Anda di halaman 1dari 13

Makalah Reproduksi Ternak

Kelahiran

Kelas E

Kelompok 7

Sandi Prasetyo 200110130275

Budin 200110130276

Herda Yulpraptiwi 200110130358

M Ramdhan Komarudin 200110130357

M Andira Kazhim 200110130359

FAKULTAS PETERNAKAN

UNIVERSITAS PADJADJARAN

JATINANGOR

2014
I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Reproduksi merupakan salah satu kemampuan makhluk hidup untuk

memperbanyak keturunannya, begitu pula dengan hewan ternak. Dalam

bereproduksi terjadi proses yang dinamakan kebuntingan yang terjadi setelah

proses fertilisasi, diakhiri pada waktu kelahiran. Dalam persiapan proses

kelahiran meliputi perubahan-perubahan yang terjadi dalam tubuh induk yang

harus diperhatikan perkembangannya agar proses kelahiran berjalan lancar.

Maka dari itu kami selaku tim penulis mencoba mencari tahu,

menerangkan, dan menyimpulkan berbagai hal yang bersangkutan dengan

kelahiran pada ternak.

1.2 Rumusan Masalah

 Apa yang dimaksud dengan kelahiran?

 Bagaimana gejala-gejala yang terjadi menjelang kelahiran?

 Bagaimana kedudukan foetus dalam kandungan?

 Apa saja mekanisme yang terjadi pada proses kelahiran?

 Bagaimana fase atau tingkatan kelahiran?

1.3 Maksud dan Tujuan

 Mengetahui pengertian kelahiran.

 Mengetahui gejala-gejala menjelang kelahiran.

 Mengetahui kedudukan foetus dalam kandungan.

 Mengetahui mekanisme yang terjadi pada proses kelahiran.

 Mengetahui fase yang terjadi pada proses kelahiran.


II

PEMBAHASAN

2.1. Pengertian Kelahiran

Kelahiran adalah proses fisiologis dimana uterus mengeluarkan fetus dan

plasenta dari induk. (Tita, 2014)

Menurut Toelihere 1977, kelahiran atau partus merupakan serentetan

proses-proses fisiologik yang berhubungan dengan pengeluaran anak dan placenta

dari organisme induk pada akhir masa kebuntingan. Persiapan untuk partus

meliputi perubahan-perubahan yang terjadi dalam tubuh induk dan foetus.

2.2. Gejala Menjelang Kelahiran

Gejala atau tanda-tanda utama menjelang kelahiran berhubungan dengan

perubahan ligamentum pelvis, pembesaran dan adanya oodema vuva dan aktifitas

kelenjar mammae. Tanda-tanda ini berguna sebagai petunjuk untuk memprediksi

secara tepat tanggal kelahiran.

Pada semua spesies terjadi pembesaran dan pembengkakan puting pada

kelenjar mammae beserta keluarnya cairan orifisium.

Hewan poliokous membuat sarang untuk melahirkan. Sapi dan domba

yang dipelihara dalam sistem grazing akan tetap berada didalam kelompoknya,

tetapi cenderung mengisolasi diri menjelang kelahiran.( Tita,2014)

2.3. Kedudukan Foetus dalam Kandungan


Sebelum proses kelahiran normal beerlangsung, foetus biasanya

mengambil posisi didalam uterus. Pada waktu partus, foetus didudukan

sedemikian rupa agar dapat dikeluarkan melalui saluran kelahiran dengan

kesulitan seminimal mungkin. Pada hewan monotocus, foetus terletak pada

punggungnya selama kehidupan intrauterin. Sesaat sebelum kelahiran, foetus

berputar ke posisi tegak dengan hidung dan kaki-kaki depan mengarah ke caudal

induk. Pada ruminansia ditandai dengan kaki-kaki depan foetus muncul dengan

hidung yaitu, kepala melurus dan punggung foetus berkontak dengan sacrum

induk.

Kesulitan kelahiran dapat terjadi oleh presentasi, posisi maupun habitus

yang abnormal ; dalam hal ini termasuk antara lain presentasi transversal, posisi

dorso-ilial atau dorso pubis, dan habitus dengan flexio kaki dan atau kepala ke

ventral, lateral, atau dorsal. (Toelihere,1977)

2.4. Mekanisme Proses Kelahiran

Berbagai teori telah diajukan sebagai mekanisme pengatur atau penyebab

kelahiran. Teori-teori tersebut dapat dikelompokan diantaranya:

2.4.1. Mekanisme Stimulasi Mekanik

Pengembangan uterus karena foetus yang semakin besar menyebabkan

peninggian sensitivitas otot-otot uterus terhadap estrogen dan oksitosin.

