Anda di halaman 1dari 10

WE CARE WE SHARE

PERUBAHAN DALAM GENGGAMAN KITA


Karya Ini Disusun untuk Mengikuti Inovator Nusantara National Essay
Competition 2019 (INNEC 2019)
“The Real Action of Youth Against Industrial Revolution 4.0”

Disusun oleh:
Fathur Rahman

UNIVERSITAS LAMBUNG MANGKURAT


BANJARBARU
2019
Sejarah menunjukan bahkan sejak sebelum kemerdekaan, pemuda selalu
punya peranan yang sangat penting dalam setiap perubahan yang terjadi pada negeri
ini. Lewat semua gagasan dan semangatnya banyak peristiwa bersejarah lahir dari
pemuda untuk Indonesia. Peristiwa Budi Utomo pada tahun 1908, Sumpah Pemuda
1928, Proklamasi Kemerdekaan 17 Agustus 1945, Orde Baru 1966, hingga
pergerakan Reformasi pada tahun 1998 merupakan bukti nyata dari peran pemuda
dalam membangun dan memajukan bangsa ini.
Pemuda memiliki banyak peran dan salah satunya sebagai agen dari suatu
perubahan, artinya pemuda tidak hanya menjadi penggagas perubahan, melainkan
menjadi subjek atau pelaku dari perubahan tersebut. Pemuda dibekali dengan
pemikiran dan gagasannya yang cemerlang dimana mampu menjawab atas
permasalahan-permasalahan yang dihadapinya. Pergerakan pada era revolusi
industri 4.0 yang serba digital ini mengalami perkembangan dan penyesuaian, turun
ke jalan tidak selalu menjadi pilihan untuk dapat menyuarakan pendapat dan
menggaungkan perubahan, gerakan dapat dilakukan lewat sebuah sosial media atau
petisi online. Salah satu contohnya gerakan pemuda pada era revolusi industri 4.0
yaitu pemberian kartu kuning kepada pemimpin negara kita yang berujung viral dan
berlanjut dengan timbulnya gerakan #kartukuningjokowi dibeberapa sosial media.
Zaman terus berkembang dan teknologi semakin maju, tidak terasa manusia
sudah berada pada titik sekarang yaitu era revolusi industri 4.0. Era revolusi industri
4.0 mungkin sudah tidak asing lagi didengar oleh generasi milenial terutama
mahasiswa-mahasiswa Indonesia karena sering diangkat sebagai topik hangat
dalam workshop ataupun seminar. Indonesia sudah menapaki era revolusi industri
4.0, yang antara lain ditandai dengan hampir semua menggunakan digitalisasi dan
otomasi. Era revolusi industri 4.0 mencangkup perkembangan teknologi yang
menggunakan konektivitas untuk memperoleh dan mengolah data, otomatisasi
perangkat jaringan, Internet of Things, big data analytics, komputasi awan, dan
keamanan cyber.
Pekembangan yang terjadi saat ini masih membuat banyak masyarakat belum
bisa menyesuaikan diri, ada yang tenggelam dan kalah dengan perkembangan ini
namun ada juga yang memilih untuk menyesuaikan diri dan memanfaatkan
perkembangan era ini untuk semakin berkembang dan melangkah maju. Indonesia

