Anda di halaman 1dari 15
GUBERNUR ACEH PERATURAN GUBERNUR ACEH NOMOR 09. TAHUN 2019 TENTANG RINCIAN TUGAS DAN FUNGSI PEMANGKU JABATAN KEPALA BIDANG, STAF PENDUKUNG DAN TENAGA TEKNIS TIDAK TETAP DI LINGKUNGAN BADAN REINTEGRASI ACEH DAN SATUAN PELAKSANA BADAN REINTEGRASI ACEH KABUPATEN/KOTA. DENGAN RAHMAT ALLAH YANG MAHA KUASA GUBERNUR ACEH, Menimbang: a. bahwa untuk melaksanakan ketentuan Pasal 52 ayat (1) Qanun Mengingat : Aceh Nomor 6 Tahun 2015 tentang Badan Reintegrasi Aceh, perlu menyusun rincian tugas dan fungsi pemangku jabatan Kepala Bidang, Staf Pendukung dan Tenaga Teknis Tidak Tetap di lingkungan Badan Reintegrasi Aceh dan Satuan Pelaksana Badan Reintegrasi Aceh Kabupaten /Kota; bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksud dalam huruf a, perlu menetapkan Peraturan Gubernur Aceh tentang Rincian Tugas dan Fungsi Pemangku Jabatan Kepala Bidang, Staf Pendukung dan Tenaga Teknis Tidak Tetap di Lingkungan Badan Reintegrasi Aceh dan Satuan Pelaksana Badan Reintegrasi Aceh Kabupaten /Kota; Undang-Undang Nomor 24 Tahun 1956 tentang Pembentukan Daerah Otonom Propinsi Atjeéh dan Perubahan Peraturan Pembentukan Propinsi Sumatera Utara (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1956 Nomor 64, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 1103); Undang-Undang Nomor 44 Tahun 1999 tentang Penyelenggaraan Keistimewaan Propinsi Daerah Istimewa Aceh (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1999, Nomor 172 Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3893); Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2003 tentang Keuangan Negara (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2003 Nomor 47, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4286); Undang-Undang Nomor 11 Tahun 2006 tentang Pemerintahan ” Aceh (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2006 Nomor 62, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4633); Undang-Undang Nomor 11 Tahun 2009 tentang Kesejahteraan Sosial (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2009 Nomor 12, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4967); Undang-Undang Nomor 7 Tahun 2012 tentang Penanganan Konflik Sosial (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2012 Nomor 116, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5315); 7. Undang ... 10. 12. . Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2014 tentang Pemerintahan Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2014 Nomor 244, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5587) sebagaimana telah diubah beberapa kali terakhir dengan Undang-Undang Nomor 9 Tahun 2015 tentang Perubahan Kedua Atas Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2014 tentang Pemerintahan Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2015 Nomor 58, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5679); . Peraturan Pemerintah Nomor 2 Tahun 2015 tentang Peraturan Pelaksanaan Undang-Undang Nomor 7 Tahun 2012 tentang Penanganan Konflik Sosial (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2015 Nomor 25, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5658); . Instruksi Presiden Nomor 15 Tahun 2005 tentang Pelaksanaan Nota Kesepahaman antara Pemerintah Republik Indonesia dan Gerakan Aceh Merdeka; Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 13 Tahun 2006 tentang Pedoman Pengelolaan Keuangan Daerah sebagaimana telah diubah beberapa kali terakhir dengan Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 21 Tahun 2011 tentang Perubahan Kedua Atas Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 13 Tahun 2006 tentang Pedoman Pengelolaan Keuangan Daerah (Berita Negara Republik Indonesia Tahun 2011 Nomor 310); .Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 95 Tahun 2016 tentang Perangkat Daerah Aceh (Berita Negara Republik Indonesia Tahun 2016 Nomor 1774); Qanun Aceh Nomor 1 Tahun 2008 tentang Pengelolaan Keuangan Aceh (Lembaran Daerah Aceh Tahun 2008 Nomor 01, Tambahan Lembaran Daerah Aceh Nomor 11) Sebagaimana Telah Di ubah Dengan Qanun Aceh Nomor 10 Tahun 2014 tentang Perubahan Atas Qanun Aceh Nomor 1 Tahun 2008 tentang Pengelolaan Keuangan Aceh (Lembaran Aceh Tahun 2014 Nomor 11 Tambahan Lembaran Aceh Nomor 70); .Qanun Aceh Nomor 11 Tahun 2013 tentang Kesejahteraan Sosial (Lembaran Aceh Tahun 2013 Nomor 11, Tambahan Lembaran Aceh Nomor 55); - Qanun Aceh Nomor 6 Tahun 2015 tentang Badan Reintegrasi Aceh (Lembaran Aceh Tahun 2015 Nomor 6, Tambahan Lembaran Aceh Nomor 74); -Qanun Aceh Nomor 13 Tahun 2016 tentang Pembentukan dan Susunan Perangkat Aceh (Lembaran Aceh Tahun 2016 Nomor 16, Tambahan Lembaran Aceh Nomor 87); .Peraturan Gubernur Aceh Nomor 138 Tahun 2016 tentang Kedudukan, Susunan Organisasi, Tugas, Fungsi dan Tata Kerja Sekretariat Badan Reintegrasi Aceh (Berita Daerah Aceh Tahun 2016 Nomor 140); MEMUTUSKAN ... MEMUTUSKAN: Menetapkan : PERATURAN GUBERNUR TENTANG RINCIAN TUGAS DAN FUNGSI PEMANGKU JABATAN KEPALA BIDANG, STAF PENDUKUNG DAN TENAGA TEKNIS TIDAK TETAP DI LINGKUNGAN BADAN REINTEGRASI ACEH DAN SATUAN PELAKSANA BADAN REINTEGRASI ACEH KABUPATEN/KOTA. BABI KETENTUAN UMUM Pasal 1 Dalam Peraturan Gubernur ini yang dimaksud dengan: 1. Memorandum of Understanding Between the Government of the Republic of Indonesia And The Free Aceh Movement yang selanjutnya disebut MoU Helsinki adalah Nota Kesepahaman Antara Pemerintah Republik Indonesia dan Gerakan Aceh Merdeka yang ditandatangani pada tanggal 15 Agustus 2005 di Helsinki, Finlandia. 2. Pemerintah Pusat yang selanjutnya disebut Pemerintah adalah Presiden Republik Indonesia yang memegang kekuasaan pemerintahan Negara Republik Indonesia sebagaimana dimaksud dalam Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945. 3. Aceh adalah daerah provinsi yang merupakan kesatuan masyarakat hukum yang bersifat istimewa dan diberi kewenangan khusus untuk mengatur dan mengurus sendiri urusan pemerintahan dan kepentingan masyarakat setempat sesuai dengan peraturan perundang-undangan dalam sistem dan prinsip Negara Kesatuan Republik Indonesia Tahun 1945, yang dipimpin oleh seorang Gubernur. 4. Kabupaten/Kota adalah bagian dari daerah provinsi sebagai suatu kesatuan masyarakat hukum yang diberi kewenangan Khusus untuk mengatur dan mengurus sendiri urusan pemerintahan dan kepentingan masyarakat setempat sesuai dengan peraturan perundang-undangan dalam sistem dan prinsip Negara Kesatuan Republik Indonesia berdasarkan Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945, yang dipimpin oleh seorang bupati/walikota. 5. Pemerintah Aceh adalah unsur penyelenggaraan Pemerintahan Aceh yang terdiri atas Gubernur dan Perangkat Daerah Aceh. 6. Gubernur adalah Kepala Pemerintahan Aceh yang dipilin melalui proses demokratis yang dilakukan berdasarkan azas langsung, umum, bebas, rahasia, jujur dan adil. 7. Satuan Kerja Perangkat Aceh yang selanjutnya disingkat SKPA adalah unsur pembantu Gubernur dalam penyelenggaraan Pemerintah Aceh yang terdiri atas Sekretariat Daerah, Sekretariat DPRA, Dinas, Badan dan Sekretariat Lembaga Keistimewaan Aceh. 8. Penguatan ... 4 8. Penguatan Perdamaian adalah suatu upaya sistematis dan berkesinambungan dalam membangun sebuah kondisi aman, nyaman dan tentram yang diharapkan masyarakat untuk memenuhi hak dasar di bidang ekonomi, politik dan sosial budaya untuk kesejahteraan masyarakat Aceh. 9. Reintegrasi adalah pengembalian mantan pasukan Gerakan Aceh Merdeka, tahanan politik yang memperoleh amnesti serta masyarakat yang terkena dampak konflik ke dalam masyarakat melalui perbaikan ekonomi, sosial, dan rehabilitasi, serta penyediaan lahan pertanian dan pekerjaan, atau jaminan sosial yang layak dari pemerintah Aceh apabila tidak mampu bekerja sesuai dengan point MoU Helsinki. 