Anda di halaman 1dari 25

PROPOSAL

ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN DENGAN


APENDISITIS POST OPERASI DI RUANGAN
PENYAKIT BEDAH DI RSUD
ATAMBUA

OLEH

AMELIA LUDGARDIS MBULU


NIM : 5306. 07. 421

PEMERINTAH KABUPATEN BELU


AKADEMI KEPERAWATAN
2009
LEMBARAN PENGESAHAN

Proposal studi kasus dengan judul “Asuhan Keperawatan pada


pasien dengan Apendisitis di Ruangan Penyakit Bedah RSUD Atambua.

Disusun oleh

AMELIA LUDGARDIS MBULU


NIM : 5306. 07. 421

Pada Akademi Keperawatan Kebupaten Belu Atambua, telah dapat


persetujuan untuk melakukan studi kasus dengan proses yang berlaku

Atambua, Oktober 2009

Menyetujui pembimbing

M.Rosalinda Us Abatan, S, Kep. Ns


NIP. 19651027 199003 2 009

Mengetahui
Direktur Akademi keperawatan
Kabupaten Belu

NS. Djulianus Tes Mau. M. Kes


NIP. 19670729 198903 1 010

ii
KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis haturkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena
atas berkat dan bimbingan-Nya maka penulis dapat menyusun dan
menyelesaikan proposal dengan judul “Asuhan Keperawatan Pada Pasien
Dengan Apendisitis” ini dengan baik.
Proposal ini dibuat sebagai salah satu persyaratan untuk
menyelesaikan pendidikan Diploma III Keperawatan pada Akademi
Keperawatan Pemerintah Kabupaten Belu. Diselesaikannya proposal ini
karena adanya banyak bimbingan, masukan dan dukungan dari berbagai
pihak, baik secara langsung maupun tidak langsung, oleh karena itu pada
kesempatan ini penulis patut menyampaikan terima kasih kepada :
1. Drs. Joachim Lopez, selaku Bupati Belu
2. dr. Lau Fabianus, selaku Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten Belu
3. Ns. Djulianus Tes Mau, M. Kes, sebagai Direktur Akper Pemerintah
Kabupaten Belu yang telah memberikan kesempatan kepada penulis
untuk menuntut ilmu
4. dr. Johanes taolin, SpOG, sebagai Direktur RSUD Atambua yang telah
memberikan lahan untuk penelitian
5. Maria Rosalinda Us Abatan, S. Kep, Ns, sebagai Dosen Pembimbing
yang telah meluangkan waktu membimbing dan menuntun penulis
dalam menyelesaikan karya tulis ilmiah
6. Petugas perpustakaan yang telah menyediakan dan memberi
kesempatan kepada penulis untuk meminjam buku sumber
7. Kedua orang tua, kakak, adik, serta seluruh keluarga yang telah
memberikan dukungan moril dan material dalam menjalankan studi
dan menyelesaikan proposal ini.

iii
Akhirnya penulis menyadari masih banyak kekurangan dalam
menyusun proposal ini, untuk itu penulis mengharapkan kritik, saran atau
masukan dari semua pihak demi menyempurnakan proposal ini.

Atambua, 2009

Penulis

iv
DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ...................................................................................... i

LEMBARAN PENGESAHAN...................................................................... ii

KATA PENGANTAR .................................................................................. iii

DAFTAR ISI ............................................................................................... v

BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang .................................................................... 1
B. Rumusan Masalah ............................................................... 2
C. Tujuan Penulisan ................................................................ 2
D. Manfaat Penulisan .............................................................. 3
E. Metode Penulisan ................................................................. 4
F. Sistematika Penulisan ......................................................... 4

