Anda di halaman 1dari 9

FIBER CONCRETE (BETON SERAT)

Disusunoleh :

Reza Valentina Febrianti 01.2018.1.05647


Umi Kalsum A. Suneth 01.2018.1.05821

INSTITUT TEKNOLOGI ADHITAMA SURABAYA


JURUSAN TEKNIK SIPIL
2019/2020
BAB I
PENDAHULUAN

1.1. Latar belakang


Pemakaian bahan beton untuk sistem-sestem kontruksi sudah banyak dan
umum kita temui. Beton sederhana terbentuk oleh pengerasan campuran semen,
air, agregat halus, agregat kasar, udara, dan dapat pula diberi campuran tambahan
lainya. Campuran yang masih plastis ini dicor kedalam acuan dan dirawat agar
mempercepat reaksi hidrasi campuran semen air, yang menyebabkan pengerasab
beton secara lebih sempurna. Bahan yang terbentuk ini mempunyai kekuatan tekan
yang tinggi, mudah dibentuk menggunakan cetakan menurut keinginan. Kemudian
dengan cara menempatkan campuran yang masih basah kedalam cetakan, sampai
terjadi proses pengerasan beton. Dibalik kelebihan-kelebihan terutama kekuatan
tekan yang dimiliki beton, beton juga memiliki kelemahan antara lain ; kekuatan
tarik dan lentur yang sangat rendah, mempunyai sifat britle (getas) terutama pada
beton mutu tinggi, sehingga perlu diadakan upaya- upaya untuk memperbaiki sifat
fisik beton yang dapat meningkatkan kemampuannya secara mekanik.
Penggunaan serat (fiber) dalam campuran betn adalah salah satu solusinya,
dimana penambahan fiber dalam campuran beton yang disebar secara merata dapat
mengurangi terjadinya retakan didaerah tarik beton akibat pengaruh pembebanan.
Secara umum “Fiber Concrate” adalah beton yang dibuat dari campuran semen,
agregat halus, agregat kasar, air dan sejumlah fiber yang disebar secara merata
didalam adukan.

1.2. Rumusan masalah


1. Pengertian fiber concrete
2. Perbedaan fiber concrete dan beton biasa
3. Study kasus fiber concrete
BAB II

PEMBAHASAN

A. Fiber Concrate (Beton Serat)


2.1. Pengertian Beton Fiber Concrate
Beton merupakan batu buatan yang memiliki kuat tekan cukup tinggi, dibuat
dari campuran semen, pasir, kerikil dan ai. Perbaikan kualitas serta sifat beton dapat
dilakukan dengan berbagai cara antara lain dengan mengganti maupun menambah
material pokok semen dan agregat, sehingga dihasilkan beton dengan sifat-sifat
spesifik seperti beton ringan, beton berat, beton tahan bahan kimia tertentu dan
sebagainya. Beton serat (fiber 3oncrete) merupakan modifikasi beton konvensional
dengan menambahkan serat pada adukannya. Serat yang digunakan dapat dibuat
dari berbagai jenis bahan antara lain kawat, plastic, limbah kain dan juga bamboo.
Beton serat didefinisikan sebagai beton yang terbuat dari campuran semen,
agregat halus, agregat kasar dan sejumlah kecil serat atau fibre (ACI Cocommitte
544, 1982). Bahan-bahan serat yang dapat digunakan untuk perbaikan sifat beton
pada beton serat antara lain baja, plastic, kaca, karbon serta serat dari bahan alami
seperti ijuk, rami maupun serat dari tumbuhan (ACI, 1982)

2.2.Teori Mekanisme Kerja Serat Beton.


Adapun teori-teori yang terdapat pada (Soroushian, 1987).
a. Spacing concept
Teori ini menyatakan jarak antar serat dalam campuran beton, akan membuat
beton lebih mampu membatasi ukuran retak dan mencegah berkembangnya
retak menjadi lebih besar. Kerja serat lebih efektif jika diletakkan berjajar dan
seragam tidak tumpang tindih (overlapping). Pada kondisi sebenarnya,
penyebaran serat sulit untuk dibuat berarturan dan saling menindih, sehingga
volume efektif potongan serat hanya dapat dianggap 41% dari voume
sebenarnya.
b. Composite material concept
Konsep teori ini untuk memperkirakan kuat tarik dan lentur beton, dengan
asumsi bahan penyusun beton saling melekat sempurna, dengan
memperkirakan kekuatan material komposit saat timbul retak pertama (first
crack strength)
2.3. Hal-hal Yang Perlu Diperhatikan
Pada beton serat, hal-hal yang perlu mendapatkan perhatian adalah:
a. Kelecakan adukan beton
Penambahan serat ke beton akan menurunkan kelecakan campuran, yang
dipengaruhi oleh:
- Aspek rasio (fiber aspect ratio)
- Prosen jumlah serat (fiber volume friction)
- Teknik pencampuran serat (fiber dispersion)