10. Badan Reintegrasi Aceh yang selanjutnya disingkat BRA adalah Badan yang melaksanakan program dan kegiatan Reintegrasi dan Usaha Penguatan Perdamaian Aceh. . Satuan Pelaksana Badan Reintegrasi Aceh Kabupaten/Kota yang selanjutnya disebut Satpel BRA Kabupaten/Kota adalah Satuan Pelaksana Badan Reintegrasi Aceh di Kabupaten/Kota. 12. Bidang adalah bidang pada Badan Reintegrasi Aceh. 13.Kepala Bidang adalah Kepala Bidang pada Badan Reintegrasi Aceh. 14.Staf Pendukung adalah staf pendukung pada Bidang-bidang Badan Reintegrasi Aceh dan Satuan Pelaksana Badan Reintegrasi Aceh Kabupaten /kota. 15. Tenaga Teknis Tidak Tetap adalah tenaga teknis tidak tetap pada Badan Reintegrasi Aceh. 1 BAB II PENETAPAN Pasal 2 Dengan Peraturan Gubernur ini ditetapkan Rincian Tugas dan Fungsi Pemangku Jabatan Kepala Bidang, Staf Pendukung dan Tenaga Teknis Tidak Tetap di Lingkungan BRA dan Satpel BRA Kabupaten/Kota. BAB III TUGAS DAN FUNGSI Bagian Kesatu Kepala Bidang Paragraf 1 Kepala Bidang Politik, Hukum dan Pendidikan Damai (Peace Education) Pasal 3 (1) Kepala Bidang Politik, Hukum dan Pendidikan Damai (Peace Education) mempunyai tugas melaksanakan dan mempersiapkan bahan kebijakan politik, hukum dan pendidikan damai sesuai dengan Implementasi MoU Helsinki dan Instruksi Presiden Nomor 15 Tahun 2005 tentang Pelaksanaan Nota Kesepahaman antara Pemerintah Republik Indonesia dan Gerakan Aceh Merdeka. (2) Untuk ... (2) (2) (1) (2) 5 Untuk menyelenggarakan tugas sebagaimana dimaksud pada ayat (1), Kepala Bidang Politik, Hukum dan Pendidikan Damai (Peace Education) mempunyai fungsi: a. penyusunan rencana analisa kebijakan politik, hukum dan pendidikan damai; b. penyelenggaraan pengembangan analisa kebijakan politik hukum dan pendidikan damai; c. pelaksanaan kerjasama di bidang politik hukum dan pendidikan damai; d. pelaksanaan implementasi MoU Helsinki bidang politik, hukum dan pendidikan damai (Peace Education); dan e. pelaksanaan tugas kedinasan lainnya yang diberikan oleh Direktur Analisa Kebijakan. Paragraf 2 Kepala Bidang Ekonomi, Sosial dan Budaya Pasal 4 Kepala Bidang Ekonomi, Sosial dan Budaya mempunyai tugas melaksanakan dan mempersiapkan bahan kebijakan terhadap bidang ekonomi, sosial dan budaya sesuai dengan Implementasi MoU Helsinki dan Instruksi Presiden Nomor 15 Tahun 2005 tentang Pelaksanaan Nota Kesepahaman antara Pemerintah Republik Indonesia dan Gerakan Aceh Merdeka. Untuk menyelenggarakan tugas sebagaimana dimaksud pada ayat (1) Kepala Bidang Ekonomi, Sosial dan Budaya mempunyai fungsi: a. penyusunan rencana analisa kebijakan bidang ekonomi, sosial dan budaya; b. penyelenggaraan dan pengembangan analisa kebijakan bidang ekonomi, sosial dan budaya; c. pelaksanaan kerjasama di bidang ekonomi, sosial dan budaya; d. pelaksanaan implementasi MoU Helsinki bidang ekonomi, sosial dan budaya; dan e. pelaksanaan tugas kedinasan lainnya yang diberikan oleh Direktur Analisa Kebijakan. Paragraf 3 Kepala Bidang Mediasi dan Kerjasama Pasal 5 Kepala Bidang Mediasi dan Kerjasama mempunyai tugas melaksanakan dan mempersiapkan bahan kajian mediasi dan kerjasama strategis dalam pengimplementasian kebijakan reintegrasi_ sesuai dengan Implementasi MoU Helsinki dan Instruksi Presiden Nomor 15 Tahun 2005 tentang Pelaksanaan Nota Kesepahaman antara Pemerintah Republik Indonesia dan Gerakan Aceh Merdeka. Untuk menyelenggarakan tugas sebagaimana dimaksud pada ayat (1) Kepala Bidang Mediasi dan Kerjasama mempunyai fungsi: a. pelaksanaan. ... 6 a. pelaksanaan penyiapan kajian mediasi dan kerjasama dalam pengimplementasian kebijakan reintegrasi; b. pelaksanaan penyiapan bahan fasilitasi mediasi dan kerjasama dalam pengimplementasian kebijakan reintegrasi; c. pelaksanaan penyiapan bahan perumusan strategi mediasi dan kerjasama dalam pengimplementasian _kebijakan reintegrasi; dan d. pelaksanaan tugas kedinasan lainnya yang diberikan oleh Direktur Kajian Strategis. Paragraf 4 Kepala Bidang Pengarusutamaan Perdamaian Pasal 6 (1) Kepala Bidang Pengarusutamaan Perdamaian mempunyai tugas melaksanakan dan mempersiapkan bahan kajian dan kerjasama bidang pengarusutamaan perdamaian dalam pengimplementasian kebijakan reintegrasi sesuai dengan Implementasi MoU Helsinki dan Instruksi Presiden Nomor 15 Tahun 2005 tentang pelaksanaan Nota Kesepahaman antara Pemerintah Republik Indonesia dan Gerakan Aceh Merdeka. (2) Untuk menyelenggarakan tugas sebagaimana dimaksud pada ayat (1) Kepala Bidang Pengarusutamaan Perdamaian mempunyai fungsi: a, pelaksanaan kajian strategis dalam pengimplementasian kebijakan reintegrasi dan pengarusutamaan