Disusun Oleh:
NADIA SAMIYAH
21080117120040
FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS DIPONEGORO
SEMARANG
2019
i
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL............................................................................................... ii
DAFTAR ISI ........................................................................................................... ii
DAFTAR GAMBAR ............................................................................................. iii
DAFTAR TABEL .................................................................................................. iii
BAB I PENDAHULUAN ....................................................................................... 1
1.1 Latar Belakang Masalah ........................................................................... 1
1.2 Identifikasi Masalah ................................................................................. 2
1.3 Rumusan Masalah .................................................................................... 3
1.4 Rumusan Tujuan....................................................................................... 3
1.5 Pembatasan Masalah ................................................................................ 3
1.6 Rumusan Manfaat ..................................................................................... 4
BAB 2 KAJIAN PUSTAKA................................................................................... 1
2.1 Landasan Teori ......................................................................................... 1
2.2 Penelitian Relevan .................................................................................... 6
2.3 Kerangka Pikir Penelitian ......................................................................... 7
BAB 3 METODOLOGI PERENCANAAN ........................................................... 1
3.1 Tujuan Perencanaan Secara Operasional ...................................................... 1
3.2 Waktu dan Tempat Perencanaan ................................................................... 3
3.3 Metode Penelitian.......................................................................................... 3
3.4 Teknik Pengambilan Sampel......................................................................... 3
3.5 Teknik Pengumpulan Data ............................................................................ 4
3.5.1 Data-data yang Dibutuhkan.................................................................... 4
DAFTAR PUSTAKA ............................................................................................ iv
ii
DAFTAR GAMBAR
DAFTAR TABEL
iii
BAB I
PENDAHULUAN
1
TPA Kabupaten Banyumas yang berlokasi di Kaliori sudah sangat melebihi
kapasitas timbunannya dan menimbulkan bau tidak sedap yang berlebihan.
2
1.3 Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang yang sudah dijabarkan sebelumnya maka
dapat dirumuskan beberapa masalah yang akan dibahas dalam penelitian ini,
yakni:
1. Perencanaan wilayah yang akan dilayani oleh TPA model sanitary landfill
hanya meliputi Kabupaten Banyumas.
2. Perencanaan umur TPA sanitary landfill hanya untuk 10 tahun setelah TPA
beroperasi.
3
1.6 Rumusan Manfaat
Adapun manfaat yang diperoleh dari dilakukannya penelitian ini adalah
sebagai berikut:
1. Bagi Peneliti
Manfaat penelitian ini bagi peneliti adalah mampu menerapkan ilmu-ilmu
yang selama ini diperoleh selama kegiatan perkuliahan. Selain itu peneliti
memiliki gambaran nyata terkait tata cara merencanakan suatu fasilitas
umum yakni tempat pemrosesan akhir yang baik dan optimal.
2. Bagi Pengembangan Ilmu Pengetahuan
Manfaat penelitian ini bagi pengembangan ilmu pengetahuan adalah
menambah informasi terkait hal-hal yang perlu diperhatikan dan harus
dilakukan untuk merencanakan tempat pemrosesan akhir bagi suatu
wilayah.
3. Bagi Dinas Lingkungan Hidup Kabupaten Banyumas
Manfaat penelitian ini bagi Dinas Lingkungan Hidup Kabupaten Banyumas
mampu menjadi salah satu acuan untuk mengelola persampahan di
Kabupaten Banyumas khususnya perencanaan tempat pemrosesan akhir
sampah.
4
BAB 2
KAJIAN PUSTAKA
1
Dari segi sanitasi, menjamin tempat kerja yang bersih, mencegah tempat
berkembang biaknya vektor hama penyakit dan mencegah pencemaran
lingkungan termasuk timbulnya pengotoran sumber air; (2) Dari segi
ekonomi mengurangi biaya perawatan dan pengobatan sebagai akibat
yang ditimbulkan sampah. Tempat kerja yang bersih akan meningkatkan
gairah kerja dan akan menambah produktivitas serta efisiensi pekerja,
menarik banyak tamu atau pengunjung, mengurangi kerusakan sehingga
mengurangi biaya perbaikan (3) Dari segi estetika, menghilangkan
pemandangan tidak sedap dipandang mata menghilangkan timbulnya
bau–bauan yang tidak enak, mencegah keadaan lingkungan yang kotor
dan tercemar. Penanganan sampah yang baik akan memberikan manfaat
yang besar bagi kehidupan manusia dan lingkungan.
