Bab I

Anda mungkin juga menyukai

Anda di halaman 1dari 28

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 LATAR BELAKANG


Didalam tubuh manusia, terdapat salah satu organ penting yang berkaitan erat dengan
sindrom nefrotik, yaitu ginjal. Ginjal berfungsi mengatur keseimbangan tubuh dan
mengekskresikan zat-zat yang sudah tidak berguna dan beracun jika terus berada didalam
tubuh. Ginjal sangat penting bagi tubuh kita, karena ginjal bertugas mempertahankan
homeostatis bio kimiawi normal didalam tubuh manusia, dengan cara mengeluarkan zat sisa
melalui proses filtrasi, absorbsi, dan augmentasi. Pada saat proses urinasi, bladder
berkontraksi dan urin dikeluarkan melalui uretra. Tetapi semua fungsi organ tersebut tidak
luput dari adanya abnormalitas fungsi, yang mana jika hal itu terjadi dapat menyebabkan
suatu masalah atau gangguan, salah satunya yaitu sindrom nefrotik (Siburian, 2013; Astuti,
2014).
Sampai pertengahan abad ke-20 morbiditas Sindrom Nefrotik pada anak masih tinggi yaitu
melebihi 50% sedangkan angka mortalitas mencapai 23%. Angka kejadian di Indonesia pada
Sindrom Nefrotik mencapai 6 kasus pertahun dari 100.000 anak berusia kurang dari 14 tahun
(Alatas, 2002). Mortalitas dan prognosis anak dengan sindroma nefrotik bervariasi
berdasarkan etiologi, berat, luas kerusakan ginjal, usia anak, kondisi yang mendasari dan
responnya terhadap pengobatan (Betz & Sowden, 2002).

1.2 TUJUAN
1. Tujuan Umum
Tujuan umum dalam penyusunan makalah ini yaitu untuk mengetahui dan memahami
tentang konsep dasar penyakit sindrom nefrotik dan asuhan keperawatan yang benar pada
pasien dengan sindrom nefrotik.
2. Tujuan Khusus
a. Dapat mengetahui dan memahami tentang konsep dasar penyakit sindrom nefrotik
yang meliputi definisi sindrom nefrotik, etiologi, anatomi fisiologi ginjal,

1
patofisiologi, manifestasi klinis, pathways, pemeriksaan penunjang, dan
penatalaksanaan.
b. Dapat mengidentifikasi konsep asuhan keperawatan yang benar pada klien dengan
sindrom nefrotik yang meliputi pengkajian, diagnosa keperawatan, intervensi, dan
evaluasi keperawatan.

2
BAB II
TINJAUAN TEORITIS

2.1 DEFINISI
Sindroma Nefrotik adalah status klinis yang ditandai dengan peningkatan permeabilitas
membran glomerulus terhadap protein yang mengakibatkan kehilangan urinarius yang massif
(Whaley & Wong, 2003). Sindroma nefrotik adalah kumpulan gejala klinis yang timbul dari
kehilangan protein karena kerusakan glomerulus yang difus (Luckman, 1996). Sindrom
Nefrotik ditandai dengan proteinuria masif ( ≥ 40 mg/m2 LPB/jam atau rasio
protein/kreatinin pada urine sewaktu >2mg/mg), hipoproteinemia, hipoalbuminemia (≤2,5
gr/dL), edema, dan hiperlipidemia (Behrman, 2001).
Nefrotik sindrom merupakan gangguan klinis ditandai oleh (1) peningkatan protein dalam
urin secara bermakna (proteinuria) (2) penurunan albumin dalam darah (3) edema, dan (4)
serum kolesterol yang tinggi dan lipoprotein densitas rendah (hiperlipidemia). Tanda-tanda
tersebut dijumpai di setiap kondisi yang sangat merusak membran kapiler glomerulus dan
menyebabkan peningkatan permeabilitas glomerulus (Brunner & Suddarth, 2001)

Whaley and Wong (1998) membagi tipe-tipe Sindrom Nefrotik :


1. Sindroma Nefrotik lesi minimal (MCNS : Minimal Change Nefrotik Sindroma) :
Merupakan kondisi yang tersering yang menyebabkan sindroma nefrotik pada anak usia
sekolah.
2. Sindroma Nefrotik Sekunder : Terjadi selama perjalanan penyakit vaskuler kolagen,
seperti lupus eritematosus sistemik dan purpura anafilaktoid, glomerulonefritis, infeksi
sistem endokarditis, bakterialis dan neoplasma limfoproliferatif.
3. Sindroma Nefirotik Kongenital : Faktor herediter sindroma nefrotik disebabkan oleh gen
resesif autosomal. Bayi yang terkena sindroma nefrotik, usia gestasinya pendek dan
gejala awalnya adalah edema dan proteinuria. Penyakit ini resisten terhadap semua
pengobatan dan kematian dapat terjadi pada tahun-tahun pertama kehidupan bayi jika
tidak dilakukan dialisis.

