Anda di halaman 1dari 42

LAPORAN ASUHAN KEPERAWATAN JIWA

PADA Ny. K DENGAN DIAGNOSA KEPERAWATAN


“ISOLASI SOSIAL:MENARIK DIRI” DI RUANG SEDAP MALAM DI
RSJ Dr. RADJIMAN WEDIODININGRAT MALANG

DISUSUN OLEH :

KELOMPOK 7

1. Tazkiyah Aunun N.A.


(201601018)
2. Galih Ekky Sapta Pertiwi (201701021)
3. Ika Novianti (201701024)
4. Tria Nurfitasari (201701034)
5. Wahyu Wibowo (201701036)

PROGRAM STUDI DIPLOMA III KEPERAWATAN


POLTEKKES KEMENKES MALANG KAMPUS VI PONOROGO
Jln. Dr. Ciptomangunkusumo NO. 82A Ponorogo
2019/2020

1
LEMBAR PENGESAHAN PEMBIMBING
Lembar Pengesahan dibuat sebagai bukti bahwa Poltekkes Kemenkes Malang Kampus VI
Ponorogo Kelompok VII yang beranggota :
1. Tazkiyah Aunun N.A.
2. Galih Ekky Sapta Pertiwi
3. Ika Novianti
4. Tria Nurfitasari
5. Wahyu Wibowo
Telah melakukan presentasi Askep Ruang di Ruang Sedap Malam RSJ Dr.Radjiman
Wediodiningrat Lawang Malang dengan judul “ Isolasi Sosal : Menarik Diri”

Lawang, 04 September 2019

Mengetahui,
Pembimbing Institusi Pembimbing Ruang

(......................................................) (Retno Dyah G., S.Kep, Ns)


NIP : 19671122 198803 2002

a.n. Kepala Ruang

(Retno Dyah G., S.Kep, Ns)


NIP : 19671122 198803 2002

KATA PENGANTAR

2
Puji syukur di panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa atas berkat rahmat dan hidayah
Nya, penulis dapat menyelesaikan makalah seminar keperawatan jiwa yang berjudul “Asuhan
Keperawatan Pada Ny.K dengan Masalah Utama Perubahan Isolasi Sosial : Menarik Diri
dengan lancar dan tepat waktu.
Penulisan dan penyajian makalah ini dimaksudkan untuk memenuhi tugas praktik
Keperawatan Jiwa serta memberikan kontribusi positif bagi pengembangan ilmu keperawatan
khususnya keperawatan jiwa.
Proses penyelesaian makalah ini tidak lepas dari dukungan dan bantuan serta
bimbingan dari berbagai pihak baik secara langsung maupuntidak langsung. Untuk itu dalam
kesempatan ini, penyusun menyampaikan ucapan terima kasih pada :
1. Direktur Rumah Sakit Jiwa Dr. Radjiman Wediodiningrat Lawang
2. Kepala Bidang Perawatan RSJ Dr.Radjiman Wediodiningrat Lawang beserta Staf
3. Para Dosen dan Pembimbing Praktik Klinik Keperawatan Jiwa Poltekkes
Kemenkes Malang Kampus Ponorogo
4. Kepala Ruang Sedap Malam RSJ Dr.Radjiman Wediodiningrat Lawang beserta
seluruh perawat ruangan
5. Rekan-rekan mahasiswa kelompok VII

Usaha untuk dapat menyelesaikan makalah ini telah dilaksanakan semaksimal


mungkin. Namun tentunya mash banyak kekurangannya, oleh karena itu penulis
mengharapkan kritik dan saran dari berbagai pihak demi kesempurnaan makalah ini. Semoga
makalah ini dapat bermanfaat bagi penulis maupun pembaca.

Lawang, 04 September 2019

Penyusun,

DAFTAR ISI

3
Lembar Pengesahan ................................................................................................... ii
Kata Pengatar ................................................................................................... ii
Daftar Isi ................................................................................................... iii
BAB I PENDAHULUAN ................................................................................................... 1
1.1 Latar Belakang ................................................................................................... 1
1.2 Rumusan Masalah ................................................................................................... 2
1.3 Tujuan ................................................................................................... 2
BAB II KAJIAN PUSTAKA................................................................................................... 3
2.1 Pengertian ................................................................................................... 3
2.2 Rentang Respon ................................................................................................... 3
2.3 Faktor Predisposisi ................................................................................................... 4
2.4 Faktor Presipitasi ................................................................................................... 4
2.5 Tanda dan Gejala ................................................................................................... 4
2.6 Pohon Masalah ................................................................................................... 5
2.7 Masalah Keperawatan yang mungkin muncul.......................................................... 5
2.8 Data yang perlu dikaji............................................................................................... 5
2.9 Diagnosa Keperawatan ............................................................................................ 6
2.10 Rencana tindakan Keperawatan.............................................................................. 6
BAB III ASUHAN KEPERAWATAN..................................................................................... 11
BAB IV PENUTUP ................................................................................................... 45
4.1 Kesimpulan ................................................................................................... 45
4.2 Saran ................................................................................................... 45
DAFTAR PUSTAKA 4

4
6BAB I

PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang

Sehat menurut WHO adalah keadaan yang sempurna baik fisik, mental maupun
sosial, bukan semata-mata keadaan tanpa penyakit atau kelemahan, tidak hanya terbebas
dari penyakit serta kelemahan. Gambaran menurut penelitianWHO (2009). Prevalensi
masalah kesehatan jiwa saat inicukup tinggi, sekitar 10% orang dewasa mengalami
gangguan jiwa saat ini dan 25% penduduk dunia diperkirakan akan mengalami
gangguan jiwa pada usia tertentu hidupnya. Usia ini biasanya terjadi pada dewasa muda
antara 18-20 tahun 1% diantaranyab adalah gangguan jiwa berat, potensi seseorang
mudah terserang gangguan jiwa memang tinggi, setiap saat 450 juta orang di seluruh
dunia terkena dampak permasalahan jiwa, saraf maupun perilaku. Salah satu bentuk
gangguan jiwa yang paling banyak terjadi di seluruh dunia adalah gangguan jiwa
skizofrenia. Prevalensi skizofrenia didunia 0,1 per mil dengan tanpa memandang
perbedaan status sosial atau budaya.
Menurut National Institute of Mental Health gangguan jiwa mencapai 13% dari
penyakit secara keseluruhan dan diperkirakan akan berkembang menjadi 25% di tahun
2030. Kejadian tersebut akan memberikan andil meningkatnya prevalensi gangguan
jiwa dari tahun ke tahun di berbagai negara. Berdasarkan hasil sensus penduduk
Amerika Serikat tahun 2004, diperkirakan 26,2% penduduk yang berusia 18-30 tahun
atau lebih mengalami gangguan jiwa, jika prevalensi gangguan jiwa diatas 100 jiwa per
1000 penduduk dunia, maka berarti di Indonesia mencapai 264 per 1000 penduduk.
Hasil Riset Dasar Kesehatan Nasional tahun 2007, menyebutkan bahwa
sebanyak 0,46 per mil masyarakat Indonesia mengalami gangguan jiwa berat. Merreka
adalah yang diketahui mengidap skizofrenia dan mengalami gangguan psikotik berat
(Depkes RI, 2007). Prevalensi gangguan jiwa tertinggi di Indonesia terdapat di Provinsi
Daerah Khusus Ibu Kota Jakarta (24,3%), di ikuti Nangroe Aceh Darussalam (18,5%),
Sumatera Barat (17,7%), NTB (10,9%), Sumatera Selatan (9,2%), dan Jawa Tengah
(6,8%). (Depkes RI, 2008).
Kebijakan Pemerintah dalam menangani pasien gangguan jiwa tercantum dalam
Undang-Undang No. 36 Tahun 2009 tentang kesehatan jiwa, disebutkan dalam pasal
149 ayat (2) mengatakan bahwa pemerintah dan masyarakat wajib melakukan
pengobatan dan perawatan di fasilitas pelayanan kesehatan bagi penderita gangguan
jiwa yang terlantar, menggelandang, mengancam keselamatan dirinya dan mengganggu
ketertiban atau keamanan umum, termasuk pembiayaan pengobatan perawatan penderita
gangguan jiwa untuk masyarakat miskin. Peningkatan jumlah penderita gangguan jiwa
juga terjadi di Sumatera Utara, jumlah pasien meningkat 100% dibanding dengan tahun-
tahun sebelumnya. Pada awal tahun 2008, RSJ Sumut menerima sekitar 50 penderita per

