Anda di halaman 1dari 7

Bab 1

Pendahuluan
1.1 Latar Belakang
Psikologi merupakan ilmu yang mempelajari tentang aspek – aspek kejiwaan manusia yang
dapat diamati melalui pola perilaku yang muncul. Pola perilaku manusia muncul sebagai
akibat dari proses mental manusia seperti persepsi,pola pikir, kebiasaan yang semuanya itu
dapat dipengaruhi oleh suatu kebudayaan. Dengan banyaknya kebudayaan, maka banyak
pula perbedaan pola pikir, pola perilaku, kebiasaan, persepsi,dll. Oleh sebab itu perlu adanya
ilmu yang mengkaji tentang budaya dan dapat mengaitkannya dengan setiap proses mental
yang terjadi. Salah satu hal yang menonjol dalam kajian budaya adalah bahasa dan cara
berkomunikasi.

1.2 Tujuan
Tujuan dari penulisan makalah ini adalah penulis ingin memberi kajian terkait bagaimana
bahasa dan komunikasi mempengaruhi aspek psikologis seseorang.
Bab 2
Pembahasan

A. BUDAYA
Budaya atau kebudayaan berasal dari bahasa sansekerta yaitu buddhayah, yang
merupakan bentuk jamak dari buddhi (budi atau akal) diartikan sebagai hal- hal yang
berkaitan dengan budi dan akal manusia, dalam bahasa inggris kebudayaan disebut
culture yang berasal dari kata latin colere yaitu mengolah atau mengerjakan dapat
diartikan juga sebagai mengolah tanah atau bertani, kata culture juga kadang sering
diterjemahkan sebagai “Kultur” dalam bahasa Indonesia1 . Hal yang sama juga
diungkapkan oleh Kuntjaraningrat bahwa “kebudayaan” berasal dari kata sansekerta
buddhayah bentuk jamak dari buddhi yang berarti budi atau akal, sehingga menurutnya
kebudayaan dapat diartikan sebagai hal- hal yang bersangkutan dengan budi dan akal,
ada juga yang berpendapat sebagai suatu perkembangan dari majemuk budi- daya yang
artinya daya dari budi atau kekuatan dari akal2 . Kuntjaraningrat berpendapat bahwa
kebudayaan mempunyai paling sedikit tiga wujud, yaitu pertama sebagai suatu ide,
gaagsan, nilai- nilai normanorma peraturan dan sebagainya, kedua sebagai suatu aktifitas
kelakuan berpola dari manusia dalam sebuah komunitas masyarakat, ketiga bendabenda
hasil karya manusia.

Menurut Koentjaraningrat, istilah universal menunjukkan bahwa unsur-unsur


kebudayaan bersifat universal dan dapat ditemukan di dalam kebudayaan semua bangsa
yang tersebar di berbagai penjuru dunia. Ketujuh unsur kebudayaan tersebut adalah :

1. Sistem Bahasa
Bahasa merupakan sarana bagi manusia untuk memenuhi kebutuhan sosialnya untuk
berinteraksi atau berhubungan dengan sesamanya. Dalam ilmu antropologi, studi
mengenai bahasa disebut dengan istilah antropologi linguistik. Menurut Keesing,
kemampuan manusia dalam membangun tradisi budaya, menciptakan pemahaman
tentang fenomena sosial yang diungkapkan secara simbolik, dan mewariskannya
kepada generasi penerusnya sangat bergantung pada bahasa. Dengan demikian,
bahasa menduduki porsi yang penting dalam analisa kebudayaan manusia.

2. Sistem Pengetahuan
Sistem pengetahuan dalam kultural universal berkaitan dengan sistem peralatan hidup
dan teknologi karena sistem pengetahuan bersifat abstrak dan berwujud di dalam ide
manusia. Sistem pengetahuan sangat luas batasannya karena mencakup pengetahuan
manusia tentang berbagai unsur yang digunakan dalam kehidupannya. Banyak suku
bangsa yang tidak dapat bertahan hidup apabila mereka tidak mengetahui dengan
teliti pada musim-musim apa berbagai jenis ikan pindah ke hulu sungai. Selain itu,
manusia tidak dapat membuat alat-alat apabila tidak mengetahui dengan teliti ciri ciri
bahan mentah yang mereka pakai untuk membuat alat-alat tersebut. Tiap kebudayaan
selalu mempunyai suatu himpunan pengetahuan tentang alam, tumbuhtumbuhan,
binatang, benda, dan manusia yang ada di sekitarnya.

