Anda di halaman 1dari 350

MENTERI DALAM NEGERI

REPUBLIK INDONESIA

PERATURAN MENTERI DALAM NEGERI REPUBLIK INDONESIA


NOMOR 96 TAHUN 2016 TENTANG PEMBAYARAN KETERSEDIAAN LAYANAN
DALAM RANGKA KERJASAMA PEMERINTAH DAERAH DENGAN BADAN USAHA
DALAM PENYEDIAAN INFRASTRUKTUR DI DAERAH............................................................ 307

332
MENTERI DALAM NEGERI
REPUBLIK INDONESIA

NEGERI REPUBLIK INDONESIA


PERATURAN MENTERI DALAM

NOMOR 96 TAHUN 2016


MENTERI DALAM NEGERI
REPUBLIK INDONESIA

PERATURAN MENTERI DALAM NEGERI REPUBLIK INDONESIA


NOMOR 96 TAHUN 2016

TENTANG

PEMBAYARAN KETERSEDIAAN LAYANAN DALAM RANGKA KERJASAMA


PEMERINTAH DAERAH DENGAN BADAN USAHA DALAM PENYEDIAAN
INFRASTRUKTUR DI DAERAH

307
MENTERI DALAM NEGERI
REPUBLIK INDONESIA

308
MENTERI DALAM NEGERI
REPUBLIK INDONESIA

309
MENTERI DALAM NEGERI
REPUBLIK INDONESIA

310
MENTERI DALAM NEGERI
REPUBLIK INDONESIA

311
MENTERI DALAM NEGERI
REPUBLIK INDONESIA

312
MENTERI DALAM NEGERI
REPUBLIK INDONESIA

313
MENTERI DALAM NEGERI
REPUBLIK INDONESIA

314
MENTERI DALAM NEGERI
REPUBLIK INDONESIA

315
MENTERI DALAM NEGERI
REPUBLIK INDONESIA

316
MENTERI DALAM NEGERI
REPUBLIK INDONESIA

317
MENTERI DALAM NEGERI
REPUBLIK INDONESIA

318
MENTERI DALAM NEGERI
REPUBLIK INDONESIA

319
MENTERI DALAM NEGERI
REPUBLIK INDONESIA

320
MENTERI DALAM NEGERI
REPUBLIK INDONESIA

321
MENTERI DALAM NEGERI
REPUBLIK INDONESIA

322
MENTERI DALAM NEGERI
REPUBLIK INDONESIA

323
MENTERI DALAM NEGERI
REPUBLIK INDONESIA

324
MENTERI DALAM NEGERI
REPUBLIK INDONESIA

325
MENTERI DALAM NEGERI
REPUBLIK INDONESIA

326
MENTERI DALAM NEGERI
REPUBLIK INDONESIA

327
MENTERI DALAM NEGERI
REPUBLIK INDONESIA

328
MENTERI DALAM NEGERI
REPUBLIK INDONESIA

329
MENTERI DALAM NEGERI
REPUBLIK INDONESIA

330
MENTERI DALAM NEGERI
REPUBLIK INDONESIA

331
MENTERI DALAM NEGERI
REPUBLIK INDONESIA

332
PENDAHULUAN
PENDAHULUAN

Sebagai langkah percepatan penyediaan


infrastruktur untuk mencapai target yang tercantum dalam
Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional
(RPJMN) 2015-2019, pemerintah telah
mengundangkan Peraturan Presiden No. 38 Tahun 2015
tentang Kerjasama Pemerintah dengan Badan Usaha
(KPBU) dalam Penyediaan Infrastruktur.

Dengan berlakunya peraturan presiden tersebut, maka


Peraturan Presiden No. 67 Tahun 2005 sebagaimana telah
diubah beberapa kali terakhir dengan Peraturan Presiden
No. 66 Tahun 2013 dicabut dan dinyatakan tidak berlaku
lagi.

Peraturan Presiden No. 38 Tahun 2015 juga


mengamanatkan agar pemerintah menetapkan
ketentuan mengenai tata cara pelaksanaan KPBU dan tata
cara pengadaan Badan Usaha Pelaksana KPBU.
Ketentuan tersebut diundangkan dalam bentuk Peraturan
Menteri PPN / Kepala Bappenas No. 4 Tahun 2015 tentang
Tata Cara Pelaksanaan Kerjasama Pemerintah dengan
Badan Usaha dalam Penyediaan Infrastruktur dan
Peraturan Kepala LKPP No. 19 Tahun 2015 tentang Tata
Cara Pelaksanaan Pengadaan Badan Usaha Kerjasama
Pemerintah Dengan Badan Usaha Dalam Penyediaan
Infrastruktur.

i
DAFTAR ISI
PENDAHULUAN .............................................................................................................. i
DAFTAR ISI....................................................................................................................... iii

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA DAFTAR


DAFTAR ISI ISI
NOMOR 38 TAHUN 2015 TENTANG KERJASAMA PEMERINTAH DENGAN
BADAN USAHA DALAM PENYEDIAAN INFRASTRUKTUR ............................................... v

ISIISI
PENDAHULUAN .............................................................................................................. i

DAFTAR
PENDAHULUAN .............................................................................................................. i

DAFTAR
DAFTAR ISI .......................................................................................................................
SALINANISI....................................................................................................................... iii
DAFTAR iii
PERATURAN MENTERI PERENCANAAN PEMBANGUNAN NASIONAL/
PERATURAN
KEPALA BADAN PRESIDEN
PERENCANAAN REPUBLIK INDONESIA NASIONAL
PEMBANGUNAN
PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA
NOMOR 38
REPUBLIK TAHUN 2015 TENTANG KERJASAMA PEMERINTAH DENGAN
NOMOR 38INDONESIA
TAHUN 2015 TENTANG KERJASAMA PEMERINTAH DENGAN
BADAN USAHA
NOMORUSAHA
4 TAHUN DALAM PENYEDIAAN
2015 PENYEDIAAN
TENTANG TATA INFRASTRUKTUR
CARA PELAKSANAAN ...............................................
KERJASAMA v
BADAN DALAM INFRASTRUKTUR ............................................... v
PEMERINTAH DENGAN BADAN USAHA DALAM PENYEDIAAN INFRASTRUKTUR........ 39
SALINAN
SALINAN
PERATURAN MENTERI PERENCANAAN PEMBANGUNAN NASIONAL/
SALINAN LAMPIRAN
PERATURAN MENTERI PERENCANAAN PEMBANGUNAN NASIONAL/
KEPALA BADAN
PERATURAN PERENCANAAN
MENTERI PERENCANAAN PEMBANGUNAN
PEMBANGUNAN NASIONAL NASIONAL/
KEPALA BADAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN NASIONAL
REPUBLIK INDONESIA
KEPALA BADAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN NASIONAL
REPUBLIK INDONESIA
NOMOR 4 TAHUN
REPUBLIK INDONESIA 2015 TENTANG TATA CARA PELAKSANAAN KERJASAMA
NOMOR 4 TAHUN 2015 TENTANG TATA CARA PELAKSANAAN KERJASAMA
PEMERINTAH
NOMOR 4 TAHUN DENGAN 2015 BADAN
TENTANG USAHATATA DALAM PENYEDIAAN INFRASTRUKTUR
CARA PELAKSANAAN KERJASAMA ........ 39
PEMERINTAH DENGAN BADAN USAHA DALAM PENYEDIAAN INFRASTRUKTUR ........ 39
PEMERINTAH DENGAN BADAN USAHA DALAM PENYEDIAAN INFRASTRUKTUR........ 73
SALINAN LAMPIRAN
SALINAN LAMPIRAN
PERATURAN
SALINAN ANAK MENTERI
LAMPIRAN PERENCANAAN
PERATURANPEMBANGUNAN MENTERI NO. 4 TAHUN NASIONAL/ 2015 ........................ 135
PERATURAN MENTERI PERENCANAAN PEMBANGUNAN NASIONAL/
KEPALA BADAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN NASIONAL
KEPALA BADAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN NASIONAL
REPUBLIK
PERATURAN INDONESIA
REPUBLIK INDONESIA
NOMOR 4 TAHUN
KEPALA LEMBAGA 2015 TENTANG
KEBIJAKAN TATA CARABARANG/JASA
PENGADAAN PELAKSANAAN KERJASAMA
NOMOR 4 TAHUN 2015 TENTANG TATA CARA PELAKSANAANPEMERINTAH KERJASAMA
PEMERINTAH
NOMOR 19 TAHUN DENGAN BADAN
2015BADANTENTANG USAHA TATA DALAM
CARAPENYEDIAAN
PELAKSANAAN INFRASTRUKTUR
PENGADAAN ........ 73
PEMERINTAH DENGAN USAHA DALAM PENYEDIAAN INFRASTRUKTUR ........ 73
BADAN USAHA KERJASAMA PEMERINTAH DENGAN BADAN USAHA
SALINAN ANAK LAMPIRAN
DALAM PENYEDIAAN PERATURAN.........................................................................
INFRASTRUKTUR MENTERI NO. 4 TAHUN 2015 ........................ 135
SALINAN ANAK LAMPIRAN PERATURAN MENTERI NO. 4 TAHUN 2015 ........................ 145 135

PERATURAN
LAMPIRAN
PERATURAN
KEPALA LEMBAGA
PERATURAN KEBIJAKAN
KEPALA LEMBAGAPENGADAAN BARANG/JASA PEMERINTAH
KEBIJAKAN PENGADAAN
KEPALA LEMBAGA KEBIJAKAN PENGADAAN BARANG/JASA PEMERINTAH
NOMOR 19
BARANG/JASATAHUN 2015 TENTANG
PEMERINTAH TATA CARA PELAKSANAAN PENGADAAN
NOMOR 19 TAHUN 2015 TENTANG TATA CARA PELAKSANAAN PENGADAAN
BADAN USAHA
NOMORUSAHA KERJASAMA
19 TAHUN PEMERINTAH
2015 TENTANG TATA CARA DENGAN BADAN USAHA
PELAKSANAAN PENGADAAN
BADAN KERJASAMA PEMERINTAH DENGAN BADAN USAHA
DALAM PENYEDIAAN
BADAN PENYEDIAAN INFRASTRUKTUR
USAHA KERJASAMA .........................................................................
PEMERINTAH DENGAN BADAN USAHA 145
DALAM INFRASTRUKTUR ......................................................................... 145
DALAM PENYEDIAAN INFRASTRUKTUR ......................................................................... 187
LAMPIRAN
LAMPIRAN
PERATURAN KEPALA LEMBAGA KEBIJAKAN PENGADAAN
PERATURAN KEPALA LEMBAGA KEBIJAKAN PENGADAAN
BARANG/JASA PEMERINTAH
BARANG/JASA PEMERINTAH
NOMOR 19 TAHUN 2015 TENTANG TATA CARA PELAKSANAAN PENGADAAN
NOMOR 19 TAHUN 2015 TENTANG TATA CARA iii PELAKSANAAN PENGADAAN
BADAN USAHA KERJASAMA PEMERINTAH DENGAN BADAN USAHA
BADAN USAHA KERJASAMA PEMERINTAH DENGAN BADAN USAHA
DALAM PENYEDIAAN INFRASTRUKTUR ......................................................................... 187
DALAM PENYEDIAAN INFRASTRUKTUR ......................................................................... 187
SALINAN PERATURAN MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA
NO.190/PMK-08/2015 TENTANG PEMBAYARAN KETERSEDIAAN LAYANAN DALAM
RANGKA KERJASAMA PEMERINTAH DENGAN BADAN USAHA DALAM PENYEDIAAN
INFRASTRUKTUR.............................................................................................................................. 295
iii
iii
iv
v
(KPBU)
dengan Badan Usaha
Kerjasama Pemerintah

PENJELASAN UMUM
KERJASAMA PEMERINTAH
DANGAN BADAN USAHA (KPBU)
Kerjasama Pemerintah dengan Badan Usaha (KPBU)

Definisi:
KPBU adalah kerjasama antara
pemerintah dan Badan Usaha dalam
Penyediaan Infrastruktur untuk
kepentingan umum dengan mengacu
kepada spesifikasi yang telah
ditetapkan sebelumnya oleh Menteri/
Kepala Lembaga/Kepala Daerah/
BUMN/BUMD, yang sebagian atau
seluruhnya menggunakan sumber
daya Badan Usaha dengan memper-
hatikan pembagian risiko antara para
pihak.

Mengapa KPBU?
Tujuan menggunakan skema KPBU meliputi:

Mencukupi kebutuhan pen- Mendorong prinsip pakai-bayar


danaan penyediaan infrastruk- oleh pengguna, atau dalam hal
tur secara berkelanjutan melalui tertentu mempertimbangkan
pengerahan dana swasta. kemampuan membayar
pengguna.
Penyediaan Infrastruktur yang
berkualitas, efektif, efisien,
tepat sasaran dan tepat waktu Memberikan kepastian
pengembalian investasi Badan
Usaha melalui pembayaran
Menciptakan iklim investasi yang secara berkala oleh pemerintah
mendorong partisipasi Badan Usa- kepada Badan Usaha.
ha dalam penyediaan infrastruktur.

KEMITRAAN BERSAING EFEKTIF


PRINSIP KPBU
KEMANFAATAN PENGENDALIAN
DAN PENGELOLAAN EFISIEN
RISIKO

vi
Kesalahpahaman Terhadap KPBU

• KPBU bukan pengalihan


kewajiban pemerintah dalam
penyediaan layanan kepada
masyarakat, tetapi KPBU
merupakan pembiayaan untuk
merancang, membangun, dan
mengoperasikan proyek-proyek
infrastruktur kepada swasta;

• Investasi swasta bukan


sumbangan gratis kepada
pemerintah dalam penyediaan
pelayanan publik;
• KPBU bukan merupakan
privatisasi barang publik;
• KPBU bukan merupakan sumber
pendapatan pemerintah yang
akan membebani masyarakat
dalam pemberian pelayanan
umum;
• KPBU bukan merupakan
pinjaman (utang) pemerintah
kepada swasta.

vii
Subjek dalam KPBU berdasarkan Perpres 38/2015

Pemerintah yang dalam hal ini akan berperan sebagai


Penanggung Jawab Proyek Kerjasama (PJPK)
• Menteri/Kepala Lembaga atau pihak yang didelegasikan untuk
bertindak mewakili Kementerian/Lembaga / Kepala Daerah / BUMN/
BUMD.
• Proyek KPBU dapat dilakukan dengan penggabungan (bundling) 2
atau lebih jenis infrastruktur dimana Menteri/Kepala Lembaga/Kepala
Daerah bertindak bersama-sama sebagai PJPK dengan menan-
datangani nota kesepahaman mengenai PJPK dan menunjuk pihak
yang menjadi
koordinator PJPK.
• BUMN/D dapat bertindak sebagai PJPK sepanjang diatur dalam
peraturan perundang-undangan sektor.

Badan Usaha

Badan Usaha Milik Negara Badan Usaha Milik Daerah

Badan Usaha Swasta


Badan hukum asing
berbentuk Perseroan Terbatas

Koperasi

viii
Jenis Infrastruktur Berdasarkan
Perpres No. 38 / 2015 tentang KPBU

ix
• PJPK dapat membiayai
sebagian penyediaan
infrastruktur KPBU.
• Penyediaan Infrastruktur yang sebagian
dibiayai oleh PJPK dilaksanakan oleh
Badan Usaha Pelaksana yang
pemilihannya dilakukan melalui
pengadaan badan usaha sebagaimana diatur dalam Perpres KPBU.
• Pelaksanaan sebagian proyek KPBU yang dibiayai oleh PJPK
dilakukan oleh badan usaha pelaksana pemenang pengadaan usaha
sebagaimana diatur dalam Perpres.

Proyek Atas Prakarsa Badan Usaha


(Unsolicited Project)
Proyek Atas Prakarsa Badan Usaha Jenis Kompensasi:
(Unsolicited Project) : (1) Pemberian tambahan
• Terintegrasi secara teknis dengan nilai sebesar 10%;
rencana induk pada sektor yang (2) Right to match; atau
bersangkutan; (3) Pembelian prakarsa.
• Layak secara ekonomi dan finansial;
dan Proyek Atas Prakarsa
• Badan Usaha yang mengajukan Badan Usaha (Unsolicited
prakarsa memiliki kemampuan Project) dapat diberikan
keuangan yang memadai untuk Jaminan Pemerintah sesuai
membiayai pelaksanaan Penyediaan ketentuan peraturan perun-
Infrastruktur. dang-undangan
Perubahan pada Perpres 38/2015 ada-
lah menghapus salah satu kriteria yang
tercantum pada Perpres sebelumnya:
“Tidak termasuk dalam rencana in-
duk pada sektor yang bersangkutan”

x
Pengadaan Tanah

Pengadaan tanah untuk KPBU diselenggarakan oleh Pemerintah


sesuai ketentuan peraturan perundang-undangan mengenai pengadaan
tanah bagi pembangunan untuk kepentingan umum.
Pendanaan pengadaan tanah untuk KPBU bersumber dari APBN dan/
atau APBD.
Apabila PJPK adalah BUMN, pendanaan pengadaan tanah ber-
sumber dari anggaran BUMN/BUMD atau dari Badan Usaha melalui
kerjasama dengan BUMN/BUMD yang bersangkutan.
Apabila KPBU layak secara finansial, Badan Usaha Pelaksana dapat
membayar kembali sebagian / seluruh biaya pengadaan tanah.
Pengadaan Badan Usaha dalam rangka KPBU dilaksanakan setelah
diperolehnya penetapan lokasi atas tanah yang diperlukan untuk
pelaksanaan KPBU.

xi
Dukungan Pemerintah
Menteri/Kepala Lembaga/Kepala Daerah dapat memberikan Dukungan
Pemerintah terhadap KPBU sesuai dengan lingkup kegiatan KPBU.

• Menteri Keuangan dapat menyetujui pemberian


Dukungan Pemerintah dalam bentuk Dukungan Ke-
layakan dan/atau insentif perpajakan sesuai dengan
peraturan perundang-undangan berdasarkan usulan
KETENTUAN PJPK.
• Menteri/Kepala Lembaga/Kepala Daerah dapat
memberikan Dukungan Pemerintah dalam bentuk
lainnya sesuai ketentuan peraturan perundang-un-
dangan.

• Viability Gap Fund (VGF) atau insentif perpajakan


yang disetujui Menteri Keuangan; dan/atau
• Bentuk lainnya yang dapat diberikan oleh Menteri/
BENTUK Kepala Lembaga/Kepala Daerah sesuai ketentuan
peraturan perundang-undangan.
• Pengadaan tanah dan perizinan merupakan kewa-
jiban pemerintah.

Jaminan Pemerintah
Pemerintah dapat memberikan Jaminan Pemerintah terhadap
KPBU dalam bentuk Penjaminan Infrastruktur.

Pengendalian dan pengelolaan risiko atas jaminan pemerintah


dilaksanakan oleh Menteri Keuangan, dimana untuk menjalankan
tugas dan fungsi tersebut Menteri Keuangan berwenang untuk:
(a) menetapkan kriteria pemberian Jaminan Pemerintah untuk
KPBU;
KETENTUAN (b) meminta dan memperoleh data serta informasi yang diperlu-
kan dari pihak-pihak yang terkait dengan Proyek KPBU yang
diusulkan untuk diberikan Jaminan Pemerintah;
(c) menetapkan bentuk, tata cara, dan mekanisme Jaminan
Pemerintah untuk KPBU;
(d) menetapkan pemberian Jaminan Pemerintah kepada Badan
Usaha.

• Ketentuan lebih lanjut mengenai bentuk, tata cara dan mekanisme Jaminan
Pemerintah diatur lebih lanjut oleh Menteri Keuangan.
• Jaminan Pemerintah dapat diberikan Menteri Keuangan melalui Badan Usaha Pen-
jaminan Infratruktur dengan ketentuan diatur dalam Peraturan Presiden tersendiri.

xii
Penganggaran KPBU & Penyiapan KPBU dengan
Bantuan Badan Usaha
Penganggaran KPBU Penyiapan KPBU dengan
Bantuan Badan Usaha
Menteri/Kepala Lembaga/Kepala
Daerah/BUMN/BUMD Biaya penyiapan dapat dibebankan
menganggarkan dana kepada pemenang lelang baik
perencanaan, penyiapan, sebagian atau seluruhnya, yang
transaksi, dan manajemen meliputi:
KPBU sesuai ketentuan • Biaya Penyiapan Prastudi
peraturan perundang- Kelayakan;
undangan • Biaya Transaksi;
• Imbalan terhadap Badan Usaha
dan lembaga/institusi/organisa-
si internasional pelaksana
penyiapan yang dibayarkan
berdasarkan keberhasilan
transaksi KPBU (success fee);
• Biaya lain yang sah

Pengadaan Badan Usaha


• Mekanisme pengadaan badan usaha:
1. Pelelangan; atau
2. Penunjukan langsung
• Pelelangan atau penunjukan
dilakukan melalui prakualifikasi.
• Penunjukkan langsung dilakukan
dengan kondisi tertentu, yaitu:
1. Pengembangan atas infrastruktur yang telah dibangun dan/atau
dioperasikan sebelumnya oleh Badan Usaha Pelaksana yang
sama;
2. Pekerjaan yang hanya dapat dilaksanakan dengan penggunaan
teknologi baru dan penyedia jasa yang mampu mengaplikasikan-
nya hanya satu-satunya; atau
3. Badan Usaha telah menguasai sebagian besar atau seluruh lahan
yang diperlukan untuk melaksanakan KPBU.

xiii
Perolehan Pembiayaan dan Pengembalian Investasi
Perolehan Pembiayaan Pengembalian
(Financial Close) Investasi
• Perolehan pembiayaan paling 1. Pembayaran oleh pengguna
lama dalam 12 bulan dan (user charge); dan/atau
dapat diperpanjang dari waktu
ke waktu dalam hal kegagalan 2. Pembayaran oleh PJPK
bukan karena kelalaian badan melalui skema pembayaran
usaha pelaksanan. ketersediaan layanan
• Perolehan pembiayaan telah (availability payment)
terlaksana bila:
a. telah ditandatanganinya
perjanjian pinjaman untuk
membiayai seluruh KPBU,
dan
b. sebagian pinjaman telah
dapat dicairkan untuk
memulai
pekerjaan konstruksi.
• Setiap perpanjangan
waktu perolehan pembiayaan
diberikan paling lama 6 (enam)
bulan.

Simpul KPBU

Menteri/Kepala Lembaga/Kepala Daerah menunjuk unit kerja di


lingkungan Kementerian/Lembaga/Daerah sebagai Simpul
KPBU

FUNGSI TUGAS
Sebagai unit yang akan Menyiapkan perumusan
melaksanakan tugas berkaitan kebijakan, sinkronisasi,
dengan KPBU dalam Kementeri- koordinasi, pengawasan,
an/Lembaga/Daerah tersebut. dan evaluasi pembangunan
KPBU

xiv
PERATURAN PRESIDEN
NO. 38 TAHUN 2015
PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA
NOMOR 38 TAHUN 2015

TENTANG

KERJASAMA PEMERINTAH DENGAN BADAN USAHA


DALAM PENYEDIAAN INFRASTRUKTUR

1
2
PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA
NOMOR 38 TAHUN 2015
TENTANG
KERJASAMA PEMERINTAH DENGAN BADAN USAHA
DALAM PENYEDIAAN INFRASTRUKTUR

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,


Menimbang : a. bahwa ketersediaan infrastruktur yang memadai dan
berkesinambungan merupakan kebutuhan mendesak, untuk
mendukung pelaksanaan pembangunan nasional dalam
rangka meningkatkan perekonomian nasional, menyejahterakan
masyarakat, dan meningkatkan daya saing Indonesia dalam
persaingan global;
b. bahwa untuk mempercepat pembangunan infrastruktur,
perlu mengambil langkah-langkah yang komprehensif guna
menciptakan iklim investasi, untuk mendorong keikutsertaan
badan usaha dalam penyediaan infrastruktur dan layanan
berdasarkan prinsip-prinsip usaha yang sehat;
c. bahwa untuk mendorong dan meningkatkan kerjasama antara
pemerintah dan badan usaha dalam penyediaan infrastruktur
dan layanan sosial, diperlukan pengaturan guna melindungi
dan menjaga kepentingan konsumen, masyarakat, dan badan
usaha secara berkeadilan;
d. bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksud
pada huruf a, huruf b, dan huruf c, perlu mengatur kerjasama
pemerintah dan badan usaha dalam penyediaan infrastruktur

agar ...
3
agar kerjasama tersebut dapat dilakukan secara luas, cepat,
efektif, efisien, komprehensif, dan berkesinambungan;
e. bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksud
pada huruf a, huruf b, huruf c, dan huruf d, perlu menetapkan
Peraturan Presiden tentang Kerjasama Pemerintah dengan
Badan Usaha Dalam Penyediaan Infrastruktur;
Mengingat : Pasal 4 ayat (1) Undang-Undang Dasar Negara Republik
Indonesia Tahun 1945;

MEMUTUSKAN:
Menetapkan :
PERATURAN PRESIDEN TENTANG KERJASAMA
PEMERINTAH DENGAN BADAN USAHA DALAM
PENYEDIAAN INFRASTRUKTUR.

BAB I
KETENTUAN UMUM

Pasal 1
Dalam Peraturan Presiden ini yang dimaksud dengan :
1. Menteri/Kepala Lembaga adalah pimpinan kementerian/
kepala lembaga atau pihak yang didelegasikan untuk bertindak
mewakili kementerian/lembaga berdasarkan peraturan
perundang-undangan, yang ruang lingkup, tugas, dan tanggung
jawabnya meliputi sektor infrastruktur yang diatur dalam
Peraturan Presiden ini.
2. Kepala Daerah adalah gubernur bagi daerah provinsi, atau
bupati/walikota bagi daerah kabupaten/kota atau pihak yang
didelegasikan berdasarkan peraturan perundang-undangan
untuk mewakili kepala daerah bersangkutan.

4
3. Penanggung Jawab Proyek Kerjasama yang selanjutnya
disingkat PJPK adalah Menteri/Kepala Lembaga/Kepala
Daerah, atau Badan Usaha Milik Negara/Badan Usaha Milik
Daerah sebagai penyedia atau penyelenggara infrastruktur
berdasarkan peraturan perundang- undangan.
4. Infrastruktur adalah fasilitas teknis, fisik, sistem, perangkat
keras, dan lunak yang diperlukan untuk melakukan pelayanan
kepada masyarakat dan mendukung jaringan struktur agar
pertumbuhan ekonomi dan sosial masyarakat dapat berjalan
dengan baik.
5. Penyediaan Infrastruktur adalah kegiatan yang meliputi
pekerjaan konstruksi untuk membangun atau meningkatkan
kemampuan infrastruktur dan/atau kegiatan pengelolaan
infrastruktur dan/atau pemeliharaan infrastruktur dalam
rangka meningkatkan kemanfaatan infrastruktur.
6. Kerjasama Pemerintah dan Badan Usaha yang selanjutnya
disebut sebagai KPBU adalah kerjasama antara pemerintah
dan Badan Usaha dalam Penyediaan Infrastruktur untuk
kepentingan umum dengan mengacu pada spesifikasi yang
telah ditetapkan sebelumnya oleh Menteri/Kepala Lembaga/
Kepala Daerah/Badan Usaha Milik Negara/Badan Usaha Milik
Daerah, yang sebagian atau seluruhnya menggunakan sumber
daya Badan Usaha dengan memperhatikan pembagian risiko
diantara para pihak.
7. Badan Usaha adalah Badan Usaha Milik Negara, Badan Usaha
Milik Daerah, badan usaha swasta yang berbentuk Perseroan
Terbatas, badan hukum asing, atau koperasi.
8. Badan Usaha Pelaksana KPBU, yang selanjutnya disebut
dengan Badan Usaha Pelaksana, adalah Perseroan Terbatas
yang didirikan oleh Badan Usaha pemenang lelang atau
ditunjuk langsung.

9. Seleksi ...
5
9. Seleksi adalah metode pengadaan Badan Usaha dalam rangka
penyiapan KPBU dengan mengikutsertakan sebanyak-
banyaknya peserta melalui pengumuman secara luas atau
undangan.
10. Pelelangan adalah metode pengadaan Badan Usaha Pelaksana
dalam rangka pelaksanaan KPBU dengan mengikutsertakan
sebanyak-banyaknya peserta melalui pengumuman secara luas
atau undangan.
11. Penunjukan Langsung adalah metode pemilihan Badan Usaha
Pelaksana dalam rangka pelaksanaan KPBU melalui
negosiasi dengan 1 (satu) peserta.
12. Dukungan Pemerintah adalah kontribusi fiskal dan/atau
bentuk lainnya yang diberikan oleh Menteri/Kepala
Lembaga/Kepala Daerah dan/atau menteri yang
menyelenggarakan urusan pemerintah di bidang keuangan
dan kekayaan negara sesuai kewenangan masing-masing
berdasarkan peraturan perundang- undangan dalam rangka
meningkatkan kelayakan finansial dan efektifitas KPBU.
13. Dukungan Kelayakan adalah Dukungan Pemerintah dalam
bentuk kontribusi fiskal yang bersifat finansial yang diberikan
terhadap Proyek KPBU oleh menteri yang menyelenggarakan
urusan pemerintah di bidang keuangan dan kekayaan negara.
14.
Jaminan Pemerintah adalah kompensasi finansial yang
diberikan oleh menteri yang menyelenggarakan urusan
pemerintah di bidang keuangan dan kekayaan negara kepada
Badan Usaha Pelaksana melalui skema pembagian risiko untuk
Proyek Kerja Sama.
15. Penjaminan Infrastruktur adalah pemberian jaminan atas
kewajiban finansial PJPK yang dilaksanakan berdasarkan
perjanjian penjaminan.
Pembayaran Ketersediaan Layanan (Availability Payment)
16.
adalah pembayaran secara berkala oleh Menteri/Kepala

6
Lembaga/Kepala Daerah kepada Badan Usaha Pelaksana atas
tersedianya layanan Infrastruktur yang sesuai dengan kualitas
dan/atau kriteria sebagaimana ditentukan dalam perjanjian
KPBU.

BAB II
TUJUAN DAN PRINSIP KPBU

Pasal 2
(1) Menteri/Kepala Lembaga/Kepala Daerah dapat bekerjasama
dengan Badan Usaha dalam Penyediaan Infrastruktur.
(2) Kerjasama Pemerintah dengan Badan Usaha dalam Penyediaan
Infrastruktur dilakukan melalui skema KPBU berdasarkan
ketentuan dan tata cara sebagaimana diatur dalam Peraturan
Presiden ini.

Pasal 3
KPBU dilakukan dengan tujuan untuk:
a. Mencukupi kebutuhan pendanaan secara berkelanjutan dalam
Penyediaan Infrastruktur melalui pengerahan dana swasta;
b. Mewujudkan Penyediaan Infrastruktur yang berkualitas,
efektif, efisien, tepat sasaran, dan tepat waktu;
c. Menciptakan iklim investasi yang mendorong keikutsertaan
Badan Usaha dalam Penyediaan Infrastruktur berdasarkan
prinsip usaha secara sehat;
d. Mendorong digunakannya prinsip pengguna membayar
pelayanan yang diterima, atau dalam hal tertentu
mempertimbangkan kemampuan membayar pengguna; dan/
atau
e. Memberikan ...
7
e. Memberikan kepastian pengembalian investasi Badan Usaha
dalam Penyediaan Infrastruktur melalui mekanisme pemba-
yaran secara berkala oleh pemerintah kepada Badan Usaha.

Pasal 4
KPBU dilakukan berdasarkan prinsip:

a. Kemitraan, yakni kerjasama antara pemerintah dengan
Badan Usaha dilakukan berdasarkan ketentuan peraturan
perundang-undangan dan persyaratan yang mempertimbang-
kan kebutuhan kedua belah pihak;
b. Kemanfaatan, yakni Penyediaan Infrastruktur yang dilakukan
oleh pemerintah dengan Badan Usaha untuk memberikan
manfaat sosial dan ekonomi bagi masyarakat;
c. Bersaing, yakni pengadaan mitra kerjasama Badan Usaha
dilakukan melalui tahapan pemilihan yang adil, terbuka, dan
transparan, serta memperhatikan prinsip persaingan usaha
yang sehat;
d. Pengendalian dan pengelolaan risiko, yakni kerja sama
Penyediaan Infrastruktur dilakukan dengan penilaian risiko,
pengembangan strategi pengelolaan, dan mitigasi terhadap
risiko;
e. Efektif, yakni kerja sama Penyediaan Infrastruktur mampu
mempercepat pembangunan sekaligus meningkatkan kualitas
pelayanan pengelolaan dan pemeliharaan infrastruktur; dan
f. Efisien, yakni kerja sama Penyediaan Infrastruktur mencukupi
kebutuhan pendanaan secara berkelanjutan dalam Penyediaan
Infrastruktur melalui dukungan dana swasta.

8
BAB III
JENIS INFRASTRUKTUR DAN BENTUK KERJASAMA
Pasal 5
(1) Infrastruktur yang dapat dikerjasamakan berdasarkan Peraturan
Presiden ini adalah infrastruktur ekonomi dan infrastruktur
sosial.
(2)
Jenis Infrastruktur ekonomi dan infrastruktur sosial
sebagaimana dimaksud pada ayat (1) mencakup:
a. infrastruktur transportasi;
b. infrastruktur jalan;
c. infrastruktur sumber daya air dan irigasi;
d. infrastruktur air minum;
e. infrastruktur sistem pengelolaan air limbah terpusat;
f. infrastruktur sistem pengelolaan air limbah setempat;
g. infrastruktur sistem pengelolaan persampahan;
h. infrastruktur telekomunikasi dan informatika;
i. infrastruktur ketenagalistrikan;
j. infrastruktur minyak dan gas bumi dan energi terbarukan;
k. infrastruktur konservasi energi;
l. infrastruktur fasilitas perkotaan;
m. infrastruktur fasilitas pendidikan;
n. infrastruktur fasilitas sarana dan prasarana olahraga, serta
kesenian;
o. infrastruktur kawasan;
p. infrastruktur pariwisata;
q. infrastruktur kesehatan;

r. infrastruktur...
9
r. infrastruktur lembaga pemasyarakatan; dan
s. infrastruktur perumahan rakyat.

(3) KPBU dapat merupakan Penyediaan Infrastruktur yang


merupakan gabungan dari 2 (dua) atau lebih jenis infrastruktur
sebagaimana dimaksud pada ayat (2).
(4)
Dalam rangka meningkatkan kelayakan KPBU dan/atau
memberikan manfaat yang lebih besar kepada masyarakat,
KPBU dapat mengikutsertakan kegiatan penyediaan sarana
komersial.
(5) Ketentuan lebih lanjut mengenai jenis infrastruktur ekonomi
dan infrastruktur sosial lainnya ditetapkan oleh menteri
yang menyelenggarakan urusan pemerintahan di bidang
perencanaan pembangunan nasional.

BAB IV
PENANGGUNG JAWAB PROYEK KERJASAMA

Bagian Pertama

Menteri/Kepala Lembaga/Kepala Daerah sebagai PJPK

Pasal 6
(1) Dalam pelaksanaan KPBU, Menteri/Kepala Lembaga/ Kepala
Daerah bertindak selaku PJPK.
(2) Penentuan Menteri/Kepala Lembaga/Kepala Daerah sebagai
PJPK dilakukan dengan memperhatikan peraturan perun-
dang-undangan di bidang sektor.

10
Pasal 7
(1) Dalam hal KPBU merupakan gabungan dari 2 (dua) atau lebih
jenis Infrastruktur, Menteri/Kepala Lembaga/Kepala Daerah
yang memiliki kewenangan terhadap sektor infrastruktur yang
dikerjasamakan berdasarkan peraturan perundang-undangan,
bertindak bersama-sama sebagai PJPK.
(2)
Menteri/Kepala Lembaga/Kepala Daerah yang memiliki
kewenangan terhadap sektor Infrastruktur yang akan
dikerjasamakan sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
menandatangani nota kesepahaman mengenai PJPK.
(3) Nota kesepahaman sebagaimana dimaksud pada ayat (2)
paling kurang memuat:
a. kesepakatan pihak yang menjadi koordinator PJPK;
b. kesepakatan mengenai pembagian tugas dan anggaran
dalam rangka penyiapan, transaksi, dan manajemen KPBU;
dan
c. jangka waktu pelaksanaan KPBU.

Bagian Kedua
Badan Usaha Milik Negara atau Badan Usaha Milik Daerah sebagai
PJPK

Pasal 8
Badan Usaha Milik Negara dan/atau Badan Usaha Milik Daerah
dapat bertindak sebagai PJPK, sepanjang diatur dalam peraturan
perundang-undangan sektor.

Pasal 9 ...
11
Pasal 9
Dalam hal Badan Usaha Milik Negara dan/atau Badan Usaha Milik
Daerah menjadi PJPK, KPBU dilaksanakan melalui perjanjian
dengan Badan Usaha Pelaksana.

BAB V
PENGADAAN TANAH

Pasal 10
(1)
Pengadaan tanah untuk KPBU diselenggarakan oleh
Pemerintah sesuai ketentuan peraturan perundang-undangan
mengenai pengadaan tanah bagi pembangunan untuk
kepentingan umum.
(2) Pendanaan pengadaan tanah untuk KPBU bersumber dari
Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara dan/atau Anggaran
Pendapatan dan Belanja Daerah.
(3) Dalam hal PJPK adalah Badan Usaha Milik Negara/Badan
Usaha Milik Daerah, pendanaan pengadaan tanah dapat
bersumber dari anggaran Badan Usaha Milik Negara/Badan
Usaha Milik Daerah atau dari Badan Usaha melalui kerjasama
dengan Badan Usaha Milik Negara/ Badan Usaha Milik Daerah
yang bersangkutan.
(4) Dalam hal KPBU layak secara finansial, Badan Usaha
Pelaksana dapat membayar kembali sebagian atau seluruh
biaya pengadaan tanah yang telah dilaksanakan oleh Menteri/
Kepala Lembaga/Kepala Daerah.
(5) Ketentuan sebagaimana dimaksud pada ayat (4), dicantumkan
dalam dokumen pengadaan Badan Usaha Pelaksana.

12
BAB VI
PENGEMBALIAN INVESTASI BADAN USAHA

Pasal 11
(1) PJPK menetapkan bentuk pengembalian investasi yang
meliputi penutupan biaya modal, biaya operasional, dan
keuntungan Badan Usaha Pelaksana.
(2)
Pengembalian investasi Badan Usaha Pelaksana atas
Penyediaan Infrastruktur bersumber dari:
a. pembayaran oleh pengguna dalam bentuk tarif;
b. Pembayaran Ketersediaan Layanan (Availability Payment);
dan/atau
c. bentuk lainnya sepanjang tidak bertentangan dengan
peraturan perundang-undangan.

Pasal 12
(1) Dalam hal pengembalian investasi Badan Usaha Pelaksana
bersumber dari pembayaran oleh pengguna dalam bentuk
tarif, PJPK menetapkan tarif awal atas penyediaan
infrastruktur.
(2) Tarif awal dan penyesuaiannya, ditetapkan untuk memastikan
pengembalian investasi yang meliputi penutupan biaya modal,
biaya operasional, dan keuntungan dalam kurun waktu
tertentu.
(3) Dalam hal berdasarkan pertimbangan PJPK, tarif sebagaimana
dimaksud pada ayat (2), belum dapat ditetapkan untuk
mengembalikan seluruh investasi Badan Usaha Pelaksana, tarif
dapat ditentukan berdasarkan tingkat kemampuan pengguna.

(4) Dalam ...


13
(4) Dalam hal tarif ditentukan berdasarkan kemampuan pengguna,
PJPK memberikan Dukungan Kelayakan sehingga Badan
Usaha Pelaksana dapat memperoleh pengembalian investasi
sebagaimana dimaksud pada ayat (2).
(5)
Pemberian Dukungan Kelayakan sebagaimana dimaksud
pada ayat (4), hanya diberikan bagi KPBU yang mempunyai
kepentingan dan kemanfaatan sosial, setelah Menteri/Kepala
Lembaga/Kepala Daerah melakukan kajian yang lengkap dan
menyeluruh atas kemanfaatan sosial.

Pasal 13
(1) Dalam hal pengembalian investasi Badan Usaha Pelaksana
ditetapkan bersumber dari Pembayaran atas Ketersediaan
Layanan, PJPK menganggarkan dana Pembayaran
Ketersediaan Layanan untuk Penyediaan Infrastruktur yang
dilakukan oleh Badan Usaha Pelaksana pada masa operasi
selama jangka waktu yang diatur dalam Perjanjian Kerja Sama.
(2)
Penganggaran dana Pembayaran Ketersediaan Layanan
sebagaimana dimaksud pada ayat (1), dilakukan dengan
memperhitungkan:
a. biaya modal;
b. biaya operasional; dan/atau
c. keuntungan Badan Usaha Pelaksana.
(3) Dalam hal Badan Usaha Pelaksana telah mengoperasikan
Infrastruktur yang dikerjasamakan sesuai dengan persyaratan
yang ditentukan dalam perjanjian KPBU, Menteri/Kepala
Lembaga/Kepala Daerah melakukan Pembayaran Ketersediaan
Layanan kepada Badan Usaha Pelaksana, melalui anggaran
Kementerian/Lembaga/ Pemerintah Daerah.
(4) PJPK melakukan Pembayaran Ketersediaan Layanan kepada

14
Badan Usaha Pelaksana apabila telah memenuhi kondisi
sebagai berikut:
a. Infrastruktur yang dikerjasamakan telah dibangun dan
dinyatakan siap beroperasi; dan
b.
Menteri/Kepala Lembaga/Kepala Daerah menyatakan
bahwa infrastruktur telah memenuhi indikator layanan
infrastruktur sebagaimana diatur dalam Perjanjian Kerja
Sama.
(5) Ketentuan lebih lanjut mengenai Pembayaran Ketersediaan
Layanan, diatur dalam peraturan menteri yang
menyelenggarakan urusan pemerintah di bidang keuangan dan
kekayaan negara dan/atau menteri yang menyelenggarakan
urusan pemerintah di bidang pemerintahan dalam negeri.

BAB VII
KPBU ATAS PRAKARSA BADAN USAHA

Pasal 14
(1)
Menteri/Kepala Lembaga/Kepala Daerah memprakarsai
Penyediaan Infrastruktur yang akan dikerjasamakan dengan
Badan Usaha melalui skema KPBU.
(2) Dikecualikan dari ketentuan pada ayat (1), Badan Usaha dapat
mengajukan prakarsa KPBU kepada Menteri/Kepala Lembaga/
Kepala Daerah.
(3) Penyediaan Infrastruktur yang dapat diprakarsai Badan Usaha
adalah yang memenuhi kriteria sebagai berkut:
a. terintegrasi secara teknis dengan rencana induk pada
sektor yang bersangkutan;
b. layak secara ekonomi dan finansial; dan
c. Badan ...
15
c. Badan Usaha yang mengajukan prakarsa memiliki
kemampuan keuangan yang memadai untuk membiayai
pelaksanaan Penyediaan Infrastruktur.
(4) Badan Usaha pemrakarsa wajib menyusun studi kelayakan atas
KPBU yang diusulkan.

(5) Terhadap Badan Usaha pemrakarsa KPBU dapat diberikan


alternatif kompensasi sebagai berikut:
a. pemberian tambahan nilai sebesar 10% (sepuluh per
seratus);
b. pemberian hak untuk melakukan penawaran oleh Badan
Usaha pemrakarsa terhadap penawar terbaik (right to
match), sesuai dengan hasil penilaian dalam proses
pelelangan; atau
c. pembelian prakarsa KPBU, antara lain hak kekayaan
intelektual yang menyertainya oleh Menteri/Kepala
Lembaga/Kepala Daerah atau oleh pemenang lelang.
(6) Pemberian kompensasi sebagaimana dimaksud pada ayat (2),
dicantumkan dalam persetujuan Menteri/Kepala Lembaga/
Kepala Daerah.
(7) Dalam hal Badan Usaha pemrakarsa telah mendapatkan
kompensasi sebagaimana dimaksud pada ayat (5) huruf a, ayat
(5) huruf b atau ayat (5) huruf c, seluruh studi kelayakan dan
dokumen pendukungnya, termasuk Hak Kekayaan Intelektual
yang menyertainya beralih menjadi milik Menteri/Kepala
Lembaga/Kepala Daerah.
(8) Menteri/Kepala Lembaga/Kepala Daerah dapat mengubah
atau melakukan penambahan terhadap studi kelayakan dan
dokumen pendukungnya tanpa memerlukan perijinan terlebih
dahulu dari Badan Usaha pemrakarsa, terhadap seluruh studi
kelayakan dan dokumen-dokumen pendukungnya, termasuk
Hak Kekayaan Intelektual sebagaimana dimaksud pada
ayat (7).

16
(9) KPBU yang diprakarsai Badan Usaha dapat diberikan Jaminan
Pemerintah sesuai ketentuan peraturan perundang-undangan.

BAB VIII
DUKUNGAN PEMERINTAH DAN JAMINAN PEMERINTAH

Pasal 15
(1) Menteri/Kepala Lembaga/Kepala Daerah dapat memberikan
Dukungan Pemerintah terhadap KPBU sesuai dengan lingkup
kegiatan KPBU.
(2) Dukungan Pemerintah sebagaimana dimaksud pada ayat
(1), dicantumkan dalam dokumen pengadaan Badan Usaha
Pelaksana.

Pasal 16
(1) Menteri yang menyelenggarakan urusan pemerintah di bidang
keuangan dan kekayaan negara dapat menyetujui pemberian
Dukungan Pemerintah dalam bentuk Dukungan Kelayakan
dan/atau insentif perpajakan, sesuai dengan peraturan
perundang-undangan berdasarkan usulan PJPK.
(2)
Bentuk dan tata cara pemberian Dukungan Kelayakan
sebagaimana dimaksud pada ayat (1), diatur lebih lanjut oleh
menteri yang menyelenggarakan urusan pemerintah di bidang
keuangan dan kekayaan negara.
(3) Menteri/Kepala Lembaga/Kepala Daerah dapat memberikan
Dukungan Pemerintah dalam bentuk lainnya sesuai ketentuan
peraturan perundang-undangan.

Pasal 17...
17
Pasal 17
(1) Pemerintah dapat memberikan Jaminan Pemerintah terhadap
KPBU.
(2) Jaminan Pemerintah sebagaimana dimaksud pada ayat (1),
diberikan dalam bentuk Penjaminan Infrastruktur.
(3) Jaminan Pemerintah diberikan dengan memperhatikan prinsip
pengelolaan dan pengendalian risiko keuangan dalam
Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara.
(4) Pengendalian dan pengelolaan risiko atas Jaminan Pemerintah
sebagaimana dimaksud pada ayat (3), dilaksanakan oleh
menteri yang menyelenggarakan urusan pemerintah di bidang
keuangan dan kekayaan negara.
(5) Menteri sebagaimana dimaksud pada ayat (4), dalam
melaksanakan tugas dan fungsinya berwenang untuk:
a. menetapkan kriteria pemberian Jaminan Pemerintah yang
akan diberikan kepada KPBU;
b. meminta dan memperoleh data serta informasi yang
diperlukan dari pihak yang terkait dengan KPBU yang
diusulkan untuk diberikan Jaminan Pemerintah;
c. menetapkan bentuk, tata cara, dan mekanisme Jaminan
Pemerintah yang diberikan kepada suatu KPBU; dan
d. menetapkan pemberian Jaminan Pemerintah kepada
Badan Usaha dalam rangka Penyediaan Infrastruktur.

(6) Jaminan Pemerintah sebagaimana dimaksud pada ayat (2),


harus disertakan dalam dokumen pelelangan.
(7) Ketentuan lebih lanjut mengenai bentuk, tata cara dan
mekanisme Jaminan Pemerintah, diatur lebih lanjut oleh
menteri yang menyelenggarakan urusan pemerintah di bidang
keuangan dan kekayaan negara.

18
Pasal 18
(1) Jaminan Pemerintah dapat diberikan oleh menteri yang
menyelenggarakan urusan pemerintah di bidang keuangan
dan kekayaan negara melalui badan usaha penjaminan
Infrastruktur.
(2) Ketentuan lebih lanjut mengenai Jaminan Pemerintah
sebagaimana dimaksud pada ayat (1), diatur dengan Peraturan
Presiden tersendiri.

BAB IX
PEMBIAYAAN SEBAGIAN KPBU OLEH PEMERINTAH

Pasal 19
(1) PJPK dapat membiayai sebagian Penyediaan Infrastruktur.
(2) Penyediaan Infrastuktur sebagaimana dimaksud pada ayat (1),
dilaksanakan oleh Badan Usaha Pelaksana.
(3) Pemilihan Badan Usaha Pelaksana sebagaimana dimaksud
pada ayat (2), dilakukan melalui pengadaan Badan Usaha
Pelaksana sebagaimana diatur dalam Peraturan Presiden ini.