1
hari untuk menjalani rawat inap dan sekitar 70-80 penderita untuk rawat jalan.
Sementara pada 2006-2007, RSJ hanya menerima 25-30 penderita per hari.
Peran perawat dalam penanggulangan klien dengan : Isolasi Sosial : Menarik
Diri meliputi peran promotif, preventif, kuratif, dan rehabilitati. Pada peran Promotif,
perawat meningkatkan dan memelihara kesehatan mental melalui penyuluhan dan
pendidikan untuk klien dan keluarga. Dari aspek preventif, yaitu untuk meningkatkan
kesehatan mental dan pencegahan : Isolasi Sosial : Menarik Diri. Sedangkan pada
kuratif, perawat merencanakan dan melaksanakan rencana tindakan keperawatan untuk
klien dan keluarga. Kemudian peran rehabilitatif berperan pada follow up perawat klien
dengan Isolasi Sosial Menarik Diri melalui pelayanan di rumah sakit atau home visite.
1.2 Rumusan Masalah
Bagaimana Asuhan Keperawatan jiwa pada pasien Isolasi Sosial di ruang Sedap Malam
RSJ dr. Radjiman Wediodiningrat Lawang Malang?
1.3 Tujuan
1.3.1 Tujuan Umum

Memberikan Asuhan Keperawatan jiwa pada pasien Isolasi Sosial di ruang


Sedap Malam RSJ dr. Radjiman Wediodingrat Lawang Malang.
1.3.2 Tujuan Khusus
1) Mengetahui definisi isolasi sosial
2) Mengetahui etiologi isolasi sosial
3) Mengetahui faktor predisposisi isolasi sosial
4) Mengetahui faktor presipitasi isolasi sosial
5) Mengetahui tanda gejala isolasi sosial
6) Mengetahui rentang respon isolasi sosial
7) Mengetahui asuhan keperawatan pada pasien isolasi sosial

BAB II
KAJIAN PUSTAKA

2
LAPORAN PENDAHULUAN DAN STRATEGI PELAKSANAAN TINDAKAN
KEPERAWATAN ISOLASI SOSIAL : MENARIK DIRI

LAPORAN PENDAHULUAN
ISOLASI SOSIAL

MASALAH UTAMA
Isolasi Sosial
PROSES TERJADINYA MASALAH
2.1 PENGERTIAN
Isolasi sosial adalah keadaan seorang individu mengalami penurunan atau bahkan sama
sekali tidak mampu berinteraksi dengan orang lain di sekitarnya. Pasien mungkin merasa
ditolak, tidak diterima, kesepian, dan tidak mampu membina hubungan yang berarti dengan
orang lain.
2.2 RENTANG RESPON
Suatu hubungan antarmanusia akan berada pada rentang respons adaptif dan maladaptif
seperti tergambar di bawah ini.

• Menyendiri (solitude) • Merasa sendiri • Manipulasi


• Otonomi (loneliness) • Impulsif
• Bekerja sama • Menarik diri • Narsisme
(mutualisme) (withdrawal)
• Saling bergantung • Tergantung
(interdependence) (dependent)

Keterangan :
• Menyendiri (solitude) : respon yang dibutuhkan seseorang untuk merenung apa
yang telah dilakukan di lingkungan sosialnya dan suatu cara untuk menentukan
langkahnya.
• Otonomi : kemampuan individu untuk menentukan dan menyampaikan ide,
pikiran, dan perasaan dalam hubungan sosial.
• Bekerja sama (mutualisme) : perilaku saling ketergantungan dalam membina
hubungan interpersonal.
• Saling bergantung (interdependence) : suatu kondisi dalam hubungan
interpersonal dimana hubungan tersebut mampu untuk saling memberi dan menerima.
• Merasa sendiri (loneliness) : kondisi dimana seseorang merasa sendiri, sepi, tidak
adanya perhatian dari orang lain maupun lingkungannya.
• Menarik diri (withdrawal) : menemukan kesulitan dalam membina hubungan
dengan orang lain.
• Tergantung (dependent) : sangat bergantung pada orang lain sehingga individu
mengalami kegagalan dalam mengembangkan rasa percaya diri.

3
• Manipulasi : individu berorientasi pada diri sendiri dan tujuan yang hendak
dicapainya tanpa memperdulikan orang lain dan lingkungan, dan cenderung menjadikan
orang lain sebagai objek.
• Impulsif : keadaan dimana individu tidak mampu merencanakan sesuatu,
mempunyai penilaian yang buruk dan tidak dapat diandalkan.
• Narsisme : secara terus menerus berusaha mendapatkan penghargaan dan pujian,
individu akan marah jika orang lain tidak mendukungnya.
2.3 FAKTOR PREDISPOSISI
• Faktor tumbuh kembang
Pada masa tumbuh kembang seorang individu ada perkembangan tugas yang harus
dipenuhi agar tidak terjadi gangguan dalam hubungan sosial.
• Faktor komunikasi dalam keluarga
Gangguan komunikasi dalam keluarga merupakan faktor pendukung untuk terjadinya
gangguan dalam hubungan sosial.
• Faktor sosial budaya
Isolasi sosial atau mengasingkan diri dari lingkungan sosial merupakan faktor pendukung
untuk terjadinya gangguan hubungan sosial.
• Faktor biologis
Faktor keturunan juga merupakan faktor pendukung terjadinya gangguan dalam
hubungan sosial.

2.4 FAKTOR PRESIPITASI


• Stressor sosial budaya
Stressor sosial budaya seperti keluarga yang labil, berpisah dengan orang yang terdekat
atau berarti.
• Faktor hormonal
Ganggan dari fungsi kelenjer pituitari
• Hipotesa virus
Virus HIV dapat menyebabkan tingkah laku psikotik
• Hipotesa biological lingkungan sosial
Tubuh akan menggambarkan ambang toleransi seseorang terhadap stress pada saat
terjadinya interaksi dengan stresor di lingkungan sosial.
2.5 TANDA DAN GEJALA
a. Karakteristik Mayor
• Mengekspresikan perasaan kesepian dan penolakan.
• Keinginan untuk kontak lebih banyak dengan orang lain tetapi tidak mampu.
• Melaporkan ketidaknyamanan dalam situasi sosial.
• Menggambarkan kurang hubungan yang berarti.
b. Karakteristik Minor
• Merasakan waktu berjalan lambat.
• Ketidakmampuan untuk berkonsentrasi dan mengambil keputusan.
• Perasaan tidak berguna.
• Perasaan penolakan.
• Kurang aktivitas secara verbal maupun fisik.
• Tampak depresif, cemas, atau marah.
• Kegagalan untuk berinteraksi dengan orang lain didekatnya.
• Sedih, afek dangkal.
• Tidak komunikatif.
• Menarik diri.
• Kontak mata buruk.
• Larut dalam pikiran dan ingatan sendiri.

4
2.6 POHON MASALAH
EFEK

CORE
2.7 MASALAH KEPERAWATAN YANG MUNGKIN MUNCUL
1. Isolasi Sosial
2. Gangguan Konsep Diri : Harga Diri Rendah
3. Perubahan Persepsi Sensori : Halusinasi KAUSA
4. Koping Individu Tidak Efektif
5. Koping Keluarga Tidak Efektif
6. Intoleransi Aktivitas
7. Defisit Perawatan Diri
8. Resiko Tinggi Menciderai Diri, Orang Lain, dan Lingkungan

2.8 DATA YANG PERLU DIKAJI


Masalah Keperawatan : Isolasi Sosial
a. Subjektif
- Klien mengatakan malas bergaul dengan orang lain
- Klien mengatakan dirinya tidak ingin ditemani perawat dan meminta
untuk sendiri
- Klien mengatakan tidak mau berbicara dengan orang lain
- Tidak mau berkomunikasi
- Data dengan klien biasanya didapat dari yang mengetahui keterbatasan
klien
b. Objektif
- Kurang spontan
- Apatis (acuh terhadap lingkungan)
- Ekspresi wajah kurang berseri
- Tidak merawat diri dan tidak memperhatikan kebersihan diri
- Tidak ada atau kurang komunikasi verbal
- Mengisolasi diri
- Tidak atau kurang sadar terhadap lingkungan sekitarnya
- Asupan makanan dan minuman terganggu
- Aktivitas menurun
- Rendah diri
2.9 DIAGNOSA KEPERAWATAN
1. Isolasi sosial: menarik diri
2.10 RENCANA TINDAKAN KEPERAWATAN
1. Tindakan keperawatan untuk klien
- Membina hubungan saling percaya
- Menyadari penyebab isolasi sosial
- Mengetahui keuntungan dan kerugian berinteraksi dengan orang lain
secara bertahap
2. Tindakan keperawatan untuk keluarga
- Keluarga mengetahui masalah isolasi sosial dan dampaknya pada klien

