Efusi Pleura Kel 4
Efusi Pleura Kel 4
Oleh: KELOMPOK 4
SHERLY ROSITA (1901200531)
CYNTIA SAPTA ANGGRAENI(1901200515)
AFNI PANDYAGALENI (1901200508)
HENDI WIJAYANTO (19012005021)
IRMA RAKHMA MAULANI (1901200523)
Puji syukur kami panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa yang telah
melimpahkan rahmat dan hidayah-Nya sehingga makalah yang berjudul “Konsep
dan Asuhan Keperawatan pada Pasien dengan Efusi Pleura” ini dapat
terselesaikan. Pembahasan ini bertujuan untuk mengetahui pengertian, faktor-
faktor resiko, cara mengatasi, mencegah, penatalaksanaan, dan bagaimana
proses perawatan pasien dengan efusi pleura.
Penulis menyadari bahwa dalam penyusunan makalah ini jauh dari kata
sempurna, baik dari segi penyusunan, bahasan, ataupun penulisannya. Oleh
karena itu, penulis mengharapkan adanya saran dan kritik yang membangun
guna menjadi acuan bekal pengalaman bagi penulis di masa yang akan datang.
Semoga makalah ini dapat memberikan informasi bagi masyarakat dan
bermanfaat untuk pengembangan wawasan dan peningkatan ilmu pengetahuan
bagi kita semua.
Penulis
DAFTAR ISI
2
Daftar Pustaka ........................................................................................................23
BAB I
PENDAHULUAN
3
1.2 Rumusan Masalah
Berdasarkan uraian latar belakang diatas, dapat dirumuskan beberapa
permasalahan tentang bagaimana terjadinya efusi pleura dan bagaimana
penatalaksanaannya serta bagaimana proses asuhan keperawatan yang
diberikan pada pasien dengan efusi pleura.
1.3 Tujuan
Untuk mengetahui dan memahami tentang konsep dasar teori dan
asuhan keperawatan pada pasien dengan efusi pleura, maka harus mampu
melakukan asuhan secara komprehensif berupa:
a. Melakukan pengkajian gawat darurat dengan pasien efusi pleura.
b. Merumuskan diagnosa keperawatan gawat darurat dengan pasien efusi
pleura.
c. Menyusun intervensi keperawatan gawat darurat dengan pasien efusi
pleura.
d. Memahami implementasi keperawatan gawat darurat dengan pasien efusi
pleura.
e. Memahami evaluasi keperawatan gawat darurat dengan pasien efusi
pleura.
f. Memahami dokumentasi keperawatan gawat darurat dengan pasien efusi
pleura.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
4
cairan (5 sampai 15ml) berfungsi sebagai pelumas yang memungkinkan
permukaan pleural bergerak tanpa adanya friksi (Smeltzer C Suzanne,
2002).
Efusi pleural adalah penumpukan cairan di dalam ruang pleural, proses
penyakit primer jarang terjadi namun biasanya terjadi sekunder akibat
penyakit lain. Efusi dapat berupa cairan jernih, yang mungkin merupakan
transudat, eksudat, atau dapat berupa darah atau pus (Baughman C Diane,
2000).
Efusi pleura adalah suatu keadaan dimana terdapat penumpukan cairan
dari dalam kavum pleura diantara pleura parietalis dan pleura viseralis
dapat berupa cairan transudat atau cairan eksudat (Pedoman Diagnosis
danTerapi / UPF ilmu penyakit paru, 1994, 111).
5
Manifestasi klinis yang muncul (Terney, 2002 dan Tucker, 1998) adalah
Sesak Nafas
Nyeri dada
Kesulitan bernafas
Peningkatan suhu tubuh jika ada infeksi
Keletihan
Batuk
Penjelasan tanda dan gejalanya sebagai berikut:
a. Adanya timbunan cairan mengakibatkan perasaan sakit karena
pergesekan, setelah cairan cukup banyak rasa sakit hilang. Bila cairan
banyak, penderita akan sesak napas.
b. Adanya gejala-gejala penyakit penyebab seperti demam, menggigil,
dan nyeri dada pleuritis (pneumonia), panas tinggi (kokus), subfebril
(tuberkulosisi), banyak keringat, batuk, banyak riak.
c. Deviasi trachea menjauhi tempat yang sakit dapat terjadi jika terjadi
penumpukan cairan pleural yang signifikan.
d. Pemeriksaan fisik dalam keadaan berbaring dan duduk akan berlainan,
karena cairan akan berpindah tempat. Bagian yang sakit akan kurang
bergerak dalam pernapasan, fremitus melemah (raba dan vocal), pada
perkusi didapati daerah pekak, dalam keadaan duduk permukaan
cairan membentuk garis melengkung (garis Ellis Damoiseu).
e. Didapati segitiga Garland, yaitu daerah yang pada perkusi redup
timpani dibagian atas garis Ellis Domiseu. Segitiga Grocco-Rochfusz,
yaitu daerah pekak karena cairan mendorong mediastinum kesisi lain,
pada auskultasi daerah ini didapati vesikuler melemah dengan ronki.
f. Pada permulaan dan akhir penyakit terdengar krepitasi pleura.