1
sendiri berkomitmen untuk membangun industri manufaktur yang berdaya saing
global pada era digital saat ini melalui percepatan implementasi Industri 4.0 dengan
ditandai dengan peluncuran Making Indonesia 4.0 yang memiliki lima industri yang
menjadi fokus implementasi, yaitu: makanan dan minuman, tekstil, otomotif,
elektronik, dan kimia (Kemenperin, 2018). Contoh dari perkembangan era revolusi
industri 4.0 yaitu pada bidang ekonomi seperti adanya toko-toko online membuat
masyarakat tidak perlu keluar rumah untuk berbelanja, bidang transportasi seperti
Gojek mempermudah kita untuk mencari transportasi tanpa perlu berjalan ke
pangkalan ojek atau terminal, dan pada bidang kesehatan kita dengan mudah
mendapatkan obat-obatan, vitamin dan kebutuhan medis yang kita diperlukan
melalui Go-Med dan Halodoc. Kemajuan yang telah dicapai tentunya memberi
banyak dampak positif dalam hal konektivitas, interaksi, serta batas antara manusia.
Pekembangan yang terjadi inilah membuat pemuda seharusnya tetap menjadi garda
terdepan masyarakat dalam menghadapi perubahan serta memanfaatkannya
menjadi keuntungan.
Perkembangan era yang semakin maju ini kenyataannya masih belum bisa
kita manfaatkan dengan baik terutama pada salah satu bidang yang penting yaitu
kesehatan. Data dari hasil Riset Kesehatan Dasar (RISKESDAS) tahun 2018
menunjukan bahwa Indonesia masih dihantui oleh masalah seperti gizi buruk,
kematian pada ibu hamil dan balita, penyakit menular, hingga penyakit tidak
menular. Jumlah penyakit tidak menular pada Riskesdes 2018 mengalami
kenaikan jika dibandingkan dengan Riskesdas 2013, antara lain kanker,
stroke, penyakit ginjal kronis, diabetes melitus, dan hipertensi. Jumlah
kanker naik dari 1,4 persen pada hasil Riskesdas 2013 menjadi 1,8 persen di
2018, stroke naik dari 7 persen menjadi 10,9 persen, sementara penyakit
ginjal kronik naik dari 2 persen menjadi 3,8 persen. Data Jumlah penderita
diabetes melitus naik dari 6,9 persen menjadi 8,5 persen dan dari hasil
pengukuran tekanan darah, hipertensi naik dari 25,8 persen menjadi 34,1
persen.
Indonesia menitikberatkan 5 isu strategis yang menjadi prioritas
pembangunan kesehatan dalam 5 tahun kedepan (2020-2024). Kelima isu
strategis tersebut yaitu angka kematian ibu (AKI)/ angka kematian neonatal

2
(AKN) yang masih tinggi, stunting, tuberculosis (TBC), Penyakit tidak
menular (PTM) dan cakupan imunisasi dasar lengkap. Kelima isu strategis
diatas juga sejalan dengan Sustainable Development Goals (SDGs) yang
merupakan tujuan pembangunan berkelanjutan global yang menjadi target
tahun 2030 mendatang yaitu mewujudkan kehidupan masyarakat yang sehat
dan sejahtera (Good Health and Well-beeing).
Perkembangan teknologi digital sekarang seharusnya bisa mengatasi
atau mungkin mengurangi masalah diatas jika memang kita bisa
memanfaatkannya dengan baik dan maksimal. Perlu penanggulangan cepat
dari semua elemen masyarakat mengenai pemasalahan kesehatan yang
menjadi fokus Indonesia serta dunia sekarang. Usaha pemerintah dalam
menangani masalah kesehatan ini sudah banyak. Salah satu usaha pemerintah
melalui Program Indonesia Sehat yang mencangkup terdapat 3 komponen yakni
mewujudkan paradigma sehat, penguatan pelayanan kesehatan, dan jaminan
kesehatan nasional. Keberhasilan pun sudah berhasil dicapai, Kementerian
Kesehatan Indonesia berhasil menekan jumlah penyakit menular secara signifikan.
Infeksi saluran pernapasan atas, malaria, diare, dan tuberkulosis mengalami
penurunan jumlah penderita.
Hasil yang sudah dicapai tentunya patut kita syukuri, namun hasil tersebut
baik jauh dari kata baik. Peran dari pemerintah saja tidak cukup untuk mewujudkan
Indonesia yang sehat dan sejahtera. Negara Indonesia perlu lebih banyak bantuan
secara aktif terutama dari masyarakat Indonesia itu sendiri. Salah satu elemen
masyarakat yang sangat penting dan dapat membantu mengatasi masalah kesehatan
ini adalah pemuda. Pemuda seperti yang dijelaskan sebelumnya sebagai ujung
tombak suatu perubahan, ditambah lagi Indonesia akan mendapatkan bonus
demografi menuju tahun 2030 dimana jumlah penduduk usia produktif (berusia 15-
64 tahun) lebih besar dibandingkan penduduk usia tidak produktif. Hal ini tentunya
menjadi momen yang tidak bisa diabaikan dan harus bersama kita maksimalkan.
Pejabaran tentang permasalahan kesehatan di Indonesia yang dibahas di atas
dapat kita simpulkan kalau masyarakat masih memiliki informasi yang kurang
mengenai penyakit-penyakit yang umum diderita oleh masyarakat itu sendiri baik
informasi dalam hal pencegahan sampai penanggulangan dini. Tenaga kesehatan