perdamaian; b. pelaksanaan penyiapan bahan fasilitasi kerjasama dalam pengimplementasian —kebijakan _—reintegrasi_ = dan pengarusutamaan perdamaian; c. pelaksanaan penyiapan bahan perumusan _ strategi pengarusutamaan penguatan perdamaian dalam program pembangunan Aceh; dan d. pelaksanaan tugas kedinasan lainnya yang diberikan oleh Direktur Kajian Strategis. Paragraf 5 Kepala Bidang Data Base Pasal 7 (1) Kepala Bidang Data Base mempunyai tugas melaksanakan dan mempersiapkan bahan penyusunan data base terhadap pengaduan dan perselisihan penyelesaian permasalahan dalam Implementasi MoU Helsinki dan Instruksi Presiden Nomor 15 Tahun 2005 tentang Pelaksanaan Nota Kesepahaman antara Pemerintah Republik Indonesia dan Gerakan Aceh Merdeka. (2) Untuk menyelenggarakan tugas sebagaimana dimaksud pada ayat (1), Kepala Bidang Data Base mempunyai fungsi: a. pelaksanaan penyusunan data base mantan pasukan gerakan aceh merdeka, tahanan dan narapidana politik yang memperoleh amnesti serta masyarakat yang terkena dampak konflik; b. pelaksanaan ... b. pelaksanaan verifikasi dan validasi data mantan pasukan gerakan aceh merdeka, tahanan dan narapidana politik yang memperoleh amnesti serta masyarakat yang terkena dampak konflik; c. pelaksanaan pengelolaan sistem data base dan pengolahan data base; d. pelaksanaan penyusunan laporan pengelolalaan data base; dan e. pelaksanaan tugas kedinasan lainnya yang diberikan oleh Direktur Penyelesaian Pengaduan dan Perselisihan. Paragraf 6 Kepala Bidang Pelayanan Pengaduan dan Penyelesaian Perselisihan Pasal 8 (1) Kepala Bidang Pelayanan Pengaduan dan Penyelesaian Perselisihan mempunyai tugas _melaksanakan dan mempersiapkan bahan penerimaan pengaduan dan mermfasilitasi penyelesaian permasalahan dalam Implementasi MoU Helsinki dan Instruksi Presiden Nomor 15 Tahun 2005 tentang Pelaksanaan Nota Kesepahaman antara Pemerintah Republik Indonesia dan Gerakan Aceh Merdeka. (2) Untuk menyelenggarakan tugas sebagaimana dimaksud pada ayat (1), Kepala Bidang Pelayanan Pengaduan dan Penyelesaian Perselisinan mempunyai fungsi: a. pelaksanaan penyiapan bahan fasilitasi pembentukan komisi pelayanan pengaduan dan penyelesaian perselisihan masalah sesuai dengan MoU Helsinki; b. penyiapan sarana dan prasarana penerimaan pengaduan dan pelaksanaan fasilitasi pelayanan pengaduan dan penyelesaian perselisihan; c. pelaksanaan penyiapan bahan rekomendasi untuk pelayanan pengaduan dan penyelesaian perselisinan masalah dalam pelaksanaan Implementasi MoU Helsinki dan Instruksi Presiden Nomor 15 Tahun 2005 tentang Pelaksanaan Nota Kesepahaman antara pemerintah Republik Indonesia dan Gerakan Aceh Merdeka; dan d. pelaksanaan tugas kedinasan lainnya yang diberikan oleh Direktur Penyelesaian Pengaduan dan Perselisihan. Paragraf 7 Kepala Bidang Pengembangan Kapasitas Kelembagaan Pasal 9 (1) Kepala Bidang Pengembangan Kapasitas _Kelembagaan mempunyai tugas melaksanakan dan mempersiapkan bahan pengembangan sistem dan evaluasi, sumber daya manusia, dan potensi kelembagaan Satpel BRA Kabupaten/Kota sesuai dengan Implementasi MoU Helsinki dan Instruksi Presiden Nomor 15 Tahun 2005 tentang pelaksanaan Nota Kesepahaman antara Pemerintah Republik Indonesia dan Gerakan Aceh Merdeka. (2) Untuk... 8 (2) Untuk menyelenggarakan tugas sebagaimana dimaksud pada ayat (1) Kepala Bidang Pengembangan Kapasitas Kelembangaan mempunyai fung: a. pelaksanaan penyiapan bahan pengembangan sistem dan potensi kelembagaan Satpel BRA Kabupaten/Kota; b. pelaksanaan penyiapan bahan sumber daya manusia dan potensi dalam pelaksanaan reintegrasi dan penguatan perdamaian; dan c. pelaksanaan tugas kedinasan lainnya yang diberikan oleh Direktur Pengembangan Kapasitas Kelembagaan. Paragraf 8 Kepala Bidang Monitoring dan Evaluasi Kelembagaan Pasal 10 (1) Kepala Bidang Monitoring dan Evaluasi Kelembagaan mempunyai tugas melaksanakan dan mempersiapkan bahan monitoring dan evaluasi sistem, sumber daya manusia, dan potensi kelembagaan Satpel BRA Kabupaten/Kota sesuai dengan Implementasi MoU Helsinki dan Instruksi Presiden Nomor 15 Tahun 2005 tentang pelaksanaan Nota Kesepahaman