2.4 Patofisiologi
Dalam keadaan normal hanya terdapat 10-20 ml cairan di dalam
rongga pleura. Jumlah cairan di rongga pleura tetap, karena adanya
tekanan hidrostatis pleura parietalis sebesar 9 cm H2O. Akumulasi cairan
pleura dapat terjadi apabila tekanan osmotik koloid menurun misalnya pada
penderita hipoalbuminemia dan bertambahnya permeabilitas kapiler akibat
ada proses keradangan atau neoplasma, bertambahnya tekanan hidrostatis
akibat kegagalan jantung dan tekanan negatif intra pleura apabila terjadi
atelektasis paru (Alsagaf H, Mukti A, 1995, 145).
6
Effusi pleura berarti terjadi pengumpulan sejumlah besar cairan bebas
dalam kavum pleura. Kemungkinan penyebab efusi antara lain (1)
penghambatan drainase limfatik dari rongga pleura, (2) gagal jantung yang
menyebabkan tekanan kapiler paru dan tekanan perifer menjadi sangat
tinggi sehingga menimbulkan transudasi cairan yang berlebihan ke dalam
rongga pleura (3) sangat menurunnya tekanan osmotik kolora plasma, jadi
juga memungkinkan transudasi cairan yang berlebihan (4) infeksi atau
setiap penyebab peradangan apapun pada permukaan pleura dari rongga
pleura, yang memecahkan membran kapiler dan memungkinkan pengaliran
protein plasma dan cairan ke dalam rongga secara cepat (Guyton dan Hall ,
Egc, 1997, 623-624).
Efusi pleura akan menghambat fungsi paru dengan membatasi
pengembangannya. Derajat gangguan fungsi dan kelemahan bergantung
pada ukuran dan cepatnya perkembangan penyakit. Bila cairan tertimbun
secara perlahan-lahan maka jumlah cairan yang cukup besar mungkin akan
terkumpul dengan sedikit gangguan fisik yang nyata. Kondisi efusi pleura
yang tidak ditangani, pada akhirnya akan menyebabkan gagal nafas. Gagal
nafas didefinisikan sebagai kegagalan pernafasan bila tekanan partial
Oksigen (Pa O2)≤ 60 mmHg atau tekanan partial Karbondioksida arteri (Pa
Co2) ≥ 50 mmHg melalui pemeriksaan analisa gas darah.
7
mudah dilakukan dan merupakan tindakan yang tidak invasif dan dapat
dilakukan di tempat tidur pasien. USG toraks lebih unggul daripada foto
toraks dalam mendiagnosis efusi pleura dan dapat mendeteksi efusi
pleura sekecil 5ml. meskipun beberapa hal yang detail hanya bisa
terlihat pada CT scan, USG dapat mengidentifikasi efusi yang
terlokalisir, membedakan cairan dari penebalan pleura, dan dapat
membedakan lesi paru antara yang padat dan cair. USG juga dapat
digunakan untuk membedakan penyebab efusi pleura apakah berasal
dari paru atau dari abdomen.
c. CT – SCAN Thorak
Pada kasus kanker paru Ct Scan bermanfaat untuk mendeteksi
adanya tumor paru juga sekaligus digunakan dalam penentuan staging
klinik yang meliputi:
menentukan adanya tumor dan ukurannya
mendeteksi adanya invasi tumor ke dinding thorax, bronkus,
mediatinum dan pembuluh darah besar
mendeteksi adanya efusi pleura
Disamping diagnosa kanker paru CT Scan juga dapat digunakan
untuk menuntun tindakan trans thoracal needle aspiration (TTNA),
evaluasi pengobatan, mendeteksi kekambuhan dan CT planing
radiasi.
d. Kultur sputum : dapat ditemukan positif Mycobacterium tuberculosis
e. Fungsi paru: Penurunan vital capacity, paningkatan dead space,
peningkatan rasio residual udara ke total lung capacity, dan penyakit
pleural pada tuberkulosis kronik tahap lanjut.