3
juga masih kurang apalagi untuk menjangkau daerah-daerah terpencil. Menurut
Leavel and Clark, pencegahan penyakit terbagi dalam 5 tahapan, yang sering
disebut five level of prevention. Adapun five level of prevention tersebut adalah
yaitu : promosi kesehatan, perlindungan khusus, diagnosis dini dan pengobatan
yang cepat dan tepat, pembatasan kecacatan dan rehabilitasi. Lima tahapan yang
disebutkan di atas yang menjadi ujung tombaknya adalah promosi kesehatan karena
promosi kesehatan adalah yang pertama dan utama dalam penanganan suatu
penyakit. Notoatmodjo (2003) juga mengemukakan banyak faktor yang
mempengaruhi kesehatan, diantaranya adalah pengetahuan dan sikap masyarakat
dalam merespon suatu penyakit.
Berdasarkan pendapat para ahli di atas, penangangan terbaik suatu masalah
yaitu dengan mengetahui terlebih dahulu penyebab dari suatu masalah lalu
dilanjutkan dengan mencari penanganan yang tepat terhadap masalah yang terjadi.
Informasi yang cukup dan memadai akan membuat kita dapat melakukan
penangangan yang cepat, tepat, dan efisien. Informasi mengenai kesehatan,
penyakit dan penanganannya dapat dibilang masih sedikit dimiliki masyarakat.
Perlu persamaan persepsi bahwa yang namanya promosi kesehatan adalah proses
memberikan informasi kesehatan kepada masyarakat agar masyarakat mau dan
mampu memelihara dan meningkatkan kesehatannya yang mana tujuan akhirnya
adalah agar masyarakat merubah perilakunya, dari perilaku yang tidak baik menjadi
baik. Proses promosi kesehatan kepada masyarakat ini dapat disebut juga dengan
pendidikan kesehatan. Pendidikan kesehatan dapat melalui banyak hal apalagi di
era digital saat ini seperti melalui penyuluhan, konseling, konsultasi, video edukatif,
poster informatif dan lain-lain.
Perkembagan era digital sekarang dapat menjadi salah satu jalan untuk
kegiatan promosi kesehatan dalam langkah menyebarluaskan informasi kesehatan
kepada masyarakat. Data dari Asosiasi Penyelenggara Jasa Internet Indonesia
(APJII) (2019) menyebutkan bahwa dari total populasi sebanyak 264 juta jiwa
penduduk Indonesia, ada sebanyak 171,17 juta jiwa atau sekitar 64,8% yang sudah
terhubung ke internet. Diketahui juga kalau dari segmen umur dari usia 15-19 tahun
mempunyai presentasi paling tinggi mencapai 91% dan diikuti kelompok milenial
yaitu orang yang lahir pada awal tahun 1980 hingga awal 2000 yang sekarang

4
berusia dari 20-24 tahun dengan presentasi sebanyak 88,5%. Data-data yang
didapatkan menunjukan bahwa masyarakat usia-usia yang masih muda lah yang
paling banyak menjadi pengguna internet di Indonesia saat ini.
Berdasarkan pertimbangan dari data-data di atas maka penulis mempunyai
gagasan untuk membuat sebuah platform sekaligus komunitas bernama We Care
We Share di sosial media yang dapat memberi informasi tentang penyakit-penyakit
yang umum diderita oleh masyarakat Indonesia dan membahas program Good
Health and Well-beeing lebih dalam dimana yang berperan aktif disini yang
mengelola dan menyebarkannya adalah pemuda. Platform yang dikembangkan
nanti akan dimulai melalui media sosial instagram dan youtube. Kedua media sosial
ini dipilih karena berdasarkan data menurut We Are Social tahun 2019 bahwa kedua
sosial media itu adalah yang paling banyak digunakan masyarakat Indonesia saat
ini dan juga kemudahan akses serta jenis konten yang dapat dibagikan juga menjadi
pertimbangan penulis. Konten yang akan dibuat nanti dapat berupa gambar
infografis, poster ataupun video edukatif.
Nama We Care We Share ini sendiri diambil sesuai pada tujuannya yaitu
mengajak orang-orang untuk tidak hanya perduli tapi juga mengambil aksi dengan
berbagi. Tujuan utama dari We Care We Share adalah untuk menambah informasi
dan pengetahuan masyarakat demi menumbuhkan kesadaran dini serta akhirnya
mengajak untuk bersama-sama mewujudkan Indonesia yang lebih baik. Agen muda
lah yang tentunya diharapkan menjadi pelaku aktif dari platform dan gerakan ini.
Konten yang dibuat oleh We Care We Share akan dilakukan riset terlebih dahulu
mengenai permasalahan kesehatan apa yang sering dialami oleh masyarakat
Indonesia serta penanganan dini yang tepat untuk dilakukan. Hasil dari data riset
yang didapat lalu diolah menjadi sebuah konten yang menarik baik berupa gambar
atau video dengan bahasa yang mudah dimengerti oleh masyarakat Indonesia.
Platform ini membuat masyarakat lebih mudah menemukan informasi mengenai
masalah kesehatan yang sering dialami karena telah melalui hasil riset dari
pengelola platform sebelumnya daripada mencari informasi secara langsung yang
masih acak dan sangat banyak melalui mesin pencari seperti google.
Penulis sadar kalau platform ini tidak bisa berjalan sendiri, maka dari itu
platform ini juga harus diikuti dengan gerakan #onedayoneshare. Gerakan ini