3
2.2 ETIOLOGI
Penyebab sindrom nefrotik dibagi menjadi dua menurut Muttaqin, 2012 adalah:
1. Primer, yaitu berkaitan dengan berbagai penyakit ginjal, seperti glomerulonefritis, dan
nefrotik sindrom perubahan minimal
2. Sekunder, yaitu yang diakibatkan infeksi, penggunaan obat, dan penyakit sistemik lain,
seperti diabetes mellitus, sistema lupus eritematosus, dan amyloidosis

2.3ANATOMI FISIOLOGI GINJAL

(Sumber: Astuti, 2013)

Ginjal adalah organ ekskresi dalam vertebrata yang berbentuk mirip kacang. Sebagai
bagian dari sistem urin, ginjal berfungsi menyaring kotoran (terutama urea) dari darah dan
membuangnya bersama dengan air dalam bentuk urin. Cabang dari kedokteran yang
mempelajari ginjal dan penyakitnya disebut nefrologi (Astuti, 2013).
Kedudukan ginjal di belakang dari kavum abdominalis di belakang peritoneum pada
kedua sisi vertebra lumbalis III melekat langsung pada dinding abdomen. Manusia memiliki
sepasang ginjal yang terletak di belakang perut atau abdomen. Ginjal ini terletak di kanan
dan kiri tulang belakang, di bawah hati dan limpa. Di bagian atas (superior) ginjal terdapat
kelenjar adrenal (juga disebut kelenjar suprarenal). Ginjal kanan biasanya terletak sedikit di
bawah ginjal kiri untuk memberi tempat untuk hati.Sebagian dari bagian atas ginjal
terlindungi oleh iga ke sebelas dan duabelas. Kedua ginjal dibungkus oleh dua lapisan lemak
(lemak perirenal dan lemak pararenal) yang membantu meredam goncangan (Astuti, 2013).

4
Unit fungsional ginjal

(Sumber: Astuti, 2013)

Unit fungsional dasar dari ginjal adalah nefron yang dapat berjumlah lebih dari satu juta
buah dalam satu ginjal normal manusia dewasa. Nefron berfungsi sebagai regulator air dan
zat terlarut (terutama elektrolit) dalam tubuh dengan cara menyaring darah, kemudian
mereabsorpsi cairan dan molekul yang masih diperlukan tubuh. Molekul dan sisa cairan
lainnya akan dibuang. Reabsorpsi dan pembuangan dilakukan menggunakan mekanisme
pertukaran lawan arus dan kotranspor. Hasil akhir yang kemudian diekskresikan disebut urin
(Astuti, 2013).
Sebuah nefron terdiri dari sebuah komponen penyaring yang disebut korpuskula (atau
badan Malphigi) yang dilanjutkan oleh saluran-saluran (tubulus).Setiap korpuskula
mengandung gulungan kapiler darah yang disebut glomerulus yang berada dalam kapsula
Bowman. Setiap glomerulus mendapat aliran darah dari arteri aferen. Dinding kapiler dari
glomerulus memiliki pori-pori untuk filtrasi atau penyaringan. Darah dapat disaring melalui
dinding epitelium tipis yang berpori dari glomerulus dan kapsula Bowman karena adanya
tekanan dari darah yang mendorong plasma darah. Filtrat yang dihasilkan akan masuk ke
dalan tubulus ginjal. Darah yang telah tersaring akan meninggalkan ginjal lewat arteri eferen
(Astuti, 2013).

5
Ginjal berfungsi sebagai salah satu alat ekskresi yang sangat penting melalui ultrafiltrat
yang terbentuk dalam glomerulus. Terbentuknya ultrafiltrat ini sangat dipengaruhi oleh
sirkulasi ginjal yang mendapat darah 20% dari seluruh cardiac output (Astuti, 2013).

2.4 PATOFISIOLOGI
Kelainan yang terjadi pada sindrom nefrotik yang paling utama adalah proteinuria
sedangkan yang lain dianggap sebagai manifestasi sekunder. Kelainan ini disebabkan oleh
karena kenaikan permeabilitas dinding kapiler glomerulus yang sebabnya belum diketahui
yang terkait dengan hilangnya muatan negative gliko protein dalam dinding kapiler. Pada
sindrom nefrotik keluarnya protein terdiri atas campuran albumin dan protein yang
sebelumnya terjadi filtrasi protein didalam tubulus terlalu banyak akibat dari kebocoran
glomerolus dan akhirnya diekskresikan dalam urin. (Latas, 2002 : 383).
Meningkatnya permeabilitas dinding kapiler glomerular akan berakibat pada hilangnya
protein plasma dan kemudian akan terjadinya proteinuria. Kelanjutan dari proteinuria
menyebabkan hipoalbuminemia. Dengan menurunya albumin, tekanan osmotic plasma
menurun sehingga cairan intravascular berpindah ke dalam intertisial. Perpindahan cairan
tersebut menjadikan volume cairan intravascular berkurang, sehingga menurunkan jumlah
aliran darah ke renal karena hipovolemi. Menurunya aliran darah ke renal, ginjal akan
melakukan kompensasi dengan merangsang produksi renin angiotensin dan peningkatan
sekresi antideuretik hormone (ADH) dan sekresi aldosteron yang kemudian menjadi retensi
natrium dan air. Dengan retensi natrium dan air, akan menyebabkan edema (Wati, 2012).
Terjadi peningkatan cholesterol dan Triglicerida serum akibat dari peningkatan stimulasi
produksi lipoprotein karena penurunan plasma albumin atau penurunan onkotik plasma.
Adanya hiperlipidemia juga akibat dari meningkatnya produksi lipoprotein dalam hati yang
timbul oleh karena kompensasi hilangnya protein dan lemak akan banyak dalam urin
(lipiduria). Menurunya respon imun karena sel imun tertekan, kemungkinan disebabkan oleh
karena hipoalbuminemia, hyperlipidemia, atau defisiensi seng. (Suriadi dan yuliani, 2001 :
217)

