Anda di halaman 1dari 17

PENDAHULUAN

Perencanaan merupakan inti kegiatan manajemen, karena semua kegiatan


manajemen diatur dan diarahkan oleh perencanaan tersebut. Perencanaan akan
memungkinkan para pengambil keputusan atau manajer untuk menggunakan sumber
daya mereka secara berhasil guna dan berdaya guna untuk mendukung keberhasilan
pembaharuan kebijakan pembangunan.1
Perencanaan dimaksudkan untuk membantu tercapainya tujuan organisasi.
Dengan mengasumsikan kondisi tertentu dimasa mendatang dan menganalisis
konsekuensi dari setiap tindakan, ketidakpastian dapat dikurangi dan keberhasilan
yang akan datang mempunyai probabilitas yang lebih besar. Kegunaan dari suatu
perencanaan organisasi adalah : membantu manajer untuk melihat masa depan,
koordinasi yang semakin baik, koordinasi dapat terjadi antar bagian dalam organisasi.2
Perencanaan merupakan langkah pertama yang diambil dalam usaha mencapai
tujuan artinya perencanaan merupakan usaha kongkritisasi langkah-langkah yang
harus ditempuh dimana dasar - dasarnya telah diletakkan dalam strategi organisasi.
Apabila pelaksanaan upaya kesehatan tidak didukung oleh perencanaan yang baik,
maka akan sulit diharapkan tercapainya tujuan dari upaya kesehatan tersebut.
Perencanaan pada dasarnya adalah salah satu fungsi manajemen dalam rangka
memecahkan masalah dan dalam perencanaan terkandung proses sistematis yang
mempunyai urutan logis (Logical Sequence), artinya satu langkah dalam proses
perencanaan adalah konsekuensi logis dari langkah sebelumnya.1,2
Macam perencanaan Puskesmas yaitu Perencanaan Upaya Kesehatan Wajib
seperti Promosi kesehatan, PL, KIA-KB, Gizi, P2, BP dan Perencanaan Upaya
Kesehatan Pengembangan seperti UKS, Kesehatan Gigi dan Mulut, Mata, Lansia, dan
beberapa upaya pengembangan yang lain. Tahap awal dalam merencanakan program
kesehatan adalah kegiatan analisis situasi external maupun internal Puskesmas untuk
melihat kelebihan, kekurangan, peluang dan ancaman/hambatan yang dihadapi dalam
pelaksanakan program kesehatan. Analisis tersebut dinamakan analisis SWOT
(Strength, Weakness, Opportunity and Threats) . Analisis faktor eksternal dilakukan
untuk mendapatkan gambaran Peluang (Opportunity) dan Threats (Ancaman) atau
dengan perkataan lain melihat faktor-faktor pendukung dan hambatan yang berasal
dari luar Puskesmas. Analisis Faktor internal dilakukan untuk mendapatkan gambaran

1
tentang Strength (Kekuatan) dan Weakness (Kelemahan) Puskesmas itu sendiri,
sehingga kita dapat memperkuat kekuatan kita dan mengurangi kelemahan kita.
Selanjutnya analisis ini diperlukan untuk mengetahui apakah faktor-faktor yang
dianalisis mempunyai dampak terhadap timbulnya masalah kesehatan dan masalah
pelayanan kesehatan.3,4,5
Perencanaan pada tingkat Puskesmas adalah suatu proses kegiatan yang
sistematis untuk menyusun atau mempersiapkan kegiatan yang akan dilaksanakan
oleh Puskesmas pada tahun berikutnya. Pada tingkat Puskesmas, pendanaan diterima
langsung oleh Puskesmas dalam bentuk block grant, yaitu paket dana yang hanya
berisi rambu-rambu program tanpa rinciannya dan diserahkan pada Puskesmas untuk
direncanakan operasionalnya. Konsekuensi dari kebijakan tersebut, Puskesmas
dituntut mampu melakukan perencanaan kesehatan yang baik, secara terencana,
menyeluruh, terpadu, terarah, dan berkesinambungan.5