BAB X
PERENCANAAN KPBU

Bagian Kesatu
Umum

Pasal 20
(1)
Menteri/Kepala Lembaga/Kepala Daerah merencanakan
kegiatan Infrastruktur yang akan dikerjasamakan dengan
Badan Usaha.
(2) Perencanaan...
19
29
(2) Perencanaan KPBU antara lain:
a. identifikasi dan penetapan KPBU;
b. penganggaran KPBU; dan
c. pengkategorian KPBU.

Bagian Kedua
Identifikasi dan Penetapan KPBU

Pasal 21
(1) Menteri/Kepala Lembaga/Kepala Daerah mengidentifikasi
Penyediaan Infrastruktur yang akan dikerjasamakan dengan
Badan Usaha.
(2) Identifikasi Penyediaan Infrastruktur dilakukan dengan
mempertimbangkan paling kurang:
a. kesesuaian dengan Rencana Pembangunan Jangka
Menengah Nasional/Rencana Pembangunan Jangka
Menengah Daerah dan rencana strategis sektor
infrastruktur;
b. kesesuaian dengan Rencana Tata Ruang dan Wilayah;
c. keterkaitan antar sektor infrastruktur dan antar wilayah;
d. analisa biaya manfaat dan sosial; dan
e. analisa nilai manfaat uang (Value for Money).

Pasal 22
(1) Pengadaan Infrastruktur yang akan dikerjasamakan dengan
Badan Usaha harus disertai dengan studi pendahuluan.
(2) Studi pendahuluan sebagaimana dimaksud pada ayat (1),
memuat paling kurang:

20
a. rencana bentuk KPBU;
b. rencana skema pembiayaan proyek dan sumber dananya;
dan
c. rencana penawaran kerjasama yang mencakup jadwal,
proses, dan cara penilaian.

Pasal 23
Dalam melakukan identifikasi KPBU, Menteri/Kepala Lembaga/
Kepala Daerah melakukan konsultasi publik.

Pasal 24
(1)
Berdasarkan hasil studi pendahuluan sebagaimana
dimaksud dalam Pasal 22 dan konsultasi publik sebagaimana
dimaksud dalam Pasal 23, Menteri/Kepala Lembaga/Kepala
Daerah menetapkan daftar usulan rencana KPBU.
(2) Daftar usulan rencana KPBU sebagaimana dimaksud pada
ayat (1), disampaikan oleh Menteri/Kepala Lembaga/Kepala
Daerah kepada menteri yang menyelenggarakan urusan
pemerintahan di bidang perencanaan pembangunan nasional.

Pasal 25
(1) Penyusunan daftar rencana KPBU dilakukan berdasarkan
daftar usulan yang disampaikan oleh Menteri/Kepala
Lembaga/Kepala Daerah.
(2)
Penetapan daftar rencana KPBU dilakukan berdasarkan
tingkat kesiapan oleh menteri yang menyelenggarakan urusan
pemerintahan di bidang perencanaan pembangunan nasional.

(3) Daftar ...


21
(3) Daftar rencana KPBU sebagaimana dimaksud pada ayat (2),
diumumkan dan disebarluaskan kepada masyarakat.

Bagian Ketiga
Penganggaran KPBU

Pasal 26
Menteri/Kepala Lembaga/Kepala Daerah/Badan Usaha Milik
Negara/Badan Usaha Milik Daerah menganggarkan dana
perencanaan, penyiapan, transaksi, dan manajemen KPBU sesuai
ketentuan peraturan perundang-undangan.

BAB XI
PENYIAPAN KPBU

Bagian Kesatu
Umum

Pasal 27
Menteri/Kepala Lembaga/Kepala Daerah melakukan penyiapan
KPBU, yang menghasilkan paling kurang:
a. Prastudi kelayakan;
b. Rencana Dukungan Pemerintah dan Jaminan Pemerintah;
c. penetapan tata cara pengembalian investasi Badan Usaha
Pelaksana; dan
d. pengadaan tanah untuk KPBU.

Pasal 28
(1) Penyiapan KPBU dapat dilakukan bersama dengan Badan
Usaha atau lembaga/institusi/organisasi internasional

22
berdasarkan kesepakatan dengan Menteri/Kepala Lembaga/
Kepala Daerah.
(2) Dalam hal terdapat lebih dari satu Badan Usaha atau lembaga/
institusi/organisasi internasional sebagaimana dimaksud pada
ayat (1), Menteri/Kepala Lembaga/Kepala Daerah melakukan
Seleksi.
(3) Ketentuan lebih lanjut mengenai tata cara Seleksi dalam
rangka penyiapan KPBU, diatur dalam peraturan lembaga yang
menyelenggarakan urusan pemerintah di bidang kebijakan
pengadaan barang/jasa pemerintah.

Pasal 29
(1) Biaya penyiapan KPBU dengan bantuan Badan Usaha
atau lembaga/institusi/organisasi internasional dibayarkan
dengan tata cara pembayaran secara berkala (retainer fee),
pembayaran secara penuh (lump sum), gabungan
pembayaran secara berkala dan secara penuh, dan/atau tata cara
lain yang disepakati antara Menteri/Kepala Lembaga/Kepala
Daerah dengan Badan Usaha/lembaga/institusi/organisasi
internasional.
(2) Biaya penyiapan KPBU dan pengadaan Badan Usaha mitra
KPBU yang dilakukan Menteri/Kepala Lembaga/Kepala
Daerah dengan bantuan Badan Usaha/lembaga/institusi/
organisasi internasional, pelaksana penyiapan KPBU dapat
dibebankan kepada Badan Usaha pemenang lelang baik
sebagian atau seluruhnya.
(3) Biaya penyiapan KPBU yang dapat dibebankan kepada Badan
Usaha pemenang lelang meliputi:
a. biaya penyiapan prastudi kelayakan;
b. biaya transaksi;

c. imbalan ...
23
c. imbalan terhadap Badan Usaha dan lembaga/institusi/
organisasi internasional pelaksana penyiapan yang
dibayarkan berdasarkan keberhasilan transaksi KPBU
(success fee); dan
d. biaya lain yang sah.

Bagian Kedua
Prastudi Kelayakan

Pasal 30
(1) Menteri/Kepala Lembaga/Kepala Daerah menyusun prastudi
kelayakan atas Infrastruktur yang akan dikerjasamakan.
(2) Prastudi kelayakan sebagaimana dimaksud pada ayat (1),
menghasilkan kesimpulan antara lain:
a. sumber pembiayaan KPBU;
b. identifikasi kerangka kontraktual, pengaturan, dan
kelembagaan;
c. rancangan KPBU dari aspek teknis;
d. usulan Dukungan Pemerintah dan Jaminan Pemerintah
yang diperlukan;
e. identifikasi risiko dan rekomendasi mitigasi, serta
pengalokasian risiko tersebut; dan
f. bentuk pengembalian investasi Badan Usaha Pelaksana.

Pasal 31
Dalam tahapan penyiapan prastudi kelayakan, Menteri/Kepala
Lembaga/Kepala Daerah menyusun dokumen sebagai berikut:

24
a. dokumen studi lingkungan; dan
b. dokumen perencanaan pengadaan tanah.

Bagian Ketiga
Penyiapan Perjanjian KPBU

Pasal 32
(1) PJPK menyiapkan perjanjian KPBU.
(2) Perjanjian KPBU paling kurang memuat ketentuan mengenai:
a. lingkup pekerjaan;
b. jangka waktu;
c. Jaminan pelaksanaan;
d. tarif dan mekanisme penyesuaiannya;
e. hak dan kewajiban termasuk alokasi risiko;
f. standar kinerja pelayanan;
g. pengalihan saham sebelum KPBU beroperasi secara
komersial;
h. sanksi dalam hal para pihak tidak memenuhi
ketentuan perjanjian;
i. pemutusan atau pengakhiran perjanjian;
j. status kepemilikan aset;
k. mekanisme penyelesaian sengketa yang diatur secara
berjenjang, yaitu musyawarah mufakat, mediasi, dan
arbitrase/pengadilan;
l. mekanisme pengawasan kinerja Badan Usaha Pelaksana
dalam melaksanakan pengadaan;
m. mekanisme perubahan pekerjaan dan/atau layanan;

n. mekanisme...
25
n. mekanisme hak pengambilalihan oleh Pemerintah dan
pemberi pinjaman;
o. penggunaan dan kepemilikan aset infrastruktur dan/atau
pengelolaannya kepada PJPK;
p. pengembalian aset infrastruktur dan/atau pengelolaannya
kepada PJPK;
q. keadaan memaksa;
r. pernyataan dan jaminan para pihak bahwa perjanjian
KPBU sah dan mengikat para pihak dan telah sesuai
dengan peraturan perundang-undangan;
s. penggunaan bahasa dalam Perjanjian, yaitu Bahasa
Indonesia atau apabila diperlukan dapat dibuat dalam
Bahasa Indonesia dan Bahasa Inggris (sebagai terjemahan
resmi/official translation), serta menggunakan Bahasa
Indonesia dalam penyelesaian perselisihan di wilayah
hukum Indonesia; dan
t. hukum yang berlaku, yaitu hukum Indonesia.

(3) Besaran jaminan pelaksanaan sebagaimana dimaksud pada


ayat (1) huruf c, setingginya-tingginya adalah 5% (lima per
seratus) dari nilai investasi KPBU.

(4)
Pengalihan saham Badan Usaha Pelaksana sebelum
Penyediaan Infrastruktur beroperasi secara komersial
sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf g, hanya dapat
dilakukan setelah mendapatkan persetujuan dan berdasarkan
kriteria yang ditetapkan Menteri/Kepala Lembaga/Kepala
Daerah/Badan Usaha Milik Negara/Badan Usaha Milik
Daerah.
(5) Pengalihan saham sebagaimana dimaksud pada ayat (4), tidak
boleh menunda jadwal mulai beroperasinya KPBU.

26
Pasal 33
(1)
Dalam hal terdapat penyerahan pengelolaan aset yang
dimiliki atau dikuasai oleh Menteri/Kepala Lembaga/
Kepala Daerah kepada Badan Usaha Pelaksana untuk
pelaksanaan KPBU, dalam perjanjian KPBU diatur:
a.
tujuan pemanfaatan aset dan larangan untuk
memanfaatkan aset untuk tujuan selain yang telah
disepakati;
b. tanggung jawab pengoperasian dan pemeliharaan,
termasuk pembayaran pajak dan kewajiban lain yang
timbul akibat pemanfaatan aset;
c. hak dan kewajiban pihak yang menguasai aset untuk
mengawasi dan memelihara kinerja aset selama digunakan;
d. larangan bagi Badan Usaha Pelaksana untuk mengagunkan
aset sebagai jaminan kepada pihak ketiga;
e. tata cara penyerahan dan/atau pengembalian aset;
f. hal-hal lain sesuai dengan ketentuan peraturan
perundang-undangan.
(2) Dalam hal Perjanjian KPBU mengatur penyerahan pengelolaan
aset yang diadakan oleh Badan Usaha Pelaksana selama jangka
waktu perjanjian, perjanjian KPBU harus mengatur:
a. kondisi aset yang akan dialihkan;
b. tata cara pengalihan aset;
c. status aset yang bebas dari segala jaminan kebendaan
atau pembebanan dalam bentuk apapun pada saat aset
diserahkan kepada Menteri/Kepala Lembaga/Kepala
Daerah;
d. status aset yang bebas dari tuntutan pihak ketiga; dan

c. pembebasan...
27
e. pembebasan Menteri/Kepala Lembaga/Kepala Daerah dari
segala tuntutan yang timbul setelah penyerahan aset.

Pasal 34
Dalam kaitannya dengan penggunaan Hak Kekayaan Intelektual,
perjanjian KPBU harus memuat jaminan dari Badan Usaha
Pelaksana bahwa:

a. Hak Kekayaan Intelektual yang digunakan sepenuhnya
terbebas dari segala bentuk pelanggaran hukum;
b. Menteri/Kepala Lembaga/Kepala Daerah akan dibebaskan
dari segala gugatan atau tuntutan dari pihak ketiga manapun
yang berkaitan dengan penggunaan Hak Kekayaan Intelektual
dalam Penyediaan Infrastruktur;
c. Dalam hal terdapat gugatan atau tuntutan atas Hak Kekayaan
Intelektual sebagaimana dimaksud pada huruf b, maka:
1. kelangsungan Penyediaan Infrastruktur tetap dapat
dilaksanakan; dan
2. penggunaan Hak Kekayaan Intelektual tetap dapat
berlangsung.

BAB XII
TRANSAKSI KPBU
Bagian Kesatu
Pengadaan Badan Usaha Pelaksana

Pasal 35
Transaksi KPBU terdiri dari kegiatan-kegiatan sebagai berikut:
a. Pengadaan Badan Usaha Pelaksana;

28
b. penandatanganan perjanjian KPBU; dan
c. pemenuhan pembiayaan Penyediaan Infrastruktur oleh Badan
Usaha Pelaksana.

Pasal 36
Pengadaan Badan Usaha Pelaksana dalam rangka KPBU
dilaksanakan setelah diperolehnya penetapan lokasi atas tanah
yang diperlukan untuk pelaksanaan KPBU, kecuali ditentukan lain
dalam peraturan perundang-undangan.

Pasal 37
Menteri/Kepala Lembaga/Kepala Daerah membentuk panitia
pengadaan Badan Usaha Pelaksana.

Pasal 38
(1) Pengadaan Badan Usaha Pelaksana dilakukan melalui
Pelelangan atau Penunjukan Langsung.
(2) Pelelangan atau Penunjukan Langsung sebagaimana dimaksud
pada ayat (1), dilakukan melalui prakualifikasi.

Pasal 39
(1) Pengadaan Badan Usaha Pelaksana melalui Penunjukan
Langsung dapat dilakukan apabila:
a. merupakan KPBU kondisi tertentu; atau
b. prakualifikasi Badan Usaha Pelaksana hanya menghasilkan
satu peserta.

(2) Kondisi ...


29
(2) Kondisi tertentu sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf a,
yaitu:
a. Pengembangan atas Infrastruktur yang telah dibangun
dan/atau dioperasikan sebelumnya oleh Badan Usaha
Pelaksana yang sama;
b. Pekerjaan yang hanya dapat dilaksanakan dengan
penggunaan teknologi baru dan penyedia jasa yang
mampu mengaplikasikannya hanya satu-satunya; atau
c. Badan Usaha Pelaksana telah menguasai sebagian besar
atau seluruh lahan yang diperlukan untuk melaksanakan
KPBU.

Pasal 40
Ketentuan lebih lanjut mengenai tata cara pengadaan Badan
Usaha Pelaksana melalui Pelelangan atau Penunjukan Langsung
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 38, diatur dalam peraturan
lembaga yang menyelenggarakan urusan pemerintah di bidang
kebijakan pengadaan barang/jasa pemerintah.

Bagian Kedua
Penandatanganan Perjanjian KPBU

Pasal 41
Perjanjian KPBU ditandatangani oleh PJPK dengan Badan Usaha
Pelaksana.

30
Bagian Ketiga
Perolehan Pembiayaan

Pasal 42
Paling lama dalam jangka waktu 12 (dua belas) bulan setelah Badan
Usaha Pelaksana menandatangani perjanjian KPBU, Badan Usaha
Pelaksana harus telah memperoleh pembiayaan atas KPBU.

Pasal 43
(1) Perolehan pembiayaan yang bersumber dari pinjaman
dinyatakan telah terlaksana apabila:
a. telah ditandatanganinya perjanjian pinjaman untuk
membiayai seluruh KPBU; dan
b. sebagian pinjaman sebagaimana dimaksud pada huruf a,
telah dapat dicairkan untuk memulai pekerjaan konstruksi.
(2) Dalam hal KPBU terbagi dalam beberapa tahapan, perolehan
pembiayaan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dinyatakan
terlaksana apabila:
a. telah ditandanganinya perjanjian pinjaman untuk
membiayai salah satu tahapan KPBU; dan
b. sebagian pinjaman sebagaimana dimaksud pada huruf a
telah dapat dicairkan untuk memulai pekerjaan konstruksi
(3) Jangka waktu sebagaimana dimaksud dalam Pasal 42 dapat
diperpanjang dari waktu ke waktu oleh Menteri/Kepala
Lembaga/Kepala Daerah apabila kegagalan memperoleh
pembiayaan bukan disebabkan oleh kelalaian Badan Usaha
Pelaksana, sesuai dengan kriteria yang ditetapkan oleh
Menteri/Kepala Lembaga/Kepala Daerah.
(4)
Setiap perpanjangan jangka waktu oleh Menteri/Kepala
Lembaga/Kepala Daerah sebagaimana dimaksud pada ayat (3),
diberikan paling lama 6 (enam) bulan.
(5) Dalam ...
31
(5) Dalam hal jangka waktu sebagaimana dimaksud pada ayat (3)
atau jangka waktu perpanjangan sebagaimana dimaksud pada
ayat (4) tidak dapat dipenuhi oleh Badan Usaha Pelaksana,
maka perjanjian KPBU berakhir dan jaminan pelaksanaan
berhak dicairkan oleh Menteri/Kepala Lembaga/Kepala
Daerah.

BAB XIII
SIMPUL KPBU

Pasal 44
(1) Menteri/Kepala Lembaga/Kepala Daerah menunjuk unit kerja
di lingkungan Kementerian/Lembaga/ Daerah sebagai Simpul
KPBU.
(2) Simpul KPBU sebagaimana dimaksud pada ayat (1), bertugas
untuk menyiapkan perumusan kebijakan, sinkronisasi,
koordinasi, pengawasan, dan evaluasi pembangunan KPBU.

BAB XIV
KETENTUAN PERALIHAN

Pasal 45
(1) Dengan berlakunya Peraturan Presiden ini:
a. Perjanjian KPBU yang telah ditandatangani sebelum
berlakunya Peraturan Presiden ini tetap berlaku;
b. Proses pengadaan Badan Usaha Pelaksana yang sedang
dilakukan dan belum ditetapkan pemenangnya, maka
proses pengadaan Badan Usaha Pelaksana selanjutnya
dilakukan sesuai dengan Peraturan Presiden ini;

32
c. Proses pengadaan Badan Usaha Pelaksana yang telah
dilakukan dan ditetapkan pemenangnya, namun
perjanjian KPBU belum ditandatangani, maka perjanjian
KPBU dibuat sesuai dengan Peraturan Presiden ini;
d. Perjanjian KPBU yang telah ditandatangani, namun belum
tercapainya perolehan pembiayaan sesuai jangka waktu
yang telah ditetapkan dalam Perjanjian KPBU, ketentuan
kewajiban perolehan pembiayaan dilaksanakan sesuai
dengan Peraturan Presiden ini setelah Menteri/Kepala
Lembaga/Kepala Daerah melakukan evaluasi terhadap
Badan Usaha Pelaksana dan KPBU tersebut berdasarkan
kriteria yang ditetapkan oleh Menteri/Kepala Lembaga/
Kepala Daerah;
e. Perjanjian KPBU yang telah ditandatangani, namun
pengadaan tanah belum selesai dilaksanakan, maka
proses pengadaan tanah akan disesuaikan berdasarkan
Peraturan Presiden ini, dan Menteri/Kepala Lembaga/
Kepala Daerah dapat melakukan penyesuaian atas
perjanjian KPBU setelah melakukan evaluasi terhadap
Badan Usaha Pelaksana dan KPBU tersebut dengan
kriteria yang ditetapkan oleh Menteri/Kepala Lembaga/
Kepala Daerah; dan
f. Pengalihan saham sebelum KPBU beroperasi secara
komersial yang telah dilaksanakan sebelum berlakunya
Peraturan Presiden ini dinyatakan sah dan tetap berlaku.
(2)
Dengan berlakunya Peraturan Presiden ini, peraturan
pelaksanaan atas Peraturan Presiden Nomor 67 Tahun 2005
tentang Kerjasama Pemerintah dengan Badan Usaha dalam
Penyediaan Infrastruktur sebagaimana telah diubah beberapa
kali, terakhir dengan Peraturan Presiden Nomor 66 Tahun
2013 tentang Perubahan Ketiga atas Peraturan Presiden Nomor
67 Tahun 2005 tentang Kerjasama Pemerintah dengan Badan

Usaha ...
33
Usaha dalam Penyediaan Infrastruktur, dinyatakan tetap
berlaku sepanjang tidak bertentangan atau belum diganti
dengan yang baru berdasarkan ketentuan Peraturan Presiden
ini.

BAB XV
KETENTUAN PENUTUP

Pasal 46
(1)
Ketentuan lebih lanjut mengenai tata cara pelaksanaan
kerjasama pemerintah dengan Badan Usaha Pelaksana
dalam Penyediaan Infrastruktur, diatur dengan peraturan
menteri yang menyelenggarakan urusan pemerintahan di
bidang perencanaan pembangunan nasional.
(2) Menteri/Kepala Lembaga/Kepala Daerah dapat mengatur tata
cara pelaksanaan kerjasama pemerintah dengan Badan Usaha
Pelaksana sesuai dengan kewenangan masing-masing.

Pasal 47
(1)
Ketentuan lebih lanjut mengenai tata cara pelaksanaan
kerjasama pemerintah dengan Badan Usaha Pelaksana
dalam Penyediaan Infrastruktur, ditetapkan oleh menteri yang
menyelenggarakan urusan pemerintah di bidang perencanaan
pembangunan nasional, paling lambat 30 (tiga puluh) hari
sejak Peraturan Presiden ini diundangkan.
(2) Ketentuan lebih lanjut mengenai pembayaran ketersediaan
layanan ditetapkan oleh menteri yang menyelenggarakan
urusan pemerintah di bidang keuangan dan kekayaan negara
dan menteri yang menyelenggarakan urusan pemerintah di
bidang pemerintahan dalam negeri sesuai dengan bidang tugas

34
dan kewenangan masing-masing, paling lambat 30 (tiga puluh)
hari sejak Peraturan Presiden ini diundangkan.

(3) Ketentuan lebih lanjut mengenai tata cara pengadaan
Badan Usaha Pelaksana ditetapkan oleh lembaga yang
menyelenggarakan urusan pemerintahan di bidang kebijakan
pengadaan barang/jasa pemerintah, paling lambat 30 (tiga
puluh) hari sejak Peraturan Presiden ini diundangkan.

Pasal 48
Pada saat Peraturan Presiden ini mulai berlaku, Peraturan
Presiden Nomor 67 Tahun 2005 tentang Kerjasama Pemerintah
dengan Badan Usaha dalam Penyediaan Infrastruktur sebagaimana
telah diubah beberapa kali, terakhir dengan Peraturan Presiden
Nomor 66 Tahun 2013 tentang Perubahan Ketiga atas Peraturan
Presiden Nomor 67 Tahun 2005 tentang Kerjasama Pemerintah
dengan Badan Usaha dalam Penyediaan Infrastruktur, dicabut dan
dinyatakan tidak berlaku.

Pasal 49
Peraturan Presiden ini mulai berlaku sejak tanggal ditetapkan.
Agar setiap orang mengetahuinya, memerintahkan pengundangan
Peraturan Presiden ini dengan penempatannya dalam Lembaran
Negara Republik Indonesia.

Ditetapkan ...
35
Ditetapkan di Jakarta
pada tanggal 20 Maret 2015

PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

ttd.

JOKO WIDODO
Diundangkan di Jakarta
pada tanggal 20 Maret 2015

MENTERI HUKUM DAN HAK ASASI MANUSIA


REPUBLIK INDONESIA,

ttd.

YASONNA H. LAOLY

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA TAHUN 2015 NOMOR 62

Salinan sesuai dengan aslinya


SEKRETARIAT KABINET RI
Deputi Bidang Perekonomian,

ttd.

Ratih Nurdiati

36
37
38
MENTERI PERENCANAAN PEMBANGUNAN NASIONAL/
KEPALA BADAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN NASIONAL
REPUBLIK INDONESIA

PERATURAN MENTERI PPN


NO. 4 TAHUN 2015
PERATURAN MENTERI PERENCANAAN PEMBANGUNAN
NASIONAL/ KEPALA BADAN PERENCANAAN
PEMBANGUNAN NASIONAL
REPUBLIK INDONESIA
NOMOR 4 TAHUN 2015

TENTANG

TATA CARA PELAKSANAAN KERJASAMA PEMERINTAH


DENGAN BADAN USAHA DALAM PENYEDIAAN
INFRASTRUKTUR

39
40
MENTERI PERENCANAAN PEMBANGUNAN NASIONAL/
KEPALA BADAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN NASIONAL
REPUBLIK INDONESIA

SALINAN
PERATURAN MENTERI PERENCANAAN PEMBANGUNAN NASIONAL/
KEPALA BADAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN NASIONAL
REPUBLIK INDONESIA
NOMOR 4 TAHUN 2015
TENTANG
TATA CARA PELAKSANAAN KERJASAMA PEMERINTAH DENGAN
BADAN USAHA DALAM PENYEDIAAN INFRASTRUKTUR
DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA, MENTERI
PERENCANAAN PEMBANGUNAN NASIONAL/
KEPALA BADAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN NASIONAL
REPUBLIK INDONESIA,

Menimbang : a. bahwa dalam rangka mendorong partisipasi badan usaha dan


pemerintah dalam pelayanan dan penyelenggaraan sarana dan
prasarana yang memberikan manfaat sosial dan ekonomi bagi
masyarakat, telah ditetapkan Peraturan Presiden Nomor 38
Tahun 2015 tentang Kerjasama Pemerintah dengan Badan
Usaha dalam Penyediaan Infrastruktur;
b. bahwa untuk melaksanakan ketentuan Pasal 46 ayat (1)
Peraturan Presiden Nomor 38 Tahun 2015 tentang Kerjasama
Pemerintah dengan Badan Usaha dalam Penyediaan
Infrastruktur, perlu menetapkan Peraturan Menteri
Perencanaan Pembangunan Nasional/Kepala Badan
Perencanaan Pembangunan Nasional tentang Tata Cara
Pelaksanaan Kerjasama Pemerintah dengan Badan Usaha
dalam Penyediaan Infrastruktur;
Mengingat : 1. Peraturan Presiden Nomor 82 Tahun 2007 tentang Badan
Perencanaan Pembangunan Nasional;
2. Peraturan Presiden Nomor 2 Tahun 2015 tentang Rencana
Pembangunan Jangka Menengah Nasional Tahun 2015-2019;
3. Peraturan ...
41
MENTERI PERENCANAAN PEMBANGUNAN NASIONAL/
KEPALA BADAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN NASIONAL
REPUBLIK INDONESIA

3. Peraturan Presiden Nomor 7 Tahun 2015 tentang Organisasi


Kementerian Negara;
4. Peraturan Presiden Nomor 38 Tahun 2015 tentang Kerjasama
Pemerintah Dengan Badan Usaha Dalam Penyediaan
Infrastruktur;
5. Peraturan Menteri Negera Perencanaan Pembangunan Nasional/
Kepala Badan Perencanaan Pembangunan Nasional Nomor
PER. 005/M.PPN/10/2007 tentang Organisasi dan Tata Kerja
Kementerian Negara Perencanaan Pembangunan Nasional
sebagaimana telah beberapa kali diubah, terakhir dengan
Peraturan Menteri Perencanaan Pembangunan Nasional/
Kepala Badan Perencanaan Pembangunan Nasional Nomor 3
Tahun 2014;

MEMUTUSKAN:

Menetapkan : PERATURAN MENTERI PERENCANAAN


PEMBANGUNAN NASIONAL/KEPALA BADAN
PERENCANAAN PEMBANGUNAN NASIONAL
TENTANG TATA CARA PELAKSANAAN KERJASAMA
PEMERINTAH DENGAN BADAN USAHA DALAM
PENYEDIAAN INFRASTRUKTUR.

BAB I
KETENTUAN UMUM
Pasal 1

Dalam Peraturan Menteri ini yang dimaksud dengan:


1. Kerjasama Pemerintah dan Badan Usaha yang selanjutnya disebut
KPBU adalah kerjasama antara pemerintah dan badan usaha
dalam penyediaan infrastruktur untuk kepentingan umum

42
MENTERI PERENCANAAN PEMBANGUNAN NASIONAL/
KEPALA BADAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN NASIONAL
REPUBLIK INDONESIA

dengan mengacu kepada spesifikasi yang kerjasama, yang sebagian


atau seluruhnya menggunakan sumber daya badan usaha dengan
memperhatikan pembagian risiko antara para pihak.
2. Tata Cara Pelaksanaan KPBU yang selanjutnya disebut
Panduan Umum adalah pedoman mengenai tata cara pelaksanaan
kerjasama yang menjadi acuan bagi penanggung jawab proyek
kerjasama dan pemangku kepentingan dalam pelaksanaan
KPBU berdasarkan perjanjian KPBU.
3. Penyediaan Infrastruktur adalah kegiatan yang meliputi
pekerjaan konstruksi untuk membangun atau meningkatkan
kemampuan infrastruktur dan/atau kegiatan pengelolaan
infrastruktur dan/atau pemeliharaan infrastruktur dalam rangka
meningkatkan kemanfaatan infrastruktur.
4. Infrastruktur adalah fasilitas teknis, fisik, sistem, perangkat
keras dan lunak yang Ådiperlukan untuk melakukan pelayanan
kepada masyarakat dan mendukung jaringan struktur agar
pertumbuhan ekonomi dan sosial masyarakat dapat berjalan
dengan baik.
5. Penanggung Jawab Proyek Kerjasama yang selanjutnya disebut
PJPK adalah menteri, kepala lembaga, kepala daerah dan direksi
Badan Usaha Milik Negara/direksi Badan Usaha Milik Daerah
sepanjang diatur dalam peraturan perundang-undangan sektor.
6. Menteri/Kepala Lembaga adalah pimpinan kementerian/kepala
lembaga atau pihak yang didelegasikan untuk bertindak
mewakili kementerian/lembaga berdasarkan peraturan
perundang-undangan, yang ruang lingkup, tugas, dan tanggung
jawabnya meliputi sektor Infrastruktur yang diatur dalam
Peraturan Menteri ini.
7. Kepala Daerah adalah gubernur bagi daerah propinsi, atau
bupati/walikota bagi daerah kabupaten/kota atau pihak yang
didelegasikan berdasarkan peraturan perundang-undangan
untuk mewakili kepala daerah bersangkutan.

8. Badan ...
43
MENTERI PERENCANAAN PEMBANGUNAN NASIONAL/
KEPALA BADAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN NASIONAL
REPUBLIK INDONESIA

8. Badan Usaha adalah Badan Usaha Milik Negara (BUMN),


Badan Usaha Milik Daerah (BUMD), badan usaha swasta yang
berbentuk Perseroan Terbatas, badan hukum asing, atau
koperasi.
9. Badan Usaha Pelaksana adalah Perseroan Terbatas yang
didirikan oleh Badan Usaha pemenang lelang atau yang telah
ditunjuk secara langsung.
10. Badan Penyiapan adalah Badan Usaha dan lembaga/institusi/
organisasi nasional atau internasional, yang melakukan
pendampingan dan/atau pembiayaan kepada PJPK dalam tahap
penyiapan atau dalam tahap penyiapan hingga tahap transaksi
KPBU.
11. Pengadaan Badan Usaha Pelaksana adalah pengadaan Badan
Usaha dalam rangka pelaksanaan KPBU melalui metode
pelelangan umum maupun penunjukan langsung.
12. Pemerintah Pusat yang selanjutnya disebut Pemerintah adalah
Presiden Republik Indonesia yang memegang kekuasaan
pemerintahan Negara Republik Indonesia sebagaimana
dimaksud dalam Undang-Undang Dasar Negara Republik
Indonesia Tahun 1945.
13. Pemerintah Daerah adalah Kepala Daerah sebagai unsur
penyelenggara pemerintahan daerah yang memimpin
pelaksanaan urusan pemerintahan yang menjadi kewenangan
daerah otonom.
14. Dukungan Pemerintah adalah kontribusi fiskal dan/atau
bentuk lainnya yang diberikan oleh Menteri/Kepala Lembaga/
Kepala Daerah dan/atau menteri yang menyelenggarakan urusan
pemerintahan di bidang keuangan dan kekayaan negara sesuai
kewenangan masing-masing berdasarkan peraturan perundang-
undangan dalam rangka meningkatkan kelayakan finansial dan
efektivitas KPBU.
15. Jaminan Pemerintah adalah kompensasi finansial yang
diberikan oleh menteri yang menyelenggarakan urusan

44
MENTERI PERENCANAAN PEMBANGUNAN NASIONAL/
KEPALA BADAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN NASIONAL
REPUBLIK INDONESIA

pemerintah di bidang keuangan dan kekayaan negara kepada


Badan Usaha Pelaksana melalui skema pembagian risiko untuk
proyek kerjasama.
16. Pembayaran Ketersediaan Layanan (Availability Payment) adalah
pembayaran secara berkala oleh Menteri/Kepala Lembaga/
Kepala Daerah kepada Badan Usaha Pelaksana atas tersedianya
layanan Infrastruktur yang sesuai dengan kualitas Menteri/
Kepala Lembaga/Kepala Daerah/direksi Badan Usaha Milik
Negara/direksi Badan Usaha Milik Daerah dengan masyarakat
termasuk pemangku kepentingan untuk meningkatkan
transparansi, efisiensi, akuntabilitas dan efektivitas KPBU.
18. Penjajakan Minat Pasar (Market Sounding) adalah proses
interaksi untuk mengetahui masukan maupun minat calon
investor, perbankan, dan asuransi atas KPBU yang akan
dikerjasamakan.
19. Studi Pendahuluan adalah kajian awal yang dilakukan oleh
Menteri/Kepala Lembaga/Kepala Daerah/direksi Badan Usaha
Milik Negara/direksi Badan Usaha Milik Daerah untuk
memberikan gambaran mengenai perlunya penyediaan suatu
Infrastruktur tertentu serta manfaatnya, apabila dikerjasamakan
dengan Badan Usaha Pelaksana melalui KPBU.
20. Prastudi Kelayakan adalah kajian yang dilakukan untuk menilai
kelayakan KPBU dengan mempertimbangkan sekurang-
kurangnya aspek hukum, teknis, ekonomi, keuangan,
pengelolaan risiko, lingkungan, dan sosial.
21. Studi Kelayakan (Feasibility Study) adalah kajian yang dilakukan
oleh Badan Usaha calon pemrakarsa untuk KPBU atas mekanisme
prakarsa Badan Usaha dalam rangka penyempurnaan Prastudi
Kelayakan.
22. Imbalan Keberhasilan (Success Fee) adalah biaya yang dibayarkan
oleh PJPK dan dapat dibebankan kepada Badan Usaha Pelaksana
kepada Badan Penyiapan yang terlibat dalam pelaksanaan KPBU
sampai dengan tercapainya pemenuhan pembiayaan.

23. Menteri...
45
MENTERI PERENCANAAN PEMBANGUNAN NASIONAL/
KEPALA BADAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN NASIONAL
REPUBLIK INDONESIA

23. Menteri Perencanaan Pembangunan Nasional/Kepala Badan


Perencanaan Pembangunan Nasional yang selanjutnya disebut
Menteri Perencanaan adalah menteri yang menyelenggarakan
urusan pemerintahan di bidang perencanaan pembangunan
nasional.
24. Menteri Keuangan adalah menteri yang menyelenggarakan
urusan pemerintahan di bidang keuangan dan kekayaan negara.
25. Badan Usaha Penjaminan Infrastruktur yang selanjutnya
disebut BUPI adalah badan usaha yang didirikan oleh Pemerintah
dan diberikan tugas khusus untuk melaksanakan penjaminan
infrastruktur sesuai dengan peraturan perundang-undangan.
26. Daftar Rencana KPBU adalah dokumen yang memuat
rencana KPBU yang diusulkan oleh Menteri/Kepala Lembaga/
Kepala Daerah dan telah dilakukan penilaiannya oleh Menteri
Perencanaan untuk ditetapkan sebagai rencana KPBU siap di-
tawarkan dan KPBU dalam proses penyiapan.

Pasal 2
Panduan Umum bertujuan untuk:
a. memberikan pedoman bagi Menteri/Kepala Lembaga/Kepala
Daerah dan pemangku kepentingan mengenai tata cara
pelaksanaan KPBU dalam rangka mendorong partisipasi Badan
Usaha dalam Penyediaan Infrastruktur; dan
b. memberikan pedoman bagi Menteri/Kepala Lembaga/Kepala
Daerah untuk mengatur tata cara pelaksanaan KPBU sesuai
dengan kewenangan masing-masing.

46
MENTERI PERENCANAAN PEMBANGUNAN NASIONAL/
KEPALA BADAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN NASIONAL
REPUBLIK INDONESIA

BAB II
JENIS INFRASTRUKTUR

Pasal 3
Infrastruktur yang dapat dikerjasamakan berdasarkan Panduan
Umum ini mencakup:
a. infrastruktur transportasi, antara lain:
1. penyediaan dan/atau pengelolaan fasilitas dan/atau
pelayanan jasa kebandarudaraan, termasuk fasilitas
pendukung seperti terminal penumpang dan kargo;
2. penyediaan dan/atau pengelolaan fasilitas dan/atau
pelayanan jasa kepelabuhanan;
3. sarana dan/atau prasarana perkeretaapian;
4. sarana dan prasarana angkutan massal perkotaan dan lalu
lintas; dan/atau
5. sarana dan prasarana penyeberangan laut, sungai, dan/atau
danau.
b. infrastruktur jalan, antara lain:
1. jalan arteri, jalan kolektor dan jalan lokal;
2. jalan tol; dan/atau
3. jembatan tol.
c. infrastruktur sumber daya air dan irigasi, antara lain:
1. saluran pembawa air baku; dan/atau
2. jaringan irigasi dan prasarana penampung air beserta
bangunan pelengkapnya, antara lain waduk, bendungan,
dan bendung.
d. infrastruktur air minum, antara lain:
1. unit air baku;
2. unit produksi; dan/atau
3. unit distribusi.
e. infrastruktur ...
47
MENTERI PERENCANAAN PEMBANGUNAN NASIONAL/
KEPALA BADAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN NASIONAL
REPUBLIK INDONESIA

e. infrastruktur sistem pengelolaan air limbah terpusat, antara lain:


1. unit pelayanan;
2. unit pengumpulan;
3. unit pengolahan;
4. unit pembuangan akhir; dan/atau
5. saluran pembuangan air, dan sanitasi.
f. infrastruktur sistem pengelolaan air limbah setempat, antara
lain:
1. unit pengolahan setempat;
2. unit pengangkutan;
3. unit pengolahan lumpur tinja;
4. unit pembuangan akhir; dan/atau
5. saluran pembuangan air, dan sanitasi.
g. infrastruktur sistem pengelolaan persampahan, antara lain:
1. pengangkutan;
2. pengolahan; dan/atau
3. pemrosesan akhir sampah.
h. infrastruktur telekomunikasi dan informatika, antara lain:
1. jaringan telekomunikasi;
2. infrastruktur e-government; dan/atau
3. infrastruktur pasif seperti pipa saluran media transmisi
kabel (ducting).
i. infrastruktur energi dan ketenagalistrikan, termasuk
infrastruktur energi terbarukan, antara lain:
1. infrastruktur ketenagalistrikan, antara lain:
a) pembangkit listrik;
b) transmisi tenaga listrik;
c) gardu induk; dan/atau
d) distribusi tenaga listrik.

48
MENTERI PERENCANAAN PEMBANGUNAN NASIONAL/
KEPALA BADAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN NASIONAL
REPUBLIK INDONESIA

2. infrastruktur minyak dan gas bumi, termasuk bio-energi,


antara lain:
a) pengolahan;
b) penyimpanan;
c) pengangkutan; dan/atau
d) distribusi.
j. infrastruktur konservasi energi, antara lain:
1. penerangan jalan umum; dan/atau
2. efisiensi energi.
k. infrastruktur ekonomi fasilitas perkotaan, antara lain:
1. saluran utilitas (tunnel); dan/atau
2. pasar umum.
l. infrastruktur kawasan, antara lain:
1. kawasan pengembangan ilmu pengetahuan, teknologi dan
inovasi termasuk pembangunan science and techno park;
dan/atau
2. kawasan industri.
m. infrastruktur pariwisata, antara lain pusat informasi pariwisata
(tourism information center).
n. infrastruktur fasilitas pendidikan, penelitian dan
pengembangan, antara lain:
1. sarana pembelajaran;
2. laboratorium;
3. pusat pelatihan;
4. pusat penelitian/pusat kajian;
5. sarana dan prasarana penelitian dan pengembangan;
6. inkubator bisnis;
7. galeri pembelajaran;
8. ruang praktik siswa;
9. perpustakaan; dan/atau
10. fasilitas ...
49
MENTERI PERENCANAAN PEMBANGUNAN NASIONAL/
KEPALA BADAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN NASIONAL
REPUBLIK INDONESIA

10. fasilitas pendukung pembelajaran dan pelatihan.


o. infrastruktur fasilitas sarana olahraga, kesenian dan budaya,
antara lain:
1. gedung/stadion olahraga; dan/atau
2. gedung kesenian dan budaya.
p. infrastruktur kesehatan, antara lain:
1. rumah sakit, seperti bangunan rumah sakit, prasarana
rumah sakit, dan peralatan medis;
2. fasilitas pelayanan kesehatan dasar, seperti bangunan,
prasarana, dan peralatan medis baik untuk puskesmas
maupun klinik; dan/atau
3. laboratorium kesehatan, seperti bangunan laboratorium
kesehatan, prasarana laboratorium kesehatan dan peralatan
laboratorium.
q. infrastruktur pemasyarakatan, antara lain:
1. lembaga pemasyarakatan;
2. balai pemasyarakatan;
3. rumah tahanan negara;
4. rumah penyimpanan benda sitaan dan barang rampasan
negara;
5. lembaga penempatan anak sementara;
6. lembaga pembinaan khusus anak; dan/atau
7. rumah sakit pemasyarakatan.
r. infrastruktur perumahan rakyat, antara lain:
1. perumahan rakyat untuk golongan rendah; dan/atau
2. rumah susun sederhana sewa.

50
MENTERI PERENCANAAN PEMBANGUNAN NASIONAL/
KEPALA BADAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN NASIONAL
REPUBLIK INDONESIA

Pasal 4
(1) Menteri/Kepala Lembaga/Kepala Daerah dapat melaksanakan
KPBU selain jenis Infrastruktur sebagaimana dimaksud dalam
Pasal 3.
(2)
Menteri/Kepala Lembaga/Kepala Daerah mengajukan
permohonan KPBU untuk jenis Infrastruktur lain kepada
Menteri Perencanaan.
(3) KPBU untuk jenis Infrastruktur lain sebagaimana dimaksud pada
ayat (1) dilaksanakan setelah mendapatkan penetapan Menteri
Perencanaan.

BAB III
PENANGGUNG JAWAB PROYEK KPBU
Bagian Pertama
PJPK

Pasal 5
(1) PJPK merupakan Menteri/Kepala Lembaga/Kepala Daerah
dalam rangka pelaksanaan KPBU.
(2) Menteri/Kepala Lembaga/Kepala Daerah sebagai PJPK dapat
mendelegasikan kewenangannya kepada pihak yang dapat
mewakili kementerian/lembaga/pemerintah daerah yang
ruang lingkup, tugas, dan tanggung jawabnya meliputi sektor
Infrastruktur sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-
undangan.

Pasal 6
Menteri/Kepala Lembaga/Kepala Daerah bertindak sebagai PJPK
berdasarkan hasil Studi Pendahuluan pada tahap perencanaan KPBU.

Pasal 7 ...
51
MENTERI PERENCANAAN PEMBANGUNAN NASIONAL/
KEPALA BADAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN NASIONAL
REPUBLIK INDONESIA

Pasal 7
Direksi Badan Usaha Milik Negara/Badan Usaha Milik Daerah dapat
bertindak sebagai PJPK sepanjang diatur dalam peraturan perundang-
undangan sektor.

Bagian Kedua
PJPK Dalam Gabungan KPBU

Pasal 8
(1) KPBU dapat merupakan gabungan dari 2 (dua) atau lebih jenis
Infrastruktur.
(2) Dalam hal gabungan dari 2 (dua) atau lebih jenis Infrastruktur
sebagaimana dimaksud pada ayat (1) melibatkan lebih dari 1 (satu)
PJPK, Menteri/Kepala Lembaga/Kepala Daerah yang memiliki
kewenangan terhadap masing-masing sektor Infrastruktur yang
akan dikerjasamakan, bertindak bersama-sama sebagai PJPK.
(3)
Menteri/Kepala Lembaga/Kepala Daerah yang memiliki
kewenangan sebagaimana dimaksud pada ayat (2),
menandatangani nota kesepahaman.
(4) Nota kesepahaman sebagaimana dimaksud pada ayat (3)
memuat sekurang-kurangnya:
a. kesepakatan pihak yang menjadi koordinator PJPK;
b. kesepakatan pembagian tugas dan tanggung jawab masing-
masing PJPK, termasuk hak dan kewajiban masing masing
PJPK dalam perjanjian KPBU;
c. kesepakatan penganggaran dalam rangka tahap penyiapan
dan tahap transaksi, termasuk manajemen KPBU;
d. jangka waktu berlakunya nota kesepahaman; dan
e. jangka waktu pelaksanaan KPBU.

52
MENTERI PERENCANAAN PEMBANGUNAN NASIONAL/
KEPALA BADAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN NASIONAL
REPUBLIK INDONESIA

(5) Koordinator PJPK bertindak sebagai pihak yang menandatangani


perjanjian KPBU dengan Badan Usaha Pelaksana mewakili PJPK
sebagaimana diatur dalam nota kesepahaman.

BAB IV
PEMBIAYAAN SEBAGIAN KPBU OLEH PEMERINTAH

Pasal 9
(1) PJPK dapat membiayai sebagian Penyediaan Infrastruktur.
(2) Pembiayaan sebagian Penyediaan Infrastruktur sebagaimana
dimaksud pada ayat (1) dapat dilakukan oleh PJPK bersama
dengan kementerian/lembaga/daerah lainnya.
(3) Mekanisme pembiayaan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dan
(2) dilaksanakan sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-
undangan.

BAB V
TAHAP PELAKSANAAN KPBU

Pasal 10
(1) KPBU dilaksanakan dalam tahap, sebagai berikut:
a. perencanaan KPBU;
b. penyiapan KPBU; dan
c. transaksi KPBU.
(2)
Menteri/Kepala Lembaga/Kepala Daerah melaksanakan
perencanaan KPBU sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf
a.
(3)
Dalam melaksanakan perencanaan KPBU sebagaimana
dimaksud pada ayat (2), Menteri/Kepala Lembaga/Kepala
Daerah melakukan Konsultasi Publik.
(4) Dalam ...
53
MENTERI PERENCANAAN PEMBANGUNAN NASIONAL/
KEPALA BADAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN NASIONAL
REPUBLIK INDONESIA

(4) Dalam melaksanakan fungsinya sebagai PJPK, Menteri/Kepala


Lembaga/Kepala Daerah/Direksi Badan Usaha Milik Negara/
Direksi Badan Usaha Milik Daerah melaksanakan penyiapan
dan transaksi KPBU.
(5) Dalam melaksanakan penyiapan KPBU sebagaimana dimaksud
pada ayat (1) huruf b, PJPK melakukan Konsultasi Publik dan
dapat melakukan Penjajakan Minat Pasar.
(6) Dalam melaksanakan transaksi KPBU sebagaimana dimaksud
pada ayat (1) huruf c, PJPK melakukan Penjajakan Minat Pasar.
(7) Dalam melaksanakan tahap pelaksanaan KPBU sebagaimana
dimaksud pada ayat (1), PJPK dapat melaksanakan kegiatan-
kegiatan pendukung secara bersamaan yang merupakan bagian
dari pelaksanaan tahapan KPBU.
(8) Kegiatan-kegiatan pendukung sebagaimana dimaksud pada ayat
(7), meliputi kegiatan:
a. perencanaan dan pelaksanaan pengadaan tanah;
b. kajian lingkungan hidup; dan
c. permohonan pemberian Dukungan Pemerintah dan/atau
Jaminan Pemerintah.
(9) PJPK melaksanakan pengadaan tanah dan membantu proses
pemberian perizinan untuk menyelenggarakan KPBU sesuai
dengan kewenangannya.

BAB VI
TAHAP PERENCANAAN KPBU

Pasal 11
Tahap perencanaan KPBU terdiri atas kegiatan-kegiatan:
a. penyusunan rencana anggaran dana KPBU;
b. identifikasi dan penetapan KPBU;

54
MENTERI PERENCANAAN PEMBANGUNAN NASIONAL/
KEPALA BADAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN NASIONAL
REPUBLIK INDONESIA

c. penganggaran dana tahap perencanaan KPBU;


d. pengambilan keputusan lanjut/tidak lanjut rencana KPBU;
e. penyusunan Daftar Rencana KPBU; dan
f. pengkategorian KPBU.

