Anda di halaman 1dari 13

Makalah Kajian Teori

Mata Kuliah Teori Keluarga

Roses Mercy A.S.G 1504617008

PENDIDIKAN VOKASIONAL KESEJAHTERAAN KELUARGA


FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS NEGERI JAKARTA
JULI 2019
Ringkasan

Teori struktur fungsional adalah teori keluarga yang menitikberatkan pada kestabilan keluarga di
dalam masyarakat. Keluarga yang didalamnya terdiri dari suami,ibu dan anak. Dan keluarga tersebut
terbentuk dengan memiliki tujuan yang sama. Teori Sosial konflik dapat dikatakan bahwa adanya
konflik atau sebuah penyimpangan dalam suatu keluarga dalam suatu masyarakat. Dalam teori
ini,sebuah keluarga sadar akan dengan kehidupan ini penuh dengan adanya konflik atau masalah. Di
teori ini dapat dilihat bahwa setiap individu dalam keluarga sadar, bahwa dengan adanya perubahan-
perubahan yang dapaat menyebabkan suatu penyimpangan atau masalah merupakan suatu yang dapat
diterima. Teori ekologii adalah perkembangan individu dalam keluarga sangat berpengaruh terhadap
lingkungan dimana berkembang. Lingkungan memiliki peran yang sangat penting dalam
berkembangnya anak dalam suatu keluarga. Teori pertukaran sosial ini atau yang dikenal juga dengan
theory social exchange merupakan perilaku seorang individu yang mengambil sebuah tindakan atau
keputusan berdasar menimbang adanya suatu keuntungan atau imbalan untuk dirinya. Feminisme
adalah paham, kajian, dan gerakan sosial yang bertujuan untuk mengubah status subordinat
perempuan dalam masyarakat yang mengutamakan perspektif laki-laki. Kesetaraan gender merupakan
perbedaan peran laki-laki dan peran perempua yang terbentuk dimasyarakat dengan dilatarbelakangi
budaya tersebut. Perbedaan antara laki-laki dan perempuan bukan hanya hanya dari bilogis saja. Teori
yang dimana seorang individu mengalami masa perkembangan melalui beberapa tahap dalam
kehidupannya. Dalam teori ini berisi tentang jenjang tahapan seorang individu berkembang dalam
kehidupannya. Dan tahapan perkembangannya dimulai saat lahir sampai lanjut usia.
BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Keluarga merupakan unit terkecil dari masyarakat. Sebuah keluarga terdiri dari seorang
suami, istri dan anak. Keluarga terbentuk dari suatu ikatan perkawinan yang sah antara laki-laki dan
perempuan. Dalam membentuk suatu keluarga seorang laki-laki dan perempuan didasarkan oleh cinta
kasih, saling menghargai, saling memiliki kepentingan yang sama. Keluarga merupakan tempat
pertama seorang individu dalam mengenal kehidupan. Mereka saling berinteraksi satu dengan
lainnya, dan hasil interaksi dalam keluarga nantinya akan berpengaruh setiap individu dalam
berinteraksi atau bersosialisasi dengan lingkungan dan orang-orang kecuali keluarga. Dan setiap
individu di dalam keluarga mempunyai tugas, peran,dan fungsinya masing-masing. Peran suami
dimiliki oleh seorang laki-laki dan peran istri dimiliki oleh seorang perempuan. Namun jika salah satu
peran tidak dapat berjalan seharusnya, maka akan terjadi suatu gangguan atau masalah dalam keluarga
tersebut.
Keluarga mempunyai peran yang sangat besar dalam suatu lingkungan masyarakat. Begitu
pun dengan peran orang tua yang memiliki peranan penting dalam sebuah keluarga. Orang tua
menjadi sekolah pertama bagi anak-anaknya, baik itu dalam berinteraksi, bersosialisasi , pengetahuan
tentang aturan-aturan atau norma yang ada dilingkungan tempat ia tiggal. Orang tua memiliki peranan
penting dalam pertumbuhan dan perkembangan anak. Pola asuh orang tua dalam kelarga sangatlah
penting, dengan pola asuh yang baik dan benar seorang anak akan bertumbuh menjadi anak yang
memiliki tata krama sopan santun dan perilaku yang sesuai dengan yang orang tua inginkan.
Namun, lingkungan pun mempunyai peran yang penting pula dalam kehidupan. Sebuah
lingkungan menjadi faktor yang sangat berpengaruh dalam pertumbuhan dan perkembangan sebuah
keluarga. Didalam lingkungan sebuah keluarga melakukan banyak aktivitas-aktivitas. Perkembangan
anak sangat berpengaruh terhadap lingkungan dimana ia berada, sehingga untuk mendapatkan hasil
yang optimal dalam perawatan dan perkembangan anak alangkah baiknya di dukung oleh lingkungan
yang mendukung.