antara Pemerintah Republik Indonesia dan Gerakan Aceh Merdeka. (2) Untuk menyelenggarakan tugas sebagaimana dimaksud pada ayat (1) Kepala Bidang Monitoring dan Evaluasi Kelembagaan mempunyai fungsi; a. pelaksanaan penyiapan bahan monitoring, evaluasi dan pelaporan, sistem, dan potensi kelembagaan Satpel BRA Kabupaten/Kota; b. pelaksanaan penyiapan bahan monitoring, evaluasi dan pelaporan sumber daya manusia dan potensi dalam pelaksanaan reintegrasi dan penguatan perdamaian; dan c. pelaksanaan tugas kedinasan lainnya yang diberikan oleh Direktur Pengembangan Kapasitas Kelembagaan. Paragraf 9 Kepala Bidang Sosialisasi dan Implementasi MoU Helsinki Pasal 11 (1) Kepala Bidang Sosialisasi dan Implementasi MoU Helsinki mempunyai tugas melaksanakan dan mempersiapkan bahan sosialisasi dan implementasi MoU Helsinki dan Instruksi Presiden Nomor 15 Tahun 2005 tentang Pelaksanaan Nota Kesepahaman antara Pemerintah Republik Indonesia dan Gerakan Aceh Merdeka dalam pelaksanaan program penguatan perdamaian dan kesinambungan reintegrasi. (2) Untuk menyelenggarakan tugas sebagaimana dimaksud pada ayat (1) Kepala Bidang Sosialisasi dan Implementasi MoU Helsinki mempunyai fungsi: a. pelaksanaan penyiapan bahan sosialisasi dan implementasi dan peningkatan kapasitas pelaksanaan program penguatan perdamaian dan kesinambungan reintegrasi; b, pelaksanaan b. pelaksanaan penyiapan bahan pengkajian _sistem kelembagaan, sumber daya manusia dan potensi dalam pelaksanaan program penguatan perdamaian dan kesinambungan reintegrasi; c. pelaksanaan penyiapan bahan pemberian rekomendasi alternatif penguatan kapasitas reintegrasi dan penguatan perdamaian; dan d. pelaksanaan tugas kedinasan lainnya yang diberikan oleh Direktur Penguatan Reintegrasi. Paragraf 10 Kepala Bidang Koordinasi Program Reintegrasi Kementerian dan Non Kementerian Pasal 12 (1) Kepala Bidang Koordinasi Program Reintegrasi Kementerian dan Non Kementerian mempunyai tugas melaksanakan dan mempersiapkan bahan inventarisasi, pengkajian dan penilaian kebutuhan dalam pelaksanaan program reintegrasi Kementerian dan Non Kementerian untuk kesinambungan reintegrasi sesuai dengan Implementasi MoU Helsinki dan Instruksi Presiden Nomor 15 Tahun 2005 tentang Pelaksanaan Nota Kesepahaman antara Pemerintah Republik Indonesia dan Gerakan Aceh Merdeka. (2) Untuk menyelenggarakan tugas sebagaimana dimaksud pada ayat (1), Kepala Bidang Koordinasi Program Reintegrasi Kementerian dan Non Kementeriaan mempunyai fungsi: a. pelaksanaan penyiapan bahan koordinasi Program Reintegrasi Kementerian dan Non Kementerian untuk peningkatan kapasitas pelaksanaan penguatan perdamaian dan kesinambungan reintegrasi; b. pelaksanaan konsultasi, informasi, kajian dan dukungan serta koordinasi dengan Kementerian/Lembaga Pemerintah Non Kementerian; dan c. pelaksanaan tugas kedinasan lainnya yang diberikan oleh Direktur Penguatan Reintegrasi. Paragraf 11 Kepala Bidang Fasilitasi Rehabilitasi Kesehatan Fisik Pasal 13 (1) Kepala Bidang Fasilitasi Rehabilitasi Kesehatan Fisik mempunyai tugas melaksanakan dan mempersiapkan bahan rehabilitasi fisik, pendidikan, kesehatan medis dan non medis bagi mantan Gerakan Aceh Merdeka, tahanan politik yang memperoleh amnesti, dan masyarakat yang terkena dampak konflik sesuai dengan Implementasi MoU Helsinki dan Instruksi Presiden Nomor 15 Tahun 2005 tentang Pelaksanaan Nota Kesepahaman antara Pemerintah Republik Indonesia dan Gerakan Aceh Merdeka. (2) Untuk menyelenggarakan tugas sebagaimana dimaksud pada ayat (1) Kepala Bidang Fasilitasi Rehabilitasi Kesehatan Fisilc mempunyai fungsi: a. pelaksanaan penyiapan bahan rehabilitasi fisik, bagi mantan Gerakan Aceh Merdeka, tahanan politik yang memperoleh amnesti dan masyarakat yang terkena dampak konflik; b. pelaksanaan ... sows eye vets HunigiaHuliya, IEHICIUULaAnKan pengunaangan Peraturan Gubernur ini dengan penempatannya dalam Berita Daerah Aceh. Ditetanken di Banda Aceh 10 b. pelaksanaan penyiapan bahan fasilitasi pendidikan bagi anak-anak dari mantan Gerakan Aceh Merdeka, tahanan politik yang memperoleh amnesti, dan masyarakat yang terkena