Pasal 12
(1) Menteri/Kepala Lembaga/Kepala Daerah menyusun rencana
anggaran untuk dana pelaksanaan KPBU sesuai ketentuan
peraturan perundang-undangan.
(2) Menteri/Kepala Lembaga/Kepala Daerah melakukan penyusunan
rencana anggaran sebagaimana dimaksud pada ayat (1), yang
meliputi setiap tahap pelaksanaan KPBU.
(3) Rencana anggaran sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dapat
bersumber dari:
a. Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN) atau
Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah (APBD);
b. pinjaman/hibah; dan/atau
c. sumber lainnya
sesuai dengan ketentuan perundang-
undangan.

Pasal 13
Menteri/Kepala Lembaga/Kepala Daerah/direksi Badan Usaha
Milik Negara/direksi Badan Usaha Milik Daerah menganggarkan
dana tahap perencanaan KPBU sesuai dengan peraturan
perundang-undangan.

Pasal 14
(1) Menteri/Kepala Lembaga/Kepala Daerah mengidentifikasi
Penyediaan Infrastruktur yang akan dikerjasamakan melalui
skema ...
55
MENTERI PERENCANAAN PEMBANGUNAN NASIONAL/
KEPALA BADAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN NASIONAL
REPUBLIK INDONESIA

skema KPBU sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-


undangan.
(2) Dalam hal melakukan identifikasi, Menteri/Kepala Lembaga/
Kepala Daerah menyusun Studi Pendahuluan dan melakukan
Konsultasi Publik.
(3) Berdasarkan hasil Studi Pendahuluan dan Konsultasi Publik
sebagaimana dimaksud pada ayat (2), Menteri/Kepala
Lembaga/Kepala Daerah memutuskan lanjut atau tidak lanjut
rencana Penyediaan Infrastruktur melalui mekanisme KPBU.

Pasal 15
(1) Dalam hal hasil identifikasi menunjukkan adanya gabungan dari
2 (dua) atau lebih jenis Infrastruktur yang melibatkan lebih dari
1 (satu) PJPK, Menteri/Kepala Lembaga/Kepala Daerah yang
memiliki kewenangan, menandatangani nota kesepahaman.
(2) Berdasarkan nota kesepahaman sebagaimana dimaksud pada
ayat (1), koordinator PJPK mengajukan usulan atas gabungan
2 (dua) atau lebih jenis Infrastruktur kepada Menteri
Perencanaan.

Pasal 16
Konsultasi Publik pada tahap perencanaan KPBU bertujuan untuk
memperoleh pertimbangan mengenai manfaat dan dampak KPBU
terhadap kepentingan masyarakat.

Pasal 17
(1) Menteri Perencanaan menyusun Daftar Rencana KPBU
berdasarkan:
a. usulan Menteri/Kepala Lembaga/Kepala Daerah/direksi
Badan Usaha Milik Negara/direksi Badan Usaha Milik

56
MENTERI PERENCANAAN PEMBANGUNAN NASIONAL/
KEPALA BADAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN NASIONAL
REPUBLIK INDONESIA

Daerah yang diindikasikan membutuhkan Dukungan dan/


atau Jaminan Pemerintah; dan
b. hasil identifikasi Menteri Perencanaan berdasarkan
prioritas pembangunan nasional.
(2)
Menteri/Kepala Lembaga/Kepala Daerah/direksi Badan
Usaha Milik Negara dan/atau direksi Badan Usaha Milik Daerah
menyampaikan usulan sebagaimana dimaksud pada ayat
(1) huruf a kepada Menteri Perencanaan dengan dilengkapi
dokumen pendukung sebagaimana tercantum dalam Lampiran
Peraturan Menteri ini.
(3) Menteri Perencanaan melakukan penyeleksian dan penilaian
terhadap usulan Menteri/Kepala Lembaga/Kepala Daerah/
direksi Badan Usaha Milik Negara/direksi Badan Usaha Milik
Daerah sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf a
berdasarkan dokumen pendukung sebagaimana dimaksud pada
ayat (2).

Pasal 18
(1) Berdasarkan hasil penyusunan sebagaimana dimaksud dalam
pasal 17, Menteri Perencanaan menetapkan Daftar Rencana
KPBU yang terdiri atas:
a. KPBU siap ditawarkan; dan
b. KPBU dalam proses penyiapan.
(2) Penetapan Daftar Rencana KPBU sebagaimana dimaksud pada
ayat (1) dilakukan dengan mempertimbangkan tingkat kesiapan
KPBU dan manfaat bagi masyarakat sesuai dengan rencana
pembangunan nasional.
(3) Daftar Rencana KPBU sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
menjadi pertimbangan dalam penyusunan Rencana Kerja
Pemerintah serta dokumen perencanaan lainnya sesuai dengan
ketentuan peraturan perundang-undangan.

Pasal 19 ...
57
MENTERI PERENCANAAN PEMBANGUNAN NASIONAL/
KEPALA BADAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN NASIONAL
REPUBLIK INDONESIA

Pasal 19
(1) Daftar Rencana KPBU sebagaimana dimaksud dalam pasal 18
diperbaharui secara berkala untuk diumumkan dan
disebarluaskan kepada masyarakat.
(2) Menteri/Kepala Lembaga/Kepala Daerah/direksi Badan Usaha
Milik Negara dan/atau direksi Badan Usaha Milik Daerah
menyampaikan informasi mengenai perkembangan KPBU secara
berkala sekurang-kurangnya 1 (satu) kali dalam 1 (satu) tahun
kepada Menteri Perencanaan.
(3) Menteri Perencanaan melakukan evaluasi terhadap KPBU yang
tidak mengalami perkembangan dalam jangka waktu 2 (dua)
tahun sejak penetapan Daftar Rencana KPBU.

BAB VII
TAHAP PENYIAPAN KPBU

Pasal 20
Menteri/Kepala Lembaga/Kepala Daerah/direksi Badan Usaha Milik
Negara/direksi Badan Usaha Milik Daerah bertindak sebagai PJPK
dalam tahap penyiapan KPBU.

Pasal 21
(1) PJPK menyusun rencana anggaran untuk pelaksanaan tahap
penyiapan KPBU sesuai ketentuan peraturan perundang-
undangan.
(2) Penyiapan KPBU terdiri atas kegiatan-kegiatan:
a. penyiapan Prastudi Kelayakan termasuk kajian
pengembalian investasi Badan Usaha Pelaksana;
b. pengajuan Dukungan Pemerintah dan/atau Jaminan
Pemerintah; dan
c. pengajuan penetapan lokasi KPBU.

58
MENTERI PERENCANAAN PEMBANGUNAN NASIONAL/
KEPALA BADAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN NASIONAL
REPUBLIK INDONESIA

(3) Penyiapan KPBU sebagaimana dimaksud pada ayat (1),


menghasilkan, antara lain:
a. prastudi kelayakan;
b. rencana Dukungan Pemerintah dan/atau Jaminan
Pemerintah;
c. penetapan tata cara pengembalian investasi Badan Usaha
Pelaksana; dan
d. pengadaan tanah untuk KPBU.

Pasal 22
(1) PJPK dapat dibantu oleh Badan Penyiapan untuk melakukan
penyiapan KPBU.
(2) Tata cara pengadaan Badan Penyiapan sebagaimana dimaksud
pada ayat (1) diatur lebih lanjut melalui peraturan kepala lembaga
yang menyelenggarakan urusan pemerintah di bidang kebijakan
pengadaan barang/jasa pemerintah.

Pasal 23
(1) Penyiapan kajian KPBU memuat kegiatan Prastudi Kelayakan,
yang terdiri dari:
a. penyiapan kajian awal Prastudi Kelayakan, terdiri dari:
1. kajian hukum dan kelembagaan;
2. kajian teknis;
3. kajian ekonomi dan komersial;
4. kajian lingkungan dan sosial;
5. kajian bentuk kerjasama dalam penyediaan infrastruktur;
6. kajian risiko;

7. kajian ...
59
MENTERI PERENCANAAN PEMBANGUNAN NASIONAL/
KEPALA BADAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN NASIONAL
REPUBLIK INDONESIA

7. kajian kebutuhan Dukungan Pemerintah dan/atau


Jaminan Pemerintah; dan
8. kajian mengenai hal-hal yang perlu ditindaklanjuti.
b. penyiapan kajian akhir Prastudi Kelayakan, yang terdiri dari
penyesuaian data dengan kondisi terkini dan pemutakhiran
atas kelayakan dan kesiapan KPBU sebagaimana dimaksud
pada ayat (1) huruf a.
c. kajian akhir Prastudi Kelayakan sebagaimana dimaksud pada
ayat (1) huruf b juga meliputi kajian kesiapan KPBU yang
mencakup:
1. terpenuhinya seluruh persyaratan kajian pada Prastudi
Kelayakan termasuk hal-hal yang perlu ditindaklanjuti;
2. persetujuan para pemangku kepentingan mengenai
KPBU; dan
3. kepastian perlu atau tidaknya Dukungan dan/atau
Jaminan Pemerintah.
(2) Dalam penyiapan kajian KPBU sebagaimana dimaksud pada ayat
(1), Kementerian/Lembaga/Daerah dapat menentukan isi dan
tingkat kedalaman Prastudi Kelayakan sesuai dengan kebutuhan
di sektor masing-masing.

Pasal 24
(1) Dalam tahap penyiapan KPBU, PJPK menyiapkan dokumen
kajian lingkungan hidup.
(2) Penyiapan dan dokumen kajian lingkungan hidup sebagaimana
dimaksud pada ayat (1) disusun berdasarkan ketentuan
peraturan perundang-undangan.

Pasal 25
(1) PJPK melakukan identifikasi kebutuhan atas tanah untuk KPBU
berdasarkan hasil kajian akhir Prastudi Kelayakan.

60
MENTERI PERENCANAAN PEMBANGUNAN NASIONAL/
KEPALA BADAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN NASIONAL
REPUBLIK INDONESIA

(2) Dalam hal hasil identifikasi menunjukkan kebutuhan akan


pengadaan tanah, PJPK melakukan perencanaan dan
penyusunan dokumen pengadaan tanah untuk memperoleh
penetapan lokasi.
(3) Dalam hal hasil identifikasi sebagaimana dimaksud pada ayat
(2) berstatus Barang Milik Negara atau Barang Milik Daerah, PJPK
mengajukan usulan pemanfaatan Barang Milik Negara/Barang
Milik Daerah untuk pelaksanaan KPBU sesuai dengan ketentuan
peraturan perundang-undangan.

Pasal 26
PJPK melaksanakan Konsultasi Publik pada tahap penyiapan KPBU
yang bertujuan untuk:
a. menjajaki kepatuhan terhadap norma sosial dan norma
lingkungan sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-
undangan di bidang lingkungan hidup;
b. mendapat masukan mengenai kebutuhan masyarakat terkait
dengan KPBU; dan
c. memastikan kesiapan KPBU.

Pasal 27
(1) PJPK dapat melaksanakan Penjajakan Minat Pasar (Market
Sounding) pada tahap penyiapan.
(2) Penjajakan Minat Pasar (Market Sounding) sebagaimana dimaksud
pada ayat (1) bertujuan untuk memperoleh masukan dan
tanggapan terhadap KPBU dari pemangku kepentingan.
(3) Pemangku kepentingan sebagaimana dimaksud pada ayat (2)
berasal dari Badan Usaha/lembaga/institusi/organisasi nasional
atau internasional.

Pasal 28 ...
61
MENTERI PERENCANAAN PEMBANGUNAN NASIONAL/
KEPALA BADAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN NASIONAL
REPUBLIK INDONESIA

Pasal 28
(1) Menteri/Kepala Lembaga/Kepala Daerah dan/atau Menteri
Keuangan dapat memberikan Dukungan Pemerintah terhadap
KPBU.
(2) Dukungan Pemerintah sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
dapat diberikan secara bersama-sama antara Menteri/Kepala
Lembaga/Kepala Daerah.
(3) Dukungan Pemerintah sebagaimana dimaksud pada ayat (2) da-
lam bentuk:
a. dukungan kelayakan KPBU
b. insentif perpajakan; dan/atau
c. bentuk lainnya sesuai peraturan perundang-undangan.
(4) Menteri Keuangan dapat menyetujui pemberian Dukungan
Pemerintah dalam bentuk dukungan kelayakan dan/atau insentif
perpajakan, sesuai dengan peraturan perundang-undangan
berdasarkan usulan PJPK.
(5) Dukungan Pemerintah sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
dicantumkan dalam dokumen pengadaan Badan Usaha.

Pasal 29
(1) KPBU dapat memperoleh Jaminan Pemerintah.
(2) PJPK menyampaikan usulan Jaminan Pemerintah kepada
Menteri Keuangan melalui BUPI sebelum penyelesaian kajian
akhir Prastudi Kelayakan untuk tujuan penjaminan Penyediaan
Infrastuktur.
(3) Jaminan Pemerintah terhadap KPBU sebagaimana dimaksud pada
ayat (1) wajib dicantumkan dalam dokumen pengadaan Badan
Usaha.

62
MENTERI PERENCANAAN PEMBANGUNAN NASIONAL/
KEPALA BADAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN NASIONAL
REPUBLIK INDONESIA

BAB VIII
TAHAP TRANSAKSI KPBU

Pasal 30
Menteri/Kepala Lembaga/Kepala Daerah/direksi Badan Usaha Milik
Negara/direksi Badan Usaha Milik Daerah bertindak sebagai PJPK
dalam tahap transaksi KPBU.

Pasal 31
Tahap transaksi KPBU terdiri atas kegiatan-kegiatan:
a. Penjajakan Minat Pasar (Market Sounding);
b. penetapan lokasi KPBU;
c. pengadaan Badan Usaha Pelaksana yang mencakup persiapan
dan pelaksanaan pengadaan Badan Usaha Pelaksana;
d. penandatanganan perjanjian KPBU; dan
e. pemenuhan pembiayaan (financial close).

Pasal 32
(1) PJPK melaksanakan transaksi KPBU setelah terpenuhinya syarat
dan ketentuan untuk memanfaatkan Barang Milik Negara dan/atau
Barang Milik Daerah untuk pelaksanaan KPBU sesuai dengan
ketentuan peraturan perundang-undangan.
(2) PJPK dapat dibantu oleh Badan Penyiapan untuk melakukan
transaksi KPBU.
(3) Tata cara pengadaan Badan Penyiapan sebagaimana dimaksud
pada ayat (2) diatur lebih lanjut melalui peraturan kepala lembaga
yang menyelenggarakan urusan pemerintah di bidang kebijakan
pengadaan barang/jasa pemerintah.

Pasal 33 ...
63
MENTERI PERENCANAAN PEMBANGUNAN NASIONAL/
KEPALA BADAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN NASIONAL
REPUBLIK INDONESIA

Pasal 33
(1) PJPK melaksanakan Penjajakan Minat Pasar (Market Sounding)
dalam tahap transaksi KPBU.
(2) Penjajakan Minat Pasar (Market Sounding) sebagaimana
dimaksud pada ayat (1) bertujuan untuk memperoleh masukan,
tanggapan, dan mengetahui minat pemangku kepentingan
terhadap KPBU.
(3) Pemangku kepentingan sebagaimana dimaksud pada ayat (2)
berasal dari Badan Usaha/lembaga/institusi/organisasi nasional
atau internasional.

Pasal 34
PJPK melakukan Pengadaan Badan Usaha Pelaksana setelah
memperoleh penetapan lokasi.

Pasal 35
(1) Dalam rangka melaksanakan Pengadaan Badan Usaha
Pelaksana, PJPK membentuk panitia pengadaan.
(2) Ketentuan lebih lanjut mengenai Pengadaan Badan Usaha
Pelaksana sebagaimana dimaksud dalam Pasal 31 huruf c,
diatur lebih lanjut melalui peraturan kepala lembaga yang
menyelenggarakan urusan pemerintah di bidang kebijakan
pengadaan barang/jasa pemerintah.

Pasal 36
Penandatanganan perjanjian KPBU dilakukan oleh PJPK dengan
Badan Usaha Pelaksana.

64
MENTERI PERENCANAAN PEMBANGUNAN NASIONAL/
KEPALA BADAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN NASIONAL
REPUBLIK INDONESIA

Pasal 37
(1) Badan Usaha Pelaksana wajib memperoleh pembiayaan atas
KPBU paling lambat dalam jangka waktu 12 (dua belas) bulan
setelah menandatangani perjanjian KPBU.
(2) Jangka waktu sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dapat
diperpanjang oleh PJPK, apabila kegagalan memperoleh
pembiayaan tidak disebabkan oleh kelalaian Badan Usaha
Pelaksana, berdasarkan kriteria yang ditetapkan oleh PJPK dan
disepakati dalam perjanjian KPBU.
(3) Setiap perpanjangan waktu sebagaimana dimaksud pada ayat (2)
diberikan paling lama 6 (enam) bulan oleh PJPK.
(4) Dalam hal perpanjangan jangka waktu sebagaimana dimaksud
pada ayat (3) tidak dapat dipenuhi oleh Badan Usaha Pelaksana,
maka perjanjian KPBU berakhir dan jaminan pelaksanaan berhak
dicairkan oleh PJPK.

Pasal 38
Pemenuhan pembiayaan yang bersumber dari pinjaman dinyatakan
telah terlaksana, apabila:
a. perjanjian pinjaman telah ditandatangani untuk membiayai
seluruh KPBU; dan
b. sebagian pinjaman telah dapat dicairkan untuk memulai
pekerjaan konstruksi.
Pasal 39
Dalam hal KPBU terbagi dalam beberapa tahapan, pemenuhan
pembiayaan dinyatakan terlaksana, apabila:
a. perjanjian pinjaman telah ditandatangani untuk membiayai
salah satu tahapan KPBU; dan
b. sebagian pinjaman untuk membiayai salah satu tahapan KPBU
telah dapat dicairkan untuk memulai pekerjaan konstruksi.
BAB IX ...
65
MENTERI PERENCANAAN PEMBANGUNAN NASIONAL/
KEPALA BADAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN NASIONAL
REPUBLIK INDONESIA

BAB IX
KPBU ATAS PRAKARSA BADAN USAHA

Pasal 40
(1) Badan Usaha dapat memprakarsai KPBU.
(2) Prakarsa sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dapat dilakukan
pada jenis Infrastruktur yang diatur dalam Peraturan Menteri
ini, kecuali ditentukan lain dalam peraturan perundang-
undangan.
(3) Prakarsa sebagaimana dimaksud pada ayat (1) disampaikan kepada
Menteri/Kepala Lembaga/Kepala Daerah disertai dengan Studi
Kelayakan.
(4) Dalam hal KPBU merupakan kerjasama atas prakarsa Badan Usaha,
Badan Usaha pemrakarsa mempersiapkan dokumen kajian
lingkungan hidup.
(5) KPBU atas prakarsa Badan Usaha harus memenuhi persyaratan:
a. terintegrasi secara teknis dengan rencana induk pada sektor
yang bersangkutan;
b. layak secara ekonomi dan finansial; dan
c. Badan Usaha yang mengajukan prakarsa memiliki
kemampuan keuangan yang memadai untuk membiayai
pelaksanaan Penyediaan Infrastruktur.
(6) Tata cara pelaksanaan KPBU atas prakarsa Badan Usaha diatur
lebih lanjut dalam Lampiran Peraturan Menteri ini.

66
MENTERI PERENCANAAN PEMBANGUNAN NASIONAL/
KEPALA BADAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN NASIONAL
REPUBLIK INDONESIA

BAB X
SIMPUL KPBU

Pasal 41
(1) Menteri/Kepala Lembaga/Kepala Daerah dalam rangka
melaksanakan kegiatan KPBU membentuk simpul KPBU.
(2) Simpul KPBU sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dapat melekat
pada unit kerja yang sudah ada di lingkungan Kementerian/
Lembaga/Daerah atau unit kerja baru yang dibentuk dalam
lingkungan Kementerian/Lembaga/Daerah.
(3) Simpul KPBU dibentuk dengan tujuan untuk melakukan
perumusan kebijakan dan/atau sinkronisasi dan/atau
koordinasi dan/atau pengawasan, dan/atau evaluasi terhadap
kegiatan KPBU.
(4) Simpul KPBU dibantu oleh:
a. tim KPBU dalam melaksanakan kegiatan pada tahap
penyiapan dan tahap transaksi KPBU; dan
b. panitia pengadaan dalam melaksanakan kegiatan
pengadaan Badan Usaha Pelaksana.
(5) Peran dan tanggung jawab tim KPBU dan panita pengadaan
sebagaimana dimaksud pada ayat (4) diatur lebih lanjut dalam
Lampiran Peraturan Menteri ini.

BAB XI
KETENTUAN PERALIHAN

Pasal 42
Dengan ditetapkannya Peraturan Menteri ini:
a. KPBU yang telah selesai memenuhi kegiatan pada tahap
Perencanaan KPBU berdasarkan Peraturan Menteri sebelum

Peraturan ...
67
MENTERI PERENCANAAN PEMBANGUNAN NASIONAL/
KEPALA BADAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN NASIONAL
REPUBLIK INDONESIA

Peraturan Menteri ini diundangkan, maka kegiatan-kegiatan


pada tahap selanjutnya wajib menyesuaikan dan mengikuti
ketentuan sebagaimana diatur dalam Peraturan Menteri ini.
b. KPBU yang telah memenuhi kegiatan penyiapan kajian awal
Prastudi Kelayakan pada tahap penyiapan Prastudi Kelayakan
berdasarkan Peraturan Menteri sebelum Peraturan Menteri ini
diundangkan, maka kegiatan kajian akhir Prastudi Kelayakan
dan kegiatan-kegiatan pada tahap selanjutnya wajib
menyesuaikan dan mengikuti ketentuan sebagaimana diatur
dalam Peraturan Menteri ini.

BAB XII
KETENTUAN LAIN-LAIN

Pasal 43
Ketentuan lebih lanjut mengenai Pelaksanaan KPBU dalam
Penyediaan Infrastruktur diatur dalam Lampiran yang merupakan
satu kesatuan yang tidak terpisahkan dari Peraturan Menteri ini.

BAB XIII
KETENTUAN PENUTUP

Pasal 44
Dengan ditetapkannya Peraturan Menteri ini:
a. Peraturan Menteri Perencanaan Pembangunan Nasional/
Kepala Badan Perencanaan Pembangunan Nasional
Nomor 3 Tahun 2012 tentang Panduan Umum Pelaksanaan
Kerjasama Pemerintah dengan Badan Usaha dalam Penyediaan
Infrastruktur; dan

68
MENTERI PERENCANAAN PEMBANGUNAN NASIONAL/
KEPALA BADAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN NASIONAL
REPUBLIK INDONESIA

b. Peraturan Menteri Perencanaan Pembangunan Nasional/


Kepala Badan Perencanaan Pembangunan Nasional Nomor 6
Tahun 2012 tentang Tata Cara Penyusunan Daftar Rencana
Proyek Infrastruktur, dicabut dan dinyatakan tidak berlaku.

Pasal 45
Peraturan Menteri ini mulai berlaku pada tanggal diundangkan. Agar
setiap orang mengetahuinya, Peraturan Menteri ini diundangkan
dengan penempatannya dalam Berita Negara Republik Indonesia.

Ditetapkan di Jakarta
pada tanggal 29 Mei 2015

MENTERI PERENCANAAN PEMBANGUNAN NASIONAL/


KEPALA BADAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN NASIONAL
REPUBLIK INDONESIA,
ttd

ANDRINOF A. CHANIAGO

Salinan ...
69
MENTERI PERENCANAAN PEMBANGUNAN NASIONAL/
KEPALA BADAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN NASIONAL
REPUBLIK INDONESIA

Diundangkan di Jakarta
pada tanggal 4 Juni 2015

ENTERI HUKUM DAN HAK ASASI MANUSIA


M
REPUBLIK INDONESIA,

ttd

YASONNA H. LAOLY

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA TAHUN 2015 NOMOR 829

Salinan sesuai dengan aslinya


Kepala Biro Hukum,

Emmy Suparmiatun

70
71
72
MENTERI PERENCANAAN PEMBANGUNAN NASIONAL/
KEPALA BADAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN NASIONAL
REPUBLIK INDONESIA

SALINAN LAMPIRAN
PERATURAN MENTERI PPN/KEPALA
BAPPENAS NOMOR 4 TAHUN 2015

LAMPIRAN PERATURAN

NO. 4 TAHUN 2015


TANGGAL 29 MEI 2015

MENTERI PPN
TATA CARA PELAKSANAAN
KERJASAMA PEMERINTAH DENGAN BADAN USAHA
DALAM PENYEDIAAN INFRASTRUKTUR

73
74
MENTERI PERENCANAAN PEMBANGUNAN NASIONAL/
KEPALA BADAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN NASIONAL
REPUBLIK INDONESIA

SALINAN LAMPIRAN
PERATURAN MENTERI PPN/KEPALA
BAPPENAS NOMOR 4 TAHUN 2015
TANGGAL 29 MEI 2015

TATA CARA PELAKSANAAN KERJASAMA PEMERINTAH DENGAN


BADAN USAHA DALAM PENYEDIAAN INFRASTRUKTUR

BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Dalam rangka melaksanakan tugas dan fungsi koordinasi, sinkronisasi, penyiapan
perumusan kebijakan, pemantauan dan evaluasi, serta pelaksanaan hubungan
kerja dalam perencanaan pembangunan nasional, Kementerian Perencanaan
Pembangunan Nasional/Badan Perencanaan Pembangunan Nasional perlu
mengambil langkah-langkah percepatan penyediaan infrastruktur melalui
kerjasama pemerintah dan badan usaha.
Berdasarkan amanat Peraturan Presiden Nomor 38 Tahun 2015 tentang Kerjasama
Pemerintah dengan Badan Usaha dalam Penyediaan Infrastruktur, Pemerintah
mendorong partisipasi Badan Usaha swasta, masyarakat dan Pemerintah
Daerah dalam pelayanan dan penyelenggaraan Infrastruktur.
Lampiran Peraturan Menteri tentang Tata Cara Pelaksanaan KPBU yang
selanjutnya disebut Panduan Umum, dimaksudkan untuk memperjelas
mekanisme KPBU dengan perluasan ruang lingkup jenis-jenis infrastruktur
yang dapat dikerjasamakan berdasarkan Peraturan Presiden Nomor 38 Tahun
2015.
B. Tujuan ...
75
MENTERI PERENCANAAN PEMBANGUNAN NASIONAL/
KEPALA BADAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN NASIONAL
REPUBLIK INDONESIA

B. Tujuan
Tujuan ditetapkannya Panduan Umum ini adalah untuk:
1. memberikan pedoman bagi Menteri/Kepala Lembaga/Kepala Daerah
dalam penyusunan panduan pelaksanaan KPBU sesuai dengan kewenangan
masing-masing;
2. memberikan pedoman bagi Menteri/Kepala Lembaga/Kepala Daerah
untuk melaksanakan KPBU dalam rangka mendorong partisipasi Badan
Usaha dalam Penyediaan Infrastruktur;
3. memberikan pedoman bagi Badan Usaha Milik Negara, Badan Usaha
Milik Daerah, badan usaha swasta yang berbentuk badan hukum Perseroan
Terbatas, badan hukum asing dan Koperasi dalam rangka pelaksanaan
KPBU; dan
4. memberikan informasi bagi pemangku kepentingan lainnya, termasuk
otoritas pemberi izin yang diperlukan dalam rangka pelaksanaan KPBU.

C. Ruang Lingkup
Ruang lingkup Panduan Umum terdiri dari:
1. Tahap perencanaan KPBU;
2. Tahap penyiapan KPBU;
3. Tahap transaksi KPBU; dan
4. KPBU atas Prakarsa Badan Usaha.

D. Pengertian Umum
Dalam lampiran Peraturan Menteri ini yang dimaksud dengan:
1. Simpul Kerjasama Pemerintah dengan Badan Usaha yang selanjutnya
disebut Simpul KPBU adalah unit kerja di kementerian/lembaga pada tingkat
nasional atau unit kerja pada tingkat daerah, yang dibentuk baru atau
melekat pada unit kerja atau bagian yang sudah ada, dengan tugas dan
fungsi perumusan kebijakan dan/atau sinkronisasi dan/atau koordinasi
tahap perencanaan dan tahap penyiapan dan/atau pengawasan dan

76
MENTERI PERENCANAAN PEMBANGUNAN NASIONAL/
KEPALA BADAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN NASIONAL
REPUBLIK INDONESIA

evaluasi tahap penyiapan dan tahap transaksi, termasuk manajemen


pelaksanaan KPBU.
2. Tim KPBU adalah tim yang dibentuk oleh PJPK untuk membantu
pengelolaan KPBU pada tahap penyiapan dan tahap transaksi KPBU
khususnya setelah penetapan Badan Usaha Pelaksana hingga diperolehnya
pemenuhan pembiayaan (financial close), serta berkoordinasi dengan
Simpul KPBU dalam pelaksanaanya.
3. Panitia Pengadaan adalah tim yang dibentuk PJPK, yang memilikiperan
dan tanggung jawab untuk mempersiapkan dan melaksanakan proses
Pengadaan Badan Usaha Pelaksana pada tahap transaksi.
4. Analisis Multi Kriteria yang selanjutnya disebut AMK adalah prosedur seleksi
dan pemeringkatan proyek dengan menggunakan metodologi gabungan
penilaian subyektif dan obyektif dari beberapa kriteria.
5. Analisis Biaya Manfaat Sosial yang selanjutnya disebut ABMS adalah
metode untuk mengukur nilai kontribusi sosial dan ekonomi dari proyek
terhadap masyarakat dan negara secara keseluruhan.
6. Economic Internal Rate of Return yang selanjutnya disebut EIRR
adalah tingkat imbal hasil ekonomi proyek yang dilakukan dengan
membandingkan manfaat ekonomi-sosial dan biaya ekonomi proyek.
7. Economic Net Present Value yang selanjutnya disebut ENPV adalah
adalah tingkat imbal hasil ekonomi yang dihitung dengan membandingkan
besaran hasil kuantifikasi manfaat ekonomi-sosial yang diterima oleh
masyarakat dan pemerintah dari proyek terhadap biaya ekonomi proyek.
8. Financial Internal Rate of Return yang selanjutnya disebut FIRR adalah
tingkat imbal hasil keuangan proyek yang dilakukan dengan
membandingkan pendapatan dan biaya proyek dengan
mempertimbangkan besarnya faktor nilai uang di masa depan.
9. Financial Net Present Value yang selanjutnya disebut FNPV adalah nilai
saat ini dari selisih antara pendapatan dan biaya selama jangka waktu
proyek pada tingkat diskonto keuangan tertentu.

10. Weighted ...


77
MENTERI PERENCANAAN PEMBANGUNAN NASIONAL/
KEPALA BADAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN NASIONAL
REPUBLIK INDONESIA

10. Weighted Average Cost of Capital yang selanjutnya disebut WACC adalah
penentuan tingkat biaya modal optimal dengan menghitung rata-rata
modal tertimbang dengan memperhatikan faktor nilai uang masa kini dan
masa depan.
11. Return On Equity yang selanjutnya disebut ROE adalah tingkat besaran
imbal hasil yang diperoleh atas ekuitas yang diinvestasikan pada KPBU.
12. Debt Service Coverage Ratio yang selanjutnya disebut DSCR adalah tingkat
kemampuan pemilik modal dalam membayar seluruh kewajiban
pinjaman yang akan jatuh tempo pada tahun berjalan.
13. Afiliasi adalah hubungan keluarga karena perkawinan dan keturunan
sampai derajat kedua, baik secara horizontal maupun vertikal, hubungan
antara 2 (dua) perusahaan di mana terdapat 1 (satu) atau lebih anggota
direksi atau dewan komisaris yang sama, hubungan antara
perusahaan dan pihak lainnya, baik secara langsung maupun tidak
langsung, mengendalikan atau dikendalikan oleh perusahaan
tersebut, hubungan antara 2 (dua) perusahaan yang dikendalikan,
baik secara langsung maupun tidak langsung, oleh pihak yang
sama atau hubungan antara perusahaan dan pemegang saham utama.
14. Dokumen Prastudi Kelayakan adalah dokumen yang disiapkan oleh PJPK
yang penyusunannya dilaksanakan pada tahap penyiapan KPBU atau oleh
Calon Pemrakarsa pada tahap persetujuan usulan KPBU atas Prakarsa
Badan Usaha dalam rangka memenuhi salah satu persyaratan untuk
memperoleh surat persetujuan untuk melakukan Studi Kelayakan dari
PJPK.
15. Dokumen Studi Kelayakan adalah dokumen yang disiapkan oleh Calon
Pemrakarsa yang penyusunannya dilaksanakan pada tahap persetujuan
usulan KPBU atas prakarsa Badan Usaha untuk memenuhi salah satu
persyaratan untuk memperoleh surat penetapan sebagai pemrakarsa dari
PJPK.
16. Badan Hukum Asing adalah suatu badan usaha yang didirikan berdasarkan
hukum suatu negara di luar yurisdiksi Indonesia.
17. Calon Pemrakarsa adalah suatu badan usaha berbentuk Perseroan
Terbatas, Badan Usaha Milik Negara (BUMN), Badan Usaha Milik
Daerah (BUMD), Badan Hukum Asing, dan koperasi yang mengajukan

78
MENTERI PERENCANAAN PEMBANGUNAN NASIONAL/
KEPALA BADAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN NASIONAL
REPUBLIK INDONESIA

suatu prakarsa KPBU kepada Menteri/Kepala Lembaga/Kepala


Daerah.
18. Badan Usaha Pemrakarsa adalah Calon Pemrakarsa yang telah
memperoleh penetapan sebagai pemrakarsa KPBU dari PJPK.
19. Analisis mengenai dampak lingkungan hidup yang selanjutnya disebut
AMDAL adalah kajian mengenai dampak penting suatu usaha dan/atau
kegiatan yang direncanakan pada lingkungan hidup yang diperlukan bagi
proses pengambilan keputusan tentang penyelenggaraan usaha dan/atau
kegiatan.
20. Upaya Pengelolaan Lingkungan Hidup dan Upaya Pemantauan
Lingkungan Hidup yang selanjutnya disebut UKL-UPL adalah
pengelolaan dan pemantauan terhadap usaha dan/atau kegiatan yang tidak
berdampak penting terhadap lingkungan hidup yang diperlukan bagi
proses pengambilan keputusan tentang penyelenggaraan usaha dan/atau
kegiatan.
21. Izin Lingkungan adalah izin yang diberikan kepada setiap orang yang
melakukan usaha dan/atau kegiatan yang wajib AMDAL atau UKL-UPL
dalam rangka perlindungan dan pengelolaan lingkungan hidup sebagai
prasyarat memperoleh izin usaha dan/atau kegiatan.
22. Nilai Manfaat Uang (Value for Money) adalah pengukuran kinerja suatu
KPBU berdasarkan nilai ekonomi, efisiensi, dan efektivitas pengeluaran
serta kualitas pelayanan yang memenuhi kebutuhan masyarakat.

E. Peraturan Terkait
Peraturan terkait merupakan peraturan perundang-undangan yang terkait
dengan pelaksanaan KPBU dan dasar kewenangan Kementerian PPN/Bappenas
menetapkan Panduan Umum ini yang diantaranya adalah sebagai berikut:
1. Undang-Undang Nomor 11 Tahun 1974 tentang Pengairan.
2. Undang-Undang Nomor 12 Tahun 1995 tentang Pemasyarakatan.
3. Undang-Undang Nomor 36 Tahun 1999 tentang Telekomunikasi.
4. Undang-Undang Nomor 22 Tahun 2001 tentang Minyak dan Gas Bumi.

5. Undang-Undang ...
79
MENTERI PERENCANAAN PEMBANGUNAN NASIONAL/
KEPALA BADAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN NASIONAL
REPUBLIK INDONESIA

5. Undang-Undang Nomor 18 Tahun 2002 tentang Sistem Nasional


Penelitian, Pengembangan, dan Penerapan Ilmu Pengetahuan dan
Teknologi.
6. Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan
Nasional.
7. Undang-Undang Nomor 27 Tahun 2003 tentang Panas Bumi.
8. Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2004 tentang Sistem Perencanaan
Pembangunan Nasional.
9. Undang-Undang Nomor 38 Tahun 2004 tentang Jalan.
10. Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2007 tentang Perkeretaapian.
11. Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2007 tentang Penanaman Modal.
12. Undang-Undang Nomor 26 Tahun 2007 tentang Penataan Ruang.
13. Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2008 tentang Pelayaran.
14. Undang-Undang Nomor 18 Tahun 2008 tentang Pengelolaan Sampah.
15. Undang-Undang Nomor 1 Tahun 2009 tentang Penerbangan.
16. Undang-Undang Nomor 10 Tahun 2009 tentang Pariwisata.
17. Undang-Undang Nomor 30 Tahun 2009 tentang Ketenagalistrikan.
18. Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2009 tentang Perlindungan dan
Pengelolaan Lingkungan.
19. Undang-Undang Nomor 39 Tahun 2009 tentang Kawasan Ekonomi
Khusus.
20. Undang-Undang Nomor 44 Tahun 2009 tentang Rumah Sakit.
21. Undang-Undang Nomor 2 Tahun 2012 tentang Pengadaan Tanah bagi
Pembangunan untuk Kepentingan Umum.
22. Undang-Undang Nomor 12 Tahun 2012 tentang Pendidikan Tinggi.
23. Peraturan Pemerintah Nomor 52 Tahun 2000 tentang Penyelenggaraan
Telekomunikasi.
24. Peraturan Pemerintah Nomor 82 Tahun 2001 tentang Pengelolaan

80
MENTERI PERENCANAAN PEMBANGUNAN NASIONAL/
KEPALA BADAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN NASIONAL
REPUBLIK INDONESIA

Kualitas Air Dan Pengendalian Pencemaran Air.


25. Peraturan Pemerintah Nomor 20 Tahun 2004 tentang Rencana Kerja
Pemerintah.
26. Peraturan Pemerintah Nomor 15 Tahun 2005 tentang Jalan Tol
sebagaimana telah beberapa kali diubah terakhir dengan Peraturan
Pemerintah Nomor 43 Tahun 2013.
27. Peraturan Pemerintah Nomor 40 Tahun 2006 tentang Tata Cara
Penyusunan Rencana Pembangunan Nasional.
28. Peraturan Pemerintah Nomor 50 Tahun 2007 tentang Tata Cara
Pelaksanaan Kerja Sama Daerah.
29. Peraturan Pemerintah Nomor 59 Tahun 2007 tentang Kegiatan Usaha
Panas Bumi sebagaimana diubah dengan Peraturan Pemerintah Nomor
64 Tahun 2010.
30.
Peraturan
Pemerintah Nomor
1 Tahun 2008 tentang Investasi
Pemerintah.
31. Peraturan Pemerintah Nomor 26 Tahun 2008 tentang Rencana Tata Ruang
Wilayah Nasional.
32. Peraturan Pemerintah Nomor 56 Tahun 2009 tentang Penyelenggaraan
Perkeretaapian.
33. Peraturan Pemerintah Nomor 61 Tahun 2009 tentang Kepelabuhanan.
34. Peraturan Pemerintah Nomor 72 Tahun 2009 tentang Lalu Lintas dan
Angkutan Kereta Api.
35. Peraturan Pemerintah Nomor 20 Tahun 2010 tentang Angkutan Di
Perairan sebagaimana diubah dengan Peraturan Pemerintah Nomor 22
Tahun 2011.
36. Peraturan Pemerintah Nomor 27 Tahun 2012 tentang Izin Lingkungan.
37. Peraturan Pemerintah Nomor 14 Tahun 2012 tentang Kegiatan Usaha
Penyediaan Tenaga Listrik sebagaimana diubah dengan Peraturan
Pemerintah Nomor 23 Tahun 2014.

38. Peraturan ...


81
MENTERI PERENCANAAN PEMBANGUNAN NASIONAL/
KEPALA BADAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN NASIONAL
REPUBLIK INDONESIA

38. Peraturan Pemerintah Nomor 40 Tahun 2012 tentang Pembangunan dan


Pelestarian Lingkungan Hidup Bandar Udara.
39. Peraturan Pemerintah Nomor 81 Tahun 2012 tentang Pengelolaan Sampah
Rumah Tangga dan Sampah Sejenis Rumah Tangga.
40. Peraturan Pemerintah Nomor 27 Tahun 2014 tentang Pengelolaan Barang
Milik Negara/Daerah.
41. Peraturan Presiden Nomor 82 Tahun 2007 tentang Badan Perencanaan
Pembangunan Nasional.
42. Peraturan Presiden Nomor 24 Tahun 2010 tentang Kedudukan, Tugas, dan
Fungsi Kementerian Negara Serta Susunan Organisasi, Tugas, dan Fungsi
Eselon I Kementerian Negara sebagaimana telah beberapa kali diubah
terakhir dengan Peraturan Presiden Nomor 80 Tahun 2014.
43. Peraturan Presiden Nomor 78 Tahun 2010 tentang Penjaminan
Infrastruktur Dalam Proyek Kerjasama Pemerintah Dengan Badan Usaha
Yang Dilakukan Melalui Badan Usaha Penjamin Infrastruktur.
44. Peraturan Presiden Nomor 71 Tahun 2012 tentang Penyelenggaraan
Pengadaan Tanah Bagi Pembangunan Untuk Kepentingan Umum
sebagaimana telah beberapa kali diubah terakhir dengan Peraturan
Presiden Nomor 30 Tahun 2015.
45. Peraturan
Presiden Nomor 75 Tahun 2014 tentang Percepatan
Penyediaan Infrastruktur Prioritas.
46. Peraturan Presiden Nomor 2 Tahun 2015 tentang Rencana Pembangunan
Jangka Menengah Nasional Tahun 2015-2019.
47.
Peraturan
Presiden Nomor 7 Tahun 2015 tentang Organisasi
Kementerian Negara.
48. Peraturan
Presiden Nomor 38 Tahun 2015 tentang Kerjasama
Pemerintah dengan Badan Usaha dalam Penyediaan Infrastruktur.
49. Peraturan Menteri Negara Lingkungan Hidup Nomor 5 Tahun 2008
tentang Tata Kerja Komisi Penilai Analisis Mengenai Dampak
Lingkungan Hidup.
50. Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 22 Tahun 2009 tentang Petunjuk
Teknis Tata Cara Kerja Sama Daerah.

82
MENTERI PERENCANAAN PEMBANGUNAN NASIONAL/
KEPALA BADAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN NASIONAL
REPUBLIK INDONESIA

51. Peraturan Menteri Keuangan Nomor 260/PMK.011 Tahun 2010 tentang


Petunjuk Pelaksanaan Penjaminan Infrastruktur Dalam Proyek Kerjasama
Pemerintah dengan Badan Usaha.
52. Peraturan Menteri Negara Lingkungan Hidup Nomor 7 Tahun 2010
tentang Sertifikasi Kompetensi Penyusun Dokumen AMDAL dan
Persyaratan LPK Penyusun Dokumen AMDAL.
53. Peraturan Menteri Negara Lingkungan Hidup Nomor 5 Tahun 2012
tentang Jenis Rencana Usaha dan/atau Kegiatan Yang Wajib Memiliki Analisis
Mengenai Dampak Lingkungan Hidup.
54. Peraturan Menteri Negara Lingkungan Hidup Nomor 16 Tahun 2012
tentang Pedoman Penyusunan Dokumen Lingkungan Hidup.
55. Peraturan Menteri Negara Perencanaan Pembangunan Nasional/
Kepala Badan Perencanaan Pembangunan Nasional Nomor
PER.005/M.PPN/10/2007 tentang Organisasi dan Tata Kerja
Kementerian Negara Perencanaan Pembangunan Nasional/Badan
Perencanaan Pembangunan Nasional sebagaimana telah beberapa kali
diubah terakhir dengan Peraturan Menteri Perencanaan Pembangunan
Nasional/Kepala Badan Perencanaan Pembangunan Nasional Nomor 3
Tahun 2014.
Serta peraturan lain yang akan muncul dikemudian hari yang merupakan
peraturan perubahan, peraturan pengganti maupun peraturan baru lainnya
terkait dengan pelaksanaan KPBU.

BAB II
TAHAP PERENCANAAN KPBU

A. Ketentuan Umum
1. Tahap perencanaan KPBU dimaksudkan untuk:
a. memperoleh informasi mengenai kebutuhan Penyediaan
Infrastruktur yang dapat dikerjasamakan dengan Badan Usaha
berdasarkan Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional,
Rencana ...
83
MENTERI PERENCANAAN PEMBANGUNAN NASIONAL/
KEPALA BADAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN NASIONAL
REPUBLIK INDONESIA

Rencana Kerja Pemerintah, Rencana Strategis dan Rencana Kerja


Kementerian/Lembaga, dan/atau Rencana Pembangunan Jangka
Menengah Daerah dan Rencana Kerja Pemerintah Daerah sesuai
dengan peraturan perundang-undangan; dan
b. mendukung koordinasi perencanaan dan pengembangan rencana
KPBU serta melakukan keterbukaan informasi kepada masyarakat
mengenai rencana KPBU.
2. Pelaksanaan kegiatan dalam tahap perencanaan, sebagai berikut:
a. penyusunan rencana anggaran dana KPBU;
b. identifikasi dan penetapan KPBU, termasuk untuk gabungan 2 (dua)
atau lebih PJPK;
c. penganggaran dana tahap perencanaan;
d. Konsultasi Publik;
e. pengambilan keputusan lanjut atau tidak lanjut rencana KPBU;
f. penyusunan Daftar Rencana KPBU; dan
g. pengkategorian KPBU.
Kegiatan pendukung dapat dilaksanakan pada tahap perencanaan diantaranya
kegiatan yang terkait dengan kajian lingkungan hidup dan kegiatan yang terkait
dengan pengadaan tanah.

B. Penyusunan Rencana Anggaran Dana KPBU


1. Menteri/Kepala Lembaga/Kepala Daerah menyusun rencana anggaran
untuk pelaksanaan KPBU sesuai ketentuan peraturan perundang-
undangan.
2. Penyusunan rencana anggaran sebagaimana dimaksud pada angka 1
meliputi setiap tahap pelaksanaan KPBU, yang terdiri dari:
a. tahap perencanaan KPBU;
b. tahap penyiapan KPBU; dan c. tahap transaksi KPBU.
3. penyusunan rencana anggaran pada setiap tahap pelaksanaan KPBU
sebagaimana dimaksud pada angka 2 bertujuan untuk memastikan

84
MENTERI PERENCANAAN PEMBANGUNAN NASIONAL/
KEPALA BADAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN NASIONAL
REPUBLIK INDONESIA

ketersediaan anggaran kementerian/lembaga/daerah untuk pelaksanaan


KPBU.

