Anda di halaman 1dari 72

LABORATORIUM BATUBARA

SEKSI JAMINAN MUTU BAHAN


DEVINISI BATUBARA

 Adalah batuan atau mineral yang


secara kimia dan fisika adalah
heterogen yang mengandung unsur-
unsur karbon, hidrogen dan oksigen
sebagai unsur utama dan belerang
serta nitrogen sebagai unsur
tambahan. Zat lain yaitu senyawa
anorganik pembentuk ash tersebar
sebagai partikel zat mineral di seluruh
senyawa batubara.
TEORI TERBENTUKNYA BATUBARA

Dalam geologi batubara dikenal dua macam teori


berdasarkan tempat terbentuknya batubara yaitu :
1.Teori Insitu:
 Lapisan batubara terbentuk ditempat bahan
pembentuk batubara (tumbuh-tumbuhan)
berada. Tumbuhan yang sudah mati tidak
mengalami proses transportasi dan segera
tertutup oleh sedimen (mengalami
Coalification).
 Batubara yang terbentuk penyebarannya luas
dan berkualitas relatif baik, karena kadar
abunya relatif rendah.
TEORI TERBENTUKNYA BATUBARA

2. Teori Drift :
 Bahan pembentuk lapisan batubara terjadi di
tempat yang berbeda dengan tempat tumbuhan
semula hidup. Dengan demikian tumbuhan yang
telah mati mengalami transportasi oleh media air
dan terakumulasi di suatu tempat, tertutup oleh
batuan sediment, dan terjadi proses coalification.
 Batubara dengan proses ini penyebarannya tidak
luas tetapi dijumpai di beberapa tempat,
dan mempunyai ciri-ciri lapisan batubara tipis, tidak
menerus (splitting), banyak lapisannya (multiple
seam), banyak pengotor (kandungan abu
cenderung tinggi)
PROSES PEMBENTUKAN BATUBARA
1. Pembusukan
Proses dimana tumbuhan mengalami tahap
pembusukan akibat adanya aktivitas dari
bakteri anaerob. Bakteri ini bekerja dalam
suasana tanpa oksigen mengahancurkan
bagian yang lunak dari tumbuhan seperti
selulosa, protoplasma, pati.

2. Pengendapan
Proses dimana material halus hasil pembusukan
terakumulasi dan mengendap membentuk
lapisan gambut. Biasanya terjadi pada daerah
rawa-rawa.
3. DEKOMPOSISI
LAPISAN GAMBUT MENGALAMI PERUBAHAN
BERDASARKAN PROSES BIOKIMIA YANG BERAKIBAT
KELUARNYA H2O DAN SEBAGIAN MENGHILANGDALAM
BENTUK CO2, CO DAN METAN ( CH4 ).

4. Geotektonik
Lapisan gambut yang ada akan terkompaksi
oleh gaya tektonik kemudian mengalami
pelipatan dan patahan. Selain gaya tektonik
aktif dapat menimbulkan intrusi dari magma
yang akan mengubah batubara low grade
menjadi high grade, maka zona batubara yang
terbentuk dapat berubah dari lingkungan berair
ke lingkungan darat.
ILUSTRASI PEMBENTUKAN BATUBARA
• PENGGOLONGAN BATUBARA:

 ASTM :
1. ANTHRACITE.
2. BITUMINEOUS COAL.
3. SUB-BITUMINEOUS COAL.
4. LIGNITE.
5. PEAT.

 ISO :
1. HARD COAL
2. SOFT COAL
JAMINAN MUTU BAHAN
PREPARASI BATUBARA
Kegiatan lanjutan setelah proses pengambilan
sample yaitu tahapan proses mempersiapkan
contoh/sample batubara yang mewakili untuk
keperluan pengujian fisik atau kimia dalam
laboratorium sesuai dengan standar yang
ditetapkan/berlaku