PEMBAHASAN

2
Puskesmas adalah unit pelaksana teknis pelayanan kesehatan primer/strata
pertama dan bertanggung jawab terhadap pembangunan kesehatan di wilayah
kerjanya yaitu penyelenggaraan upaya kesehatan untuk meningkatkan kesadaran,
kemauan dan kemampuan hidup sehat bagi setiap orang agar terwujud derajat
kesehatan masyarakat yang optimal.3,4
Puskesmas merupakan pusat kesehatan masyarakat yang memberikan
pelayanan kesehatan secara langsung kepada masyarakat. Dalam menghadapi
otonomi daerah dan era globalisasi, peran Puskesmas perlu ditingkatkan dalam hal
pelayanan dan manajemen sehingga dapat menggambarkan secara akurat lingkungan
baru yang dihadapi sekarang dan masa yang akan datang. Puskesmas sebagai ujung
tombak pemerintah di bidang pelayanan kesehatan dalam perkembangannya
menghadapi kendala serius dalam upaya peningkatan kualitas pelayanan. Apabila
Puskesmas tidak mampu mengantisipasi, dikuatirkan Puskesmas akan ditinggalkan
dan hanya dimanfaatkan apabila dalam kondisi kesulitan ekonomi atau hanya
dimanfaatkan oleh segmen masyarakat kurang mampu.5
Perencanaan dimaksudkan untuk mengkonsep keadaan yang sesuai dengan
apa yang diinginkan serta menemukan langkah–langkah yang diperlukan untuk
mencapai tujuan yang diharapkan. Pra kondisi perencanaan ialah : rencana untuk
merencanakan, informasi mutlak yang diperlukan untuk menyusun dan
merealisasikan rencana-rencana, mengetahui pemikiran-pemikiran yang ada pada
manajemen puncak, bagaimana sistem yang hendak diciptakan dan bagaimana bekerja
secara profesional. Perencanaan pada dasarnya dilakukan untuk meminimalkan atau
menghadapi ketidakpastian dimasa yang akan datang. Perencanaan perlu dilakukan
karena adanya kebutuhan manusia yang tidak terbatas, sedangkan ketersediaan
sumber-sumber daya sangat terbatas.6
Kekuatan – kekuatan utama yang menentukan sistem perencanaan ialah :
ukuran organisasi, kompleksitas lingkungan, kompleksitas dari proses produksi, sifat
dari masalah, tujuan dari sistem perencanaan. Perencanan kesehatan dititikberatkan
pada upaya peningkatan hasil kerja sistem kesehatan. Perencanaan merupakan fungsi
pertama dalam fungsi manajemen, yang mendahului fungsi pengorganisasian,
ketenagaan, kepemimpinan dan pengendalian.7

3
Bagian penting dari perencanaan adalah menganalisis cara pencapaian sasaran
yang dibuat dan diurutkan berdasarkan prioritas. Dalam menganalisis sasaran harus
dibedakan dengan misi, visi, target dan standar. Definisi perencanaan adalah proses
menganalisis dan memahami sistem yang dianut, merumuskan tujuan umum dan
khusus yang ingin dicapai, memperkirakan segala kemampuan yang dimiliki,
menguraikan segala kemampuan yang dapat dilakukan untuk mencapai tujuan yang
telah ditetapkan, menganalisis efektifitas dari berbagai kemungkinan tersebut,
menyusun perincian secepatnya dari kemungkinan yang terpilih, serta mengikatnya
dalam suatu sistem pengawasan yang terus menerus sehingga dicapai hubungan
optimal antara rencana yang dihasilkan dengan sistem yang dianut.1,8
Keberhasilan perencanaan terutama tergantung pada pengetahuan, sikap dan
motivasi. Faktor terpenting dalam perencanaan adalah adanya keterpaduan antara
unsur-unsur manajemen yang berupa sumber daya manusia dan non manusia atau
faktor internal. Manusia merupakan faktor terpenting dalam manajemen yang dapat
menetukan keberhasilan ataupun kegagalan dalam mencapai tujuan dan sasaran yang
ditetapkan. Faktor internal dalam suatu organisasi tidak bisa dipisahkan dari faktor
lingkungannya atau faktor eksternal harus diperhatikan dan diperhitungkan dengan
cermat, sebab faktor lingkungan bisa mendukung tetapi bisa juga menghambat.1,7
Lingkungan mengalami perubahan terus menerus sesuai dengan
perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi yang dapat menyebabkan adanya
kebijaksanaan baru dan berubahnya pola permintaan jasa pelayanan pemerintah akan
kesehatan, sedangkan dana dari pemerintah akan tetap terbatas dan pemberian
pelayanan yang bermutu akan tetap menjadi tujuan. Sehingga fakta utama dalam
proses perencanaan adalah bagaimana sikap dan kemampuan seorang pimpinan bisa
mengelola perubahan lingkungan dengan baik dalam rangka mempersiapkan
pelayanan kesehatan yang mengacu pada kebutuhan masyarakat. Tujuan organisasi
akan memperoleh dukungan apabila tujuan tersebut konsisten dengan tujuan pribadi.
Konsistensi antara tujuan organisasi dan tujuan pribadi akan berdampak pada suasana
yang saling mendukung, membantu dan saling menghargai.7
Perencanaan akan efisien jika terdapat koordinasi yang berintikan pada proses
komunikasi antara lembaga perencanaan dan pelaku yang berkepentingan baik secara
horisontal maupun vertikal. Kegiatan tersebut dilakukan melalui forum koordinasi
perencanaan dengan instansi terkait termasuk masyarakat. Koordinasi dalam birokrasi