6
2.5 PATHWAY

7
2.6 MANIFESTASI KLINIS
Adapun manifestasi klinis menurut Brunner & Suddarth Edisi 8 Vol. 2 (2001),
manifestasi utama sindrom nefrotik adalah edema. Edema biasanya lunak dan cekung bila
ditekan (pitting), dan umumnya ditemukan di sekitar mata (periorbital), pada area ekstremitas
(sekrum, tumit, dan tangan), dan pada abdomen (asites). Gejala lain seperti malese, sakit
kepala, iritabilitas dan keletihan umumnya terjadi.

(Sumber: Irapanussa, 2015) (Sumber: nursingbegin.com, 2010)

(Sumber: ujeuji.blogspot.co.id) (Sumber: pakarobatherbal.com)

8
2.7 PEMERIKSAAN PENUNJANG
Penegakan diagnosis sindrom nefrotik tidak ditentukan dengan hanya penampilan klinis.
Diagnosis sindrom nefrotik dapat ditegakkan melalui beberapa pemeriksaan penunjang
berikut yaitu urinalisis, pemeriksaan sedimen urin, pengukuran protein urin, albumin serum,
pemeriksaan serologis untuk infeksi dan kelainan immunologis, USG renal, biopsi ginjal, dan
darah, dimana :
1. Urinalisis
Volume biasanya kurang dari 400 ml/24 jam (fase oliguri ) yang terjadi dalam 24-48 jam
setelah ginjal rusak, warna kotor, sedimen kecoklatan menunjukkan adanya darah, Hb,
Monoglobin, Porfirin. Berat jenis kurang dari 1,020 menunjukkan penyakit ginjal.
Protein urin meningkat (nilai normal negatif). Urinalisis adalah tes awal diagnosis
sindrom nefrotik. Proteinuria berkisar 3+ atau 4+ pada pembacaan dipstik, atau melalui
tes semikuantitatif dengan asam sulfosalisilat, 3+ menandakan kandungan protein urin
sebesar 300 mg/dL atau lebih, yang artinya 3g/dL atau lebih yang masuk dalam
nephrotic range.
2. Pemeriksaan sedimen urin
Pemeriksaan sedimen akan memberikan gambaran oval fat bodies: epitel sel yang
mengandung butir-butir lemak, kadang-kadang dijumpai eritrosit, leukosit, torak hialin
dan torak eritrosit.
3. Pengukuran protein urin
Pengukuran protein urin dilakukan melalui timed collection atau single spot collection.
Timed collection dilakukan melalui pengumpulan urin 24 jam, mulai dari jam 7 pagi
hingga waktu yang sama keesokan harinya. Pada individu sehat, total protein urin ≤ 150
mg. Adanya proteinuria masif merupakan kriteria diagnosis. Single spot collection lebih
mudah dilakukan. Saat rasio protein urin dan kreatinin > 2g/g, ini mengarahkan pada
kadar protein urin per hari sebanyak ≥ 3g.
4. Albumin serum
kualitatif : ++ sampai ++++
kuantitatif :> 50 mg/kgBB/hari (diperiksa dengan memakai reagen ESBACH)

5. Pemeriksaan serologis untuk infeksi dan kelainan imunologis

9
6. USG renal: Terdapat tanda-tanda glomerulonefritis kronik.

7. Biopsi ginjal
Biopsi ginjal diindikasikan pada anak dengan SN kongenital, onset usia > 8 tahun,
resisten steroid, dependen steroid atau frequent relaps, serta terdapat manifestasi nefritik
signifikan. Pada SN dewasa yang tidak diketahui asalnya, biopsy mungkin diperlukan
untuk diagnosis. Penegakan diagnosis patologi penting dilakukan karena masing-masing
tipe memiliki pengobatan dan prognosis yang berbeda. Penting untuk membedakan
minimal-change disease pada dewasa dengan glomerulosklerosisfokal, karena minimal-
change disease memiliki respon yang lebih baik terhadap steroid. Prosedur ini digunakan
untuk mengambil sampel jaringan pada ginjal yang kemudian akan diperiksa di
laboratorium. Adapan prosedur biopsi ginjal sebagai berikut :
a. Peralatan USG digunakan sebagai penuntun. USG dilakukan oleh petugas radiologi
untuk mengetahui letak ginjal.
b. Anestesi (lokal).
c. Jarum (piston biopsi). Apabila tidak ada piston biopsi dapat menggunakan jarum
model TRUCUT maupun VIM SILVERMAN.
d. Tempat (pool bawah ginjal, lebih disukai disukai ginjal kiri).
e. Jaringan yang didapatkan dikelompokkan menjadi dua bagian, yaitu untuk
pemeriksaan mikroskop cahaya & imunofluoresen.
f. Setelah biopsi.
1) Berikan pasien tengkurap + - sejam, tetapi apabila pada posisi tengurap pasien
mengalami sejas nafas maka biopsi dilakukan pada posisi duduk
2) Anjurkan untuk minum banyak
3) Monitor tanda-tanda vital terutama tekanan darah, & lakukan pemeriksaan lab
urin lengkap.
g. Apabila tidak terdapat kencing darah (hematuria) maka pasien dipulangkan. Biasanya
untuk pada pasien yang beresiko rendah, pagi biopsi sore pulang (one day care ).