5
mengajak seluruh pemuda Indonesia yang menjadi pengguna internet terbanyak
saat ini untuk bisa membagikan ulang konten dari akun We Care We Share minimal
1 postingan setiap hari dengan harapan informasi yang disampaikan lebih cepat
tersebar. Membagikan ulang konten media sosial tentu bukanlah sesuatu hal yang
berat untuk dilakukan karena hanya dengan menekan tombol bagikan ulang pada
postingan We Care We Share yang ada pada perangkat genggam kita membuat kita
sudah bisa ikut berkontribusi. Walaupun ini adalah hal kecil tapi jika dilakukan
bersama-sama maka akan menjadi sesuatu yang besar.
Gerakan yang dilakukan ini juga harapannya tidak hanya bergerak secara
online tapi juga secara offline. Informasi yang terdapat pada akun ini akan dibuat
lebih mudah diakses atau didapatkan. Pengguna internet dapat mengunduh materi
ataupun informasi kesehatan yang terdapat pada akun tersebut untuk selanjutnya
dicetak dan bisa disosialisakan secara langsung kepada kerabat dekat ataupun
masyarakat yang belum dapat mengakses internet. Walaupun kekurangan tenaga
kesehatan masih belum bisa diatasi dengan cepat, harapan penulis setidaknya
dengan adanya gerakan ini Indonesia bisa memiliki kader kesehatan yang lebih
banyak dan tentunya peduli dengan masalah kesehatan dan kesejahteraan
masyarakat Indonesia.
Perkembangan era industri 4.0 tidaklah menjadi suatu masalah bagi
Indonesia. Indonesia tentunya akan memanfaatkan dan memaksimalkan
perkembangan era ini selama masyarakat terutama kita sebagai pemuda-pemudi
saling bahu-membahu, pantang menyerah, serta tidak berhenti untuk terus berfikir
sampai terwujudnya suatu perubahan. Gagasan dan pergerakan pemuda di pada era
revolusi industri 4.0 ini akan membuat Indonesia jauh lebih baik dari sebelumnya
sehingga untuk mewujudkan masyarakat Indonesia yang sehat dan sejahtera (Good
Health and Well-beeing) tahun 2030 mendatang bukan lagi menjadi sesuatu yang
mustahil. Mewujudkan perubahan di era digital ini tidaknya berat karena tanpa kita
sadari perubahan sekarang sudah ada di genggaman kita semua. Saatnya Indonesia
kembali berjaya karena pemuda-pemudinya, dari pemuda untuk Indonesia.

6
DAFTAR PUSTAKA

APJII. 2019. Statistik. Dipetik September 18, 2019, dari Asosiasi Penyelenggara
Jasa Intenet Indonesia: http://www.apjii.or.id/survei.

HootSuite. 2019. DIGITAL 2019: INDONESIA. Dipetik September 18, 2019, dari
HootSuite We Are Social Indonesia: https://datareportal.com/reports/digital-
2019-indonesia.

Kemenkes RI. 2013. Riset Kesehatan Dasar; RISKESDAS. Badan Penelitian dan
Pengembangan Kesehatan Kemenkes RI, Jakarta.

Kemenkes RI. 2018. Riset Kesehatan Dasar; RISKESDAS. Badan Penelitian dan
Pengembangan Kesehatan Kemenkes RI, Jakarta.

Leavell, H.R & Clark, E.G., 1965. Preventive Medicine for Doctor in his
Community. McGraw-Hill Book Company, New York.

Notoatmodjo, Soekidjo, 2003. Ilmu kesehatan Masyarakat Prinsip-Prinsip Dasar.


Rineka Cipta, Jakarta.

7
LAMPIRAN

(Logo “We Care We Share”)


(Rancangan platform “We Care We Share”)

Anda mungkin juga menyukai