5
- Keluarga mengetahui penyebab isolasi sosial
- Sikap keluarga untuk membantu klien mengatasi isolasi sosialnya
- Keluarga mengetahui pengetahuan yang benar untuk klien
- Keluarga mengetahui tempat rujukan dan fasilitas kesehatan yang tersedia
bagi klien

STRATEGI PELAKSANAAN TINDAKAN KEPERAWATAN


Masalah : Isolasi Sosial
TUM : Klien dapat berinteraksi dengan orang lain.
TUK 1 : Klien dapat membina hubungan saling percaya
Kriteria Hasil :
Interaksi klien menunjukkan tanda-tanda percaya kepada perawat :
- Wajah cerah, tersenyum
- Mau berkenalan
- Ada kontak mata
- Bersedia menceritakan perasaan
- Bersedia mengungkapkan masalah
Intervensi :
Bina hubungan saling percaya
- Beri salam setiap berinteraksi
- Perkenalkan nama, nama panggilan perawat dan tujuan perawat
berkenalan
- Tanyakan dan panggilnama kesukaan klien
- Tunjukkan sikap jujur dan menepat janji setiap kali berinteraksi
- Tanyakan perasaan klien dan masalah yang dihadapi klien
- Buat kontrak interaksi yang jelas
- Dengarkan dengan penuh perhatian ekspresi perasaan klien
TUK 2 : klien mampu menyebutkan penyebab menarik diri
Kriteria Hasil :
Interaksi klien dapat menyebutkan satu penyebab menarik diri dari :

- Diri sendiri
- Orang lain
- Lingkungan
Intervensi :
2.1 Tanyakan pada klien tentang :
- orang yang tinggal serumah atau sekamar dengan klien
- orang yang paling dekat dengan klien dirumah atau ruang perawatan

6
- apa yang membuat klien dekat dengan orang tersebut
- orang yang tidak dekat dengan klien drumah atau di ruang perawatan
- upaya yang sudah dilakukan agar dekat dengan orang lain
- apa yang membuat klien tidak dekat dengan orang tersebut
2.2 Diskusikan dengan klien penyebab menarik diri atau tidak mau bergaul dengan
orang lain
2.3 beri pujian terhadap kemampuan klien mengungkapkan perasaan

TUK 3 : klien mampu menyebutkan keuntungan berhubungan sosial dan kerugian menarik
diri
Kriteria Hasil :
Interaksi dengan klien dapat mnyebutkan keuntungan berhubungan sosial, misalnya :
- Banyak teman
- Tidak kesepian
- Bisa diskusi
- Saling menolong
Kerugian menarik diri mislanya :
- Sendiri
- Kesepian
- Tidak bisa diskusi

Intervensi :
3.1 Tanyakan pada klien tentang :
- Manfaat hubungan sosial
- Kerugian menarik diri
3.2 diskusikan bersama klien tentang manfaat berhubungan sosial dan kerugian
menarik diri
3.3 beri pujian terhadap kemampuan klien mengungkapkan perasaannya.

TUK 4 : klien dapat melaksanakan hubungan sosial secara bertahap


Kriteria Hasil :
Interaksi dengan klien dapat melaksanakan hubungan sosial secara bertahap dengan :
- Perawat
- Perawat lain
- Klien lain
- Kelompok

Intervensi :
4.1Observasi perilaku klien saat berhubungan sosial.
4.2Beri motivasi dan bantu klien untuk berkenalan/ berkomunikasi dengan :
- Perawat lain
- Klien lain
- Kelompok
4.3Libatkan klien dalam terapi aktivitas kelompok sosialisasi
4.4Diskusikan jadwal harian yang dapat dilakukan untuk meningkatkan kemampuan
klien bersosialisasi
4.5Beri motivasi klien untuk melakukan kegiatan sesuai dengan jadwal yang telah
dibuat

7
4.6Beri pujian terhadap kemampuan klien memperluas pergaulannya melalui
aktivitas yang dilaksanakannya
TUK 5 : klien mampu menjelaskan perasaannya setelah berhubungan sosial
Kriteria Hasil :
Interaksi klien dapat menjelaskan perasaannya setelah berhubungan sosial dengan :
- Orang lain
- Kelompok

Intervensi :
2.1 Diskusikan dengan klien tentang perasaannya setelah berhubungan sosial dengan
orang lain dan kelompok
2.2 Beri pujian terhadap kemampuan klien mengungkapkan perasaannya
TUK 6 : Klien mendapat dukungan keluarga dalam memperluas hubungan sosial
Interaksi keluarga dapat menjelaskan tentang :
- Pengertian menarik diri
- Tanda dan gejala menarik diri
- Penyebab dan akbat menarik diri
- Cara merawat klien menarik diri

Intervensi :
6.1 Diskusikan pentingnya peran serta keluarga sebagai pendukung untuk mengatasi
perilaku menarik diri
6.2 Diskusikan potensi keluarga untuk membantu klien mengatasi perilaku menarik
diri
6.3 Jelaskan kepada keluarga tentang
- Pengertian menarik diri
- Tanda dan gejala menarik diri
- Penyebab dan akibat menarik diri
- Cara merawat klien menarik diri
6.4 Latih keluarga cara merawat klien menarik diri
6.5 Tanyakan perasaan keluarga setelah mencoba cara yang dilatihkan
6.6 Beri motivasi keluarga agar membantu klien untuk bersosialisasi
6.7 Beri pujian kepada keluarga atas keterlibatannya meraat klien di rumah sakit
TUK 7 : klien dapat memanfaatkan obat dengan baik
Kriteria Hasil :
Klien menyebutkan :
- Manfaat minum obat
- Kerugian tidak minum obat
- Nama, warna, dosis, efek terapi dan efek samping obat
Intervensi :
7.1 Diskusikan dengan klien tentang manfaat dan kerugian tidak minum obat, nama,
warna, dosis, cara, efek terapi dan efek samping penggunaan obat
7.2 Pantau klien saat penggunaan obat
7.3 Beri pujian jika klien menggunakan obat dengan benar
7.4 Diskusikan akibat berhenti minum obat tanpa konsultasi dengan dokter
7.5 Anjurkan klien untuk konsultasi kepada dokter atau perawat, jika terjadi hal-hal
yang tidak diinginkan.

8
BAB III
ASUHAN KEPERAWATAN JIWA PADA Ny. K DENGAN ISOLASI SOSIAL : MENARIK
DIRI DI RUANG SEDAP MALAM

9
RSJ Dr. RADJIMAN WEDIODININGRAT LAWANG

PENGKAJIAN KEPERAWATAN KESEHATAN JIWA


Tanggal MRS : 19 Agustus 2019
Tanggal Dirawat di Ruangan : 20 Agustus 2019
Tanggal Pengkajian : 26 Agustus 2019
Ruang Rawat : Sedap Malam

I. IDENTITAS KLIEN

Nama :Ny. K (P)


Umur : 49 tahun
Alamat : Mojokerto
Pendidikan : SMP
Agama : Islam
Status : Menikah
Pekerjaan :-
JenisKel. : Perempuan
No CM : 131***

II. ALASAN MASUK


a. Data Primer
Px mengatakan dibawa ke RSJ karena pusing
b. Data Sekunder
Menurut perawat ruangan sesuai status px, px dibawa ke RS karena keluyuran
c. Keluhan Utama Saat Pengkajian
Px mengatakan kadang – kadang merasa pusing

III. RIWAYAT PENYAKIT SEKARANG (FAKTOR PRESIPITASI)


Sakit mulai 3 bulan ini, mengamuk dengan cara melempar palu, sapu, skop ke suami. Semakin
parah 1 bulan ini, sebelumnya biasa diajak ngomong biasa, baju suami habis dibakar. Dalam satu
bulan ini pasien sering keluar malam sekitar jam 2 malam. Mulai 3 bulan lalu pasien jarang
sholat dan tidak puasa sering biara sendiri dan senyum – senyum sendiri sebab sering ditinggal
suami bekerja, kemudian oleh keluarga px dibawa di RSJ Lawang.