10
8. Darah
Hb menurun adanya anemia, Ht menurun pada gagal ginjal, natrium meningkat
tapi biasanya bervariasi, kalium meningkat sehubungan dengan retensi dengan
perpindahan seluler (asidosis) atau pengeluaran jaringan (hemolisis sel darah nerah).
Penurunan pada kadar serum dapat menunjukkan kehilangan protein dan albumin
melalui urin, perpindahan cairan, penurunan pemasukan dan penurunan sintesis karena
kekurangan asam amino essensial. Kolesterol serum meningkat (umur 5-14 tahun :
kurang dari atau sama dengan 220 mg/dl). Pada pemeriksaan kimia darah dijumpai
Protein total menurun (N: 6,2-8,1 gm/100ml), Albumin menurun (N:4-5,8 gm/100ml),
α1 globulin normal (N: 0,1-0,3 gm/100ml), α2 globulin meninggi (N: 0,4-1 gm/100ml),
β globulin normal (N: 0,5-0,9 gm/100ml), γ globulin normal (N: 0,3-1 gm/100ml),
rasio albumin/globulin <1 (N:3/2), komplemen C3 normal/rendah (N: 80-120
mg/100ml), ureum, kreatinin dan klirens kreatinin normal.(Sumber: Siburian, 2013)

2.8 PENATALAKSANAAN
Tujuan penatalaksanaan adalah untuk mempertahankan fungsi ginjal. Menjaga
pasien dalam keadaan tirah baring selama beberapa hari mungkin diperlukan untuk
meningkatkan diuresis guna mengurangi edema. Masukan protein ditingkatkan untuk
menggantikan protein yang hilang dalam urin dan untuk membentuk cadangan protein di
tubuh. Jika edema berat, pasien diberikan diet rendah natrium. Diuretik diresepkan untuk
pasien dengan edema berat, dan adrenokortikosteroid (prednison) digunakan untuk
mengurangi proteinuria (Brunner & Suddarth, 2001).
Medikasi lain yang digunakan dalam penanganan sindrom nefrotik mencakup
agens antineoplastik (Cytoxan) atau agens imunosupresif (Imuran, Leukeran, atau
siklosporin), jika terjadi kambuh, penanganan kortikosteroid ulang diperlukan (Brunner
& Suddarth, 2001).

11
 Diet bagi klien sindrom nefrotik
1. Tujuan Diet
a. Mengganti kehilangan protein terutama albumin.
b. Mengurangi edema dan menjaga keseimbangan cairan tubuh.
c. Memonitor hiperkolesterolemia dan penumpukan trigliserida.
d. Mengontrol hipertensi.
e. Mengatasi anoreksia.
(Almatsier, 2007)
2. Syarat Diet
a. Energi cukup, untuk mempertahankan keseimbangan nitrogen positif yaitu 35 kkal/kg
BB per hari.
b. Protein sedang, yaitu 1 g/kg BB, atau0,8 g/kg BB ditambah jumlah protein yang
dikeluarkan melalui urin. Utamakan penggunaan protein bernilai biologik tinggi.
c. Lemak sedang, yaitu 15-20% dari kebutuhan energy total.
d. Karbohidrat cukup, yaitu sisa dari kebutuhan energy total
e. Natrium dibatasi, yaitu 1-4 gr sehari, tergantung berat ringannya edema.
f. Kolesterol dibatasi < 300mg, begitu pula gula murni, bila ada peningkatan trigliserida
darah.
g. Cairan disesuaikan dengan banyaknya cairan yang dikeluarkan melalui urin ditambah
500 ml pengganti cairan yang dikeluarkan melalui kulit dan pernafasan.
(Almatsier, 2007)