4
pemerintahan pada hakekatnya merupakan upaya memadukan (mengintegrasikan)
berbagai kepentingan dan kegiatannya yang saling berkaitan dalam rangka pencapaian
tujuan dan sasaran bersama. Dalam kaitannya dengan pembangunan, koordinasi perlu
diterapkan antar bagian proyek-proyek, program, sektor, sub sektor sampai antar
bidang. Untuk memantapkan koordinasi pada kegiatan yang dilakukan bersifat
kompleks, multi sektor, multi fungsi, maka koordinasi dapat berupa Tim, Panitia, atau
Kelompok Kerja. Koordinasi perencanaan dapat dilakukan dengan melalui empat
tahapan: (1) koordinasi proses perencanaan; (2) koordinasi metode perencanaan; (3)
koordinasi antar tingkat perencanaan; dan (4) koordinasi usaha-usaha masyarakat.8
Dalam menjalankan tugas dan fungsinya, seorang pimpinan organisasi
memerlukan koordinasi pengaturan tata kerja dan tata hubungan dan tentu saja
diperlukan kesamaan pengertian masing-masing anggota dalam organisasi agar terjadi
hubungan yang harmonis di antara satuan-satuan organisasi dalam usaha bersama
mencapai tujuan organisasi. Koordinasi dilaksanakan sejak proses perumusan
kebijaksaan, perencanaan program, pelaksanaan kegiatan dan dalam pengawasan dan
pengendalian.3
Perencanaan strategis merupakan suatu kegiatan yang menunjang menajemen
strategis yang berarti bahwa organisasi dapat memberikan pelayanan terbaik bila
mempunyai perencanaan secara menyeluruh dalam mengembangkan dan mengelola
suatu organisasi. Perencanaan strategis merupakan suatu proses yang berorientasi
pada hasil yang ingin dicapai selama kurun waktu 1 (satu) sampai dengan 5 (lima)
tahun dengan memperhitungkan potensi, peluang dan kendala yang ada atau yang
mungkin timbul. Rencana strategis mengandung visi, misi, tujuan, sasaran, kebijakan,
program dan kegiatan yang realistis dengan mengantisipasi perkembangan masa
depan. Urutan perencanaan strategis menurut Hanger dan Wheelen, adalah penetapan
visi, misi, tujuan, strategi, kebijakan, program, pembiayaan, prosedur dan penilaian
kinerja.5,9
Perencanaan strategis berkaitan dengan keputusan-keputusan saat ini dan
menjangkau masa depan. Perencanaan strategis merupakan suatu proses, falsafah, dan
kumpulan perencanaan yang sedang berkaitan. Perencanaan strategis mutlak
diperlukan oleh organisasi, karena dapat merangsang pengembangan tujuan yang
tepat dari organisasi dan merupakan motivator kuat bagi pelaksananya, selain
diperlukan untuk menunjang pelaksanaan fungsi manajerial lain. Perencanaan

5
strategis sangat menekankan pada pentingnya pembahasan mengenai visi dan analisis
faktor eksternal dan internal yang dapat mempengaruhi keberhasilan program. Faktor
eksternal dapat menggambarkan hambatan dan dorongan dari luar program.5
Ada 4 alasan memilih perencanaan strategis, yaitu: 1) Perencanaan
menyangkut masa depan dari keputusan yang dibuat sekarang; 2) Proses rencana yang
berisi unsur-unsur proses secara terus-menerus karena perubahan lingkungan; 3)
Falsafah, artinya adanya kebulatan tekad untuk selalu merencanakan secara teratur
dan sistematis; 4) Struktur, artinya perencana strategis mengkaitkan 3 (tiga) jenis
rencana yaitu: rencana strategi, rencana jangka menengah, dan anggaran dalam jangka
pendek. Keuntungan-keuntungan dalam pemikiran strategis dan kesadaran akan
manajemen strategis sebagai lawan dari improvisasi yang alasan-alasan dan
menyimpang adalah : Memberikan pengarahan yang lebih baik pada keseluruhan
organisasi tentang ”apakah yang dicoba untuk dikerjakan dan di raih ?”, membuat
manajer lebih waspada terhadap angin perubahan dan kesempatan – kesempatan baru,
dan tantangan perkembangan, mengarahkan manajer selalu rasional mengevaluasi
alokasi sumber daya, membantu mempersatukan berbagai macam strategi yang
dikembangkan oleh manajer-manajer di keseluruhan bidang yang ada di dalam
organisasi, menciptakan sikap manajemen yang lebih proaktif dan melawan
kecenderungan untuk mengambil keputusan yang reaktif dan defensif.4,5
Untuk mencapai tujuan langkah strategi yang dilakukan adalah dengan
pengkajian lingkungan internal dan lingkungan eksternal melalui analisis SWOT
(Strenght, Weakness, Oppoturnity, and Threats). Pemahaman faktor internal untuk
mengetahui kekuatan dan kelemahan sedangkan pemahaman faktor eksternal
diharapkan dapat diperoleh pemahaman yang jelas tentang tantangan dan peluang.
Dengan memperhitungkan faktor-faktor eksternal dan internal pengembangan
kegiatan organisasi pelayanan kesehatan dapat dilakukan secara lebih sistematis dan
mempunyai dimensi waktu. 3,4,5
Analisis didasarkan pada memaksimalkan Strenght (kekuatan) dan
Oppoturnity (peluang), meminimalkan Weakness (kelemahan) dan Threats (ancaman).
Analisis yang dilakukan pada saat ini disebut dengan analisis situasi. Kaitan antara
perencanaan strategis dan perencanaan Puskesmas ialah Puskesmas dalam
memberikan pelayanan kesehatan selain berorientasi kepada kebutuhan masyarakat
juga bisa menjadi suatu organisasi yang berorientasi kepada bisnis yang tetap