dampale konflik; c. pelaksanan penyiapan bahan fasilitasi kesehatan medis dan non medis bagi mantan Gerakan Aceh Merdeka, tahanan_politik memperoleh amnesti dan masyarakat yang terkena dampak konflik; dan d. pelaksanaan tugas kedinasan lainnya yang diberikan oleh Direktur Rehabilitasi Kesehatan. Paragraf 12 Kepala Bidang Fasilitasi Rehabilitasi Mental dan Psikososial Pasal 14 (1) Kepala Bidang Fasilitasi Rehabilitasi Kesehatan Mental dan Psikososial mempunyai tugas melaksanakan dan mempersiapkan bahan fasilitasi rehabilitasi mental dan psikososial, pendidikan, keschatan medis dan non medis bagi mantan Gerakan Aceh Merdeka, tahanan politik yang memperoleh amnesti, dan masyarakat yang terkena dampak konflik sesuai dengan Implementasi MoU Helsinki dan Instruksi Presiden Nomor 15 Tahun 2005 tentang pelaksanaan Nota Kesepahaman antara Pemerintah Republik Indonesia dan Gerakan Aceh Merdeka. (2) Untuk menyelenggarakan tugas sebagaimana dimaksud pada ayat (1) Kepala Bidang Fasilitasi Rehabilitasi Kesehatan Mental dan Psikososial mempunyai fungsi: a. pelaksanaan penyiapan bahan rehabilitasi mental dan psikososial bagi mantan Gerakan Aceh Merdeka, tahanan polit yang memperoleh amnesti dan masyarakat yang terkena dampak konflik; b. pelaksanaan penyiapan bahan fasilitasi mental dan psikososial bagi mantan Gerakan Aceh Merdeka, tahanan politik yang memperoleh amnesti dan masyarakat yang terkena dampak konflik; ©. pelaksanaan penyiapan bahan fasilitasi kesehatan medis dan non medis bagi mantan Gerakan Aceh Merdeka, tahanan politik yang memperoleh amnesti, dan masyarakat yang terkena dampak konflik; dan d. pelaksanaan tugas kedinasan lainnya yang diberikan oleh Direktur Rehabilitasi Kesehatan. Paragraf 13 Kepala Bidang Pelatihan Keterampilan Usaha dan Kemitraan Pasal 15. (1) Kepala Bidang Pelatihan Keterampilan, Usaha dan Kemitraan mempunyai tugas melaksanakan dan mempersiapkan bahan kajian, perencanaan dan fasilitasi pelatihan keterampilan, pembinaan usaha dan kemitraan bagi mantan Gerakan Aceh Merdeka, tahanan politik yang memperoleh amnesti, dan masyarakat yang terkena dampak konflik sesuai dengan Implementasi MoU Helsinki dan Instruksi Presiden Nomor 15 Tahun 2005 tentang pelaksanaan Nota Kesepahaman antara Pemerintah Republik Indonesia dan Gerakan Aceh Merdeka. (2) Untuk ... 11 (2) Untuk menyelenggarakan tugas sebagaimana dimaksud pada ayat (1) Kepala Bidang Pelatihan Keterampilan, Usaha dan Kemitraan mempunyai fungsi: a. pelaksanaan penyiapan bahan kajian dan perumusan rencana strategis pembinaan ketrampilan dan usaha kemitraan; b. pelaksanaan penyiapan bahan fasilitasi _pelatihan keterampilan dalam rangka Pemberdayaan Ekonomi; c. pelaksanaan penyiapan bahan fasilitasi pembinaan usaha dan kemitraan; d. pelaksanaan penyiapan bahan fasilitasi kerjasama dan koordinasi dengan lembaga dan/atau institusi lainnya dalam rangka pemberdayaan ekonomi; dan e. pelaksanaan tugas kedinasan lainnya yang diberikan oleh Direktur Pemberdayaan Ekonomi. Paragraf 14 Kepala Bidang Penyediaan Alokasi Lahan Pasal 16 (1) Kepala Bidang Penyediaan Alokasi Lahan mempunyai tugas melaksanakan penyiapan bahan penyediaan lahan bagi mantan Gerakan Aceh Merdeka, tahanan politik yang memperoleh amnesti dan masyarakat yang terkena dampak konflik sesuai dengan Implementasi MoU Helsinki dan Instruksi Presiden Nomor 15 Tahun 2005 tentang Pelaksanaan Nota Kesepahaman antara Pemerintah Republik Indonesia dan Gerakan Aceh Merdeka. (2) Untuk menyelenggarakan tugas sebagaimana dimaksud pada ayat (1) Kepala Bidang Penyediaan Alokasi Lahan mempunyai fungsi: a. pelaksanaan penyiapan bahan fasilitasi penyediaan lahan; b. pelaksanaan penyiapan bahan fasilitasi kerjasama dengan lembaga dan/atau institusi lainya dalam rangka penyediaan lahan; c. penyiapan bahan koordinasi pengarusutamaan perdamaian dalam pelaksanaan pembangunan infrastruktur pendukung perekonomian; dan d. pelaksanaan tugas kedinasan lainnya yang diberikan oleh Direktur Pemberdayaan Ekonomi. Paragraf 15 Kepala Bidang Bantuan Sosial dan Pelayanan Sosial Pasal 17 (1) Kepala Bidang Bantuan Sosial dan Pelayanan Sosial mempunyai tugas melaksanakan penyiapan bahan fasilitasi pemberian bantuan sosial dan pelayanan sosial bagi mantan Gerakan Aceh Merdeka, tahanan politik dan masyarakat yang terkena dampak konflik sesuai dengan Implementasi MoU Helsinki dan Instruksi Presiden Nomor 15 Tahun 2005 tentang Pelaksanaan Nota Kesepahaman antara Pemerintah Republik Indonesia dan Gerakan Aceh Merdeka. (2) Untuk... 