1.2 Tujuan
Tujuan penulisan makalah ini yaitu untuk mengetahui dan memahami penerapan teori-teori
keluarga yang ada dimasyarakat.

1.3 Manfaat

1. untuk mengetahui tentang teori-teori keluarga yang ada


2. untuk memahami lebih dalam teori-teori keluarga yang ada
3. untuk mengetahui penerapan dari teori-teori keluarga yang ada
4. untuk menambah pengetahuan bagi pembaca mengenai teori keluarga yang ada dimasyarakat
5. untuk sebagai bahan acuan memperkuat teori yang berkaitan
BAB II ISI

2.1 Teori Struktural Fungsional


Teori struktural fungsional adalah teori keluarga yang menitikberatkan pada kestabilan
keluarga di dalam masyarakat. Keluarga yang didalamnya terdiri dari suami,ibu dan anak. Dan
keluarga tersebut terbentuk dengan memiliki tujuan yang sama. Dan setiap individu dalam
keluarga tersebut mempunyai peran,fungsi, dan tugasnya masing-masing, dan mereka pun harus
menjalankan peran,fungsi,dan tugasnya sesuai dengan semestinya agar tidak menimbulkan
masalah atau penyimpangan dalam keluarga. Dengan suami yang berperan menjadi seorang ayah
dan tugasnya mencari nafkah, lalu istri yang berperan sebagai ibu rumah tangga yang bertugas
mengurus anak dan mengurus keperluan rumah tangga. Mereka pun terikat dengan aturan atau
norma yang harus mereka ikuti di mana mereka bertempat tinggal, dapat dilihat bahwa keluarga
dalam teori ini sangat mengikuti aturan atau norma yang sesuai agar terciptanya keseimbangan
dalam hidup bermasyarakat. Teori struktural fungsional Talcot Parsons dimulai dengan empat
fungsi penting untuk semua sistim ”tindakan” yang disebut dengan skema AGIL. Melalui AGIL
ini kemudian dikembangkan pemikiran mengenai struktur dan sistem (Sidi, 2014). Pertama,
Adaptation yang artinya bahwa sebuah keluarga harus dapat beradaptasi dengan lingkungan
dimana mereka berada. Keluarga harus beradaptasi dengan aturan atau sistem yang ada di
lingkungan tersebut. Kedua,Goal yang artinya bahwa sebuah keluarga memiliki tujuan yang
ingin dicapai bersama-sama dengan anggota keluarga lainnya. Ketiga, Integration yang artinya
bahwa segala yang ada didalam sebuah keluarga harus memiliki hubungan saling menyesuaikan
atau mengendalikan agar tetap dalam sistem yang memiliki fungsi. Keempat, Latency yang
artinya bahwa dalam keluarga segalanya harus saling melengkapi,memelihara,dan memperbaiki
agar sesuai dengan sistem.
Didalam sebuah keluarga, orang tua mempunyai peran dalam menjaga ketahanan keluarga
dari ancaman luar yang dapat membuat terjadinya sebuah ketidakseimbangan. Indikator
ketahanan keluarga berdasarkan nilai dan fungsi keluarga dibedakan menjadi tiga kategori yaitu
ketahanan fisik, ketahanan sosial dan ketahanan psikologis(Amalia, 2018) . Ketahanan fisik yang
harus dipenuhi sebuah keluarga yaitu dengan kemampuan sebuah keluarga dalam memenuhi
kebutuhan sandang,pangan,papan,kesehatan dan pendidikan anak. Disini seorang suami sebagai
pencari nafkah memiliki peran untuk mencari uang dalam guna memenuhi kebutuhan
keluarganya. Dan seorang istri yang memiliki peran sebagai ibu rumah tangga yang mengelola
rumah tangga. Ketahanan sosial yang dimana keluarga menerapkan aturan,norma dalam hidup
dilingkungan. Dan juga keluarga harus menerapkan komunikasi yang baik antar anggota
keluarga,dan komitmen untuk selalu bersama dalam menghadapi apa pun yang terjadi.
Ketahanan psikologis dimana setiap anggota keluarga mampu mengelola ,mengendalikan
emosional dalam dirinya masing-masing sehingga memiliki konsep diri yang positif. Ibu bapa
akan menjalankan peranan dan tanggungjawabnya berasaskan kepada kehidupan yang wajar
dijadikan asas pembentukan dirinya selama ini demi kebaikan anak-anak (Amran Hassan,
Fatimah Yusooff, 2014). Psikologis anak terbentuk dari apa yang terjadi di rumah dalam
keluarga tersebut, oleh karena pasangan suami istri harus memiliki waktu dalam pembentukan
karakter anak. Emosioanal anak terbentuk dengan bagaimana ia bertumbuh dirumah.
Sehingga dapat diihat bahwa sebagai seorang suami dan istri, mereka memiliki peran yang
sama-sama luar biasa dalam hidup berkeluarga di masyarakat. Keseimbangan sistem dalam
keluarga dapat terjadi karena anggota-anggota keluarga yang menjalan kan peran,fungsi,dan
tugasnya semana mestinya. Peran seorang laki-laki yang dimana dalam keluarga bukan hanya
pencari nafkah saja namun juga berperan sebagai seorang ayah yang memiliki tugas untuk
menghabiskan waktu dan mencurahkan cinta kasih terhadap anak dan ikut serta dalam tumbuh
kembang fisik, sosial, dan psikologis anak. Begitu pun seorang istri dalam mengelola
rumah,mengurus,dan merawat anak. Sebagai seorang ibu yang lebih banyak menghabiskan
waktu dengan anak di rumah, peran ibu diharapkan untuk lebih mempunyai andil dalam
perkembangan anak. Dengan dilakukannya peran,fungsi,dan tugas yang sesuai diharapkan
keluarga dapat hidup dengan stabil di lingkungan