12
3. Diet yang Dianjurkan dan Dihindari
Jenis Bahan
Dianjurkan Dibatasi
Makanan
Sumber Nasi, bubur, bihun, roti, Roti, biskuit dan kue-kue yang dibuat
karbohidrat gandum, makaroni, pasta, menggunakan garam dapur dan soda.
jagung, kentang, ubi, talas,
singkong, havermout
Sumber protein Telur, susu skim/susu rendah Hati, ginjal, jantung, limpa, otak, ham,
hewani lemak, daging tanpa lemak, sosis, babat, usus, paru, sarden,
ayam tanpa kulit, ikan kaldu daging, bebek, burung, angsa,
remis, seafood dan aneka. Protein
hewani yang diawetkan menggunakan
garam seperti sarden, kornet, ikan asin
dan sebagainya
Sumber protein Kacang-kacangan dan aneka Kacang-kacangan yang diasinkan aatu
nabati olahannya diawetkan
Sayuran Semua jenis sayuran segar Sayuran yang diasinkan atau
diawetkan
Buah-buahan Semua macam buah-buahan Buah-buahan yang diasinkan atau
segar diawetkan
Minum Semua macam minuman yang Teh kental atau kopi. Minuman yang
tidak beralkohol mengandung soda dan alkohol: soft
drink, arak, ciu, bir
Lainnya Semua macam bumbu Makanan yang berlemak, penggunaan
secukupnya santan kental, bumbu: garam, baking
powder, soda kue, MSG, kecap, terasi,
ketchup, sambal botol, petis, tauco,
bumbu instan, dan sebagainya

13
BAB III

ASUHAN KEPERAWATAN

3.1 PENGKAJIAN
 Identitas Klien
1. Umur: Lebih banyak pada anak-anak terutama pada usia pra-sekolah (3-6 th). Ini
dikarenakan adanya gangguan pada sistem imunitas tubuh dan kelainan genetik
sejak lahir.
2. Jenis kelamin: Anak laki-laki lebih sering terjadi dibandingkan anak perempuan
dengan rasio
2:1. Ini dikarenakan pada fase umur anak 3-6 tahun terjadi perkembangan
psikoseksual : dimana anak berada pada fase oedipal/falik dengan ciri meraba-
raba dan merasakan kenikmatan dari beberapa daerah genitalnya. Kebiasaan ini
dapat mempengaruhi kebersihan diri terutama daerah genital. Karena anak-anak
pada masa ini juga sering bermain dan kebersihan tangan kurang terjaga. Hal ini
nantinya juga dapat memicu terjadinya infeksi.
3. Agama
4. Suku/bangsa
5. Status
6. Pendidikan
7. Pekerjaan
 Identitas penanggung jawab
Hal yang perlu dikaji meliputi nama, umur, pendidikan, agama, dan hubungannya
dengan klien.
 Riwayat Kesehatan
Keluhan utama: Kaki edema, wajah sembab, kelemahan fisik, perut membesar
(adanya acites)

14
A.Riwayat Kesehatan Sekarang
Untuk pengkajian riwayat kesehatan sekarang, perawatan perlu menanyakan hal
berikut:

1. Kaji berapa lama keluhan adanya perubahan urine output


2. Kaji onset keluhan bengkak pada wajah atau kaki apakah disertai dengan
adanya keluhan pusing dan cepat lelah
3. Kaji adanya anoreksia pada klien
4. Kaji adanya keluhan sakit kepala dan malaise.

B.Riwayat Kesehatan Dahulu


Perawat perlu mengkaji:
1. Apakah klien pernah menderita penyakit edema?
2. Apakah ada riwayat dirawat dengan penyakit diabetes melitus dan
penyakit hipertensi pada masa sebelumnya?
3. Penting juga dikaji tentang riwayat pemakaian obat-obatan masa lalu dan
adanya riwayat alergi terhadap jenis obat

C.Riwayat Kesehatan Keluarga


Kaji adanya penyakit keturunan dalam keluarga seperti DM yang memicu
timbulnya manifestasi klinis sindrom nefrotik.

D.Kebutuhan bio-psiko-sosio-spiritual
1. Pola nutrisi dan metabolisme: Anoreksia, mual, muntah.
2. Pola eliminasi: Diare, oliguria.
3. Pola aktivitas dan latihan: Mudah lelah, malaise
4. Pola istirahat tidur: Susah tidur
5. Pola mekanisme koping : Cemas, maladaptive
6. Pola persepsi diri dan konsep diri : Putus asa, rendah diri

15
E.Pemeriksaan Fisik
1) Status kesehatan umum
2) Keadaan umum: klien lemah dan terlihat sakit berat
3) Kesadaran: biasanya compos mentis
4) TTV: sering tidak didapatkan adanya perubahan.
5) Pemeriksaan sistem tubuh
a) B1 (Breathing)
Biasanya tidak didapatkan adanya gangguan pola nafas dan jalan nafas walau
secara frekuensi mengalami peningkatan terutama pada fase akut. Pada fase
lanjut sering didapatkan adanya gangguan pola nafas dan jalan nafas yang
merupakan respons terhadap edema pulmoner dan efusi pleura.
b) B2 (Blood)
Sering ditemukan penurunan curah jantung respons sekunder dari peningkatan
beban volume.
c) B3 (Brain)
Didapatkan edema terutama periorbital, sklera tidak ikterik. Status neurologis
mengalami perubahan sesuai dengan tingkat parahnya azotemia pada sistem
saraf pusat.
d) B4 (Bladder)
Perubahan warna urine output seperti warna urine berwarna kola
e) B5 (Bowel)
Didapatkan adanya mual dan muntah, anoreksia sehingga didapatkan
penurunan intake nutrisi dari kebutuhan. Didapatkan asites pada abdomen.
f) B6 (Bone)
Didapatkan adanya kelemahan fisik secara umum, efek sekunder dari edema
tungkai dari keletihan fisik secara umum

16
F.Pemeriksaan Diagnostik
Urinalisis didapatkan hematuria secara mikroskopik, proteinuria, terutama albumin.
Keadaan ini juga terjadi akibat meningkatnya permeabilitas membran glomerulus.