f. Pemeriksaan Laboratorium
Dalam pemeriksaan cairan pleura terdapat beberapa pemeriksaan
antara lain:
1) Pemeriksaan Biokimia
Secara biokimia effusi pleura terbagi atas transudat dan eksudat yang
perbedaannya dapat dilihat pada tabel berikut:
Pemeriksaan Transudat Eksudat
Kadar protein dalam <3 >3
effusi 9/dl
Kadar protein dalam < 0,5 > 0,5
effuse
8
Kadar protein dalam - -
serum
Kadar LDH dalam < 200 > 200
effusi (1-U)
Kadar LDH dalam < 0,6 > 0,6
effuse
Kadar LDH dalam - -
serum
Berat jenis cairan < 1,016 > 1,016
effuse
Rivalta Negatif Positif
Diisamping pemeriksaan tersebut diatas, secara biokimia
diperiksakan juga cairan pleura :
- Kadar pH dan glukosa. Biasanya merendah pada penyakit-
penyakit infeksi, arthritis reumatoid dan neoplasma.
- Kadar amilase. Biasanya meningkat pada paulercatilis dan
metastasis adenocarcinona (Soeparman, 1990, 787).
2) Analisa cairan pleura
- Transudat : jernih, kekuningan
- Eksudat : kuning, kuning-kehijauan
- Hilothorax : putih seperti susu
- Empiema : kental dan keruh
- Empiema anaerob: berbau busuk
- Mesotelioma : sangat kental dan berdarah
3) Perhitungan sel dan sitologi
- Leukosit 25.000 (mm3) : empyema
- Netrofil : pneumonia, infark paru, pankreatilis,TB paru
- Limfosit : tuberculosis, limfoma, keganasan.
- Eosinofil meningkat : emboli paru, poliatritis nodosa,
parasit dan jamur
- Eritrosit : mengalami peningkatan 1000-10000/ mm3
cairan tampak kemorogis, sering dijumpai pada pankreatitis
atau pneumoni. Bila erytrosit > 100000 (mm3 menunjukkan
infark paru, trauma dada dan keganasan.
- Misotel banyak : Jika terdapat mesotel kecurigaan TB bisa
disingkirkan.
9
- Sitologi : Hanya 50 - 60 % kasus- kasus keganasan
dapat ditemukan sel ganas. Sisanya kurang lebih terdeteksi
karena akumulasi cairan pleura lewat mekanisme obstruksi,
preamonitas atau atelektasis (Alsagaff Hood, 1995 : 147,148)
-
4) Bakteriologis
Jenis kuman yang sering ditemukan dalam cairan pleura
adalah pneamo cocclis, E-coli, klebsiecla, pseudomonas,
enterobacter. Pada pleuritis TB kultur cairan terhadap kuman
tahan asam hanya dapat menunjukkan yang positif sampai 20 %
(Soeparman, 1998: 788).
2.6 Komplikasi
Menurut (Mansjoer, 2001), komplikasi efusi pleura yaitu:
Infeksi
Fibrosis paru
2.7 Penatalaksanaan
Penatalaksanaan pada efusi pleura ini adalah (Mansjoer, 2001)
1) Thorakosentasis
Drainase cairan jika efusi pleura menimbulkan gejala subjektif seperti
nyeri, dispnea dan lain-lain. Cairan efusi sebanyak 1-1,5 liter perlu
dikeluarkan segera untuk mencegah meningkatnya edema paru. Jika
jumlah cairan efusi lebih banyak maka pengeluaran cairan berikutnya
baru dapat dilakukan 1 jam kemudian
2) Pemberian antibiotik
Jika ada infeksi.
3) Pleurodesis
Pada efusi karena keganasan dan efusi rekuren lain, diberikan obat
(tetrasiklin, kalk dan bieomisin) melalui selang interkostalis untuk
melekatkan kedua lapisan pleura dan mencegah cairan terakumulasi
kembali.
4) Tirah baring
Tirah baring ini bertujuan untuk menurunkan kebutuhan oksigen
karena peningkatan aktivitas akan meningkatkan kebutuhan oksigen
sehingga dyspnea akan semakin meningkat pula.
10
5) Biopsi pleura, untuk mengetahui adanya keganasan.
6) Water Seal Drainase (WSD).