2.2 Teori Sosial Konflik


Berdasarkan teori ini dapat dikatakan bahwa adanya konflik atau sebuah penyimpangan
dalam suatu keluarga dalam suatu masyarakat. Dalam teori ini,sebuah keluarga sadar akan
dengan kehidupan ini penuh dengan adanya konflik atau masalah. Di teori ini dapat dilihat
bahwa setiap individu dalam keluarga sadar, bahwa dengan adanya perubahan-perubahan yang
dapaat menyebabkan suatu penyimpagan atau masalah merupakan suatu yang dapat diterima.
Teori ini adalah kebalikannya dari Teori Struktural Fungsional, karna dalam sosial konflik
mereka tidak mengikuti sistem yang terstruktur dalam lingkungan. Orang-orang yang menganut
teori ini sangat suka dengan adanya perubahan, mereka tidak mau terikat dengan suatu aturan
yang dahulu-dahulu kala. Mereka hidup dengan mengikuti perubahan-perubahan yang terjadi
disetiap detiknya.
Kasus yang dapat diiambil yaitu seperti kasus komunikasi orang tua antar anak pada ibu
bekerja dan ayah mengurus dirumah. Ini merupakan salah satu contoh sistem struktural dalam
keluarga yang mengalami penyimpangan. Sebagaimana kita tau harusnya ayah lah yang mencari
nafkah namun sosok ibu lah yang mencari nafkah. Pada keluarga ini ayah menjalankan tugas
sebagai ayah rumah tangga yang seharusnya mengerjakan pekerjaan rumah tangga, mengurus
anak di rumah, menemani anak belajar di rumah dan secara bersama-sama mengambil keputusan
untuk kepentingan keluarga bersama istri. Sedangkan istri bertugas untuk menjadi tulang
punggung keluarga dan setelah pulang menjalankan perannya sebagai ibu yang memasak dan
memberikan pelayanan baik secara rohani dan jasmani kepada keluarga(Gloria Mariska, 2014).
Ini sangat berpengaruh terhadap komunikasi yang biasanya antar seorang ibu dan anak menjalin
komunikasi yang lebih sering dan erat. Menurut (Agiani, Nursetiawati, & Muhariyati, 2015)
bahwa wanita yang mempunyai peran ganda dalam rumah tangga, yaitu sebagai pencari nafkah
dan sebagai ibu rumah tangga yang harus melayani kebutuhan keluarga sering kali harus bekerja
lebih berat dari suaminya. Meskipun demikian kadang hasil dari kerjanya tidak mendapatkan
penghargaan, ini disebabkan karena pekerjaan wanita cenderung dikaitkan dengan pekerjaan
rumah tangga (domestik), sedangkan pria banyak dikaitkan pada pekerjaan diluar rumah
(publik). Wanita sering kali dianggap lemah, namun jika sudah dalam masalah seperti ini wanita
biasanaya tidak dihargai. Karena banyak orang berpikiran bahwa seorang ibu sehar usnya ada
ditumah,sehingga menimbulkan konflik dalam lingkungan tersebut.Oleh karena itu salah satu
dari akibatnya yaitu perceraian. Perceraian yang terjadi biasanya karena sosok laki-laki yang
merasa minder karena dia hanya dirumah sedangkan istrinya bekerja. Sehingga ada yang
namanya orang tua tunggal, yang maksudnya dalah seorang ayah atau ibu yang hidup bersama
dengan anaknya saja. Namun banyak sekali contoh diluaran sana, dimana jika seorang anak
tinggal hanya dengan orang tua tunggal. Pasti perkembangan anak itu terhambat, dan (PONG,
DRONKER, & HAMPDEN-THOMPSO, 2003) mengatakan “the academic achievement
disadvantage of children from single-parent homes is likely to be positive.”