Prinsip tahapan preparasi sample


1. Pencampuran (Homogenisasi)
2. Penggilingan
3. Pembagian dan Pengurangan
4. Pengeringan
5. Penghalusan
6. Penyimpanan dan pendistribusian sample
PREPARASI BATUBARA
PENCAMPURAN
Mencampur sejumlah sample batubara yang sama yang
merupakan bagian dari beberapa lot atau sublot untuk
diproses lebih lanjut pada ruang Preparasi.
 Proses Pencampuran Sample
105 kg/Lot
Top Size ±50mm ±12 kg/subLot Mixing

Gross sample

Pengambilan sample pada 1000 ton dengan metode Standard ASTM


D 2234/2234M dengan jumlah increment 35.
PREPARASI BATUBARA

Penggilingan
Proses penggilingan/pengecilan sample dengan
alat penghancur dari top size yang bervariasi
menjadi top size yang diinginkan agar memenuhi
persyaratan standard yang dipersyaratkan untuk
pengujian fisik dan kimia.
Alat penghancur yang digunakan :
 1. Roll Crusher.

 2. Hammer Mill.

 3. Jaw Crusher.

 4. Raymond Mill.

 5. Coffee Mill/Plate Mill.


PREPARASI BATUBARA

Pembagian (Dividing) dan pengurangan


Cara yang digunakan:
 Manual (Fraktional soveling, strip mixing and
spilling, increment division/spot, Rifling) dan
 Mekanik dengan mesin RSD (Rotary Sample
Devider)
 Fraktional soveling/cone quartering; sample
yang akan dibagi diaduk kemudian dibentuk
menjadi sebuah kerucut, lalu permukaan
kerucut diratakan dan dibagi 4 bagian, 2 bagian
diambil dan yang lainnya dibuang. Demikian
seterusnya hingga diperoleh jumlah sample
yang memadai
PREPARASI BATUBARA

 Increment Division/spot
Sample diaduk hingga homogen tebarkan secara
merata dengan ketebalan 3 kali ukuran partikel
terbesar (top Size). Buat Garis matrik dengan
dimensi 4x5 setelah terbentuk matriknya ambil
secara random setiap bagian-bagian yang sudah
terpisah dengan garis-garis menggunakan shovel.
 Cara mekanik dengan menggunakan mesin RSD
(Rotary Sample Devider), sangat dianjurkan karena
akan mendapat sample yang lebih homogen dan
representative.
 Mesin RSD harus selalu terkalibrasi
PREPARASI BATUBARA
Pengeringan
Tujuan
• Untuk menghilangkan kadar air bebas dalam
Sample batubara.
• Untuk membantu proses penghancuran pada
mesin jaw crusher lebih mudah.
• Penentuan/ analisa Total Moisture (Free
Moisture/Air Dry Loss dan Residual moisture )
Pengeringan udara ( Air Dried-Oven )
suhu waktu ( jam )
O
40 C 6 Jam pertama
O
40 C Setiap 1 Jam Berikutnya
O
40 C Konstant
PREPARASI BATUBARA

Penghalusan/Pembubukan
 Menghancurkan/mengecilkan ukuran sample
untuk dapat diuji fisik dan kimia sesuai dengan
standard yang telah ditetapkan.
 Sample dihaluskan dengan alat raymond mill,
Coffee mill/plate mill sampai dengan ukuran
tertentu sesuai keperluan analisa (mis : GA
sample 0,212 mm)
PREPARASI BATUBARA

Penyimpanan dan pendistribusian sample


 Sample yang sudah dipreparasi
didistribusikan ke Lab untuk diuji fisik dan
kimia. Sebagian sample disimpan dalam
ruangan khusus sebagai file Lab. File buyer,
shipper dan umpire sample.
 Lamanya penyimpanan sample ditentukan
sesuai kebutuhan (biasanya 3-6 bulan)
BAGAN ALIR PREPARASI SAMPEL SUB LOT
Menimbang Gross Sampel & mencatat pada buku

Ya
Sampel ADL 1
Basah
Tidak

Crushing dengan Hammer/Roller Crusher 4.75 mm

RSD 2X

5/8 3/8

Comp, Sampel TM & GA Reject

ADL 2 Hingga bobot konstan, max 18 jam

RSD 2X

1/8 5/8 1/8


GA & RM LAB File Sampel Reject GA & HGI for Composite (*)