Dengan irgensi sedemikian maka lahirlah beberapa metode
pengelolaan sampah, bergantung pada kondisi suatu wilayah. Menurut
Wasito (1970) mengemukakan bahwa pelaksanaan pengelolaan sampah
meliputi beberapa phase penyelenggaraan, dan pada phase pembuangan
akhir terdiri dari beberapa macam metode, yaitu: (1) Phase penyediaan
atau phase penampungan (2) Phase pengumpulan dan pengangkutan; (3)
Phase pembuangan. Macam-macam metode pembuangan akhir adalah:
(1) Pembuangan sampah 15 terbuka; (2) Pembuangan sampah dalam
badan air; (3) Pembuangan sampah dirumah-rumah bersama air kotor
masuk ke instalasi pembuangan air kotor dengan didahului pemotongan
sampah; (4) Pembuangan sampah dengan cara diolah menjadi kompos;
dan (5) Pembuangan sampah melalui instalasi pembakaran.
2.1.2 Pengertian Air Lindi
Air lindi merupakan air yang dihasilkan dari sampah yang dibiarkan
menumpuk dalam ruangan terbuka sehingga bisa menghasilkan air baik
akrena terkena air hujan maupun karena adanya proses penguraian
sampah oleh bakteri. Menurut Arief (2016) air lindi merupakan air dengan
konsentrasi kandungan organik yang tinggidan terbentuk dalam landfill
akibat adanya air hujan yang masuk ke dalamlandfill. Air lindi merupakan
2
cairan yang sangat berbahaya, karena selainkandungan organiknya tinggi,
juga mengandung unsur logam (Seperti Zn dan Hg).Jika tidak ditangani
dengan baik, air lindi dapat terserap ke dalam tanah sekitarlandfill
kemudian dapat mencemari air tanah di sekitar landfill.
Keberadaan air lindi di lingkungan sangat berbahaya, karena selain
dapat meresap ke tanah dan mencemari air tanah, air lindi juga dapat
menjadi media penyebar penyakit karena teksturnya yang sensitif, hal ini
bersesuaian dengan pendapat Rusdianasari (2016) bahwa air lindi dapat
mengandung kontaminan organik dalam jumlah yang besardan dapat
diukur sebagai Biochemical Oxygen Demand (BOD), Chemical Oxygen
Demand (COD) dan ammonia. Selain itu, juga terdapat kadar logam yang
tinggiyang dapat memberikan efek buruk bagi lingkungan. Oleh karena
itu, Ada banyakmetode yang digunakan untuk pengolahan air lindi hingga
saat ini antara lain penggunaan membran, teknik oksidasi, metode
koagulasi-flokulasi, lagoon, danwetland. Pengolahan tersebut cenderung
lebih mahal dan rumit jika dibandingkan dengan metode elektrokoagulasi.
Metode elektrokoagulasi ini merupakan metodeyang menjanjikan dalam
pengolahan lindi dilihat dari efektifitasnya yang tinggi,biaya perawatan
yang rendah, kurang diperlukannya uji laboratorium dan hasil pengolahan
yang cepat.
2.1.3 Kondisi Eksisting TPA Kaliori
TPA Kaliori merupakan salah satu TPA yang digunakan oleh
Pemerintah Kabupaten Banyumas sebagai tempat pembuangan akhir
sampah. Diantara empat TPA yang ada di Kabupaten Banyumas, TPA
Kaliori merupakan TPA tertua kedua setelah TPA Gunung Tugel. TPA
Kaliori digunakan karena TPA Gunung Tugel yang sebelumnya
menampung sampah dari seluruh Kabupaten Banyumas dengan metode
open dumping sudah tidak mampu lagi menampung sampah. Selain itu
TPA model open dumping sudah tidak boleh dioperasikan pada tahun
2008, hal ini bersesuaian dengan UU No. 18 Tahun 2008 tentang
3
Pengelolaan Sampah yang melarang perngoperasian TPA model open
dumping.
TPA Kaliori dibangun dengan sedikit lebih modern karena mulai
menerapkan model TPA sanitary landfill, dimana TPA model sanitary
landfill merupakan TPA yang mulai melakukan pengurugan terhadap
sampah yang dibuang sehingga tidak menimbulkan bau yang berlebihan
di sekitar TPA. Menurut Wahid Iqbal dan Nurul C. (2009: 279-280) TPA
model sanitary landfill (lahan urug saniter) merupakan TPA yang
melakukan pemusnahan sampah dengan membuat lubang di tanah
kemudian sampah dimasukkan dan ditimbun dengan tanah sebagai lapisan
penutup lalu dipadatkan. Cara ini memerlukan persyaratan harus tersedia
tempat yang luas, tersedia tanah untuk menimbunnya, dan tersedia alat-
alat besar.