Oleh karena itu, dalam teori ini setiap indivdiu dalam keluarga tau betapa pentingnya
perubahan dalam kehidupan. Setiap orang dapat memilih jalan hidupnya sesuai dengan apa yang
inginkan. Mereka tidak peduli terhadap sistem struktural di masyarakat, namun mereka
menerima dengan adanya perubahan dihidup mereka.
2.3 Teori Ekologi
Berdasarkan teori ini perkembangan individu dalam keluarga sangat berpengaruh terhadap
lingkungan dimana berkembang. Lingkungan memiliki peran yang sangat penting dalam
berkembangnya anak dalam suatu keluarga. Setiap orang tua menginginkan anaknya bertumbuh
dan berkembang dengan baik sesuai umurnya. Teori ini sangat berpegang erat terhadap interaksi
dan agen yang ada dilingkungan dan saling berpengaruh.
Teman sebaya menjadi salah satu pengaruh dalam perkembangan seorang anak. Selain dari
lingkungan yang paling terdekat yaitu keluarga, teman sebaya pun mempunyai dampak yang
sangat signifikan dalam perkembangan anak. Dalam masa peralihan dan pencarian jati diri yang
penuh dengan tekanan, kemampuan remaja dalam mengelola konflik dan emosi belum
berkembang secara optimal (Liem, 2014). Pada saat masa remaja seorang anak mengalami
pergolakan-pergolakan dalam dirinya, pada masa ini mereka msedang mencari jati diri mereka.
Sehingga bimbingan orang tua dalam mengontrol perkembangan anak harus ketat, karena pada
masa ini anak memiliki rasa keingin tahuan yang sangat tinggi terhadap apapun. Dan juga emosi
yang masig belum stabil,sehingga memnag sangat penting peran keluarga dalam membimbing
anggota keluarga yang lainnya jika dalam masa seperti ini. Pada umumnya sekitar 97% kasus
penyalahgunaan narkoba dilakukan pada usia remaja, yaitu 13–17 tahun (Hawari, 1991 dalam
Liem, 2014). Dan juga berdasarkan data World Health Organization (WHO) di Mei 2014,
sebanyak 1 dari 6 orang pengguna kosmetik di dunia adalah remaja berusia 10-19 tahun (World
Health Organization (W HO), 2014 dalam AstikaSari, Hamiyati, & Rasha, 2019). Dapat dilihat
bahwa dua kasus tersebut snagat dipengaruhi dari lingkungan, karena pada masa remaja biasanya
mereka sangat tertarik dengan apa yang ditawarkan atau di katakana temannya. Mereka lebih
banyak mendengar apa kata teman mereka,sehingga disinilah orang tua harus lebih ketat dalam
pengawasan anak-anak mereka. Menurut (Ismail, Rahman, & Badayai, 2017) “The physical
environment is perceived as a ‘third teacher’, following parents and teachers, as children learn
from interactions with their physical environment” yang artinya pun memili arti yang sama bahwa
lingkungan sekitar atau y=teman sebyaa menjadi peran yang penting setalah peran orang tua dan
guru.
Dapat dilihat bahwa lingkungan mempunyai peranan yang sangat penting dalam anak
bertumbuh dan berkembang. Selain dari keluarga inti, lingkungan luar dan orang lain menjadi
salah satu pendorong dalam perkembangan anak. Lingkungan merupakan tempat dimana kita
berkativitas dan menciptakan kedamaian untu krang itu. oleh karena itu alangkah baiknya sebagai
pasangan suami dan istri harus menyiap kan diri untuk menghadapi yang terjadi ke depannya.
Dan juga teman sebaya sangat berpengaruh terhadap perkembangan anak,sehingga orang tua pun
harus memperhatikan anaknya dalam bergaul.

