Anda di halaman 1dari 7

PEMBENTUKAN SENYAWA DIENA TERKONJUGASI

PADA ERITROSIT YANG DIINDUKSI


FOTOSENSITISER SEFTAZIDIM IN VITRO

Muhammad Rifqi Alfiannoor

Program Studi Pendidikan Dokter, Fakultas Kedokteran,


Universitas Lambung Mangkurat, Banjarmasin

rifqi130@gmail.com

ABSTRAK
Fotosensitiser adalah agen penyebab fotosensitivitas. Salah satunya adalah
seftazidim yang merupakan kelompok antibiotika dari golongan sefalosporin
generasi ketiga. Seftazidim yang diinduksi ultraviolet (UV) dapat menyebabkan
terjadinya proses transfer energi dan transfer elektron. Kedua mekanisme ini akan
merusak salah satunya lipid yang ada di membran sel, contohnya pada eritrosit.
Kerusakan tersebut menyebabkan peroksidasi lipid. Salah satu produk dari
peroksidasi lipid adalah senyawa diena terkonjugasi. Kadar senyawa diena
terkonjugasi menjadi salah satu parameter kerusakan oksidatif membran sel eritrosit
yang diukur dengan spektrofotometri. Penelitian ini bertujuan mengetahui
pengaruh fotosensitiser seftazidim yang diinduksi UV secara in vitro terhadap
pembentukan senyawa diena terkonjugasi. Penelitian ini merupakan penelitian
eksperimental murni dengan satu kelompok kontrol dan lima kelompok perlakuan.
Kelompok kontrol (P0) berisi eritrosit + phosphate buffer pH 6,8%, sedangkan
kelompok perlakuan 1 (P1) berisi eritrosit + phosphate buffer pH 6,8% + UV,
perlakuan 2 (P2) berisi eritrosit + seftazidim 10% + UV, perlakuan 3 (P3) berisi
eritrosit + seftazidim 20% + UV, perlakuan 4 (P4) berisi eritrosit + seftazidim 30%
+ UV, dan perlakuan 5 (P5) berisi eritrosit + seftazidim 40% + UV. Hasil uji
Kruskal-Wallis pada penelitian ini diketahui bahwa terdapat perbedaan yang
bermakna pada berbagai kelompok (P < 0,05). Berdasarkan uji statistik tersebut
disimpulkan bahwa fotosensitiser seftazidim dapat mempengaruhi pembentukan
senyawa diena terkonjugasi pada eritrosit yang diinduksi UV.
Kata-kata kunci: Ultraviolet, seftazidim, fotosensitiser, peroksidasi lipid, senyawa
diena terkonjugasi.

