Anda di halaman 1dari 6

DINAS KESEHATAN KABUPATEN KARAWANG

UPTD.PUSKESMAS TIRTAMULYA
Jln. Pasirmalang – Tirtamulya 41372 Telp. (0264)

KEPUTUSAN
KEPALA PUSKESMAS TIRTAMULYA
NOMOR :........./KAPUS/VI/2016
TENTANG

PENERAPAN MANAJEMEN RISIKO KLINIS


DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA
KEPALA UPTD PUSKESMAS TIRTAMULYA,

Menimbang : a. bahwa untuk menjamin perbaikan mutu layanan klinis di Puskesmas


Tirtamulya, maka perlu dilaksanakan manajemen terhadap risiko klinis yang
mungkin terjadi.

b. bahwa dalam melaksanakan manajemen risiko klinis perlu dilakukan


identifikasi, analisis dan tindak lanjut terhadap risiko – risiko yang mungkin
terjadi dalam pelayanan klinis.

c. bahwa berdasarkan pertimbangan pada huruf a dan b, perlu menetapkan


Keputusan Kepala Puskesmas Tirtamulya tentang Penerapan Manajemen
Risiko Klinis.

Menggingat : a. UU Nomor 36Tahun 2009, tentang Kesehatan;

b. Keputusan Menteri Kesehatan RI No. 128/Men.Kes/SK/II/ 2004 tentang

Kebijakan Dasar Puskesmas;

c. Keputusan Menteri Kesehatan RI No.129/Menkes/SK/II/2008 tentang


Standar Pelayanan Minimal Rumah Sakit
d.
Peraturan Menteri Kesehatan No.1691/MENKES/PER/VIII/2011
Tentang Keselamatan Pasien Rumah Sakit;
MEMUTUSKAN

MENETAPKAN : KEPUTUSAN KEPALA PUSKESMAS TIRTAMULYA TENTANG


PENERAPAN MANAJEMEN RISIKO KLINIS

Kesatu : Pelaksanaan pelayanan klinis di Puskesmas wajib menerapkan


manajemen risiko klinis.

Kedua : Penerapan manajemen risiko klinis sebagaimana dalam diktum


Pertama harus menggunakan pedoman manajemen risiko klinis
sebagai panduannya.

Ketiga : Keputusan ini berlaku sejak tanggal ditetapkan dan apabila


dikemudian hari terdapat kekeliruan dalam penetapannya, maka akan
diadakan pembetulan sebagaimana mestinya.

Ditetapkan di : Tirtamulya
Pada tanggal : 1 Juni 2016
KEPALA PUSKESMAS TIRTAMULYA,

Nugraha
MANAJEMEN RESIKO KLINIS DI PUSKESMAS TIRTAMULYA

A. PENDAHULUAN
Manajemen resiko klinis merupakan suatu upaya sistematis yang dilakukan baik dirumah
sakit maupun Puskesmas dalam rangka mengurangi resiko akibat pelaksanaan pelayananan
medik. Resiko klinis dapat berupa bahaya, kesalahan, musibah atau potensi terjadinya hal-
hal yang merugikan pasien, terkait dengan atau sebagai dampak asuhan klinik yang diberikan
kepadanya.

B. TUJUAN
1. Meminimalkan terjadinya “medical error”, “adverse events”. Dan “harms” pada pasien.
2. Meminimalkan kemungkinan terjadinya klaim dan mengendalikan biaya klaim yang
harus menjadi tanggungan institusi (mencegah kerugian finansial bagi Puskesmas) dan
pihak dokter.

C. SASARAN
1. Puskesmas.
2. Puskesmas pembantu.
3. Posyandu.

D. TAHAPAN MANAJEMEN RESIKO KLINIS

1. Identifikasi resiko: keluhan pasien, klaim, incident report, audit medik.


2. Pembahasan : Tim manajemen medik, koordinator pemegang program.
3. Kesimpulan : RCA : tipe medical error, sumber medical error, FMEA : perbaikan
prosedur, kebijakan, peraturan, dll.
4. Tindak Lanjut.

E. INCIDENT REPORT
1. Pelaporan setiap masalah atau kejadian yang menyimpang dari yang direncanakan atau
secara normal seharusnya tidak terjadi dan berdampak pada keselamatan pasien (patient
care dan patient safety).
2. Pelaporan atas masalah atau kejadian yang menghadapkan pasien pada keadaan beresiko.
3. Pelaporan atas masalah atau kejadian yang bertendensi / berpotensi menghadapkan
puskesmas pada tuntutan hukum.
4. Masalah / kejadian tidak harus selalu sudah menyebabkan cedera, tetapi termasuk juga
kejadian yang berpotensi menyebabkan cedera.
5. Pelaporan masalah / kejadian yang mempunyai dampak terhadap anggaran dan resiko
ketersediaan keuangan , peralatan maupun supplies.

F. SUMBER MEDICAL ERROR

1. Manusia :
a. Kelelahan.
b. Kurang terlatih.
c. Komunikasi yang buruk.
d. Kekuasaan / pengendalian kontrol.
e. Keterbatasan waktu.
f. Poor judgement
g. Keragu-raguan.
h. Logic error.
i. Over confidence.
2. Organisasi.
a. Rancang Bangun kerja.
b. Perencanaan kebijakan.
c. Adminstrasi / pembiayaan.
d. Insentif / disinsentif / kepemimpinan.
e. Manajement supply.
f. Supervisi / umpan balik.
g. Ketidakjelasan petugas.
h. Salah menempatan personil.
3. TEKNIKAL
a. Poor automation.
b. Peralatan yang buruk.
c. Keterbatasan peralatan.
d. Tidak memiliki decision support
e. Kompleksitas
f. Kurang integrasi.
g. Terlalu banyak informasi.
h. Tidak menggunakan ceklist.

G. TIPE MEDICAL ERROR


1. Kekeliruan konsep.
a. Wrong concept of disesase.
b. Wrong concept of treatment.
2. Kekeliruan diagnosis.
a. Misdiagnosis.
b. Late diagnosis.
c. Gagal Melakukan prosedur diagnosis.
d. Menggunakan prosedur yang usang.
e. Gagal melakukan pemantauan dan follow up.
f. Hasil pemeriksaan terapi penunjang.
3. Kekeliruan terapi.
a. Error melakukan tindakan medik.
b. Error memberikan terapi.
c. Error menetapkan dosis.
d. Error menetapkan jenis obat.
e. Terlambat memberikan terapi padahal indikasi berdasarkan diagnostik sudah jelas.
f. Melakukan tindakan medik yang tidak adekuat dan tidak ada indikasi.
g. Teknik yang keliru.
4. Kekeliruan pencegahan
a. Gagal melakukan terapi pencegahan sesuai yang diperlukan.
b. Tidak adekuat melakukanpemantauan hasil terapi.
5. Lainnya.
a. Gagal dalam berkomunikasi :
1. Komunikasi dengan pasien.
2. Komunikasi dengan tenaga kesehatan lainnya.
b. Equipment failure.
c. Kegagalan sistem lainnya.

H. PENUTUP
Demikian program ini disusun untuk memberikan gambaran mengenai penerapan
Manajemen Resiko Klinis di Puskesmas Tirtamulya, Kab Karawang.

Anda mungkin juga menyukai