2.4 Teori Pertukaran Sosial


Menurut teori ini atau yang dikenal juga dengan theory social exchange merupakan perilaku
seorang individu yang mengambil sebuah tindakan atau keputusan berdasar menimbang adanya
suatu keuntungan atau imbalan untuk dirinya. Dalam teori ini seorang individu akan melakukan
suatu hal atas kemauannya sendiri dengan pertimbangan yang ada. Dan juga dimana seorang
individu akan memutuskan suatu hubungan atau perjanjian jikalau ia sudah merasa tidak
mendapatkan untung sesuai yang dia inginkan.
Dalam UU Nomor I Tahun 1974, perjanjian kawin diatur dalam Pasal 29 ayat 4 dimana
perjanjian perkawinan yang telah dibuat dimungkinkan untuk diubah sepanjang tidak merugikan
pihak ketiga (Sriono, SH, 2016). Pada zaman sekarang banyak sekali indivu yang melakukan
pernikahan, namun sebelum itu pasangan pada zaman ini banyak yang melakukan perjanjian
sebelum menikah. Berbeda pula dengan (Olson (2004 dalam (Maharti, 2018)) yang melihat
bahwa komitmen beragama paling erat kaitannya dengan tipe komitmen personal. Namun
kenyataannya adalah bahwa orang-orang yang memilih untuk melakukan perjanjian lebih ke tipe
orang yang berkomitmen dengan tujuan personal. Dan di dalam Pasal 119 Kitab Undang-
Undang Hukum Perdata menyatakan bahwa “mulai saat perkawinan dilangsungkan, demi hukum
berlakulah persatuan bulat antara harta kekayaan suami dan istri, sekedar mengenai ini dengan
perjanjian perkawinan tidak diadakan ketentuan lain” yang artinya bahwa saat sudah melakukan
sebuh perjanjian dan lalu menikah harta mereka menjadi harta bareng-bareng. Namun beda lagi
jikalau salah satu pihak dari suami atau istri sudah tidak mau lagi utnuk hidup berpisah, biasanya
akan mereka melakukan itu karena merasa salah satu pihak dari mereksa merasa tidak untung
atau tidak ada imbalannya. Menurut (Li & Hung, 2016) Once individuals feel that their partners’
needs are much more important than theirs, they tend to make sacrifices to satisfy their partners
and maintain their relationships. Namun sayangnya dalam teori ini seorang individu jarang lebih
mementingkan kebutuhan pasangan mereka jauh lebih penting daripada kebutuhan mereka
sendiri.
Sehingga dapat dikatakan bahwa orang yang menganut teori ini mereka lebih mementingkan
keperluan pribadinya. Mereka menjalain suatu hubungan pernikahn dengan adanya keuntungan
yang akan dia dapatkan jika menikah. Mereka lebih berfokus pada materi, hubungan sosial yang
akan terbentuk jika satu sama lain menghakiminya

2.5 Teori Feminis


Menurut (Komang & Suwastini, 2013) yaitu feminisme adalah paham, kajian, dan gerakan
sosial yang bertujuan untuk mengubah status subordinat perempuan dalam masyarakat yang
mengutamakan perspektif laki-laki. Perbedaan anatar laki-laki dan perempuan bersifat kodrati.
Aktivitas seorang perempaun dibatasi oleh suatu yang namanya peran gender, namun harusnya
laki-laki dan perempuan memiliki kesempatan yang sama dan tidak ada dibeda-bedakan.
Kelompok feminis berpendapat bahwa keluarga adalah sumber eksploitasi khususnya bagi kaum
perempuan(N. Aisyah, 2013). Karena kaum perempuan yang dituntut untuk lebih banyak
menghabiskan waktu di sektor domestik. Mereka berpendapat bahwa laki-laki dan perempuan
memiliki keunggulan masing-masing.
Perbedaan dan pembagian gender juga membentuk pelabelan atau stereotype terhadap kaum
perempuan yang berakibat pada penindasan terhadap mereka. Mereka lebih banyak
menghabiskan waktu di sektor domestik,dan itu lebih jauh melelahkan dari yang diketahui. Dan
mereka pun menyuarakan suara mereka terhadap kaum perempuan yang memiliki nilai seperti
laki-laki dalam bidang politik,ekonomi, dan budaya. Dalam (Moghadam, 2009) A decade ago
researchers argued that the low participation of women in the labour force hindered both
economic development and women’s participation in society. Yang artinya satu dekade lalu
partisipasi perempuan sangat rendah dalam pembangunan ekonomi dan dalam masyarakat.
Seperti yang sudah tadi dijabarkan bahwa memang saat belum adanya gerakan feminist, kaum
perempuan hanya berada di sektor domestik saja. Ini semua adalah perjuangan kaum wanita
dalam mendapatkan hak yang sama seperti laki-laki.