3. Sistem Sosial
Unsur budaya berupa sistem kekerabatan dan organisasi sosial merupakan usaha
antropologi untuk memahami bagaimana manusia membentuk masyarakat melalui
berbagai kelompok sosial. Menurut Koentjaraningrat tiap kelompok masyarakat
kehidupannya diatur oleh adat istiadat dan aturan-aturan mengenai berbagai macam
kesatuan di dalam lingkungan di mana dia hidup dan bergaul dari hari ke hari.
Kesatuan sosial yang paling dekat dan dasar adalah kerabatnya, yaitu keluarga inti
yang dekat dan kerabat yang lain. Selanjutnya, manusia akan digolongkan ke dalam
tingkatantingkatan lokalitas geografis untuk membentuk organisasi sosial dalam
kehidupannya.

4. Sistem Peralatan Hidup dan Teknologi


Manusia selalu berusaha untuk mempertahankan hidupnya sehingga mereka akan
selalu membuat peralatan atau benda-benda tersebut. Perhatian awal para antropolog
dalam memahami kebudayaan manusia berdasarkan unsur teknologi yang dipakai
suatu masyarakat berupa benda-benda yang dijadikan sebagai peralatan hidup dengan
bentuk dan teknologi yang masih sederhana. Dengan demikian, bahasan tentang
unsur kebudayaan yang termasuk dalam peralatan hidup dan teknologi merupakan
bahasan kebudayaan fisik.

4. Sistem Mata Pencaharian Hidup


Mata pencaharian atau aktivitas ekonomi suatu masyarakat menjadi fokus kajian
penting etnografi. Penelitian etnografi mengenai sistem mata pencaharian mengkaji
bagaimana cara mata pencaharian suatu kelompok masyarakat atau sistem
perekonomian mereka untuk mencukupi kebutuhan hidupnya.

5. Sistem Religi
Asal mula permasalahan fungsi religi dalam masyarakat adalah adanya pertanyaan
mengapa manusia percaya kepada adanya suatu kekuatan gaib atau supranatural yang
dianggap lebih tinggi daripada manusia dan mengapa manusia itu melakukan
berbagai cara untuk berkomunikasi dan mencari hubungan-hubungan dengan
kekuatankekuatan supranatural tersebut. Dalam usaha untuk memecahkan pertanyaan
mendasar yang menjadi penyebab lahirnya asal mula religi tersebut, para ilmuwan
sosial berasumsi bahwa religi suku-suku bangsa di luar Eropa adalah sisa dari
bentukbentuk religi kuno yang dianut oleh seluruh umat manusia pada zaman dahulu
ketika kebudayaan mereka masih primitif.

6. Kesenian
Perhatian ahli antropologi mengenai seni bermula dari penelitian etnografi mengenai
aktivitas kesenian suatu masyarakat tradisional. Deskripsi yang dikumpulkan dalam
penelitian tersebut berisi mengenai benda-benda atau artefak yang memuat unsur
seni, seperti patung, ukiran, dan hiasan. Penulisan etnografi awal tentang unsur seni
pada kebudayaan manusia lebih mengarah pada teknikteknik dan proses pembuatan
benda seni tersebut. Selain itu, deskripsi etnografi awal tersebut juga meneliti
perkembangan seni musik, seni tari, dan seni drama dalam suatu masyarakat.