Argumentasi ini berdasar pada kenyataan bahwa foetus kembar lahir lebih cepat

daripada foetus tunggal. Akan tetapi dua foetus dapat pula menghasilkan lebih

banyak substansi pentebab kelahiran.


2.4.2. Mekanisme Imunologik

Keseluruhan kebuntingan 285 hari pada sapi mungkin diperlukan untuk

mengembangkan respons imunologik terhadap foetus yang dianggap asing karena

adanya kontribusi faktor paternal.

2.4.3. Mekanisme Hormonal

Menurut teori ini partus diinduksi dengan peningkatan kadar hormon

estrogen atau oksitosin atau penurunan hormon progesteron dalam sirkulasi darah

induk. Kadar progesteron memang mnurun dan kadar estrogen meninggi pada

akhir masa kebuntingan. Hal ini mungkin menggeretak pelepasan oksitosin dari

neurohypophysa dan menyebabkan kelahiran. Kemungkinan lain ialah gertakan

dan dilatasi cerviks dan vagina secara refleks menstimuler pelepasan oksitosin.

Pada ternak, konsentrasi progesteron didalam plasma induk menerun

segera sebelum partus, tetapi pada manusia hamil justru pada waktu partus

konsentrasi progesteronnya tinggi. Dengan demikian kurang jelas apakah

progesteron berperan dalam inisiasi kelahiran.

Kadar estrogen meninggi selama masa kebuntingan dan mencapai puncak

konsentrasinya pada akhir kebuntingan (pada domba dan kambing) atau beberapa

saat sebelum partus (pada sapi) . Estrogen menyebabkan konsentrasi myometrium

secara spontan. Jadi estrogen dapat menghilangkan aksi hambatan progesteron

atau mempunyai pengaruh langsung terhadap kontrastilitas myometrium.

Prostaglandin ikut memegang peranan dalam proses partus pada domba

dan kambing. Pada jenis ternak ini peninggian kadar PGF dalam darah venous

uterus sangat erat berhubungan dengan tibanya waktu kelahiran.belum jelas

apakah PGF dihasilkan oleh placenta atau endometrium atau kedua-duanya.

Cortisol yang dihasilkan oleh kelenjar adrenal foetus atau estrogen yang terdapat
dalam kadar tinggi pada plasma induk sebelum partus mungkin merupakan

rangsangan terhadap sintesa PGF.

2.4.4. Mekanisme Pengontrolan Foetal

Kadar corticosteroid foetal yang terdapat sangat tinggi sesaat sebelum

permulaan proses kelahiran, dan induksi partus dengan penyuntikan hormon

adrenocorticotropik (ACTH) atau dexamethason ke tubuh foetus domba

membuktikan bahwa corticosteroid foetal mungkn memegang peranan dalam

proses kelahiran. (Toelihere,1977)

2.4.5. Mekanisme Fetus

Fetus memiliki sejumlah mekanisme untuk memastikan bahwa

myometrium tetap diam sehingga perkembangan yang terjadi didalamnya tidak

terganggu. Adanya progesteron yang diproduksi plasenta memungkinkan

terjadinya blok pada myometrium. Turunnya konsentrasi progesteron maternal,

menyebabkan terjadinya dilatasi cervix dan aktivitas myometrium yang kuat

bersamaan dengan kelahiran. Turunnya konsentrasi progesteron dipicu oleh

meningkatnya cortisol fetus selama masa akhir kebuntingan pada

domba,kambing,sapi, dan babi tetapi tidak pada kuda.

Postulat Thornburn (1991), menyatakan bahwa meningkatnya

metabolisme plasenta selama fase pertumbuhan fetus (padda trisemester terakhir)

menstimulasi plasenta memproduksi prostaglandin E2 , yang pada saatnya nanti

mengaktivasi hipotalamus-pituitari-adrenal axis dari fetus, menyebabkan

peningkatan konsentrasi cortisol fetus. Maekanisme dalam merilis cortisol

berbeda antar spesies tergantung dari sumber progesteron yang memelihara

kebuntingan.
Pada domba, sekresi cortisol fetus mengkatalisa enzim 17 2 α plasenta

untuk konversi progesteron atau pregnanolone menjadi estrogen. Peningkatan

konsentrasi estrogen menstimulasi sekresi prostaglandin dan perkembangan

reseptor oksitosin.

