konta indikasi IUD
j. Untuk mengetahui efek samping IUD
k. Untuk mengetahui pemasangan IUD
l. Untuk mengetahui kunjungan ulang setelah pemasangan IUD
BAB II
TINJAUN TEORI

A. Pengertian IUD

Pengertian IUD adalah salah satu alat kontrasepsi modern yang telah dirancang
sedemikian rupa (baik bentuk, ukuran, bahan, dan masa aktif fungsi kontrasepsinya),
diletakkan dalam kavum uteri sebagai usaha kontrasepsi, menghalangi fertilisasi, dan
menyulitkan telur berimplementasi dalam uterus (Hidayati, 2009).
Pengertian AKDR atau IUD atau Spiral adalah suatu benda kecil yang terbuat dari
plastic yang lentur, mempunyai lilitan tembaga atau juga mengandung hormone dan di
masukkan ke dalam rahim melalui vagina dan mempunyai benang (Handayani, 2010).
IUD adalah suatu alat kontrasepsi yang dimasukkan ke dalam rahim yang bentuknya
bermacam-macam, terdiri dari plastik (polythyline), ada yang dililit tembaga (Cu) ada
pula yang tidak, tetapi ada pula yang dililit dengan tembaga bercampur perak (Ag).
Selain itu ada pula yang batangnya berisi hormon progesterone. (Kusmarjati, 2011).
Kontrasepsi berasal dari kata kontra yang berarti mencegah dan konsepsi yang berarti
pertemuan antara sel telur dengan sel sperma yang mengakibatkan kehamilan, sehingga
kontrasepsi adalah upaya untuk mencegah terjadinya kehamilan dengan cara
mengusahakan agar tidak terjadi ovulasi, melumpuhkan sperma atau menghalangi
pertemuan sel telur dengan sel sperma (Wiknjosastro, 2003).

B. Profil
Menurut Saifudin (2010), Profil pemakaian IUD adalah:
a. Sangat efektif, reversible dan berjangka panjang (dapat sampai 10 tahun: CuT-

380A)

b. Haid menjadi lebih lama dan lebih banyak

c. Pemasangan dan pencabutan memerlukan pelatihan

d. Dapat dipakai oleh semua perempuan usia reproduksi

e. Tidak boleh dipakai oleh perempuan yang terpapar pada Infeksi Menular Seksual

(IMS).
C. Jenis – Jenis IUD
Jenis - jenis IUD yang dipakai di Indonesia antara lain :
1. . Copper-T

Gambar 2.1 Jenis IUD Copper-T (Imbarwati : 2009)

Menurut Imbarwati,(2009). IUD berbentuk T, terbuat dari bahan polyethelen

dimana pada bagian vertikalnya diberi lilitan kaw tembaga halus. Lilitan tembaga halus

ini mempunyai efek anti fertilitas (anti pembuahan) yang cukup baik. Menurut ILUNI

FKUI ( 2010). Spiral jenis copper T (melepaskan tembaga) mencegah kehamilan

dengan cara menganggu pergerakan sperma untuk mencapai rongga rahim dan dapat

dipakai selama 10 tahun.

2. Progestasert IUD (melepaskan progesteron) hanya efektif untuk 1 tahun dan dapat

digunakan untuk kontrasepsi darurat Copper-7. Menurut Imbarwati (2009). IUD ini

berbentuk angka 7 dengan maksud untuk memudahkan pemasangan. Jenis ini

mempunyai ukuran diameter batang vertikal 32 mm dan ditambahkan gulungan

kawat tembaga luas permukaan 200 mm2, fungsinya sama dengan lilitan tembaga

halus pada IUD Copper-T.


3. Multi load

Gambar 2.2 Jenis IUD Multi Load ( Imbarwati : 2009)

Menurut Imbarwati (2009), IUD ini terbuat dari plastik (polyethelene)

dengan dua tangan kiri dan kanan berbentuk sayap yang fleksibel. Panjang dari

ujung atas ke ujung bawah 3,6 cm. Batang diberi gulungan kawat tembaga dengan

luas permukaan 250 mm2 atau 375mm2 untuk menambah efektifitas. Ada tiga

jenis ukuran multi load yaitu standar, small, dan mini.