C. Identifikasi dan Penetapan KPBU


1. Identifikasi KPBU yang memiliki potensi untuk dikerjasamakan dengan
Badan Usaha:
a. dilaksanakan oleh Direktur Jenderal/Deputi atau Direksi BUMN
untuk KPBU yang diprakarsai oleh Pemerintah Pusat;
b. dilaksanakan oleh Kepala Perangkat Daerah atau Direksi BUMD
untuk KPBU yang diprakarsai oleh Pemerintah Daerah.
2. Dalam hal melakukan identifikasi KPBU sebagaimana dimaksud pada
angka 1, Direktur Jenderal/Deputi/Kepala Perangkat Daerah/
Direksi BUMN/Direksi BUMD menyusun Studi Pendahuluan yang
memuat paling kurang:
a. rencana bentuk KPBU;
b. rencana skema pembiayaan KPBU dan sumber dananya; dan
c. rencana penawaran KPBU yang mencakup jadwal, proses, dan cara
penilaian.
3. Studi Pendahuluan sebagaimana dimaksud pada angka 2, meliputi kajian
mengenai:
a. analisis kebutuhan (need analysis);
b. kriteria kepatuhan (compliance criteria);
c. kriteria faktor penentu Nilai Manfaat Uang (Value for Money)
partisipasi badan usaha;
d. analisa potensi pendapatan dan skema pembiayaan proyek; dan
e. rekomendasi dan rencana tindak lanjut.
4. Indikator analisis kebutuhan (need analysis) sebagaimana dimaksud pada
angka 3 huruf a, meliputi:
a. kepastian KPBU memiliki dasar pemikiran teknis dan ekonomi
berdasarkan analisis data sekunder yang tersedia;
b. kepastian ...
85
MENTERI PERENCANAAN PEMBANGUNAN NASIONAL/
KEPALA BADAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN NASIONAL
REPUBLIK INDONESIA

b. kepastian KPBU mempunyai permintaan yang berkelanjutan dan


diukur dari ketidakcukupan pelayanan, baik secara kuantitas
maupun kualitas, berdasarkan analisis data sekunder yang tersedia;
dan
c. kepastian KPBU mendapat dukungan dari pemangku kepentingan
yang berkaitan, salah satunya melalui Konsultasi Publik.
5. Kriteria kepatuhan (compliance criteria) sebagaimana dimaksud pada
angka 3 huruf b, meliputi:
a. kesesuaian dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku,
termasuk penentuan Menteri/Kepala Lembaga/Kepala Daerah/
Direksi BUMN/Direksi BUMD bertindak selaku PJPK;
b. kesesuaian KPBU dengan Rencana Pembangunan Jangka Menengah
Nasional/Daerah dan/atau Rencana Strategis Kementerian/
Lembaga, Rencana Kerja Pemerintah Daerah, rencana bisnis BUMN/
BUMD;
c. kesesuaian lokasi KPBU dengan Rencana Tata Ruang Wilayah
(apabila diperlukan sesuai kebutuhan jenis Infrastruktur yang akan
dikerjasamakan); dan
d. keterkaitan antar sektor infrastruktur dan antar wilayah (apabila
diperlukan sesuai kebutuhan jenis Infrastruktur yang akan
dikerjasamakan).
6. Kriteria faktor penentu Nilai Manfaat Uang (Value for Money) partisipasi
Badan Usaha sebagaimana dimaksud pada angka 3 huruf c, meliputi:
a. sektor swasta memiliki keunggulan dalam pelaksanaan KPBU
termasuk dalam pengelolaan risiko;
b. terjaminnya efektivitas, akuntabilitas dan pemerataan pelayanan
publik dalam jangka panjang;
c. alih pengetahuan dan teknologi; dan
d. terjaminnya persaingan sehat, transparansi, dan efisiensi dalam
proses pengadaan.
7. Analisis potensi pendapatan dan skema pembiayaan proyek sebagaimana
dimaksud pada angka 3 huruf d, meliputi:

86
MENTERI PERENCANAAN PEMBANGUNAN NASIONAL/
KEPALA BADAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN NASIONAL
REPUBLIK INDONESIA

a. kemampuan pengguna untuk membayar;


b. kemampuan fiskal pemerintah pusat, pemerintah daerah,
c. BUMN/BUMD dalam melaksanakan KPBU; potensi pendapatan
lainnya; dan
d. perkiraan bentuk dukungan pemerintah.
8. Rekomendasi dan rencana tindak lanjut sebagaimana dimaksud pada
angka 3 huruf e, meliputi:
a. rekomendasi bentuk KPBU;
b. rekomendasi kriteria utama dalam pemilihan badan usaha; dan
c. rencana jadwal kegiatan penyiapan dan transaksi KPBU.
9. Dalam hal KPBU merupakan gabungan dari 2 (dua) atau lebih jenis
infrastruktur, maka koordinator PJPK yang disepakati dalam nota
kesepemahaman akan melakukan pembagian kewenangan tugas dalam
KPBU gabungan tersebut.
10. Penetapan KPBU yang memiliki potensi untuk dikerjasamakan dengan
Badan Usaha:
a. dilakukan oleh Menteri/Kepala Lembaga/Direksi BUMN untuk
penetapan KPBU yang diprakarsai oleh Pemerintah dalam hal
terdapat kewenangan berdasarkan peraturan perundang-undangan;
dan
b. dilakukan oleh Kepala Daerah atau Direksi BUMD untuk penetapan
KPBU yang diprakarsai oleh Pemerintah Daerah.

D. Penganggaran Dana Tahap Perencanaan


Kementerian/Lembaga/Daerah/BUMN/BUMD menganggarkan dana untuk
kegiatan perencanaan dengan mempertimbangkan sekurang-kurangnya
penganggaran untuk kegiatan antara lain penyusunan Studi Pendahuluan dan
pelaksanaan Konsultasi Publik.

E. Konsultasi ...
87
MENTERI PERENCANAAN PEMBANGUNAN NASIONAL/
KEPALA BADAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN NASIONAL
REPUBLIK INDONESIA

E. Konsultasi Publik
Konsultasi Publik pada tahap perencanaan dilakukan oleh Menteri/Kepala
Lembaga/Kepala Daerah/Direksi BUMN/Direksi BUMD untuk mendiskusikan
penjelasan dan penjabaran terkait dengan rencana KPBU sehingga diperoleh
hasil sekurang-kurangnya sebagai berikut:
1. penerimaan tanggapan dan/atau masukan dari pemangku kepentingan
yang menghadiri Konsultasi Publik; dan
2. evaluasi terhadap hasil yang didapat dari Konsultasi Publik dan
implementasinya dalam KPBU.

F. Pengambilan Keputusan Lanjut atau Tidak Lanjut Rencana KPBU Pada


Tahap Perencanaan
1. Menteri/Kepala Lembaga/Kepala Daerah Direksi BUMN/Direksi BUMD
memutuskan lanjut atau tidak lanjut rencaana KPBU berdasarkan hasil
identifikasi sebagaimana dimaksud dalam Bagian C.
2. Menteri/Kepala Lembaga/Kepala Daerah mengusulkan KPBU yang
diputuskan untuk dilanjutkan, kepada Menteri Perencanaan.
3. Pengusulan Rencana KPBU sebagaimana dimaksud pada angka 2
dilengkapi dengan dukumen pendukung sebagai berikut:
a. Dokumen pendukung untuk usulan KPBU dalam proses penyiapan
terdiri atas:
1) Dokumen penyiapan KPBU; dan
2) Lembar ringkasan dari dokumen penyiapan KPBU.
b. Dokumen pendukung untuk usulan KPBU siap ditawarkan terdiri
atas:
1) Dokumen Prastudi Kelayakan;
2) Lembar ringkasan dari Dokumen Prastudi Kelayakan; dan
3) Surat pernyataan persetujuan prinsip Dukungan Pemerintah
dan/atau Jaminan Pemerintah bilamana diperlukan.

88
MENTERI PERENCANAAN PEMBANGUNAN NASIONAL/
KEPALA BADAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN NASIONAL
REPUBLIK INDONESIA

G. Penyusunan Daftar Rencana KPBU


1. Menteri Perencanaan menyusun Daftar Rencana KPBU.
2. Penyusunan Daftar Rencana KPBU sebagaimana dimaksud pada angka1
disusun berdasarkan:
a. usulan Menteri/Kepala Lembaga/Kepala Daerah/Direksi Badan
Usaha Milik Negara/Direksi Badan Usaha Milik Daerah yang
diindikasikan membutuhkan Dukungan dan/atau Jaminan
Pemerintah; dan
b. hasil identifikasi Menteri Perencanaan berdasarkan prioritas
pembangunan nasional.
3. Menteri Perencanaan melakukan seleksi dan penilaian terhadap rencana
Penyediaan Infrastuktur yang akan dikerjasamakan melalui mekanisme
KPBU berdasarkan dokumen pendukung sebagaimana dimaksud dalam
Bagian F angka 3.
4. Berdasarkan hasil penyeleksian dan penilaian sebagaimana dimaksud pada
angka 3, Menteri Perencanaan menetapkan Daftar Rencana KPBU yang
terdiri atas:
a. KPBU siap ditawarkan; dan
b. KPBU dalam proses penyiapan.
5. Menteri/Kepala Lembaga/Kepala Daerah/Direksi Badan Usaha Milik
Negara/Direksi Badan Usaha Milik Daerah selaku PJPK melaporkan
informasi perkembangan KPBU dalam proses penyiapan dan KPBU siap
ditawarkan kepada Menteri Perencanaan sekurang-kurangnya 1 (satu)
kali dalam 1 (satu) tahun.
6. Jangka waktu pencantuman KPBU dalam proses penyiapan dan KPBU
siap ditawarkan dalam Daftar Rencana KPBU paling lama 2 (dua) tahun.
Apabila dalam jangka waktu tersebut tidak terdapat perkembangan maka
proyek KPBU tersebut dievaluasi oleh Menteri Perencanaan.

H. Pengkategorian KPBU
1. KPBU dikategorikan berdasarkan tingkat kesiapan, yaitu:

a. KPBU ...
89
MENTERI PERENCANAAN PEMBANGUNAN NASIONAL/
KEPALA BADAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN NASIONAL
REPUBLIK INDONESIA

a. KPBU siap ditawarkan; dan


b. KPBU dalam proses penyiapan.
2. Rencana KPBU yang diusulkan sebagai KPBU siap ditawarkan
sebagaimana dimaksud pada angka 1 huruf a harus memenuhi kriteria:
a. memperoleh kepastian mengenai kesiapan KPBU, kesesuaian teknis,
ketertarikan pasar, dan pilihan bentuk KPBU;
b. telah menyelesaikan kajian lingkungan hidup sesuai peraturan
perundang-undangan;
c. telah disusun rancangan rinci spesifikasi keluaran;
d. telah disusun rancangan struktur tarif;
e. telah dilakukan analisis model keuangan, alokasi dan mitigasi
risiko serta mekanisme pemberian Dukungan dan/atau Jaminan
Pemerintah bilamana diperlukan;
f. telah disusun rancangan rencana pengadaan Badan Usaha
Pelaksana dengan mempertimbangkan:
1) potensi dan minat Badan Usaha dalam KPBU;
2) kewajaran rencana atau jadwal pelaksanaan pengadaan; dan
3) penetapan dan kesiapan Panitia Pengadaan.
g. telah disusun rancangan ketentuan perjanjian KPBU; dan
h. memperoleh persetujuan dari PJPK untuk KPBU atas prakarsa
Badan Usaha dan kesepakatan dari para pemangku kepentingan atas
KPBU.
3. Rencana KPBU yang diusulkan sebagai KPBU dalam proses penyiapan
sebagaimana dimaksud pada angka 1 huruf b harus memenuhi kriteria:
a. kesesuaian dengan RPJM Nasional/Daerah dan Rencana Strategis
sektor infrastruktur;
b. kesesuaian lokasi proyek yang akan dikerjasamakan dengan Rencana
Tata Ruang Wilayah (RTRW);
c. keterkaitan antarsektor Infrastruktur dan antar wilayah; dan
d. telah memiliki dokumen Studi Pendahuluan.

90
MENTERI PERENCANAAN PEMBANGUNAN NASIONAL/
KEPALA BADAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN NASIONAL
REPUBLIK INDONESIA

I. Kegiatan Pendukung pada Tahap Perencanaan KPBU


Kegiatan pendukung yang dapat dilakukan pada tahap perencanaan
diantaranya:
1. Kegiatan terkait dengan kajian lingkungan hidup
Menteri/Kepala Lembaga/Kepala Daerah/Direksi BUMN/Direksi BUMD
melakukan identifikasi awal bahwa KPBU menerapkan teknologi dengan
dampak lingkungan yang dapat dikelola dengan baik dan berkelanjutan
sesuai dengan referensi literatur, dan studi terkait.
2. Kegiatan terkait dengan pengadaan tanah
Untuk KPBU yang dapat diperkirakan lokasinya, Menteri/Kepala
Lembaga/Kepala Daerah/Direksi BUMN/Direksi BUMD melakukan
identifikasi peninjauan lokasi, luas lahan, dan perkiraan harga sesuai
dengan peraturan perundang-undangan.
J. Dokumen-Dokumen pada Tahap Perencanaan KPBU
1. Dokumen yang harus disiapkan pada tahap Perencanaan KPBU yaitu:
a. Kerangka Acuan Pengadaan Badan Penyiapan, jika diperlukan;
b. Dokumen Studi Pendahuluan; dan
c. Berita acara Konsultasi Publik.
2. Kerangka Acuan Pengadaan Badan Penyiapan sebagaimana dimaksud
pada angka 1 huruf a, sekurang-kurangnya meliputi:
a. latar belakang dan deskripsi KPBU;
b. tujuan pekerjaan;
c. lingkup jasa konsultansi untuk melaksanakan berbagai kajian
kelayakan yang diperlukan/dipersyaratkan;
d. jumlah personil dan kualifikasi yang dibutuhkan;
e. dokumen yang harus disiapkan;
f. jadwal pelaksanaan; dan
g. perkiraan besarnya anggaran.
3. Dokumen Studi Pendahuluan sebagaimana dimaksud pada angka 1 huruf
b berisi substansi yang merujuk dalam Panduan Umum Bagian C angka 3.

4. Berita ...
91
MENTERI PERENCANAAN PEMBANGUNAN NASIONAL/
KEPALA BADAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN NASIONAL
REPUBLIK INDONESIA

4. Berita acara Konsultasi Publik sebagaimana dimaksud pada angka 1 huruf


c, sekurang-kurangnya meliputi:
a. daftar peserta Konsultasi Publik;
b. notulensi pembahasan rencana KPBU; dan
c. kesimpulan dan rencana tindak lanjut.

BAB III
TAHAP PENYIAPAN KPBU

A. Ketentuan Umum
1. Menteri/Kepala Lembaga/Kepala Daerah/Direksi Badan Usaha Milik
Negara/Direksi Badan Usaha Milik Daerah bertindak sebagai PJPK dalam
tahap penyiapan KPBU.
2. PJPK memastikan ketersediaan anggaran pada tahap penyiapan KPBU
antara lain:
a. penyusunan kajian awal Prastudi Kelayakan;
b. penyusunan kajian akhir Prastudi Kelayakan;
c. penyusunan kajian lingkungan, bila diperlukan; dan
d. pengadaan Badan Penyiapan, bila diperlukan.
3. Penyiapan KPBU bertujuan untuk mengkaji kelayakan KPBU untuk
dikerjasamakan dengan Badan Usaha.
4. PJPK membentuk Tim KPBU dalam tahap penyiapan KPBU dan dapat
dibantu oleh Badan Penyiapan.
5. Tim KPBU sebagaimana dimaksud pada angka 4 memiliki peran dan
tanggung jawab untuk:
a. melakukan kegiatan tahap penyiapan KPBU meliputi, kajian awal
Prastudi Kelayakan dan kajian akhir Prastudi Kelayakan;
b. melakukan kegiatan tahap transaksi KPBU hingga tercapainya
pemenuhan pembiayaan (financial close), kecuali kegiatan
pengadaan Badan Usaha Pelaksana;

92
MENTERI PERENCANAAN PEMBANGUNAN NASIONAL/
KEPALA BADAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN NASIONAL
REPUBLIK INDONESIA

c. menyampaikan pelaporan kepada PJPK secara berkala melalui


Simpul KPBU; dan
d. melakukan koordinasi dengan Simpul KPBU dalam pelaksanaan
tugasnya.
6. Ruang lingkup tugas Badan Penyiapan meliputi:
a. melakukan pendampingan dalam penyiapan dan transaksi KPBU;
atau
b. membantu PJPK dalam melakukan transaksi KPBU.
7. Dalam hal PJPK dibantu oleh Badan Penyiapan, biaya Badan Penyiapan
dibayarkan dengan tata cara pembayaran secara berkala (retainer fee),
pembayaran secara penuh (lump sum), gabungan pembayaran secara
berkala dan penuh, dan/atau tata cara lain yang disepakati antara Menteri/
Kepala Lembaga/Kepala Daerah/Direksi Badan Usaha Milik Negara/
Direksi Badan Usaha Milik Daerah dengan Badan Penyiapan.
8. Tahap Penyiapan KPBU terdiri dari:
a. Penyiapan Prastudi Kelayakan KPBU
Prastudi Kelayakan KPBU terdiri dari kajian awal Prastudi
Kelayakan dan kajian akhir Prastudi Kelayakan.
1) Kajian awal Prastudi Kelayakan bertujuan untuk:
a) menentukan sasaran dan kendala KPBU;
b) memastikan kesesuaian dengan peraturan perundang-
undangan;
c) mengkaji peran dan tanggung jawab masing-masing
pemangku kepentingan;
d) mengkaji pilihan teknis serta ketersediaan teknologi dan
barang/jasa yang dibutuhkan;
e) mengidentifikasi pilihan bentuk KPBU terbaik;
f) mengkaji manfaat ekonomi dan sosial dari rencana KPBU;
g) menyusun rencana komersial yang mencakup kajian
permintaan (demand), industri (market), struktur
pendapatan, dan keuangan;

h) memetakan...
93
MENTERI PERENCANAAN PEMBANGUNAN NASIONAL/
KEPALA BADAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN NASIONAL
REPUBLIK INDONESIA

h) memetakan risiko dan upaya mitigasi yang diperlukan;


i) mengidentifikasi awal atas dampak lingkungan dan sosial;
j) menetapkan persyaratan pelaksanaan KPBU, termasuk
landasan hukum, dan tindak lanjut yang diperlukan
berkaitan dengan pengadaan tanah dan pemukiman
kembali; dan
k) mengidentifikasi kebutuhan Dukungan Pemerintah dan/
atau Jaminan Pemerintah.
l) menentukan berbagai permasalahan pokok dan
hambatannya serta usulan untuk mengatasi
permasalahan.
2) Kajian akhir Prastudi Kelayakan bertujuan untuk memastikan:
a) konsep KPBU dalam kajian awal Prastudi Kelayakan
memperoleh persetujuan dari masing-masing pemangku
kepentingan;
b) konsep KPBU dalam kajian awal Prastudi Kelayakan telah
dimutakhirkan dan disempurnakan berdasarkan masukan
dari pemerintah, masyarakat, badan usaha, lembaga
keuangan, dan/atau lembaga terkait lainnya;
c) usulan permintaan Dukungan Pemerintah telah
disampaikan oleh PJPK kepada Menteri/Kepala
Lembaga/Kepala Daerah dan/atau Menteri Keuangan
apabila hasil kajian awal mengindikasikan perlunya
Dukungan Pemerintah untuk KPBU;
d) usulan permintaan Jaminan Pemerintah telah disampaikan
oleh PJPK kepada BUPI, apabila hasil kajian awal
mengidentifikasikan perlunya Jaminan Pemerintah untuk
KPBU;
e) Tim KPBU telah terbentuk dan berfungsi;
f) rencana dan jadwal waktu program penyiapan tapak
termasuk pengadaan tanah dan program pemukiman
kembali telah disiapkan, termasuk rancangan rencana
anggaran dan jadwal pelaksanaannya telah diusulkan

94
MENTERI PERENCANAAN PEMBANGUNAN NASIONAL/
KEPALA BADAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN NASIONAL
REPUBLIK INDONESIA

dalam Rencana Kerja Pemerintah/Rencana Kerja


Pemerintah Daerah;
g) rancangan rencana anggaran dan jadwal pelaksanaan
penyusunan kajian lingkungan (AMDAL atau UKL-UPL)
telah diusulkan dalam Rencana Kerja Pemerintah/
Rencana Kerja Pemerintah Daerah; dan
h) langkah-langkah untuk menyelesaikan berbagai masalah
hukum telah disusun.
b. Konsultasi Publik, bertujuan untuk:
1) menjajaki kepatuhan terhadap norma sosial dan
norma lingkungan sesuai dengan ketentuan peraturan
perundang- undangan;
2) memperoleh masukan mengenai kebutuhan
masyarakat terkait dengan rencana KPBU yang akan
dikerjasamakan; dan
3) memastikan kesiapan KPBU.
c. Penjajakan Minat Pasar (Market Sounding), bertujuan
untuk memperoleh masukan dan tanggapan terhadap
KPBU dari para pemangku kepentingan.
d. Kegiatan pendukung, bila diperlukan terdiri dari:
1) pengajuan Dukungan Pemerintah, yang dilakukan
dengan mengikuti ketentuan peraturan perundang-
undangan;
2) pengajuan Jaminan Pemerintah, yang dilakukan
dengan mengikuti ketentuan peraturan perundang-
undangan;
3) kegiatan terkait dengan kajian lingkungan hidup;
dan
4) pengajuan penetapan lokasi untuk KPBU, yang
dilakukan bertujuan untuk mendapatkan izin
lokasi KPBU dengan mengikuti ketentuan peraturan
perundang-undangan.

B. Penyiapan...
95
MENTERI PERENCANAAN PEMBANGUNAN NASIONAL/
KEPALA BADAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN NASIONAL
REPUBLIK INDONESIA

B. Penyiapan Kajian Prastudi Kelayakan


1. Penyiapan kajian Prastudi Kelayakan dilakukan oleh PJPK.
2. Penyiapan kajian Prastudi Kelayakan terdiri dari penyiapan kajian awal
Prastudi Kelayakan dan penyiapan kajian akhir Prastudi Kelayakan.
3. Kajian awal Prastudi Kelayakan sebagaimana dimaksud pada angka 2,
terdiri dari:
a. kajian hukum dan kelembagaan;
b. kajian teknis;
c. kajian ekonomi dan komersial;
d. kajian lingkungan dan sosial;
e. kajian bentuk KPBU dalam Penyediaan Infrastruktur;
f. kajian risiko;
g. kajian kebutuhan Dukungan Pemerintah dan/atau Jaminan
Pemerintah; dan
h. kajian mengenai masalah yang perlu ditindaklanjuti (out standing
issues).
4. Kajian hukum dan kelembagaan sebagaimana dimaksud pada angka 3
huruf a, terdiri atas:
a. analisis peraturan perundang-undangan, yang dilakukan dengan
tujuan untuk:
1) memastikan bahwa KPBU dilaksanakan sesuai dengan
peraturan
perundang-undangan yang berkaitan dengan
aspek-aspek:
a) pendirian Badan Usaha;
b) penanaman modal;
c) persaingan usaha;
d) lingkungan;
e) keselamatan kerja;
f) pengadaan tanah;
g) pembiayaan KPBU, termasuk mekanisme pembiayaan
dan pendapatan;

96
MENTERI PERENCANAAN PEMBANGUNAN NASIONAL/
KEPALA BADAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN NASIONAL
REPUBLIK INDONESIA

h) perizinan KPBU;
i) perpajakan; dan
j) peraturan-peraturan terkait lainnya.
2) menentukan risiko hukum dan strategi mitigasinya;
3) mengkaji kemungkinan penyempurnaan peraturan perundang-
undangan, atau penerbitan peraturan perundang-undangan
yang baru;
4) menentukan jenis-jenis perizinan/persetujuan yang diperlukan;
dan
5) menyiapkan rencana dan jadwal untuk memenuhi persyaratan
peraturan dan hukum berdasarkan kajian pada angka 4.
b. analisis kelembagaan, yang dilaksanakan dengan mengikuti
langkah-langkah sebagai berikut:
1) memastikan kewenangan Menteri/Kepala Lembaga/Kepala
Daerah/Direksi Badan Usaha Milik Negara/Direksi Badan
Usaha Milik Daerah sebagai PJPK dalam melaksanakan KPBU
termasuk penentuan PJPK dalam proyek multi infrastuktur;
2) melakukan pemetaan pemangku kepentingan (stakeholders
mapping) dengan menentukan peran dan tanggung jawab
lembaga-lembaga yang berkaitan dalam pelaksanaan KPBU;
3) menentukan peran dan tanggung jawab Tim KPBU berkaitan
dengan kegiatan penyiapan kajian awal Prastudi Kelayakan,
dan penyelesaian kajian akhir Prastudi Kelayakan, serta
menentukan sistem pelaporan Tim KPBU kepada PJPK;
4) menentukan dan menyiapkan perangkat regulasi kelembagaan;
dan
5) menentukan kerangka acuan pengambilan keputusan.
5. Kajian teknis sebagaimana dimaksud pada angka 3 huruf b, terdiri atas:
a. analisis teknis, yang bertujuan untuk:

1) menetapkan ...
97
MENTERI PERENCANAAN PEMBANGUNAN NASIONAL/
KEPALA BADAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN NASIONAL
REPUBLIK INDONESIA

1) menetapkan standar kinerja teknis operasional yang


diperlukan;
2) mempertimbangkan berbagai alternatif tapak, besaran proyek,
kualitas, teknologi dan waktu pelaksanaan;
3) menetapkan kapasitas keluaran dan standar operasional yang
dibutuhkan, serta menyiapkan rancangan awal yang layak
secara teknis;
4) mengidentifikasi dan menilai Barang Milik Negara dan/atau
Daerah yang dibutuhkan dan menyiapkan daftar Barang
Milik Negara dan/atau Daerah yang akan digunakan untuk
pelaksanaan KPBU;
5) mengidentifikasi ketersediaan pasokan sumber daya untuk
keberlangsungan KPBU, apabila diperlukan;
6) mengidentifikasi persyaratan dan ketersediaan input sekurang-
kurangnya meliputi sumber daya manusia, bahan baku,
pelayanan jasa, akses menuju tapak;
7) menentukan perkiraan biaya KPBU dan asumsi perhitungan
biaya KPBU;
8) memperkirakan dan menentukan pendapatan (revenue),
biaya modal, biaya operasional dan biaya pemeliharaan dengan
berbagai pilihan;
9) menyiapkan rencana pembiayaan yang sesuai denga jadwal
konstruksi, perkiraan biaya operasional, perkiraan biaya
pemeliharaan, dan estimasi biaya siklus kesinambungan KPBU;
dan
10) mengidentifikasi standar pelayanan minimum.
b. penyiapan tapak termasuk jalur, apabila diperlukan, yang dilakukan
dengan mempertimbangkan:
1) kesesuaian tapak dengan Rencana Tata Ruang Wilayah (RTRW);
2) kesesuaian tapak dengan kebutuhan operasional dan bahan
baku;

98
MENTERI PERENCANAAN PEMBANGUNAN NASIONAL/
KEPALA BADAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN NASIONAL
REPUBLIK INDONESIA

3) ketersediaan pelayanan jasa dan bahan baku;


4) kondisi tapak yang diusulkan dan kesesuaian dengan
kebutuhan KPBU;
5) konfirmasi kepemilikan tanah dan hambatan-hambatan yang
timbul;
6) perkiraan biaya pengadaan tanah dengan berbagai pilihan; dan
7) rencana dan jadwal pelaksanaan program pengadaan tanah dan
pemukiman kembali.
c. rancang bangun awal, yang memuat rancangan teknis dasar KPBU
termasuk lingkup KPBU yang disesuaikan dengan kebutuhan dan
karakteristik dari masing-masing sektor;
d. spesifikasi keluaran, yang meliputi:
1) standar pelayanan minimum yang meliputi kuantitas, kualitas
dan ketersediaan (availibility);
2) jadwal indikatif untuk pekerjaan konstruksi dan penyediaan
peralatan;
3) kepatuhan atas masalah lingkungan, sosial dan keselamatan;
4) persyaratan pengalihan aset sesuai perjanjian KPBU; dan
5) pengaturan pemantauan pada setiap tahapan:
a) konstruksi;
b) operasi komersial; dan
c) berakhirnya perjanjian KPBU.
6. Kajian ekonomi dan komersial sebagaimana dimaksud pada angka 3
huruf c, mencakup substansi sebagai berikut:
a. analisis permintaan (demand), yang bertujuan untuk memahami
kondisi pengguna layanan. Analisis permintaan ini dilakukan
dengan paling kurang memuat:
1) survei kebutuhan nyata (real demand survey) untuk mendapatkan
gambaran yang akurat seperti mengenai perkiraan kebutuhan,

ketertarikan ...
99
MENTERI PERENCANAAN PEMBANGUNAN NASIONAL/
KEPALA BADAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN NASIONAL
REPUBLIK INDONESIA

ketertarikan, kemauan dan kemampuan pengguna untuk


membayar, kinerja pembayaran, serta tingkat pelayanan yang
diharapkan; dan
2) penentuan sumber dan tingkat pertumbuhan permintaan
dengan berbagai skenario (uji elastisitas permintaan).
b. analisis pasar (market), yang bertujuan untuk mengetahui tingkat
ketertarikan industri dan kompetisi. Analisis pasar ini dilakukan
dengan paling kurang memuat:
1) penyampaian rencana KPBU kepada publik dalam rangka
penjajakan minat calon investor terhadap KPBU;
2) pengumpulan tanggapan dan penilaian calon investor terhadap
kelayakan, risiko serta kebutuhan Dukungan Pemerintah dan/
atau Jaminan Pemerintah untuk KPBU;
3) pengumpulan tanggapan dan penilaian lembaga keuangan
nasional dan internasional dan/atau institusi lainnya mengenai
potensi pemberian dan indikasi besaran pinjaman yang bisa
dialokasikan dalam KPBU;
4) pemilihan strategi untuk mengurangi risiko pasar dan
meningkatkan persaingan yang sehat dalam proses pengadaan
KPBU; dan
5) penilaian mengenai struktur pasar untuk menentukan tingkat
kompetisi pada sektor yang bersangkutan.
c. Analisis struktur pendapatan KPBU, yang bertujuan untuk
mengidentifikasi sumber-sumber pendapatan yang optimal bagi
KPBU dengan mempertimbangkan hasil analisis permintaan,
kemampuan pembiayaan Kementerian/Lembaga/Daerah yang
bersangkutan, serta tingkat kelayakan KPBU selama masa KPBU,
analisis struktur pendapatan KPBU ini paling kurang memuat:
1) perhitungan keseimbangan antara biaya dan pendapatan KPBU
selama masa kerjasama;
2) identifikasi pembayaran/tarif awal, mekanisme penyesuaian,
100
MENTERI PERENCANAAN PEMBANGUNAN NASIONAL/
KEPALA BADAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN NASIONAL
REPUBLIK INDONESIA

indeks acuan untuk membuat penyesuaian atas parameter yang


digunakan selama jangka waktu perjanjian KPBU;
3) identifikasi dampak terhadap pendapatan dalam hal:
a) terjadi kenaikan biaya KPBU (cost over run);
b) pembangunan KPBU selesai lebih awal; dan
c) pengembalian KPBU melebihi tingkat maksimum yang
ditentukan, sehingga dimungkinkan pemberlakuan
mekanisme penambahan pembagian keuntungan
(clawback mechanism);
d) terjadinya pemberian insentif atau pemotongan
pembayaran dalam hal pemenuhan kewajiban.
d. Analisis Biaya Manfaat Sosial (ABMS), yang bertujuan untuk
memastikan manfaat sosial dan ekonomi serta keberlanjutan
KPBU yang berkaitan dengan efektivitas, ketepatan waktu,
penggunaan dana, dan sumber daya publik selama masa
KPBU, selain itu ABMS juga dimaksudkan untuk memberikan
batasan maksimal besarnya Dukungan Pemerintah, sehingga
manfaat bersih KPBU lebih besar dari Dukungan Pemerintah
yang diberikan. ABMS ini dilakukan dengan memuat paling kurang:
1) perbandingan biaya dan manfaat dengan ada atau tanpa adanya
KPBU;
2) biaya yang dimaksud dalam angka 1 didasarkan pada
harga konstan, yang meliputi:
a) biaya penyiapan KPBU;
b) biaya modal;
c) biaya operasional;
d) biaya pemeliharaan; dan
e) biaya-biaya lain akibat dari adanya proyek.

3) penilaian ...
101
MENTERI PERENCANAAN PEMBANGUNAN NASIONAL/
KEPALA BADAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN NASIONAL
REPUBLIK INDONESIA

3) penilaian/pengukuran manfaat proyek bagi masyarakat


dan negara dengan mempertimbangkan paling kurang:
a) penghematan oleh masyarakat; dan
b) penghematan Anggaran Pendapatan dan Belanja
Negara/Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah
yang diperoleh.
4) penentuan biaya ekonomi yang dilakukan dengan
mengubah harga finansial menjadi harga ekonomi
(shadow price) untuk setiap masukan dan keluaran
berdasarkan faktor konversi ekonomi yang sesuai;
5) penentuan manfaat ekonomi dilakukan dengan
mengkonversikan manfaat tersebut menjadi kuantitatif;
6) parameter penilaian kelayakan ekonomi dilakukan melalui
pendekatan EIRR dan ENPV dengan menggunakan
tingkat diskonto ekonomi atau sosial (economic atau social
discount rate); dan
7) analisis sensitivitas untuk mengkaji pengaruh
ketidakpastian pelaksanaan KPBU terhadap tingkat
kelayakan ekonomi proyek.
e. analisis keuangan, dilakukan dengan memenuhi ketentuan sebagai
berikut:
1) analisis keuangan bertujuan untuk menentukan kelayakan
finansial KPBU dengan menggunakan asumsi yang didasarkan
pada:
a) informasi ekonomi makro (nilai tukar, inflasi, dan suku
bunga) yang dikeluarkan oleh otoritas lembaga resmi
seperti Bank Indonesia dan BPS;
b) analisis biaya modal yang terdiri dari biaya proyek, asumsi
bunga dan eskalasi biaya dari KPBU;

102
MENTERI PERENCANAAN PEMBANGUNAN NASIONAL/
KEPALA BADAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN NASIONAL
REPUBLIK INDONESIA

c) biaya operåyusutan dan nilai buku pada akhir masa


konsesi;
e) perhitungan biaya-biaya lain terkait KPBU termasuk
biaya pemukiman kembali, pemeliharaan lingkungan,
perijinan, dan biaya tidak langsung (management
overhead cost);
f) biaya mitigasi risiko; dan
g) perhitungan pendapatan yang didasarkan pada hasil
analisis kebutuhan dan analisis struktur pendapatan.
2) analisis keuangan dilakukan dengan cara:
a) menetapkan rasio ekuitas dan pinjaman yang akan
digunakan dalam KPBU, sesuai dengan rasio yang umum
digunakan di Indonesia;
b) menentukan tingkat biaya modal rata-rata tertimbang/
WACC sesuai dengan rasio ekuitas dan pinjaman yang
akan digunakan, tingkat suku bunga pinjaman, serta biaya
ekuitas;
c) menentukan tingkat imbal hasil keuangan/FIRR pada
KPBU;
d) menentukan rasio cakupan pembayaran hutang (Debt
Service Coverage Ratio - DSCR) dengan menghitung
besarnya kas yang tersedia untuk membayar kewajiban
(pokok pinjaman dan bunga) yang akan jatuh tempo pada
tahun berjalan;
e) menentukan besaran imbal hasil ekuitas (Return On
Equity - ROE);
f) menentukan besaran FNPV dan metode pengembalian
investasi (payback period);
g) menyajikan proyeksi arus kas KPBU;

h) menyajikan ...
103
MENTERI PERENCANAAN PEMBANGUNAN NASIONAL/
KEPALA BADAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN NASIONAL
REPUBLIK INDONESIA

h) menyajikan proyeksi arus kas dan laporan laba rugi Badan


Usaha Pelaksana;
i) menyajikan sensitivitas KPBU dalam berbagai pilihan
analisis keuangan dalam nilai rupiah dan/atau mata uang
asing yang nilainya disetarakan dengan rupiah;
j) menentukan bentuk dan nilai Dukungan Pemerintah; dan
k) menentukan besaran premi Jaminan Pemerintah.
7. Kajian lingkungan dan sosial sebagaimana dimaksud pada angka 3 huruf
d meliputi:
a. kajian lingkungan hidup bagi KPBU yang wajib AMDAL, yang
dilakukan mengikuti ketentuan sebagai berikut:
1) melakukan penapisan yang bertujuan untuk:
a) menetapkan potensi dampak penting yang akan timbul
dari KPBU;
b) menetapkan klasifikasi KPBU dalam memperkirakan
dampak yang akan ditimbulkan terhadap lingkungan
hidup sesuai ketentuan peraturan perundang-undangan;
c) menentukan peningkatan kapasitas dan program pelatihan
untuk melaksanakan program perlindungan lingkungan,
jika diperlukan;
d) memperkirakan biaya yang dikeluarkan untuk perizinan
yang berkaitan dengan kepentingan lingkungan hidup;
dan
e) menyiapkan rencana dan jadwal untuk melaksanakan
program kepatuhan lingkungan dan melakukan
pencatatan untuk persetujuan lingkungan.
2) penyeleksian digunakan sebagai dasar pertimbangan untuk
menyusun kerangka acuan analisis dampak lingkungan
(KA-ANDAL).
3) prosedur dalam melakukan kajian dampak lingkungan
dilakukan sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-

104
MENTERI PERENCANAAN PEMBANGUNAN NASIONAL/
KEPALA BADAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN NASIONAL
REPUBLIK INDONESIA

undangan di bidang lingkungan hidup.


4) PJPK bertanggung jawab untuk menyusun dokumen AMDAL
bagi KPBU yang terdiri dari dokumen KA-ANDAL, ANDAL,
Rencana Pengelolaan Lingkungan Hidup-Rencana Pemantauan
Lingkungan Hidup sebagai dasar penilaian dan izin lingkungan
dari Menteri/Kepala Daerah sesuai dengan kewenangannya.
b. kajian lingkungan hidup bagi KPBU yang wajib memiliki UKL-UPL,
dilakukan mengikuti ketentuan sebagai berikut:
1) mengisi ringkasan informasi awal yang meliputi:
a) identitas pemrakarsa, yaitu PJPK atau Badan Usaha Calon
Pemrakarsa;
b) rencana usaha dan/atau kegiatan;
c) dampak lingkungan yang akan terjadi; dan
d) program pengelolaan dan pemantauan lingkungan hidup.
2) ringkasan informasi awal sebagaimana dimaksud pada angka
1), diajukan kepada:
a) Bupati/Walikota, untuk KPBU yang berlokasi pada
1 (satu) wilayah kabupaten/kota dan di wilayah laut
paling jauh 1/3 (satu per tiga) dari wilayah laut
kewenangan provinsi;
b) Gubernur, untuk KPBU yang berlokasi di lebih dari 1 (satu)
wilayah kabupaten/kota dalam 1 (satu) propinsi; di lintas
kabupaten/kota; dan/atau di wilayah laut paling jauh 12
(dua belas) mil dari garis pantai kearah laut lepas dan/atau
kearah perairan kepulauan;
c) Menteri, untuk KPBU yang berlokasi di lebih dari 1 (satu)
wilayah propinsi; di wilayah Negara Kesatuan Republik
Indonesia yang sedang dalam sengketa dengan negara lain;
di wilayah laut lebih dari 12 (dua belas) mil laut diukur dari

garis ...
105
MENTERI PERENCANAAN PEMBANGUNAN NASIONAL/
KEPALA BADAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN NASIONAL
REPUBLIK INDONESIA

garis pantai kearah laut lepas; dan/atau di lintas batas Negara


Kesatuan Republik Indonesia dengan negara lain.
3) Setelah memeriksa dan menyatakan tidak ada kekurangan
dari data yang diisikan, Menteri/Gubernur/Bupati/Walikota
mengeluarkan rekomendasi yang selanjutnya diajukan kepada
pejabat yang berwenang sebagai dasar penerbitan izin
untuk melakukan usaha atau kegiatan sesuai dengan peraturan
perundang-undangan di bidang lingkungan hidup.
c. analisis sosial, diperlukan untuk:
1) menentukan dampak sosial KPBU terhadap masyarakat dan
menyusun rencana mitigasinya;
2) menentukan lembaga yang bertanggung jawab untuk
pembebasan tanah dan pemukiman kembali;
3) menentukan pihak-pihak yang akan terkena dampak oleh
proyek dan kompensasi yang akan diberikan, bila diperlukan;
4) memperkirakan kapasitas lembaga untuk membayar
kompensasi dan melaksanakan rencana pemukiman kembali,
bila diperlukan; dan
5) menentukan rencana pelatihan dalam rangka melaksanakan
program perlindungan sosial untuk meningkatkan kapasitas
masyarakat yang terkena dampak.
d. rencana pengadaan tanah dan pemukiman kembali, mengikuti
ketentuan sebagai berikut:
1) menyiapkan dokumen perencanaan pengadaan tanah terlebih
dahulu;
2) PJPK bertanggung jawab untuk menyiapkan dokumen
perencanaan pengadaan tanah yang merupakan persyaratan
untuk memperoleh penetapan lokasi sesuai dengan peraturan
perundang-undangan;
3) Izin Lingkungan diperlukan untuk memperoleh surat penetapan
lokasi, selain dokumen rencana pengadaan tanah; dan

106
MENTERI PERENCANAAN PEMBANGUNAN NASIONAL/
KEPALA BADAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN NASIONAL
REPUBLIK INDONESIA

4) rencana pemukiman kembali, yang merupakan bagian dari


rencana pengadaan tanah, disusun berdasarkan peraturan
perundang-undangan.
8. Kajian bentuk KPBU dalam Penyediaan Infrastruktur kajian bentuk
KPBU dalam Penyediaan Infrastruktur sebagaimana dimaksud pada
angka 3 huruf e, mengikuti ketentuan sebagai berikut:
a. pemilihan bentuk KPBU dilakukan dengan mempertimbangkan
faktor-faktor sebagai berikut:
1) kepastian ketersediaan Infrastruktur tepat pada waktunya;
2) optimalisasi investasi oleh Badan Usaha;
3) maksimalisasi efisiensi yang diharapkan dari pengusahaan
Infrastruktur oleh Badan Usaha;
4) kemampuan Badan Usaha untuk melakukan transaksi;
5) alokasi resiko; dan
6) kepastian adanya pengalihan keterampilan manajemen dan
teknis dari sektor swasta kepada sektor publik.
b. bentuk KPBU harus mencakup sekurang-kurangnya:
1) lingkup KPBU, mencakup sebagian atau seluruh proses
kegiatan KPBU, seperti membiayai, merancang, membangun,
merehabilitasi, mengoperasikan, memelihara, dan lainnya;
2) jangka waktu dan penahapan KPBU;
3) identifikasi keterlibatan pihak ketiga, seperti off-taker, penyedia
bahan baku, dan lainnya;
4) skema pemanfaatan Barang Milik Negara dan/atau Barang
Milik Daerah selama perjanjian KPBU;
5) status kepemilikan aset KPBU selama jangka waktu
perjanjian KPBU dan pengalihan aset setelah berakhirnya
perjanjian KPBU; dan

6) bentuk...
107
MENTERI PERENCANAAN PEMBANGUNAN NASIONAL/
KEPALA BADAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN NASIONAL
REPUBLIK INDONESIA

6) bentuk partisipasi pemerintah dalam Badan Usaha Pelaksana


KPBU, seperti penyertaan modal atau bentuk lainnya.
9. Kajian risiko sebagaimana dimaksud pada angka 3 huruf f, dilakukan
dengan memenuhi ketentuan, sebagai berikut:
a. analisis risiko bertujuan untuk meningkatkan nilai tambah bagi para
pemangku kepentingan.
b. analisis risiko dilakukan dengan cara:
1) melakukan identifikasi risiko;
2) mengukur besaran risiko;
3) menentukan alokasi risiko; dan
4) menyusun mitigasi risiko.
10. Kajian kebutuhan Dukungan Pemerintah dan/atau Jaminan Pemerintah
sebagaimana dimaksud pada angka 3 huruf g, meliputi:
a. analisis Dukungan Pemerintah, yang bertujuan untuk mengidentifikasi
perlu atau tidaknya Dukungan Pemerintah guna meningkatkan
kelayakan keuangan KPBU.
b. dukungan Pemerintah dapat diberikan dalam bentuk:
1) dukungan kelayakan KPBU (Viability Gap Fund) yang diatur
lebih lanjut oleh Peraturan Menteri Keuangan;
2) insentif perpajakan; dan/atau
3) dukungan Pemerintah dalam bentuk lainnya sesuai dengan
peraturan perundang undangan.
c. analisis Jaminan Pemerintah yang bertujuan untuk mengidentifikasi
perlu atau tidaknya Jaminan Pemerintah untuk mengurangi risiko
Badan Usaha yang dapat diberikan oleh Menteri Keuangan melalui
BUPI sesuai dengan peraturan perundang-undangan.
11. Kajian mengenai hal-hal yang perlu ditindaklanjuti sebagaimana
dimaksud pada angka 3 huruf h, antara lain:
a. identifikasi isu-isu kritis yang harus ditindaklanjuti;

108
MENTERI PERENCANAAN PEMBANGUNAN NASIONAL/
KEPALA BADAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN NASIONAL
REPUBLIK INDONESIA

b. menyusun rencana penyelesaian isu-isu kritis pada huruf a,


termasuk strategi penyelesaian dan penanggung jawab; dan
c. jangka waktu yang dibutuhkan untuk menyelesaikan persiapan
KPBU.
12. Kajian akhir Prastudi Kelayakan, terdiri dari penyempurnaan data
dengan kondisi terkini dan pemutakhiran atas kelayakan dan kesiapan
KPBU yang sebelumnya telah tercakup dalam kajian awal Prastudi
Kelayakan, termasuk penyelesaian hal-hal yang perlu ditindaklanjuti.

C. Konsultasi Publik
PJPK menetapkan Konsultasi Publik yang dapat dilakukan pada setiap tahap
penyiapan KPBU untuk melakukan penjelasan dan penjabaran terkait dengan
KPBU dan sekurang-kurangnya menghasilkan hal-hal sebagai berikut:
1. Penerimaan tanggapan dan/atau masukan dari pemangku kepentingan
yang menghadiri Konsultasi Publik; dan
2. Evaluasi terhadap hasil yang didapat dari Konsultasi Publik dan
implementasinya dalam KPBU.

D. Penjajakan Minat Pasar Pada Tahap Penyiapan


1. PJPK dapat melakukan Penjajakan Minat Pasar (Market Sounding)
antara lain melalui kegiatan pertemuan dua pihak (one-on-one meeting)
dan promosi KPBU dengan calon investor, lembaga keuangan nasional
dan internasional, serta pihak lain yang memiliki ketertarikan terhadap
pelaksanaan KPBU;
2. Penjajakan Minat Pasar dapat dilakukan lebih dari satu kali.

E. Kegiatan Pendukung Selama Tahap Penyiapan KPBU


Kegiatan pendukung yang dapat dilakukan pada tahap penyiapan diantaranya:

1. Kegiatan ...
109
MENTERI PERENCANAAN PEMBANGUNAN NASIONAL/
KEPALA BADAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN NASIONAL
REPUBLIK INDONESIA

1. Kegiatan untuk mendapatkan Dukungan Pemerintah dan/atau Jaminan


Pemerintah Kegiatan untuk mendapatkan Dukungan Pemerintah dan/atau
Jaminan Pemerintah diatur lebih lanjut sesuai dengan peraturan
perundang-undangan yang mengatur mengenai Dukungan Pemerintah
dan/atau Jaminan Pemerintah.
2. Kegiatan yang berkaitan dengan pengadaan tanah
a. pada saat proses kajian akhir Prastudi Kelayakan dimulai, PJPK
melakukan penyusunan rencana pengadaan tanah dan pemukiman
kembali.
b. selama proses kajian akhir Prastudi Kelayakan,
1) PJPK melakukan penyelesaian dokumen perencanaan
pengadaan tanah dan pemukiman kembali; dan
2) PJPK memulai proses untuk mendapatkan persetujuan atas
rancangan anggaran dan jadwal pelaksanaan KPBU
berdasarkan peraturan perundang-undangan.
3. Kegiatan yang berkaitan dengan lingkungan hidup
Bagi KPBU yang diwajibkan memiliki AMDAL, maka pada tahap
penyiapan KPBU, PJPK melakukan proses kajian lingkungan hidup
dengan mengikuti mekanisme AMDAL sebagai berikut:
a. pengumuman mengenai rencana kegiatan dan melakukan Konsultasi
Publik dengan masyarakat mengenai lingkungan hidup sehubungan
rencana pelaksanaan KPBU.
b. konsultasi publik sebagaimana dimaksud dalam huruf a, bertujuan
untuk mengumpulkan informasi mengenai dampak yang diterima
masyarakat sekitar lokasi rencana pelaksanaan KPBU, apabila KPBU
dilaksanakan.
c. pada saat proses kajian akhir Prastudi Kelayakan dimulai, PJPK
dengan didampingi oleh konsultan lingkungan hidup mulai
melakukan kegiatan penyusunan dokumen AMDAL atau UKL-UPL.

110
MENTERI PERENCANAAN PEMBANGUNAN NASIONAL/
KEPALA BADAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN NASIONAL
REPUBLIK INDONESIA

d. dalam hal KPBU tidak diwajibkan untuk melakukan penyusunan


dokumen AMDAL, proses pengajuan Izin Lingkungan dapat
dilakukan berdasarkan rekomendasi yang diberikan oleh instansi
yang berwenang.

F. Dokumen-Dokumen Pada Tahap Penyiapan KPBU


1. Dokumen yang harus disiapkan pada tahap Penyiapan KPBU adalah
Dokumen Prastudi Kelayakan.
2. Dokumen Prastudi Kelayakan sebagaimana dimaksud pada angka 1
terdiri atas Dokumen Kajian Awal Prastudi Kelayakan dan Dokumen
Kajian Akhir Prastudi Kelayakan.
3. Dokumen Prastudi Kelayakan berisi hasil kajian-kajian yang telah dilakukan
dalam Bagian B di atas serta dilengkapi dengan ringkasan eksekutif.