Pada spesies CL-dependant, cortisol mensintesis estrogen yang

menyebabkan dirilisnya prostaglandin dari endometrium, dan mengakibatkan

corpus luteum regresi.(Tita,2014)

2.4.6. Mekanisme Maternal

Kondisi maternal jelas terbukti perannya pada saat akan melahirkan.

Sebagai contoh pada kuda yang kegemarannya melahirkan saat gelap. Rasa

gelisah, stres dan ketakutan dapat memperpanjang waktu kelahiran, pada beberapa

spesies, dengan menurunnya kontraksi myometrium yang dipicu oleh dirilisnya

epinephrin. Manajemen rutin seperti memberi pakan juga dapat mempengaruhi

waktu kelahiran pada sapi, domba dan kuda. Ini berarti fetus menentukan hari

kelahiran sedangkan induk menentukan jam kelahiran.(Tita,2014)

2.4.7. Mekanisme Partus

Keberhasilan partus tergantung pada dua proses mekanisme yaitu

kemampuan uterus berkontraksi dan kapasitas serviks berdilatasi sehingga mampu

untuk dilewati fetus. (Tita,2014)

Sebelum melahirkan terjadi kontraksi pada myometrium yang dipengaruhi oleh

progesteron, yang merupakan lingkungan yang kondusif bagi perkembangan

fetus.Kontraksi myometrium dengan amplitudo dan frekuensi yang rendah terjadi

selama kebuntingan berlangsung.


Pada saat menjelang kelahiran, uterus berganti status dari dominasi progesteron

menjadi dominasi estrogen. Hasilnya, terjadi dua mekanisme (pathway) secara

molekuler/biokimia yang paralel yang dimobilisasi didalam jaringan uterus, yaitu:

1. Jalan yang pertama yaitu transformasi uterus dari kondisi relax selama

kebuntingan berlangsung menjadi tahap aktif.

2. Jalan kedua adalah hasil dari meningkatnya ratio E/P maka meningkatkan

dirilisnya uterutonin (misalnya PGF, oksitosin).

Kedua mekanisme ini bekerja bersama-sama menginisiasi terjadinya intensitas

kontraksi myometrial yang dibutuhkan untuk dilatasi serviks dan mengekibatkan

lahirnya fetus.dilatasi serviks ini terjadi karena adanya perubahan karakteristik fisik

dari kolagen serviks yaitu melunak daripada karena meningkatnya tekanan

intrauterin.Melunaknya serviks ini tergantung dari hormon dan dipengaruhi juga

oleh beberapa faktor sperti meningkatnya konsentrasi estrogen, sekresi relasin

(pada babi), dan prostaglandin pada saat kelahiran. Beberapa jam sebelum

diawalinya kontraksi kelahiran, serviks melunak, berangsur-angsur dilatasi.

(Tita,2014)

2.4.8 Mekanisme Gabungan

1. Mula-mula muncul progesterone yang menghambat kontraksi myometrium.

2. Volume fetus menyebabkan dinding uterus teregang.

3. Beberapa hari sebelum fetus dilahirkan terjadi rangsangan dari otak induk

yang menimbulkan reaksi berantai ke hipotalamus, hipofisa.

4. Hormon corticoid diproduksi secara berlebihan sampai ke darah induk.


5. Carunkulae induk terangasang dan memproduksi prostaglandin.

6. Menaikan estrogen dan menghentikan progesterone.

7. Sensitifitas myometrium bertambah terhadap rangsangan oksitosin.

8. Semakin tinggi oksitosin semakin kuat kontraksi uterus.

2.5. Fase Proses Kelahiran

2.5.1.Stadium Pertama (Stadium Persiapan)

Menurut Toelihere 1977 ,stadium persiapan ditandai dengan dilatasi cervix

dan kontraksi ritmik otot-otot uterus longitudinal dan sirkuler.Gerakan ekspulsi

ditujukan kearah cervix. Permulaan timbulnya kontraksi ini memaksa cairan dan

membrane foetus terdesak ke cervix yang mengendor , dan menyebabkan dilatasi.