IV. RIWAYAT PENYAKIT DAHULU (FAKTOR PREDISPOSISI)


1. Pernah mengalami gangguan jiwa di masa lalu ?
 Ya
√ Tidak

10
Jika Ya, Jelaskan kapan, tanda gejala/keluhan :
Px mengatakan saya tidak pernah mengalami gangguan jiwa sebelumnya. 3 bulan ini pasien
mulai ada gangguan jiwa kemudian pasien dibawa ke alternatif tidak ada perubahan, dalam 1
bulan ini tambah parah, kemudian dibawa ke RSJ Lawang.
2. Faktor Penyebab/Pendukung :
a. Riwayat Trauma
Usia Pelaku Korban Saksi
1. Aniaya fisik √
2. Aniaya seksual ………… ………… ………… …………
3. Penolakan ………… ………… ………… …………
4. Kekerasan dalam keluarga ………… ………… ………… …………
5. Tindakan kriminal
Jelaskan:
Menurut dari data sekunder, pasien mengamuk dengan cara melempar palu, sapu,skop
ke suaminya.
Diagnosa Keperawatan : Resiko Perilaku Kekerasan
b. Pernah melakukan upaya / percobaan / bunuh diri
Jelaskan:
Px mengatakan tidak ada upaya percobaan bunuh diri terbukti dengan “ apakah ibu
pernah ada percobaan bunuh diri ?” px mengatakan “ tidak pernah mbak”
Diagnosa Keperawatan : -

c. Pengalaman masalalu yang tidak menyenangkan (peristiwa kegagalan, kematian,


perpisahan )
Jika ada jelaskan : Px mengatakan “ tidak pernah”
Diagnosa Keperawatan : -
d. Pernah mengalami penyakit fisik (termasuk gangguan tumbuh kembang)
 Ya
√Tidak
Jika ya, Jelaskan
Px mengatakan tidak ada
Diagnosa Keperawatan :
e. Riwayat Penggunaan NAPZA
Px mengatakan tidak ada
Diagnosa Keperawatan : -
3. Upaya yang telah dilakukan terkait kondisi di atas dan hasilnya : Jelaskan :
Menurut status px 3 bulan yang lalu berobat ke alternatif tidak ada perubahan sampai
penderita dibawa ke RSJ Lawang
Diagnosa Keperawatan : Regiment Terapeutik Inefektif

11
4. Riwayat Penyakit Keluarga
Anggota keluarga yang gangguan jiwa ?
√ Ada
 Tidak
- Jika ada :
Px mengatakan tidak ada tetapi dari data sekunder terdapat data bahwa ibu px pernah
mengalami gangguan jiwa
- Hubungan keluarga
Ibu pasien
Gejala :

Tidak terkaji. Px mengatakan tidak tahu


Riwayat pengobatan :

Tidak terkaji. Px mengatakan tidak tahu


Diagnosa Keperawatan : Koping Keluarga Inefektif

V. PENGKAJIAN PSIKOSOSIAL (Sebelum dan sesudah sakit)


1. Genogram:

Ny.k

Jelaskan:
Pola asuh : Px mengatakan sejak kecil diasuh oleh orangtuanya, ibu px
pernah mengalami gangguan jiwa.
Pola komunikasi : Px mengatakan sering berkomunikasi dengan ibunya karena px
sangat dekat dngan ibunya
Orang terdekat : Suami dan ibunya
Pengambil keputusan : Suami
Diagnosa Keperawatan : Koping Keluarga Inefektif
2. Konsep Diri

12
a. Citra tubuh :
“ Menurut ibu bagian tubuh apa yang tidak ibu sukai ?” px mengatakan “ saya bersyukur
dengan tubuh saya.”

b. Identitas :

Px mengatakan namanya K, umurny 58 tahun, jenis kelamin perempuan, px puas dengan


jenis kelaminnya
c. Peran :
Di rumah : px mengatakan berperan sebagai ibu
Di RS : px mengatakan di RS berperan sebagai pasien
d. Ideal diri :
Px mengatakan saya ingin segera sembuh dan cepat pulang berkumpul dengan keluarga
e. Harga diri :
Px mengatakan merasa minder dengan dirinya sendiri. Px mengatakan beberapa orang
disekitar rumahnya dan teman – temannya menilai px sebagai seorang yang pendiam. Px
merasa malu jika akan berinteraksi dengan orang lain
Diagnosa Keperawatan : Gangguan Konsep Diri: Harga Diri Rendah
3. Hubungan Sosial
a. Orang yang berarti/terdekat
Di rumah : Px mengatakan “ saya paling dekat dengan ibu saya”
Di RS : Px mengatakan “ saya tidak punya teman akrab di ruangan”
b. Peran serta dalam kegiatan kelompok/masyarakat dan hubungan social
Px mengatakan ketika di rumah saya mengurusi anak dan suami dan jarang mengikuti
kegiatan masyarakat. Ketika Di RS px mengatakan saya lebih sering tidur dan jarang
ngobrol dengan teman - teman
c. Hambatan dalam berhubungan dengan orang lain
Px merasa minder dan malu saat berhubungan dengan orang lain. Px mengatakan saya
lebih senang di rumah daripada ngobrol dengan tetangga. Di RS px mengatakan lebih
sering tidur dan diam kamar
Diagnosa Keperawatan : Isolasi Sosial
4. Spiritual
a. Agama
Px mengatakan “ saya bergama Islam”
b. Kegiatan Ibadah
Px mengatakan “ saya rutin melakukan ibadah sholat 5 waktu”
Diagnosa Keperawatan: -
VI. PEMERIKSAAAN FISIK
1. Keadaan umum
Px tampak murung, banyak diam, kontak mata kurang, bicaranya lambat
2. Kesadaran (Kuantitas)
Composmentis
GCS : E 4 V 5 M 6
3. Tanda vital:
TD : 110/60 mm/Hg N : 99 x/menit

13
O
S : 35,6 C

P : 20 x/menit
4. Ukur:
BB : 45 Kg
TB : 155 Cm
BB 45
IMT : = = 18,75
TB 2 1,55 2
5. Keluhan fisik: Jelaskan :
Px mengatakan kadang-kadang merasakan pusing
Diagnosa Keperawatan : Gangguan rasa nyaman: Nyeri
VII. STATUS MENTAL
1. Penampilan (Penanpilan usia, cara perpakaian, kebersihan)
Jelaskan: Penampilan sesuai dengan usia, cara berpakaian kurang rapi, px tampak kurang
bersih dilihat dari rambut px yang kusam dan tidak rapi
Diagnosa Keperawatan: Defisit Perawatan Diri
2. Pembicaraan (Frekuensi, Volume, Jumlah, Karakter) : Jelaskan:
Frekuensi : Px menjawab pertanyaan dengan lambat
Volume : Px berbicara pelan
Jumlah : Px menjawab pertanyaan dengan singkat
Karakter : Px tidak bisa memulai pembicaraan
Diagnosa Keperawatan: Kerusakan Komunikasi
3. Aktifitas motorik/Psikomotor
Kelambatan :
√ Hipokinesia, hipoaktifitas
 Katalepsi
 Sub stupor katatonik
 Fleksibilitas serea
Jelaskan:
Px tampak sering menyendiri dan pasif, jarang mengikuti kegiatan di ruangan
Diagnosa Keperawatan : Defisit Aktivitas
4. Mood dan Afek
a. Mood
 Depresi  Khawatir
 Ketakutan  Anhedonia
 Euforia √ Kesepian
 Lain lain

Jelaskan
Px mengatakan “ saya disini merasa kesepian “
Px tampak diam, termenung dan jarang berhubungan dengan orang lain

14
b. Afek
 Sesuai  Tidak sesuai
√ Tumpul/dangkal/datar  Labil

Jelaskan:
Px menunjukkan ekspresi wajah yang datar saat ada sesuatu atau topik yang menyenangkan
atau menyedihkan ekspresi px tidak berubah
Diagnosa Keperawatan : Kerusakan Interaksi
5. Interaksi Selama Wawancara
 Bermusuhan √ Kontak mata kurang
 Tidak kooperatif  Defensif
 Mudah tersinggung  Curiga

Jelaskan:
Pada saat diwawancarai px tampak mengalihkan pandangan, tidak melihat mata lawan bicara
Diagnosa Keperawatan : Kerusakan Interaksi
6. Persepsi Sensorik
a. Halusinasi
 Pendengaran
 Penglihatan
 Perabaan
 Pengecapan
 Penciuman
b. Ilusi
 Ada
√ Tidakada
Jelaskan:
Px mengatakan tidak pernah mendengar suara-suara aneh
Diagnosa Keperawatan : -
7. Proses Pikir
a. Arus Pikir:
 Koheren  Inkoheren
 Sirkumtansial  Asosiai longgar
 tangensial  Flight of Idea
√ Blocking  Perseverasi
 Logorhoe  Neologisme
 Clang Association  Main kata kata
 Afasia  Lain lain…