2.6 Teori Gender


Kesetaraan gender merupakan perbedaan peran laki-laki dan peran perempua yang terbentuk
dimasyarakat dengan dilatarbelakangi budaya tersebut. Perbedaan antara laki-laki dan perempuan
bukan hanya hanya dari bilogis saja. Perempuan sangat melekat dengan kata “feminim” yang
biasanya diartikan bahwa perempuan itu lemah lembut, keibuan,dan emosional. Sama juga
dengan laki-laki yang sangat melekat dengan kata “maskulin” yang diartikan bahwa laki-laki itu
gagah,pemberani,jantan,rasioanal. Dan perbedaan yang mencolok dikalangan masyarakat bahwa
perempuan itu lemah lembut dan emosional. Padahal tidak selalu seperti itu adanya, itu semua
hanya stereotype yang dibuat oleh masyrakat . Karena nyatanya perempuan pun ada yang
rasional dan laki-laki pun ada yang emosional.
Ketidakadilan gender seringkali bersumber dari stereotype yang dilekatkan kepada jenis
kelamin tertentu, terutama perempuan, misalnya, perempuan bersolek itu adalah dalam rangka
memancing perhatian lawan jenisnya, maka setiap ada kasus kekerasan atau pelecehan seksual
selalu dikaitkan dengan stereotype ini(Rahmawaty, 2015). Sudah banyak kasus seperti ini
terjadi,seringkali kaum perempuan yang disalahkan karena hal-hal macam ini. Bersolek adalah
hak setiap orang,begitu pun untuk perempuan eshingga sangat tidak masuk akal jika karena
bersoleh kaum perempuan dengan mudahnya dilecehkan dan diberi stereotype itu. Penyebab
terjadinya peningkatan jumlah pekerja perempuan adalah adanya faktor pendorong gerakan
kesetaran gender, emansipasi wanita dan feminisme(S. N. Aisyah, Gede Putri, & Mulyati, 2017).
Menurut (Klyver & Grant, 2013) “Thus,female entrepreneurs may have fewer business contacts
in their social networks than do male entrepreneurs”. Dari partisiasi wanita tersebut menjadi
pengusaha membuktikan bahwa pengusaha perempuan pun dapat memiliki jaringan bisnis lebih
banyak dari pada laki-laki.
Sehingga dapat dikatakan di teori ini baik laki-laki maupun perempuan memiliki hak yang
sama dalam melakukan dan mendapatkan apa pun itu. Peran gender itu terbentuk dari lingkungan
masyarakat yang masih memegang erat pada budaya.