PENDAHULUAN
Sinar ultraviolet (UV) merupakan salah satu sinar dengan daya radiasi yang
dapat bersifat letal atau menyebabkan kematian bagi mikroorganisme. Sinar
ultraviolet dapat memicu kerusakan oksidatif pada tingkat seluler melalui
mekanisme transfer energi dan transfer elektron. Kedua mekanisme ini
berhubungan erat dengan fotosensitiser.1
Fotosensitiser adalah agen penyebab fotosensitivitas. Reaksi fotosensitivitas
terbagi menjadi fototoksik dan fotoalergi. Fototoksik biasanya terjadi jika suatu
obat dalam konsentrasi tertentu menerima pajanan sinar matahari yang berlebihan
pada panjang gelombang radiasi adekuat. Sedangkan fotoalergi berhubungan
dengan hipersensitivitas tipe IV atau tipe lambat.2
Berdasarkan data yang diperoleh di RSUD Ulin Banjarmasin terutama pada
bagian Staf Medik Fungsional (SMF) Anak, antibiotika yang sering digunakan
adalah ampisilin, amikasin, gentamisin, meropenem, metronidazol, dan seftazidim.
Menurut Gill seftazidim adalah antibiotik yang bersifat fototoksik.2
Beberapa penelitian tentang kelompok antibiotika yang bersifat fototoksik
diantaranya menurut Rok yang menyatakan bahwa efek tetrasiklin dengan
konsentrasi tinggi disertai paparan UV dengan waktu lama mengakibatkan
penurunan viabilitas sel pada melanosit.3 Menurut Guidi terdapat perbandingan
reaksi fotosensitivitas karena pajanan UVA dari kelompok fluorokuinolon.4
Menurut Jung tes terhadap kelompok sulfonamid, yaitu sulfamethazin, sulfathiazol,
dan sulfamethoxazol menunjukan secara signifikan meningkatkan toksisitas akut
saat terpapar UVB.5
Mekanisme fototoksik terjadi ketika fototosensitiser diaktivasi oleh radiasi
UV sehingga elektronnya berada pada kondisi tereksitasi. Kondisi tersebut
memungkinkan fotosensitiser mentransfer energinya kepada oksigen di jaringan
dan membentuk oksigen singlet atau senyawa intermediet radikal bebas yang lain.
Fotosensitiser yang telah aktif atau tereksitasi akan bergabung ke dalam membran
sel dan menyebabkan kerusakan seluler salah satunya kerusakan lipid.1
Kerusakan lipid mengakibatkan terbentuknya peroksida. Kerusakan tersebut
dinamakan peroksidasi lipid yang selanjutnya dapat menyebabkan kerusakan
membran sel, salah satunya adalah membran eritrosit. Hal ini disebabkan
komponen utama membran sel adalah asam lemak tak jenuh ganda atau
polyunsaturated fatty acids (PUFA) yang pada pembentukkan awal mengalami
pemisahan sebuah atom hidrogen dari gugus metilena dan menghasilkan radikal
karbon pada PUFA. Radikal karbon distabilkan melalui suatu pengaturan ulang
ikatan rangkap menghasilkan pembentukan senyawa diena terkonjugasi. Senyawa
diena terkonjugasi adalah produk antara dari lipid yang teroksidasi. Senyawa diena
terkonjugasi dalam plasma mengindikasikan adanya kerusakan lipid.6,7,8
Berdasarkan penelitian sebelumnya, belum ada yang menyebutkan seberapa
besar kadar diena terkonjugasi yang terbentuk akibat kerusakan lipid di membran
eritrosit yang diinduksi oleh seftazidim sebagai fotosensitiser. Oleh karena itu
peneliti tertarik untuk meneliti tentang pembentukan senyawa diena terkonjugasi
pada eritosit yang diinduksi fotosensitiser seftazidim in vitro dan rumusan masalah
dalam penelitian ini adalah bagaimana pembentukan senyawa diena terkonjugasi
pada eritosit yang diinduksi fotosensitiser seftazidim in vitro?

KERANGKA TEORI
Sinar UV dibedakan menjadi tiga, yaitu UVA (380-315 nm), UVB (315-280
nm), dan UVC (280-100 nm). Sinar UV dapat memicu kerusakan oksidatif pada
tingkat seluler melalui mekanisme salah satunya transfer energi. Transfer energi
berkaitan erat dengan fotosensitiser. Fotosensitiser adalah agen fotosensitivitas
yang salah satu contohnya yaitu seftazidim. Sefatzidim yang diinduksi UV
mengakibatkan terjadinya absorbsi energi foton cahaya yang menyebabkan
terjadinya transisi elektron sehingga molekul sensitiser menjadi bentuk singlet.
Molekul ini kemudian menjadi bentuk triplet dengan melepaskan energinya kepada
molekul oksigen sehingga meghasilkan oksigen singlet yang bersifat reaktif atau
disebut SOR. Produk yang dihasilkan mengakibatkan terbentuknya peroksida atau
dinamakan peroksidasi lipid. Peroksidasi lipid selanjutnya dapat menyebabkan
kerusakan oksidatif membran sel, salah satunya adalah membran eritrosit. Hal ini
disebabkan komponen utama membran sel adalah PUFA yang pada pembentukan
awal mengalami pemisahan sebuah atom hidrogen oleh SOR yang berasal dari
reaksi fotosensitivitas. Reaksi ini selanjutnya menghasilkan radikal karbon pada
PUFA. Radikal karbon distabilkan melalui suatu pengaturan ulang ikatan rangkap
menghasilkan pembentukan diena terkonjugasi. Sehingga Adanya diena
terkonjugasi dalam plasma mengindikasikan adanya kerusakan lipid.1,7,8,9
METODE PENELITIAN
Pengujian menggunakan metode eksperimental murni (true experimental)
yang dilakukan secara in vitro yaitu untuk mengetahui pembentukan senyawa diena
terkonjugasi pada eritrosit yang diinduksi fotosensitiser seftazidim in vitro. Jumlah
pengulangan untuk setiap kelompok adalah empat kali.
Bahan yang digunakan yaitu seftazidim, PRC, chloroform, methanol,
aquadest, HCl, heptane, dan cyclohexane. Sedangkan alat yang digunakan yaitu
tabung reaksi kecil, klinipet (TRANSFERPETTE®), sentrifus (CENTURION®),
waterbath, spektrofotometer, rak tabung reaksi, neraca analitik
(GIBERTINI®E425-B), lampu UVC (Philips TUV 30 W/G30 T8 Made in
Holland), kuvet, dan tip.
Variabel bebas penelitian ini adalah konsentrasi seftazidim. Variabel terikat
penelitian ini adalah kadar senyawa diena terkonjugasi. Variabel pengganggu
penelitian ini adalah suhu, pH, tekanan, dan kualitas sampel.