6
mempertahankan nilai-nilai etis. Dengan demikian perlu ada perubahan pandangan
dalam perencanaan Puskesmas yaitu dari perencanaan pelayanan kesehatan menjadi
perencanaan strategis. Misalnya orientasi kesehatan masyarakat berubah menjadi
bisnis, kebutuhan masyarakat berubah menjadi demand, trend penyakit/kematian
menjadi sekmen pasar, pengembangan program menjadi manajemen produksi dan
kelompok masyarakat menjadi konsumen (customer). Menurut Studin (1995) dan
Trisnantoro (1995) dalam perencanaan organisasi pelayanan kesehatan terjadi suatu
tradisi perubahan pandangan yaitu dari perencanaan pelayanan kesehatan menjadi
suatu perencanaan strategis yang menyerupai perencanaan perusahaan. 4,5
Pada perencanaan tingkat Puskesmas dikenal istilah perencanaan mikro (micro
planning), mini lokakarya dan stratifikasi Puskesmas. Ketiganya merupakan satu
kesatuan sebagai alat melaksanakan fungsi pengelolaan (manajemen Puskesmas).
Pengertian perencanaan Puskesmas ialah usaha untuk merinci kegiatan-kegiatan
upaya kesehatan dalam rangka mencapai status kesehatan masyarakat yang
dikehendaki dalam periode tertentu pada masa yang akan datang, sehingga
perencanaan tingkat Puskesmas merupakan suatu proses kegiatan yang sistematis
untuk menyusun dan mempersiapkan kegiatan yang akan dilaksanakan oleh
Puskesmas pada tahun berikutnya untuk meningkatkan cakupan dan mutu pelayanan
kesehatan kepada masyarakat dalam upaya mengatasi masalah-masalah kesehatan
setempat.4,5
Ada 2 macam rencana yang disusun dalam Perencanaan Tingkat Puskesmas
(PTP) yaitu : Rencana Usulan Kegiatan (RUK), berisi usulan kegiatan tahun fiskal
mendatang untuk mengajukan program kegiatan beserta biayanya dan
Rencana Pelaksanaan Kegiatan (RPK), berisi rencana pelaksanaan kegiatan tahun
anggaran bersangkutan sesuai alokasi anggaran yang diterima oleh Puskesmas.
Penyusunan usulan rencana kegiatan tahunan Puskesmas melalui tahapan :5
1. Tahap persiapan
Yaitu mempersiapkan pihak-pihak/petugas dengan pembentukan Tim
Perencana Tingkat Puskesmas yang akan terlibat, agar memperoleh kesamaan
pandangan dan pengetahuan dalam proses perencanaan, juga mempersiapkan
informasi situasi program (kegiatan, hasil, bahan lain) serta informasi
kebijakan kesehatan serta petunjuk-petunjuk perencanaan kesehatan dari unit