2.7 Teori Perkembangan


Teori yang dimana seorang individu mengalami masa perkembangan melalui beberapa tahap
dalam kehidupannya. Dalam teori ini berisi tentang jenjang tahapan seorang individu berkembang
dalam kehidupannya. Dan tahapan perkembangannya dimulai saat lahir sampai lanjut usia. Dalam
masa perkembangan peran keluarga sangatlah penting. Perkembangan yang terjadi meliputi dari
fisik,sosia,dan psikologis. Dan disini orang tua berperan dalam terjadinya tahapan perkembangan ini.
Dan juga dalam perkembangan ini,individu berkembang dengan faktor dukungan lingkungan yang
ada. Orang tua dalam hal mengasuh dan dan merawat anak bukanlah hal yang mudah, dan juga kita
sebagai anak merawat orang tua yang lansia juga bukan hal yang mudah. Kita harus dapat mengerti
kecerdasan kognitif yang dimiliki anak-anak maupun sampai lansia.
Menurut United Nations International Children’s Emergency Fund (UNICEF), sebanyak 50%
anak-anak mengalami perundungan di sekolah (Kompas, 2016 dalam Putri, 2018). Pada masa-masa
sekolah dasar sampai sekolah menengah atas,banyak sekali kasus tentang perundungan. Perundungan
atau bullying merupakan salah satu tindakan penindasan yang terjadi secara berulang, dan dilakukan
dengan sengaja oleh seseorang atau beberapa orang dengan niat untuk menimbulkan penderitaan
ataupun perasaan tidak menyenangkan terhadap orang lain yang memiliki kekuatan lebih lemah
(Olweus, 2004 dalam Putri, 2018). Sudah tidak terdengar aneh jika perundungan masih ada di
Indonesia, menurut beberapa kasus yang saya ketahui. Biasanya pelaku yang melakukan perundungan
tersebut memili masalah pribadi sehingga ia mencari pelarian dengan melakukan perundungan
tersebut. Lalu Bergaul atau berinteraksi pada masa remaja sangat penting karena pada masa ini
banyak tuntutan-tuntutan masa perkembangan yang harus dipenuhi yaitu perkembangan secara fisik,
psikis dan yang lebih utama adalah perkembangan secara sosial. Bagi remaja kebutuhan untuk
berinteraksi dengan orang lain di luar lingkungan keluarga ternyata sangat besar, terutama kebutuhan
interaksi dengan teman-teman sebayanya(Virgia Ningrum Fatnar, 2014). “Only two factors appear to
be associated with parent-child agreement of Internet monitoring: children’s age and whether parent
and child use the Internet together” (RONG WANG, SUZANNE M. BIANCHI, 2005). Berdasarkan
contoh kasus tersebut, dapat dilihat bahwa peran orang tua dalam masa perkembangan anaknya sangat
diperlukan. Anak tidak hanya butuh dukungan materi atau dunia saja, namun anak sangat
membutuhkan curahan cinta kasih. Dan juga anak pun harus diberi kebebasan untuk di bertumbuh dan
berkembang, sehingga peran orang tua hanya memberikan pendidikan karakter kepada anak tersebut
dan mengontrol.
Oleh karena itu alangkah baiknya jika kita harus saling memperhatika,menyanyangi,dan me
BAB III PENUTUP

3.1 Kesimpulan
Dapat diihat bahwa didalam suatu keluarga setiap individu mempunyai perannya masing-
masing.,kita hidup dikelilingi oleh segala macam aturan dan norma. Semua dapat hidup secara
beriringan sesuai dengan apa yang di pegang teguh olehnya. Dan dalam perkembangan individu
dalam kehidupa ini selain orang tua, lingkungan mempunyai peran yang begitu besar terhadap
kehidupan dan perkembangan ini. Betapa pentingnya pola asuh orang tau yang tepat dalam
membangun karakter anak dan betapa pentingnya peran orang tua dalam memberikan rasa sayang
dan cinta kasih kepada anggota keluarga.
DAFTAR PUSTAKA