HASIL DAN PEMBAHASAN


Penelitian tentang pembentukan senyawa diena terkonjugasi pada eritrosit yang
diinduksi fotosensitiser seftazidim in vitro telah dilaksanakan pada bulan Mei-
September 2017. Hasil pembentukan kadar senyawa diena terkonjug pada eritrosit
dapat dilihat pada diagram 1.
Diagram 1. Rerata Kadar Senyawa Diena Terkonjugasi pada Masing-Masing
Perlakuan
1.200
1.060
1.200
Kadar Senyawa Diena

1.000 0.840
Terkonjugasi (µM)

0.750
0.800 0.670

0.600
0.320
0.400
0.200
0.000
P0 P1 P2 P3 P4 P5
Kelompok
Data dianalisis secara statistik dengan bantuan program SPSS for Windows
versi 16.0 menggunakan uji normalitas yaitu uji Shapiro-Wilk (P > 0,05) sehingga
didapatkan hasil (P0 = 0,000; P1 = 0,001; P2 = 0,272; P3 = 0,001; P4 = 0,972; P5
= 0,062) yang berarti data tidak berdistribusi normal. Kemudian dilanjutkan uji
homogenitas yaitu uji Levene (P > 0,05) sehingga didapatkan hasil (P = 0,078) yang
berarti data berdistribusi homogen. Dari hasil tersebut, data selanjutnya diuji
Kruskal-Wallis (P < 0,05) sehingga didapatkan hasil (P = 0,001) yang berarti
terdapat perbedaan yang bermakna antara kadar senyawa diena terkonjugasi
antarkelompok.
Senyawa diena terkonjugasi menjadi salah satu parameter kerusakan
membran sel eritrosit akibat reaksi fotosensitivitas. Kadar senyawa diena
terkonjugasi dapat menggambarkan kerusakan membran sel eritrosit akibat reaksi
fotosensivitas pada setiap kelompok perlakuan. Semakin besar kadar senyawa diena
terkonjugasi, maka semakin besar pula kerusakan yang terjadi pada membran sel
eritrosit.8,9
Peroksidasi lipid selanjutnya dapat menyebabkan terjadinya kerusakan
membran sel eritrosit.7 Hal ini sesuai dengan penelitian Dwivedi dkk yang
menyebutkan bahwa antibiotika levofloksaksin dengan konsentrasi 25, 50, 100 µg
mL-1 yang dipajan UVA (7,92 J cm-2), UVB (3,24 J cm-2), dan sinar matahari (1
jam) menyebabkan penurunan viabilitas sel melalui mekanisme pembentukan SOR
yang menyebabkan peroksidasi lipid dengan hasil setiap konsentrasi secara
berurutan adalah 34,6%, 42,3% 52,7%; 25,7%, 37,7%, 47,4%; dan 22,8%, 32,6%,
42,6%.10 Pada penelitian Dwivedi dkk yang lain juga ada menyebutkan antibiotika
oflosaksin dengan konsentrasi 25, 50, 100 μg/ml yang dipajan UVA (1.5 dan 2,2
mW/cm2) selama 1 jam menyebabkan fotooksidasi dari membran lipid sehingga
terbentuk peroksidasi lipid yang menyebabkan apoptosis sel dengan hasil 20, 26,
33% dan 23, 32, 38%.11
SIMPULAN
Dari penelitian yang telah dilakukan dapat diambil simpulan bahwa
pembentukan senyawa diena terkonjugasi akan meningkat di membran sel eritrosit
jika fotosensitiser seftazidim diinduksi UV in vitro.