B. Perbedaan Beton Biasa Dan Beton Fiber Concrate


2.4. Perbandingan antara beton biasa dan beton fiber concrete dari berbagai faktor :
a. Beton fiber concrete
Bersifat daktilitas. Daktalitas yaitu kemampuan struktur atau komponennya
untuk melakukan deformasi inelastic bolak-baik berulang diluar batas titik leleh
pertama, sambil mempertahankan sejumlah besar kemampuan daya dukung
bebannya (SNI 03-1729-2002)
b. Beton biasa
Bersifat rangkak (Creep) dalam jangka panjang. Rangkak adalah deformasi
permanen akibat beban tetap yang bekerja. Rangkak timbul dengan intensitas
yang semakin berkurang untuk selang waktu tertentu dan akan berakhir setelah
beberapa tahun berjalan. Umumnya rangkak tidak mengakibatkan dampak
langsung terhadap kekuatan struktur, tetapi akan mengakibatkan timbulnya
redistribusi tegangan pada beban kerja dan kemudian mengakibatkan lendutan
(defleksi).
c. Penambahan serat baja pada beton fiber concrete dapat meningkatkan kuat
kokoh tekan pada beton, walaupun peningkatan tidak terlalu signifikan. Jadi
beton fiber concrete lebih kuat dari beton biasa.
d. Beton fiber concrete lebih kuat dan ramah lingkungan dari beton biasa. Karena
menggunakan limbah maupun serat alami.
e. Beton fiber merupakan beton yang ditambahkan serat kedalam campurannya.
Sedangkan beton biasa tentunya tidak menggunakan unsure serat dalam
pembuatannya.

C. Study Kasus Beton Fiber Concrate


2.5. Metode Eksperimen (Benda uji dan pengujian dasar)
Material dasar penyusun benda uji yang dipakai dalam penelitian ini berupa
semen Portland tipe I, agregat kasar, agregat halus dan air telah mengalami
pengujian untuk memenuhi standart sesuai SK SNI T-1990_03 sehingga material
dasar tersebut layak untuk digunakan sebagai bahan penyusun beton.
Proporsi campuran beton per m3 yang digunakan dalam penelitian ini adalah
sebagai berikut :
a. Semen Portland Normal seberat 345,45 kg.
b. Agregat kasar seberat 1066,93 kg.
c. Agregat halus seberat 772,61 kg.
d. Air seberat 190 kg.

Benda uji yang dipakai dalam penelitian ini yang digunakan antara panjang serta
presentase besar serta dapat dilihat pada tabel I.

Benda uji yang digunakan menggunakan dimensi silinder dengan ukuran


diameter 150 mm dan tinggi 300 mm. setiap pembuatan benda uji dilakukan dengan
pengecoran sebanyak 3 layer dengan dilakukan pemadatan menggunakan alat getar
dengan komposisi getaran:

- Layer pertama digetarkan selama 3 detik


- Layer kedua digetarkan selama 5 detik
- Dan layer ketiga selama 5 detik

Sehari setelah pengecoran dilakukan maka benda uji mengalami perawatan (curing)
selama 28 hari untuk kemudian dilakukan uji. Adapun uji yang dilakukan dalam
penelitian ini dapat terlihat pada tabel II.
2.6. Water Permeability Test
Setelah dilakukan curring selama 28 hari kemudian benda uji di lap sehingga
dalam kondisi SSD serta penampang benda uji pada bagian atas dan bawah
dikasarkan dengan diameter 10 cm. Benda uji tersebut kemudian dilapisi dengan
aspal pada sekelilingnya dan dimasukkan kedalam alat uji water permeability.
Pemberian tekanan yang seragam dilakukan pada semua benda uji yaitu 7 bar
selama 24 jam. Perhitungan untuk menentukan tingkat permeabilitas dari benda uji
dapat dilakukan dengan menggunakan asumsi bahwa air yang masuk pada system
alat uji tersebut adalah kontinus dan laminar sehingga hukum Darcy dapat
digunakan (Aldea, 1999). Oleh karena air yang mengalir adalah kontinus maka
jumla air yang keluar dari pipet outputnya dapat dihitung sebagai berikut :

𝐝𝐡
𝐝𝐕 = 𝐀′ ( )
𝐝𝐭
Dengan :
A = luas penampang dari pipet output alat uji
h = beda tinggi air yang terjadi antara air pada pipet dan air yang dimasukkan
t = waktu yang dibutuhkan untuk melalui alat uji tersebut.
Dengan Hukum Darcy diperoleh perhitungan sebagai berikut :
𝐡
𝐐 = 𝐤 .𝐀( )
𝐈
Dengan :
Q = aliran air yang melewati sample (cm3/detik)
k = koefisien permeability (cm/detik)
A = luas penampang sample (cm2)
h = ketinggian permukaan air yang konstan (cm)
I = ketebalan sample yang dialiri air (cm)
Dengan demikian akan diperoleh nilai permeabilitas (k) dari tiap sample dari
formula tersebut diatas.