Milling 250 µm

RSD 2X

1/8 1/8 1/8 1/8 1/8 1/8 2/8

GA & RM LAB GA & RM GA & RM GA & RM GA & RM FILE GA & RM for REJECT
SHIPPER BUYER UMPIRE Composite (**)

Mengirimkan sampel disertai dengan tanda terima bukti pengiriman sampel ke


laboratorium
BAGAN ALIR PREPARASI SAMPEL COMPOSITE ( 4.75 MM )

Campurkan Sampel GA & HGI for Composite (*) Lot by Lot 4.75 mm

RSD 2X

1/8 1/8 1/8 1/8 1/8 1/8 1/8 1/8

HGI UMPIRE HGI HGI BUYER HGI LAB HGI FILE GAComposite for File REJECT
SHIPPER LAB Compositee

Milling 250 µm

RSD 2X

1/8 1/8 1/8 1/8 1/8 3/8

GA BUYER GA GA UMPIRE GA FILE GA LAB (100 REJECT


(100 g) SHIPPER (100 g) (100 g) g)
(100 g)

Mengirimkan sampel disertai dengan tanda terima bukti pengiriman


sampel ke laboratorium
BAGAN ALIR PREPARASI SAMPEL GA COMPOSITE (250 µM)

Sampel GA & RM for Composite 250µm (**)

Timbang proposional berat

RSD 3X

1/8 1/8 1/8 1/8 1/8 3/8

GA BUYER (100 GA SHIPPER GA UMPIRE (100 GA FILE (100 g) GA LAB (100 g) REJECT
g) (100 g) g)

Mengirimkan sampel disertai dengan tanda terima bukti pengiriman sampel ke laboratorium
PREPARASI BATUBARA

• Perlu dicatat bahwa dalam proses preparasi


sample batubara yang bersifat hygroskopis
tersebut, harus dihindari kemungkinan
kehilangan moisture yang berlebihan,
oksidasi dan kontaminasi.
• Preparasi dilakukan secepat mungkin,
namun tetap harus sesuai dg prosedur yang
ditetapkan
• Kebersihan peralatan preparasi harus
dipastikan untuk mengindari kontaminasi
KUALITAS BATUBARA
 Kualitas suatu batubara dapat ditentukan
 dengan cara analisa parameter tertentu baik
 secara fisik maupun secara kimia.

 Parameter yang ditentukan dari suatu analisa


 batubara tergantung tujuan untuk apa
 batubara tersebut digunakan.
ANALISA SAMPLE BATUBARA

Tujuan : untuk mengetahui kualitas batubara


baik parameter fisik ataupun kimia dengan
metoda tertentu.
Metoda Analisa dijabarkan secara rinci dalam
metoda standar. Metoda standar yang umum
digunakan dalam perdagangan batubara:
 ISO – International Organization for
Standarisation.
 ASTM – American Society for Testing and
Materials.
 BS – British Standards.
 AS – Australian Standards.
ANALISA SAMPLE BATUBARA

PARAMETER ANALISA BATUBARA

 Total Moisture
 Proximate
 Total Sulfur
 Calorific Value
 HGI
 Ultimate Analysis
 Ash Fusion Temperature
 Ash Analysis
TOTAL MOISTURE

 Tinggi Rendahnya Total Moisture akan


tergantung pada :

 Peringkat Batubara
 Size Distribusi
 Kondisi Pada saat Sampling
PENENTUAN TOTAL MOISTURE

 Penentuan Total Moisture biasanya dibagai


menjadi dua tahap penentuan yaitu :