BAB IV
TAHAP TRANSAKSI KPBU

A. Ketentuan Umum
1. Menteri/Kepala Lembaga/Kepala Daerah/Direksi Badan Usaha Milik
Negara/Direksi Badan Usaha Milik Daerah bertindak sebagai PJPK dalam
tahap transaksi KPBU.
2. PJPK memastikan ketersediaan anggaran pada tahap transaksi KPBU
untuk sekurang-kurangnya meliputi kegiatan pengadaan Badan Usaha
Pelaksana dan pengadaan tanah.
3. PJPK dibantu oleh Tim KPBU dalam melaksanakan kegiatan pada tahap
transaksi hingga tercapainya pemenuhan pembiayaan (financial close),
termasuk dalam kegiatan pengadaan Badan Usaha Pelaksana, apabila
diperlukan.
4. PJPK ...
111
MENTERI PERENCANAAN PEMBANGUNAN NASIONAL/
KEPALA BADAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN NASIONAL
REPUBLIK INDONESIA

4. PJPK membentuk Panitia Pengadaan untuk melaksanakan kegiatan


pengadaan Badan Usaha Pelaksana pada tahap transaksi KPBU, setelah
menyelesaikan Dokumen Prastudi Kelayakan.
5. Peran dan tanggung jawab Panita Pengadaan sebagaimana dimaksud pada
angka 4, diatur melalui peraturan kepala lembaga yang menyelenggarakan
urusan pemerintah di bidang kebijakan pengadaan barang/jasa
pemerintah.
6. Badan Penyiapan pada tahap transaksi adalah:
a. Badan Penyiapan yang melanjutkan tugas dari tahap penyiapan
sampai tahap transaksi sebagaimana dimaksud pada Bab III; atau
b. Badan Usaha yang ditunjuk untuk melaksanakan tugas di tahap
transaksi.
7. Biaya Badan Penyiapan sebagaimana dimaksud pada angka 6, dibayarkan
dengan tata cara pembayaran secara berkala (retainer fee), pembayaran
secara penuh (lump sum), gabungan pembayaran secara berkala dan penuh,
dan/atau tata cara lain yang disepakati antara Menteri/Kepala Lembaga/
Kepala Daerah/Direksi Badan Usaha Milik Negara/Direksi Badan Usaha
Milik Daerah dengan Badan Penyiapan.
8. Badan Penyiapan dapat memperoleh Imbalan Keberhasilan (Success Fee)
dalam hal tercapainya pemenuhan pembiayaan (financial close)
berdasarkan kesepakatan dengan Menteri/Kepala Lembaga/Kepala
Daerah/Direksi Badan Usaha Milik Negara/Direksi Badan Usaha Milik
Daerah.
9. PJPK menetapkan biaya Imbalan Keberhasilan (Success Fee) maksimum
sebesar 25% dari total biaya yang dikeluarkan oleh Badan Penyiapan.
10. Tahap Transaksi KPBU, terdiri dari:
a. Penjajakan Minat Pasar (Market Sounding);
b. Penetapan lokasi KPBU;
c. Pengadaan Badan Usaha Pelaksana;

112
MENTERI PERENCANAAN PEMBANGUNAN NASIONAL/
KEPALA BADAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN NASIONAL
REPUBLIK INDONESIA

d. Penandatanganan Perjanjian KPBU; dan


e. Pemenuhan pembiayaan (Financial Close).

B. Penjajakan Minat Pasar (Market Sounding)


1. Penjajakan Minat Pasar (Market Sounding) bertujuan untuk memperoleh
masukan, tanggapan dan mengetahui minat terhadap KPBU.
2. PJPK melakukan Penjajakan Minat Pasar (Market Sounding) antara
lain melalui kegiatan pertemuan dua pihak (one-on-one meeting) dan
promosi KPBU dengan calon investor, lembaga keuangan nasional dan
internasional, serta pihak lain yang memiliki potensi dalam pelaksanaan
KPBU.
3. Penjajakan Minat Pasar dapat dilakukan lebih dari satu kali.
4. Berdasarkan hasil dari Penjajakan Minat Pasar yang dilakukan oleh PJPK,
Panitia Pengadaan dapat melakukan perubahan terhadap rancangan
Dokumen Pengadaan.

C. Penetapan Lokasi KPBU


1. PJPK memastikan kesesuaian dokumen perencanaan pengadaan tanah
dan pemukiman kembali berkaitan dengan rencana KPBU untuk
mendapatkan penetapan lokasi.
2. PJPK memastikan KPBU telah mendapatkan Izin Lingkungan.
3. PJPK mengajukan permohonan penetapan lokasi sesuai dengan
ketentuan peraturan perundang-undangan.
4. Penetapan lokasi untuk KPBU dilakukan sebelum tahap Prakualifikasi
pengadaan Badan Usaha Pelaksana KPBU.
Pengadaan Badan Usha Pelaksana dilaksanakan setelah penetapan lokasi
untuk tanah yang belum tersedia. Sedangkan untuk tanah milik negara/

daerah ...
113
MENTERI PERENCANAAN PEMBANGUNAN NASIONAL/
KEPALA BADAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN NASIONAL
REPUBLIK INDONESIA

daerah untuk pelaksanaan KPBU yang sudah tersedia mengikuti mekanisme


Pengelolaan Barang Milik Negara/Barang Milik Daerah sesuai dengan
ketentuan peraturan perundang-undangan.

D. Pengadaan Badan Usaha Pelaksana


1. Pengadaan Badan Usaha Pelaksana mencakup persiapan dan pelaksanaan
pengadaan Badan Usaha Pelaksana.
2. Ketentuan lebih lanjut mengenai Pengadaan Badan Usaha Pelaksana
sebagaimana dimaksud pada angka 1 diatur melalui peraturan kepala
lembaga yang menyelenggarakan urusan pemerintah di bidang kebijakan
pengadaan barang/jasa pemerintah.

E. Penandatanganan Perjanjian KPBU


1. Pelaksanaan penandatanganan perjanjian KPBU
a. Pemenang lelang harus mendirikan Badan Usaha Pelaksana yang
akan menandatangani Perjanjian KPBU.
b. Badan Usaha Pelaksana harus telah didirikan secara sah selambat-
lambatnya dalam jangka waktu 6 (enam) bulan sejak dikeluarkannya
Surat Penetapan Pemenang Lelang oleh PJPK.
c. Perjanjian KPBU akan ditandatangani oleh PJPK dan Badan Usaha
Pelaksana, selambat-lambatnya 40 (empat puluh) hari kerja setelah
terbentuknya Badan Usaha Pelaksana.
d. Perjanjian KPBU mengatur ketentuan mengenai manajemen
pelaksanaan KPBU.
e. Perjanjian KPBU akan berlaku efektif setelah semua persyaratan
pendahuluan yang ditetapkan dalam Perjanjian KPBU telah dipenuhi
oleh masing-masing pihak.
f. Persyaratan pendahuluan sebagaimana dimaksud pada huruf e,
antara lain terdapat persetujuan Jaminan Pemerintah dan terdapat

114
MENTERI PERENCANAAN PEMBANGUNAN NASIONAL/
KEPALA BADAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN NASIONAL
REPUBLIK INDONESIA

perizinan-perizinan yang diperlukan oleh Badan Usaha Pelaksana


untuk melaksanakan bidang usahanya.
g. Pemenuhan pembiayaan (financial close) bukan merupakan
persyaratan pendahuluan agar Perjanjian KPBU menjadi efektif.
h. Dalam hal semua persyaratan pendahuluan telah dipenuhi, PJPK
akan menerbitkan berita acara yang menyatakan bahwa perjanjian
KPBU telah berlaku efektif.
2. Manajemen Pelaksanaan Perjanjian KPBU
a. Manajemen pelaksanaan perjanjian KPBU sebagaimana dimaksud
pada angka 1 huruf d dilaksanakan dengan tujuan untuk memastikan
penyediaan jasa/layanan, serta pelaksanaan hak dan kewajiban masing
masing dari PJPK dan Badan Usaha Pelaksana telah dipenuhi sesuai
dengan kesepakatan dalam perjanjian KPBU.
b. Manajemen pelaksanaan perjanjian KPBU sebagaimana dimaksud
pada angka 1 dilakukan pada 4 (empat) masa, yaitu:
1) Prakonstruksi;
2) Konstruksi;
3) Operasi komersial; dan
4) Masa berakhirnya perjanjian KPBU.
c. Dalam kegiatan manajemen pelaksanaan perjanjian KPBU
dilaksanakan, PJPK memastikan pelaksanaan perjanjian
penjaminan dan perjanjian regres agar tidak menyimpang dari
ketentuan- ketentuan yang telah disepakati sebelumnya.
d. Simpul KPBU membantu PJPK untuk mengawasi dan
mengendalikan jalannya pelaksanaan KPBU sesuai dengan
ketentuan-ketentuan yang disepakati dan tercantum dalam
perjanjian KPBU.
e. Masa Prakonstruksi

1). Manajemen ...


115
MENTERI PERENCANAAN PEMBANGUNAN NASIONAL/
KEPALA BADAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN NASIONAL
REPUBLIK INDONESIA

1) Manajemen pelaksanaan pada saat prakonstruksi terhitung


sejak penandatanganan perjanjian KPBU sampai dengan
pemenuhan pembiayaan (financial close).
2) Simpul KPBU bertugas melaksanakan pengawasan pelaksanaan
perjanjian KPBU dan pemenuhan pembiayaan (financial close).
3) Dalam melaksanakan tugas pengawasan sebagaimana
dimaksud pada angka 2), Simpul KPBU dapat dibantu oleh tim.
f. Masa Konstruksi
1) Manajemen pelaksanaan pada saat konstruksi terhitung sejak
dimulainya konstruksi sampai dengan proyek KPBU beroperasi
secara komersial.
2) Simpul KPBU melaksanakan manajemen pelaksanaan atas:
a) rancangan fasilitas baru atau penjelasan atas pelayanan
yang akan disediakan;
b) penggabungan fasilitas baru dengan fasilitas yang telah
ada;
c) hak untuk menyampaikan permasalahan terkait dengan
kegagalan dan ketidakmampuan Badan Usaha Pelaksana
untuk memenuhi perjanjian KPBU;
d) penundaan atau perubahan jadwal konstruksi;
e) variasi disain konstruksi, apabila diminta oleh PJPK;
f) kesiapan pekerjaan/operasi;
g) pemantauan atas kesesuaian perencanaan teknik dengan
pelaksanaan konstruksi;
h) permasalahan mengenai tenaga kerja; dan
i) risiko yang ditanggung oleh PJPK.
3) Apabila terjadi pengalihan saham Badan Usaha Pelaksana
sebelum proyek KPBU beroperasi secara komersial, Simpul
KPBU melakukan kegiatan yang meliputi:

116
MENTERI PERENCANAAN PEMBANGUNAN NASIONAL/
KEPALA BADAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN NASIONAL
REPUBLIK INDONESIA

a) penetapan kriteria pengalihan saham oleh PJPK yang


meliputi:
i. pengalihan saham tidak boleh menunda jadwal
mulai beroperasinya KPBU; dan
ii. pemegang saham pengendali yang merupakan
pemimpin konsorsium dilarang untuk mengalihkan
sahamnya sampai dengan dimulainya operasi
komersial dari KPBU.
b) melakukan kualifikasi terhadap calon pemegang saham
baru Badan Usaha Pelaksana yang sekurang-kurangnya
memenuhi persyaratan yang ditetapkan pada saat
dilaksanakan prakualifikasi pelelangan umum Badan
Usaha Pelaksana;
c) mengajukan persetujuan kepada
PJPK, apabila calon
pemegang saham baru telah memenuhi seluruh kriteria
pengalihan saham yang ditetapkan dan memenuhi
persyaratan kualifikasi; dan
d) menyiapkan konsep persetujuan pengalihan saham yang
akan ditandatangani oleh PJPK.
g. Masa Operasi
1) Manajemen pelaksanaan pada saat operasi terhitung sejak
KPBU beroperasi secara komersial sampai dengan berakhirnya
jangka waktu perjanjian KPBU.
2) Simpul KPBU melaksanakan manajemen pelaksanaan
terhadap:
a) pelaksanaan perjanjian KPBU; dan
b) pemantauan standar kinerja jasa/layanan sesuai dengan
perjanjian KPBU.

3) Dalam ...
117
MENTERI PERENCANAAN PEMBANGUNAN NASIONAL/
KEPALA BADAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN NASIONAL
REPUBLIK INDONESIA

3) Dalam hal pemantauan pelaksanaan pemberian penjaminan


pada masa operasi, Simpul KPBU melakukan koordinasi
dengan BUPI.
h. Masa Berakhirnya Perjanjian KPBU
1) Menjelang masa berakhirnya perjanjian KPBU, Simpul KPBU
mempertimbangkan hal-hal sebagai berikut:
a) pengalihan kembali aset kepada PJPK (jika bentuk KPBU
menggunakan opsi pengalihan);
b) perjanjian KPBU harus mengatur secara spesifik
kondisi proyek yang dikehendaki pada saat jangka waktu
perjanjian KPBU berakhir dan KPBU dialihkan kepada
PJPK; dan
c) setiap sektor/sub sektor memiliki karakteristik yang
berbeda, sehingga diperlukan pertimbangan terhadap
situasi dimana keadaan infrastruktur secara fisik dan
ekonomi sudah tidak layak lagi sehingga diperlukan
rehabilitasi atau renovasi.
2) Simpul KPBU melakukan penilaian aset yang meliputi kegiatan:
a) meneliti dan menilai semua komponen sarana/sistem yang
termasuk dalam perjanjian KPBU (penilaian dilakukan
terhadap kondisi atau kinerja dan sisa usia masing-masing
komponen sesuai tolak ukur yang disepakati);
b) menghitung perkiraan biaya yang dibutuhkan untuk
operasi dan pemeliharaan rutin dan non rutin selama sisa
usia;
c) menilai ketersediaan suku cadang untuk sarana dan sistem
yang secara teknis mungkin sudah tidak layak;
d) melakukan evaluasi ketersediaan sumber daya manusia
yang dimiliki oleh PJPK; dan
e) melakukan evaluasi terhadap efisiensi manajemen

118
MENTERI PERENCANAAN PEMBANGUNAN NASIONAL/
KEPALA BADAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN NASIONAL
REPUBLIK INDONESIA

pelaksanaan selama kerjasama berlangsung.


3) Dalam hal pengalihan aset, Simpul KPBU melakukan kegiatan:
a) menyiapkan dan mengajukan izin pemeriksaan/pengujian
terhadap semua aset KPBU untuk kepentingan pengalihan
aset;
b) melakukan pengujian dan pemeriksaan sarana fisik dan
semua peralatan untuk kepentingan pengalihan aset
sesuai dengan perjanjian KPBU;
c) melakukan tindakan administrasi yang diperlukan sesuai
dengan peraturan perundang-undangan sehingga semua
aset tercatat atas nama PJPK; dan
d) menyiapkan dan membuat Berita Acara Serah Terima
Aset yang ditandatangani oleh Badan Usaha Pelaksana
dan PJPK.
3. Dokumen-Dokumen pada Pelaksanaan Manajemen KPBU
a. Dokumen-dokumen yang harus disampaikan oleh Badan
Usaha Pelaksana kepada PJPK pada masa pra konstruksi
meliputi:
1) rencana terperinci pelaksanaan proyek KPBU
termasuk rancang bangun rinci (detail engineering
design);
2) seluruh salinan perjanjian yang telah
ditandatangani oleh Badan Usaha Pelaksana dengan
pihak ketiga meliputi perjanjian perancangan,
penyediaan dan pembangunan (engineering
procurement construction contract) atau perjanjian
pengoperasian dan pemeliharaan (operation and
maintenance contract);
3) laporan administrasi;

4) lapran ...
119
MENTERI PERENCANAAN PEMBANGUNAN NASIONAL/
KEPALA BADAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN NASIONAL
REPUBLIK INDONESIA

4) laporan kemajuan pekerjaan, terutama dalam


kaitannya dengan upaya Badan Usaha Pelaksana
untuk mencapai pemenuhan pembiayaan (financial
close); dan
5) persetujuan pemutakhiran Izin Lingkungan.
b. Dokumen-dokumen yang harus disampaikan oleh Badan
Usaha Pelaksana kepada PJPK pada masa konstruksi
meliputi:
1) laporan administrasi;
2) laporan kemajuan pekerjaan (laporan bulanan dan
laporan tahunan dan/atau laporan khusus);
3) laporan kinerja (laporan bulanan dan laporan
tahunan dan/atau laporan khusus); dan
4) laporan keuangan tahunan.
c. Dokumen-dokumen yang harus disampaikan oleh Badan
Usaha Pelaksana kepada PJPK pada masa operasi
meliputi:
1) laporan administrasi;
2) laporan kinerja (laporan bulanan dan laporan
tahunan dan/atau laporan khusus); dan
3) laporan keuangan tahunan.
d. Dokumen-dokumen yang harus disampaikan oleh Badan
Usaha Pelaksana kepada PJPK pada saat berakhirnya
perjanjian KPBU meliputi:
1) laporan keuangan tahunan terakhir;
2) laporan penilaian aset;
3) berita acara pemeriksaan aset; dan
4) berita acara pengalihan aset.

120
MENTERI PERENCANAAN PEMBANGUNAN NASIONAL/
KEPALA BADAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN NASIONAL
REPUBLIK INDONESIA

F. Pemenuhan Pembiayaan (Financial Close)


1. Pemenuhan Pembiayaan yang bersumber dari pinjaman dinyatakan telah
terlaksana apabila:
a. telah ditandatanganinya perjanjian pinjaman untuk membiayai
seluruh KPBU; dan
b. sebagian pinjaman sebagaimana dimaksud pada huruf a telah dapat
dicairkan untuk memulai pekerjaan konstruksi.
2. Dalam hal KPBU terbagi dalam beberapa tahapan, pemenuhan
pembiayaan dinyatakan terlaksana apabila:
a. telah ditandanganinya perjanjian pinjaman untuk membiayai salah
satu tahapan KPBU; dan
b. sebagian pinjaman sebagaimana dimaksud pada huruf a telah dapat
dicairkan untuk memulai pekerjaan konstruksi.
3. Dalam jangka waktu paling lambat 12 (dua belas) bulan setelah Badan
Usaha Pelaksana menandatangani Perjanjian KPBU, Badan Usaha
Pelaksana harus telah memperoleh pembiayaan atas KPBU.
4. Jangka waktu sebagaimana dimaksud dalam angka 3 dapat
diperpanjang dari waktu ke waktu oleh PJPK apabila kegagalan
memperoleh pembiayaan bukan disebabkan oleh kelalaian Badan Usaha
Pelaksana, sesuai dengan kriteria yang ditetapkan oleh PJPK.
5. Setiap perpanjangan jangka waktu oleh PJPK sebagaimana dimaksud
pada angka 4 diberikan paling lama 6 (enam) bulan.
6. Dalam hal jangka waktu sebagaimana dimaksud pada angka 3 dan
jangka waktu perpanjangan sebagaimana dimaksud pada angka 5 tidak
dapat dipenuhi oleh Badan Usaha Pelaksana, maka Perjanjian KPBU
berakhir dan jaminan pelaksanaan berhak dicairkan oleh PJPK.

G. Kegiatan ...
121
MENTERI PERENCANAAN PEMBANGUNAN NASIONAL/
KEPALA BADAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN NASIONAL
REPUBLIK INDONESIA

G. Kegiatan-Kegiatan Pendukung Selama Tahap Transaksi


Kegiatan pendukung yang dapat dilakukan pada tahap transaksi diantaranya:
1. Kegiatan yang berkaitan dengan Lingkungan Hidup
a. Untuk melengkapi Dokumen Prastudi Kelayakan, PJPK wajib
menyelesaikan seluruh penyusunan dokumen AMDAL atau mengisi
formulir UKL-UPL.
b. Dokumen AMDAL yang telah selesai disusun diajukan kepada
Menteri atau Kepala Daerah sesuai dengan kewenangannya melalui
sekretariat komisi penilai AMDAL yang ada di tingkat pusat,
propinsi atau kabupaten/kota sesuai dengan kewenangannya
berdasarkan peraturan perundang-undangan.
c. Formulir UKL-UPL yang telah diisi disampaikan kepada Menteri atau
Kepala Daerah sesuai dengan kewenangannya untuk kemudian
dijadikan dasar dikeluarkannya rekomendasi UKL-UPL.
d. Memastikan telah didapatkannya surat keputusan kelayakan
lingkungan atau rekomendasi UKL-UPL dari Menteri, Gubernur atau
Kepala Daerah sesuai dengan kewenangannya berdasarkan peraturan
perundang-undangan.
e. Menetapkan persyaratan-persyaratan yang harus dilaksanakan
oleh Badan Usaha Pelaksana seperti yang tercantum dalam Surat
Keputusan Kelayakan Lingkungan atau rekomendasi UKL-UPL dan
Izin Lingkungan.
2. Kegiatan yang berkaitan pengadaan tanah dan pemukiman kembali
a. PJPK memastikan ketersediaan anggaran untuk melakukan
pengadaan tanah.
b. Pada saat dimulainya proses pengadaan Badan Usaha Pelaksana,
PJPK memastikan proses pengadaan tanah sudah mulai
dilaksanakan oleh lembaga yang menyelenggarakan urusan di
bidang pertanahan sesuai dengan peraturan perundang-undangan.
c. Pengandaan tanah untuk pelaksanaan KPBU yang dilakukan pada

122
MENTERI PERENCANAAN PEMBANGUNAN NASIONAL/
KEPALA BADAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN NASIONAL
REPUBLIK INDONESIA

tanah milik negara/daerah, mengikuti peraturan perundang-undangan


mengenai pengelolaan Barang Milik Negara/Barang Milik Daerah.
d. PJPK memanfaatkan informasi yang terdapat di dalam Rencana
Pengelolaan Lingkungan Hidup dan Rencana Pemantauan
Lingkungan Hidup untuk menyelesaikan program pengadaan tanah
dan pemukiman kembali.
e. Pada awal proses pengadaan Badan Usaha Pelaksana dimulai, PJPK
memastikan program pemukiman kembali sudah dilaksanakan, jika
diperlukan.
f. Pada akhir proses Pengadaan Badan Usaha Pelaksana, PJPK
memastikan pengadaan tanah sudah dilaksanakan melalui lembaga
yang menyelenggarakan urusan di bidang pertanahan berdasarkan
peraturan perundang-undangan.
3. Kegiatan yang berkaitan Dukungan Pemerintah dan/atau Jaminan
Pemerintah Kegiatan sehubungan dengan Dukungan Pemerintah dan/
atau Jaminan Pemerintah diatur lebih lanjut sesuai dengan peraturan
perundang- undangan yang mengatur mengenai Dukungan Pemerintah
dan/atau Jaminan Pemerintah.

H. Dokumen-Dokumen pada Tahap Transaksi KPBU


1. Dokumen-dokumen pada tahap transaksi KPBU terdiri dari:
a. Dokumen Persetujuan Prinsip Dukungan Kelayakan dan/atau
Jaminan Pemerintah, apabila diperlukan;
b. Dokumen Pengadaan;
c. Dokumen Perjanjian KPBU;
d. Dokumen Perjanjian Penjaminan, apabila diperlukan; dan
e. Dokumen Perjanjian Regres, apabila diperlukan.
2. Dokumen Persetujuan Prinsip Dukungan Kelayakan dan/atau Jaminan
Pemerintah sebagaimana dimaksud pada angka 1 huruf a, diatur lebih

lanjut ...
123
MENTERI PERENCANAAN PEMBANGUNAN NASIONAL/
KEPALA BADAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN NASIONAL
REPUBLIK INDONESIA

lanjut sesuai dengan peraturan perundang-undangan yang mengatur


mengenai Dukungan Pemerintah dan/atau Jaminan Pemerintah.
3. Dokumen Pengadaan sebagaimana dimaksud pada angka 1 huruf b,
diatur lebih lanjut sesuai dengan peraturan kepala lembaga yang
menyelenggarakan urusan pemerintah di bidang kebijakan pengadaan
barang/jasa pemerintah.
4. Dokumen Perjanjian KPBU sebagaimana dimaksud pada angka 1 huruf c,
sekurang-kurangnya memuat ketentuan-ketentuan, sebagai berikut:
a. lingkup pekerjaan;
b. jangka waktu;
c. jaminan pelaksanaan;
d. tarif dan mekanisme penyesuaiannya;
e. hak dan kewajiban termasuk alokasi resiko;
f. standar kinerja pelayanan;
g. pengalihan saham sebelum KPBU beroperasi secara komersial;
h. sanksi dalam hal para pihak tidak memenuhi ketentuan perjanjian;
i. pemutusan atau pengakhiran perjanjian;
j. status kepemilikan aset;
k. mekanisme penyelesaian sengketa yang diatur secara berjenjang,
yaitu musyawarah mufakat, mediasi, dan arbitrase/pengadilan;
l. mekanisme pengawasan kinerja Badan Usaha Pelaksana dalam
melaksanakan pengadaan;
m. mekanisme perubahan pekerjaan dan/atau layanan;
n. mekanisme hak pengambilalihan oleh Pemerintah dan pemberi
pinjaman;
o. penggunaan dan kepemilikan aset Infrastruktur dan/atau
pengelolaanya kepada PJPK;
p. pengembalian aset Infrastruktur dan/atau pengelolaannya kepada
PJPK;

124
MENTERI PERENCANAAN PEMBANGUNAN NASIONAL/
KEPALA BADAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN NASIONAL
REPUBLIK INDONESIA

q. keadaan memaksa (force majeure);


r. pernyataan dan jaminan para pihak bahwa perjanjian KPBU sah dan
mengikat para pihak dan telah sesuai dengan peraturan perundang-
undangan;
s. penggunaan bahasa dalam Perjanjian, yaitu Bahasa Indonesia atau
apabila diperlukan dapat dibuat dalam Bahasa Indonesia dan Bahasa
Inggris (sebagai terjemahan resmi/official translation), serta
menggunakan Bahasa Indonesia dalam penyelesaian perselisihan di
wilayah hukum Indonesia;
t. manajemen pelaksanaan perjanjian KPBU; dan u. hukum yang
berlaku, yaitu hukum Indonesia.
5. Dokumen Perjanjian Penjaminan sebagaimana dimaksud pada angka
1 huruf d, diatur lebih lanjut sesuai dengan peraturan perundang-
undangan yang mengatur mengenai Jaminan Pemerintah.
6. Dokumen Perjanjian Regres sebagaimana dimaksud pada angka 1 huruf
e, diatur lebih lanjut sesuai dengan peraturan perundang-undangan yang
mengatur mengenai Jaminan Pemerintah.

BAB V
TATA CARA PELAKSANAAN
PROYEK KPBU ATAS PRAKARSA BADAN USAHA

A. Ketentuan Umum
1. Badan Usaha dapat mengajukan prakarsa KPBU dengan mengusulkan
kepada PJPK berdasarkan tata cara pelaksanaan KPBU atas prakarsa
Badan Usaha.
2. Usulan Badan Usaha sebagaimana dimaksud pada angka 1, dievaluasi oleh
PJPK sebelum ditetapkan sebagai KPBU atas prakarsa Badan Usaha.

3. Tata ...
125
MENTERI PERENCANAAN PEMBANGUNAN NASIONAL/
KEPALA BADAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN NASIONAL
REPUBLIK INDONESIA

3. Tata Cara Pelaksanaan KPBU atas prakarsa Badan Usaha bertujuan untuk:
a. memastikan transparansi dan persaingan dalam pelaksanaan
pengadaan Badan Usaha Pelaksana berdasarkan perjanjian KPBU;
b. meningkatkan akuntabilitas dan tata kelola yang baik dari PJPK
dalam melaksanakan KPBU atas prakarsa Badan Usaha; dan
c. memastikan kesiapan Badan Usaha dalam menyiapkan usulan
KPBU atas prakarsa Badan Usaha dengan memberikan pedoman
mengenai:
1) tujuan usulan KPBU diajukan;
2) informasi dan dokumen yang dipersyaratkan dalam KPBU
usulan Calon Pemrakarsa; dan
3) tahapan dan langkah-langkah serta kerangka waktu dalam proses
pengambilan keputusan untuk memberikan persetujuan atas usulan
KPBU yang diprakarsai oleh Badan Usaha.

B. Tahapan proses persetujuan Usulan KPBU atas Prakarsa Badan Usaha.


1. Proses untuk memperoleh persetujuan dari PJPK bagi Calon Pemrakarsa
untuk mempersiapkan KPBU dengan menyelesaikan Dokumen Prastudi
Kelayakan, terdiri dari 4 (empat) kegiatan:
a. Calon Pemrakarsa menyampaikan surat pernyataan maksud (letter of
intent) untuk mengajukan usulan pengembangan KPBU kepada
PJPK.
b. PJPK menilai Prastudi Kelayakan KPBU dengan kriteria:
1) terintegrasi secara teknis dengan rencana induk pada sektor
yang bersangkutan;
2) layak secara ekonomi dan finansial; dan
3) Badan Usaha yang mengajukan prakarsa memiliki kemampuan
keuangan yang memadai untuk membiayai pelaksanaan
Penyediaan Infrastruktur.

126
MENTERI PERENCANAAN PEMBANGUNAN NASIONAL/
KEPALA BADAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN NASIONAL
REPUBLIK INDONESIA

c. PJPK menilai kualifikasi Calon Pemrakarsa dengan mengevaluasi


kemampuan dan rekam jejak Calon Pemrakarsa dalam penyiapan,
transaksi, pembiayaan, pembangunan, pengoperasian dan
pemeliharaan KPBU;
d. PJPK membuat keputusan:
1) Dalam hal PJPK memberikan persetujuan atas Prastudi
Kelayakan KPBU, PJPK menerbitkan surat persetujuan yang
memuat:
a) hak eksklusif Calon Pemrakarsa selama jangka waktu
tertentu untuk menyelesaikan Studi Kelayakan KPBU;
b) kewajiban untuk menyiapkan Studi Kelayakan dan
mematuhi tata cara KPBU atas prakarsa Badan Usaha
sesuai dengan Panduan Umum; dan
c) kewajiban untuk menyampaikan usulan bentuk
kompensasi.
2) Dalam hal Prastudi Kelayakan KPBU ditolak, PJPK
menerbitkan surat pemberitahuan kepada Calon Pemrakarsa.
2. Ketentuan Dokumen Prastudi Kelayakan sebagaimana dimaksud pada
angka 1 merupakan ketentuan dalam kajian awal Prastudi Kelayakan
sebagaimana diatur dalam Bab III bagian B angka 3.
3. Setelah memperoleh persetujuan Prastudi Kelayakan dari PJPK, Calon
Pemrakarsa melanjutkan penyelesaian Studi Kelayakan dan
menyerahkannya kepada PJPK, termasuk:
1) rencana bentuk KPBU;
2) rencana pembiayaan proyek dan sumber dana;
3) rencana penawaran KPBU yang mencakup jadwal, proses dan cara
penilaian;
4) kajian lingkungan hidup yang mengikuti mekanisme AMDAL
(KA-ANDAL dan Rencana Pengelolaan Lingkungan Hidup - Rencana

Pemantauan ...
127
MENTERI PERENCANAAN PEMBANGUNAN NASIONAL/
KEPALA BADAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN NASIONAL
REPUBLIK INDONESIA

Pemantauan Lingkungan Hidup) dan mekanisme UKL-UPL sesuai


dengan peraturan perundang-undangan di bidang perlindungan dan
pengelolaan lingkungan hidup;
5) kajian pengadaan tanah dan pemukiman kembali yang
menghasilkan dokumen perencanaan pengadaan tanah dan
pemukiman kembali.
4. Ketentuan Dokumen Studi Kelayakan sebagaimana dimaksud pada
angka 3 merupakan ketentuan dalam kajian akhir Prastudi Kelayakan
sebagaimana diatur dalam Bab III bagian B angka 12.
5. Dokumen Studi Kelayakan adalah dokumen uji tuntas (due diligence) yang
disiapkan oleh Calon Pemrakarsa sebagai bentuk penawaran awal atas
KPBU.
6. Selain menyerahkan Studi Kelayakan, Calon Pemrakarsa juga
menyerahkan:
a. dokumen pemenuhan persyaratan prakualifikasi pengadaan Badan
Usaha Pelaksana; dan
b. rencana dokumen pengadaan Badan Usaha Pelaksana.
7. PJPK mengevaluasi dan menilai secara mendalam Dokumen Studi
Kelayakan, dengan kriteria:
a. layak secara ekonomi dan finansial; dan
b. tidak memerlukan Dukungan Pemerintah berupa kontribusi fiskal
dalam bentuk finansial.
8. PJPK mengevaluasi kualifikasi Calon Pemrakarsa berdasarkan dokumen
yang disampaikan.
9. Atas dasar evaluasi sebagaimana dimaksud pada angka 7 dan angka 8,
maka:
a. Dalam hal Studi Kelayakan memperoleh persetujuan dari PJPK:
1) PJPK menerbitkan surat persetujuan yang berisi:
a) persetujuan Studi Kelayakan;

128
MENTERI PERENCANAAN PEMBANGUNAN NASIONAL/
KEPALA BADAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN NASIONAL
REPUBLIK INDONESIA

b) penetapan usulan KPBU sebagai KPBU atas prakarsa


Badan Usaha (unsolicited);
c) penetapan Calon Pemrakarsa sebagai Badan Usaha
Pemrakarsa;
d) penetapan bentuk kompensasi; dan
e) pemenuhan persyaratan prakualifikasi pengadaan Badan
Usaha Pelaksana.
2) PJPK melakukan konsultasi kepada BUPI dalam hal
terdapat indikasi diperlukan Jaminan Pemerintah, dan
mengkomunikasikan dokumen Prastudi Kelayakan untuk
dapat dimulainya proses permohonan untuk memperoleh
Jaminan Pemerintah.
b. Dalam hal menurut penilaian PJPK Studi Kelayakan masih
memerlukan perbaikan, PJPK menerbitkan surat pemberitahuan
kepada Calon Pemrakarsa untuk melakukan perbaikan sebagaimana
diminta oleh PJPK;
c. Dalam hal perbaikan Studi Kelayakan memperoleh persetujuan, PJPK
menetapkan Calon Pemrakarsa sebagai Pemrakarsa dan dianggap
telah memenuhi persyaratan prakualifikasi pengadaan Badan Usaha
Pelaksana; atau
d. Dalam hal menurut penilaian PJPK Prastudi Kelayakan tidak
memenuhi kriteria yang telah ditetapkan, PJPK menerbitkan surat
pemberitahuan penolakan usulan KPBU kepada Calon Pemrakarsa.
10. Dalam hal bentuk kompensasi yang ditetapkan oleh PJPK sebagaimana
dimaksud pada angka 9 huruf a butir 1).d) adalah pemberian tambahan nilai
sebesar 10% (sepuluh perseratus) atau pemberian hak untuk melakukan
penawaran oleh Badan Usaha Pemrakarsa terhadap penawar terbaik (right
to match) sesuai dengan hasil penilaian dalam proses pelelangan, maka:
a. Badan Usaha Pemrakarsa tetap wajib mengikuti penawaran
sebagaimana disyaratkan dalam Dokumen Pengadaan.

b) Seluruh ...
129
MENTERI PERENCANAAN PEMBANGUNAN NASIONAL/
KEPALA BADAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN NASIONAL
REPUBLIK INDONESIA

b. Seluruh Studi Kelayakan beserta dokumen-dokumen pendukungnya


serta merta beralih menjadi milik PJPK tanpa memperoleh bayaran
atau kompensasi dalam bentuk apapun.
11. Dalam hal pemberian kompensasi yang ditetapkan oleh PJPK
sebagaimana dimaksud pada angka 9 huruf a butir 1).d) adalah dalam
bentuk pembelian Prakarsa KPBU termasuk Hak Kekayaan Intelektual
yang menyertainya oleh PJPK atau oleh pemenang lelang, maka:
a. Badan Usaha Pemrakarsa diperkenankan mengikuti penawaran
sebagaimana disyaratkan dalam Dokumen Pengadaan yang diatur
lebih lanjut dalam peraturan kepala lembaga yang menyelenggarakan
urusan pemerintah di bidang kebijakan pengadaan barang/jasa
pemerintah.
b. Pembelian prakarsa KPBU merupakan penggantian oleh PJPK atau
oleh pemenang tender atas sejumlah biaya langsung yang berkaitan
dengan penyiapan KPBU yang telah dikeluarkan oleh Badan Usaha
Pemrakarsa;
c. Besarnya biaya yang telah dikeluarkan oleh Badan Usaha
Pemrakarsa ditetapkan oleh PJPK berdasarkan penilaian yang
dilakukan oleh penilai independen yang ditunjuk oleh PJPK;
d. Badan Usaha Pemrakarsa yang telah memperoleh kompensasi
dalam bentuk pembelian prakarsa, dilarang menggunakan atau
mengungkapkan sebagian maupun seluruhnya untuk tujuan
apapun dan dengan siapapun tanpa persetujuan tertulis terlebih
dahulu dari PJPK;
12. Dalam hal pengadaan tanah, PJPK secara formal menyiapkan proses
pelaksanaan pengadaan tanah dengan terlebih dahulu mempersiapkan
anggaran untuk pengadaan tanah sesuai dengan peraturan perundang-
undangan.
13. PJPK menyerahkan Dokumen Studi Kelayakan kepada BUPI untuk
memperoleh Jaminan Pemerintah sesuai dengan mekanisme yang diatur
melalui peraturan perundang-undangan, apabila diperlukan.

130
MENTERI PERENCANAAN PEMBANGUNAN NASIONAL/
KEPALA BADAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN NASIONAL
REPUBLIK INDONESIA

C. Pelaksanaan Pengadaan Badan Usaha Pelaksana atas Prakarsa Badan Usaha


Pelaksanaan Pengadaan Badan Usaha Pelaksana atas prakarsa Badan Usaha
mengikuti ketentuan Pengadaan Badan Usaha Pelaksana yang diatur oleh
peraturan kepala lembaga yang menyelenggarakan urusan pemerintah di
bidang kebijakan pengadaan barang/jasa pemerintah.
D. Penandatanganan Perjanjian KPBU
Pelaksanaan penandatanganan perjanjian KPBU atas prakarsa Badan Usaha
mengikuti ketentuan sebagaimana dimaksud dalam BAB IV bagian E.

E. Dokumen
1. Dokumen penting yang dihasilkan pada pelaksanaan Proyek KPBU atas
Prakarsa Badan Usaha adalah:
a. dokumen Prastudi Kelayakan.
b. dokumen AMDAL (KA ANDAL, Rencana Pengelolaan
Lingkungan Hidup-Rencana Pemantauan Lingkungan Hidup) atau
formulir UKL-UPL yang telah diisi.
c. dokumen rencana pengadaan tanah dan pemukiman kembali.
d. dokumen Studi Kelayakan.
e. dokumen permintaan penawaran.
f. dokumen perjanjian KPBU.
g. dokumen perjanjian penjaminan.
h. dokumen perjanjian regres.
2. Dokumen Studi Kelayakan sebagaimana dimaksud pada angka 1 huruf d,
antara lain:
a. rencana rancang bangun KPBU;
b. rencana bentuk KPBU;
c. rencana pembiayaan KPBU dan sumber dana; dan
d. rencana penawaran KPBU (mencakup jadwal, proses dan cara
penilaian).

3. Kerangka ...
131
MENTERI PERENCANAAN PEMBANGUNAN NASIONAL/
KEPALA BADAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN NASIONAL
REPUBLIK INDONESIA

3. Kerangka struktur dan isi dokumen sebagaimana pada angka 1 huruf b,


huruf c, huruf d, huruf f, huruf g, huruf h dan huruf 1 mengikuti ketentuan
sebagaimana dimaksud dalam Bab IV.

BAB VI
PENUTUP

Panduan Umum ini disusun oleh Kementerian Perencanaan Pembangunan Nasional/


Badan Perencanaan Pembangunan Nasional sebagai pedoman pelaksanaan KPBU
dalam rangka mendorong partisipasi Badan Usaha dan pedoman bagi Menteri/
Kepala Lembaga/Kepala Daerah dalam penyusunan panduan pelaksanaan KPBU
sesuai dengan kewenangan masing-masing, agar penyelenggaraan penyediaan
Infrastruktur dapat berjalan efektif dan efesien.

MENTERI PERENCANAAN PEMBANGUNAN NASIONAL/ KEPALA


BADAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN NASIONAL,

ttd
ANDRINOF A. CHANIAGO

Salinan Sesuai Dengan Aslinya


Kepala Biro Hukum,

Emmy Suparmiatun

132
133
134
ANAK LAMPIRAN
PERATURAN MENTERI PPN
NO. 4 TAHUN 2015

PERATURAN MENTERI PPN


NO. 4 TAHUN 2015
ANAK LAMPIRAN

135
136
137
138
139
140
141
142
143
144
PERATURAN
KEPALA LEMBAGA KEBIJAKAN PENGADAAN BARANG/
JASA PEMERINTAH

NOMOR 19 TAHUN 2015

TENTANG

TATA CARA PELAKSANAAN PENGADAAN BADAN USAHA


KERJASAMA PEMERINTAH DENGAN BADAN USAHA
DALAM PENYEDIAAN INFRASTRUKTUR
PERATURAN KEPALA LKPP
NO. 19 TAHUN 2015

145
146
LEMBAGA KEBIJAKAN PENGADAAN BARANG/JASA PEMERINTAH
REPUBLIK INDONESIA

PERATURAN
KEPALA LEMBAGA KEBIJAKAN PENGADAAN BARANG/JASA
PEMERINTAH

NOMOR 19 TAHUN 2015

TENTANG

TATA CARA PELAKSANAAN PENGADAAN BADAN USAHA KERJASAMA


PEMERINTAH DENGAN BADAN USAHA DALAM PENYEDIAAN
INFRASTRUKTUR

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

KEPALA LEMBAGA KEBIJAKAN PENGADAAN BARANG/JASA


PEMERINTAH,

Menimbang : bahwa dalam rangka melaksanakan ketentuan Pasal 28 ayat


3 dan Pasal 40 Peraturan Presiden Nomor 38 Tahun 2015
tetang Kerjasama Pemerintah dengan Badan Usaha dalam
Penyediaan Infrastruktur, perlu menetapkan Peraturan Kepala
Lembaga Kebijakan Pengadaan Barang/Jasa Pemerintah
tentang Tata Cara Pelaksanaan Pengadaan Badan Usaha
Kerjasama Pemerintah Dengan Badan Usaha Dalam
Penyediaan Infrastruktur;
Mengingat ...
147
Mengingat : 1. Peraturan Presiden Nomor 38 Tahun 2015 tentang Kerjasama
Pemerintah dengan Badan Usaha dalam Penyediaan
Infrastruktur (Lembaran Negara Tahun 2015 Nomor 62);
2. Peraturan Presiden Nomor 106 Tahun 2007 tentang Lembaga
Kebijakan Pengadaan Barang/Jasa Pemerintah sebagaimana
telah diubah dengan Peraturan Presiden Nomor 157 Tahun
2014 tentang Perubahan atas Peraturan Presiden Nomor 106
Tahun 2007 tentang Lembaga Kebijakan Pengadaan Barang/
Jasa Pemerintah (Lembaran Negara Tahun 2014 Nomor 314);

MEMUTUSKAN:

Menetapkan
: PERATURAN KEPALA LEMBAGA KEBIJAKAN
PENGADAAN BARANG/JASA PEMERINTAH TENTANG
TATA CARA PELAKSANAAN PENGADAAN BADAN
USAHA KERJASAMA PEMERINTAH DENGAN BADAN
USAHA DALAM PENYEDIAAN INFRASTRUKTUR

BAB I
KETENTUAN UMUM

Bagian Kesatu
Pengertian dan Istilah

Pasal 1
Dalam Peraturan Kepala ini yang dimaksud dengan:
1. Kerjasama Pemerintah dengan Badan Usaha yang selanjutnya disebut
sebagai KPBU adalah kerjasama antara pemerintah dengan Badan Usaha dalam

148
Penyediaan Infrastruktur untuk kepentingan umum dengan mengacu pada
spesifikasi yang telah ditetapkan sebelumnya oleh Menteri/Kepala Lembaga/
Kepala Daerah/Badan Usaha Milik Negara/Badan Usaha Milik Daerah, yang
sebagian atau seluruhnya menggunakan sumber daya Badan Usaha dengan
memperhatikan pembagian risiko diantara para pihak.
2. Badan Usaha adalah Badan Usaha Milik Negara, Badan Usaha Milik Daerah,
badan usaha swasta yang berbentuk Perseroan Terbatas, badan hukum asing,
atau koperasi.
3. Penanggung Jawab Proyek Kerjasama yang selanjutnya disingkat PJPK adalah
Menteri/Kepala Lembaga/Kepala Daerah, atau direksi Badan Usaha Milik
Negara/Badan Usaha Milik Daerah sebagai penyelenggara infrastruktur
berdasarkan peraturan perundang-undangan.
4. Penyiapan KPBU yang selanjutnya disebut dengan Penyiapan adalah kegiatan
yang dilakukan oleh Menteri/Kepala Lembaga/Kepala Daerah/direksi Badan
Usaha Milik Negara/direksi Badan Usaha Milik Daerah sebagai PJPK yang
menghasilkan antara lain prastudi kelayakan, rencana Dukungan Pemerintah
dan/atau Jaminan Pemerintah, penetapan tata cara pengembalian investasi,
dan pengadaan tanah untuk KPBU.
5. Transaksi KPBU yang selanjutnya disebut dengan Transaksi adalah kegiatan
yang terdiri dari Pengadaan Badan Usaha Pelaksana, penandatanganan
Perjanjian KPBU, dan pemenuhan pembiayaan Penyediaan Infrastruktur oleh
Badan Usaha Pelaksana.
6. Badan Penyiapan KPBU, yang selanjutnya disebut dengan Badan Penyiapan
adalah Badan Usaha atau lembaga/institusi/organisasi nasional atau
internasional yang dipilih melalui Kesepakatan atau Seleksi untuk melakukan
pendampingan dan/atau pembiayaan Penyiapan dan Transaksi proyek KPBU
atau hanya Transaksi Proyek KPBU.
7. Pengadaan adalah Pengadaan Badan Usaha Pelaksana KPBU dan Pengadaan
Badan Penyiapan.
8. Badan Usaha Pelaksana KPBU, yang selanjutnya disebut dengan Badan

Usaha ...
149
Usaha Pelaksana, adalah Perseroan Terbatas yang didirikan oleh Badan Usaha
pemenang lelang atau yang ditunjuk langsung.
9. Pengadaan Badan Usaha Pelaksana adalah rangkaian kegiatan pemilihan
Badan Usaha untuk mendapatkan mitra kerjasama bagi PJPK untuk
melaksanakan Proyek KPBU.
10. Pengadaan Badan Penyiapan adalah rangkaian kegiatan pemilihan Badan
Usaha dan lembaga/institusi/organisasi nasional atau internasional yang
memberikan pendampingan dan/atau pembiayaan Penyiapan dan Transakasi,
atau hanya Transaksi Proyek KPBU.
11. Prakualifikasi adalah proses penilaian kompetensi dan kemampuan usaha
serta pemenuhan persyaratan tertentu lainnya dari Peserta untuk mengikuti
proses pemilihan.
12. Seleksi adalah metode pemilihan Badan Penyiapan dengan mengikutsertakan
sebanyak-banyaknya peserta melalui pengumuman secara luas atau undangan.
13. Pelelangan adalah metode pemilihan Badan Usaha Pelaksana dengan
mengikutsertakan sebanyak-banyaknya peserta melalui pengumuman secara
luas atau undangan.
14. Penunjukan Langsung adalah metode pemilihan Badan Usaha Pelaksana
melalui negosiasi dengan 1 (satu) peserta.
15. Dokumen Pengadaan adalah dokumen yang disusun oleh Panitia Pengadaan
yang terdiri dari Dokumen Prakualifikasi dan Dokumen Permintaan Proposal
(Request for Proposal/RfP).
16. Dokumen Kualifikasi adalah dokumen yang disampaikan oleh peserta untuk
memenuhi persyaratan sebagaimana tercantum dalam Dokumen Prakualifikasi.
17. Dokumen Penawaran adalah dokumen yang disampaikan oleh Peserta yang
terdiri dari dokumen administrasi, dokumen teknis dan dokumen finansial
sebagaimana dipersyaratkan dalam Dokumen Permintaan Proposal (Request
for Proposal/RfP).
18. Tim KPBU adalah tim yang dibentuk oleh PJPK untuk membantu

150
pengelolaan KPBU pada tahap Penyiapan dan pada tahap Transaksi KPBU
khususnya setelah penetapan Badan Usaha Pelaksana hingga diperolehnya
pemenuhan pembiayaan (financial close), serta berkoordinasi dengan Simpul
KPBU dalam pelaksanannya.
19. Panitia Pengadaan adalah tim yang dibentuk PJPK, yang memiliki peran dan
tanggung jawab untuk mempersiapkan dan melaksanakan proses Pengadaan
Badan Usaha Pelaksana pada tahap transaksi.
20. Unit Layanan Pengadaan (ULP) adalah unit organisasi Kementerian/
Lembaga/Pemerintah Daerah/Institusi yang berfungsi melaksanakan
Pengadaan Barang/Jasa yang bersifat permanen, dapat berdiri sendiri atau
melekat pada unit yang sudah ada.
21. Perjanjian KPBU adalah kesepakatan tertulis antara PJPK dengan Badan Usaha
Pelaksana untuk Penyediaan Infrastruktur.
22. Perjanjian Penyiapan adalah kesepakatan tertulis antara PJPK dengan Badan
Penyiapan untuk melaksanakan kegiatan Penyiapan dan Transaksi atau
kegiatan Transaksi.
23. Proyek KPBU adalah Penyediaan Infrastruktur yang dilakukan melalui
Perjanjian KPBU kerjasama antara PJPK dan Badan Usaha Pelaksana.
24. Dukungan Pemerintah adalah kontribusi fiskal dan/atau bentuk lainnya
yang diberikan oleh Menteri/Kepala Lembaga/Kepala Daerah dan/atau
menteri yang menyelenggarakan urusan pemerintah di bidang keuangan dan
kekayaan negara sesuai kewenangan masing-masing berdasarkan peraturan
perundang-undangan dalam rangka meningkatkan kelayakan finansial dan
efektifitas KPBU.
25. Jaminan Pemerintah adalah kompensasi finansial yang diberikan oleh menteri
yang menyelenggarakan urusan pemerintah di bidang keuangan dan kekayaan
negara kepada Badan Usaha Pelaksana melalui skema pembagian risiko untuk
proyek kerjasama.
26. Ruangan Data dan Informasi (Data Room) adalah ruang data fisik dan

elektronik ...
151
elektronik yang disiapkan oleh PJPK dan dikelola oleh Panitia Pengadaan
Badan Usaha Pelaksana, untuk memberikan kemudahan akses dan menjaga
keamanan dokumen berkaitan dengan Pengadaan Badan Usaha Pelaksana.
27. Peserta Pengadaan yang selanjutnya disebut Peserta adalah pihak yang
mengikuti proses Prakualifikasi dan/atau yang diundang memasukkan
Dokumen Penawaran.
28. Surat Kerahasiaan adalah surat pernyataan komitmen dari Peserta untuk
menjaga kerahasiaan seluruh informasi yang diperoleh dari Ruangan Data dan
Informasi.