4. Lippes
5. loop

Gambar 2.3 Jenis IUD Lippes Loop (Imbarwati : 2009)

Menurut Imbarwati (2009), IUD ini terbuat dari polyethelene, berbentuk huruf

spiral atau huruf S bersambung. Untuk memudahkan kontrol, dipasang benang pada

ekornya Lippes loop terdiri dari 4 jenis yang berbeda menurut ukuran panjang bagian

atasnya. Tipe A berukuran 25 mm (benang biru), tipe B 27,5 mm (benang hitam), tipe

C berukuran 30 mm (benang kuning) dan tipe D berukuran 30 mm dan tebal (benang

putih). Lippes loop mempunyai angka kegagalan yang rendah. Keuntungan dari

pemakaian IUD jenis ini adalah bila terjadi perforasi, jarang menyebabkan luka atau

penyumbatan usus, sebab terbuat dari bahan plasti.


D. Cara Kerja

Menurut Saifudin (2010), Cara kerja IUD adalah:


1. Menghambat kemampuan sperma untuk masuk ketuba falopi
2. Mempengaruhi fertilisasi sebelum ovum mencapai kavum uteri.
3. AKDR bekerja terutama mencegah sperma dan ovum bertemu, walaupun AKDR
membuat sperma sulit masuk kedalam alat reproduksi perempuan dan mengurangi
kemampuan sperma untuk fertilisasi.
4. Memungkinkan untuk mencegah implantasi telur dalam uterus.

E. Efektivitas

Keefektivitasan IUD adalah: Sangat efektif yaitu 0,5 – 1 kehamilan per 100

perempuan selama 1 tahun pertama penggunaan (Sujiyantini dan Arum, 2009).

F. Keuntungan

Keuntungan IUD Menurut Saifudin (2010), yaitu:

1. Sebagai kontrasepsi, efektifitasnya tinggi

Sangat efektif → 0,6 - 0,8 kehamilan / 100 perempuan dalam 1 tahun pertama ( 1

kegagalan dalam 125 – 170 kehamilan).

2. AKDR dapat efektik segera setelah pemasangan.

3. Metode jangka panjang ( 10 tahun proteksi dari CuT – 380A dan tidak perlu

diganti)

4. Sangat efektif karena tidak perlu lagi mengingat –ingat

5. Tidak mempengaruhi hubungan seksual

6. Meningkatkan kenyamanan seksual karena tidak perlu takut untuk hamil

7. Tidak ada efek samping hormonal dengan Cu AKDR ( CuT -380A).

8. Tidak mempengaruhi kualitas dan volume ASI

9. Dapat dipasang segera setelah melahirkan atau sesudah abortus (apabila tidak

terjadi infeksi)
10. Dapat digunakan sampai menopause ( 1 tahun atau lebih setelah haid terakhir)

11. Tidak ada interaksi dengan obat – obat

12. Membantu mencegah kehamilan ektopik.

G. Kerugian

Menurut Saifudin (2010), Kerugian IUD:

1. Efek samping yang mungkin terjadi:

a. Perubahan siklus haid ( umum pada 3 bulan pertama dan akan berkurang

setelah 3 bulan)

b. Haid lebih lama dan banyak

c. Perdarahan ( spotting ) antar menstruasi

d. Saat haid lebih sakit

2. Komplikasi Lain:

a. Merasakan sakit dan kejang selama 3 sampai 5 hari setelah pemasangan

b. Merasa sakit dan kejang selama 3 – 5 hari setelah pemasangan

c. Perdarahan berat pada waktu haid atau di antaranya yang memungkinkan

penyebab anemia

d. Perforasi dinding uteru (sangat jarang apabila pemasangannya benar)