12 (2) Untuk menyelenggarakan tugas sebagaimana dimaksud pada ayat (1) Kepala Bidang Bantuan Sosial dan Pelayanan Sosial mempunyai fungsi: a. pelaksanaan penyiapan bahan fasilitasi bantuan sosial dan pelayanan sosial; b. pelaksanaan penyiapan bahan koordinasi dan kerjasama dengan lembaga dan/atau institusi lainnya dalam rangka fasilitasi dan pelaksanaan bantuan sosial dan pelayanan sosial; dan c. pelaksanaan tugas kedinasan lainnya yang diberikan oleh Direktur Bantuan Sosial. Paragraf 16 Kepala Bidang Kesejahteraan Sosial Korban Konflik Pasal 18 (1) Kepala Bidang Kesejahteraan Sosial Korban Konflik mempunyai tugas melaksanakan dan menyiapkan bahan fasilitasi pemberian jaminan sosial bagi mantan Gerakan Aceh Merdeka, tahanan politik yang memperoleh amnesti, dan masyarakat yang terkena dampak konflik sesuai dengan Implementasi MoU Helsinki dan Instruksi Presiden Nomor 15 Tahun 2005 tentang Pelaksanaan Nota Kesepahaman antara Pemerintah Republik Indonesia dan Gerakan Aceh Merdeka. (2) Untuk menyelenggarakan tugas sebagaimana dimaksud pada ayat (1) Kepala Bidang Kesejahteraan Sosial Korban Konflik mempunyai fung: a. pelaksanaan penyiapan bahan fasilitasi jaminan sosial; b. pelaksanaan penyiapan bahan koordinasi dan kerjasama dengan lembaga dan/atau institusi lainnya bidang kesejahteraan sosial korban konflik; dan c. pelaksanaan tugas kedinasan lainnya yang diberikan oleh Direktur Bantuan Sosial. Bagian Kedua Staf Pendukung Paragraf 1 Kedudukan Pasal 19 (1) Staf Pendukung berkedudukan pada Bidang dan pada Satpel BRA Kabupaten/Kota. (2) Jumlah Staf Pendukung sebagaimana dimaksud pada ayat (1), ditentukan berdasarkan kebutuhan, beban kerja dan kemampuan keuangan daerah. (3) Staf Pendukung pada Bidang diangkat dan diberhentikan oleh Ketua BRA. (4) Staf Pendukung pada Satpel BRA Kabupaten/Kota diangkat dan diberhentikan oleh Ketua BRA berdasarkan usulan Ketua Satpel BRA Kab/Kota. Paragraf 2 13, Paragraf 2 Tugas dan Fungsi Pasal 20 (1) Staf Pendukung mempunyai tugas membantu pelaksanaan yang bersifat teknis pada setiap Bidang dan Satuan Pelaksana BRA Kabupaten/Kota (2) Untuk menyelenggarakan tugas sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) Staf Pendukung mempunyai fungsi membantu Kepala Bidang dalam: a. pelaksanaan penyiapan bahan bidang politik, hukum dan pendidikan damai (peace education); b. pelaksanaan penyiapan bahan bidang ekonomi, sosial dan budaya; c. pelaksanaan penyiapan bahan bidang mediasi dan kerjasama; d. pelaksanaan penyiapan bahan bidang pengarusutamaan perdamaian; e. pelaksanaan penyiapan bahan bidang data base; f. pelaksanaan penyiapan bahan bidang pelayanan pengaduan dan penyelesaian perselisihan; g. pelaksanaan penyiapan bahan bidang pengembangan kapasitas kelembagaan; h. pelaksanaan penyiapan bahan bidang monitoring dan evaluasi kelembagaan; pelaksanaan penyiapan bahan bidang sosialisasi dan implementasi mou helsinki; j. pelaksanaan penyiapan bahan bidang koordinasi program reintegrasi kementerian dan non kementerian; k. pelaksanaan penyiapan bahan bidang fasilitasi rehabilitasi kesehatan fisik; 1. pelaksanaan penyiapan bahan bidang fasilitasi rehabilitasi kesehatan mental dan psikososial; m, pelaksanaan penyiapan bahan bidang pelatihan keterampilan, usaha dan kemitraan; n. pelaksanaan penyiapan bahan bidang penyediaan alokasi lahan; ©. pelaksanaan penyiapan bahan bidang bantuan sosial dan bidang pelayanan sosial; dan p. pelaksanaan penyiapan bahan bidang kesejahteraan sosial korban konflik. Bagian Ketiga Tenaga Teknis Tidak Tetap Paragraf 1 Kedudukan Pasal 21 (1) Tenaga Teknis Tidak Tetap berkedudukan pada BRA dan bertanggung jawab kepada Ketua BRA. (2) Tenaga Teknis Tidak Tetap diangkat dan diberhentikan