7
organisasi di atasnya dan dokumen yang berkaitan dengan kegiatan
perencanaan.
2. Tahap Analisis situasi
Yaitu tahap pengumpulan data dan informasi untuk mengetahui dan
memahami keadaan dan permasalahan operasional Puskesmas yang perlu
ditanggulangi berupa identifikasi masalah, penamaan dan penetapan prioritas
masalah. Dengan melihat data situasi umum dan data khusus serta data
pencapaian target program, kemudian dilakukan analisis.
3. Tahap penyusunan Rencana Usulan Kegiatan (RUK)
RUK adalah tersusunnya rencana dan prioritas rencana penyelesaian
masalah dengan analisis sumber daya yang dimiliki Puskesmas dan menyusun
prioritas penyelesaian. RUK yang mengandung jenis kegiatan lengkap dengan
rincian anggarannya/biaya yang diperlukan ini kemudian diajukan ke Dinas
Kabupaten/Kota. Biasanya karena keterbatasan dana, tidak semua usulan
kegiatan Puskesmas bisa terpenuhi. Juga sampai saat ini belum banyak
Puskesmas yang mencantumkan jumlah yang diperlukan, karena selama ini
Puskesmas lebih banyak menunggu jumlah anggaran yang ditentukan oleh
pemerintah daerah.
4. Tahap rencana Pelaksanaan Kegiatan (RPK) atau Plan Of Action (POA).
Penyusunan RPK dilaksanakan melalui suatu pembahasan dalam mini
lokakarya pada tahun yang sedang berjalan. RPK disusun setelah diterimanya
alokasi dana yang diberikan oleh pemerintah daerah ke Puskesmas. Setelah
ada informasi tentang besarnya biaya yang bisa disediakan oleh dinas
kesehatan kabupaten/kota, Puskesmas bisa menelaah ulang tentang usulan
kegiatannya dalam rangka memantapkan pengecekan, pelaksanaan kegiatan
dalam tahun yang sedang berjalan. Bila dana mencukupi, usulan kegiatan tidak
mengalami perubahan. Namun bila hanya sebagian dana yang diberikan, maka
Puskesmas harus memperbaiki usulan kegiatannya. Bila pemerintah daerah
hanya memberikan anggaran sebanyak 70%, maka Puskesmas perlu
menurunkan target dan memodifikasi kegiatan agar 70% dana itu dapat
digunakan secara efektif dan efisien, dengan menyusun perencanaan (RPK)
berupa jadwal kegiatan yang mencakup waktu, jenis kegiatan, sasaran, tempat,
pelaksana dan penanggung jawab. Kegiatan yang direncanakan adalah baik

8
kegiatan yang pelaksanaannya di dalam gedung Puskesmas maupun di luar
gedung Puskesmas/di masyarakat.

Hasil kegiatan Puskesmas, meliputi : Utilisasi pelayanan kesehatan di


Puskesmas (persentase kunjungan baru dan lama, frekuensi kunjungan, persentase
kunjungan dan contact rate orang miskin, persentase kunjungan PT ASKES dan
asuransi kesehatan lain, dll); Cakupan program kesehatan (upayakan data 3 tahun
terakhir), sesuai dengan Standar pelayanan minimal seperti: KIA (pertolongan
antenatal care, postnatal care), Gizi (cakupan Fe3 Ibu Hamil, Vit.A, BBLR,dll) ;
Pemberantasan Penyakit dan Penyehatan Lingkungan ; Promosi kesehatan mencakup
bentuk, sasaran dan jenis kegiatan; Kesehatan khusus (misalnya: Kesehatan Gigi &
Mulut, Penyakit jiwa, Penyakit Mata, Kesehatan Kerja). 3,4
Di bidang kesehatan, evaluasi adalah suatu kegiatan yang penting untuk
menilai kualitas, rasional, efektifitas, efisiensi dan equity pada pelayanan kesehatan.
Evaluasi program kesehatan yang komprehensif adalah evaluasi yang dilakukan
terhadap tiga komponen yaitu Input- Proses- Output. Definisi evaluasi menurut WHO
adalah cara yang sistematis untuk belajar dari pengalaman-pengalaman dan
menggunakan pelajaran - pelajaran yang diperoleh untuk memperbaiki kegiatan-
kegiatan yang sedang dilakukan dan untuk meningkatkan perencanaan yang lebih baik
dengan melakukan seleksi secara teliti terhadap berbagai alternatif tindakan yang akan
diambil. Jadi evaluasi berarti menentukan pendapat berdasarkan penafsiran secara
seksama dan penilaian secara kritis mengenai keadaan tertentu, yang harus mengarah
kepada penarikan kesimpulan yang masuk akal serta pengajuan usulan-usulan untuk
tindakan lebih lanjut yang bermanfaat. Tujuan evaluasi program kesehatan bukan
hanya membandingkan keadaan kesehatan sebelum dan sesudah kegiatan, tetapi yang
lebih penting adalah untuk memperbaiki program-program kesehatan agar
pelaksanaan suatu program menjadi lebih relevan, efisien dan efektif.
Pada pembahasan ini akan dibahas salah satu contoh perencanaan strategis
yang dapat dilakukan di Puskesmas.
Rumusan masalah : Hipertensi sebagai salah satu dari 10 penyakit terbanyak yang
terdiagnosis dalam 3 tahun terakhir di Puskesmas Bahu.