Bagian Kedua
Ruang Lingkup

Pasal 2
Ruang lingkup Peraturan Kepala ini meliputi:
a. Pengadaan Badan Usaha Pelaksana; dan
b. Pengadaan Badan Penyiapan yang tidak didanai dari hibah.

Pasal 3
Pengadaan Badan Usaha Pelaksana sebagaimana dimaksud dalam Pasal 2 huruf a
adalah untuk Proyek KPBU atas prakarsa Menteri/Kepala Lembaga/Kepala Daerah
(solicited) maupun atas prakarsa Badan Usaha (unsolicited).

Pasal 4
Ruang lingkup kegiatan Badan Penyiapan sebagaimana dimaksud pada Pasal 2
huruf b mencakup pendampingan dan/atau pembiayaan:
a. Penyiapan dan Transaksi; atau
b. Transaksi.

152
Bagian Ketiga
Prinsip Pengadaan

Pasal 5
Pengadaan dilakukan dengan prinsip :
a. Efisien, berarti Pengadaan harus diusahakan dengan menggunakan dana
dan daya yang minimum untuk mencapai kualitas, sasaran dan waktu yang
ditetapkan atau menggunakan dana yang telah ditetapkan untuk mencapai
hasil dan sasaran dengan kualitas yang maksimum;
b. Efektif, berarti Pengadaan harus sesuai dengan kebutuhan dan sasaran yang
telah ditetapkan serta memberikan manfaat yang sebesar-besarnya;
c. Transparan, berarti semua ketentuan dan informasi mengenai Pengadaan
diungkapkan secara lengkap, jelas dan dapat diketahui secara luas oleh Peserta
yang berminat serta oleh masyarakat pada umumnya;
d. Terbuka, berarti Pengadaan dapat diikuti oleh semua Peserta yang memenuhi
persyaratan/kriteria tertentu berdasarkan ketentuan dan prosedur yang jelas;
e. Bersaing, berarti Pengadaan harus dilakukan melalui persaingan yang sehat
diantara sebanyak mungkin Peserta yang setara dan memenuhi persyaratan,
sehingga dapat diperoleh infrastruktur/layanan yang ditawarkan secara
kompetitif dan tidak ada intervensi yang mengganggu terciptanya mekanisme
pasar dalam Pengadaan;
f. Adil/tidak diskriminatif, berarti memberikan perlakuan yang sama kepada
semua Peserta dan tidak memberi keuntungan kepada pihak tertentu, dengan
tetap memperhatikan kepentingan nasional; dan
g. Akuntabel, berarti harus sesuai dengan aturan dan ketentuan yang terkait
dengan Pengadaan sehingga dapat dipertanggungjawabkan.

BAB II ...
153
BAB II
ORGANISASI PENGADAAN

Bagian Kesatu
PJPK

Pasal 6
(1) PJPK dalam proses Pengadaan memiliki tugas dan tanggungjawab sebagai
berikut:
a. menganggarkan biaya pelaksanaan Pengadaan dan pelaksanaan
Perjanjian KPBU;
b. menetapkan Tim KPBU dan Panitia Pengadaan;
c. menyediakan Ruangan Data dan Informasi (Data Room);
d. memberikan persetujuan pada perubahan Dokumen Pengadaan yang
diajukan oleh Panitia Pengadaan;
e. melaksanakan penjajakan minat pasar dalam melaksanakan Transaksi;
f. menetapkan Harga Perkiraan Sendiri (HPS) pada pemilihan Badan
Penyiapan;
g. menetapkan pemenang Pelelangan atau Seleksi;
h. menerbitkan surat pemenang Pelelangan atau Seleksi;
i. menerbitkan surat penunjukan Badan Usaha Pelaksana dan Badan
Penyiapan;
j. menetapkan hasil Penunjukan Langsung;
k. menjawab sanggah;
l. menyatakan proses Prakualifikasi atau pemilihan gagal;
m. menandatangani Perjanjian Penyiapan; dan
n. menandatangani Perjanjian KPBU.
(2) Biaya pelaksanaan Pengadaan sebagaimana dimaksud ayat (1) huruf a

154
termasuk :
a. biaya pengumuman;
b. penggandaan dokumen;
c. honorarium Panitia Pengadaan; dan
d. biaya lain yang diperlukan.

Bagian Kedua
Tim KPBU

Pasal 7
(1) PJPK dibantu oleh Tim KPBU dalam melaksanakan:
a. kegiatan pada tahap Transaksi hingga tercapainya pemenuhan
pembiayaan (financial close); dan
b. kegiatan Pengadaan Badan Usaha Pelaksana, apabila diperlukan.
(2) Tim KPBU dalam proses Pengadaan memiliki tugas dan tanggugjawab sebagai
berikut:
a. berkoordinasi dengan Panitia Pengadaan selama proses Pengadaan;
b. menyusun Kerangka Acuan Kerja (KAK) untuk Pengadaan Badan
Penyiapan; dan
c. membantu PJPK dalam memonitor pelaksanaan Pengadaan.

Bagian Ketiga
Panitia Pengadaan

Pasal 8
(1) Panitia Pengadaan memiliki tugas dan tanggung jawab sebagai berikut:

a. menetapkan ...
155
a. menetapkan Dokumen Pengadaan dan perubahannya (apabila ada)
setelah mendapatkan persetujuan PJPK;
b. mengelola data dan informasi pada Ruangan Data dan Informasi (Data
Room) ;
c. mengumumkan pelaksanaan Pengadaan;
d. menilai kualifikasi Peserta melalui Prakualifikasi;
e. memberikan penjelasan Dokumen Pengadaan;
f. melakukan evaluasi administrasi, teknis dan finansial terhadap
penawaran Peserta;
g. melakukan diskusi optimalisasi pada metode pelelangan dua tahap;
h. melakukan negosiasi;
i. mengusulkan pemenang Seleksi atau Pelelangan;
j. mengusulkan penetapan Badan Usaha Pelaksana melalui Penunjukan
Langsung;
k. berkoordinasi dengan Tim KPBU selama proses Pengadaan;
l. melaporkan proses pelaksanaan Pengadaan secara berkala kepada PJPK;
m. menyerahkan dokumen asli proses Pengadaan kepada simpul KPBU
setelah proses Pengadaan selesai ; dan
n. menyerahkan salinan dokumen proses Pengadaan kepada PJPK
(2) Pengambilan keputusan oleh Panitia Pengadaan dilakukan berdasarkan
musyawarah mufakat.
(3) Dalam hal keputusan tidak dapat diambil melalui musyawarah mufakat,
pengambilan keputusan dilakukan berdasarkan hasil suara terbanyak.
(4) Dalam hal keputusan diambil berdasarkan suara terbanyak sebagaimana di-
maksud pada ayat (3), setiap anggota memiliki 1 (satu) hak suara yang tidak
dapat diwakilkan kepada anggota lainnya.
(5) Panitia Pengadaan dalam melaksanakan tugasnya dapat dibantu oleh tenaga
ahli profesional dan/atau Badan Penyiapan.

156
Pasal 9
Panitia Pengadaan memenuhi ketentuan sebagai berikut:
a. berjumlah gasal minimal 5 (lima) orang dan dapat ditambah sesuai kebutuhan;
b. berasal dari personil instansi sendiri dan dapat berasal dari instansi/satuan
kerja yang terkait;
c. dapat berasal dari personil Unit Layanan Pengadaan (ULP) pada Kementerian/
Lembaga/Pemerintah Daerah setempat;
d. Panitia Pengadaan yang ditetapkan oleh direksi Badan Usaha Milik
Negara/Badan Usaha Milik Daerah yang bertindak sebagai PJPK berdasarkan
peraturan perundang-undangan sektor berasal dari personil BUMN/BUMD
tersebut;
e. Panitia Pengadaan terdiri dari anggota yang memahami tentang:
1) prosedur Pengadaan;
2) prosedur KPBU;
3) ruang lingkup pekerjaan proyek kerjasama;
4) hukum perjanjian dan ketentuan peraturan perundang-undangan yang
berlaku di bidang infrastruktur sektor bersangkutan;
5) aspek teknis terkait dengan proyek kerjasama; dan
6) aspek bisnis dan finansial terkait dengan proyek kerjasama.
f. anggota Panitia Pengadaan dilarang memiliki hubungan afiliasi dengan
anggota Panitia Pengadaan lainnya dan/atau dengan PJPK dan/atau Peserta
dalam Pengadaan Proyek KPBU yang sama; dan
g. menandatangani Pakta Integritas.

BAB III ...


157
BAB III
PERTENTANGAN KEPENTINGAN

Pasal 10
(1) Para pihak yang terlibat dalam Pengadaan wajib menghindari dan mencegah
terjadinya pertentangan kepentingan antara para pihak yang terkait, baik
secara langsung maupun tidak langsung, termasuk hubungan afiliasi.
(2) Pertentangan kepentingan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) meliputi:
a. pihak yang terlibat pada tahapan Penyiapan dan/atau Transaksi sebagai
konsultan atau Badan Penyiapan:
1) menjadi Peserta atau anggota konsorsium Peserta Pengadaan Badan
Usaha Pelaksana pada Proyek KPBU yang sama;
2) sebagai pemegang saham dan/atau pengurus pada perusahaan yang
menjadi Peserta atau perusahaan pada anggota konsorsium dalam
Pengadaan Badan Usaha Pelaksana pada Proyek KPBU yang sama;
3) memberikan pembiayaan/pendanaan atau memberikan penjaminan
pada Proyek KPBU yang sama; dan/atau
4) menjadi konsultan bagi Peserta Badan Usaha Pelaksana pada Proyek
KPBU yang sama.
b. pihak yang bertindak selaku konsultan pada lebih dari 1 (satu) Peserta
dalam Proyek KPBU yang sama;
c. anggota direksi atau dewan komisaris suatu Badan Usaha yang menjadi
Peserta merangkap sebagai anggota direksi atau dewan komisaris pada
Badan Usaha lain yang menjadi Peserta pada Proyek KPBU yang sama;
d. anggota Panitia Pengadaan/Tim KPBU/PJPK memiliki hubungan afiliasi
dengan Peserta pada Proyek KPBU yang sama;
e. hubungan antara 2 (dua) atau lebih Badan Usaha yang menjadi
Peserta pada Pengadaan yang sama dikendalikan oleh pihak yang sama,
baik langsung maupun tidak langsung; dan/atau

158
f. kegiatan atau tindakan yang berpotensi menimbulkan persaingan usaha
tidak sehat sebagaimana tercantum pada ketentuan perundangan
mengenai larangan praktek monopoli dan persaingan usaha yang tidak
sehat.
(3) Hubungan afiliasi sebagaimana dimaksud pada ayat (2) huruf d adalah:
a. hubungan keluarga karena perkawinan dan keturunan sampai derajat
kedua, baik secara horizontal maupun vertikal; dan/atau
b. memiliki kendali pada perusahaan Peserta baik langsung maupun tidak
langsung.
(4) Para pihak yang memiliki pertentangan kepentingan dalam Proyek KPBU yang
sama dilarang terlibat dalam proses Pengadaan.
(5) PJPK/Tim KPBU/Panitia Pengadaan/Peserta atau pihak lain yang terlibat
dalam Pengadaan harus menandatangani Pakta Integritas sebagai bentuk
komitmen untuk menghindari terjadinya pertentangan kepentingan.

BAB IV
PENGADAAN BADAN USAHA PELAKSANA

Bagian Kesatu
Umum

Pasal 11
(1) Dalam rangka melaksanakan fungsi PJPK, Menteri/Kepala Lembaga/Kepala
Daerah dan direksi BUMN/BUMD melaksanakan Pengadaan Badan Usaha
Pelaksana.
(2) Kegiatan Pengadaan Badan Usaha Pelaksana dilaksanakan dengan
memperhatikan dokumen yang dihasilkan dalam tahap Penyiapan KPBU.
(3) Kegiatan Pengadaan Badan Usaha Pelaksana dilaksanakan setelah PJPK
menerbitkan surat pernyataan bahwa Proyek KPBU layak secara teknis,

ekonomi ...
159
ekonomi dan finansial berdasarkan dokumen yang dihasilkan dalam tahap
Penyiapan.
(4) Dalam hal proyek KPBU sebagaimana dimaksud ayat 3 membutuhkan
Dukungan Kelayakan, maka PJPK harus mendapatkan persetujuan prinsip
Dukungan Kelayakan sesuai dengan peraturan perundang-undangan yang
berlaku.

Pasal 12
Pengadaan Badan Usaha Pelaksana meliputi persiapan dan pelaksanaan.

Bagian Kedua
Persiapan Pengadaan Badan Usaha Pelaksana

Pasal 13
(1) Persiapan Pengadaan Badan Usaha Pelaksana dilakukan oleh Panitia
Pengadaan.
(2) Persiapan Pengadaan Badan Usaha Pelaksana sebagaimana dimaksud pada
ayat (1), meliputi kegiatan sebagai berikut:
a. konfirmasi kesiapan Proyek KPBU untuk dilanjutkan ke tahapan
Pengadaan Badan Usaha Pelaksana;
b. konfirmasi minat pasar;
c. penyusunan jadwal pengadaan Badan Usaha Pelaksana dan rancangan
pengumuman;
d. penyusunan dan penetapan Dokumen Pengadaan Badan Usaha
Pelaksana; dan
e. pengelolaan Ruangan Data dan Informasi (Data Room) untuk keperluan
uji tuntas (due diligence).

Pasal 14
(1) Konfirmasi kesiapan Proyek KPBU sebagaimana dimaksud dalam Pasal 13 ayat

160
(2) huruf a dengan cara melakukan checklist terhadap kelengkapan dokumen/
data kesiapan Proyek KPBU.
(2)
Kelengkapan dokumen/data sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
mengacu pada peraturan menteri yang menyelenggarakan urusan
pemerintahan di bidang perencanaan pembangunan nasional.
(3) Dalam hal data kesiapan Proyek KPBU belum memenuhi ketentuan
sebagaimana dimaksud pada ayat (2), Panitia Pengadaan mengembalikan
dokumen/data tersebut kepada PJPK melalui Tim KPBU untuk dilakukan
perbaikan atau dilengkapi.
(4) Perbaikan dan proses pelengkapan data sebagaimana dimaksud pada ayat (3)
paling lambat diselesaikan sebelum proses Pengadaan Badan Usaha Pelaksana
dimulai.

Pasal 15
(1) Konfirmasi Minat Pasar (market interest confirmation) sebagaimana dimaksud
dalam Pasal 13 ayat (2) huruf b, dilakukan oleh Panitia Pengadaan untuk
mengetahui kepastian minat Badan Usaha terhadap proyek kerjasama.
(2) Konfirmasi Minat Pasar sebagaimana dimaksud pada ayat (1), dapat
dilakukan dalam berbagai bentuk, antara lain dengan mereviu hasil penjajakan
minat pasar (market sounding), yang dilakukan oleh PJPK atau melakukan
diskusi dalam forum Badan Usaha.

Pasal 16
(1) Penyusunan jadwal Pengadaan Badan Usaha Pelaksana harus memberikan
alokasi waktu yang cukup untuk melakukan semua tahapan Pengadaan Badan
Usaha Pelaksana.
(2) Panitia Pengadaan menyiapkan pengumuman dan menentukan media
pengumuman yang dapat menjangkau calon peserta secara luas.

Pasal 17 ...
161
Pasal 17
(1) Panitia Pengadaan menyusun Dokumen Pengadaan Badan Usaha Pelaksana,
yang terdiri atas Dokumen Prakualifikasi dan Dokumen Permintaan Proposal
(RfP).
(2) Dokumen Pengadaan disusun berdasarkan hasil Penyiapan.
(3) Dokumen Pengadaan ditetapkan Panitia Pengadaan setelah mendapatkan
persetujuan dari PJPK.

Pasal 18
Dokumen Prakualifikasi Badan Usaha Pelaksana sebagaimana dimaksud dalam
Pasal 17 ayat (1), sekurang-kurangnya memuat hal-hal sebagai berikut:
a. latar belakang dan uraian singkat Proyek KPBU;
b. tujuan Proyek KPBU;
c. objek dan ruang lingkup proyek kerjasama;
d. informasi penting terkait Proyek KPBU;
e. persyaratan kualifikasi Peserta; dan
f. uraian proses kualifikasi termasuk jadwal, kriteria dan tata cara penilaian
kualifikasi, hal yang dapat menggugurkan, bentuk dan format pengisian
dokumen kualifikasi.

Pasal 19
Dokumen Permintaan Proposal (RfP) sebagaimana dimaksud dalam Pasal 17, ayat
(1) sekurang-kurangnya memuat hal-hal sebagai berikut:
a. penjelasan umum Proyek KPBU;
b. instruksi kepada Peserta;
c. ketentuan pembukaan dan evaluasi Dokumen Penawaran;
d. larangan Korupsi, Kolusi dan Nepotisme (KKN), Penipuan serta pertentangan
kepentingan;

162
e. spesifikasi layanan dan teknis yang dipersyaratkan;
f. matriks alokasi risiko;
g. mekanisme pembayaran;
h. model keuangan termasuk sumber pendanaan;
i. pemenuhan persyaratan yang terkait aspek hukum, sosial, lingkungan;
j. jaminan dan persyaratan jaminan;
k. hal-hal lain yang dianggap perlu oleh Panitia Pengadaan untuk dicantumkan
dan dipersyaratkan di dalam Dokumen Permintaan Proposal (RFP); dan
l. lampiran yang terdiri atas:
1) memorandum informasi;
2) rancangan Perjanjian KPBU;
3) Ketentuan utama perjanjian penjaminan (apabila membutuhkan
Jaminan Pemerintah); dan
4) dokumen lain yang diperlukan.

Pasal 20
(1) Peserta yang lulus Prakualifikasi dan telah menyerahkan Surat Kerahasiaan
diberikan akses Ruangan Data dan Informasi (Data Room) sebagaimana
dimaksud pasal 13 ayat (2) huruf e.
(2) Ruangan Data dan Informasi (Data Room) sebagaimana dimaksud pada ayat
(1), berisi antara lain:
a. dokumen yang berkaitan dengan Proyek KPBU;
b. Dokumen Pengadaan beserta perubahannya (apabila ada); dan
c. salinan dokumen terkait Pengadaan Badan Usaha Pelaksana yang telah
didistribusikan kepada Peserta.

Bagian ...
163
Bagian Ketiga
Pelaksanaan Pengadaan Badan Usaha Pelaksana

Pasal 21
(1) Pelaksanaan Pengadaan Badan Usaha Pelaksana, meliputi kegiatan:
a. Prakualifikasi; dan
b. Pemilihan.
(2) Pemilihan Badan Usaha Pelaksana sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf
b, dilakukan melalui:
a. Pelelangan; atau
b. Penunjukan Langsung

Paragraf 1
Prakualifikasi

Pasal 22
(1) Persyaratan peserta Prakualifikasi Pengadaan Badan Usaha Pelaksana
sekurang-kurangnya sebagai berikut:
a. memenuhi ketentuan peraturan perundang-undangan untuk
menjalankan kegiatan/usaha;
b. memiliki pengalaman dan kemampuan dalam pembiayaan dan
pelaksanaan Proyek KPBU.
c. Dalam hal peserta berbentuk konsorsium:
1) pengalaman dan kemampuan dalam pelaksanaan proyek KPBU
sekurang-kurangnya dimiliki oleh salah satu anggota konsorsium;
dan
2) pengalaman dan kemampuan pembiayaan dinilai secara agregat.

164
d. memenuhi kewajiban perpajakan;
e. tidak sedang dalam pengampuan, pailit, dan kegiatan usahanya tidak
sedang dihentikan;
f. tidak memiliki pertentangan kepentingan sebagaimana dimaksud dalam
Pasal 10;
g. dalam hal Peserta berbentuk badan hukum asing, maka dokumen yang
diterbitkan negara lain, yang akan digunakan di Indonesia dilegalisasi
oleh notaris publik di negara dimana dokumen tersebut diterbitkan dan
dilegalisasi oleh kedutaan besar atau konsulat Indonesia;
h. dalam hal Peserta adalah badan usaha internasional atau lembaga/
institusi/organisasi internasional dengan tetap mengedepankan Prinsip
Pengadaan yang baik, serta memenuhi kewajiban perpajakan sesuai
dengan peraturan perundang-undangan negara yang bersangkutan;
i. Peserta dapat berbentuk sebagai Badan Usaha tunggal atau konsorsium;
j. dalam hal Peserta melakukan konsorsium, harus memenuhi ketentuan
sebagai berikut:
1) Peserta memiliki perjanjian konsorsium;
2) perjanjian konsorsium sebagaimana dimaksud pada angka 1)
memuat sekurang-kurangnya:
a) kewajiban dan tanggung jawab masing-masing Badan Usaha;
b) penunjukan pimpinan (lead) konsorsium yang mewakili
konsorsium;
c) kewajiban dan tanggung jawab pimpinan (lead) konsorsium;
d) pimpinan (lead) konsorsium dapat lebih dari 1 (satu) Badan
Usaha;
e) pimpinan (lead) konsorsium harus menguasai mayoritas ekuitas
dari Badan Usaha Pelaksana yang dibentuk apabila ditetapkan
sebagai pemenang atau ditunjuk dalam pemilihan; dan
f) dalam hal pimpinan (lead) konsorsium lebih dari 1 (satu)

maka ...
165
maka ditunjuk perwakilan resmi (authorized representative)
konsorsium.
k. bukan Badan Usaha atau lembaga/institusi/organisasi nasional
atau internasional yang melakukan Penyiapan dan/atau Transaksi
pada Proyek KPBU yang sama;
l. ketentuan Penyiapan sebagaimana dimaksud huruf k
dikecualikan bagi Badan Usaha Pemrakarsa KPBU pada proyek
unsolicited; dan
m.
selama proses Pengadaan Badan Usaha Pelaksana, anggota
dari konsorsium yang menjadi Peserta tidak boleh menjadi
anggota atau berpartisipasi atau terlibat dengan cara apapun,
secara langsung atau tidak langsung, dalam konsorsium lainnya
pada seluruh tahapan atau menjadi calon Peserta Badan Usaha
tunggal pada Proyek KPBU yang sama.
(2) Dalam penyusunan persyaratan kualifikasi dilarang menambah persyaratan
kualifikasi yang bertujuan diskriminatif dan mengarah kepada pihak tertentu.

Pasal 23
(1) Tahapan Prakualifikasi Badan Usaha Pelaksana meliputi kegiatan sebagai
berikut:
a. pengumuman Prakualifikasi;
b. pendaftaran dan pengambilan Dokumen Prakualifikasi;
c. penjelasan Proyek KPBU, ruang lingkup (scope of work) kegiatan
pelaksana Proyek KPBU dan Dokumen Prakualifikasi;
d. pemasukan dokumen kualifikasi;
e. evaluasi kualifikasi;
f. penetapan dan pengumuman hasil kualifikasi; dan
g. sanggahan kualifikasi.
(2) Penilaian kualifikasi Badan Usaha Pelaksana dalam tahapan Prakuafikasi
sebagaimana dimaksud pada ayat (1), sekurang-kurangnya meliputi:

166
a. pemenuhan syarat administrasi;
b. kemampuan teknis; dan
c. kemampuan keuangan.
(3) Dalam hal hasil penilaian kualifikasi sebagaimana dimaksud pada ayat (2)
menghasilkan lebih dari 1 (satu) Badan Usaha yang memenuhi kualifikasi,
tahapan Pengadaan dilanjutkan dengan Pelelangan.
(4) Dalam hal hasil penilaian kualifikasi sebagaimana dimaksud pada ayat (2)
menghasilkan hanya 1 (satu) Badan Usaha, tahapan Pengadaan dilanjutkan
dengan Penunjukan Langsung.

Pasal 24
(1) Prakualifikasi gagal dalam hal :
a. tidak ada Peserta yang memasukan dokumen kualifikasi;
b. Prakualifikasi tidak menghasilkan Badan Usaha yang memenuhi
kualifikasi; atau
c. Sanggahan dinyatakan benar oleh PJPK dengan materi :
1) dugaan KKN dan/atau pelanggaran persaingan sehat dalam
pelaksanaan prakualifikasi dinyatakan benar; atau
2) Dokumen Prakualifikasi tidak sesuai dengan Peraturan Kepala ini.
(2) Dalam hal Prakualifikasi gagal, maka PJPK meninjau penyebab kegagalan.
(3) Berdasarkan hasil peninjauan sebagaimana dimaksud pada ayat (2), PJPK
dapat memerintahkan Panitia Pengadaan melakukan Prakualifikasi ulang.
(4) Apabila Prakualifikasi ulang gagal, maka proses pengadaan dihentikan dan
PJPK melakukan kaji ulang terhadap Penyiapan KPBU.

Paragraf 2 ...
167
Paragraf 2
Pemilihan

Pasal 25
Pemilihan Badan Usaha Pelaksana dilakukan melalui:
a. Pelelangan; atau
b. Penunjukan Langsung.

Pasal 26
Pelelangan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 25 huruf a, terdiri atas:
a. Pelelangan Satu Tahap; atau
b. Pelelangan Dua Tahap.

Pasal 27
(1) Pemilihan Badan Usaha Pelaksana dengan Pelelangan Satu Tahap, dilakukan
untuk Proyek KPBU yang memiliki karakteristik:
a. spesifikasi dari Penyediaan Infrastruktur dapat dirumuskan dengan jelas;
dan
b. tidak memerlukan diskusi optimalisasi teknis dalam rangka mencapai
output yang optimal.
(2) Evaluasi Dokumen Penawaran pada pemilihan Badan Usaha Pelaksana dengan
Pelelangan Satu Tahap menggunakan metode:
a. Sistem Gugur dengan ambang batas (teknis) dan finansial terbaik/rate of
investment return terendah; atau
b. Sistem Nilai
(3) Nilai Dukungan Kelayakan dijadikan parameter finansial yang dikompetisikan
pada proyek KPBU yang mendapatkan Dukungan Kelayakan.
(4) Pemilihan Badan Usaha dengan Pelelangan Satu Tahap sebagaimana dimaksud

168
pada ayat (1), sekurang-kurangnya meliputi kegiatan sebagai berikut:
a. undangan kepada Badan Usaha yang memenuhi kualifikasi dengan
melampirkan Dokumen Permintaan Proposal (RfP);
b. penyampaian Surat Kerahasiaan;
c. pemberian penjelasan;
d. perubahan Dokumen Permintaan Proposal (RfP), jika diperlukan;
e. pemasukan Dokumen Penawaran sampul I dan sampul II;
f. pembukaan Dokumen Penawaran sampul I;
g. evaluasi Dokumen Penawaran sampul I;
h. pemberitahuan hasil evaluasi sampul I;
i. pembukaan Dokumen Penawaran sampul II;
j. evaluasi Dokumen Penawaran sampul II;
k. penerbitan Berita Acara Hasil Pelelangan;
l. penetapan pemenang;
m. pengumuman hasil pelelangan;
n. sanggahan;
o. penerbitan surat pemenang lelang (letter of award); dan
p. persiapan penandatanganan Perjanjian KPBU.

Pasal 28

(1) Pemilihan Badan Usaha dengan Pelelangan Dua Tahap dilakukan untuk Proyek
KPBU yang memiliki karakteristik:
a. spesifikasi dari Penyediaan Infrastruktur belum dapat dirumuskan
dengan pasti karena terdapat variasi inovasi dan teknologi; dan
b. memerlukan optimalisasi penawaran teknis dalam rangka mencapai
output yang optimal.

(2) Evaluasi ...


169
(2) Evaluasi Dokumen Penawaran pada pemilihan Badan Usaha Pelaksana
dengan Pelelangan Dua Tahap menggunakan metode evaluasi sistem nilai
untuk menghasilkan penawaran yang paling ekonomis dan bermanfaat dengan
mengkombinasikan nilai penawaran teknis dan nilai penawaran finansial.
(3) Nilai Dukungan Kelayakan dijadikan parameter finansial yang dikompetisikan
pada proyek KPBU yang mendapatkan Dukungan Kelayakan.
(4) Pemilihan Badan Usaha Pelaksana dengan Pelelangan Dua Tahap
sebagaimana dimaksud pada ayat (1), sekurang-kurangnya meliputi kegiatan
sebagai berikut:
a. undangan kepada Badan Usaha yang memenuhi kualifikasi dengan
melampirkan Dokumen Permintaan Proposal (RfP) ;
b. penyampaian Surat Kerahasiaan;
c. pemberian penjelasan;
d. perubahan Dokumen Permintaan Proposal (RfP) jika diperlukan;
e. pemasukan Dokumen Penawaran Tahap I (dokumen administrasi dan
dokumen teknis);
f. pembukaan Dokumen Penawaran Tahap I;
g. evaluasi Dokumen Penawaran Tahap I;
h. pemberitahuan hasil evaluasi Dokumen Penawaran Tahap I kepada setiap
Peserta;
i. diskusi mengenai optimalisasi teknis, aspek finansial dan rancangan
Perjanjian KPBU;
j. perubahan Dokumen Permintaan Proposal (RfP) jika diperlukan;
k. pemasukan Dokumen Penawaran Tahap II (dokumen penawaran teknis
hasil optimalisasi bila ada dan dokumen finansial);
l. pembukaan Dokumen Penawaran Tahap II;
m. evaluasi Dokumen Penawaran Tahap II;
n. Penerbitan Berita Acara Hasil Lelang;
o. Penetapan pemenang;

170
p. pengumuman hasil pelelangan;
q. sanggahan;
r. penerbitan surat pemenang lelang (letter of award); dan
s. persiapan penandatanganan Perjanjian KPBU.

Pasal 29
(1) Pengadaan Badan Usaha Pelaksana melalui Penunjukan Langsung
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 25 huruf b dapat dilakukan, apabila:
a. merupakan KPBU kondisi tertentu; atau
b. Prakualifikasi Badan Usaha Pelaksana hanya menghasilkan satu Peserta.
(2) Kondisi tertentu sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf a, yaitu:
a. pengembangan atas infrastruktur yang telah dibangun dan/atau
dioperasikan sebelumnya oleh Badan Usaha Pelaksana yang sama;
b. pekerjaan yang hanya dapat dilaksanakan dengan penggunaan teknologi
baru dan penyedia jasa yang mampu mengaplikasikannya hanya satu-
satunya; atau
c. Badan Usaha telah menguasai sebagian besar atau seluruh lahan yang
diperlukan untuk melaksanakan KPBU.
(3) Penunjukan Langsung pada kondisi tertentu sebagaimana dimaksud pada ayat
(2) dapat dilakukan sepanjang tidak bertentangan dengan undang-undang dan
peraturan pemerintah sektor terkait.
(4) Penunjukan Langsung pada kondisi tertentu sebagaimana dimaksud pada ayat
(2) huruf a dapat dilakukan apabila memenuhi persyaratan:
a. kinerja Badan Usaha Pelaksana dalam membangun dan/atau
mengoperasikan Proyek KPBU tersebut dinilai baik berdasarkan hasil
audit oleh pihak independen; dan
b. berdasarkan kajian PJPK, menunjukan bahwa Proyek KPBU lebih efektif
dan efisien apabila dilakukan oleh Badan Usaha Pelaksana yang sama.

(5) Penunjukan ...


171
(5) Penunjukan Langsung pada kondisi tertentu sebagaimana dimaksud pada ayat
(2) huruf c dapat dilakukan apabila memenuhi persyaratan:
a. lahan yang diperlukan untuk melaksanakan KPBU hanya satu-satunya
dan tidak dapat dipindah ke lokasi lain ; dan
b. proyek KPBU telah layak secara teknis, ekonomis dan finansial tanpa ada
Dukungan Kelayakan dari pemerintah.
(6) Dalam hal penunjukan langsung pada kondisi tertentu sebagaimana dimaksud
pada ayat (2) huruf c masih terdapat sisa lahan yang belum dibebaskan, maka
pembebasan lahan tersebut menjadi tanggung jawab Badan Usaha Pelaksana.
(7) Pemilihan Badan Usaha dengan Penunjukan Langsung sebagaimana dimaksud
pada ayat (1) huruf a, meliputi kegiatan sebagai berikut:
a. undangan kepada calon Badan Usaha Pelaksana yang memenuhi
ketentuan ayat (1) dhuruf a disertai dengan penyampaian dokumen isian
kualifikasi, Dokumen Permintaan Proposal (RfP) dan Surat Kerahasiaan;
b. pemasukan dokumen kualifikasi;
c. evaluasi kualifikasi;
d. pemberian penjelasan Proyek KPBU;
e. pemasukan Dokumen Penawaran;
f. evaluasi Dokumen Penawaran, klarifikasi dan negosiasi;
g. penyampaian hasil Penunjukan Langsung untuk mendapatkan
persetujuan PJPK dilampiri dengan Berita Acara Hasil Penunjukan
Langsung;
h. penetapan dan pengumuman Badan Usaha Pelaksana; dan
i. persiapan penandatanganan Perjanjian KPBU.
(8) Pemilihan Badan Usaha dengan Penunjukan Langsung sebagaimana dimaksud
pada ayat (1) huruf b, sekurang-kurangnya meliputi kegiatan sebagai berikut:
a. undangan kepada Peserta yang lulus Prakualifikasi sebagaiman
dimaksud pada ayat (1) huruf b dengan melampirkan Dokumen
Permintaan Proposal (RfP);
b. pemberian penjelasan Proyek KPBU;

172
c. pemasukan Dokumen Penawaran;
d. evaluasi Dokumen Penawaran, klarifikasi dan negosiasi;
e. penyampaian hasil Penunjukan Langsung untuk mendapatkan
persetujuan PJPK dilampiri dengan Berita Acara Hasil Penunjukan
Langsung;
f. penetapan dan pengumuman Badan Usaha Pelaksana; dan
g. persiapan penandatanganan Perjanjian KPBU.

Pasal 30
(1) Pelelangan dinyatakan gagal dalam hal :
a. tidak ada Peserta yang memasukan dokumen penawaran;
b. Pelelangan tidak menghasilkan pemenang;
c. dalam evaluasi penawaran ditemukan bukti persaingan tidak sehat; atau
d. sanggahan dinyatakan benar oleh PJPK dengan materi:
1) dugaan KKN dan/atau pelanggaran persaingan sehat dalam
pelaksanaan Pelelangan dinyatakan benar; atau
2) Dokumen Pengadaan tidak sesuai dengan Peraturan Kepala ini.
(2) Dalam hal Pelelangan gagal maka PJPK meninjau penyebab kegagalan dan/
atau menindaklanjuti dengan:
a. memerintahkan Panitia Pengadaan melakukan lelang ulang; atau
b. menghentikan proses Pelelangan.

Paragraf 3
Pelelangan KPBU atas Prakarsa Badan Usaha

Pasal 31
(1) Pelelangan KPBU atas Prakarsa Badan Usaha dapat diberikan kompensasi
kepada Badan Usaha Pemrakarsa yang dinyatakan dalam Dokumen
Pengadaan.
(2) Dalam ...
173
(2) Dalam hal pemberian kompensasi sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
berbentuk pembelian Prakarsa KPBU, termasuk Hak Atas Kekayaan
Intelektual (HAKI) yang menyertainya oleh Menteri/Kepala Lembaga/Kepala
Daerah atau oleh pemenang lelang, Badan Usaha Pemrakarsa diperkenankan
mengikuti penawaran, dan Dokumen Pengadaan memuat ketentuan sebagai
berikut:
a. Badan Usaha Pemrakarsa membuat surat pernyataan kerahasiaan
terkait dengan tidak menggunakan atau mengungkapkan sebagian
maupun seluruhnya dari prakarsa untuk tujuan apapun dan dengan
siapapun tanpa persetujuan tertulis terlebih dahulu dari PJPK;
b. teknologi yang digunakan pada penawaran harus sama dengan prakarsa;
c. Badan Usaha Pemrakarsa tidak mendapatkan kompensasi apapun;
d. dalam hal Badan Usaha Pemrakarsa merupakan anggota konsorsium
dalam proses penawaran maka Badan Usaha Pemrakarsa tidak
mengundurkan diri dari keanggotaan konsorsium dalam jangka waktu
yang disepakati PJPK; dan
e. Badan Usaha Pemrakarsa bersedia membeli kembali prakarsa sesuai
dengan ketentuan dalam peraturan perundangan apabila memenangkan
lelang.

Paragraf 4
Jaminan Pengadaan

Pasal 32
(1) Jaminan dalam Pengadaan Badan Usaha Pelaksana terdiri atas:
a. Jaminan Penawaran; dan
b. jaminan Pelaksanaan.
(2) Jaminan Pengadaan diterbitkan oleh bank umum nasional atau bank asing
yang memiliki kantor cabang di Indonesia dan dapat dicairkan di Indonesia.
(3) Jaminan Pengadaan bersifat tanpa syarat (unconditional) dan dapat dicairkan
sebesar nilai jaminan.

174
(4) Jaminan Pengadaan dicairkan dalam jangka waktu maksimal 14 (empat
belas) hari kerja, setelah surat pernyataan wanprestasi dari PJPK diterima oleh
penerbit jaminan.

Pasal 33
(1) Jaminan Penawaran sebagaimana dimaksud dalam Pasal 32 ayat (1) huruf a,
diberikan oleh Badan Usaha pada saat memasukkan penawaran, yang besaran-
nya ditentukan dalam Dokumen Pengadaan.
(2) Besaran Jaminan Penawaran sebagaimana dimaksud ayat (1) dinyatakan dalam
nilai nominal.
(3) Penentuan besaran Jaminan Penawaran dilakukan dengan memperhatikan
karakteristik, kompleksitas dan risiko proyek KPBU.
(4) Masa berlaku Jaminan Penawaran adalah sebagai berikut:
a. berlaku sejak pemasukan Dokumen Penawaran sampai dengan satu
bulan setelah diterbitkannya surat penetapan pemenang lelang oleh PJPK
untuk Pelelangan Satu Tahap; atau
b. berlaku sejak pemasukan Dokumen Penawaran tahap II sampai dengan
satu bulan setelah diterbitkannya surat penetapan pemenang lelang oleh
PJPK untuk Pelelangan Dua Tahap.
(5) Peserta yang diumumkan sebagai pemenang harus memperpanjang jaminan
penawaran sampai dengan tanda tangan perjanjian kerjasama.

Pasal 34
(1) Badan Usaha Pelaksana menyerahkan Jaminan Pelaksanaan sebagaimana
dimaksud dalam Pasal 32 ayat (1) huruf b, sebagai persyaratan
penandatanganan perjanjian kerjasama.
(2) Jaminan Pelaksanaan yang wajib diminta:

a. Jaminan ...
175
a. Jaminan Pelaksanaan pada masa perolehan pembiayaan dengan besaran
1%-5% dari penawaran nilai investasi Peserta; dan
b. Jaminan Pelaksanaan pada masa konstruksi dengan besaran 1%-5% dari
nilai konstruksi.
(3) Besarnya nilai Jaminan Pelaksanaan yang dimaksud pada ayat (2) huruf
b, dapat dikurangi secara bertahap sesuai dengan kemajuan Proyek KPBU
sebagaimana diatur dalam perjanjian kerjasama.

Pasal 35
Ketentuan lebih lanjut mengenai Tata Cara pelaksanaan Pengadaan Badan Usaha
Pelaksana diatur dalam Lampiran Peraturan Kepala ini.

BAB V
PENGADAAN BADAN PENYIAPAN

Bagian Kesatu
Umum

Pasal 36
Apabila diperlukan, Penyiapan dan Transaksi Proyek KPBU oleh PJPK dapat
dilakukan bersama Badan Penyiapan.

Pasal 37
Pengadaan Badan Penyiapan meliputi:
a. persiapan; dan
b. pelaksanaan.

176
Paragraf 1
Persiapan Pengadaan Badan Penyiapan

Pasal 38
(1) Persiapan Pengadaan Badan Penyiapan meliputi kegiatan :
a. penyusunan Kerangka Acuan Kerja (KAK) Pengadaan Badan Penyiapan
oleh Tim KPBU dengan mempertimbangkan hasil studi pendahuluan;
b. penyusunan Dokumen Pengadaan yang terdiri dari Dokumen
Prakualifikasi dan Dokumen Permintaan Proposal (RfP) oleh Panitia
Pengadaan; dan
c. Persetujuan KAK dan Dokumen Pengadaan oleh PJPK.
(2) Penyusunan Dokumen Pengadaan Badan Penyiapan dilakukan oleh Panitia
Pengadaan berdasarkan Kerangka Acuan Kerja (KAK) yang disetujui oleh
PJPK.
(3) KAK Badan Penyiapan sebagaimana dimaksud pada ayat (2) sekurang-
kurangnya memuat:
a. latar belakang dan deskripsi Proyek KPBU;
b. ruang lingkup (scope of work) kegiatan Penyiapan dan Transaksi Proyek
KPBU;
c. output kegiatan:
1) Penyiapan dan Transaksi; atau
2) Transaksi.
d. jadwal pelaksanaan Pengadaan;
e. Harga Perkiraan Sendiri (HPS); dan
f. skema pembayaran kepada Badan Penyiapan Proyek KPBU.
(4) Dokumen Prakualifikasi Badan Penyiapan sekurang-kurangnya memuat:
a. latar belakang dan uraian singkat Penyiapan;
b. tujuan kegiatan;
c. objek ...
177
c. objek dan ruang lingkup;
d. informasi penting terkait kegiatan;
e. persyaratan kualifikasi Peserta; dan
f. uraian proses kualifikasi termasuk jadwal, kriteria dan tata cara penilaian
kualifikasi, bentuk dan format pengisian dokumen kualifikasi.
(5) Dokumen Permintaan Proposal (RfP) Badan Penyiapan sekurang-kurangnya
memuat:
a. instruksi kepada Peserta memuat sekurang-kurangnya:
1) informasi umum;
2) informasi tentang Dokumen Permintaan Proposal (RfP);
3) penyiapan dan penyampaian Dokumen Penawaran; dan
4) proses evaluasi.
b. ketentuan pembukaan dan evaluasi Dokumen Penawaran;
c. larangan Korupsi, Kolusi dan Nepotisme (KKN), Penipuan serta
pertentangan kepentingan;
d. Kerangka Acuan Kerja (KAK);
e. mekanisme pembayaran termasuk success fee;
f. rancangan perjanjian Penyiapan; dan
g. hal-hal lain yang dianggap perlu oleh Panitia Pengadaan untuk
dicantumkan dan dipersyaratkan di dalam Dokumen Permintaan
Proposal (RfP).

Paragraf 2
Pelaksanaan Pengadaan Badan Penyiapan

Pasal 39
(1) Pelaksanaan Pengadaan Badan Penyiapan dilakukan oleh Panitia Pengadaan.

178
(2) Pelaksanaan Pengadaan Badan Penyiapan sebagaimana dimaksud pada ayat
(1) meliputi kegiatan:
a. Prakualifikasi; dan
b. Pemilihan

Paragraf 3
Prakualifikasi Badan Penyiapan

Pasal 40
Persyaratan Peserta Prakualifikasi Pengadaan Badan Penyiapan:
a. Peserta dapat berbentuk:
1) Badan Usaha; atau
2) lembaga/institusi/organisasi nasional atau internasional.
b. Peserta sebagaimana dimaksud huruf a dapat berbentuk konsorsium;
c. memenuhi ketentuan peraturan perundang-undangan untuk
menjalankan kegiatan/usaha;
d. memiliki pengalaman dan kemampuan dalam menyiapkan dan/atau
membiayai Penyiapan Proyek KPBU;
e. memenuhi kewajiban perpajakan;
f. tidak sedang dalam pengampuan, pailit, dan kegiatan usahanya tidak
sedang dihentikan;
g. dalam hal PJPK adalah BUMN/BUMD yang mendapatkan
penugasan, Peserta bukan afiliasi dari PJPK;
h. dalam hal Peserta adalah lembaga/institusi/organisasi nasional atau
internasional, kegiatan lembaga/institusi/organisasi nasional atau
internasional termasuk di bidang pembiayaan;
i. dalam hal Peserta berbentuk badan hukum asing, maka
dokumen yang diterbitkan negara lain, yang akan dipergunakan di
Indonesia ...
179
Indonesia dilegalisasi oleh notaris publik di negara dimana dokumen
tersebut diterbitkan, dan dilegalisasi oleh kedutaan besar atau konsulat
Indonesia, untuk membuktikan salinan dokumen tersebut sesuai
dengan aslinya; dan
j. dalam hal Peserta adalah badan usaha internasional atau lembaga/
institusi/organisasi internasional dengan tetap mengedepankan
Prinsip Pengadaan yang baik, serta memenuhi kewajiban
perpajakan sesuai dengan peraturan perundang-undangan negara
yang bersangkutan.

Pasal 41
(1) Tahapan Prakualifikasi sekurang-kurangnya meliputi kegiatan sebagai berikut:
a. pengumuman dan undangan Prakualifikasi dengan melampirkan
dokumen kualifikasi;
b. penjelasan gambaran umum Proyek KPBU, ruang lingkup (scope of work)
kegiatan dan Dokumen Prakualifikasi;
c. pemasukan dokumen kualifikasi;
d. evaluasi kualifikasi;
e. penetapan dan pengumuman hasil kualifikasi; dan
f. sanggahan kualifikasi.
(2) Penilaian kualifikasi dalam tahapan Prakualifikasi sebagaimana dimaksud
pada ayat (1), sekurang-kurangnya meliputi:
a. pemenuhan syarat administrasi;
b. kemampuan teknis; dan
c. kemampuan keuangan.

Pasal 42
(1) Prakualifikasi gagal dalam hal:
a. Tidak ada Peserta yang memasukan dokumen kualifikasi; atau
b. Prakualifikasi tidak menghasilkan Badan Usaha yang memenuhi
kualifikasi;

180
c. Sanggahan dinyatakan benar oleh PJPK dengan materi :
1) dugaan KKN dan/atau pelanggaran persaingan sehat dalam
pelaksanaan prakualifikasi dinyatakan benar; atau
2) Dokumen Prakualifikasi tidak sesuai dengan Peraturan Kepala ini.
(2) Dalam hal Prakualifikasi gagal, maka PJPK meninjau penyebab kegagalan
(3) Berdasarkan hasil peninjauan kembali sebagaimana dimaksud pada ayat (2),
maka PJPK dapat melakukan evaluasi ulang atau Prakualifikasi ulang

Paragraf 4
Pemilihan Badan Penyiapan

Pasal 43
Pemilihan Badan Penyiapan dilakukan dengan Seleksi.