Karena sudah menggunakan model TPA yang sedikit lebih modern
maka bupati Banyumas periode 2013-2018 berinisiatif untuk
memanfaatkan TPA Kaliori sebagai wisata edukasi yang dimaksudkan
dapat menjelaskan pengolahan sampah yang baik pada masyarakat umum.
Namun TPA Kaliori belum memiliki instalasi pengolahan air lindi yang
baik dan dikhawatirkan dapat berdampak buruk pada edukasi yang
disebarkan pada masyarkat. Sehingga direncanakanlah sebuah instalasi
pengolahan air lindi yang lebih modern di TPA Kaliori.
4
Selain Kolam pengumpul lindi terdapat juga kolam stabilisasi
yang berperan untuk menurunkan kadar BOD dan COD juga dapat
menurunkan jumlah fecal coli yang ada dalam leachate. Namun untuk
pengolahan lindi sebaiknya menggunakan kolam anaerobik/ fakultatif
karena sangat tingginya kadar BOD. Untuk memenuhi kebutuhan oksigen,
kolam aerasi dilengkapi dengan aerator yang mempunyai fungsi
mensuplai oksigen yang diperlukan untuk menurunkan kadar BOD/COD.
Dengan demikian sinar matahari sangat berperan di kolam maturasi ini
dikarnakan sinar matahari dapat membasmi bakteri yang terdapat pada
kolam maturasi. Di kolam ini pun terjadi simbiosis antara bakteri dan
algae. Hanya saja, diharapkan bakterinya dapat dibasmi sebelum dibuang
ke sungai. Algaenya juga jangan sampai banyak yang masuk ke sungai
agar tidak menurunkan kulaitas air sungai. Efisiensi konversi BOD5 dan
COD : 50%.
5
diolah pada instalasi pengolahan lindi. Menurut Tchobanoglaus (1993)
kapasitas kolam pengumpul lindi bergantung pada jenis pengolahan pada
fasilitas pengolahan yang tersedia. Umumnya kolam pengumpul lindi
dirancang untuk menampung lindi selama 1-3 hari. Berikut salah satu
contoh susunan skema IPAL.
6
ditandai dengan retaknya dinding-dinding bangunan IPAL. Oleh karena itu
diperlukan adanya analisis dan evaluasi instalasi pengolahan air lindi di
TPA Putri Cempo untuk mengembalikan fungsi dari IPAL.
3. Penelitian yang dilakukan oleh Joko Prayitno Susanto, et al dengan judul
Pengolahan Lindi dari TPA dengan Sistem Koagulasi –Biofilter Anaerobic
yang membahas tentang kelebihan metode koagulasi-biofilter anaerobic
dalam mengolah lindi sehingga dapat menyisihkan bakteri dan senyawa
kimia yang khas dari air lindi.
Studi Literatur
Survey kondisi eksisting
TPA Kaliori
Melakukan pengambilan
sampel ke beberapa tempat
Tindakan
yang diindikasi tercemar air
lindi TPA Kaliori
Perencanaan Instalasi
Pengolahan Air Lindi di
TPA Kaliori
Hasil
Evaluasi
7
Gambar 3 Kerangka Berpikir Perencanaan Instalasi Pengolahan Air Lindi
Kabupaten Banyumas
8
1
BAB 3
METODOLOGI PERENCANAAN
Adapun tahapan penelitian yang dilakukan dalam penelitian ini dpaat diperjelas
pada diagram berikut:
1
Gambar 3. 4 Diagram Alir Perencanaan IPAL Peningkatan TPA Kaliori,
Kabupaten Banyumas
2
3.2 Waktu dan Tempat Perencanaan
Waktu perencanan dilaksanakan selama 8 bulan, yaitu bulan Oktober
hingga bulan Mei tahun 2019. Pelaksanaan perencanaan ini akan dilakukan di
kawasan TPA Kaliori Desa Kaliori, Kecamatan Kalibagor, Kabupaten
Banyumas. Berikut layout eksisting TPA Kaliori
3
yang paling terdampak oleh kegiatan TPA. Sampel tersebut diambil pada 25
orang pada masing-masing desa terdekat TPA yakni Desa Kaliori, Desa
Kalibagor, Desa Sokaraja Kidul dan Desa Sokaraja Lor.