9
Rencana Strategis : PERENCANAAN PROMOSI KESEHATAN HIPERTENSI DI
PUSKESMAS BAHU

Langkah – langkah perencanaan promosi kesehatan hipertensi di Puskesmas Bahu


adalah sebagai berikut:

Analisa Masalah Kesehatan dan Perilaku.


 Wilayah kerja Puskesmas Bahu mempunyai kepadatan penduduk yang cukup
tinggi (± 26.000). Kenyataan ini berdampak terhadap peningkatan risiko
terjadinya penyakit tidak menular seperti hipertensi akibat stress.
 Usia penduduk terbanyak adalah usia produktif, dimana terjadi peningkatan
yang cukup bermakna terhadap jumlah penduduk usia lanjut dari tahun ke
tahun.
 Sebagian besar penduduk mempunyai pendidikan mulai dari SD sampai
Perguruan tinggi sehingga bahasa, alat bantu dan metode penyuluhan harus
disesuaikan dengan keadaan ini.
 Sebagian besar penduduk bekerja sebagai buruh, nelayan, PNS, TNI/Polri dan
Pegawai swasta, sehingga bila akan dilakukan penyuluhan pada hari kerja,
sebaiknya dilakukan pada siang atau sore atau malam hari.
 Dari distribusi hipertensi berdasarkan umur, terlihat bahwa kejadian hipertensi
sudah dimulai pada rentang umur 15-44 thn dan melonjak tajam pada rentang
usia > 45 tahun.
 Pada masyarakat dengan usia lanjut, kasus hipertensi merupakan kasus yang
terbanyak.

Sasaran
Setiap orang akan memiliki perbedaan dalam hal respons pada penyakit
dan pengaruh penyakit pada tubuh. Tubuh pertama kali akan merespons
perubahan yang tidak terdeteksi dan tidak dirasakan. Begitu reaksi tubuh
bertambah, tubuh akan mulai merasakan perubahan, yang ditandai dengan
adanya gejala-gejala penyakit, misalnya sakit kepala, malaise dll. Selanjutnya
penyakit ini akan berlanjut dan tubuh akan meresponsnya dengan 2 alternatif

10
yaitu sembuh atau semakin sakit. Jika sakit memburuk, pada akhirnya penyakit
akan menguasai tubuh dan terjadi komplikasi. Penyakitnya akan bertambah
parah, sehingga dapat menimbulkan kecacatan atau bahkan kematian. Dari
keterangan ini, maka pendidikan/promosi kesehatan dapat digunakan untuk
melakukan pencegahan primer, sekunder dan tertier. 4,5
Pencegahan primer adalah segala kegiatan yang dapat menghentikan atau
mengurangi faktor risiko kejadian penyakit sebelum penyakit tersebut terjadi.
Misalnya pada kasus hipertensi, yang dapat dilakukan adalah penyuluhan
tentang hidup sehat, kurangi makanan yang banyak mengandung garam,
beraktifitas fisik, tidak merokok dll. Pencegahan sekunder lebih ditujukan pada
kegiatan skrining dan deteksi untuk menemukan penyakit. Bila ditemukan
kasus, maka dapat dilakukan pengobatan dini agar penyakit tersebut tidak
menjadi parah. Kegiatan yang dapat dilakukan: pemeriksaan kesehatan setiap
tahun agar dideteksi hipertensi atau tidak, pengobatan dini hipertensi,
penyuluhan hidup sehat agar mengurangi faktor risiko hipertensi. Pencegahan
tertier adalah suatu kegiatan difokuskan kepada mempertahankan kualitas
hidup penderita yang telah mengalami penyakit yang cukup berat yaitu dengan
cara rehabilitasi. 4,5
Penentuan sasaran sangat ditentukan pencegahan mana yang akan
dilakukan apakah primer, sekunder atau tertier. Pada kasus ini kita dapat
melakukan pencegahan primer dengan sasarannya adalah usia 15 - 44 thn dan
pencegahan sekunder dengan sasarannya adalah usia > 45 thn.

 Tujuan pendidikan/promosi kesehatan


Tujuan pendidikan/promosi kesehatan sangat menentukan sasaran yang
akan dipilih pada kegiatan pendidikan/promosi kesehatan, apakah untuk
mengubah perilaku masyarakat atau mendapatkan dukungan sosial atau
melakukan advokasi kepada pembuat keputusan. Untuk itu sasaran dibagi
menjadi 3 yaitu: sasaran primer, sekunder dan tertier. Sasaran primer adalah
kelompok masyarakat yang berisiko terkena atau sudah terkena suatu masalah
kesehatan. Tujuan pendidikan/promosi kesehatan untuk sasaran ini antara lain
meningkatkan pengetahuan dan meningkatkan ketrampilan sesuai dengan
masalah kesehatan yang dihadapi. Sasaran sekunder adalah para tokoh