3. Tidak mencegah IMS termasuk HIV/AIDS

4. Tidak baik digunakan pada perempuan dengan IMS atau perempuan yang

sering berganti pasangan

5. Penyakit radang panggul terjadi sesudah perempuan dengan IMS memakai

AKDR. PRP dapat memicu infertilitas

6. Tidak mencegah terjadinya kehamilan ektopik terganggu karena fungsi AKDR

untuk mencegah kehamilan normal

H. Mekanisme Kerja

1. Mekanisme kerja AKDR sampai saat ini belum diketahui secara pasti, ada yang
berpendapat bahwa AKDR sebagai benda asing yang menimbulkan reaksi radang
setempat, dengan sebutan leukosit yang dapat melarutkan blastosis atau seperma.
Mekanisme kerja AKDR yang dililiti kawat tembaga mungkin berlainan. Tembaga
dalam konsentrasi kecil yang dikeluarkan ke dalam rongga uterus juga menghambat
khasiatanhidrase karbon dan fosfatase alkali. AKDR yang mengeluarkanhormon
juga menebalkan lender sehingga menghalangi pasasi sperma (Prawirohardjo, 2005).
2. Sampai sekarang mekanisme kerja AKDR belum diketahui dengan pasti, kini
pendapat yang terbanyak ialah bahwa AKDR dalam kavum uteri menimbulkan
reaksi peradangan endometrium yang disertai dengan sebutan leukosit yang dapat
menghancurkan blastokista atau sperma. Sifat-sifat dari cairan uterus mengalami
perubahan – perubahan pada pemakaian AKDR yang menyebabkan blastokista tidak
dapat hidup dalam uterus. Walaupun sebelumnya terjadi nidasi, penyelidik-
penyelidik lain menemukan sering adanya kontraksi uterus pada pemakaian AKDR
yang dapat menghalangi nidasi. Diduga ini disebabkan oleh meningkatnya kadar
prostaglandin dalam uterus pada wanita (Wiknjoastro, 2005).
3. Sebagai metode biasa (yang dipasang sebelum hubungan sexual terjadi) AKDR
mengubah transportasi tuba dalam rahim dan mempengaruhi sel elur dan sperma
sehingga pembuahan tidak terjadi. Sebagai kontrasepsi darurat (dipasang setelah
hubungan sexual terjadi) dalam beberapa kasus mungkin memiliki mekanisme yang
lebih mungkin adalah dengan mencegah terjadinya implantasi atau penyerangan sel
telur yang telah dibuahi ke dalam dinding rahim
4. Menurut Saefuddin (2003), mekanisme kerja IUD adalah:
a. Menghambat kemampuan sperma untuk masuk ke tuba falopi
b. Mempengaruhi fertilisasi sebelum ovum mencapai kavum uteri
c. AKDR bekerja terutama mencegah sperma dan ovum bertemu walaupun AKDR
membuat sperma sulit ke dalam alat reproduksi perempuan dan mengurangi
kemampuan sperma untuk fertilisasi
d. Memungkinkan untuk mencegah implantasi telur ke dalam uterus.
I. Kontra Indikasi

Menurut Kusumaningrum (2009), Kontra indikasi dari IUD:


1. Hamil atau diduga hamil
2. Infeksi leher rahim atau rongga panggul, termasuk penderita penyakit kelamin
3. Pernah menderita radang rongga panggul
4. Penderita perdarahan pervaginam yang abnormal
5. Riwayat kehamilan ektopik
6. Penderita kanker alat kelamin.
J. Efek samping
Menurut Sujiantini dan arum (2009), Efeksamping IUD:

1. Perdarahan ( menoragia atau spotting menoragia)


2. Rasa nyeri dan kejang perut
3. Terganggunya siklus menstruasi (umumnya terjadi pada 3 bulan pertama pemakaian)
4. Disminore
5. Gangguan pada suami ( sensasi keberadaan benang iud darasakan sakit atau
mengganggu bagi pasangan saat melakukan aktifitas seksual)
6. iveksi pelvis dan endometrium

K. Pemasangan IUD
Menurut Prawirohardjo (2008), IUD dapat dipasang dalam keadaan:

1. Sewaktu haid sedang berlangsung


Karena keuntungannya pemasangan lebih mudah oleh karena servik pada waktu agak
terbuka dan lembek. Rasa nyeri tidak seberapa keras, perdarahan yang timbul sebagai
akibat pemasangan tidak seberapa dirasakan, kemungkinana pemasangan IUD pada
uterus yang sedang hamil tidak ada.
2. Sewaktu post partum
Pemasangan IUD setelah melahirkan dapat dilakukan:
a. Secara dini yaitu dipasang pada wanita yang melairkan sebelum dipulangkan dari
rumah sakit
b. Secara langsung yaitu IUD dipasang dalam masa 3 bulan setelah partus atau
abortus
c. Secara tidak langsung yaitu IUD dipasang sesudah masa tiga bulan setelah partus
atau abortus
d. Sewaktu abortus
e. Beberapa hari setelah haid terakhir

L. Kunjungan Ulang Setelah Pemasangan IUD

Kunjungan ulang setelah pemasangan IUD Menurut BKKBN (2003):

1. 1 minggu pasca pemasangan


2. 2 bulan pasca pemasang
3. Setiap 6 bulan berikutnya
4. 1 tahun sekali
5. Bila terlambat haid 1 minggu
6. Perdarahan banyak dan tidak teratur

Menurut Prawirohardjo (2008), pemeriksaan sesudah IUD dipasang dilakukan pada:


1. 1 minggu pasca pemasangan
2. 3 bulan berikutnya
3. Berikutnya setiap 6 bulan
4. Beberapa hari setelah haid
DAFTAR PUSTAKA

Atkinson dan Hilgard. 1991. From Learning Theory Connectionist Theory.