Pasal 44
(1) Pelaksanaan Seleksi Badan Penyiapan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 43,
sekurang-kurangnya dilakukan dengan ketentuan sebagai berikut:
a. penyampaian Dokumen Penawaran menggunakan metode Dua Sampul;
dan
b. evaluasi Dokumen Penawaran menggunakan metode Kualitas atau
metode Kualitas dan Biaya.
(2) Seleksi terhadap Badan Usaha atau lembaga/institusi/organisasi nasional
atau internasional sebagai Badan Penyiapan dengan menggunakan metode
Kualitas, sekurang-kurangnya dilaksanakan melalui tahapan sebagai berikut :
a. undangan kepada Peserta dengan melampirkan Dokumen Permintaan
Proposal (RfP);
b. pemberian penjelasan;
c. pemasukan ...
181
c. pemasukan Dokumen Penawaran;
d. pembukaan dan evaluasi Dokumen penawaran Sampul I;
e. penetapan peringkat teknis;
f. pemberitahuan dan pengumuman peringkat teknis;
g. sanggahan;
h. undangan pembukaan Dokumen Penawaran Sampul II;
i. pembukaan dan evaluasi Dokumen Penawaran Sampul II;
j. negosiasi;
k. penerbitan Berita Acara Hasil Seleksi;
l. penetapan pemenang;
m. penunjukan Badan Penyiapan; dan
n. penandatanganan perjanjian Penyiapan.
(3) Seleksi terhadap Badan Usaha atau lembaga/institusi/organisasi nasional atau
internasional sebagai Badan Penyiapan dengan menggunakan metode Kualitas
dan Biaya, sekurang-kurangnya dilaksanakan melalui tahapan sebagai berikut:
a. undangan kepada Peserta dengan melampirkan Dokumen Permintaan
Proposal (RfP);
b. pemberian penjelasan;
c. pemasukan Dokumen Penawaran;
d. pembukaan dan evaluasi Dokumen penawaran Sampul I;
e. penetapan peringkat teknis;
f. pemberitahuan dan pengumuman peringkat teknis;
g. undangan pembukaan Dokumen Penawaran Sampul II;
h. pembukaan dan evaluasi Dokumen Penawaran Sampul II;
i. pemberitahuan hasil evaluasi Dokumen Penawaran;
j. negosiasi;
k. penerbitan Berita Acara Hasil Seleksi;
l. penetapan pemenang;
m. pemberitahuan dan pengumuman pemenang;
n. sanggahan;
o. penunjukan Badan Penyiapan; dan
p. penandatanganan perjanjian Penyiapan.

182
Pasal 45
(1) Seleksi dinyatakan gagal dalam hal :
a. tidak ada Peserta yang memasukan dokumen penawaran;
b. Seleksi tidak menghasilkan pemenang;
c. dalam evaluasi penawaran ditemukan bukti persaingan tidak sehat; atau
d. sanggahan dinyatakan benar oleh PJPK dengan materi:
1) dugaan KKN dan/atau pelanggaran persaingan sehat dalam pelaksa-
naan seleksi dinyatakan benar oleh pihak berwenang; atau
2) Dokumen Pengadaan tidak sesuai dengan Peraturan Kepala ini.
(2) Dalam hal Seleksi gagal maka PJPK meninjau penyebab kegagalan dan/atau
menindaklanjuti dengan:
a. menugaskan Panitia Pengadaan melakukan seleksi ulang; atau
b. menghentikan proses Seleksi.

Pasal 46
Tata cara lebih lanjut mengenai pelaksanaan Pengadaan Badan Penyiapan diatur
dalam Lampiran Peraturan Kepala ini.

BAB VI
PENGADAAN SECARA ELEKTRONIK

Pasal 47
(1) Pengadaan Badan Usaha Pelaksana dan Pengadaan Badan Penyiapan dapat
dilakukan secara elektronik.
(2) LKPP mengembangkan sistem Pengadaan Badan Usaha Pelaksana dan Pen-
gadaan Badan Penyiapan serta menetapkan arsitektur sistem informasi yang
mendukung penyelenggaraan secara elektronik.
BAB VII ...
183
BAB VII
KETENTUAN PERALIHAN

Pasal 48
(1) Pengadaan yang sedang dilaksanakan dan telah telah memasuki kegiatan
pemilihan sebelum berlakunya Peraturan Kepala ini, tetap dilanjutkan dengan
berpedoman pada Peraturan sebelum berlakunya Peraturan Kepala ini.
(2) Pengadaan yang sedang dilaksanakan dan belum ada Pengumuman Hasil
Prakualifikasi, maka prosesnya tetap dilanjutkan sampai dengan
diselesaikannya proses Prakualifikasi dengan berpedoman kepada
Peraturan sebelum berlakunya Peraturan Kepala ini. Untuk selanjutnya proses
pemilihannya berpedoman pada Peraturan Kepala ini.
(3) Perjanjian/Kontrak dalam rangka KPBU yang telah ditandatangani sebelum
berlakunya Peraturan Kepala ini, tetap berlaku sampai dengan berakhirnya
Perjanjian/Kontrak.

BAB VIII
KETENTUAN PENUTUP

Pasal 49
Peraturan Kepala Lembaga Kebijakan Pengadaan Barang/Jasa Pemerintah ini mulai
berlaku pada tanggal diundangkan.
Agar setiap orang mengetahuinya, memerintahkan pengundangan Peraturan
Kepala Lembaga Kebijakan Pengadaan Barang/Jasa Pemerintah ini dengan
penempatannya dalam Berita Negara Republik Indonesia.

184
Ditetapkan di Jakarta
Pada tanggal 21 Agustus 2015

KEPALA LEMBAGA KEBIJAKAN PENGADAAN BARANG/JASA


PEMERINTAH,
ttd
AGUS PRABOWO

Diundangkan di Jakarta
Pada tanggal 28 Agustus 2015
MENTERI HUKUM DAN HAK ASASI MANUSIA
REPUBLIK INDONESIA,

YASONNA H. LAOLY

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA TAHUN 2015 NOMOR 1281

a. menetapkan ...
185
186
LAMPIRAN
PERATURAN KEPALA LEMBAGA
KEBIJAKAN PENGADAAN BARANG/JASA PEMERINTAH
NOMOR 19 TAHUN 2015

TENTANG

TATA CARA PELAKSANAAN


PENGADAAN BADAN USAHA
KERJASAMA PEMERINTAH DENGAN BADAN USAHA
DALAM PENYEDIAAN INFRASTRUKTUR
LAMPIRAN PERATURAN

NO. 19 TAHUN 2015


KEPALA LKPP

187
188
LAMPIRAN
PERATURAN KEPALA LEMBAGA
KEBIJAKAN PENGADAAN BARANG/
JASA PEMERINTAH
NOMOR 19 TAHUN 2015
TENTANG TATA CARA PELAKSANAAN
PENGADAAN BADAN USAHA
KERJASAMA PEMERINTAH DENGAN
BADAN USAHA DALAM PENYEDIAAN
INFRASTRUKTUR

TATA CARA PELAKSANAAN PENGADAAN BADAN USAHA KERJASAMA


PEMERINTAH DENGAN BADAN USAHA DALAM PENYEDIAAN INFRAS-
TRUKTUR

BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Dalam rangka mewujudkan pelaksanaan Pengadaan Badan Usaha Pelaksana
Kerjasama Pemerintah dan Badan Usaha (KPBU) yang memenuhi tata
kelola Pemerintahan yang baik sehingga dapat bermanfaat untuk
mempelancar penyelenggaraan penyediaan infrastruktur melalui Kerjasama
Pemerintah dengan Badan Usaha, perlu adanya ketentuan yang lebih rinci
mengenai tata cara pelaksanaan Pengadaan Badan Usaha Pelaksana KPBU
dalam bentuk Petunjuk Pelaksanaan.

B. Maksud ...
189
B. Maksud dan Tujuan
1. Maksud diberlakukannya Peraturan Kepala Lembaga Pengadaan
Barang/ Jasa Pemerintah (LKPP) ini adalah untuk memberikan acuan
bagi seluruh pemangku kepentingan dalam pelaksanaan Pengadaan
Badan Usaha Pelaksana Kerjasama Pemerintah Dengan Badan Usaha
Dalam Penyediaan Infratruktur.
2. Tujuan diberlakukannya Peraturan Kepala Lembaga Pengadaan Barang/
Jasa Pemerintah (LKPP) ini adalah mewujudkan tata kelola pelaksanaan
Pengadaan Badan Usaha Pelaksana Kerjasama Pemerintah dan Badan
Usaha dalam Penyediaan Infrastruktur yang baik dan sesuai dengan
prinsip efisien, efektif, transparan, terbuka, bersaing, adil/ tidak
diskriminatif dan akuntabel.

C. Ruang Lingkup
Petunjuk Pelaksanaan ini terdiri dari tata cara melakukan :
1. Pelaksanaan Pengadaan Badan Usaha Pelaksana; dan
2. Pelaksanaan Pengadaan Badan Penyiapan;

BAB II
PELAKSANAAN PENGADAAN BADAN USAHA PELAKSANA

A. Prakualifikasi
Prakualifikasi meliputi kegiatan sebagai berikut:
1. Pengumuman Prakualifikasi;
a. Panitia Pengadaan melakukan pengumuman Prakualifikasi melalui
undangan kepada calon peserta potensial, media cetak nasional
sekurang-kurangnya 1 (satu) kali, dan website instansi PJPK sampai
dengan batas waktu akhir pengambilan Dokumen Prakualifikasi.
Jangka waktu pengumuman sekurang-kurangnya selama 7 hari kerja.

190
Untuk proyek yang diminati oleh calon peserta asing pengumuman
dimuat pada media cetak yang memiliki peredaran internasional
dan/atau website yang menyediakan informasi proyek infrastruktur
pada tingkat internasional.
b. Pengumuman sekurang-kurangnya memuat:
1) nama dan alamat PJPK yang akan melaksanakan Pengadaan
Badan Usaha Pelaksana.
2)
uraian singkat mengenai proyek kerjasama yang akan
dilaksanakan meliputi:
a) dasar hukum kerjasama;
b) maksud dan tujuan kerjasama;
c) obyek dan ruang lingkup kerjasama; dan
d) bentuk kerjasama;
3) perkiraan nilai investasi.
4) syarat calon peserta Prakualifikasi.
5) tempat, tanggal, dan waktu untuk mengambil Dokumen
Prakualifikasi.

2. Pendaftaran dan pengambilan Dokumen Prakualifikasi;


a. Calon peserta mendaftar dan mengambil Dokumen Prakualifikasi
sesuai hari, tanggal, waktu dan tempat pengambilan yang ditentukan
dalam pengumuman.
b. Pendaftaran dan pengambilan Dokumen Prakualifikasi dimulai
sejak tanggal pengumuman sampai dengan sebelum batas akhir
pemasukan dokumen kualifikasi.
c. Pengambilan Dokumen Prakualifikasi dilakukan oleh calon peserta
yang memiliki kewenangan untuk mengambil dokumen.

d. Seseorang ...
191
d. Seseorang dilarang mewakili lebih dari 1 (satu) calon peserta dalam
pendaftaran dan pengambilan Dokumen Prakualifikasi.
e. Panitia Pengadaan harus memberikan waktu yang cukup bagi calon
peserta untuk menyiapkan dokumen kualifikasi.
f. Pendaftaran dan pengambilan dokumen Prakualifikasi dapat
dilakukan secara elektronik.

3. Penjelasan Proyek KPBU, ruang lingkup (scope of work) kegiatan


pelaksana Proyek KPBU dan Dokumen Prakualifikasi.
a. Penjelasan dilakukan secara terbuka, transparan dan tidak
diskriminatif.
b. Panitia Pengadaan melaksanakan pemberian penjelasan pada tempat
dan waktu yang ditentukan dengan dihadiri peserta.
c. Pemberian penjelasan dilakukan dengan cara:
1) Penjelasan secara langsung pada rapat pemberian penjelasan
yang dihadiri oleh peserta; dan
2) Panitia Pengadaan memberikan kesempatan kepada seluruh
peserta untuk menyampaikan pertanyaan secara tertulis.
d. pemberian penjelasan sebagaimana dimaksud huruf c angka 1)
dilakukan dengan ketentuan sebagai berikut:
1)
Peserta dapat menyampaikan pertanyaan dan/atau
tanggapan terhadap Dokumen Prakualifikasi dan/atau Proyek
KPBU. Dalam hal peserta berbentuk konsorsium, maka diwakili
oleh lead konsorsium atau pihak yang diberi kuasa oleh lead
konsorsium.
2) Ketidakhadiran peserta pada tahapan pemberian penjelasan tidak
dapat dijadikan dasar untuk menggugurkan/menolak penawaran.
3)
Pemberian penjelasan dituangkan dalam Berita Acara
Pemberian Penjelasan yang ditandatangani oleh Panitia

192
Pengadaan dan peserta atau perwakilan peserta Prakualifikasi
yang hadir dan disampaikan kepada seluruh Peserta sebagaimana
diatur dalam Dokumen Prakualifikasi.
4) Apabila tidak ada satupun Peserta yang hadir atau yang bersedia
menandatangani Berita Acara Pemberian Penjelasan maka Berita
Acara Pemberian Penjelasan cukup ditandatangani oleh Panitia
Pengadaan yang hadir.
e. Pemberian penjelasan sebagaimana dimaksud huruf c angka 2)
dilakukan dengan ketentuan sebagai berikut:
1) Peserta dapat menyampaikan pertanyaan secara tertulis sejak
pengambilan Dokumen Prakualifikasi sampai dengan batas akhir
pengajuan pertanyaan sebagaimana ditetapkan dalam Dokumen
Prakualifikasi; dan
2) Panitia Pengadaan segera menjawab pertanyaan dari peserta dan
menyampaikan hasil jawaban kepada seluruh peserta.
f. Apabila terdapat hal-hal/ketentuan baru atau perubahan penting
yang perlu dimasukkan dalam Dokumen Prakualifikasi, maka
sebelum batas akhir waktu pemasukkan dokumen kualifikasi
terlewati Panitia Pengadaan wajib menuangkan hal-hal/ketentuan
baru atau perubahan penting tersebut ke dalam perubahan
Dokumen Prakualifikasi dan memberitahukan secara tertulis dengan
melampirkan perubahan Dokumen Prakualifikasi kepada seluruh
peserta.
g. Perubahan sebagaimana dimaksud pada huruf f harus mendapatkan
persetujuan dari PJPK. PJPK memberikan persetujuan paling
lambat 5 (lima) hari kerja setelah perubahan diusulkan oleh Panitia
Pengadaan.
h. Apabila PJPK tidak memberikan jawaban sebagaimana dimaksud
pada huruf g maka PJPK dianggap tidak menyetujui perubahan
dokumen yang diusulkan.

i. Apabila ...
193
i. Apabila ketentuan baru atau perubahan tersebut tidak dituangkan
dalam perubahan Dokumen Prakualifikasi maka ketentuan baru atau
perubahan tersebut dianggap tidak ada dan ketentuan yang berlaku
adalah Dokumen Prakualifikasi awal.
j. Setiap perubahan Dokumen Prakualifikasi merupakan bagian yang
tidak terpisahkan dari Dokumen Prakualifikasi dan disampaikan
kepada seluruh peserta.
k. Dalam hal terdapat perubahan dokumen Prakualifikasi, Panitia
Pengadaan dapat memberikan tambahan waktu batas akhir
pemasukan dokumen kualifikasi.

4. Pemasukan dokumen kualifikasi dilakukan dengan ketentuan sebagai


berikut:
a. Peserta menyampaikan dokumen kualifikasi kepada Panitia
Pengadaan sesuai jadwal yang ditetapkan dalam dokumen
Prakualifikasi.
b. Panitia Pengadaan membuat tanda terima dokumen kualifikasi dan
membuat daftar peserta yang memasukan penawaran.
c. Pemasukan, penambahan, penggantian, pengurangan, penarikan
(pengunduran diri) dokumen kualifikasi yang telah disampaikan
kepada Panitia Pengadaan hanya dapat dilakukan sebelum batas
akhir pemasukan dokumen kualifikasi.
d. Dokumen kualifikasi meliputi pemenuhan persyaratan:
1) Dokumen administrasi yang terdiri dari:
a) Pakta Integritas;
b) Formulir isian kualifikasi, meliputi:
(1) Izin usaha;
(2) Akta pendirian dan anggaran dasarnya, termasuk
perubahannya;

194
(3)
Kewenangan untuk menandatangani dokumen
kualifikasi;
(4) Dalam hal peserta berbentuk:
(a) Badan Usaha harus melampirkan susunan direksi,
dewan komisaris dan pemegang saham; atau
(b) Koperasi harus melampirkan susunan pengurus,
dewan pengawas dan anggota koperasi.
(5) Surat pernyataan tidak sedang dalam pengampuan, tidak
sedang dipailitkan, kegiatan usahanya tidak sedang
dihentikan, dan/atau tidak sedang menjalani perkara
pidana;
(6)
Pengalaman dalam Proyek Kerjasama Penyediaan
Infrastruktur sejenis;
Informasi mengenai perselisihan material (material
(7)
dispute) yang dalam proses dan/atau sudah selesai; dan
(8)
Dalam hal peserta adalah suatu konsorsium maka
persyaratan di atas mencakup masing-masing
anggota konsorsium dan wajib menyerahkan rancangan
perjanjian konsorsium yang memperlihatkan tugas dan
tanggung jawab pimpinan (lead) konsorsium tersebut.
2) Kemampuan teknis:
a)
Dokumen yang menunjukkan pengalaman melakukan
investasi yang mencakup pembiayaan, pembangunan dan
pengelolaan proyek sejenis; dan
b) Jika Peserta baru berdiri kurang dari 1 (satu) tahun, maka
harus menyerahkan surat dukungan dari pemegang
saham (perjanjian sponsor) dan melampirkan persyaratan
sebagaimana ketentuan dalam persyaratan Prakualifikasi.
3) Kemampuan finansial
Peserta harus menunjukkan kemampuan finansial untuk

melakukan ...
195
melakukan investasi dan memiliki pengalaman untuk membiayai
dan/atau mencari sumber pembiayaan untuk Proyek KPBU,
dengan ketentuan sebagai berikut:
a)
Memenuhi kriteria kemampuan finansial sebagaimana
ditetapkan dalam Dokumen Prakualifikasi;
b) Menyampaikan laporan keuangan teraudit oleh Akuntan
Publik selama 3 (tiga) tahun anggaran terakhir, yang disusun
berdasarkan standar dan prinsip akuntansi yang berlaku;
c) Surat referensi dari bank yang menjelaskan performa
keuangan peserta dalam keadaan baik dan mampu
mendapatkan pembiayaan yang diperlukan untuk
pelaksanaan proyek; dan
d) Jika Peserta baru berdiri kurang dari 1 (satu) tahun dan/
atau kemampuan finansialnya tidak mencukupi dari
persyaratan kemampuan finansial, maka Peserta menyerahkan
surat dukungan dari pemegang saham (perjanjian sponsor)
dan melampirkan persyaratan sebagaimana ketentuan dalam
persyaratan Prakualifikasi.
5. Evaluasi Kualifikasi
a. Evaluasi kualifikasi dilakukan dengan menggunakan metode
penilaian sistem gugur terhadap pemenuhan persyaratan Dokumen
Prakualifikasi.
b. Panitia Pengadaan dalam melakukan evaluasi hanya menggugurkan
hal-hal yang bersifat substantif.
c. Panitia Pengadaan tidak dapat menggugurkan peserta yang tidak
memenuhi persyaratan kelengkapan administrasi yang sifatnya tidak
substantive dan dapat dipenuhi sesuai waktu yang ditetapkan dalam
Dokumen Pengadaan.
d. Evaluasi dokumen kualifikasi mencakup penilaian terhadap
administrasi, kemampuan teknis dan kemampuan finansial.
e. Pelaksanaan evaluasi kualifikasi meliputi:

196
1) memeriksa kelengkapan data dan mengevaluasi pemenuhan
persyaratan kualifikasi; dan
2) melakukan konfirmasi dan klarifikasi atas kebenaran data
kualifikasi.
f. Dalam hal Badan Usaha peserta kualifikasi memberikan data atau
informasi palsu, maka Peserta tersebut digugurkan, Badan Usaha
dan/atau pengurus atau pihak yang terlibat dilaporkan kepada pihak
yang berwenang.
g. Pelaksanaan evaluasi dokumen kualifikasi dituangkan dalam
Berita Acara Evaluasi Dokumen Kualifikasi yang ditandatangani oleh
Panitia Pengadaan.
h. Apabila proses Prakualifikasi tidak menghasilkan Peserta yang
memenuhi kualifikasi, maka proses prakualifikasi dinyatakan gagal.
6. Pengumuman hasil Kualifikasi;
a. Panitia Pengadaan menetapkan daftar peserta yang lulus kualifikasi
berdasarkan hasil evaluasi kualifikasi.
b. Panitia Pengadaan mengumumkan daftar peserta yang lulus
kualifikasi.
c. Panitia Pengadaan menyampaikan hasil Prakualifikasi kepada setiap
Peserta melalui surat elektronik dan mengumumkan daftar peserta
yang lulus Prakualifikasi sesuai jadwal yang telah ditetapkan melalui
media sebagai berikut:
a) website instansi PJPK; dan/atau
b) media cetak.
7. Sanggahan kualifikasi;
a.
Peserta yang memasukkan dokumen kualifikasi dapat
menyampaikan sanggahan atas hasil kualifikasi dengan disertai
bukti awal yang cukup tentang terjadinya penyimpangan/
pelanggaran prosedur dalam Dokumen Prakualifikasi.
b. Jangka ...
197
b. Jangka waktu penyampaian sanggahan ditetapkan oleh Panitia
Pengadaan dalam dokumen Prakualifikasi dengan waktu paling lama
5 (lima) hari kerja setelah pengumuman hasil kualifikasi.
c. Peserta yang memasukkan dokumen kualifikasi dapat mengajukan
sanggahan bersama-sama dengan Peserta Kualifikasi lainnya.
d. Sanggahan tidak menghentikan proses Kualifikasi.
e. PJPK memberikan jawaban atas semua sanggahan paling lambat 5
(lima) hari kerja setelah diterimanya sanggahan.
f. Apabila PJPK tidak memberikan jawaban sanggah sebagaimana
dimaksud huruf e maka PJPK dianggap menolak sanggahan.
g. Dalam hal sanggahan dinyatakan benar, PJPK dapat menyatakan
evaluasi ulang atau prakualifikasi gagal.

B. Pelelangan
1. Pelelangan Satu Tahap meliputi kegiatan sebagai berikut:
a. Undangan kepada Peserta yang lulus Prakualifikasi dan penyampaian
Dokumen Permintaan Proposal (RfP).
1) Panitia Pengadaan mengundang seluruh peserta yang lulus
kualifikasi dengan melampirkan Dokumen Permintaan Proposal
(RfP) dan formulir Surat Kerahasiaan kepada peserta.
2) Isi dari rancangan Dokumen Permintaan Proposal (RfP)
sekurang-kurangnya terdiri dari:
a) Penjelasan umum dari Proyek KPBU;
b) Instruksi kepada peserta mencakup:
(1) Instruksi umum, antara lain namun tidak terbatas:
(a) ketentuan konsorsium;
(b) uji tuntas (due diligence);

198
(c) jadwal pengadaan;
(d) penyediaan ruang data dan informasi; dan
(e) penandatanganan kontrak.
(2) Penyiapan Dokumen Penawaran, mencakup:
(a) bahasa yang digunakan;
(b) struktur dan isi Dokumen Penawaran;
(c) masa berlaku penawaran;
(d) format surat penawaran; dan
(e) pernyataan minat.
(3) Pemasukan Dokumen Penawaran, mencakup:
(a) batas waktu pemasukan penawaran; dan
(b) perlakuan terhadap penawaran yang terlambat.
(4) Hal terkait kerahasiaan;
(5) Pertentangan kepentingan, praktek KKN;
(6) Metode komunikasi dengan Panitia Pengadaan;
(7) Penandatanganan persyaratan persaingan usaha yang
sehat;
(8) Tanggung jawab peserta; dan
(9) Komitmen pengaturan korporasi.
c) Ketentuan pembukaan dan evaluasi Dokumen Penawaran.
Panitia Pengadaan menetapkan tata cara pembukaan
Dokumen Penawaran dan evaluasi Dokumen Penawaran
yang didukung dengan kriteria penilaian yang jelas, dan
terukur.
d) Larangan Korupsi, Kolusi dan Nepotisme (KKN), penipuan
serta pertentangan kepentingan;

e) Spesifikasi ...
199
e) Spesifikasi layanan yang dipersyaratkan mencakup antara
lain, namun tidak terbatas pada:
(1) Spesifikasi standar kinerja atau kualitas layanan disertai
dengan deskripsi paramater teknis;
(2) Kondisi dan nilai dari aset di akhir periode proyek ketika
aset dikembalikan kepada PJPK untuk memenuhi
persyaratan siklus penggantian dan pemeliharaan oleh
Badan Usaha yang akan berdampak secara finansial
kepada peserta lelang; dan
(3) Tingkat minimum spesifikasi input untuk memenuhi
kinerja kebutuhan proyek.
f) Matriks alokasi risiko;
g) Mekanisme pembayaran atas:
(1) Layanan KPBU dan pembiayaan Proyek KPBU; dan
(2) Ketentuan insentif dan pinalti.
h) Model keuangan termasuk sumber pendanaan;
i) Pemenuhan persyaratan yang terkait aspek hukum, sosial,
lingkungan;
j) Jaminan dan persyaratan jaminan;
k) Hal-hal lain yang dianggap perlu oleh Panitia Pengadaan
untuk dicantumkan dan dipersyaratkan di dalam Dokumen
Permintaan Proposal (RfP); dan
l) Lampiran-lampiran yang terdiri atas:
(1) memorandum informasi;
(2) rancangan Perjanjian KPBU;
(3)
ketentuan utama perjanjian penjaminan (apabila
membutuhkan Jaminan Pemerintah); dan
(4) dokumen lain yang diperlukan.

200
3) Penyampaian undangan beserta lampiran dapat dilakukan
melalui surat elektronik.
b. Penyampaian Surat Kerahasiaan.
Peserta menyampaikan Surat Kerahasaiaan segera setelah menerima
Dokumen Permintaan Proposal (RfP) untuk mendapakan akses Data
Room.
c. Pemberian penjelasan Pelelangan:
1) Penjelasan dilakukan secara terbuka, transparan dan tidak
diskriminatif.
2)
Panitia Pengadaan melaksanakan pemberian penjelasan
Dokumen Permintaan Proposal (RfP) di tempat dan waktu yang
telah ditetapkan.
3) Dalam proses penjelasan termasuk memberikan kesempatan
kepada peserta untuk menyampaikan masukan.
4) Pemberian penjelasan dilakukan dengan cara:
a) Penjelasan secara langsung pada rapat pemberian penjelasan
yang dihadiri oleh Peserta.
b) Panitia Pengadaan memberikan kesempatan kepada seluruh
peserta untuk menyampaikan pertanyaan secara tertulis; dan
c) Apabila dipandang perlu, pemberian penjelasan dilakukan
dengan peninjauan lapangan.
5) Pemberian penjelasan sebagaimana dimaksud angka 4) huruf a
dilakukan dengan ketentuan sebagai berikut:
a) Peserta dapat memberikan pertanyaan dan/atau tanggapan
terhadap Dokumen Permintaan Proposal (RfP) dan/atau
Proyek KPBU. Dalam hal Peserta berbentuk konsorsium,
maka diwakili oleh pimpinan (lead) konsorsium atau pihak
yang diberi kuasa oleh pimpinan (lead) konsorsium.
b)
Ketidakhadiran Peserta pada pemberian penjelasan

Dokumen ...
201
Dokumen Permintaan Proposal (RfP) tidak dapat dijadikan
dasar untuk menggugurkan/menolak penawaran.
c) Pemberian penjelasan dituangkan dalam Berita Acara
Pemberian Penjelasan yang ditandatangani oleh Panitia
Pengadaan dan Peserta atau perwakilan Peserta yang hadir
dan disampaikan kepada seluruh Peserta sebagaimana diatur
dalam Dokumen Permintaan Proposal (RfP).
d)
Apabila tidak ada satupun Peserta yang hadir, atau
Peserta/Perwakilan Peserta yang hadir tidak bersedia
menandatangani Berita Acara Pemberian Penjelasan maka
Berita Acara Pemberian Penjelasan cukup ditandatangani
oleh Panitia Pengadaan yang hadir.
6) Pemberian penjelasan sebagaimana dimaksud angka 4) huruf b)
dilakukan dengan ketentuan sebagai berikut:
a) Peserta dapat menyampaikan pertanyaan secara tertulis sejak
pengambilan Dokumen Permintaan Proposal (RfP) sampai
dengan batas akhir pengajuan pertanyaan sebagaimana
ditetapkan dalam Dokumen Permintaan Proposal (RfP).
b) Panitia Pengadaan segera menjawab pertanyaan dari peserta
dan menyampaikan hasil jawaban kepada seluruh peserta.
c)
seluruh pertanyaan dan jawaban yang disampaikan
sebagaimana dimaksud pada huruf a) dan b) dituangkan
dalam Daftar Pertanyaan dan Jawaban yang selanjutnya
menjadi lampiran dari Berita Acara Pemberian Penjelasan.
7) Dalam hal dilakukan pemberian penjelasan dengan Peninjauan
Lapangan, maka hasil Pemberian Penjelasan tersebut dituangkan
dalam Berita Acara Pemberian Penjelasan Peninjauan Lapangan.
8) Panitia Pengadaan memberikan penjelasan secara umum kepada
Peserta sekurang-kurangnya mengenai hal-hal sebagai berikut:
a) tahapan Pemilihan;
b) isi Dokumen Permintaan Proposal (RfP);
c) persyaratan yang ada dalam tahapan pemilihan;

202
d) rancangan perjanjian kerjasama; dan
e) dokumen yang berkaitan dengan Proyek KPBU.
d. Perubahan Dokumen Permintaan Proposal (RfP) jika
diperlukan;
1) apabila Berdasarkan Berita Acara Penjelasan, terdapat
hal baru atau perubahan penting yang perlu dimasukkan
dalam Dokumen Permintaan Proposal (RfP) maka
sampai dengan sebelum batas akhir waktu pemasukan
Dokumen Penawaran Panitia Pengadaan wajib
menuangkan hal baru atau perubahan penting tersebut ke
dalam perubahan Dokumen Permintaan Proposal (RfP).
2) perubahan sebagaimana dimaksud pada angka 1) harus
mendapatkan persetujuan dari PJPK. PJPK memberikan
persetujuan paling lambat 5 (lima) hari kerja setelah
perubahan diusulkan oleh Panitia Pengadaan.
3) apabila PJPK tidak memberikan jawaban sebagaimana
dimaksud pada angka 2) maka PJPK dianggap tidak
menyetujui perubahan Dokumen Permintaan Proposal
(RfP) yang diusulkan.
4) dalam hal terdapat perubahan Dokumen Permintaan
Proposal (RfP), Panitia Pengadaan memberitahukan
secara tertulis dengan melampirkan perubahan Dokumen
Permintaan Proposal (RfP) kepada seluruh Peserta.
Apabila ketentuan baru atau perubahan penting
tersebut tidak dituangkan dalam revisi Dokumen
Permintaan Proposal (RfP), ketentuan baru atau
perubahan tersebut dianggap tidak ada dan ketentuan
yang berlaku adalah Dokumen Permintaan Proposal
(RfP) sebelumnya.
5) setiap perubahan Dokumen Permintaan Proposal
(RfP) merupakan bagian yang tidak terpisahkan dari
Dokumen Permintaan Proposal (RfP) dan disampaikan
kepada seluruh Peserta.
6) dalam ...
203
6) dalam hal terdapat perubahan Dokumen Permintaan
Proposal (RfP) Panitia Pengadaan dapat memberikan
tambahan waktu batas akhir pemasukan Dokumen
Penawaran.

e. Pemasukan Dokumen Penawaran.


1) Peserta menyampaikan Dokumen Penawaran kepada
Panitia Pengadaan sesuai jadwal yang ditetapkan dalam
Dokumen Permintaan Proposal (RfP).
2) Dokumen Penawaran disampaikan dalam 2 (dua) sampul.
Sampul I berisi Dokumen Penawaran administrasi dan
teknis, Sampul II berisi Dokumen Penawaran finansial.
3) Panitia Pengadaan menolak Dokumen Penawaran
yang masuk setelah batas akhir pemasukan Dokumen
Penawaran.
4) Peserta menyampaikan Dokumen Penawaran sesuai
dengan yang dipersyaratkan dalam Dokumen Permintaan
Proposal (RfP), yang meliputi [1]:
a) Dokumen Penawaran administrasi
Peserta menyampaikan Dokumen Penawaran
administrasi sebagaimana yang dipersyaratkan
sekurang-kurangnya mencakup:
(1) Surat penawaran;
(2) Surat kuasa;
(3) Surat perjanjian konsorsium;
(4) Surat pernyataan yang diperlukan;
(5) Jaminan penawaran yang memenuhi ketentuan
sebagai berikut:
(a)
nama peserta sama dengan nama yang
tercantum dalam surat jaminan penawaran.

204
Dalam hal peserta dalam bentuk konsorsium,
jaminan penawaran mencantumkan nama
konsorsium sesuai yang tercantum dalam
perjanjian konsorsium;
(b) proyek KPBU yang dijamin sama dengan
proyek kerjasama yang dilelangkan;
(c) dalam hal peserta dinyatakan wanprestasi
oleh Panitia Pengadaan, maka jaminan
penawaran tidak dapat ditarik kembali oleh
peserta;
(d) jaminan penawaran harus dapat dicairkan
oleh Panitia Pengadaan tanpa syarat
sebesar nilai jaminan dalam jangka waktu
paling lambat 14 (empat belas) hari kerja
setelah surat pernyataan wanprestasi dari
Panitia Pengadaan diterima oleh penerbit
jaminan;
(e) masa berlaku surat jaminan penawaran
berlaku sampai dengan 1 (satu) bulan setelah
penerbitan surat penetapan pemenang lelang;
(f) peserta yang diumumkan sebagai pemenang,
wajib memperpanjang masa berlaku jaminan
penawaran sampai dengan Perjanjian KPBU
ditandatangani. Perpanjangan jaminan
penawaran diterima Panitia Pengadaan paling
lambat 10 (sepuluh) hari kerja setelah proses
sanggah berakhir;
(g) jaminan penawaran dicairkan dan disetorkan
ke Kas Negara/Daerah apabila:
i. calon pemenang/pemenang mengundurkan
diri;

ii Peserta...
205
ii. Peserta menarik kembali Dokumen
Penawaran selama masa berlaku
penawaran;
iii. Dokumen Penawaran Peserta diketahui
berisi pernyataan palsu; atau
iv. Badan Usaha Pelaksana KPBU tidak
menandatangani Perjanjian KPBU
dalam waktu 40 (empat puluh) [2] hari
kerja setelah terbentuknya Badan Usaha
Pelaksana.
(h) dalam hal terjadi perubahan jadwal yang
mengakibatkan diperlukannya perpanjangan
masa berlaku surat penawaran dan
jaminan penawaran maka Panitia Pengadaan
meminta secara tertulis kepada Peserta untuk
melakukan perpanjangan surat penawaran
dan jaminan penawaran. Apabila Peserta
tersebut menolak atau tidak menyerahkan
perpanjangan masa berlaku penawaran dan
jaminan penawaran, maka peserta Pelelangan
digugurkan dan jaminan penawaran
dikembalikan kepada peserta.

b) Dokumen Penawaran Teknis sekurang-kurangnya


berisi:
(1) Data teknis antara lain berisi:
(a) informasi teknis;
(b) gambar;
(c) data kinerja termasuk prosedur uji kinerja;
(d) data terkait proyek dan lingkungan;
(e) data operasional dan pemeliharaan;

206
(f) data ringkasan proyek; dan
(g) rencana pengalihan aset.
(2) data pendukung;
(3) rencana jadwal pelaksanaan proyek; dan
(4) rencana organisasi dan manajemen pelaksanaan
Proyek KPBU.

f. Pembukaan Dokumen Penawaran sampul I;


1) Pembukaan Dokumen Penawaran Sampul I dilakukan
oleh Panitia Pengadaan di hadapan Peserta pada waktu
dan tempat yang telah ditetapkan.
2) Panitia Pengadaan meminta kesediaan wakil dari Peserta
yang hadir sebagai saksi. Apabila tidak ada atau hanya ada
1 (satu) saksi dari Peserta yang hadir, maka pembukaan
Dokumen Penawaran Sampul I ditunda oleh Panitia
Pengadaan selama 1 (satu) jam.
3) Apabila setelah ditunda selama 1 (satu) jam, tidak ada
wakil dari Peserta yang hadir atau hanya ada 1 (satu)
Peserta sebagai saksi, acara pembukaan Dokumen
Penawaran Sampul I tetap dilakukan dengan disaksikan
oleh 2 (dua) orang saksi di luar Panitia Pengadaan, yang
ditunjuk secara tertulis oleh Panitia Pengadaan.
4) Pembukaan Dokumen Penawaran Sampul I dituangkan
dalam Berita Acara Pembukaan Dokumen Penawaran
Sampul I dan ditandatangani oleh seluruh Panitia
Pengadaan yang hadir dan para saksi.
5) salinan Berita Acara Pembukaan Dokumen Penawaran
didistribusikan kepada seluruh Peserta.

g. Evaluasi ...
207
g. Evaluasi Dokumen Penawaran
1) Panitia Pengadaan melakukan evaluasi Dokumen
Penawaran Sampul I sesuai dengan ketentuan dan tata
cara yang telah diatur dalam Dokumen Permintaan
Proposal (RfP);
2)
Panitia Pengadaan akan mengevaluasi Dokumen
Penawaran Sampul I dari peserta yang responsif;
3) Penawaran responsif adalah penawaran yang memenuhi
syarat, ketentuan dan spesifikasi yang terdapat pada
Dokumen Permintaan Proposal (RfP) tanpa ada
perbedaan substansi yang signifikan. Perbedaan substansi
yang signifikan adalah perbedaan yang berdampak pada
perubahan ruang lingkup, kualitas dan kinerja proyek;
4) Dalam melakukan evaluasi Panitia Pengadaan dilarang
mengubah, manambah dan/atau mengurangi kriteria
serta tata cara evaluasi setelah batas akhir pemasukan
Dokumen Penawaran;
5) Evaluasi Dokumen Penawaran Sampul I meliputi:
a) evaluasi administrasi;
(1) evaluasi administrasi dilakukan dengan sistem
gugur terhadap pemenuhan persyaratan
administrasi.
(2) Panitia Pengadaan hanya menggugurkan hal yang
bersifat substantif.
b) evaluasi teknis:
(1) evaluasi teknis dilakukan terhadap peserta yang
memenuhi persyaratan administrasi.
(2)
evaluasi teknis dilakukan dengan
mempertimbangkan kesesuaian penawaran
teknis dengan merujuk pada persyaratan yang
ditetapkan Dokumen Permintaan Proposal (RfP).

208
Panitia Pengadaan akan memberi nilai angka
tertentu pada setiap pemenuhan unsur
persyaratan teknis dengan bobot yang telah
ditetapkan dalam Dokumen Permintaan Proposal
(RfP). Masing-masing unsur dari persyaratan
teknis diberi bobot dengan total bobot
keseluruhan unsur berjumlah 100% (seratus
perseratus).
(3)
penawaran dinyatakan lulus teknis apabila
masing-masing unsur maupun total keseluruhan
unsur memenuhi ambang batas.
(4)
dalam melakukan evaluasi, Panitia dapat
meminta Peserta Pelelangan untuk memaparkan
Dokumen Penawaran teknis.

6) jika tidak ada Dokumen Penawaran yang memenuhi


syarat maka proses Pelelangan gagal.

h. Pemberitahuan hasil evaluasi Dokumen Penawaran Sampul I;


1) Panitia Pengadaan menyampaikan pemberitahuan hasil
evaluasi Dokumen Penawaran Sampul I kepada setiap
Peserta.
2) Kepada Peserta yang tidak lulus evaluasi Dokumen
Penawaran Sampul I, Panitia Pengadaan menyampaikan
hasil evaluasi disertai dengan alasannya.
3) Penyampaian hasil evaluasi sebagaimana dimaksud pada
angka 1) dan angka 2) dapat disampaikan melalui surat
elektronik.

i. Pembukaan Dokumen Penawaran sampul II;

1) Panitia ...
209
1) Panitia Pengadaan mengundang Peserta yang lulus
evaluasi Dokumen Penawaran Sampul I untuk
menghadiri acara pembukaan Dokumen Penawaran
sampul II pada waktu dan tempat yang ditentukan.
2) Pembukaan Dokumen Penawaran sampul II dilakukan
oleh Panitia Pengadaan di hadapan Peserta yang lulus
evaluasi Dokumen Penawaran sampul I pada waktu dan
tempat yang telah ditetapkan.
3) Panitia Pengadaan meminta kesediaan wakil dari Peserta
yang hadir sebagai saksi. Apabila tidak ada atau hanya ada
1 (satu) saksi dari Peserta yang hadir, maka pembukaan
Dokumen Penawaran Sampul II ditunda oleh Panitia
Pengadaan selama 1 (satu) jam.
4) Apabila setelah ditunda selama 1 (satu) jam, tidak ada
wakil dari Peserta yang hadir atau hanya ada 1 (satu)
Peserta sebagai saksi, acara pembukaan Dokumen
Penawaran Sampul II tetap dilakukan dengan disaksikan
oleh 2 (dua) orang saksi di luar Panitia Pengadaan, yang
ditunjuk secara tertulis oleh Panitia Pengadaan.
5) Pembukaan Dokumen Penawaran Sampul II dituangkan
dalam Berita Acara Pembukaan Dokumen Penawaran
sampul II dan ditandatangani oleh seluruh Panitia
Pengadaan yang hadir dan para saksi.
6) Salinan Berita Acara Pembukaan Dokumen Penawaran
Sampul II didistribusikan kepada seluruh peserta yang
lulus sampul I.

j. Evaluasi Dokumen Penawaran sampul II;


1) Panitia Pengadaan melakukan evaluasi Dokumen
Penawaran Sampul II sesuai dengan ketentuan dan tata
cara yang telah diatur dalam Dokumen Permintaan
Proposal (RfP).

210
2) Dokumen Penawaran Finansial terdiri dari:
a) Surat penawaran finansial yang disertai dengan
model keuangan dalam bentuk hasil cetak
(hardcopy) dan kertas kerja elektronik (spreadsheet)
beserta penjelasan penggunaan modelnya. Surat
penawaran mencantumkan masa berlaku penawaran
finansial, dan ditandatangani oleh pihak yang
berwenang mewakili Badan Usaha/konsorsium;
b) Data keuangan dan model keuangan mencakup
antara lain:
(1) Rencana pembiayaan proyek;
(2) Rencana kapitalisasi awal;
(3) Rencana investasi;
(4) Biaya operasi dan pemeliharaan;
(5) Laporan arus kas;
(6) Neraca keuangan;
(7) Laporan Laba Rugi;
(8) Tingkat pengembalian modal/ analisa arus
kas terdiskonto yang menunjukkan tingkat
pengembalian investasi proyek;
(9) Rasio keuangan termasuk debt service coverage
ratio (DSCR) dan rasio profitabilitas; dan
(10) Perhitungan tarif disertai dengan asumsi yang
digunakan dalam penyiapan model keuangan dan
laporan keuangan.
c) Manfaat (claw back) yang diberikan kepada
pemerintah (apabila ada).
3) Dalam melakukan evaluasi, Panitia Pengadaan melakukan
evaluasi sesuai dengan ketentuan dan tata cara yang telah
diatur dalam Dokumen Permintaan Proposal (RfP).

4) Dalam ...
211
4) Dalam hal evaluasi menggunakan sistem finansial terbaik,
maka peserta yang lolos ambang batas teknis dan
menawarkan harga/tarif/Dukungan Pemerintah
(availability payment)/Dukungan kelayakan terendah
menjadi pemenang.
5) Dalam hal evaluasi menggunakan Sistem Nilai, evaluasi
dilakukan dengan cara sebagai berikut:
a) Panitia Pengadaan memberi nilai angka tertentu pada
setiap pemenuhan unsur yang menjadi kriteria dalam
penilaian penawaran finansial sesuai bobot yang
telah ditetapkan dalam Dokumen Permintaan
Proposal (RfP).
b) Masing-masing unsur yang ditetapkan sebagai
kriteria penilaian diberi bobot dan total bobot
keseluruhan unsur berjumlah 100% (seratus
perseratus).
c) Dalam hal proyek KPBU mendapatkan Dukungan
Kelayakan maka penentuan bobot finansial harus
lebih besar dari bobot teknis.
d) Penetapan peringkat disusun berdasarkan total
jumlah capaian kombinasi nilai teknis dan nilai
finansial.
6) Dalam melakukan evaluasi, Panitia Pengadaan melakukan
koreksi aritmatik atas kesalahan perhitungan,
penjumlahan dan sejenisnya. Hasil koreksi tersebut
diklarifikasi dan selanjutnya dituangkan dalam Berita
Acara Klarifikasi dan Koreksi Aritmatik.
7) Penawaran Peserta akan disesuaikan dengan koreksi atas
kesalahan tersebut.
8) Dalam melakukan evaluasi, Panitia Pengadaan dapat
meminta Peserta untuk memaparkan Dokumen
Penawaran Finansial.
9) Panitia Pengadaan menyusun Berita Acara Hasil Evaluasi

212
Dokumen Penawaran Sampul II yang merupakan
hasil evaluasi administrasi, evaluasi dokumen teknis, dan
evaluasi dokumen finansial.
10)
Berita Acara Hasil Evaluasi Dokumen Penawaran
Sampul II ditandatangani oleh paling kurang dua pertiga
dari jumlah anggota Panitia Pengadaan.
11) jika tidak ada Dokumen Penawaran yang memenuhi
syarat, PJPK menyatakan proses Pelelangan gagal.

k. Penerbitan Berita Acara Hasil Pelelangan.


1) Panitia Pengadaan menyusun Berita Acara Hasil
Pelelangan (BAHP).
2) BAHP merupakan kesimpulan dari hasil evaluasi
administrasi, teknis dan finansial yang dibuat oleh
Panitia Pengadaan dan ditandatangani oleh paling kurang
dua pertiga dari jumlah anggota Panitia Pengadaan;
3) BAHP bersifat rahasia sampai dengan pengumuman
pemenang;
4) BAHP harus memuat hal-hal sebagai berikut:
a) Nama semua peserta;
b) Perkiraan nilai investasi penawaran dari masing-
masing peserta Pelelangan;
c) Metode evaluasi yang digunakan;
d) Unsur-unsur yang dievaluasi;
e) Keterangan lain yang dianggap perlu mengenai
pelaksanaan Pelelangan;
f) Jumlah Peserta yang lulus dan tidak lulus pada setiap
tahapan evaluasi;
g) Tanggal dibuatnya berita acara; dan
h) Peringkat peserta.

1. Penetapan ...
213
l. Penetapan pemenang
1) Berdasarkan Berita Acara Hasil Pelelangan, Panitia
Pengadaan membuat dan menyampaikan laporan kepada
PJPK untuk menetapkan pemenang.
2) Laporan sebagaimana dimaksud angka 1), disertai usulan
calon pemenang, calon pemenang cadangan satu dan dua
(apabila ada).
3) PJPK menetapkan pemenang lelang, pemenang cadangan
satu dan dua (apabila ada) berdasarkan usulan dari
Panitia Pengadaan paling lambat 10 (sepuluh) hari kerja.
4) Dalam hal PJPK tidak setuju dengan usulan Panitia
pengadaan, maka PJPK membahas hal tersebut dengan
Panitia Pengadaan untuk mengambil keputusan yang
kemudian dituangkan kedalam Berita Acara yang
ditandatangani oleh PJPK dan Panitia Pengadaan.
5) Berita Acara sebagaimana dimaksud pada angka 4)
memuat informasi keberatan dan kesepakatan pada saat
pembahasan.
6) Keputusan sebagaimana dimaksud angka 4) berupa
menyetujui usulan Panitia Pengadaan atau melakukan
evaluasi ulang.

m. Pengumuman hasil pelelangan


1) Berdasarkan penetapan pemenang oleh PJPK, Panitia
Pengadaan mengumumkan hasil lelang kepada setiap
Peserta melalui surat elektronik dan menayangkan di
website instansi PJPK dan/atau media cetak sesuai jadwal
yang telah ditetapkan.
2) Panitia Pengadaan mengumumkan pemenang Pelelangan
setelah BAHP diterbitkan.
3) Isi dari pengumuman hasil pelelangan sekurang-

214
kurangnya:
a) Nama proyek kerjasama;
b) Nama PJPK;
c) Nama dan alamat pemenang;
d) Jangka waktu kerjasama; dan
e) Nilai investasi yang dilakukan oleh pemenang.
n. Sanggahan
1) Peserta yang memasukkan Dokumen Penawaran dapat
menyampaikan sanggahan secara tertulis atas hasil
pemilihan dengan disertai bukti awal yang cukup tentang
terjadinya penyimpangan/pelanggaran.
2) Jangka waktu penyampaian sanggahan ditetapkan
oleh Panitia Pengadaan dalam dokumen pemilihan
dengan waktu paling lama 5 (lima) hari kerja setelah
pengumuman pemenang.
3) Peserta yang memasukkan Dokumen Penawaran dapat
mengajukan sanggahan bersama-sama dengan Peserta
lainnya.
4) Peserta yang memasukkan penawaran hanya dapat
melakukan sanggahan yang meliputi hal-hal sebagai
berikut:
a) Penyimpangan ketentuan dan prosedur diatur
Peraturan Kepala ini dan yang telah ditetapkan dalam
Dokumen Permintaan Proposal (RfP);
b) Rekayasa tertentu sehingga menghalangi terjadinya
persaingan usaha yang sehat; dan/atau
c) Penyalahgunaan wewenang oleh Panitia Pengadaan
dan/atau pejabat yang berwenang lainnya dalam
proses pemilihan.