11
masyarakat, tokoh agama, tokoh adat dengan harapan kelompok ini akan
memberikan pendidikan kesehatan kepada masyarakat di sekitarnya. Di
samping itu, para tokoh masyarakat diharapkan akan memberikan contoh atau
acuan perilaku sehat bagi masyarakat sekitarnya (dukungan sosial). Sasaran
tertier adalah para pembuat keputusan atau penentu kebijakan dalam
menentukan dukungan pelaksanaan suatu program kesehatan , sehingga metode
yang digunakan adalah menggunakan strategi advokasi. 4,5
Pada kasus ini, promosi kesehatan ditujukan kepada seluruh masyarakat
bahkan instansi yang terkait, atau dengan kata lain sasaran program ini meliputi
sasaran primer, sekunder dan tertier.

 Tujuan
Tujuan umum pada kasus ini adalah untuk pencegahan primer adalah
meningkatkan pengetahuan masyarakat tentang pencegahan hipertensi dan
tujuan khususnya adalah meningkatkan pengetahuan tentang definisi hipertensi,
gejala hipertensi, faktor-faktor risiko terjadinya hipertensi dan pencegahan
hipertensi.

 Strategi
Strategi yang ditempuh sangat tergantung dari sasaran. :
o Strategi sasaran primer adalah Pemberdayaan masyarakat (empowerment)
o Strategi sasaran sekunder adalah Dukungan sosial (social support)
o Strategi sasaran tertier adalah Pendekatan pada pimpinan atau pengambil
keputusan (advokasi)

 Metode dan Alat Bantu/Media Pendidikan


Kombinasi metode dan alat bantu/media pendidikan adalah mencampur
berbagai metode dan alat bantu/media pendidikan dengan maksud
menghasilkan sebuah paket komunikasi yang akan jauh lebih efektif dalam
pencapaian tujuan, dengan cara : tetapkan apa yang ingin dicapai dengan pesan
tersebut, pelajari semua metode dan alat bantu/media pendidikan yang tersedia,
pelajari mana yang mungkin bisa dikombinasikan/dicampur, pilih kombinasi
berdasarkan kemampuannya dalam menghasilkan frekuensi tersering, pelajari

12
apakah kombinasi tersebut terjangkau dan disenangi sasaran, pertimbangkan
juga sumber daya yang dimiliki. 3,4,5
Menurut Elgar Dale alat bantu pendidikan/promosi kesehatan dibagi dalam
11 tingkatan/macam. Setiap tingkatan sekaligus menggambarkan tingkat
intensitas tiap-tiap alat bantu dan digambarkan dalam sebuah segitiga.4

1
1. Kata-kata

2. Tulisan
2

3
3. Rekaman,radio

4
4. Film (Gambar)

5 5. Televisi

6 6. Pameran

7 7. Field trip

8 8. Demonstrasi

9 9. Sandiwara

10 10. Benda tiruan

11 11. Benda asli

Dari segitiga tersebut terlihat bahwa dalam proses pendidikan/promosi


kesehatan, ”kata-kata” mempunyai intensitas paling rendah untuk
mempersepsikan bahan pendidikan/promosi, sedangkan ”benda asli”
mempunyai intensitas yang paling tinggi dalam mempersepsikan bahan
pendidikan/promosi.
Pada kasus ini dapat digunakan beberapa metode seperti kata – kata
(penyuluhan), tulisan, gambar, iklan di radio lokal atau TV kabel lokal atau
bahkan sharing langsung antar masyarakat dengan penderita.

 Kegiatan Operasional
o Jenis kegiatan : Penyuluhan, Pemasangan poster, banner, stiker
o Tempat : Seluruh wilayah kerja Puskesmas Bahu

13
o Waktu : Januari – Desember 2013
o Biaya : Rp. 500.000.000,-
o Penanggung jawab : Kepala Puskesmas Bahu
o Jadwal kegiatan :
Pembuatan brosur, banner, poster : November - Desember 2012
Pembuatan Iklan Radio dan TV Kabel : Oktober - Desember 2012
Perampungan materi penyuluhan : November - Desember 2012
Pemutaran Iklan : Januari – November 2013
Pembagian brosur, banner dan poster : Januari - Maret 2013
Pelaksanaan Penyuluhan dan Edukasi : Januari – November 2013
Evaluasi : Maret, Juni, September dan
Desember 2013

 Pemantauan dan Evaluasi


o Komponen : materi/isi pesan, input (sasaran, tenaga pendidik, alat bantu),
apakah sasaran menerima/terpapar dan mendapatkan manfaat dengan isi
pesan dan bahan-bahan yang didistribusikan, apakah sasaran
mempraktekkan dengan benar perilaku yang disarankan dalam proses
pendidikan
o Indikator : kesesuaian isi pesan dengan masalah yang dihadapi, penggunaan
alat bantu/media yang mendukung, jangkauan sasaran, jumlah yang hadir,
jumlah sasaran yang mengingat pesan pokok, jumlah sasaran yang
berperilaku sesuai isi pesan.
o Cara : analisis laporan/data sekunder (pre-test/post test), wawancara,
observasi, diskusi.
o Pelaksana/Penanggung jawab : Semua staf Puskesmas dan dikoordinasi
oleh bidang Promosi Kesehatan.