Jelaskan:

15
Ketika berinteraksi, px tiba – tiba memberhentikan pembicaraan seperti ada yang
disembunyikan
b. Isi Pikir
 Obsesif  Fobia,sebutkan…………..
 Ekstasi  Waham:
 Fantasi o Agama
 Alienasi o Somatik/hipokondria
 Pikiran bunuh diri o Kebesaran
 Preokupasi o Kejar / curiga
√ Pikiran isolasisosial o Nihilistik
 Ide yang terkait o Dosa
 PikiranRendahdiri o Sisip pikir
 Pesimisme o Siar piker
 Pikiran magis o Kontrol pikir
 Pikiran curiga  Lain lain :

Jelaskan:
Px mengatakan “ saya malu saat berhubungan dengan orang lain, saya lebih suka di kamar
tidur”
c. Bentuk pikir :
√ Realistik
 Non realistik
 Dereistik
 Otistik
Jelaskan:
Ketika berinteraksi, px nyambung ketika diberi pertanyaan
Diagnosa Keperawatan: Gangguan Proses Pikir: Isi Pikir
8. Kesadaran
 Orientasi (waktu, tempat, orang)
Jelaskan :
Px dapat berorientasi terhadap orang, tempat, dan waktu. pada saat saya bertanya “ siapa
nama teman yang ada disamping ibu?” px menjawab “ namanya Nn.A “ pada saat saya
ditanya “ ibu sekarang ada di mana?” px menjawab “ saya di rumah sakit” pada saat saya
ditanya “ sekarang hari apa bu?” px menjawab “ hari selasa mbak “
 Meninggi
 Menurun:
√ Kesadaran berubah
 Hipnosa
 Confusion
 Sedasi

16
 Stupor

Jelaskan:
Kesadaran px berubah, banyak diam, membatasi diri untuk berinteraksi dengan orang lain
Diagnosa Keperawatan: Gangguan Proses Pikir
9. Memori
 Gangguan daya ingat jangka panjang ( > 1 bulan)
Px mengatakan bahwa ia mengingat alasan kenapa bisa dibawa ke RSJ
 Gangguan daya ingat jangka menengah ( 24 jam - ≤ 1 bulan)
px mengingat saat ia dibawa ke RSJ. Px mengatakan saya dibawa kesini diajak oleh kakak
saya karena saya pusing dan saya kesini untuk mencari pengobatan
 Gangguan daya ingat pendek (kurun waktu 10 detik sampai 15 menit)
Px mengatakan hari ini sarapan dengan lauk ayam, tempe, dan sayur bening
Diagnosa Keperawatan: -
10. Tingkat Konsentrasi dan Berhitung
a. Konsentrasi
√ Mudah beralih
 Tidak mampu berkonsentrasi
Jelaskan:
Pada saat ditanya, px tidak memperhatikan lawan bicara, mudah mengalihkan perhatian
b. Berhitung
Jelaskan:
“ coba ibu jawab pertanyaan ini , ibu punya uang Rp 50.000 untuk beli kebutuhan dapur
Rp 35.000 dan beli pulsa Rp 7.000, sisanya berapa bu?” px menjawab Rp 5000”
Seharusnya Rp 8.000

Diagnosa Keperawatan: Gangguan Proses Pikir


11. Kemampuan Penilaian
√ Gangguan ringan
 Gangguan bermakna
Jelaskan : Px mengatakan jika ada masalah px memilih untuk memendam masalahnya dan
tidak mau meceritakan masalahnya kepada orang lain
Diagnosa Keperawatan:-
12. Daya Tilik Diri
√ Mengingkari penyakit yang diderita
 Menyalah kanhal-hal diluar dirinya
Jelaskan:
Px mengatakan hanya merasakan pusing bukan mengalami penyakit gangguan jiwa
Diagnosa Keperawatan: Gangguan Proses Pikir
VIII. KEBUTUHAN PERSIAPAN PULANG

17
1. Kemampuan klien memenuhi kebutuhan
√ perawatan kesehatan,
 transportasi,
 tempat tinggal.
 Keuangan dan kebutuhan lainnya. Jelaskan:
Px mampu meminum obat sendiri
2. Kegiatan Hidup Sehari hari
a. Perawatan diri
1) Mandi
Jelaskan : Px mengatakan mandi sehari 2x, memakai sabun
2) Berpakaian, berhias dan berdandan
Jelaskan : Px mengatakan saya malas berdandan
3) Makan
Jelaskan : Cara makan : Px makan dengan tangan tidak memakai sendok
4) Toileting (BAK, BAB)
Jelaskan : Px mengatakan saya bisa BAB dan BAK sendiri, bisa cebok sendiri
Diagnosa Keperawatan: -
b. Nutrisi
 Berapa frekwensi makan dan frekwensi kudapan dalam sehari.
Px mengatakan saya makan 3x sehari
 Bagaimana nafsu makannya
Px mengatakan kadang habis kadang tidak
 Bagaimana berat badannya.
Px mengatakan tidak tahu karena jarang menimbang berat badan
 Diagnosa Keperawatan: -
c. Tidur
1) Istirahat dan tidur
Tidur siang, lama : 12.30 s/d 15.00
Tidur malam, lama : 20.00 s/d 04.00
Aktifitas sebelum/sesudah tidur : Duduk
Jelaskan
“Ibu biasanya tidur siang jam berapa?” px menjawab “tidak pasti mbak saya lebih sering
ngantuk setelah minum obat, biasanya siang jam 12.30 tidur dan jam 15.00 bangun.
“Biasanya ibu ngapain sebelum tidur?” px menjawab “biasanya duduk – duduk mbak”

2) Gangguan tidur
 Insomnia
 Hipersomnia
 Parasomnia
 Lain lain
Jelaskan

18
Tidak ada gangguan pola tidur terbukti dengan px tidur siang jam 12.30 – 15.00 dan
malam tidur jam 20.00 – 04.00
Diagnosa Keperawatan: -
3. Kemampuan lain lain
√ Mengantisipasi kebutuhan hidup
Px mengatakan bisa memenuhi kebutuhan hidup

 Membuat keputusan berdasarkan keinginannya,

 Mengatur penggunaan obat dan melakukan pemeriksaan kesehatannya sendiri.


Diagnosa Keperawatan:

4. Sistem Pendukung Ya Tidak


Keluarga √
Terapis
Teman sejawat
Kelompok sosial
Jelaskan :
Px mengatakan yang menjadi penyemangat px yaitu ibu dan anaknya
Diagnosa Keperawatan: -
IX. MEKANISME KOPING
Jelaskan :
“ biasanya kalau ibu punya masalah bagaimana cara mengatasinya?” px mengatakan ketika
ada masalah “ saya lebih suka diam dan tidak mau menceritakan masalah kepada orang lain”
Diagnosa Keperawatan: Koping Individu Inefektif
X. MASALAH PSIKOSOSIAL DAN LINGKUNGAN
 Masalah dengan dukungan kelompok, spesifiknya
Jelaskan :
Px mengatakan malu dan merasa minder jika akan berhubungan dengan orang lain
 Masalah berhubungan dengan lingkungan, spesifiknya
Jelaskan :
Px mengatakan merasa malu jika akan berhubungan dengan lingkungannya
 Masalah dengan pendidikan, spesifiknya
Jelaskan :
Px mengatakan tidak ada masalah dalam hal pendidikannya
 Masalah dengan pekerjaan, spesifiknya
Jelaskan :
Px mengatakan tidak ada
 Masalah dengan perumahan, spesifiknya

19
Jelaskan :
Px mengatakan tidak ada masalah
 Masalah dengan ekonomi, spesifiknya
Jelaskan :
Px mengatakan tidak ada
 Masalah dengan pelayanan kesehatan, spesifiknya
Jelaskan :
Px mengatakan tidak ada
 Masalah lainnya, spesifiknya
Jelaskan :
Px mengatakan saya merasa minder dan malu jika akan berhubungan dengan orang lain.
Saya lebih suka diam di rumah
Diagnosa Keperawatan: Isolasi Sosial
XI. ASPEK PENGETAHUAN
Apakah klien mempunyai masalah yang berkaitan dengan pengetahuan yang kurang
tentang suatu hal?
Bagaimana pengetahuan klien/keluarga saat ini tentang penyakit / gangguan jiwa,
perawatan dan penatalaksanaanya faktor yang memperberat masalah (presipitasi), obat-
obatan atau lainnya. Apakah perlu diberikan tambahan pengetahuan yang berkaitan
dengan spesifiknya masalah tsb