Suatu unit yang bekerja sebagai drain untuk mengeluarkan udara
dan cairan melalui selang dada. Tempat pemasangan :
a) Apikal:
Letak selang pada interkosta III mid klavikula
Dimasukkan secara antero lateral
Fungsi untuk mengeluarkan udara dari rongga pleura
b) Basal:
Letak selang pada interkostal V-VI atau interkostal VIII-IX mid
aksiller
Fungsi : untuk mengeluarkan cairan dari rongga pleura
BAB III
ASUHAN KEPERAWATAN
3.1 Pengkajian
a. Pengkajian Primer
1) Air way
Ada atau tidak penumpukan secret
Refleks batuk menurun
Refleks menelan menurun
Wheezing
Edema tracheal/faringeal
2) Breathing
Sesak nafas
RR > 20 x/menit
Menggunakan otot bantu pernafasan
Retraksi dinding dada asimitris
Irama nafas tidak teratur,
Pernafasan cepat dan dangkal
3) Circulation
Nadi cepat
TD meningkat atau hipotensi
Distritmia
4) Disability
Kesadaran GCS
Pupil
Mual / muntah
Gelisah
11
Nyeri dada
b. Pengkajian Sekunder
1) Aktifitas/istirahat
Gejala : Dispneu dengan aktifitas ataupun istirahat.
2) Sirkulasi
Tanda : Takikardi, disritmia, irama jantung gallop,
hipertensi/hipotensi, DVJ.
3) Integritas ego
Tanda : Ketakutan, gelisah.
4) Makanan / cairan
Adanya pemasangan infus intravena.
5) Nyeri/kenyamanan
Gejala tergantung ukuran/area terlibat : Nyeri yang diperberat oleh
napas dalam, kemungkinan menyebar ke leher, bahu, abdomen.
Tanda : Berhati-hati pada area yang sakit, perilaku distraksi.
6) Pernapasan
Gejala : Kesulitan bernapas, Batuk, riwayat bedah dada/trauma.
Tanda : Takipnea, penggunaan otot aksesori pernapasan pada
dada, retraksi interkostal, Bunyi napas menurun dan fremitus
menurun (pada sisi terlibat), Perkusi dada : hiperresonan diarea
terisi udara dan bunyi pekak diarea terisi cairan.
Observasi dan palpasi dada : Gerakan dada tidak sama
(paradoksik) bila trauma, penurunan pengembangan (area sakit).
7) Kulit : pucat, sianosis, berkeringat, krepitasi subkutan.
12
6. Intoleransi aktifitas berhubungan dengan ketidakseimbangan antara
suplai oksigen dengan kebutuhan.
7. Cemas berhubungan dengan status kesehatan
13
normal {5} ritme
Suara perkusi
2. Monitor suara nafas klien
hiperresonan
seperti crowing atau snoring
diseluruh lapang paru
3. Palpasi untuk ekspansi paru
{5}
4. Monitor dyspnea klien dan
Keterangan:
aktifitas yang meningkatkan
1: Severe deviation from
dyspnea
normal
5. Monitor hasil x-ray dada
2: Substansial deviation
pasien
from normal
3: Moderate deviation
from normal
4: Mild deviation from
normal
5: No deviation from
normal
Vital Sign
Suhu tubuh dalam
rentang normal (36.5-
37.5 0C) {5}
Tekanan darah sistolik
(80-120 mmHg)
Tekanan darah
diastolik (60-80
mmHg) {5}
Keterangan:
1: Severe deviation from
normal
2: Substansial deviation
from normal
3: Moderate deviation
from normal
4: Mild deviation from
normal
5: No deviation from
normal
3 Nyeri akut Setelah diberikan asuhan NIC LABEL : Pain Management
14
berhubungan keperawatan selama 1. Kaji dan catat kualitas, lokasi
dengan agen 2x24 jam diharapkan dan durasi nyeri. Gunakan skala
cedera biologis level ketidaknyamanan nyeri dengan pasien dari 0 (tidak
ditandai dengan pasien berkurang dengan ada nyeri) – 10 (nyeri paling
mengatakan kriteria hasil : buruk).