BAB II TINJAUAN TEORITIS


A. Konsep Dasar ....................................................................... 5
1. Pengertian ....................................................................... 5
2. Penyebab ......................................................................... 6
3. Patogenesis ..................................................................... 6
4. Manifestasi Klinis ............................................................. 7
5. Penatalaksanaan ............................................................. 8
6. Komplikasi ....................................................................... 8
7. Pengobatan ................................................................... 8
8. Tes Diagnostik ................................................................. 9
9. Dignosa Banding ............................................................. 9
B. Proses Keperawatan ........................................................... 10
1. Pengkajian ..................................................................... 10
2. Diagnosa Keperawatan ................................................. 12
3. Perencanaan ................................................................. 12
4. Pelaksanaan .................................................................. 16
5. Evaluasi ......................................................................... 17
6. Dokumentasi .................................................................. 17

DAFTAR PUSTAKA

v
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Perilaku hidup sehat merupakan perilaku untuk memelihara dan
meningkatkan kesehatan mencegah resiko terjadinya penyakit
melindungi diri dari ancaman penyakit serta berperan aktif dalam
gerakan hidup sehat. Dampak dari hidup tidak sehat adalah gampang
terserang berbagai macam penyakit termasuk Apendisitis. Hal ini akan
sangat mempengaruhi kehidupan ekonomi dan aktivitas sosial dan
masyarakat. Sedangkan bagi anak dan remaja dapat menganggu
proses pendidikan.
Apendisitis merupakan inflamasi apendiks, suatu tambahan
seperti kantung yang tidak berfungsi terletak pada anterior sekum.
Penyebab yang paling umum dari Apendisitis adalah obstruksi lumen
oleh feses yang akhirnya merusak aliran darah dan mengikis mukosa
menyebabkan inflamasi (Wilson dan Golman. 1989) Komplikasi utama
berhubungan dengan Apendisitis adalah peritonitis yang dapat terjadi
bila apendiks ruptur (Engram, Barbara. 1998) Perasaan sakit
merupakan keluhan awal pada 97-100% kasus, walaupun beberapa
kasus mengeluh gangguan pencernaan satu atau dua hari
sebelumnya. (Soeparman 1990) pada kasus ini pria lebih banyak
terkena daripada wanita, remaja-remaja lebih banyak dari orang
dewasa. Apendisitis paling sering terkena pada usia 10-30 tahun dan
penatalaksanaan Apendisitis hanya melalui pembedahan
(Apendektomi), Apendektomi dilakukan jika telah didiagnosa
Apendisitis (Bluner dan Suddarth. 1998)
Menurut para ahli timbulnya Apendisitis ada hubungannya
dengan cara hidup seseorang, maka para tim bedah
RS. Wahidin Sudirohusodo Makasar melakukan penelitian dari bulan
Februari sampai September 2004. data diambil dari penderita sakit

1
perut kanan bawah telah ditetapkan oleh tim bedah ditemukan 97
kasus terdiri dari 44 perempuan (45,5 %) dan laki-laki 53 (55,6 %)
berusia 16-60 tahun. Sedangkan kelompok usia 16-30 tahun
merupakan kelompok terbanyak (76,3 %) untuk dilakukan
apendektomi. (http://www.Jocam.com). Walaupun Apendisitis tidak
termasuk kedalam perawatan gawat darurat akan tetapi bila terjadi
pada orang tua angka kematian berkisar antara 2-6 % dan hampir
19,4 % pada kehamilan dan 20 % pada anak dibawah usia 2 tahun dan
merupakan infeksi yang paling sering didapatkan. (Rab rabrani, 1998).
Berdasarkan data yang di peroleh dari RSUD Atambua ruang
Bedah pada tahun terakhir ini penderita Apendisitis sebanyak : 142
orang pada tahun 2007 berjumlah 123 orang (1,2 %) pada tahun 2008
berjumlah 174 orang (1,7 %). Dan pada 2009 berjumlah 115 orang
(1,5 %).
Berdasarkan uraian diatas, maka penulis tertarik untuk
melakukan studi kasus melalui asuhan keperawatan yang meliputi
pengkajian, diagnosa, rencana tindakan, implementasi dan evaluasi
pada RSUD Atambua di ruang Bedah.

B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang tersebut diatas, maka rumusan
masalah adalah bagaimana cara memberikan asuhan keperawatan
pada pasien dengan Apendisitis post operasi.