California: Brooke Publising.

BKKBN, 1999. Informasi pelayanan Kontrasepsi. Jakarta: BKKBN.

BKKBN, 2010. Tingginya Kematian Ibu Tanggung Jawab Siapa. BKKBN.


Jakarta. http://www.bkkbn.go.id/siaranpers/Pages/Tingginya-Kematian-Ibu,-
Tanggung Jawab-Siapa. Diakses tanggal 25 Maret 2012

BKKBN, 2011. Jumlah Peserta KB di Jawa Tengah tahun 2010-2011. Jawa


Tengah. BKKBN. http://jateng.bkkbn.go.id/data/. Diakses tanggal 25 Maret
2012.

Depkes, 2011. Data Penduduk Sasaran Program Pembangunan Kesehatan Tahun


2007-2011. Jakarta: Depkes RI.

Hanafiah. 2005. Alat Kontrasepsi Dalam Rahim (AKDR)/IUD. Jurnal


Keperawatan Sumatera Utara, Volume 1, hal:37.

Hartanto, H. 2004. Keluarga Berencana dan Kontrasepsi. Jakarta : Pustaka Sinar


Harapan.

Herawati, I. 2011. Analisis Kematian Ibu. Bandung: SDKI.

Herdiansyah, H. 2010. Metode Penelitian Kualitatif. Jakarta: Salemba Humanika.

Imbarwati. 2009. Beberapa Faktor yang Berkaitan degan Penggunaan KB IUD


pada Peserta KB non IUD di Kecamatan Pedurungan Kota Semarang [Tesis].
Semarang : UNDIP.

Irwanto. 1997. Buku Pedoman Mahasiswa Psikologi Umum. Jakarta: Gramedia


Utama.

Kotler, P., Roberto, E.L. 1989. Social Marketing Strategies For Changing
Public Behaviour. New York.

Kusumaningrum, R. 2009. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Pemilihan Jenis


Kontrasepsi yang Digunakan Pasangan Usia Subur [Skripsi]. Semarang:
UNDIP.

Leavitt. 1986. Psikologi Manajemen. Jakarta: Erlangga.


Murti, B. 2010. Ukuran Besar Sampel untuk Penelitian Kuantitatif dan Kualitatif di
Bidang Kesehatan. Yogyakarta: UGM.

Nasution, 2000. Metode Research (Penelitian Ilmiah). Jakarta: Bumi Aksara.

Notoatmodjo, S. 1993. Pengantar Pendidikan Kesehatan dan Ilmu Perilaku


Kesehatan. Jakarta: Rineka Cipta.

Notoatmodjo, S. 2009. Metode Penelitian Kesehatan. Jakarta: Rineka Cipta.

Patilima, H. 2005. Metode Penelitian Kualitatif. Bandung: Alfabeta.

Patton, MQ. 2009. Metode Evaluasi Kualitatif. Jakarta: Pustaka Pelajar.

Pinem, S. 2009. Kesehatan Reproduksi dan Kontrasepsi. Jakarta : Trans Info Media.

PPKB. 2011. Laporan Tahunan Pelaksanaan Program Keluarga Berencana.


Klaten: PPKB.

Rahmat, J. 2001. Psikologi Komunikasi. Bandung: PT Remaja Rosdakarya.

Ritola, T. 2000 Menuju Paradigma Baru KB. Jakarta. Warta Demografi.

Robbins, SP. 2001. Perilaku Organisasi, Konsep, Kontroversi, Aplikasi. Jakarta:


PT Prenhallindo.

Saifuddin, AB. 2004. Buku Pelayanan Praktis Pelayanan Keluarga Berencana.


Jakarta: Bina Pustaka.

Siagian, PS. (1995). Teori Motivasi dan Aplikasinya. Jakarta: Rineka Cipta.

Sobur, A. 2009. Psikologi Umum. Bandung; Pustaka Setia.

Suharmi, A. 2000. Majamen Penelitian. Jakarta: Rineka Cipta.

Sulistyawati, A. 2011. Pelayanan Keluarga Berencana. Jakarta: Salemba Medika.

Walgito, B.2009. Pengantar Psikologi Umum. Yogyakarta: Andi Offset.

Anda mungkin juga menyukai