nyeri secara NOC LABEL : Discomfort 2. Gunakan komunikasi
verbal Level terapeutik untuk mengetahui
- Pasien tidak meringis nyeri dan respon pasien
- Skala nyeri 5 terhadap nyerinya
- Pasien tidak tampak 3. Kaji dengan pasien faktor-
ketakutan, skala 4-5 faktor yang dapat
- Pasien tidak tampak meningkatkan/mengurangi
cemas, skala 4-5 nyerinya
- Pasien dapt beristirahat 4. Kaji efek dari pengalaman
dengan cukup, skala 4-5 nyeri terhadap kualitas tidur,
(Skala 1 : severe, skala nafsu makan, aktivitas dan
2 :substantial, skala 3 : suasana hati
moderate, skala 4 : mild, 5. Control lingkungan sekitar
skala 5 : none) pasien yang dapat memberikan
respon tidak nyaman, misalnya
Setelah diberikan asuhan temperature ruangan,
keperawatan selama pencahayaan dan kebisingan
2x24 jam diharapkan 6. Ajarkan tekhnik
level ketidaknyamanan nonfarmakologis, (misalnya
pasien berkurang dengan guided imageri, distraksi,
kriteria hasil : relaksasi, terapi musik,
NOC LABEL : massage), sebelum, setelah, dan
Pain control jika mungkin selama nyeri
- Pasien dapat berlangsung, sebelum nyeri
menyebutkan faktor yang meningkat, dan selama nyeri
menyebabkan nyerinya berkurang
timbul, skala 4-5 7. Ajarkan tentang penggunaan
- Pasien dapat farmakologikal dalam
melaporkan perubahan mengurangi nyeri
pada tanda-tanda nyeri
15
kepada petugas
kesehatan /perawat,
skala 4-5
- Pasien dapat
melaporkan bagaimana
cara mengontrol
nyerinya, skala 4-5
- Pasien menggunakan
cara non-analgesics
untuk mengurangi
nyerinya, skala 4-5
- Pasein menggunakan
obat analgesics sesuai
rekomendasi, skala 4-5
(skala 1 : never
demonstrated, skala 2 :
rarely demonstrates,
skala 3 : sometimes
demonstrated, skala 4 :
often demonstrated, skala
5 : consistenlly
demonstrated)
16
kulit tangan untuk menjaga
kesehatan
3.Keadaan kulit 2. Gunakan "universal
17
suhu tubuh normal dengan criteria 3. Beri obat untuk mengobati
diatas rentang hasil: penyebab demam yang
normal Suhu tubuh dalam sesuai
rentang normal (36,5- 4. Dorong klien untuk
37,5⁰C) (5) meningkatkan intake cairan
Nadi radial dalam
melalui oral yang sesuai.
rentang 80-100
5. Beri obat yang tepat untuk
x/menit (5)
mencegah atau
Tekanan darah
mengendalikan klien
sistolik 80-110 mmHg
menggigil
(5)
6 Intoleransi Setelah dilakukan NIC: Toleransi aktivitas
aktifitas askep ... jam Klien dapat
1. Tentukan penyebab
berhubungan menoleransi aktivitas &
intoleransi aktivitas &
dengan melakukan ADL dgn baik
tentukan apakah penyebab
ketidakseimban Kriteria Hasil:
dari fisik, psikis/motivasi
gan antara Berpartisipasi dalam
suplai oksigen aktivitas fisik dgn TD, 2. Kaji kesesuaian
dengan HR, RR yang sesuai aktivitas&istirahat klien
kebutuhan Peningkatan sehari-hari
toleransi aktivitas
3. ↑ aktivitas secara bertahap,
biarkan klien berpartisipasi
dapat perubahan posisi,
berpindah&perawatan diri
18
dengan krisis terkontrol dg KH: 1. Bina hubungan saling
situasional, percaya
ekspresi wajah
hospitalisasi
tenang , anak / 2. Kaji kecemasan keluarga dan
keluarga mau identifikasi kecemasan pada
bekerjasama dalam keluarga.
tindakan askep.
3. Jelaskan semua prosedur
pada keluarga
BAB IV
PENUTUP
4.1 Kesimpulan
Efusi pleura adalah istilah yang digunakan bagi penimbunan
cairan dalam rongga pleura. Berdasarkan lokasi cairan yang terbentuk,
efusi dibagi menjadi unilateral dan bilateral. Tanda dan gejala yang
mungkin muncul adalah sesak nafas, nyeri dada, pleuritik, deviasi trakea,
nyeri perut, batuk, cegukan, pernafasan yang cepat, rasa Berat pada
dada. Pengobatan terhadap pasien dengan efusi pleura adalah
dengan mengatasi penyakit yang mendasarinya, mencegah penumpakan
19
kembali cairan, serta untuk mengurangi ketidaknyamanan dan dispnea.
Komplikasi yang dapat terjadi adalah Infeksi paru dan fibrosis paru.
4.2 Saran
Demikian makalah ini kami buat semoga dapat bermanfaat untuk
semua yang membaca dan memahami tentang definisi serta berbagai hal
mengenai konsep keperawatan keluarga. Dan juga kita bisa memberikan
edukasi kepada keluarga serta memberikan yang terbaik untuk pasien.
20
DAFTAR PUSTAKA