C. Tujuan Penulisan
1. Tujuan Umum
Memperoleh pengalaman nyata dalam pelaksanaan asuhan
keperawatan pada pasien post operasi Apendisitis
2. Tujuan Khusus
a. Memperoleh pengalaman nyata dalam pengkajian pasien
dengan post operasi Apendisitis

2
b. Memperoleh pengalaman nyata dalam merumuskan rumusan
masalah pada pasien post operasi Apendisitis
c. Memperoleh pengalaman nyata dalam menyusun rencana
tindakan keperawatan pada pasien post operasi Apendisitis
d. Memperoleh pengalaman nyata dalam melaksanakan tindakan
keperawatan pada pasien post operasi Apendisitis
e. Memperoleh pengalaman nyata dalam mengevaluasi tindakan
keperawatan pada post operasi Apendisitis
f. Memperoleh pengalaman nyata dalam mendokumentasikan
tindakan keperawatan pada pasien post operasi Apendisitis
g. Mampu menilai kesenjangan antara teori dan kasus nyata dan
mencari alternatif pemecahan masalah.

D. Manfaat Penyuluhan
Adapun manfaat dalam penulisan ini adalah :
1. Bagi Pasien
Sebagai bahan tertulis yang mengungkapkan bahwa pasien
telah mendapat asuhan keperawatan yang merupakan
bantuan dalam pemecahan masalah kesehatan yang dialami.
2. Bagi Instituisi/Pendidikan
Sebagai sumber informasi dan tolok ukur keberhasilan
pendidikan keperawatan.
3. Bagi Rumah Sakit
Sebagai bahan masukan dalam rangka meningkatkan asuhan
keperawatan pada pasien dengan pre dan post Apendisitis
dan sebagai bahan evaluasi dalam penerapan proses
keperawatan.
4. Bagi Penulis
Merupakan bahan evaluasi tentang kemampuan penerapan
konsep asuhan keperawatan yang didapat selama pendidikan
kedalam praktek secara nyata.

3
E. Metode Penulisan
Dalam penulisan proposal ini metode yang digunakan adalah
metode deskriptif melalui studi pustaka dan sudi kasus.
Studi pustaka diambil dari buku perpustakaan dan sumber
lainnya yang berhubungan dengan masalah Apendisitis, sedangkan
studi kasus yang diambil dari Ruangan Bedah RSUD Atambua. Teknik
penulisan dengan pengambilan data dilakukan melalui : wawancara,
observasi, pemeriksaan fisik, laboratorium dan catatan perawat.

F. Sistematika Penulisan
Sistematika dalam menyelesaikan proposal ini adalah :
Bab I Pendahuluan
A. Latar Belakang
B. Rumusan Masalah
C. Tujuan Penulisan
D. Manfaat Penulisan
E. Metode Penulisan
F. Sistematika Penulisan
Bab II Tinjauan Teoritis
A. Konsep Dasar
B. Konsep Asuhan Keperawatan

4
BAB II
TINJAUAN TEORITIS

A. Konsep Dasar
1. Pengertian
Apendisitis adalah ujung seperti jari kecil yang
panjangnya kira-kira 10 cm (4 inci).
Melekat pada sekum tepat di bawah
katup ileosekal
(Bunner dan Suddarth. 200 : 1097)
Apendisitis adalah peradangan dari apendiks vermiformis,
dan merupakan penyebab abdomen
akut yang paling sering.
(Mansdjoer A. 2000 : 307
Apendisitis adalah Peradangan akibat infeksi pada usus
buntu atau umbai cacing (apendiks).
Infeksi ini dapat mengakibatkan
pernanahan. (http://Keperawatan-gun.
blogspot.com.2008/05/askep.apendisiti
s.html)
Apendisitis adalah Peradangan yang sering dijumpai
dapat timbul setelah obstruksi
apendiks oleh tinja, atau akibat
terpuntirnya apendiks atau pembauluh
darahnya.
(Corwin, Elizabeth J. 2000 : 259).
Apendiks merupakan Penyakit bedah mayor yang paling
sering terjadi.
(Price A. Sylvia. 2005 : 448)

5
2. Penyebab (Price A. Sylvia. 2005 : 448)
Penyebab utamanya diuga karena adanya obstruksi lumen,
yang biasanya disebabakan oleh fekalit (feses keras yang
terutama disebabkan oleh serat). Bila keadaan ini dibiarkan
berlangsung terus menerus, biasanya mengakibatkan nekrosis,
gangren, dan perforasi.

