Kelahiran
Kelas E
Kelompok 7
Budin 200110130276
FAKULTAS PETERNAKAN
UNIVERSITAS PADJADJARAN
JATINANGOR
2014
I
PENDAHULUAN
Maka dari itu kami selaku tim penulis mencoba mencari tahu,
PEMBAHASAN
dari organisme induk pada akhir masa kebuntingan. Persiapan untuk partus
perubahan ligamentum pelvis, pembesaran dan adanya oodema vuva dan aktifitas
yang dipelihara dalam sistem grazing akan tetap berada didalam kelompoknya,
berputar ke posisi tegak dengan hidung dan kaki-kaki depan mengarah ke caudal
induk. Pada ruminansia ditandai dengan kaki-kaki depan foetus muncul dengan
hidung yaitu, kepala melurus dan punggung foetus berkontak dengan sacrum
induk.
yang abnormal ; dalam hal ini termasuk antara lain presentasi transversal, posisi
dorso-ilial atau dorso pubis, dan habitus dengan flexio kaki dan atau kepala ke
Argumentasi ini berdasar pada kenyataan bahwa foetus kembar lahir lebih cepat
daripada foetus tunggal. Akan tetapi dua foetus dapat pula menghasilkan lebih
estrogen atau oksitosin atau penurunan hormon progesteron dalam sirkulasi darah
induk. Kadar progesteron memang mnurun dan kadar estrogen meninggi pada
akhir masa kebuntingan. Hal ini mungkin menggeretak pelepasan oksitosin dari
dan dilatasi cerviks dan vagina secara refleks menstimuler pelepasan oksitosin.
segera sebelum partus, tetapi pada manusia hamil justru pada waktu partus
konsentrasinya pada akhir kebuntingan (pada domba dan kambing) atau beberapa
dan kambing. Pada jenis ternak ini peninggian kadar PGF dalam darah venous
Cortisol yang dihasilkan oleh kelenjar adrenal foetus atau estrogen yang terdapat
dalam kadar tinggi pada plasma induk sebelum partus mungkin merupakan
kebuntingan.
Pada domba, sekresi cortisol fetus mengkatalisa enzim 17 2 α plasenta
reseptor oksitosin.
Sebagai contoh pada kuda yang kegemarannya melahirkan saat gelap. Rasa
gelisah, stres dan ketakutan dapat memperpanjang waktu kelahiran, pada beberapa
waktu kelahiran pada sapi, domba dan kuda. Ini berarti fetus menentukan hari
1. Jalan yang pertama yaitu transformasi uterus dari kondisi relax selama
2. Jalan kedua adalah hasil dari meningkatnya ratio E/P maka meningkatkan
lahirnya fetus.dilatasi serviks ini terjadi karena adanya perubahan karakteristik fisik
(pada babi), dan prostaglandin pada saat kelahiran. Beberapa jam sebelum
(Tita,2014)
3. Beberapa hari sebelum fetus dilahirkan terjadi rangsangan dari otak induk
ditujukan kearah cervix. Permulaan timbulnya kontraksi ini memaksa cairan dan
Kontraksi terjadi secara periodic kurang lebih 15 menit dab bertahan kira
uterus dan vagina menjadi satu saluran yang kontinyu .Foetus dan chorioallantois
bagian kaki depan didorong masuk kepintu dalam pelvis. Keadaan ini
menimbulkan reflex dan volunteer dari diafragma dan otot-otot perut. Kaki-kaki
foetus didalam amnion kini terlihat melalui vulva .Perjalan foetus keluar melalui
cervix kevagina bersama pecahnya amnion menimbulkan kontraksi-kontraksi
aktif yang behubungan dengan kontraksi uterus . Kontraksi peristaltic yang berasal
menyebabkan pengeluaran banyak darah dari villi dan carunculae maternal oleh
kontraksi uterus yang kuat yang terjadi selama pengeluaran foetus .Kontraksi
semacam ini dapat memeras 20 persen total darah foetal dari placenta ke anak
yang dilahirkan.
ekspulsi placenta lebih dari 3 jam pada kuda dapat menyebabkan metritis.
kembali ke ukurannya yang normal seperti sebelum bunting. Proses ini dinamakan
involusi uteri dan dapat secara logic dianggap stadium keempat proses kelahiran.
Untuk beberapa minggu sesudah partus,kontraksi uterus terjadi lebih sering dari
pada normal ,kira-kira satu kontraksi setiap 3 menit selama hari pertama.
Selama 3 samapai 4 hari berikutnya kontraksi uterus mulai berkurang
secara gradual sampai satu kontraksi setiap 10 sampai 12 menit. Maksud kontraksi
ini adalah untuk memperpendek sel sel uterus yang memanjang.Sesudah kurang
lebih 45 hari carunculae kembali keukurannya semula dan ephitel uterus kembali
terbentuk.
III
KESIMPULAN
uterus.
DAFTAR PUSTAKA