B. KOMUNIKASI DAN BAHASA


Komunikasi adalah salah satu aspek yang paling penting dari kehidupan kita. Ini adalah
suatu proses yang mengikat kita semua bersama-sama, membantu kita mendapatka pekerjaan
yang dilakukan, memiliki hubungan, dan mencapai tujuan. Budaya manusia ada karena
kemampuan untuk memiliki bahasa. Menurut Ernst Cassirer (1944), manusia adalah hewan
Symbolicium, yaitu makhluk yang memahami simbol – simbol. Pemahaman dan penggunaan
simbol membuat manusia berbeda dari makhluk lainnya di bumi. Terdapat 3 macam symbol
pada manusia, yakni koservatif (mitologi dan agama), relatif (bahasa), progresif (seni dan
ilmu pengetahuan).
- Konservatif
Seperti halnya orang yunani menggambarkan Zeus sebagai dewa tertinggi. Dewa Sri
sebagai symbol kesuburan (Jawa).
- Relative
Bahasa yang bisa saja tetap konstan atau mengalami perubahan dan jangka waktu yang
relatif. Bahasa harus berubah agar mampu menopang kehidupan manusia yang semakin
maju, namun tidak boleh progresif agar tidak membingungkan penggunannya.
- Progresif
Ilmu pengetahuan dan seni terus berkembang hampir setiap saat

Semua manusia memiliki bahasa. Bahasa adalah suatu media dalam berkomunikasi
manusia. Bahasa dan budaya memiliki hubungan timbal balik dimana bahasa
menciptakan budaya dan budaya dapat pula mempengaruhi bahasa. Tidak ada satupun
budaya yang dapat dipahami tanpa memahami bahasanya, sebaliknya. Melalui bahasa,
kita dapat memahami bagaimana pola pikir manusia dari kebudayaan tertentu. Hal ini
juga membantu kita memahami bagaimana seseorang memandang dunia (Matsumoto &
Juang, 2004).
Bahasa merupakan sistem yang berstruktural mengenai bunyi dan urutan bunyi bahasa
yang sifatnya manasuka, yang dapat digunakan dalam berinteraksi atau berkomunikasi
antar individu oleh sekelompok manusia dan yang secara agak tuntas memberi nama
kepada benda-benda, peristiwa, dan proses dalam lingkungan hidup manusia.
Bahasa merupakan suatu ungkapan yang mengandung maksud untuk menyampaikan
sesuatu kepada orang lain. Sesuatu yang dimaksudkan oleh pembicara bisa dipahami dan
dimengerti oleh pendengar atau lawan bicara melalui bahasa yang diungkapkan.

Masinambouw (dalam Crista, 2012:1) menyebutkan bahwa bahasa dan kebudayaan dua
sistem yang ”melekat” pada manusia. Kebudayaan itu adalah satu sistem yang mengatur
interaksi manusia di dalam masyarakat, maka kebahasaan adalah suatu sistem yang
berfungsi sebagai sarana

Kosa kata adalah kata – kata yang terkandung dalam bahasa. Setiap tempat (negara)
memiliki kosa kata yang berbeda – beda. Misalnya, bahasa Inggris tidak membedakan
“lontong” dan “ketupat”. Namun, bahasa Indonesia membedakannya. Contoh lainnya
adalah bahasa jawa “mak nyus” (enak), “mak nyos” (terkena api), “mak nyes” (dingin).
Bahasa Indonesia juga membedakan antara “kami” dan “kita”. Dari hal ini dapat dilihat
bahwa adanya perbedaan cara pandang manusia.

Berlin dan Kay (1969) juga meneliti 78 bahasa dan menemukan 11 istilah warna dasar
yang membentuk sebuah hirarki yang universal, yaitu:
a. Semua bahasa memiliki istilah warna untuk hitam dan putih.
b. Bila sebuah bahasa memiliki tiga istilah warna, maka ia pasti punya istilah untuk
merah.
c. Bila sebuah bahasa memiliki empat istilah warna, maka ia pasti punya istilah untuk
hijau atau kuning (tapi tidak keduanya).
d. Bila sebuah bahasa memiliki lima istilah warna, maka ia pasti punya istilah untuk
hijau dan kuning.
e. Bila sebuah bahasa memiliki enam istilah warna, maka ia pasti punya istilah untuk
biru.
f. Bila sebuah bahasa memiliki tujuh istilah warna , maka ia pasti punya istilah untuk
coklat.
g. Bila sebuah bahasa memiliki delapan atau lebih istilah warna, maka ia pasti punya
istilah untuk ungu, merah muda, orange, atau kombinasi dari warna-warna ini.