 Penentuan Free Moistrue atau air dry loss


 Penentuan Residual moisture

TM = FM + RM(1-FM/100)
 Air dried moisture

 Volatile Matter

 Fixed carbon

 Ash Content
AIR DRIED MOISTURE

Moisture In the analysis samples

Inherent Moisture

 Adalah moisture yang terkandung dalam


batubara setelah batubara tersebut dikering
udarakan
SIFAT-SIFAT ADM

 Besar kecilnya nilai ADM dipengaruhi oleh


peringkat batubara. Semakin tinggi peringkat
batubara, semakin rendah kandungan ADM nya.
 Nilainya tergantung pada humuditas dan
temperature ruangan dimana moisture tersebut
dianalisa.
 Nilainya tergantung juga pada preparasi sample
sebelum ADM dianalisa (Standar preparasi)
AIR DRIED MOISTURE

105 o C
1 Gram sample
ditimbang Heated in oven at 104-
106 deg C – 1 h

M2 - M3
Mad = X
M1 100
Mad = Air dried Moisture
M1 = Mass of Original sample
M2 = Mass of dish, lid, and sample before heating
M3 = Mass of dish, lid, and sample after heating
FIXED CARBON (KARBON PADAT)

 Fixed Carbon (karbon padat) adalah bahan yang tersisa


setelah penentuan kelembaban/moisture, Volatile
matter dan abu
 pada kenyataannya, sejumlah material bahan bakar
padat yang mudah terbakar setelah Volatile Matter/Zat
terbang dalam batubara terlepas selama pembakaran.
Kandungan utamanya adalah Carbon tetapi bisa juga
mengandung Hydrogen, Oksigen ,Sulfur dan Nitrogen
yang tidak ikut terbawa gas.

 Fixed Carbon (FC )dihitung dari pengurangan nilai 100


dengan kadar air, bahan mudah menguap dan abu
FC = 100 – (M + Ash + VM)
ASH CONTENT

 Batubara sebenarnya tidak mengandung


abu, melainkan mengandung mineral
matter. Namun sebagian mineral matter
dianalisa dan dinyatakan sebagai kadar Abu
atau Ash Content.
 Mineral Matter atau ash dalam batubara
terdiri dari inherent dan extarneous.
 Inherent Ash ada dalam batubara sejak
pada masa pembentukan batubara dan
keberadaan dalam batubara terikat secara
kimia dalam struktur molekul batubara
 Sedangkan Extraneous Ash, berasal dari
dilusi atau sumber abu lainnya yang berasal
dari luar batubara.
SIFAT – SIFAT KADAR ABU
 Kadar abu dalam batubara tergantung pada
banyaknya dan jenis mineral matter yang
dikandung oleh batubara baik yang berasal
dari inherent atau dari extraneous.
 Kadar abu relatif lebih stabil pada batubara
yang sama. Oleh karena itu Ash sering
dijadikan parameter penentu dalam beberpa
kalibrasi alat preparasi maupun alat
sampling.
 Kadar abu juga berpengaruh pada nilai
kalori. Pada batubara yang sama, semakin
tinggi kadar abu, maka semakin rendah nilai
kalornya
KEGUNAAN KADAR ABU

 Kadar abu didalam penambangan batubara


dapat dijadikan penentu apakah
penambangan tersebut bersih atau tidak,
yaitu dengan membandingkan kadar abu
dari data geology atau planning, dengan
kadar abu dari batubara produksi.
 Kadar abu dalam komersial sering dijadikan
sebagai garansi spesifikasi atau bahkan
sebagai rejection limit.
PENENTUAN KADAR ABU

815oC

Aad = M2 / M1 x 100
Aad = Ash in the analysis samples

M2 = Weight of ash (grams)

M1= Weight of samples (grams)


PENENTUAN KADAR ABU

 Kesalahan-kesalahan dalam melakukan pengujian


ini :
 pembakaran tidak sempurna, partikel karbon
yang tidak terbakar terlihat di sisa abu
 laju pemanasan Furnace lebih besar dari
persyaratan standar,
 retensi belerang terjadi pada abu ketika
sulfur dalam batubara bereaksi dengan
karbonat untuk membentuk sulfat yang tetap
berada dalam materi abu
VOLATILE MATTER