Hal lain yang perlu untuk dilakukan dalam sebuah perencanaan adalah analisis
internal Puskesmas. Analisis ini dilakukan untuk mendapatkan gambaran tentang

14
kekuatan (Strength) dan kelemahan (Weakness) sumber daya yang ada di Puskesmas.
Dengan mengetahui hal-hal tersebut, maka dapat dilakukan upaya-upaya untuk
memperkuat kekuatan dan mengurangi kelemahan Puskesmas tersebut.3,4,5
Adapun faktor-faktor yang dianalisis adalah:
o Upaya-upaya kesehatan yang dilaksanakan di Puskesmas yang
bersangkutan.
Sebagai seorang dokter yang bekerja di sarana pelayanan kesehatan
primer, maka seharusnyalah sebelum memulai pekerjaan tersebut, yang
bersangkutan terlebih dahulu mengetahui upaya-upaya kesehatan yang
dilaksanakan di Puskesmas yang bersangkutan tersebut (upaya kesehatan
wajib dan upaya kesehatan pengembangan)
o Sumber daya manusia.
Untuk melaksanakan upaya-upaya kesehatan tersebut, dibutuhkan
sumber daya manusia baik kuantitas maupun kualitas.
o Sarana dan Prasarana.
Obat dan bahan habis pakai serta Alat kesehatan (jenis, jumlah,
sumber, lokasi), yang perlu diuraikan disini bukan jumlah dalam artian
kuantitatif tetapi jumlah riil yang ada dibandingkan dengan kebutuhan,
terutama jenis obat esensial yang tersedia dikaitkan dengan pola penyakit
yang ada, lokasi penempatan/penyebaran dikaitkan dengan institusi
kesehatan serta kunjungan pasien.
o Pendanaan Puskesmas.
Dana sangat dibutuhkan untuk pengelolaan Puskesmas, oleh sebab itu
sangat perlu mengetahui sumber-sumber dan besaran pendanaan untuk
Puskesmas yang bersangkutan, meliputi : Jumlah dana Retribusi Kesehatan,
APBN (uraikan sumber dan atau nama proyek), APBD Kabupaten/Kota
dari tahun ke tahun (usulan & realisasi, serta sumber dana untuk kesehatan)
baik Rutin (Belanja Administrasi Umum) maupun Pembangunan (belanja
operasi, pemeliharaan dan modal), Asuransi kesehatan/JPKM/JKN, Biaya
Operasional Kesehatan (BOK) dan Sumber dana lainnya.

15
PENUTUP

Kesimpulan
 Perencanaan strategis merupakan suatu kegiatan yang menunjang menajemen
strategis yang berarti bahwa organisasi dapat memberikan pelayanan terbaik bila
mempunyai perencanaan secara menyeluruh dalam mengembangkan dan
mengelola suatu organisasi.
 Untuk mencapai tujuan langkah strategi yang dilakukan adalah dengan pengkajian
lingkungan internal dan lingkungan eksternal melalui analisis SWOT (Strenght,
Weakness, Oppoturnity, and Threats). Pemahaman faktor internal untuk
mengetahui kekuatan dan kelemahan sedangkan pemahaman faktor eksternal
diharapkan dapat diperoleh pemahaman yang jelas tentang tantangan dan peluang
 Ada 2 macam rencana yang disusun dalam Perencanaan Tingkat Puskesmas (PTP)
yaitu : Rencana Usulan Kegiatan (RUK), berisi usulan kegiatan tahun fiskal
mendatang untuk mengajukan program kegiatan beserta biayanya dan
Rencana Pelaksanaan Kegiatan (RPK), berisi rencana pelaksanaan kegiatan tahun
anggaran bersangkutan sesuai alokasi anggaran yang diterima oleh Puskesmas.

Saran
 Diharapkan adanya kesamaan pengertian masing-masing anggota dalam
organisasi agar terjadi hubungan yang harmonis di antara satuan-satuan
organisasi dalam usaha bersama mencapai tujuan organisasi.
 Evaluasi program kesehatan dilakukan bukan untk membandingkan keadaan
kesehatan sebelum dan sesudah kegiatan, tetapi yang lebih penting adalah
untuk memperbaiki program-program kesehatan agar pelaksanaan suatu
program menjadi lebih relevan, efisien dan efektif.

16
17

Anda mungkin juga menyukai