√ Penyakit/gangguan jiwa  Penatalaksanaan


 Sistem pendukung  Lain-lain, jelaskan
 Faktor presipitasi

Jelaskan :
Px mengatakan dibawa ke RSJ untuk mencari pengobatan , px mengatakan dirinya tidak
sakit jiwa

Diagnosa Keperawatan:
XII. ASPEK MEDIS
1. Diagnosis Medis :
F20.1 Hebephrenic Schizophrenia
2. Diagnosis Multi Axis
Axis I : F 20.1 Hebephrenic Schizophrenia
Axis II : ........................................................................................................................
Axis III : .........................................................................................................................
Axis IV : .........................................................................................................................
Axis V : ........................................................................................................................
3. Terapi Medis
Tb : Risperidone 2 x 2 mg 1-0-1-0

20
XIII. ANALISA DATA
DIAGNOSA
NO DATA
KEPERAWATAN
1. DS: - Px mengatakan jarang berbincang – Isolasi Sosial
bincang dengan temannya

DO: - Px sering terlihat diam dan merenung


- Px jarang berinteraksi dengan orang lain

21
2. DS: - Px mengatakan tidak ada perilaku Resiko Perilaku Kekerasan
kekerasan

DO:
- Menurut status px, px mengamuk dengan
cara melempar palu, sapu, dan skop ke
suami. Membakar semua baju suaminya

3. DS: - px mengatakan tidak pernah berobat ke Regiment Terepeutik Inefektif


alternatif

DO:
- Menurut status px 3 bulan yang lalu berobat
ke alternatif tidak ada perubahan sampai
penderita dibawa ke RSJ Lawang

4. DS: - Px mengatakan merasa minder dengan Gangguan Konsep Diri : Harga


dirinya sendiri Diri Rendah
- Px merasa malu jika akan berhubungan
dengan orang lain
DO: - Px tampak diam dan malu jika akan
berinterkasi dengan orang lain

5. DS: - Defisit Perawatan Diri

DO: - px tampak kurang bersih


- Cara berpakaian kurang rapi
- Rambut px tampak kusam dan tidak rapi

6. DS : - px mengatakan lebih suka tidur dikamar Defisit Aktifitas

DO : - px tampak kurang beraktifitas, tampak


malas/pasif

7. DS : -px mengatakan merasa kesepian Kerusakan Interaksi

DO : - px tidak ada perubahan ekspresi atau


roman muka saat menceritakan sedih maupun
gembira
- Pada saat diwawancarai px tampak
mengalihkan pandangan tidak melihat mata
lawan bicara

22
8. DS : - Gangguan Proses Pikir

DO : - kesadaran px berubah, banyak diam


- Tingkat konsentrasi mudah beralih, pada
saat ditanya pasien sering mengalihkan
perhatian

9. DS : - px mengatakan jika ada masalah px Koping Individu Inefektif


hanya diam tidak mau menceritakan kepada
orang lain

DO : - px tidak mau menceritakan masalahnya


dengan orang lain

10. DS : - px mengatakan kadang merasa pusing Gangguan Rasa Nyaman :


Nyeri Akut
DO : - px tampak gelisah
- Px tampak memegangi kepala

XIV. DAFTAR DIAGNOSA KEPERAWATAN


1. Isolasi Sosial Resiko
2. Perilaku Kekerasan
3. Regiment Terapeutik Inefektif
4. Gangguan Konsep Diri : Harga Diri Rendah
5. Defisit Perawatan Diri
6. Defisit Aktivitas
7. Kerusakan Interaksi
8. Gangguan Proses Pikir
9. Koping Individu Inefektif
10. Gangguan Rasa Nyaman : Nyeri Akut

XV. POHON MASALAH

Defisit Perawatan Diri


Efek

23
Isolasi Sosial
Core Problem

Gangguan Konsep diri : Harga diri rendah Causa

XVI. PRIORITAS DIAGNOSA KEPERAWATAN


1. Isolasi Sosial
2. Harga Diri Rendah
3. Defisit Perawatan Diri

Lawang, ……………………….
Perawat yang mengkaji

NIM/NIRM: ..………….

24
RENCANA TINDAKAN KEPERAWATAN JIWA
Nama : Ny. K
Ruang : Sedap Malam
No CM : 131***
Unit :
Tgl Dx Perencanaan
Tujuan Kriteria Hasil Intervensi
Keperawatan
28 Isolasi Sosial TUM : Klien 1. Setelah 1x interaksi 1.1 Bina hubungan
Agt dapat berinteraksi klien menunjukkan saling percaya
 Beri salam setiap
201 dengan orang tanda-tanda percaya
berinteraksi
9 lain. kepada perawat :
 Perkenalkan nama,
 Wajah cerah,
TUK 1 : Klien
nama panggilan
tersenyum
dapat membina
 Mau berkenalan perawat dan tujuan
hubungan saling  Ada kontak mata
perawat
 Bersedia
percaya
berkenalan
menceritakan
 Tanyakan dan
perasaan
panggilnama
 Bersedia
kesukaan klien
mengungkapkan
 Tunjukkan sikap
masalah
jujur dan menepat
janji setiap kali
berinteraksi
 Tanyakan
perasaan klien dan
masalah yang
dihadapi klien
 Buat kontrak
interaksi yang jelas
 Dengarkan dengan
penuh perhatian
ekspresi perasaan
klien
TUK 2 : klien 2. Setelah 2x 2.1 tanyakan
mampu interaksi klien dapat pada klien tentang :
 orang yang
menyebutkan menyebutkan satu
tinggal serumah
penyebab penyebab menarik
atau sekamar
menarik diri diri dari :
 Diri dengan klien
 orang yang
sendiri
 Orang lain paling dekat

25
 Lingkunga dengan klien
n dirumah atau ruang
perawatan
 apa yang

membuat klien
dekat dengan orang
tersebut
 orang yang tidak

dekat dengan klien


drumah atau di
ruang perawatan
 upaya yang

sudah dilakukan
agar dekat dengan
orang lain
 apa yang

membuat klien
tidak dekat dengan
orang tersebut
2.2 diskusika
n dengan klien
penyebab menarik
diri atau tidak mau
bergaul dengan
orang lain
2.3 beri
pujian terhadap
kemampuan klien
mengungkapkan
perasaan

TUK 3 : klien 3. Setelah 2x 3.1 tanyakan


mampu interaksi dengan pada klien tentang :
 manfaat
menyebutkan klien dapat
hubungan sosial
keuntungan mnyebutkan
 kerugian
berhubungan keuntungan
menarik diri
sosial dan berhubungan sosial, 3.2 diskusika
kerugian menarik misalnya : n bersama klien
 Banyak teman
diri tentang manfaat
 Tidak kesepian
 Bisa diskusi berhubungan sosial
 Saling menolong
dan kerugian
Kerugian menarik
menarik diri
diri mislanya : 3.3 beri

26
 Sendiri pujian terhadap
 Kesepian
kemampuan klien
 Tidak bisa diskusi
mengungkapkan
perasaannya.
TUK 4 : klien 4. Setelah 3x interaksi 4.1 Observasi perilaku
dapat dengan klien dapat klien saat
melaksanakan melaksanakan berhubungan sosial.
4.2 Beri motivasi dan
hubungan sosial hubungan sosial
bantu klien untuk
secara bertahap secara bertahap
berkenalan/
dengan :
 Perawat berkomunikasi
 Perawat lain
dengan :
 Klien lain
 Perawat lain
 Kelompok
 Klien lain
 Kelompok
4.3 Libatkan klien
dalam terapi
aktivitas kelompok
sosialisasi
4.4 Diskusikan jadwal
harian yang dapat
dilakukan untuk
meningkatkan
kemampuan klien
bersosialisasi
4.5 Beri motivasi klien
untuk melakukan
kegiatan sesuai
dengan jadwal yang
telah dibuat
4.6 Beri pujian terhadap
kemampuan klien
memperluas
pergaulannya
melalui aktivitas
yang
dilaksanakannya

TUK 5 : klien 5. Setelah 3x 5.1 Diskusikan


mampu interaksi klien dapat dengan klien tentang
menjelaskan menjelaskan perasaannya setelah
perasaannya perasaannya setelah berhubungan sosial
setelah berhubungan sosial dengan orang lain