 Volatile matter/ zat terbang, adalah bagian


organik batubara yang menguap ketika
dipanaskan pada temperature tertentu.
 Volatile matter biasanya berasal dari gugus
hidrokarbon dengan rantai alifatik atau
rantai lurus. Yang mudah putus dengan
pemanasan tanpa udara menjadi
hidrokarbon yang lebih sederhana seperti
methana atau ethana.
SIFAT-SIFAT VOLATILE MATTER

 Kadar Volatile Matter dalam batubara


ditentukan oleh peringkat batubara.
 Semakin tinggi peringkat suatu batubara
akan semakin rendah kadar volatile
matternya.
 Volatile matter memiliki korelasi dengan
vitrinite reflectance, semakin rendah volatile
matter, semakin tinggi vitrinite
reflectancenya
KEGUNAAN VOLATILE MATTER

 Volatile Matter digunakan sebagai


parameter penentu dalam penentuan
peringkat batubara.
 Volatile matter dalam batubara dapat
dijadikan sebagai indikasi reaktifitas
batubara pada saat dibakar.
 Semakin tinggi peringkat suatu batubara
akan semakin rendah kadar volatile
matternya.
PENGUJIAN VOLATILE MATTER

900oC

VMad = (M2 / M1) x 100 - Mad

VMad = Volatile Matter in the analysis samples


M1 = Weight of Sample (grams)
M2 = Loss of weight (grams)
Mad = Moisture in the analysis samples
PENGUJIAN VOLATILE MATTER

Kesalahan-kesalahan dalam pengujian ini :


 Kerapatan crucible dan tutupnya tidak baik
menyebabkan hasilnya tinggi atau tidak menentu.
 Temperatur furnace atau laju pemanasan (heating
rate) terlalu rendah
 Waktu pemanasan dan pendinginan harus
mendekati kondisi standar.
 Percikan sample batubara dapat menyebabkan
partikelnya keluar sehingga hasilnya tinggi.
SIFAT-SIFAT SULFUR

 Kandungan sulfur dalam batubara sangat


bervariasi dan pada umumnya bersifat
heterogen sekalipun dalam satu seam
batubara yang sama. Baik heterogen
secara vertikal maupun secara lateral.
 Namun demikian ditemukan juga beberapa
seam yang sama memiliki kandungan sulfur
yang relatif homogen.
KEGUNAAN SULFUR
 Sulfur dalam batubara thermal maupun metalurgi
tidak diinginkan, karena Sulfur dapat
mempengaruhi sifat-sifat pembakaran yang dapat
menyebabkan slagging maupun mempengaruhi
kualitas product dari besi baja. Selain itu dapat
berpengaruh terhadap lingkungan karena emisi
sulfur dapat menyebabkan hujan asam. Oleh
karena itu dalam komersial, Sulfur dijadikan
batasan garansi kualitas, bahkan dijadikan sebagai
rejection limit.

 Namun demikian dalam beberapa utilisasi


batubara, Sulfur tidak menyebabkan masalah
bahkan sulfur membantu performance dari utilisasi
tersebut. Utilisasi tersebut misalnya pada proses
pengolahan Nikel seperti di PT. INCO. Dan juga
pada proses Coal Liquefaction (Pencairan
Batubara).
PENGUJIAN SULFUR

O2

ALUMINA

Combustion
Boat

1350 o C

O2

Combustion Boat

1350 o C
TOTAL SULFUR (METODE LECO ANALYZER)

 Sulfur dikonversikan menjadi sulfur oksida selama


pembakaran dibawah atmosfer oksigen. Produk gas
yang dihasilkan dipompakan melewati suatu penyerap
untuk menghilangkan air. Konsentrasi sulfur dioksida
diukur menggunakan cel infra red.
 Konsentrasi sample standar harus sama dengan sample
yang dianalisa.
 Kesalahan-kesalahan dalam pengujian ini :
 Pembakaran batubara tidak sempurna.
 Kalibrasi analyzer salah (salah standar).
 Tubenya retak menyebabkan hasilnya rendah.
 Pipa tersumbat, Infra red kotor.
 Kesalahan elektronik.
 Penyerap sudah jelek.
 Sample standar dianalisa pada saat kalibrasi instrumen
dan setelah setiap 10 kali analisa sample.
CALORIFIC VALUE ( NILAI KALOR )
SPECIFIC ENERGY
HIGHER HEATING VALUE