3. Patogenesis (Price A. Sylvia. 2005 : 448)


Apendiks vermoformis merupakan sisa apeks yang belum
diketahui fungsinya pada manusia. Apendiks merupakan tabung
panjang, sempit (sekitar 6-9 cm) dan mengandung arteri
apendikularis yang merupakan arteri terminalis (end-arteri).
Pada posisi yang lazim, apendiks terletak pada dinding
abdomen dibawah titik Mc Burney. Titik Mc Burney dicari dengan
menarik garis dari spina iliaka superior kanan ke umbilikus. Titik
tengah garis ini merupakan tempat pangkal apendiks.

Gambar

6
Apendiks adalah peradangan apendiks mengenai semua
lapisan dinding organ tersebut. Patogenesis utamanya diduga
karena adanya obstruksi lumen, biasanya disebabkan oleh fekalit
(feses keras yang disebabkan oleh serat). Penyumbatan
pengeluaran sekret mukus mengakibatkan terjadinya
pembengkakan, infeksi dan ulerasi. Peningkatan tekanan
intraluminal dapat menyebabkan terjadinya oskulasi (end-arteri)
apendikularis. Bila keadaan ini dibiarkan berlangsung, biasanya
mengakibatkan nekrosis, gangren dan perforasi. Penelitian
terakhir menunjukkan bahwa ulerasi mukosa berjumlah 60 hingga
70% kasus, lebih sering daripada sumbatan lumen. Ulerasi tidak
diketahui, walau sampai sekarang diperkirakan disebabkan oleh
virus.

4. Manifestasi Kiinis
Manifestasi klinis apendisitis adalah :
a. Nyeri kuadran kanan bawah terasa dan biasanya disertai oleh
demam ringan, mual, muntah dan hilangnya nafsu makan
b. Nyeri tekan lokal pada titik Mc Burney bila dilakukan tekanan
dan adanya kekakuan pada bagian bawah otot rektus kanan
c. Nyeri tekan lepasa (hasil atau intensifikasi dari nyeri bila
tekanan dilepas) mungkin dijumpai. Derajat nyeri tekan,
spasme otot, konsti[asi atau diare tidak tergantung pada
ebratnya infeksi dan lokasi apendiks.
d. Tanda dan ruosing dapat timbul dengan melakukan palpasi
kuadran kiri bawah
e. Jika terjadi ruptur, nyeri lebih menyebar, distensi abdomen
akibat ileus paralitik dan kondisi pasien memburuk.

7
5. Penatalaksanaan (mansdjoer A. 2000 308-309)
Pasca operasi
Perlu dilakukan observasi tanda-tanda vital untuk
mengetahui terjadinya perdarahan didalam, syok, hipertermi, atau
gangguan pernapasan. Angkat sonde lambung bila pasien telah
sadar, sehingga aspirasi cairan lambung dapat dicegah.
Baringkan pasien pada posisi fowler. Selama itu pasien
dipuasakan. Pasien dapat dikatakan baik bila dalam 12 jam tidak
terjadi gangguan.

6. Penyulit/komplikasi (Suzane. C.Smeltzer. 2001 : 1099)


Komplikasi utama apendisitis adalah perforasi apendiks,
dapat berkembang sebagai peritonitis, insidens perforasi adalah
10% sampai 32 %. Perforasi secara umum dapat terajdi 24 jam
setelah awitan nyeri. Gejala mencakup demam dengan suhu
(37,7oc) atau lebih, penampilan toksik dan yeri tekan abdomen
yang kontinyu.