(Astuti, 2014; Munandar, 2014)

3.2 Diagnosa Keperawatan

1. Kelebihan volume cairan berhubungan dengan gangguan mekanisme regulasi


.Batasan Karakteristik :
1. Edema
2. Ansietas
3. Anasarka
4. Gangguan pola nafas
5. Oliguria
6. Penambahan berat badan dalam waktu singkat
7. Perubahan berat jenis urine
(NANDA, 2015)

2. Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan


faktor biologis (hipoproteinemia) dan kurang asupan makanan (anoreksia)
Batasan Karakteristik :
1. Cepat kenyang setelah makan
2. Gangguan sensasi rasa
3. Kurang minat pada makanan
(NANDA, 2015)

3. Gangguan citra tubuh berhubungan dengan penyakit (edema)


Batasan Karakteristik :
1. Berfokus pada penampilan masa lalu
2. Menghindari melihat tubuh
3. Menghindari menyentuh tubuh
4. Menyembunyikan bagian tubuh

17
5. Takut reaksi orang lain
(NANDA, 2015)

4. Ketidakefektifan bersihan jalan nafas berhubungan dengan mokus dengan jumlah


berlebihan (efusi pleura).
Batasan Karakteristik :
1. Suara nafas tambahan
2. Perubahan frekuensi dan irama napas
3. Sianosis
4. Dipsneu
5. Gelisah
(NANDA, 2015)

Ketidakefektifan perfusi jaringan perifer berhubungan dengan penekanan tubuh terlalu dalam
akibat edema

Batasan Karakteristik :

i. Perubahan karakteristik kulit (warna, elastisitas, rambut, kelembapan, kuku,


sensasi, suhu)
ii. Waktu pengisian kapiler > 3 detik
iii. Warna tidak kembali ke tungkai saat tungkai diturunkan
iv. Edema
v. Paresresia

(NANDA, 2015)

B. Ketidakefektifan pola nafas berhubungan dengan nafas tidak adekuat


Batasan Karakteristik :

vi. Perubahan kedalaman pernapasan


vii. Penurunan tekanan ekspirasi
viii. Bradipnea
ix. Dipsnea
x. Penurunan ventilasi semeniit (NANDA, 2015)

18
C. Intoleransi aktivitas berhubungan dengan kelemahan umum
Batasan Karakteristik :

1. Ketidaknyamanan setelah beraktivitas


2. Dipsnea setelah beraktivitas
3. Menyatakan merasa letih
4. Menyatakan merasa lemah

(NANDA, 2015)

D. Penurunan curah jantung berhubungan dengan perubahan frekuensi jantung


Batasan Karakteristik :

1. Bradikardia
2. Palpitasi jantung
3. Perubahan elektrokardiogram (EKG) (mis., aritmia, abnormalitas konduksi,
iskemia)
4. Takikardia

(NANDA, 2015)

19
3.3 Intervensi
Tujuan & Kriteria
No. Dx. Intervensi Rasional
Hasil
1. Setelah dilakukan Timbang berat badan Estimasi penurunan edema tubuh
tindakan setiap hari dan monitor
keperawatan selama status pasien
… x 24 jam,
valuasi harian keberhasilan terapi
diharapkan
dan dasar penentuan tindakan
kelebihan volume Jaga intake/asupan yang
cairan tidak terjadi akurat dan catat output
menentukan intervensi lebih lanjut
dengan kriteria hasil
:
mencegah edema bertambah parah
a. Terjadi
penurunan Kaji lokasi dan luasnya
Diberikan dini pada fase
edema dan edema
oliguria untuk mengubah ke fase
ascites
nonoliguria, dan meningkatkan
b. Tidak terjadi
volume urine adekuat
peningkatan Berikan cairan dengan
berat badan tepat

Berikan diuretik yang


diresepkan oleh dokter

(NIC, 2013)

2. Setelah dilakukan Monitor kalori dan Membantu dan mengidentifikasi


tindakan asupan makanan defisiensi dan kebutuhan diet
keperawatan selama
… x 24 jam, Mulut yang bersih dapat
diharapkan meningkatkan nafsu makan
ketidakseimbangan Lakukan atau bantu

20
nutrisi kurang dari pasien terkait perawatan Meningkatkan selera dan nafsu
kebutuhan tubuh mulut sebelum makan makan
tidak terjadi, dengan
kriteria hasil : Pastikan makanan
a. Nafsu makan disajikan secara
klien meningkat menarik dan pada suhu
b. Tidak terjadi yang paling cocok
hipoproteinemia untuk konsumsi secara Pasien dapat kooperatif dan
c. porsi makan optimal melakukan apa yang dianjurkan
yang
dihidangkan Anjurkan pasien terkait Diet yang tepat dapat meningkatkan
dihabiskan dengan kebutuhan diet status nutrisi pasien
untuk kondisi sakit