 Nilai Kalori dapat dinyatakan dalam


satuan yang berbeda :
 Calorific Value (CV)……(kcal/kg)
 Specific Energy (SE) ….(Mj/kg)
 Higher Heating Value (HHV) = Gross CV
 Lower Heating Value (LHV)= Net CV
 British Thermal Unit = Btu/lb
CALORIFIC VALUE (NILAI KALOR)
 Prinsip kerjanya adalah sejumlah
sample yang diketahui beratnya
dibakar dalam kalorimeter bomb
pada kondisi standar. Nilai kalori
dihitung dari kenaikan suhu air dalam
bucket kalorimeter dan rata-rata nilai
air dari sistem tersebut.
 Calorific Value (Nilai Kalori) adalah
jumlah panas yang dilepaskan per
unit kuantitas batubara yang dibakar
dengan oksigen pada kondisi standar
pada volume konstant.
 Nilai CV dapat dinyatakan dalam :
- Gross Air Dried (GAD)
- Gross As Received (GAR)
- Net As Received (NAR)
CALORIFIC VALUE

 GAD adalah Gross air dried basis, tergantung pada


pelaporan air dried moisture (atau moisture in the
analysis sample) basis.

 GAR adalah Gross as received basis, nilai CV yang


dilaporkan pada basis Total Moisture (TM),
sehingga nilai TM akan sangat berengaruh .
Tingginya TM dapat menyebabkan turunnya
nilainya Calorific Value GAR

 NAR adalah Net as received basis, adalah


kandungan energi batubara dikurangi energi untuk
menghilangkan air yang dihasilkan dari Total
Moisture dan sebagai hasil pembakaran
SIFAT-SIFAT NILAI KALORI BATUBARA

 Nilai
Kalori batubara bergantung pada
peringkat batubara. Semakin tinggi
peringkat batubara, semakin tinggi nilai
kalorinya.

 Pada batubara yang sama Nilai kalori


dapat dipengaruhi oleh moisture dan
juga Abu. Semakin tinggi moisture atau
abu, semakin kecil nilai kalorinya.
PENGUJIAN NILAI KALORI BATUBARA

O2
PROSES PEMBAKARAN

Electrode
KALKULASI PANAS

 Kalibrasi : Heat Capacity:


E = { (Hc x m)+e1+e2)} / t
 E = Energy Equivalent
 Hc = Heat Capacity
 m = Mass of Benzoic Acid
 e1= acid correction
 e2= Fuse correction
 t = t (temperature rise)
 Analisa Sample
Qvad ={ (E x t)-e1-e2-e3)}
 Qvad = Calorific Value as determined (cal/g)
 E = Heat Capacity of the calorimeter
 e1 = Acid correction
 e2 = Fuse correction
 e3 = Sulfur correction
CALORIFIC VALUE

 Tujuan dari pengujian ini adalah untuk


menentukan nilai panas batubara yang merupakan
bagian terpenting dalam kontrak penyediaan
batubara uap (steaming coal). Pembayaran
biasanya didasarkan pada spesifikasi calorific
value (nilai kalori).

 Faktor kesalahan dalam melaksanakan pengujian ini :


 Pembakaran tidak sempurna.
 Kalibrasi kalorimeter salah.
 Sample harus ditimbang bersamaan waktunya
dengan penentuan moisture in the analysis sample.
 Oksidasi sample yang dianalisa akan menghasilkan
nilai kalor yang rendah.
HARDGROVE GRINDABILITY
INDEX ( HGI )
 HGI adalah suatu tolok ukur secara laboratorium
dari mudah atau sulitnya batubara digerus atau
dipulverizing.
 Semakin “lunak” batubara, maka semakin besar
nilai HGI nya
 Secara umum semakin tinggi peringkat batubara,
maka semakin rendah HGI nya. Namun hal ini tidak
terjadi pada batubara bituminous yang memiliki
sifat cooking. Dimana untuk jenis batubara ini
HGInya tinggi sekali, bahkan bisa mencapai lebih
dari 100.
HARDGROVE GRINDABILITY INDEX (HGI)