7. Pengobatan (Price, Slyvia Anderson) 2005 : 449)


Setelah diagnosis apendisitis ditegakkan, maka pasien
dipersiapkan untuk menjalani pembedahan, dan apendiks segera
dibuang setiap saat baik siang maupun malam. Bila pembedahan
dilakukan sebelum terjadi ruptur dan tanda peritonitis, perjalanan
pasca bedah umumnya tanpa disertai penyulit. Pemberian
antibiotik biasanya didindikasikan.

8
8. Tes Diagnostik (Suzane C. Smeltzer. 2001 : 1099)
a. Diagnosa didasarkan pada pemeriksaan fisik lengkap dan tes
laboratorium dan sinar x
b. Jumlah leukosit mungkin lebih tinggi 10.000/mm 3, dan
pemeriksaan ultrasound dapat menunjukkan densitas kuadran
kanan bawah atau kadar aliran udara terlokalisasi

9. Diagnosa Banding (Mandsjoer A. 2000 : 308)


Gastroenteritis akut adalah kelainan yang sering
dihubungkan dengan apendisitis. Pada kelainan ini muntah dan
diare lebih sering. Demam dan leukosit akan meningkat jelas dan
tidak sesuai dengan nyeri perut yang timbul. Lokasi nyeri tidak
jelas dan berpidah-pindah. Hiperperistaltik merupakan gejala
yang khas. Gastroenteritis biasanya berlangsung akut suatu
observasi berkala akan dapat menegakkan diagnosis.
Adenitis menseterikum juga dapat menunjukkan gejala dan
tanda yang identik dengan apendisitis. Penyakit ini lebih sering
pada anak-anak, biasanya didahului infeksi saluran napas. Lokasi
nyeri di perut kanan bawah tidak kosntan dan menetap, jarang
terjadi true mucle guarding.
Divertikulitis Meckeli juga menunjukkan gejala yang hampir
sama. Lokasi nyeri mungkin lebih ke medial, tetapi ini bukan
kriteria diagnosis yang dapat dipercaya, karena kedua kelainan ini
membutuhkan tindakan operas

9
B. Proses Keperawatan
Pada pasien apendisitis menurut Marilynn Doenges. 1999 :
1. Pengkajian
AKTIVITAS/ISTIRAHAT
Gejala : Malaise
SIRKULASI
Tanda : takikardi
ELIMINASI
Gejala : kosntipasi pada awitan
Diare (kadang-kadang)
Tanda : Distensi abdomen nyeri tekan/nyeri
napas, kekakuan. Penurunan atau tak
ada bising usus
MAKANAN/CAIRAN
Gejala : Anoreksi
Mual /muntah
NYERI/KENYAMANAN
Gejala : nyeri abdomen sekitar epigastrium dan umbnilikus
yang meningkat berat dan terlokalisasi pada titik
Mc Burney (setengah jarak dari antara umbilikus
dan tulang ileum kanan), meningkat karena
berjalan, bersin, batuk atau napas dalam (nyeri
berhenti tiba-tiba diduga perforasi atau infork pada
apendiks). Keluhan berbagai rasa nyeri/gejala tak
jelas (sehubungan dengan lokasi apendiks)
Tanda : perilaku berhenti-henti, berbaring kesamping atau
terlentang dengan lutut ditekuk; meningkatnya
nyeri pada kudran kanan bawah karena posis
sktensi kaki kanan/posisi duduk tegak nyeri lepas
pada sisi kiri diduga inflamasi pertoneal

10
KEAMANAN
Tanda : demam (biasanya rendah)

PERNAPASAN
Tanda : takipnea, pernasan dangkal

PENYULUHAN/PEMBELAJARAN
Gejala : riwayat kondisi lain yang berhubungan
dengan nyeri abdomen. Dapat terjadi
pada berbagai usia
Pertimbangan DGR menunjukkan rerata lama dirawat : 4,2 hari
Rencana pemulangan : membutuhkan bantuan sedikit dalam
tansportasi, tugas pemeliharaan rumah.
PEMERIKSAAN DIAGNOSTIK
SDP : leukosit diatas 12.000/mm3, neurofil
meningkat sampai 75 %
Urinalis : normal, tetapi eritrosit/leukosit
mungkin ada.
Foto abdomen : dapat menyatakan adanya pergeseran
material pada apendiks (fekalit), ileus
terlokalisir,
PRIORITAS KEPERAWATAN
1. Meningkatnya kenyaman
2. Mencegah komplikasi
3. Memberikan informasi tentang prosedur
pembedahan/diagnosis, kebutuhan pengobatan dan potensial
komplikasi.