27
berhubungan dengan : dan kelompok.
 Orang lain 5.2 Beri pujian
sosial
 Kelompok
terhadap
kemampuan klien
mengungkapkan
perasaannya
TUK 6 : Klien 6.1Setelah 4x 6.1 Diskusik
mendapat interaksi keluarga an pentingnya
dukungan dapat menjelaskan peran serta
keluarga dalam tentang : keluarga sebagai
 Pengertian
memperluas oendukung untuk
menarik diri
hubungan sosial mengatasi perilaku
 Tanda dan gejala
menarik diri
menarik diri
6.2 Diskusik
 Penyebab dan
an potensi keluarga
akbat menarik diri
 Cara merawat untuk membantu
klien menarik diri klien mengatasi
6.2Setelah 4x
perilaku menarik
pertemuan keluarga
diri
dapat 6.3 Jelaskan
mempraktekkan cara kepada keluarga
merawat klien tentang
 Pengertian
menarik diri
menarik diri
 Tanda dan gejala

menarik diri
 Penyebab dan

akibat menarik diri


 Cara merawat

klien menarik diri


6.8 Latih
keluarga cara
merawat klien
menarik diri
6.9 Tanyakan
perasaan keluarga
setelah mencoba
cara yang
dilatihkan
6.10 Beri
motivasi keluarga
agar membantu
klien untuk

28
bersosialisasi
6.11 Beri
pujian kepada
keluarga atas
keterlibatannya
meraat klien di
rumah sakit
TUK 7 : klien 7.1 Setelah 5x 7.1 Diskusikan
dapat pertemuan klien dengan klien tentang
memanfaatkan menyebutkan : manfaat dan
 Manfaat minum
obat dengan baik kerugian tidak
obat
minum obat, nama,
 Kerugian tidak
warna, dosis, cara,
minum obat
 Nama, warna, efek terapi dan efek
dosis, efek terapi samping
dan efek samping penggunaan obat
7.2 Pantau klien saat
obat
7.2Setelah 5x penggunaan obat
7.3 Beri pujian jika
pertemuan, klien
klien menggunakan
mendemonstrasikan
obat dengan benar
penggunaan obat
7.4 Diskusikan
dengan benar
akibat berhenti
7.3Setelah 5x
minum obat tanpa
pertemuan, klien
konsultasi dengan
menyebutkan akibat
dokter
berhenti minum obat
7.5 Anjurkan klien
tanpa konsultasi
untuk konsultasi
dokter
kepada dokter atau
perawat, jika terjadi
hal-hal yang tidak
diinginkan

29
FORMAT
STRATEGI PELAKSANAAN TINDAKAN KEPERAWATAN
(Dibuat setiap hari sebelum interaksi / pertemuan dengan klien)
Hari Senin tanggal 26 Agustus 2019
(Pertemuan I)
A. PROSES KEPERAWATAN
1. Kondisi Klien:

2. Diagnosa Keperawatan:
Isolosai Sosial

3. Tujuan Khusus (TUK)


TUK 1: Klien dapat membina hubungan saling percaya

4. Tindakan Keperawatan
Bina Hubungan Saling Percaya dengan:
1. Memberi salam setiap berinteraksi
2. Memperkenalkan nama, nama perawat dan tujuan perawat berkenalan
3. Menanyakan dan panggil nama kesukaan klien
4. Menunjukkan sikap jujur dan menepati janji setiap kali berinteraksi
5. Menanyakan masalah klien dan masalah yang dihadapi klien
6. Membuat kontrak interaksi yang jelas
B. STRATEGI KOMUNIKASI DALAM PELAKSANAAN TINDAKAN
KEPERAWATAN
a. FASE ORIENTASI
1. Salam Terapeutik
- Assalammualaikum, Selamat pagi ibu
- Perkenalkan Nama saya Tria Nurfitasari, biasa dipanggil Tri

2. Evaluasi / validasi
- Bagaiman perasaan ibu hari ini?
3. Kontrak
Topik : Berbincang-bincang
Waktu : 10 menit
Tempat : Senyaman Pasien
b. FASE KERJA
- Perkenalkan nama saya Tria Nurfitasari, biasa dipanggil Tria. Tujuan saya
disini agar kita lebih mengenal satu sama lain bu.
- Ibu namanya siapa? Ibu bisa suka dipanggil siapa?
- Bagaimana perasaan ibu hari ini?
- Ibu tidak perlu takut dengan saya karena ibu dala keadaan aman dan saya
siap untuk mendampingi ibu
- Apakah ibu ada masalah pribadi yang ingin diceritakan kepada saya?
- Ibu jangan khawatir disini saya akan menjaga ibu.

30
c. FASE TERMINASI
1. Evaluasi respon klien terhadap tindakan keperawatan
Evaluasi Subyektif (Klien)
- Bagaimana perasaan ibu setelah kita berbincang-bincang dengan saya?

Evaluasi Obyektif (Perawat)


- Apakah ibu masih ingat nama saya?
2. Rencana Tindak Lanjut
- Melatih pasien berinteraksi secara bertahap dengan 2 orang
3. Kontrak yang akan datang
Topik : Berkenalan dengan 2 orang
Waktu : 08.00 – 08.10
Tempat: di ruang tamu

IMPLEMENTASI DAN EVALUASI

Nama: Ny. K Ruang: Sedap Malam No. RM:

No Tanggal dan IMPLEMENTASI EVALUASI


Dx
Jam KEPERAWATAN
1. 26 Agustus 1. Beri salam setiap S:
2019 berinteraksi - Nama saya Kamsiyah
Jam 16.00 2. Perkenalkan nama, nama Biasanya dipanggil
perawat dan tujuan perawat Kamsiyah
- Saya merasa baik-baik
berkenalan
3. Tanyakan dan panggil saja hari ini
- Tidak ada masalah mbak
nama kesukaan klien
4. Tunjukkan sikap jujur dan

31
menepati janji setiap kali O:
berinteraksi - Px dapat
5. Tanyakan masalah klien
memperkenalkan nama
dan masalah yang dihadapi
kepada perawat
klien - Px dapat
6. Buat kontrak interaksi
mengungkapkan
yang jelas
perasaannya
7. Dengarkan dengan penuh
perhatian ekspresi perasaan
A: Px mampu membina
klien
hubungan saling percaya

P: Lanjut SP 1 px dengan
Isolasi Sosial

FORMAT
STRATEGI PELAKSANAAN TINDAKAN KEPERAWATAN
(Dibuat setiap hari sebelum interaksi / pertemuan dengan klien)
Hari Selasa tanggal 27 Agustus 2019
Pertemuan II
A. PROSES KEPERAWATAN
1. Kondisi Klien:
Ds: - Nama saya Kamsiyah biasanya dipanggil Kamsiyah
- Saya merasa baik saja hari ini
- Saya tidak ada masalah

Do: - Px dapat memperkenalkan nama kepada perawat


- Px dapat mengungkapkan perasaannya
-
2. Diagnosa Keperawatan:
Isolosai Sosial

32
3. Tujuan Khusus (TUK)
TUK II : Klien mampu menyebutkan penyebab menarik diri
TUK III : Klien mampu menyebutkan keuntungan berhubungan sosial dan
kerugian menarik diri
TUK IV : Klien dapat melaksanakan hubungan sosial secara bertahap
TUK V : Klien mampu menjelaskan perasannya setelah berhubungan sosial
4. Tindakan Keperawatan
SP I px Isolasi Sosial
1. Mengidentifikasi penyebab isolasi sosial
2. Mendiskusikan dengan px tentang keuntungan berinteraksi dengan orang
lain
3. Mendiskusikan dengan px tentang kerugian tidak berinteraksi dengan
orang lain
4. Mengajarkan pasien cara berkenalan dengan satu rang
5. Menganjurkan px memasukkan kegiatan latihan berbincang-bincang
dengan orang lain dalam kegiatan harian