Memahami berbagai komponen bahasa akan memungkinkan kita untuk


mempertimbangkan apa itu tentang bahasa yang dipengaruhi oleh budaya. Ahli bahasa
biasanya menggambarkan bahasa menggunakan lima-ciri penting membangun struktur
yang tampaknya berlaku untuk semua bahasa di semua budaya diantaranya :
1. Leksikon atau kosa kata, mengacu pada kata-kata yang terkandung dalam suatu
bahasa. Misalnya, pohon , makan.
2. Sintaks dan tata bahasa dari bahasa mengacu pada sistem aturan yang mengatur
bentuk kata dan bagaimana kata-kata harus dirangkai untuk membentuk ucapan
bermakna.
3. Phonology mengacu pada sistem aturan yang mengatur bagaimana kata-kata harus
terdengar (pengucapan) dalam bahasa tertentu.
4. Semantics mengacu pada apa artinya kata-kata. Sebagai contoh, meja mengacu ke
obyek fisik yang memiliki empat kaki dan permukaan horizontal datar.
5. Pragmatics mengacu pada sistem aturan yang mengatur bagaimana bahasa digunakan
dan dipahami dalam konteks sosial tertentu.

Ada empat hal yang biasanya dibahas saat kita berbicara tentang komunikasi.
1. Encoding
Proses dimana seseorang memilih baik secara sadar maupun tidak sadar untuk
memberikan informasi kepada penerima pesan.
2. Decoding
Proses dimana seseorang menerima sinyal dari orang lain dan menerjemahkannya
3. Signal
Kata – kata dan perilaku spesifik yang dikirimkan seseorang dalam proses
komunikasi.
4. Channels
Informasi sensoris spesifik saat sinyal dikirmkan dan pesan diterima (penglihatan dan
pendengaran).

Budaya mempengaruhi seseorang menginterpretasikan informasi yang diberikan oleh


lawan bicara. Orang dari suatu budaya cenderung membawa budayanya dalam proses
komunikasi. Proses komunikasi menjadi lebih efektif jika antara pembicara dan
pendengar sama – sama memiliki aturan yang sama dalam berkomunikasi atau secara
sederhannya saling mengerti budaya dan bahasa satu sama lain.

Terdapat enam kendala dalam mencapainya komunikasi antar budaya yang efektif.
1. Asumsi kesamaan
2. Perbedaan bahasa
3. Kesalahpahaman non-verbal
4. Prekonsepsi atau stereotype
5. Kecenderungan untuk menilai negatif
6. Kecemasan yang tinggi atau ketegangan
Selain itu terdapat dua hipotesis terkait budaya dan bahasa, yaitu culture affiliation
hypothesis dan minority group affiliation hypothesis. Culture affiliation hypothesis adalah
hipotesis yang menjelakan bahwa saat seorang bilingual datang ke suatu daerah dan
menggunakan bahasa daerah tersebut, maka nilai dan norma budaya asli orang itu bisa
saja hilang. Minority group affiliation hypothesis beranggapan bahwa seorang bilingual
saat menggunakan bahasa ibunya akan berperilaku sesuai budaya leluhurnya.
Sedangkan saat seorang menggunakan lebih dari satu bahasa dalam proses komunikasi
disebut code-frame switching.

Budaya memainkan peran yang sangat penting dalam mengasah diri kita tentang
pemahaman diri dan identitas yang membuat budaya berpengaruh besar dalam setiap
konteks kehidupan. Pemahaman terhadap diri sendiri disebut self concept dan hasil
evaluasi tentang diri sendiri adalah self esteem yang juga berhubungan dengan self worth
(penghargaan diri). self esteem dapat terjadi secara berlebihan / self enhancement, self
affacement dan false uniqueness effect.
Dalam setiap budaya memiliki aturan dan norma yang berbeda – beda yang membuat
perilaku seorang dari suatu budaya pastinya berbeda dengan seorang dari budaya lain.
manusia hidup dalam budaya yang ada karena manusia hidup dalam lingkungan
masyarakat.

Anda mungkin juga menyukai