11
TUJUAN PEMULANGAN
1. Komplikasi dicegah/minimal
2. nyeri hilang /terkontrol
3. Prosedur bedah/ prognosis, program terapi, dan kemungkinan
komplikasi dipahami.

2. Diagnosa Keperawatan
Menurut Marilynn E. Doenges dalam buku rencana asuhan
keperawatan (1999 : 509-512)
1. Resiko tinggi terhadap infeksi berhubungan dengan
perforasi/ruptur pada apendiks
2. Resiko tinggi terhadap kekurangan volume cairan
berhubungan dengan pembatasan pasca operasi (contoh
puasa)
3. Nyeri berhubungan dengan adanya insisi bedah
4. Kurang pengetahuan tentang kebutuhan pengobatan
berhubungan dengan kurang terpajan/meningat informasi

3. Perencanaan (Doenges Marilynn, 199 : 509-512)


DIAGNOSA KEPERAWATAN I
Resiko tinggi terhadap infeksi berhubungan dengan
perforasi/ruptur pada apendiks. Hasil yang diharapkan.
Meningkatkan peneyambuhan luka denagn benar : bebas tanda
infeksi/inflamasi, dranase purulen, eritema dan demam.
Intervensi keperawatan
1. Awasi tanda vital, perhatikan demam, mengigil, berkeringat,
peruabahan mental, meningkatnya nyeri abdomen.
R/. Dugaan adanya infeksi/terjadinya sepsis, abses,
peritonitis

12
2. Lakukan pencucian tangan yang baik dan perawatan luka
aseptik
R/. Menurunkan resiko penyebaran bakteri
3. Lihat insisi dan balutan
R/. Memberikan ateksi dini terjadinya proses infeksi
4. Berikan informasi yang tepat, jujur pada pasien/orang terdekat
R/. Pengetahuan tentang kemajuan situasi memberikan
dukungan emosi, membantu menurunkan ansietas.
5. Kolaborasi
 Berikan antibiotik sesuai indikasi
R/. Menurunkan jumlah organisme (pada ienfeksi yang telah
ada sebelumnya).

DIAGNOSA KEPERAWATAN II
Resiko tinggi terhadap kekurangan volume cairan
berhubungan dengan pembatasan pasca operasi (contoh
puasa). Hasil yang diharapkan :
Mempertahankan keseimbangan cairan dibuktikan oleh
kelembaban membran mukosa, turgor kulit baik, tanda vital
stabil, dan secara individual haluaran urin adekuat.
Intervensi keperawatan :
1. Awasi tekanan darah dan nadi
R/. Tanda yang membantu mengidentifikasi fluktuasi
volume intravaskuler.
2. Awasi masukan dan haluaran : catat warna
urine/konsistensi, berat jenis.
R/. Penurunan haluaran urine pekat dengan
meningkatkan berat jenis diduga dehirdrasi/kebutuhan
peningkatan cairan.

13
3. Lihat membran mukosa : kaji turgor kulit dan pengisian
kapiler
R/. Indikator, keadekuatan sirkulasi perifer dan hidrasi
seluler.
4. Auskultasi bising, usus, catat kelancaran flaktus, gerakan
usus.
R/. Indikator kembalinya peristaltik, kesiapan untuk
pemasukan per oral.
5. Berikan sejumlah kecil minum jernih bila pemasukan per
oral dimulai dan dilanjutkan diet sesuai toleransi.
R/. Menurunkan iritasi gaster/muntah untuk
meminimalkan kehilangan cairan
6. Berikan perawaran mulut sering dengan perhatikan khusus
pada perlindungan bibir.
R/. Dehidrasi mengakibatkan bibir dan mulut kering dan
pecah-pecah.
7. Kolaborasi
 Berikan cairan Iv dan elektrolit.
R/. Peritonium bereaksi terhadap iritasi/infeksi dengan
menghasilkan sejumlah besar cairan yang dapat
menurunkan volume sirkulasi darah, mengakibatkan
hipovolemia.