Kolaborasi dengan ahli


gizi untuk mengatur
diet yang diperlukan
(NIC, 2013)
3. Setelah dilakukan Monitor apakah anak Mengidentifikasi respon anak
tindakan bisa melihat bagian terhadap perubahan tubuhnya
keperawatan selama tubuh mana yang
… x 24 jam, berubah
diharapkan Respon orangtua menentukan
gangguan citra Identifikasi strategi- bagaimana persepsi anak terhadap
tubuh dapat teratasi, strategi penggunaan tubuhnya
dengan kriteria hasil koping oleh orangtua
: dalam berespon
a. Citra tubuh terhadap perubahan Memudahkan komunikasi personal
positif penampilan anak dengan anak
b. Mendeskripisika
n secara faktual Bangun hubungan Mekanisme evaluasi dari persepsi

21
perubahan saling percaya dengan citra diri anak
fungsi tubuh anak
c. Mempertahanka Membantu meningkatkan citra
n interaksi sosial Gunakan gambaran tubuh anak
mengenai gambaran diri

Ajarkan untuk melihat


pentingnya respon
mereka terhadap
perubahan tubuh anak
dan penyesuaian di
masa depan, dengan
cara yang tepat.
(NIC, 2013)
4. Setelah dilakukan Monitor respirasi dan Data dasar dalam menentukan
tindakan status O2 intervensi lebih lanjut
keperawatan selama
… x 24 jam, Suara nafas tambahan
diharapkan bersihan mengidentifikasikan ada sumbatan
jalan nafas dapat Auskultasi suara nafas. dalam jalan nafas
efektif, dengan Catat adanya suara
kriteria hasil : nafas tambahan Mencegah edema bertambah parah
a. Klien mampu
bernafas dengan Memaksimalkan ventilasi
mudah Membantu mengeluarkan sekret
b. Mampu Atur intake untuk
mengidentifikasi cairan
dan mencegah
faktor yang Posisikan pasien
dapat semifowler

22
menghambat Lakukan fisioterapi
jalan nafas dada jika perlu
(NIC, 2013)
5. Setelah dilakukan Monitor denyut dan Mengetahui kelainan jantung
tindakan irama jantung
keperawatan selama Mengetahui kelebihan atau
… x 24 jam, Ukur intake dan outtake kekurangan
diharapkan perfusi cairan
jaringan perifer Meningkatkan perfusi
efektif, dengan
kriteria hasil : Berikan oksigen sesuai Menghindari gangguan integritas
a. Waktu pengisian kebutuhan kulit
kapiler < 3 detik
b. Tekanan sistol Lakukan perawatan Mempertahankan pasukan oksigen
dan diastol kulit, seperti pemberian
dalam rentang lotion
yang diharapkan
c. Tingkat Hindari terjadinya
kesadaran palsava manuver seperti
membaik mengedan, menahan
napas, dan batuk
(NIC, 2013)
6. Setelah dilakukan Monitor jumlah Mengetahui status pernapasan
tindakan pernapasan,
keperawatan selama penggunaan otot bantu
… x 24 jam, pernapasan, batuk,
diharapkan pola bunyi paru, tanda vital,
nafas dapat efektif, warna kulit, AGD
dengan kriteria hasil Mempertahankan oksigen arteri
: Berikan oksigen sesuai
a. Pasien dapat program Meningkatkan pengembangan paru

23
mendemonstrasi
kan pola Atur posisi pasien Kemungkinan terjadi kesulitan
pernapasan yang fowler bernapas akut
efektif
b. Pasien merasa Alat-alat emergensi
lebih nyaman disiapkan dalam
dalam bernafas keadaan baik
(NIC, 2013)
7. Setelah dilakukan Monitor keterbatasan Merencanakan intervensi dengan
tindakan aktivitas, kelemahan tepat
keperawatan selama saat aktivitas
… x 24 jam, Megkaji sejauh mana perbedaan
diharapkan intoleran Catat tanda vital peningkatan selama aktivitas
aktivitas dapat sebelum dan sesudah
teratasi, dengan aktivitas Membantu mengembalikan energi
kriteria hasil :
a. Kelemahan yang Metabolisme membutuhkan energy
berkurang Lakukan istirahat yang
b. Mempertahanka adekuat setelah latihan
n kemampuan dan aktivitas
aktivitas
semaksimal Berikan diet yang
mungkin adekuat dengan
kolaborasi ahli diet
(NIC, 2013)
8. Setelah dilakukan Kaji suara nafas dan Data dasar dalam menentukan
tindakan suara jantung intervensi lebih lanjut
keperawatan selama
… x 24 jam, Mengetahui kelebihan atau
diharapkan curah kekurangan cairan tubuh
jantung mengalami Ukur CVP pasien

24
peningkatan, dengan
kriteria hasil : Mengurangi kebutuhan oksigen
a. Menunjukkan
curah jantung Mengetahui manifestasi penurunan
yang curah jantung
memuaskan Monitor aktivitas pasien
dibuktikan oleh Mengejan dapat memperparah
efektifitas penurunan curah jantung
pompa jantung, Monitor saturasi
status sirkulasi, oksigen
perfusi jaringan,
dan status TTV
b. Tidak ada edema
paru, perifer, Kolaborasi pemberian
dan asites laksatif