4
Tabel 1 Data-data yang dibutuhkan
Jenis Data
No. Data
Primer Sekunder
1. Data Eksisting Wilayah Studi √
2. Data Kualitas Lindi √
3. Data Kuantitas Lindi √
4. Data Kondisi Wilayah Studi:
- Administrasi daerah
- Aspek Sarana dan Prasarana
√
- Demografi
- TPA Kaliori
5. Data Topografi Lahan √
6. Data Klimatologi √
7. Data Geohidrologi √
5
Dalam analisis frekuensi, hasil yang diperoleh tergantung pada
kualitas dan panjang data. Semakin pendek data yang tersedia, maka
akan semakin besar penyimpangan yang terjadi. Menurut Suripin
(2004), dalam ilmu statistik dikenal beberapa macam.
3. Pengujian Kecocokan Sebaran
Diperlukan penguji parameter untuk menguji kecocokan
distribusi frekuensi sampel data terhadap fungsi distribusi peluang
yang diperkirakan dapat mewakili dstribusi frekuensi tersebut.
Pengujian parameter yang sering dipakai adalah uji Chi-Kuadrat dan
uji Smirnov-Kolmogorov.
Uji Chi-Kuadrat dimaksudkan untuk menentukan apakah
persamaan distribusi yang dipilih dapat mewakili distribusi statistik
sampel data yang dianalisa.
Uji Smirnov-Kolmogorov sering disebut uji kecocokan non-
parametrik, karena pengujiannya tidak menggunakan fungsi distribusi
tertentu dengan membandngkan selisih maksimum (Dmaks) nilai
peluang pengamatan P(x˂) dan peluang teoritis P’(x˂) dengan nilai
kritiis dari tabel nilai kritis Do untuk uji Smirnov-Kolmogorov.
3.6.2 Perhitungan Debit Lindi
1. Intensitas Curah Hujan
Dalam menghitung debit lindi dengan metode rasional
memerlukan data intensitas hujan.
2. Metode Rasional
Penggunaan persamaan rasional yang aslinya digunakan
dalam penentuan drainase ternyata cukup mendekati untuk
digunakan dalam menghitung volume lindi disuatu TPA.
Koefisien lindi (C) sangata dipengaruhi olhe kondisi
permukaan TPA. Sangat berbeda apakah TPA sedang dalam tahap
pengoperasian, atau telah ditutup dengana lapisan tanaha akhir
sehingga limpasan air hujan dapat dibuang keluar dari area TPA.
6
3.6.3 Pemilihan Alternatif Unit Pengelolaan
Metode Analytical Hierarchy Process (AHP) dikembangkan oleh
Thomas L. Saaty pada tahun 70-an. Metode AHP merupakan salah satu
metode yang dapat digunakan dalam sistem pengambilan keputusan
dengan memperhatikan faktor-faktor persepsi, preferensi, pengalamana
dan intuisi. AHP menggabungkan penilaian-penilaian dan nilai-nilai
pribadi ke dalam satu cara yang logis. Dalam menyelesaikan AHP ada
prinsip-prinsip yang harus diperhatikan, diantaranya adalah
(Mulyono,2002):
1. Decomposition
Setelah persoalan didefinisikan, maka perlu dilakukan
decomposition yaitu memecahkan persoalan yang utuh menjadi
unsur-unsurnya. Untuk mendapatkan hasil yang akurat, pemecahan
dilakukan terhadap unsur-unsur sampai tidak mungkin dilakukan
pemecahan lebih lanjut, sehingga didapatkan beberapa tingkatandari
persoalan yang hendak dipecahkan. Struktur hirarki keputusan
tersebut dapat dikategorikan sebagai hirarki lengkap dan hirarki
tidak lengkap. Suatu hirarki keputusan disebut lengkap jika semua
elemen pada suatu tingkat memiliki hubungan terhadap semua
elemen yang ada pada tngkat berikutnya, sementara hirarki tidak
lengkap kebalikannya dari hirarki lengkap. Bentuk struktur
decomposition yaitu:
a. Tingkat pertama : Tujuan keputusan (Goal)
b. Tingkat kedua : Kriteria-kriteria
c. Tingkat ketiga : Alternatif-alternatif
2. Comparative Judgement
Comparative Judgement dilakukan dengan penilaian tentang
kepentingan relatif dua elemen pada suatu tingkat tertentu dalam
kaitannya dengan tingkatan diatasnya. Penilaian ini merupakan inti
dari AHP karena akan berpengaruh terhadap urutan prioritas dari
elemen-elemennya. Hasil dari penilaian ini lebih mudah disajikan
7
dalam bentuk matriks pairwise comparisons yaitu matriks
perbandingan berpasangan memuat tingkat preferensi beberapa
alternatif untuk tiap kriteria. Skala preferensi yanng digunakana
yaitu skala 1 yang menunjukkan tingkat yang paling rendah (equal
importance) sampai dengan skala 9 yang menunjukkan tingkat
paling tinggi (extreme importance).