DIAGNOSA KEPERAWATAN III


Nyeri berhubungan dengan adanya insisi bedah.
Hasil yang diharapkan :
Melaporkan nyeri hilang/terkontrol, tampak rileks,
mampu tidur/istirahat dengan tepat.
Intoleransi Keperawatan :
1. Kaji nyeri, catat lokasi, karakteristik, beratnya (skala 0-10)

14
R/. Berguna dalam pengawasan keefektifan obat,
kemajuan penyembuhan.
2. Pertahankan istirahat dengan posisi semi fowler
R/. Menghasilkan tegangan abdomen yang bertambah
dengan posisi terlentang
3. Dorong ambulans dini
R/. Meningkatkan normalisasi fungsi organ, contoh
meransang peristaltik dan kelancaran flatus,
menurunkan ketidaknyamanan abdomen
4. Berikan aktivitas hiburan
R/. Fokus perhatian kembali meningkatkan relaksasi, dan
dapat meningkatkan kemampuan koping
5. Kolaborasi
 Pertahankan puasa/penghisapan NG pada awal
R/. Menurunkan ketidakyamanan pada peristaltik usus
dini dan iritasi gaster/muntah.
 Berikan analgesik sesuai indikasi
R/. Menghilangkan nyeri permudah kerja sama
dengan intervensi terapi contoh ambulansi batuk
 Berikan kantong es pada abdomen
R/.Menghilangkan dan mengurangi nyeri melalui
penghilangan rasa ujung saraf.

DIAGNOSA KEPERAWATAN IV
Kurang pengetahuan tentang kebutuhan pengobatan
berhubungan dengan kurang terpajan/mengingat informasi
Hasil yang diharapkan :
Menyatakan pemahaman proses penyakit, pengobatan
dan potensi komplikasi.

15
Intervensi keperawatan
1. Kaji ulang pembatasan aktivitas pasca operasi. Contoh :
mengangkat berat, olah raga, seks, menyetir.
R/. Memberikan informasi pada pasien untuk
merencanakan kembali rutinitas biasa tanpa
menimbulkan masalah.
2. Dorong aktivitas sesuai toleransi dengan periode istirahat
R/. Mencegah kelemahan, meningkatkan penyembuhan
perasaan sehat dan mempermudah kembali ke
aktivitas normal.
3. Anjurkan menggunakan laksolatif/pelembek feses ringan
bila perlu dan hindari enema.
R/. Mencegah mengejan saat defekasi
4. Diskusikan perawatan insisi, termasuk menganti balutan,
dan kembali ke dokter untuk mengangkat jahitan.
R/. Pemahaman meningkatkan kerja sama dengan
program terapi, meningkatkan penyembuhan dan
proses perbaikan.
5. Indikasikan gejala yang memerlukan evaluasi medik,
contoh peningkatan nyeri : edema/eritema luka, adanya
drainase, demam.
R/. Upaya inervensi menurunkan resiko komplikasi
serius, contoh lambatnya penyembuhan, peritonitis.

4. Pelaksanaan/Implementasi Nursalam, 2001 : 63)


Pelaksanaan adalah inisiatif dari rencana tindakan untuk
mencapai tujuan yang spesifik. Tahap pelaksanaan dimulai
setelah rencana tindakan disusun dan ditujukan kepada perawat
untuk membantu klien mencapai tujuan yang diharapkan. Oleh
karena itu rencana tindakan yang spesifik dilaksanakan untuk

16
memodifikasi faktor-faktor yang mempengaruhi masalah
kesehatan klien.
Tujuan dari pelaksanaan adalah membantu klien dalam
mencapai tujuan yang ditetapkan, yang mencakup peningkatan
kesehatan, pencegahan penyakit, pemulihan kesehatan dan
memfasilitasi koping. Perencanaan tindakan keperawatan akan
dapat dilaksanakan dengan baik, jika klien mempunyai keinginan
untuk berpartisipasi dalam pelaksanaan tindakan keperawatan.