Kontraksi terjadi secara periodic kurang lebih 15 menit dab bertahan kira

kira selama 20 sekon.Setiap gangguan terhadap betina yang melahirkan dapat

menghambat kontraksi sehingga memperlambat dan menghambat kelahiran.

Pada akhir stadium pertama ,cervix mengembang dan memungkinkan

uterus dan vagina menjadi satu saluran yang kontinyu .Foetus dan chorioallantois

dipaksa masuk ke dalam pelvis dimana chorioallantois pecah dan menyebabkan

cairan allantois mengalir keluar melalui vulva.

2.5.1. Stadium Kedua (Stadium Pengeluaran Foetus)

Menurut Toelihere 1977,amnion yang terbentang bersama kepala dan

bagian kaki depan didorong masuk kepintu dalam pelvis. Keadaan ini

menimbulkan reflex dan volunteer dari diafragma dan otot-otot perut. Kaki-kaki

foetus didalam amnion kini terlihat melalui vulva .Perjalan foetus keluar melalui
cervix kevagina bersama pecahnya amnion menimbulkan kontraksi-kontraksi

reflex yang mendorong foetus keluar melalui saluran kelahiran.

2.5.2. Stadium Ketiga (Stadium Pengeluaran Placenta)

Menurut Toelihere 1977,ekspulsi membrane foetus adalah suatu proses

aktif yang behubungan dengan kontraksi uterus . Kontraksi peristaltic yang berasal

dari apex uteri menyebabkan inverse chorioallantois ,yang memperlancar

ekspulsinya. Pelonggaran villi chorional dari crypta carunculae dapat

menyebabkan pengeluaran banyak darah dari villi dan carunculae maternal oleh

kontraksi uterus yang kuat yang terjadi selama pengeluaran foetus .Kontraksi

semacam ini dapat memeras 20 persen total darah foetal dari placenta ke anak

yang dilahirkan.

Secara normal placenta sapid an domba dikeluarkan dalam waktu 24 jam

sesudah partus . Pada kasus-kasus abortus ,distokia,kelahiran premature,dan

kebuntingan multiple ,placenta tidak dibebaskan dan ekspulsi tertunda. Penundaan

ekspulsi placenta lebih dari 3 jam pada kuda dapat menyebabkan metritis.

2.5.3. Stadium Keempat (Stadium Involusi Uterus)

Menurut Toelihere 1977,sesudah pengeluaran foetus dan placenta,uterus

kembali ke ukurannya yang normal seperti sebelum bunting. Proses ini dinamakan

involusi uteri dan dapat secara logic dianggap stadium keempat proses kelahiran.

Untuk beberapa minggu sesudah partus,kontraksi uterus terjadi lebih sering dari

pada normal ,kira-kira satu kontraksi setiap 3 menit selama hari pertama.
Selama 3 samapai 4 hari berikutnya kontraksi uterus mulai berkurang

secara gradual sampai satu kontraksi setiap 10 sampai 12 menit. Maksud kontraksi

ini adalah untuk memperpendek sel sel uterus yang memanjang.Sesudah kurang

lebih 45 hari carunculae kembali keukurannya semula dan ephitel uterus kembali

terbentuk.
III

KESIMPULAN

 Kelahiran adalah proses fisiologis dimana uterus mengeluarkan fetus dan

plasenta dari induk.

 Gejala atau tanda-tanda utama menjelang kelahiran berhubungan dengan

perubahan ligamentum pelvis, pembesaran dan adanya oodema vuva dan

aktifitas kelenjar mammae. Tanda-tanda ini berguna sebagai petunjuk untuk

memprediksi secara tepat tanggal kelahiran.

 Teori – teori mengenai mekanisme kelahiran antara lain : Mekanisme

Stimulasi Mekanik, Mekanisme Imunologik, Mekanisme Hormonal,

Mekanisme Pengontrolan Foetal, Mekanisme Fetus, Mekanisme Maternal,

Mekanisme Partus,dan Mekanisme Gabungan.

 Fase kelahiran terdiri dari empat stadium yaitu stadium persiapan,stadium

pengeluaran foetus,stadium pengeluaran placenta,dan stadium involusi

uterus.
DAFTAR PUSTAKA

Damayanti Lestari, Tita. 2014. Ilmu Reproduksi Ternak. Airlangga University


Press, Surabaya.
Toelihere , Mozes R. 1977. Fisiologi Reproduksi Pada Ternak. Angkasa, Bandung.

Anda mungkin juga menyukai