 HGI merupakan salah satu parameter yang sering


dimasukkan ke dalam kontrak penjualan, karena
proses grinding batubara perlu biaya yang cukup
besar dalam pemeliharaan pembangkit listrik dan
juga biaya operasional karena menggunakan energi
 Dalam pengujiannya HGI dipengaruhi moisture
dalam sample uji, sehingga penetapan HGI harus
dengan hasil pengujian residual moisture.
 Perlu dicatat bahwa HGI merupakan sifat fisik dan
tidak dapat diblending secara kalkulasi matematis.
 Dalam prakteknya, selain dipengaruhi moisture,
juga dipengaruhi oleh unsur-unsur mineral dalam
batubara.
SIFAT-SIFAT HGI
 Nilai HGI dari suatu batubara, ditentukan oleh
organik batubara seperti jenis maceral dan lain-
lain.
 Secara umum semakin tinggi peringkat batubara,
maka semakin rendah HGI nya. Namun hal ini
tidak terjadi pada bituminous yang memiliki sifat
cooking. Dimana untuk jenis batubara ini HGInya
tinggi sekali, bahkan bisa mencapai lebih dari 100.
 Nilai HGI juga dapat dipengaruhi oleh dilusi abu
dari penambangan. Secara umum penambahan
abu dilusi dapat menaikan nilai HGI.
 Nilai HGI juga dapat dipengaruhi oleh kandungan
moisture.
PENGUJIAN HGI
 HGI ditest dengan menggunakan mesin hardgrove.
Sample yang sudah digerus pada ukuran partikel
tertentu kemudian dimasukan kedalam mesin
hardgrove. Selanjutnya digerus dengan
menggunakan bola baja pada putaran (revolusi)
tertentu.
 Batubara hasil gerusan kemudian discreen pada
ukuran 200 mesh. Jumlah yang lolos pada screen
ukuran 200 mesh dijadikan data dan dikalkulasi
dengan menggunakan hasil kalibrasi alat tersebut.
ALAT UJI HGI
CONTOH KALKULASI DATA
GRAFIK KALIBRASI HGI
ULTIMATE ANALYSIS
CARBON, HYDROGEN, OXYGEN,
NITROGEN
 Carbon, Hydrogen, dan Oxygen merupakan unsur dasar
organik pembentuk batubara.
 Sifat dari unsur-unsur tersebut mengikuti peringkat batubara.
Semakin tinggi peringkatnya, semakin tinggi Carbonnya,
semakin rendah hydrogen dan oxygennya.
 Sedangkan Nitrogen merupakan unsur yang bersifat
bervariasi tergantung dari material pembentuk batubara.
Sifatnya hampir sama dengan Sulfur.
 Dalam batubara peringkat tinggi, nitrogen terdapat dalam
bentuk senyawa pyridine yang berasosiasi dengan struktur
aromatik, sedangkan dalam batubara peringkat rendah,
nitrogen ditemukan dalam bentuk senyawa amina dan terikat
padu ikatan hidrokarbon alifatik.
 Nitrogen dalam batubara berasal dari tumbuhan pembentuk
batubara tersebut atau sebagai hasil dari aktifitas bakteri
pada saat pembentukan peat.
CARBON DAN HYDROGEN, C & H
 Carbon dan Hydrogen ditentukan dengan pembakaran
sample batubara yang dialiri gas oksigen dan gas–gas
yang dihasilkan ditangkap dengan metode gravimetri
ataupun mengunakan metode instrumental.
 Hasil Carbon dan Hydrogen digunakan untuk kalkulasi
pembakaran.
 Fungsi silver gauze dalam pengujian ini adalah untuk
menangkap oksida sulfur dan khlor
 Carbon dalam batubara berbetuk senyawaan organic
carbon dan carbonate carbon.
 Hydrogen dalam batubara berbentuk senyawaan
organic hydrogen dan air.
PENENTUAN OKSIGEN