5. Evaluasi (Nursalam, 2001 : 71)


Evaluasi adalah tindakan intelektual untuk melengkapi
proses keperawatan yang menandakan seberapa jauh diagnosa
keperawatan, rencana tindakan dan pelaksanaan sudah berhasil
dicapai. Melalui evaluasi memungkinkan perawat untuk
memonitor yang terjadi selama tahap pengkajian, analisa,
perencanaan, dan pelaksanaan tindakan.
Meskipun tahap evaluasi diletakkan pada akhir proses
keperawatan, evaluasi merupakan bagian integral pada setiap
tahap proses keperawatan.
Tujuan evaluasi adalah untuk melihat kemampuan klien
dalam mencapai tujuan. Hal ini bisa dilaksanakan dengan
mengadakan hubungan dengan klien berdasarkan respon klien
terhadap tindakan keperawatan yang diberikan.

6. Dokumentasi (Nursalam, 2001 : 79).


Dokumentasi adalah bagian integral proses, bukan sesuatu
yang berbeda dari metode problem solving. Dokumentasi proses
keperawatan mencakup, pengkajian, identifikasi masalah,
perencanaan, tindakan, perawat kemudian mengobservasi dan
mengevaluasi respon klien teradap tindakan yang diberikan dan
mengkomunikasikan informasi tersebut kepada tenaga kesehatan

17
lainnya. Pengkajian ulang dan evaluasi respon klien terhadap
tindakan keperawatan dan tindakan medis dapat sebagai
petunjuk dan kesinambungan dalam proses keperawatan dan
dapat sebagai petunjuk adanya perubahan dari setiap tahap.
Kekurangan dalam pendokumentasian proses keperawatan
meliputi penggunaan terminologi dan pencatatan yang tidak
standar yang tidak menunjukkan adanya suatu perbedaan
tindakan keperawatan yang kompleks.

18
DAFTAR PUSTAKA

Brunner dan Suddarth. 2001. Keperawatan Medikal Bedah. Vol. 2 EGC :


Jakarta

Corwin, elizabeth J. 2000. Buku Saku Patofisiologi. EGC : Jakarta

Doenges Marilynn. 1999. Rencana Asuhan Keperawatan. EGC : Jakarta

Engram Barbara, 1998. Rencana Asuhan Keperawatan. EGC : Jakarta

Nursalam, 2001. Proses dan Dokumentasi Keperawatan konsep dan


Praktik, Selemba Medika : Jakarta

Price A. Slyvia, 2005. Patofisiologi Konsep Klinis Proses-Proses Penyakit.


EGC : Jakarta

Rab Tabrani, 1998. Agenda Gawat Darurat. Jilid 2. alumni : Bandung

Soeparman, 1990. Ilmu Penyakit Dalam. Jilid II Balai Penerbit FKUI :


Jakarta

http://www. jokam. com.Tgl 9 januari-Maret 2006

(http : // Keperawatan-gun. blogspot. com. 2008/05/askep.apendisitis.html)


Lampiran
PATHWAY

Fekalit

Obstruksi lumen

Menyumbat pengeluaran sekret mukus

Pembongkaran infeksi dan ulerasi

Peningkatan tekanan intraluminal

Oskulasi arteri terminalis apendikularis

Nekrosis

cemas Tindakan pembedahan Pasca operasi


(Apendektomi)

Kurang pengetahuan Resiko tinggi terhadap


kekuarngan volume cairan

Insisi bedah/luka sayatan

Resiko tinggi infeksi Kelemahan fisik


Terputusnya kontinuitas
jaringan

Intoleransi aktivits
Nyeri
2

Anda mungkin juga menyukai