B. STRATEGI KOMUNIKASI DALAM PELAKSANAAN TINDAKAN


KEPERAWATAN
a. FASE ORIENTASI
1. Salam Terapeutik
- Assalammualaikum, Selamat pagi ibu
- Masih ingat dengan saya ?
2. Evaluasi / validasi
- Bagaimana perasaan ibu hari ini?
3. Kontrak
Topik : Berbincang-bincang
Waktu : 10 menit
Tempat : Senyaman Pasien
b. FASE KERJA
- Siapa saja yang tinggal serumah dengan ibu?
- Siapa yang paling dekat dengan ibu?
- Siapa yang jarang bercakap-cakap dengan ibu?
- Apa yang membuat ibu jarang bercakap-cakap?
c. FASE TERMINASI
1. Evaluasi respon klien terhadap tindakan keperawatan
Evaluasi Subyektif (Klien)
- Bagaimana perasaan ibu setelah latihan berkenalan hari ini ?
Evaluasi Obyektif (Perawat)
- Coba ibu latihan berbincang-bincang dengan orang lain
2. Rencana Tindak Lanjut
- Melatih pasien berinteraksi secara bertahap dengan 2 orang
3. Kontrak yang akan datang
Topik : Berbincang-bincang dengan 2 orang
Waktu : 10 menit
Tempat: Senyaman pasien

33
IMPLEMENTASI DAN EVALUASI

Nama: Ny. K Ruang: Sedap Malam No. RM:

No Tanggal dan IMPLEMENTASI EVALUASI


Dx
Jam KEPERAWATAN
1. 27 Agustus 1. Identifikasi penyebab S: - Px mengatakan “Saya
2019 isolasi sosial pasien tinggal dengan ibu, anak dan
Jam 08.10 2. Diskusikan dengan pasien
suami saya
tentang keuntungan
- Px mengatakan saya
berinteraksi dengan orang lain
dekat dengan ibu saya
3. Diskusikan dengan pasien
- Px mengatakan saya
tentang kerugian tidak
jarang bercakap-cakap
berinteraksi dengan orang lain
dengan teman teman saya
4. Ajarkan pasien cara
- Pxmengatakan saya
berkenalan dengan satu orang
merasa malu jika akan
5. Anjurkan px memasukkan
berhubungan dengan orang
kegiatan latihan berbincang-
lain
bincang dengan orang lain
O:
dalam kegiatan harian
- Px dapat
memperkenalkan diri
dengan orang lain
A: Px mampu memperkenalkan
diri dengan satu orang

P: Lanjut SP II px dengan
Isolasi Sosial

34
FORMAT
STRATEGI PELAKSANAAN TINDAKAN KEPERAWATAN
(Dibuat setiap hari sebelum interaksi / pertemuan dengan klien)
Hari Rabu tanggal 28 Agustus 2019
(Pertemuan III)
A. PROSES KEPERAWATAN
1. Kondisi Klien:
DS : - Px mengatakan “Saya tinggal dengan ibu, anak dan suami saya
- Px mengatakan saya dekat dengan ibu saya
- Px mengatakan saya jarang bercakap-cakap dengan teman teman saya
- Px mengatakan saya merasa malu jika akan berhubungan dengan orang
lain

DO : - Px dapat memperkenalkan diri dengan orang lain

2. Diagnosa Keperawatan:
Isolosai Sosial
3. Tujuan Khusus (TUK)
TUK IV : Klien dapat melaksanakan hubungan sosial secara bertahap
4. Tindakan Keperawatan
SP II Px Isolasi Sosial
1. Mengevaluasi jadwal kegiatan harian pasien
2. Memberikan kesempatan kepada pasien mempraktekkan cara berkenalan
dengan 1 orang
3. Membantu px memasukkan kegiatan berbincang-bincang dengan orang
lain sebagai salah satu kegiatan harian
B. STRATEGI KOMUNIKASI DALAM PELAKSANAAN TINDAKAN
KEPERAWATAN
a. FASE ORIENTASI
1. Salam Terapeutik
- Assalammualaikum, Selamat pagi ibu
- Perkenalkan Nama saya Tria Nurfitasari, biasa dipanggil Tria
2. Evaluasi / validasi
- Bagaimana perasaan ibu hari ini?
3. Kontrak
Topik : Berbincang-bincang
Waktu : 10 menit
Tempat : Senyaman Pasien

b. FASE KERJA
- Apa yang ibu rasakan selama ibu di rawat disini?
- Ibu merasa sendiri?

35
- Siapa saja yang ibu kenal di ruangan ini?
- Apa saja kegiatan yang biasa ibu lakukan dengan teman ibu kenal?
- Apa yang menghambat ibu dalam berteman atau bercakap-cakap dengan
pasien yang lain?
c. FASE TERMINASI
1. Evaluasi respon klien terhadap tindakan keperawatan
Evaluasi Subyektif (Klien)
- Bagaimana perasaan ibu setelah kita berbincang-bincang dengan saya?

Evaluasi Obyektif (Perawat)


-Apakah ibu masih ingat nama saya?
2. Rencana Tindak Lanjut
- Melatih pasien berinteraksi secara bertahap dengan 2 orang
3. Kontrak yang akan datang
Topik : Berkenalan dengan 2 orang
Waktu : 08.00 – 08.10
Tempat: di ruang tamu

IMPLEMENTASI DAN EVALUASI

Nama: Ny. K Ruang: Sedap Malam No. RM:

No Tanggal dan IMPLEMENTASI EVALUASI


Dx
Jam KEPERAWATAN
1. 28 Agustus 1. Evaluasi jadwal kegiatan S: - Px mengatakan ia merasa
2019 harian pasien kesepian
Jam 16.00 2. Berikan kesempatan
- Px mengatakan merasa
kepada pasien mempraktekkan
sendiri

36
cara berkenalan dengan 1 orang - Px mengatakan kenal
3. Bantu px memasukkan
dengan Ny. S
kegiatan berbincang-bincang - Px mengatakan ia jarang
dengan orang lain sebagai salah berhubungan dengan orang
satu kegiatan harian lain
- Px mengatakan merasa
malu jika akan berhubungan
dengan orang lain
O: - Px tampak diam
- Px tampak sering
menyendiri

A: Px belum mampu
berhubungan sosial dengan
orang lain
P: Ulangi SP II Isolasi Sosial
poin 2 dan 3

BAB IV
PENUTUP

4.1 KESIMPULAN

Setelah membandingkan teori dan pelaksanaan asuhan keperawatan pada klien Ny. K
dengan gangguan isolasi sosial menarik diri. Dapat diambil kesimpulan sebagai berikut :
a. Terdapat persamaan antara teori dasar gangguan persepsi sensori halusinasi
dengan pasien kelolaan gangguan isolasi sosial menarik diri baik secara definisi,
tanda dan gejala, faktor predisposisi, sumber koping, mekanisme koping.
b. Membina hubungan saling percaya dengan klien gangguan isoslasi sosial meanrik
diri merupakan tindakan utama yang harus dilakukan perawat dalam meakukan
asuhan keperawatan pada pasien dengan gangguan isolasi sosial menarik diri.
c. Terapi aktifitas kelompok : gerak yang terprogram dapat membantu memberikan
kegiatan pada klien gangguan isolasi sosial menarik diri selama di rumah sakit
d. Melatih klien berkenalan dan berinteraksi dengan orang lain secara terus menerus
penting dilakukan untuk mengatasi gangguan isolasi sosial menarik diri.

4.2 SARAN

37
Dari kesimpulan di atas kami menyarankan sebagai berikut :
a. Dalam memberikan asuhan keperawatan gangguan isolasi sosial menarik diri
hendaknya hubungan saling percaya dilakukan secara bertahap, mulai dari perawat
kemudian perawat lain serta pada klien lainnya
b. Kontrak yang dibuat bersama klien hendaknya dilakukan secara konsisten
c. Terapi aktifitas kelompok sosialisasi hendaknya dilakukan secara teratur
d. Memberikan reinforcement positif setiap melakukan kegiatan

DAFTAR PUSTAKA

Anna, B. K., & Akemat. (2009). Model Praktik Keperawatan Profesional Jiwa. Jakarta: Buku
Kedokteran EGC.

Nita, F. (2010). prinsip dasar penulisan laporan pendahuluan dan strategi pelaksanaan tindakan
keperawatan (LP dan SP). Jakarta: Salemba Medika.

Nurhalimah. (2015). Keperawatan Jiwa . Jakarta: Pusdik Pemberdayaan dan Pengembangan


Sumber Daya Manusia Kemenkes RI.

Suliswati. (2004). Konsep Dasar Keperawatan Kesehatan Jiwa. Jakarta: EGC.

Townsent , M. C. (2010). Buku Saku Diagnosis Keperawatan Psikiatri Rencana Asuhan dan
Meikasi Psikotropik. Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran EGC.

Yudi, H. (2010). Buku Ajar Keperawatan Jiwa. Jakarta: Salemba Medika.

Yusuf, F., & Nihayati, H. E. (2015). Buku Ajar Keperawatan Kesehatan Jiwa . Jakarta: Salemba
Medika.

38

Anda mungkin juga menyukai