Oksigen ditentukan tidak


dengan analisa laboratorium,
melainkan hasil kalkulasi
pengurangan dari 100%
dengan Moisture, Ash, Carbon,
Hydrogen, Nitrogen, dan Sulfur
CARBON DAN HYDROGEN, C & H

 Kesalahan-kesalahan dalam melaksanakan


pengujian ini :
 Pembakaran tidak sempurna.
 Penyerapan gas yang dihasilkan tidak sempurna
(bocor).
 Sample harus ditimbang bersamaan waktunya
dengan penentuan moisture content.
 Posisi silver gauze tidak benar.

 Metode ASTM dan ISO tidak berbeda.


Perbedaannya pada perhitungan kadar hidrogen.
ASTM menghitung kadar hidrogen dalam dua cara
yaitu tidak termasuk hidrogen dalam air dan
termasuk hidrogen dalam air. ISO menghitung
kadar hidrogen tidak termasuk hidrogen dalam air.
BASIS PELAPORAN
1. Air Dry Basis ( ADB )
Air dry basis adalah dasar kalkulasi hasil analisis
batubara dalam keadaan contoh kering udara (pada
basis Moisture in analysis sample)
2. As Received ( AR )
As Received adalah dasar kalkulasi hasil analisis
batubara dalam keadaan contoh asal (pada basis Total
Moisture)
3. Dry Basis ( DB )
Dry basis adalah dasar kalkulasi hasil analisis batubara
dalam keadaan contoh kering.
4. Dry Ash Free Basis ( DAFB )
DAFB adalah dasar kalkulasi hasil analisis batubara
dalam keadaan contoh kering dan tanpa kandungan
abu.
BASIS PELAPORAN

 Perhitungan :
AR ADB DB DAF

 Total Moisture 15.1 - - -


 Inherent Moisture - 4.5 - -
 Ash Content 13.6 15.3 16.0 -
 Volatile Matter 37.0 41.6 43.6 51.9
 Fixed Carbon 34.3 38.6 40.4 48.1
 Total Sulfur 0.84 0.94 0.98 1.17
 Calori Value 5585 6282 6578 7833
BASIS PELAPORAN

 Perhitungan :

 ADB  AR 100 – TM 100 – 15.1 84.9


 ------------ = ------------- = ------- = 0.8890 (Faktor)
 100 – IM 100 – 4.5 95.5

 - Ash Content = 0.8890 X 15.3 (ADB) = 13.6 (AR)


 - Volatile Matter = 0.8890 X 41.6 (ADB) = 37.0 (AR)
 - Fixed Carbon = 0.8890 X 38.6 (ADB) = 34.3 (AR)
 - Total Sulfur = 0.8890 X 0.94 (ADB) = 0.84 (AR)
 - Calori Value = 0.8890 X 6282 (ADB) = 5585 (AR)
BASIS PELAPORAN

Perhitungan :

ADB DB 100 100 100


------- = -------- = ------- = 1.047 (Faktor)
100 – IM 100 – 4.5 95.5

- Ash Content = 1.047 X 15.3 (ADB) = 16.0 (DB)


- Volatile Matter = 1.047 X 41.6 (ADB) = 43.6 (DB)
- Fixed Carbon = 1.047 X 38.6 (ADB) = 40.4 (DB)
- Total Sulfur = 1.047 X 0.94 (ADB) = 0.98 (DB)
- Calori Value = 1.047 X 6282 (ADB) = 6577 (DB)
Perhitungan :

ADB DAF 100 100 100


-------- = ---------------- = ------- = 1.2469
(Faktor)
100 – M -Ash 100 – 4.5-15.3 80.2

- Volatile Matter = 1.2469 X 41.6 (ADB) = 51.9 (DAF)


- Fixed Carbon = 1.2469 X 38.6 (ADB) = 48.1 (DAF)
- Total Sulfur = 1.2469 X 0.94 (ADB) = 1.17 (DAF)
- Calori Value = 1.2469 X 6282 (ADB) = 7833 (DAF)

Anda mungkin juga menyukai