2.7. Hasil dan Diskusi


Dari gambar grafik hasil pengujian nilai slump yang dilakukan (Gambar 1)
maka terlihat bahwa semakin tinggi kadar serat yang digunakan dalam
campuran beton maka semakin kecil (turun) nilai slumpnya sehingga akan
semakin berkurangnya tingkat kemudahan dalam pengerjaan. Dengan demikian
presentase penambahan pasta semen semakin meningkat tanpa dikuatirkan
terjadinya segregasi pada beton.
Dari gambar 2 yang merupakan grafik hubungan antara nilai koefisien
permeabilitas beton dan penambahan serat beton terlihat bahwa nilai koefisien
permeabilitas beton akan semakin naik dengan semakin besarnya presentase
penambahan serat baja pada campuran beton. Dan pertambahan nilai
permeabilitas akan lebih dari 5% setiap 1% penambahan serat baja dengan
panjang 20 mm (ratio l/d=40) akan bertambah nilai permeabilitasnya lebih dari
100%, sedangkan untuk 1% penambahan serat baja dengan panjang 60 mm
(ratio l/d = 60) akan bertambah nilai permeabilitasnya lebih dari 200%.
Ratio serat yang dipakai dalam campuran beton juga sangat
berpengaruh terhadap karakteristik dasar betonnya bahwa semakin besar ratio
serat baja yang digunakan akan menyebabkan semakin besarnya nilai
permeabilitas beton. Nilai permeabilita beton akan bertambah secara signifikan
setiap penambahan presentase serat baja dan ratio serta baja. Dengan semakin
menurunnya nilai slump dan semakin besarnya nilai permeabilitas beton akibat
penambahan serat baja maka beton yang dihasilkan akan bersifat porous.
Dengan demikian penambahan serat baja pada campuran beton akan
menghasilkan tingkat porositas beton semakin besar walaupun dilain pihak
akan meningkatkan nilai keliatan dan kuat tarik betonnya.
Jadi dapat disimpulkan dari penelitian tersebut bahwa:
1. Peningkatan ratio dan presentase serta baja yang dicampurkan kedalam
beton akan meningkatkan permeabilitas betonnya serta menurunkan tingkat
kelecekan campuran beton.
2. Meningkatnya nilai permeabilitas beton akibat peningkatan ratio dan
presentase serat baja adalah tidak linier
DAFTAR PUSTAKA

http://eprints.ums.ac.id/23999/2/3._BAB_1.pdf

http://jurnalteknik.janabadra.ac.id/wp-content/uploads/2012/01/4.-MUDJI-
SUHARDIMAN-Bambu-Ori.pdf

https://www.builder.id/mengenal-beton-fiber-atau-beton-serat-manfaat-dan-
penggunaannya/

http://www-tekniksipil.blogspot.com/2015/02/keunggulan-beton-serat.html?m=1

https://scholar.google.com/scholar?hl=in-ID&oe=utf-
8&gcc=id&ctzn=Asia/Jakarta&ctf=1&v=7.10.35.21.arm&fheit=0&biw=360&bih=64
0&padt=200&padb=640&ntyp=15&ram_mb=1877&gs_lp=EhBxc2ItYW5kcm9pZC
1hc2JsGgQQABgAIhcjIyMjIyMjIyMjIyMjIyMjIyMjIyMjI0AASPNtUI0iWPFpYBh
oF3ABeACAAQCIAReQAQCYAcQCoAGwHqoBCDBqMjJqMGoxsAEAuAEDyA
EA0gFLampqampqampqajBqMWoxamoxMzdqampqMGpqMWoyajBqMjBqMGow
ajBqMGpqMGpqampqampqamowajBqMGowajBqamowajBqMGow-
AEBkAIBmAIXoAKQIqgCA7ACAbgCAMICCRAjGOoCGCcoAcICBBBjKAPCA
gQQVCgDwgIGECMYJygBwgIEEGEoA8ICBBAAKAHCAgQQLigBwgIGEAAY
QygBwgIHEAAYgwEoAcICCBAAGBYYHigBwgIKECEYFhgdGB4oAcICBhAhG
BUoAcICBxAhGKABKAHSAgstSFI2WDdiMk9ac-
ACAOgCAPACAPgCAIADAIgDAJADgQGYAy6gA-
QCugMZEgYQABgAIgAw2ui6u_v_____ATgAUABYAA&ampcct=23&client=ms-
android-vivo&wf=pp1&um=1&ie=UTF-
8&lr&q=related:anxyG6iBn0wuqM:scholar.google.com/

Anda mungkin juga menyukai