(NIC, 2013)

25
3.4 Implementasi

1. Menibang berat badan setiap hari dan monitor status pasien


2. Menjaga intake/asupan yang akurat dan catat outpu
3. Mengkaji lokasi dan luasnya edema
4. Memberikan cairan dengan tepat
6. Memberikan diuretik yang diresepkan oleh dokter
7. Memonitor kalori dan asupan makanan
8. Melakukan atau bantu pasien terkait perawatan mulut sebelum makan
9. Mepastikan makanan disajikan secara menarik dan pada suhu yang paling cocok untuk
konsumsi secara optimal
10. Menganjurkan pasien terkait dengan kebutuhan diet untuk kondisi sakit
11. Kolaborasi dengan ahli gizi untuk mengatur diet yang diperlukan
12. Monitor apakah anak bisa melihat bagian tubuh mana yang berubah
13. Mengidentifikasi strategi-strategi penggunaan koping oleh orangtua dalam berespon
terhadap perubahan penampilan anak
14. Membangun hubungan saling percaya dengan anak
15. Megunakan gambaran mengenai gambaran diri
16. Mengajarkan untuk melihat pentingnya respon mereka terhadap perubahan tubuh anak
dan penyesuaian di masa depan, dengan cara yang tepat.
17. Memonitor respirasi dan status O2
18. Mengauskultasi suara nafas. Catat adanya suara nafas tambahan
19. Mengatur intake untuk cairan
20. Meposisikan pasien semifowler
21. Melakukan fisioterapi dada jika perlu
22. Monitor denyut dan irama jantung
23. Mengukur intake dan outtake cairan
24. Memberikan oksigen sesuai kebutuhan
25. Melakukan perawatan kulit, seperti pemberian lotion
26. Menghindari terjadinya palsava manuver seperti mengedan, menahan napas, dan batuk
27. Memonitor jumlah pernapasan, penggunaan otot bantu pernapasan, batuk, bunyi paru,
tanda vital, warna kulit, AGD

26
28. Memberikan oksigen sesuai program
29. Mengatur posisi pasien fowl
30. Memonitor keterbatasan aktivitas, kelemahan saat aktivitas
31. Mencatat tanda vital sebelum dan sesudah aktivitas
32. Melakukan istirahat yang adekuat setelah latihan dan aktivitas
33. Memerikan diet yang adekuat dengan kolaborasi ahli diet
34. Mengkaji suara nafas dan suara jantung
35. Mengukur CVP pasien
36. Memonitor aktivitas pasien
37. Memonitor saturasi oksigen
38. Kolaborasi pemberian laksatif

3.5 Evaluasi

Setelah mendapat intervensi keperawatan, maka pasien dengan sindrom nefrotik


diharapkan sebagai berikut :

a. Kelebihan volume cairan teratasi


b. Meningkatnya asupan nutrisi
c. Meningkatnya citra tubuh
d. Bersihan jalan nafas efektif
e. Perfusi jaringan perifer efektif
f. Pola nafas efektif
g. Aktivitas dapat ditoleransi
h. Curah jantung mengalami peningkatan

27
BAB IV

PENUTUP

4.1 Kesimpulan

Nefrotik sindrom adalah gangguan klinik yang ditandai dengan peningkatan protein urine
(proteinuria), edema, penurunan albumin dalam darah (hipoalbuminemia), dan kelebihan
lipid dalam darah (hiperlipidemia). Kejadian ini diakibatkan oleh kelebihan pecahan plasma
protein ke dalam urine karena peningkatan permeabilitas membran kapiler glomerulus. (dr.
Nursalam, dkk. 2009). Penyebab sindrom nefrotik dibagi menjadi dua menurut Muttaqin,
2012 adalah primer, yaitu berkaitan dengan berbagai penyakit ginjal, dan sekunder, yaitu
yang diakibatkan infeksi, penggunaan obat, dan penyakit sistemik lain.
Kelainan yang terjadi pada sindrom nefrotik yang paling utama adalah proteinuria
sedangkan yang lain dianggap sebagai manifestasi sekunder. Meningkatnya permeabilitas
dinding kapiler glomerular akan berakibat pada hilangnya protein plasma dan kemudian akan
terjadinya proteinuria. Kelanjutan dari proteinuria menyebabkan hipoalbuminemia. Dengan
menurunya albumin, tekanan osmotic plasma menurun sehingga cairan intravascular
berpindah ke dalam intertisial. Pemeriksaan penunjang untuk menegakkan diagnosis yaitu
urinalisis, pemeriksaan sedimen urin, pengukuran protein urin, albumin serum, pemeriksaan
serologis untuk infeksi dan kelainan immunologis, USG renal, biopsi ginjal, dan darah.

4.2 SARAN

Dapat menambah wawasan dan pengetahuan tentang konsep dasar dan konsep keperawatan,
serta dapat menjadikannya sebagai panduan belajar. Selain itu perawat juga memberi health
education kepada klien dan keluarga agar mereka paham dengan NEFROTIK SINDROM dan
bagaimana pengobatannya.

28

Anda mungkin juga menyukai