DAFTAR PUSTAKA
1. Suhartono E. Toksisitas oksigen reaktif dan antioksidan di bidang kedokteran
dan kesehatan. Edisi 1. Banjarbaru: Gosyen Publishing, 2016.
2. Gill L, Lim HW. Drug-induced photosensitivity. Cutaneous Drug Eruptions:
Diagnosis, Histopathology and Therapy. 2015; (10):107-121.
3. Rok J, Buszman E, Delijewski M, Otreba M, Beberok A, Wrzes´niok D. Effect
of tetracycline and UV radiation on melanization and antioxidant status of
melanocytes. J Photochem Photobiol B. 2015; 148: 168-173.
4. Guidi GD, Bracchitta G, Catalfo A. Photosensitization reactions of
fluoroquinolones and their biological consequences. Dipartimento di Scienze
Chimiche. 2011; 87: 1214–1229.
5. Jung J, Kim Y, Kim J, Jeong DH, Choi K. Environmental levels of ultraviolet
light potentiate the toxicity of sulfonamide antibiotics in Daphnia magna.
2008; 17: 37–45.
6. Eliyati N, Rachmawaty E, Puspita D, Suhartono E. Model peroksidasi lipid dan
kerusakan membran eritrosit akibat pajanan organofosfat in vitro. JKM. 2010;
10 (1): 24-29.
7. Heryani. Aktivitas fraksi polifenol buah delima (Punica granatum L.) terhadap
peroksidasi lipid darah tikus yang diinduksi parasetamol [skripsi]. Bogor:
Departemen Biokimia Fakultas Matematika Dan Ilmu Pengetahuan Alam
Institut Pertanian Bogor; 2010.
8. Yuliatmoko W, Zakaria F, Kusnandar F. Efek konsumsi minuman bubuk kakao
lindak bebas lemak terhadap aktivitas antioksidan flavonoid pada plasma
manusia. Jurnal Matematika Sains Teknologi. 2008; 9 (2): 102-113.
9. Ayala A, Munoz M, Arguelles S. Lipid peroxidation: production, metabolism,
and signaling mechanisms of malondialdehyde and 4-Hydroxy-2-Nonenal.
Oxid Med Cell Longev. 2014; 1: 1-32.
10. Dwivedi A, Mutjaba SF, Kushwaha HN, Ali D, Yadav N, Singh SK, et al.
Photosensitizing mechanism and identification of levofloxacin photoproducts
at ambient UV radiation. Photochem Photobiol. 2012; 88: 344-355.
11. Dwivedi A, Mutjaba SF, Yadav N, Kushwaha HN, Amar SK, Singh SK, et al.
Cellular and molecular mechanism of ofloxacin induced apoptotic cell death
under ambient UV-A and sunlight exposure. Free Radical Res. 2014; 48(3):
333-346.
UCAPAN TERIMA KASIH
Puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah memberikan rahmat-Nya
sehingga penulis dapat menyelesaikan karya tulis ilmiah ini tepat pada waktunya.
Salawat dan salam tak lupa pula penulis panjatkan kepada Nabi Muhammad SAW,
keluarga, sahabat, kerabat, dan pengikut Beliau hingga akhir zaman.
Dalam kesempatan ini penulis mengucapkan terima kasih kepada:
1. Dekan Fakultas Kedokteran Prof. Dr. dr. H. Zairin Noor Helmi, Sp.OT(K).
SPINE, M.M., FICS yang telah memberi kesempatan dan fasilitas dalam
pelaksanaan penelitian.
2. Ketua program studi pendidikan dokter dr. Lena Rosida, M.Kes yang telah
memberi kesempatan dan fasilitas dalam pelaksanaan penelitian.
3. Kedua pembimbing, Dr. Eko Suhartono, Drs, M.Si dan dr. Edyson, M.Kes,
yang berkenan memberikan saran dan arahan dalam penyelesaian karya tulis
ilmiah ini.
4. Kedua dosen penguji, Dr. Erida Wydiamala, drh, M.Kes dan dr. Agung
Biworo, M.Kes yang memberi kritik dan saran sehingga karya tulis ilmiah ini
menjadi semakin baik.
5. Kedua orang tua, keluarga, dan teman-teman yang telah memberikan dukungan
dan doa sehingga karya tulis ilmiah ini dapat diselesaikan tepat waktu.

TENTANG PENULIS
Muhammad Rifqi Alfiannoor, Mahasiswa, Fakultas Kedokteran Universitas
Lambung Mangkurat, Banjarmasin, Program Sarjana Pendidikan Dokter (S1),
Biokimia.

Anda mungkin juga menyukai