3. Synthesis of Priority
Synthesis of Priority dilakukan dengan menggunakan eigen
vector method untuk mendapatkan bobot relatif bagi unsur-unsur
pengambilan keputusan.
4. Logical Consistency
Logical Consistency merupakan karakteristik penting AHP.
Hal ini dicapai dengan mengagresikan seluruh eigen vector yang
diperoleh dari berbagai tingkatan hirarki dan selanjutnya diperoleh
suatu vector compsite tertimbang yang menghasilkan urutan
pengambilan keputusan.
Pemilihan alternatif instalasi penegellaan lindi peningkatan
TPA Kaliori dilakukan dengan metode AHP (Analytical Hierarchy
Process). Metode ini digunakan untuk mengambil keputusan dalam
berbagai alternatif dengan menggunakan skala pembobotan pada
setiap kepentingannya. Pada kasus ini kepentingan tersebut meliput:
1. Efisiensi Pengolahan
Efisiensi pengolahan dartikan sebagai besarnya kemampuan
unit pengolahan untuk menyisihkan tiap parameter pencemar.
2. Ketersediaan Lahan
Ketersediaan lahan diartikan sebagai lahan yang dbutuhkan
untuk membangun sebuah instalasi pengolahan lindi.
3. Biaya Investasi
Biaya Investasi adalah besarnya anggaran yang harus
dikeluarkan untuk membangun instalasi pengolahan lindi.
8
4. Operasional dan Pemeliharaan
Operasional dan Pemeliharaan diartikan sebagai sejauh
mana kemudahan dalam pengoperasian dan pemeliharaan instalas
tersebut.
Dalam penyusunan skala kepentingan sebagai pembobotan
tiap alternatif digunakan skala dasar sebagai berikut:
Tabel 3. 2 Bobot Tingkat Kepentingan
Tingkat Definisi
Kepentingan
1 Sama pentingnya dibanding yang lain
3 Moderat pentingnya dibanding yang lain
5 Kuat pentingnya dibanding yang lain
7 Sangat kuat pentingnya dibanding yang lain
9 Mutlak lebih penting dibanding yang lain
2,4,6,8 Nilai antara angka ganjil diatas
Sumber: Mulyono, 2002
Dalam penilaian kepentingan relatif dua elemen berlaku aksioma repriprocal
artinya jika elemen I dinilai 3 kali lebih penting dibanding elemen J, maka elemen
J harus sama dengan 1/3 kali pentingnya dibanding dengan elemen I, perbandingan
tersebut kemudian dinilai konsistensinya. Hal ini penting dilakukan karena jika
penilaian kepentingan dapat juga bersifat subjektif. Prinsip penilaian dengan
menggunakan metode ini adalah dengan penilaian terhadap masing-masing
aspekpenting dengan pembobotan tertentu. Berikut hirarki lengkap dari masalah
pemilihan instalasi pengolahan lindi peningkatan TPA Kaliori.
9
Tingkat 1
Fokus Pemilihan Alternatif Pengolahan Lindi
Tingkat 2
Parameter Efisiensi Investasi (I) Kebutuhan Operasional &
Penentu Pengolahan Lahan (KL) Maintenance
(EP)
10
Perancangan ini meliputi penggunaan unit yang akan digunakan,
spesifikasi unit IPL seperti dimensi unit dan efisiensi pengolahan
tiap unit dilengkapi dengan gambar-gambar detail. Perancangan
dilakukan sesuai dengan kelayakan teknis dan lingkungan serta
secara lebih spesifik ketersediaan lahan dan cakupan pelayanan
instalasi pengolahan lindi.
3. Perancangan Operasional dan Pemeliharaan
Standar operasional dan prosedur (SOP) disusun sebagai
panduan untuk para operator sistem dan pelanggan dalam
mengoperasikan dan memelihara sistem instalasi pengolahan
lindi.
4. Perhitungan Rancangan Anggaran Biaya
Dalam perencanaan pembangunan sistem instalasi
pengolahan lindi terdapat anggaran baya yang harus diperkirakan
yaitu: biaya pekerjaan persiapan, biaya pekerjaan pembangunan
IPL, biaya pekerjaan jaringan perpipaan, dan biaya pekerjaan.
11
DAFTAR PUSTAKA
iv
Mulyono, Sri. 2002. Riset Operasi. Jakarta: Lembaga Penerbitan Fakultas Ekonomi
Universitas Indonesia.