oleh Ketua BRA. 14 (3) Jumlah Tenaga Teknis Tidak Tetap sebagaimana dimaksud ayat (1) dan ayat (2) ditentukan berdasarkan kebutuhan, beban kerja dan kemampuan keuangan daerah. Paragraf 2 Tugas dan Fungsi Pasal 22 (1) Tenaga Teknis Tidak Tetap mempunyai tugas memberikan talaahan kepada Ketua BRA bidang penguatan perdamaian dan reintegrasi. (2) Untuk menyelenggarakan tugas sebagaimana dimaksud pada ayat (1) Tenaga Teknis Tidak Tetap mempunyai fungsi; a. pelaksanaan perumusan dan penelaahan bidang penguatan perdamaian dan reintegrasi; b. pelaksanaan pengkajian dan analisis terhadap implementasi MoU Helsinki dan Impres Nomor 15 Tahun 2005; c. pelaksanaan penyiapan pelaporan kepada Ketua BRA; dan d. pelaksanaan tugas kedinasan lainnya yang diberikan oleh ketua BRA. Bagian Keempat Satpel BRA Kabupaten/Kota Pasal 23 (1) Satpel BRA Kabupaten/Kota mempunyai tugas membantu BRA dalam mengkoordinasikan, memfasilitasi, dan melaksanakan program kegiatan BRA di Kabupaten/Kota. (2) Untuk menyelenggarakan tugas sebagaimana dimaksud pada ayat (1) Satpel BRA Kabupaten/Kota mempunyai fungsi: a. pelaksanaan perbantuan BRA di bidang perbaikan ekonomi; b. pelaksanaan perbantuan BRA di bidang pemberdayaan dan Bantuan Sosial; c. pelaksanaan perbantuan BRA di bidang rehabilitasi kesehatan fisik dan mental serta psikososial; d. pelaksanaan perbantuan BRA di bidang penyediaan lahan pertanian; . pelaksanaan perbantuan BRA di bidang pendidikan, pemulihan hak sipil, hak politik, hak ekonomi, hak sosial dan budaya; f. pelaksanaan program dan perumusan penguatan perdamaian pada Kabupaten/Kota sesuai dengan aspirasi masyarakat dan kearifan lokal dalam wilayahnya; dan g. pelaksanaan tugas kedinasan lainnya yang diberikan oleh Ketua BRA. (3) Selain melaksanankan tugas dan fungsi sebagaimana dimaksud pada ayat (1), Satpel BRA Kabupaten/Kota mengkoordinasikan pelaksanaan program dan kegiatan penguatan perdamaian Aceh dan kesinambungan reintegrasi pada Kabupaten/Kota meliputi: a. penyiapan dan penglibatan masyarakat dalam mitigasi dan pencegahan konflik secara kearifan lokal; b. pengarusutamaan perdamaian dalam _perencanaan pembangunan di Kabupaten/Kota; dan c. transformasi ... 15 c. transformasi pengalaman dalam kegiatan perdamaian kepada aparatur pemerintah Kabupaten/Kota. BAB IV TATA KERJA DAN MASA KERJA Bagian Kesatu Tata Kerja Pasal 24 (1) Dalam melaksanakan tugasnya Ketua BRA, Koordinator Penghubung, Anggota Penghubung, Deputi, Direktur dan Kepala Bidang wajib menerapkan prinsip koordinasi, integrasi, sinkronisasi dan simplifikasi baik internal maupun eksternal, sesuai dengan tugas dan fungsi masing-masing. (2) Setiap pimpinan pada BRA dan Satpel Kabupaten/Kota wajib melaksanakan sistem pengendalian internal pemerintah. Pasal 25 (1) Dalam hal Ketua BRA tidak dapat menjalankan tugasnya karena berhalangan, maka dapat menunjuk Kepala Sekretariat atau salah seorang Deputi untuk melaksanakan tugas Ketua BRA. (2) Dalam hal Deputi tidak dapat menjalankan tugasnya_karena berhalangan, Ketua BRA menunjukan salah seorang Direktur untuk melaksanakan tugas Deputi. (3) Dalam hal Direktur tidak dapat menjalankan tugasnya karena berhalangan, Ketua BRA menunjuk salah seorang Kepala Bidang untuk melaksanakan tugas Direktur, (4) Dalam hal Ketua Satpel BRA Kabupaten/Kota tidak dapat menjalankan tugasnya karena berhalangan, Ketua Satpel BRA Kabupaten/Kota menunjukan Sekretaris Satpel untuk melaksanakan tugas Ketua Satpel BRA Kabupaten /Kota. (5) Dalam hal Ketua Satpel BRA Kabupaten/kota tidak dapat melaksanakan tugas karena berhalangan tetap, maka ketua BRA dapat menunjuk pelaksana tugas lainya sesuai ketentuan peraturan perundang-undangan. Bagian Kedua Masa Kerja Pasal 26 (1) Masa kerja Ketua BRA selama 5 (lima) tahun dan dapat diusulkan kembali untuk 1 (satu) periode berikutnya. (2) Masa kerja Ketua Satpel BRA Kabupaten/Kota selama 5 (lima) tahun dan dapat disesuaikan berdasarkan kebutuhan sesuai ketentuan peraturan perundang-undangan. (3) Masa kerja Penghubung, Deputi, Direktur dan Kepala Bidang pada BRA selama 1 (satu) tahun anggaran. BABV...

Anda mungkin juga menyukai