Agiani, P., Nursetiawati, S., & Muhariyati, M. (2015). ANALISIS MANAJEMEN WAKTU
PADA IBU BEKERJA. Jurnal Kesejahteraan Keluarga Dan Pendidikan, 3(2), 54–67.
Aisyah, N. (2013). RELASI GENDER DALAM INSTITUSI KELUARGA ( Pandangan Teori
Sosial Dan Feminis ). 5(2), 203–224.
Aisyah, S. N., Gede Putri, V. U., & Mulyati, M. (2017). Pengaruh Manajemen Waktu Ibu
Bekerja Terhadap Kecerdasan Emosional Anak. JKKP (Jurnal Kesejahteraan Keluarga
Dan Pendidikan), 3(1), 33. https://doi.org/10.21009/jkkp.031.08
Amalia, L. (2018). PENILAIAN KETAHANAN KELUARGA TERHADAP KELUARGA
GENERASI MILLENIAL DI ERA GLOBALISASI SEBAGAI SALAH SATU
PONDASI KETAHANAN NASIONAL. Jurnal Kesejahteraan Keluarga Dan
Pendidikan, 5(2), 159–172.
Amran Hassan, Fatimah Yusooff, K. A. (2014). Pengaruh Faktor Kesepaduan (Kefungsian
Keluarga) dan Kemahiran Keibubapaan Terhadap Kesejahteraan Psikologi dalam
Kalangan Ibu Bapa dan Anak. Sains Humanika, 3(1), 99–105.
AstikaSari, I., Hamiyati, & Rasha. (2019). PENGARUH FUNGSI PEER GROUP
TERHADAP PENGAMBILAN KEPUTUSAN PEMBELIAN ( PENCARIAN
INFORMASI ) PRODUK KOSMETIK. Jurnal Kesejahteraan Keluarga Dan
Pendidikan, 6(1), 1–8.
Gloria Mariska. (2014). PROSES KOMUNIKASI ORANG TUA-ANAK PADA
KELUARGA DENGAN IBU BEKERJA DAN AYAH SEBAGAI AYAH RUMAH
TANGGA. JURNAL E-KOMUNIKASI, 2(1), 1–12.
Ismail, K. H., Rahman, A., & Badayai, A. (2017). CHILDREN DEVELOPMENT AND
WELL-BEING : A REVIEW OF ENVIRONMENTAL STRESSORS IN CHILDREN
PHYSICAL. Journal of Social Sciences and Humanities, 3(3).
Klyver, K., & Grant, S. (2013). Gender differences in entrepreneurial networking and
participation. International Journal of Gender and Entrepreneurship, 2(3), 213–227.
https://doi.org/10.1108/17566261011079215
Komang, N., & Suwastini, A. (2013). PERKEMBANGAN FEMINISME BARAT DARI
ABAD KEDELAPAN BELAS HINGGA POSTFEMINISME : SEBUAH TINJAUAN
TEORETIS. Jurnal Ilmu Sosial Dan Humaniora, 2(1), 198–208.
Li, W. L. T., & Hung, L. (2016). Sacrifice in a Supportive Marriage : Social Support as a
Moderator Buffers the Negative Effects of Sacrifice in Marriage. Journal of Happiness
Studies, (510). https://doi.org/10.1007/s10902-016-9738-9
Liem, A. (2014). Influences of Mass Media , Family , and Friends Towards Adolescents ’
Smoking in Yogyakarta Pengaruh Media Massa , Keluarga , dan Teman terhadap
Perilaku Merokok Remaja di Yogyakarta. Makara Hubs-Asia, 1(18), 41–52.
https://doi.org/10.7454/mssh.v18i1.3460
Maharti, H. M. (2018). Hubungan Antara Kepuasan Pernikahan, Komitmen Beragama, Dan
Komitmen Pernikahan Di Indonesia. JKKP (Jurnal Kesejahteraan Keluarga Dan
Pendidikan), 5(1), 70–81. https://doi.org/10.21009/jkkp.051.07
Moghadam, V. M. (2009). Feminism , legal reform and women ’ s empowerment in the
Middle East and North Africa. UNESCO, (2005), 9–16.
PONG, S.-L., DRONKER, J., & HAMPDEN-THOMPSO, G. (2003). Family Policies and
Children ’ s School Achievement in Single- Versus Two-Parent Families. Journal of
Marriage and Family, 65(August), 681–699.
Putri, F. R. (2018). Hubungan pola asuh otoriter terhadap perilaku perundungan pada remaja.
Jurnal Kesejahteraan Keluarga Dan Pendidikan, 5(2).
Rahmawaty, A. (2015). Harmoni dalam Keluarga Perempuan karir : upaya mewujudkan
Kesetaraan dan Keadilan gender dalam Keluarga. PALASTREN, 8(1), 1–34.
RONG WANG, SUZANNE M. BIANCHI, A. S. B. R. (2005). Teenagers ’ Internet Use and
Family Rules : A Research Note. Journal of Marriage and Family, 67(December),
1249–1258.
Sidi, P. (2014). KRISIS KARAKTER DALAM PERSPEKTIF TEORI STRUKTURAL
FUNGSIONAL. Jurnal Pembangunan Pendidikan: Fondasi Dan Aplikasi, 2(1), 72–81.
Sriono, SH, M. K. (2016). PERJANJIAN KAWIN SEBAGAI BENTUK PERLINDUNGAN
TERHADAP HARTA KEKAYAAN DALAM PERKAWINAN. Jurnal Ilmiah
"Advokasi”, 04(02), 69–80.
Virgia Ningrum Fatnar, C. A. (2014). KEMAMPUAN INTERAKSI SOSIAL ANTARA
REMAJA YANG TINGGAL DI PONDOK PESANTREN DENGAN YANG
TINGGAL BERSAMA KELUARGA. Jurnal Fakultas Psikologi, 2(2), 71–75.

Anda mungkin juga menyukai