5) PJPK ...
215
5) PJPK memberikan jawaban tertulis atas semua sanggahan
paling lambat 10 (sepuluh) hari kerja setelah diterimanya
sanggahan.
6) Apabila PJPK tidak memberikan jawaban sebagaimana
dimaksud angka 5) maka PJPK dianggap menolak
sanggahan.
7) Sanggahan tidak menghentikan proses pemilihan.
8) Apabila sanggahan dinyatakan benar oleh PJPK, maka
PJPK menyatakan evaluasi ulang atau menyatakan
Pelelangan gagal.

o. Penerbitan Surat Pemenang Lelang (letter of award)


1) PJPK menerbitkan Surat Pemenang Lelang dengan
ketentuan:
a) tidak ada sanggahan dari Peserta pelelangan;
b) sanggahan terbukti tidak benar;
c) masa sanggahan telah berakhir; dan
d) pemenang lelang sudah memperpanjang surat
jaminan penawaran yang berlaku sampai dengan
penandatanganan perjanjian kerjasama.
2) PJPK menerbitkan Surat Pemenang Lelang selambat-
lambatnya 7 (tujuh) hari kerja setelah proses sanggah
selesai;
3) Pemenang yang mengundurkan diri setelah diterbitkan
Surat Pemenang Lelang dengan alasan yang tidak dapat
diterima oleh PJPK maka jaminan penawaran dicairkan
dan disetor ke Kas Negara/Daerah, dan pemenang
tersebut juga dikenakan sanksi berupa pencantuman
dalam Daftar Hitam;
4)
Apabila pemenang mengundurkan diri setelah

216
diterbitkan Surat Pemenang Lelang dengan alasan yang
dapat diterima oleh PJPK, maka Jaminan Penawaran
dicairkan dan disetor ke Kas Negara/Daerah;
5) Apabila pemenang yang ditetapkan mengundurkan diri,
maka PJPK dapat menerbitkan Surat Pemenang Lelang
kepada pemenang cadangan satu dengan ketentuan:
a) Pemenang cadangan tersebut ditetapkan terlebih
dahulu sebagai pemenang; dan
b) Surat penawaran dan jaminan penawaran masih
berlaku atau jangka waktunya sudah diperpanjang
sampai dengan penandatanganan perjanjian
kerjasama.
6) Apabila pemenang cadangan satu yang ditetapkan
mengundurkan diri, maka PJPK dapat menerbitkan Surat
Pemenang Lelang kepada pemenang cadangan dua
dengan ketentuan:
a) Pemenang cadangan tersebut ditetapkan terlebih
dahulu sebagai pemenang;
b) Surat penawaran dan jaminan penawaran masih
berlaku atau jangka waktunya sudah diperpanjang
sampai dengan penandatanganan perjanjian
kerjasama.
7) Apabila semua pemenang mengundurkan diri maka PJPK
menyatakan lelang gagal.

p. Persiapan penandatanganan Perjanjian KPBU;


1) Berdasarkan Surat Pemenang Lelang yang diterbitkan,
PJPK melakukan persiapan penandatangan Perjanjian
KPBU sebagai berikut:
a) Menerbitkan surat penunjukan Badan Usaha

Pemenang ...
217
Pemenang Lelang sebagai pelaksana proyek KPBU
dalam jangka waktu paling lama 10 (sepuluh) hari
kerja setelah Surat Pemenang Lelang diterbitkan; dan
b) Melakukan finalisasi terhadap rancangan Perjanjian
KPBU. Dalam proses finalisasi rancangan perjanjian
tidak diperkenankan mengubah substansi yang telah
dikompetisikan.
2) Dalam proses persiapan penandatangan Perjanjian
KPBU, PJPK dapat dibantu oleh Tim KPBU dan Panitia
Pengadaan.
2. Pelelangan Dua Tahap meliputi kegiatan sebagai berikut:
a. Undangan kepada Peserta yang lulus Prakualifikasi dengan
melampirkan Dokumen Permintaan Proposal (RfP);
1) Panitia Pengadaan mengundang seluruh peserta yang lulus
Prakualifikasi dengan melampirkan Dokumen Permintaan
Proposal (RfP) dan formulir Surat Kerahasiaan kepada Peserta;
2) Isi dari Rancangan Dokumen Permintaan Proposal (RfP)
sekurang-kurangnya terdiri dari:
a) Penjelasan umum dari Proyek KPBU;
b) Instruksi kepada Peserta mencakup:
(1) Instruksi umum antara lain namun tidak terbatas:
(a) ketentuan konsorsium;
(b) uji tuntas (due diligence);
(c) jadwal pengadaan;
(d) penyediaan Ruang Data dan Informasi; dan
(e) penandatanganan kontrak.
(2) Penyiapan Dokumen Penawaran:
(a) bahasa yang digunakan;
(b) struktur dan isi dokumen penawaran;

218
(c) masa berlaku penawaran;
(d) format surat penawaran; dan
(e) pernyataan minat.
(3) Pemasukan dokumen penawaran:
(a) batas waktu pemasukan penawaran; dan
(b) perlakuan terhadap penawaran yang terlambat.
(4) Hal terkait kerahasiaan;
(5) Pertentangan kepentingan, praktek KKN;
(6) Metode komunikasi dengan Panitia Pengadaan;
(7) Penandatanganan persyaratan persaingan usaha yang
sehat;
(8) Tanggung jawab peserta; dan
(9) Komitmen pengaturan korporasi.

c) Ketentuan pembukaan dan evaluasi Dokumen Penawaran.


Panitia Pengadaan menetapkan tata cara pembukaan
Dokumen Penawaran dan evaluasi penawaran yang didukung
dengan kriteria penilaian yang jelas dan terukur;
d) Larangan Korupsi, Kolusi dan Nepotisme (KKN), penipuan
serta pertentangan kepentingan;
e) Spesifikasi layanan yang dipersyaratkan mencakup antara
lain, namun tidak terbatas pada:
(1) Spesifikasi standar kinerja atau kualitas layanan disertai
dengan deskripsi paramater teknis;
(2) Kondisi dan nilai dari aset di akhir periode proyek
ketika aset dikembalikan kepada PJPK untuk memenuhi
persyaratan siklus penggantian dan pemeliharaan oleh

Badan ...
219
Badan Usaha yang akan berdampak secara finansial
kepada peserta lelang; dan
(3) Tingkat minimum spesifikasi input untuk memenuhi
kinerja kebutuhan proyek.
f) Matriks alokasi risiko;
g) Mekanisme pembayaran atas:
(1) layanan KPBU dan pembiayaan Proyek KPBU; dan
(2) ketentuan insentif dan pinalti.
h) Model keuangan termasuk sumber pendanaan;
i) Pemenuhan persyaratan yang terkait aspek hukum, sosial,
lingkungan;
j) Jaminan dan persyaratan jaminan;
k) Hal-hal lain yang dianggap perlu oleh Panitia Pengadaan
untuk dicantumkan dan dipersyaratkan di dalam Dokumen
Permintaan Proposal (RfP); dan
l) Lampiran-lampiran yang terdiri atas:
(1) Memorandum informasi;
(2) Rancangan Perjanjian KPBU;
(3)
Ketentuan utama perjanjian penjaminan (apabila
membutuhkan Jaminan Pemerintah); dan
(4) Dokumen lain yang diperlukan.
3) Penyampaian undangan beserta Dokumen Permintaan Proposal
(RfP) dapat dilakukan melalui surat elektronik.
b. Penyampaian Surat kerahasiaan
Peserta menyampaikan Surat Kerahasaiaan segera setelah menerima
Dokumen Permintaan Proposal (RfP) untuk mendapakan akses
Ruangan Data dan Informasi (Data Room).

220
c. Pemberian penjelasan
1) penjelasan dilakukan secara terbuka, transparan dan tidak
diskriminatif.
2)
Panitia Pengadaan melaksanakan pemberian penjelasan
Dokumen Permintaan Proposal (RfP) di tempat dan waktu yang
telah ditetapkan.
3) Dalam proses penjelasan termasuk memberikan kesempatan
kepada peserta untuk menyampaikan masukan.
4) pemberian penjelasan dilakukan dengan cara:
a) penjelasan secara langsung pada rapat pemberian penjelasan
yang dihadiri oleh Peserta;
b) Panitia Pengadaan memberikan kesempatan kepada seluruh
Peserta untuk menyampaikan pertanyaan secara tertulis; dan
c) apabila dipandang perlu, pemberian penjelasan dilakukan
dengan peninjauan lapangan.
5) pemberian penjelasan sebagaimana dimaksud angka 4) huruf a)
dilakukan dengan ketentuan sebagai berikut:
a) Peserta dapat memberikan pertanyaan dan/atau tanggapan
terhadap Dokumen Permintaan Proposal (RfP) dan/atau
Proyek KPBU. Dalam hal Peserta berbentuk konsorsium,
maka diwakili oleh pimpinan (lead) konsorsium atau pihak
yang diberi kuasa oleh pimpinan (lead) konsorsium;
b) ketidakhadiran Peserta pada pemberian penjelasan Dokumen
Permintaan Proposal (RfP) tidak dapat dijadikan dasar untuk
menggugurkan/menolak penawaran;
c) pemberian penjelasan dituangkan dalam Berita Acara
Pemberian Penjelasan yang ditandatangani oleh Panitia
Pengadaan dan Peserta atau perwakilan Peserta yang hadir
dan disampaikan kepada seluruh Peserta sebagaimana diatur
dalam Dokumen Permintaan Proposal (RfP); dan

d) apabila ...
221
d) apabila tidak ada satupun Peserta yang hadir, atau Peserta/
Perwakilan Peserta yang hadir tidak bersedia
menandatangani Berita Acara Pemberian Penjelasan maka
Berita Acara Pemberian Penjelasan cukup ditandatangani
oleh Panitia Pengadaan yang hadir.

6) pemberian penjelasan sebagaimana dimaksud angka 4) huruf b)


dilakukan dengan ketentuan sebagai berikut:
a) Peserta dapat menyampaikan pertanyaan secara tertulis
sejak pengambilan Dokumen Permintaan Proposal
(RfP) sampai dengan batas akhir pengajuan pertanyaan
sebagaimana ditetapkan dalam Dokumen Permintaan
Proposal (RfP);
b) Panitia Pengadaan segera menjawab pertanyaan dari peserta
dan menyampaikan hasil jawaban kepada seluruh peserta;
dan
c)
seluruh pertanyaan dan jawaban yang disampaikan
sebagaimana dimaksud pada huruf a) dan b) dituangkan
dalam Daftar Pertanyaan dan Jawaban yang selanjutnya
menjadi lampiran dari Berita Acara Pemberian Penjelasan.
7) Dalam hal dilakukan pemberian penjelasan dengan Peninjauan
Lapangan, maka hasil Pemberian Penjelasan tersebut dituangkan
dalam Berita Acara Pemberian Penjelasan Peninjauan Lapangan.
8) Panitia Pengadaan memberikan penjelasan secara umum kepada
Peserta sekurang-kurangnya meliputi:
a) tahapan pemilihan;
b) isi Dokumen Permintaan Proposal (RfP);
c) persyaratan yang ada dalam tahapan pemilihan;
d) rancangan perjanjian kerjasama; dan
e) dokumen yang berkaitan dengan Proyek KPBU.

222
d. Perubahan Dokumen Permintaan Proposal (RfP) jika
diperlukan;
1) Apabila Berdasarkan Berita Acara Penjelasan, terdapat
hal baru atau perubahan penting yang perlu dimasukkan
dalam Dokumen Permintaan Proposal (RfP) maka
sampai dengan sebelum batas akhir waktu pemasukan
Dokumen Penawaran Panitia Pengadaan wajib
menuangkan hal baru atau perubahan penting tersebut ke
dalam perubahan Dokumen Permintaan Proposal (RfP).
2) Perubahan sebagaimana dimaksud pada angka 1) harus
mendapatkan persetujuan dari PJPK. PJPK memberikan
persetujuan paling lambat 5 (lima) hari kerja setelah
perubahan diusulkan oleh Panitia Pengadaan.
3) Apabila PJPK tidak memberikan jawaban sebagaimana
angka 2) maka PJPK dianggap tidak menyetujui
perubahan Dokumen Permintaan Proposal (RfP) yang
diusulkan.
4) Dalam hal terdapat perubahan Dokumen Permintaan
Proposal (RfP), Panitia Pengadaan memberitahukan
secara tertulis dengan melampirkan perubahan Dokumen
Permintaan Proposal (RfP) kepada seluruh Peserta.
Apabila ketentuan baru atau perubahan penting
tersebut tidak dituangkan dalam revisi Dokumen
Permintaan Proposal (RfP), ketentuan baru atau
perubahan tersebut dianggap tidak ada dan ketentuan
yang berlaku adalah Dokumen Permintaan Proposal
(RfP) sebelumnya.
5) Setiap perubahan Dokumen Permintaan Proposal
(RfP) merupakan bagian yang tidak terpisahkan dari
Dokumen Permintaan Proposal (RfP) dan disampaikan
kepada seluruh Peserta.
6) Dalam hal terdapat perubahan Dokumen Permintaan
Proposal (RfP) Panitia Pengadaan dapat memberikan

tambahan ...
223
tambahan waktu batas akhir pemasukan Dokumen
Penawaran.

e. Pemasukan Dokumen Penawaran Tahap I (dokumen


administrasi dan dokumen teknis)
1) Peserta menyampaikan Dokumen Penawaran Tahap I
kepada Panitia Pengadaan sesuai jadwal yang ditetapkan
dalam Dokumen Permintaan Proposal (RfP).
2)
Dokumen Penawaran Tahap I berisi dokumen
administrasi dan teknis;
3) Panitia Pengadaan menolak Dokumen Penawaran Tahap
I yang masuk setelah batas akhir pemasukan Dokumen
Penawaran Tahap I.
4) Peserta menyampaikan Dokumen Penawaran Tahap
I sesuai dengan yang dipersyaratkan dalam Dokumen
Permintaan Proposal (RfP), yang meliputi[3]:
a) Dokumen Penawaran administrasi
Peserta menyampaikan Dokumen Penawaran
administrasi sebagaimana yang dipersyaratkan
sekurang-kurangnya mencakup:
(1) surat penawaran;
(2) surat kuasa;
(3) surat perjanjian konsorsium;
(4) surat pernyataan lainya apabila diperlukan; dan
(5) masukan (mark-ups) terhadap rancangan
Perjanjian KPBU.
b) Dokumen Penawaran teknis sekurang-kurangnya
berisi :
(1) Data teknis antara lain berisi:

224
(a) informasi teknis;
(b) gambar;
(c) data kinerja termasuk prosedur uji kinerja;
(d) data terkait proyek dan lingkungan;
(e) data operasional dan pemeliharaan;
(f) data ringkasan proyek; dan
(g) rencana pengalihan aset.
(2) Data pendukung;
(3) Rencana jadwal pelaksanaan proyek; dan
(4) Rencana organisasi dan manajemen pelaksanaan
Proyek KPBU.
c) Pembukaan Dokumen Penawaran Tahap I;
(1) Pembukaan Dokumen Penawaran dilakukan oleh
Panitia Pengadaan di hadapan Peserta pada waktu
dan tempat yang telah ditentukan.
(2) Panitia Pengadaan meminta kesediaan wakil dari
Peserta yang hadir sebagai saksi. Apabila tidak
ada atau hanya ada 1 (satu) saksi dari Peserta yang
hadir, maka pembukaan Dokumen Penawaran
Tahap I ditunda oleh Panitia Pengadaan selama 1
(satu) jam.
(3) Apabila setelah ditunda selama 1 (satu) jam,
tidak ada wakil Peserta yang hadir atau hanya ada
1 (satu) Peserta sebagai saksi, acara pembukaan
Dokumen Penawaran Tahap I tetap dilakukan
dengan disaksikan oleh 2 (dua) orang saksi di luar
Panitia Pengadaan, yang ditunjuk secara tertulis
oleh Panitia Pengadaan.
(4)
Pembukaan Dokumen Penawaran Tahap I

(4) Pembukaan ...


225
dituangkan dalam Berita Acara Pembukaan
Dokumen Penawaran Tahap I dan ditandatangani
oleh seluruh Panitia Pengadaan yang hadir dan
para saksi.
(5)
Salinan Berita Acara Pembukaan Dokumen
Penawaran Tahap I didistribusikan kepada
seluruh Peserta.

f. Evaluasi Dokumen Penawaran Tahap I;


1) Panitia Pengadaan melakukan evaluasi Dokumen
Penawaran Tahap I sesuai dengan ketentuan dan tata cara
yang telah diatur dalam Dokumen Permintaan Proposal
(RfP).
2)
Panitia Pengadaan akan mengevaluasi Dokumen
Penawaran dari peserta yang responsif.
3) Penawaran responsif adalah penawaran yang memenuhi
syarat, ketentuan dan spesifikasi yang terdapat pada
Dokumen Permintaan Proposal (RfP) tanpa ada
perbedaan substansi yang signifikan. Perbedaan substansi
yang signifikan adalah perbedaan yang berdampak pada
perubahan ruang lingkup, kualitas dan kinerja proyek.
4) Dalam melakukan evaluasi Panitia Pengadaan dilarang
mengubah, manambah dan/atau mengurangi kriteria
serta tata cara evaluasi setelah batas akhir pemasukan
Dokumen Penawaran Tahap I.
5) Evaluasi Dokumen Penawaran Tahap I meliputi:
a) Evaluasi administrasi
(1) Evaluasi administrasi dilakukan dengan sistem
gugur terhadap pemenuhan persyaratan
administrasi; dan
(2) Panitia Pengadaan hanya menggugurkan hal yang
bersifat substantif.

226
b) Evaluasi teknis
(1) Secara umum evaluasi teknis dilakukan untuk
memastikan bahwa penawaran Peserta
memenuhi persyaratan yang ditetapkan dalam
Dokumen Permintaan Proposal (RfP) dan
memastikan pemenuhan tingkat layanan yang
tercantum dalam rancangan kontrak.
(2) Evaluasi teknis dilakukan terhadap Peserta yang
memenuhi persyaratan administrasi.
(3) Evaluasi teknis dilakukan dengan
mempertimbangkan kesesuaian penawaran
teknis dengan merujuk pada persyaratan yang
ditetapkan Dokumen Permintaan Proposal (RfP).
Panitia Pengadaan akan memberi nilai angka
tertentu pada setiap pemenuhan unsur
persyaratan teknis dengan bobot sebagaimana
yang telah ditetapkan dalam Dokumen
Permintaan Proposal (RfP). Masing-masing
unsur dari persyaratan teknis diberi bobot
dengan total bobot keseluruhan unsur berjumlah
100% (seratus perseratus).
(4) Penawaran dinyatakan lulus teknis apabila
masing-masing unsur maupun total keseluruhan
unsur memenuhi ambang batas.
(5) Dalam melakukan evaluasi, Panitia Pengadaan
dapat meminta Peserta untuk memaparkan
Dokumen Penawaran teknis.
6) Panitia Pengadaan menyusun Berita Acara Hasil Evaluasi
Dokumen Penawaran Tahap I.
7) Berita Acara Hasil Evaluasi Dokumen Penawaran Tahap
I ditandatangani oleh paling kurang dua pertiga dari
jumlah anggota Panitia Pengadaan.
8) Jika tidak ada Dokumen Penawaran Tahap I yang
memenuhi syarat maka proses Pelelangan gagal.
g. Pemberitahuan ...
227
g. Pemberitahuan Hasil Evaluasi Dokumen Penawaran Tahap I
kepada setiap peserta
1)
Panitia Pengadaan menyampaikan pemberitahuan
hasil evaluasi Dokumen Penawaran Tahap I kepada setiap
Peserta.
2) Terhadap Peserta yang lulus evaluasi Dokumen
Penawaran Tahap I, pemberitahuan hasil evaluasi
sebagaimana dimaksud pada angka 1) disertai dengan
undangan untuk melakukan pertemuan diskusi
optimalisasi teknis dan rancangan Perjanjian KPBU.
3) Terhadap Peserta yang tidak lulus evaluasi Dokumen
Penawaran Tahap I, pemberitahuan hasil evaluasi
sebagaimana dimaksud pada angka 1) disertai dengan
alasannya.
4) Penyampaian hasil evaluasi sebagaimana dimaksud pada
angka 2) dan angka 3) dapat disampaikan melalui surat
elektronik.

h. Diskusi mengenai optimalisasi teknis, aspek finasial dan


rancangan Perjanjian KPBU
1) Panitia Pengadaan melakukan pertemuan (one on one
meeting) dengan peserta yang lulus evaluasi Dokumen
Penawaran Tahap I untuk melakukan diskusi mengenai
optimalisasi teknis, aspek finansial dan rancangan
Perjanjian KPBU.
2) Sebelum dilakukan pertemuan (one on one meeting),
Peserta diminta menyerahkan daftar pertanyaan
berkaitan dengan proposal teknis untuk dilakukan
diskusi optimalisasi teknis, aspek finansial dan rancangan
perjanjian KPBU. Selanjutnya Panitia Pengadaan akan
memberikan tanggapan dengan menginformasikan
materi yang akan dibahas pada diskusi optimalisasi
teknis.

228
3) Materi yang didiskusikan untuk dilakukan optimalisasi
hanya terbatas pada hal yang relevan dengan output yang
dibutuhkan, tanpa mengubah pemenuhan persyaratan
minimum.
4) Hasil diskusi dengan masing-masing Peserta dituangkan
ke dalam berita acara. Panitia Pengadaan menghindari
pemberian penjelasan yang terlalu rinci untuk menjaga
proses kompetisi diantara Peserta dan memperlakukan
hasil diskusi dengan Peserta sebagai hal yang bersifat
penting dan rahasia.
5) Dari hasil diskusi dengan seluruh Peserta, Panitia
Pengadaan melakukan reviu, dan jika diperlukan
melakukan penyesuaian terhadap spesifikasi awal untuk
mendapatkan penawaran yang lebih baik sesuai
dengan kebutuhan, tanpa mengubah pemenuhan kriteria
minimum yang telah ditetapkan dan dikompetisikan.
6)
Dalam hal terdapat penyesuaian terhadap
spesifikasi awal dan rancangan dokumen Perjanjian
KPBU, penyesuaian tersebut dituangkan dalam
perubahan Dokumen Permintaan Proposal (RfP) dan
rancangan Perjanjian KPBU yang merupakan satu
kesatuan bagian tidak terpisahkan dengan Dokumen
Permintaan Proposal (RfP).
7) Dalam hal diskusi optimalisasi teknis menghasilkan
kesimpulan tidak memerlukan perubahan terhadap
spesifikasi awal dan rancangan dokumen Perjanjian
KPBU, maka Peserta diminta untuk memasukkan
penawaran harga.

i. Perubahan Dokumen Permintaan Proposal (RfP) jika


diperlukan;
1) Apabila terdapat hal baru atau perubahan yang perlu

dimasukkan ...
229
dimasukkan dalam Dokumen Permintaan Proposal (RfP),
maka Panitia Pengadaan wajib menuangkan hal baru
atau perubahan penting tersebut ke dalam Perubahan
Dokumen Permintaan Proposal (RfP);
2) Panitia Pengadaan mengajukan usulan Perubahan
Dokumen Permintaan Proposal (RfP) untuk
mendapatkan persetujuan PJPK setelah selesai
dilaksanakan diskusi mengenai optimalisasi teknis, aspek
finasial dan rancangan Perjanjian KPBU.
3) Pengajuan persetujuan Perubahan Dokumen Permintaan
Proposal (RfP) disertai dengan melampirkan Berita Acara
Hasil Diskusi Optimalisasi Teknis;
4) PJPK memberikan jawaban atas usulan Perubahan
Dokumen Permintaan Proposal (RfP) sebagaimana
dimaksud pada angka 2), paling lambat 5 (lima) hari kerja
setelah menerima usulan dari Panitia Pengadaan.
5) Apabila PJPK tidak memberikan jawaban atas usulan
sebagaimana dimaksud pada angka 4) maka PJPK
dianggap tidak menyetujui perubahan dokumen yang
diusulkan.
6) Panitia Pengadaan menerbitkan Perubahan Dokumen
Permintaan Proposal (RfP) termasuk rancangan
Perjanjian KPBU dan menyampaikan kepada Peserta
setelah surat persetujuan diterima.
7) Apabila ketentuan baru atau perubahan penting
tersebut tidak dituangkan dalam revisi Dokumen
Permintaan Proposal (RfP), ketentuan baru atau
perubahan tersebut dianggap tidak ada dan ketentuan
yang berlaku adalah Dokumen Permintaan Proposal
(RfP) sebelumnya.
8) Setiap perubahan Dokumen Permintaan Proposal
(RfP) merupakan bagian yang tidak terpisahkan dari
Dokumen Permintaan Proposal (RfP) dan disampaikan

230
kepada seluruh Peserta.
9) Dalam hal terdapat perubahan Dokumen Permintaan
Proposal (RfP) Panitia Pengadaan dapat memberikan
tambahan waktu batas akhir pemasukan Dokumen
Penawaran Tahap II.
Perubahan Dokumen Permintaan Proposal (RfP) tersebut
menjadi dasar bagi peserta untuk menyampaikan Penawaran
Tahap II.

j. Pemasukan Dokumen Penawaran Tahap II;


1) Peserta menyampaikan Dokumen Penawaran Tahap II
kepada Panitia Pengadaan sesuai jadwal yang ditetapkan
dalam Dokumen Permintaan Proposal (RfP) dan
perubahannya apabila ada.
2) Peserta yang mengikuti diskusi namun tidak berminat
untuk memasukkan Dokumen Penawaran Tahap II dapat
mengundurkan diri.
3) Panitia Pengadaan menolak Dokumen Penawaran Tahap
II yang masuk setelah batas akhir pemasukan Dokumen
Penawaran Tahap II.
4) Peserta menyampaikan Dokumen Penawaran Tahap
II sesuai dengan yang dipersyaratkan dalam Dokumen
Permintaan Proposal (RfP) dan perubahannya apabila
ada, yang meliputi[4]:
a)
Dokumen Penawaran administrasi sekurang-
kurangnya mencakup:
(1) Jaminan penawaran yang memenuhi ketentuan
sebagai berikut:
(a)
nilai nominal Jaminan Penawaran yang
dihitung 1% dari nilai perkiraan investasi
KPBU.
(b) Berdasarkan ...
231
(b)
Berdasarkan kajian PJPK, penetapan
nilai nominal Jaminan Penawaran dapat
ditetapkan lebih kecil atau lebih besar dari 1%.
(c)
nama Peserta sama dengan nama yang
tercantum dalam surat jaminan penawaran.
Dalam hal Peserta berbentuk konsorsium
maka jaminan penawaran mencantumkan
nama konsorsium sesuai yang tercantum
dalam perjanjian konsorsium.
(d)
nama Proyek KPBU yang dijamin sama
dengan nama proyek kerjasama yang
dilelangkan.
(e) dalam hal Peserta dinyatakan wanprestasi
oleh Panitia Pengadaan, maka jaminan
penawaran tidak dapat ditarik kembali oleh
Peserta.
(f) jaminan penawaran harus dapat dicairkan
oleh Panitia Pengadaan tanpa syarat
sebesar nilai jaminan dalam jangka waktu
paling lambat 14 (empat belas) hari kerja
setelah surat pernyataan wanprestasi dari
Panitia Pengadaan diterima oleh penerbit
jaminan.
(g) Peserta yang diumumkan sebagai pemenang,
wajib memperpanjang masa berlaku
jaminan penawaran sampai dengan Perjanjian
KPBU ditandatangani. Perpanjangan jaminan
penawaran diterima Panitia Pengadaan paling
lambat 10 (sepuluh) hari kerja setelah proses
sanggah berakhir.
(h) jaminan penawaran dicairkan dan disetorkan
ke Kas Negara/Daerah apabila:
i.
calon pemenang / \pemenang

232
mengundurkan diri;
ii. Peserta menarik kembali Dokumen
Penawaran selama masa berlaku
penawaran;
iii. Dokumen Penawaran Peserta diketahui
berisi pernyataan palsu; atau
iv.
Badan Usaha Pelaksana tidak
menandatangani Perjanjian KPBU
dalam waktu 40 (empat puluh) [5] hari
kerja setelah terbentuknya Badan Usaha
Pelaksana.
(i) dalam hal terjadi perubahan jadwal yang
mengakibatkan diperlukannya perpanjangan
masa berlaku surat penawaran dan jaminan
penawaran maka Panitia Pengadaan
meminta secara tertulis kepada Peserta untuk
melakukan perpanjangan surat penawaran
dan jaminan penawaran. Apabila Peserta
tersebut menolak atau tidak menyerahkan
perpanjangan masa berlaku penawaran dan
jaminan penawaran, maka Peserta tersebut
digugurkan dan jaminan penawaran
dikembalikan kepada Peserta.
(2) Pengalihan Aset pada saat berakhirnya Perjanjian
KPBU (jika ada); dan
(3) Informasi lain yang diperlukan.

b) Dokumen Penawaran teknis hasil optimalisasi


sekurang-kurangnya mencakup:
(1) Data teknis;
(2) Data pendukung;

(3) Rencana ...


233
(3) Rencana jadwal pelaksanaan proyek; dan
(4) Rencana organisasi dan manajemen pelaksanaan
Proyek KPBU.

c) Dokumen Penawaran finansial terdiri dari:


(1) Surat penawaran finansial yang disertai dengan
model keuangan dalam bentuk hasil cetak
(hardcopy) dan kertas kerja elektronik
(spreadsheet) beserta penjelasan penggunaan
modelnya. Perencanaan finansial termasuk
kebutuhan tingkat Dukungan Pemerintah, surat
penawaran mencantumkan masa berlaku
penawaran finansial, dan ditandatangani oleh
pihak yang berwenang mewakili badan usaha/
konsorsium;
(2) Perencanaan finansial dengan model keuangan/
finansial terintegrasi dengan laporan laba/rugi,
analisa arus kas, dan didukung dengan lembar
data relevan lainnya seperti data asumsi pada
estimasi biaya modal, biaya operasional, biaya
pendanaan dan biaya yang relevan lainnya
termasuk perpajakan selama siklus Proyek KPBU
sesuai persyaratan finansial yang ditetapkan pada
Dokumen Permintaan Proposal (RfP);
(3) Model keuangan mencakup antara lain:
(a) rencana kapitalisasi awal;
(b) rencana investasi;
(c) biaya operasi dan pemeliharaan;
(d) laporan arus kas;
(e) neraca keuangan;
(f) laporan Laba Rugi;

234
(g) tingkat pengembalian modal/ analisa arus
kas terdiskonto yang menunjukan tingkat
pengembalian investasi proyek;
rasio keuangan termasuk Debt Service
(h)
Coverage Ratio (DSCR) dan rasio
profitabilitas;
(i) perhitungan tarif disertai dengan asumsi yang
digunakan dalam penyiapan model keuangan
dan laporan keuangan; dan
(j)
rencana dukungan finansial pemerintah
apabila diperlukan;
(4) Manfaat (claw back) yang diberikan kepada
pemerintah bila ada.
d) Rancangan Perjanjian KPBU yang telah diparaf.

k. Pembukaan Dokumen Penawaran Tahap II;


1)
Panitia Pengadaan mengundang Peserta yang
memasukkan Dokumen Penawaran Tahap II untuk
menghadiri acara pembukaan Dokumen Penawaran
Tahap II pada waktu dan tempat yang telah ditentukan.
2) Pembukaan Dokumen Penawaran II dilakukan oleh
Panitia Pengadaan di hadapan Peserta yang memasukan
Dokumen Penawaran tahap II pada waktu dan tempat
yang telah ditetapkan.
3) Panitia Pengadaan meminta kesediaan wakil dari Peserta
yang hadir sebagai saksi. Apabila tidak ada atau hanya ada
1 (satu) saksi dari Peserta yang hadir, maka pembukaan
Dokumen Penawaran Tahap II ditunda oleh Panitia
Pengadaan selama 1 (satu) jam.
4) Jika setelah ditunda selama 1 (satu) jam, tidak ada

wakil ...
235
wakil Peserta yang hadir atau hanya ada 1 (satu) Peserta
sebagai saksi, acara pembukaan Dokumen Penawaran
tetap dilakukan dengan disaksikan oleh 2 (dua) orang
saksi di luar Panitia Pengadaan, yang ditunjuk secara
tertulis oleh Panitia Pengadaan.
5) Pembukaan Dokumen Penawaran Tahap II dituangkan
dalam Berita Acara Pembukaan Dokumen Penawaran
Tahap II dan ditandatangani oleh seluruh Panitia
Pengadaan yang hadir dan para saksi.
6) Salinan Berita Acara Pembukaan Dokumen Penawaran
Tahap II didistribusikan kepada seluruh Peserta yang
memasukkan Dokumen Penawaran Tahap II.

l. Evaluasi Dokumen Penawaran Tahap II;


1) Panitia Pengadaan melakukan evaluasi Dokumen
Penawaran Tahap II sesuai dengan ketentuan dan tata
cara yang telah diatur dalam Dokumen Permintaan
Proposal (RfP);
2) Dalam melakukan evaluasi Panitia Pengadaan dilarang
mengubah, manambah dan/atau mengurangi kriteria
serta tata cara evaluasi setelah batas akhir pemasukan
Dokumen Penawaran Tahap II;
3) Evaluasi Dokumen Penawaran Tahap II meliputi:
a) Evaluasi dokumen administrasi
Evaluasi terhadap pemenuhan persyaratan
administrasi sesuai persyaratan pada adendum
Dokumen Permintaan Proposal (RfP).
b) Evaluasi teknis hasil optimalisasi
Evaluasi teknis hasil optimalisasi dilakukan
dengan menilai kesesuaian penawaran teknis hasil
optimalisasi merujuk pada persyaratan yang

236
ditetapkan dalam Dokumen Permintaan Proposal
(RfP) hasil optimalisasi teknis.
c) Evaluasi dokumen penawaran finansial
Panitia Penggadaan menggunakan sistem nilai
sebagaimana telah ditetapkan dalam Dokumen
Permintaan Proposal (RfP) untuk mengevaluasi
Dokumen Penawaran finansial.
d) Kombinasi evaluasi teknis dan finansial:
(1) Berdasarkan evaluasi teknis dan finansial, Panitia
Pengadaan mengkombinasikan capaian evaluasi
teknis dan finansial sesuai kombinasi bobot yang
telah ditetapkan dalam Dokumen Permintaan
Proposal (RfP).
(2)
Dalam hal proyek KPBU mendapatkan
Dukungan Kelayakan maka penentuan bobot
finansial harus lebih besar dari bobot teknis.
(3) Dari nilai total capaian hasil kombinasi evaluasi
teknis dan finansial, Panitia Pengadaan menyusun
peringkat hasil evaluasi. Peserta dengan total
hasil perhitungan tertinggi menduduki peringkat
pertama.
4) dalam melakukan evaluasi, Panitia Pengadaan
melakukan koreksi aritmatik atas kesalahan
perhitungan, penjumlahan dan sejenisnya. Hasil
koreksi tersebut dituangkan dalam Berita Acara
Klarifikasi dan Koreksi Aritmatik.
5) penawaran Peserta akan disesuaikan dengan
koreksi atas kesalahan tersebut dan menjadi
penawaran final.
6) Panitia Pengadaan menyusun Berita Acara
Hasil Evaluasi Dokumen Penawaran Tahap II

yang ...
237
yang merupakan hasil evaluasi administrasi,
evaluasi dokumen teknis hasil optimalisasi, dan
evaluasi dokumen finansial.
7) Berita Acara Hasil Evaluasi Dokumen Penawaran
Tahap II ditandatangani oleh paling kurang dua
pertiga dari jumlah anggota Panitia Pengadaan.
8) jika tidak ada Dokumen Penawaran Tahap II yang
memenuhi syarat, Panitia Pengadaan menyatakan
proses Pelelangan gagal.

m. Penerbitan Berita Acara Hasil Pelelangan (BAHP)


1) Panitia Pengadaan menyusun Berita Acara Hasil
Pelelangan (BAHP).
2) BAHP merupakan kesimpulan dari hasil evaluasi
administrasi, teknis dan finansial yang dibuat oleh
Panitia Pengadaan dan ditandatangani oleh paling kurang
dua pertiga dari jumlah anggota Panitia Pengadaan.
3) BAHP bersifat rahasia sampai dengan pengumuman
pemenang.
4) BAHP harus memuat hal-hal sebagai berikut:
a) Nama seluruh Peserta;
b) Perkiraan nilai investasi penawaran dari masing-
masing peserta Pelelangan;
c) Metode evaluasi yang digunakan;
d) Unsur-unsur yang dievaluasi;
e) Keterangan lain yang dianggap perlu mengenai
pelaksanaan Pelelangan;
f) Jumlah Peserta yang lulus dan tidak lulus pada setiap
tahapan evaluasi;

238
g) Tanggal dibuatnya berita acara; dan
h) Peringkat Peserta.

n. Penetapan pemenang
1) Berdasarkan Berita Acara Hasil Pelelangan, Panitia
Pengadaan membuat dan menyampaikan laporan kepada
PJPK untuk menetapkan pemenang.
2) Laporan sebagaimana dimaksud angka 1), disertai usulan
calon pemenang, calon pemenang cadangan satu dan dua
(apabila ada).
3) PJPK menetapkan pemenang lelang, pemenang cadangan
satu dan dua (apabila ada) berdasarkan usulan dari
Panitia Pengadaan paling lambat 10 (sepuluh) hari kerja.
4) Dalam hal PJPK tidak setuju dengan usulan Panitia
pengadaan, maka PJPK membahas hal tersebut dengan
Panitia Pengadaan untuk mengambil keputusan yang
kemudian dituangkan kedalam Berita Acara yang memuat
keberatan dan kesepakatan untuk ditandatangani PJPK
dan Panitia Pengadaan.
5) Berita Acara sebagaimana dimaksud pada angka 4)
memuat informasi keberatan dan kesepakatan pada saat
pembahasan.
6) Keputusan sebagaimana dimaksud angka 4) berupa
menyetujui usulan Panitia Pengadaan atau melakukan
evaluasi ulang.

o. Pengumuman hasil pelelangan;


1) Berdasarkan penetapan pemenang oleh PJPK, Panitia
Pengadaan mengumumkan hasil lelang kepada setiap
Peserta melalui surat elektronik dan menayangkan di

website ...
239
website instansi PJPK dan/atau media cetak sesuai jadwal
yang telah ditetapkan;
2) Panitia Pengadaan mengumumkan pemenang Pelelangan
setelah BAHP diterbitkan.
3) Isi dari pengumuman Pelelangan sekurang-kurangnya:
a) nama proyek kerjasama;
b) nama PJPK;
c) nama dan alamat pemenang Pelelangan;
d) jangka waktu kerjasama; dan
e) nilai investasi yang dilakukan oleh pemenang
Pelelangan.

p. Sanggahan;
1) Peserta yang memasukkan Dokumen Penawaran dapat
menyampaikan sanggahan secara tertulis atas hasil
pemilihan dengan disertai bukti awal yang cukup tentang
terjadinya penyimpangan/pelanggaran.
2) Jangka waktu penyampaian sanggahan ditetapkan oleh
Panitia Pengadaan dalam dokumen pemilihan dengan
waktu paling lambat 5 (lima) hari kerja dan setelah
pengumuman pemenang.
3) Peserta yang memasukkan dokumen dapat mengajukan
sanggahan bersama-sama dengan Peserta lainnya.
4) Peserta yang memasukkan penawaran hanya dapat
melakukan sanggahan yang meliputi hal-hal sebagai
berikut:
a) Penyimpangan ketentuan dan prosedur diatur
Peraturan Kepala ini dan yang telah ditetapkan dalam
Dokumen Permintaan Proposal (RfP);

240
b) Rekayasa tertentu sehingga menghalangi terjadinya
persaingan usaha yang sehat; dan/atau
c) Penyalahgunaan wewenang oleh Panitia Pengadaan
dan/atau pejabat yang berwenang lainnya dalam
proses pemilihan.
5) PJPK memberikan jawaban tertulis atas semua sanggahan
paling lambat 10 (sepuluh) hari kerja setelah diterimanya
sanggahan.
6) Apabila PJPK tidak memberikan jawaban sebagaimana
dimaksud angka 5) maka PJPK dianggap menolak
sanggahan.
7) Sanggahan yang dilakukan tidak menghentikan proses
pemilihan.
8) Apabila sanggahan dinyatakan benar oleh PJPK, maka
PJPK meminta Panitia Pengadaan untuk melakukan
evaluasi ulang atau menyatakan Pelelangan gagal.

q. Penerbitan Surat Pemenang Lelang (letter of award)


1) PJPK menerbitkan surat pemenang lelang dengan
ketentuan:
a) Tidak ada sanggahan dari peserta Pelelangan;
b) Sanggahan terbukti tidak benar;
c) Masa sanggahan telah berakhir; dan
d) Pemenang lelang sudah memperpanjang surat
jaminan penawaran yang berlaku sampai dengan
penandatanganan perjanjian kerjasama.
2) PJPK menerbitkan Surat Pemenang Lelang paling lambat
7 (tujuh) hari kerja setelah proses sanggah selesai.
3) Pemenang yang mengundurkan diri setelah diterbitkan
Surat Penetapan Pemenang Lelang dengan alasan yang

tidak ...
241
tidak dapat diterima oleh PJPK, maka jaminan
penawaran dicairkan dan disetor ke Kas Negara/Daerah,
dan pemenang tersebut juga dikenakan sanksi berupa
pencantuman dalam Daftar Hitam.
4) apabila pemenang mengundurkan diri setelah diterbitkan
Surat Pemenang Lelang dengan alasan yang dapat
diterima oleh PJPK, maka jaminan penawaran dicairkan
dan disetor ke Kas Negara/Daerah.
5) apabila pemenang yang ditetapkan mengundurkan diri,
maka PJPK dapat menerbitkan Surat Pemenang Lelang
kepada pemenang cadangan satu dengan ketentuan:
a) pemenang cadangan tersebut ditetapkan terlebih
dahulu sebagai pemenang; dan
b) surat penawaran dan jaminan penawaran masih
berlaku atau jangka waktunya sudah diperpanjang
sampai dengan penandatanganan perjanjian
kerjasama.
6) apabila pemenang cadangan satu yang ditetapkan
mengundurkan diri, maka PJPK dapat menerbitkan Surat
Pemenang Lelang kepada pemenang cadangan dua
dengan ketentuan:
a) pemenang cadangan tersebut ditetapkan terlebih
dahulu sebagai pemenang; dan
b) surat penawaran dan jaminan penawaran masih
berlaku atau jangka waktunya sudah diperpanjang
sampai dengan penandatanganan perjanjian
kerjasama.
7) Apabila semua pemenang mengundurkan diri maka PJPK
menyatakan lelang gagal.

r. Persiapan penandatangan Perjanjian KPBU;

242
1) Berdasarkan Surat Pemenang Lelang yang diterbitkan,
PJPK melakukan persiapan penandatangan Perjanjian
KPBU dengan :
a) Menerbitkan surat penunjukan sebagai Badan Usaha
Pemenang Lelang dalam jangka waktu paling lama
10 (sepuluh) hari kerja hari kerja surat pemenang
diterbitkan; dan
b) Melakukan finalisasi terhadap rancangan Perjanjian
KPBU. Dalam proses finalisasi rancangan perjanjian
tidak diperkenankan mengubah substansi yang telah
dikompetisikan.
2) Dalam proses persiapan penandatangan Perjanjian
KPBU, PJPK dapat dibantu oleh Tim KPBU dan Panitia
Pengadaan.

C. Penunjukan Langsung
1. Penunjukan Langsung dengan kondisi tertentu meliputi kegiatan sebagai
berikut:
a. Undangan kepada calon Badan Usaha Pelaksana yang memenuhi
ketentuan kondisi tertentu, disertai dengan penyampaian dokumen
isian kualifikasi, Dokumen Permintaan Proposal (RfP) dan Surat
Kerahasiaan;
b. Pemasukan dokumen kualifikasi terdiri dari dokumen administrasi,
kemampuan teknis dan kemampuan finansial;
c. Evaluasi kualifikasi dilakukan terhadap pemenuhan persyaratan
dokumen kualifikasi;
d. Pemberian penjelasan Proyek KPBU. Apabila dalam pemberian
penjelasan terdapat hal-hal/ketentuan baru atau perubahan penting
yang perlu dimasukkan dalam Dokumen Permintaan Proposal (RfP),
maka Panitia Pengadaan wajib menuangkan hal-hal/ketentuan baru

atau ...
243
atau perubahan penting tersebut ke dalam Perubahan Dokumen
Permintaan Proposal (RfP);
e. Pemasukan Dokumen Penawaran disampaikan dalam 1 (satu)
sampul yang berisi dokumen administrasi, dokumen penawaran
teknis dan dokumen penawaran finansial.
f. Evaluasi Dokumen Penawaran, klarifikasi dan negosiasi. Evaluasi
dilakukan sesuai dengan ketentuan yang tertera dalam Dokumen
Permintaan Proposal (RfP). Dalam melakukan evaluasi, Panitia
Pengadaan melakukan klarifikasi dan negosiasi teknis, finansial
dan rancangan Perjanjian KPBU. Evaluasi, klarifikasi dan negosiasi
dituangkan dalam berita acara.
g. Penyampaian hasil penunjukan langsung untuk mendapatkan
penetapan dari PJPK dengan dilampirkan Berita Acara Hasil
Penunjukan Langsung yang merupakan kesimpulan dari hasil
evaluasi Dokumen Penawaran, klarifikasi dan negosiasi.
h. Penetapan hasil Penunjukan Langsung oleh PJPK dan pengumuman
Badan Usaha Pelaksana oleh Panitia Pengadaan.
i. Persiapan penandatanganan Perjanjian KPBU. Berdasarkan Surat
Penunjukan Langsung yang diterbitkan, PJPK melakukan persiapan
penandatanganan KPBU.

2. Penunjukan Langsung dengan kondisi Prakualifikasi menghasilkan satu


peserta meliputi kegiatan sebagai berikut:
a. Undangan kepada calon Badan Usaha Pelaksana yang memenuhi
ketentuan kondisi tertentu, disertai dengan penyampaian Dokumen
Permintaan Proposal (RfP) dan Surat Kerahasiaan;
b. Pemberian penjelasan Proyek KPBU. Apabila dalam pemberian
penjelasan terdapat hal-hal/ketentuan baru atau perubahan penting
yang perlu dimasukkan dalam Dokumen Permintaan Proposal (RfP),
maka Panitia Pengadaan wajib menuangkan hal-hal/ketentuan baru

244
atau perubahan penting tersebut ke dalam perubahan Dokumen
Permintaan Proposal (RfP);
c. Pemasukan Dokumen Penawaran disampaikan dalam 1 (satu)
sampul yang berisi dokumen administrasi, dokumen penawaran
teknis dan dokumen penawaran finansial;
d. Evaluasi Dokumen Penawaran, klarifikasi dan negosiasi. Evaluasi
dilakukan sesuai dengan ketentuan yang tertera dalam Dokumen
Permintaan Proposal (RfP). Dalam melakukan evaluasi, Panitia
Pengadaan melakukan klarifikasi dan negosiasi teknis, finansial
dan rancangan Perjanjian KPBU. Evaluasi, klarifikasi dan negosiasi
dituangkan dalam berita acara;
e. Penyampaian hasil Penunjukan Langsung untuk mendapatkan
penetapan PJPK dngan dilampirkan Berita Acara Hasil Penunjukan
Langsung yang merupakan kesimpulan dari hasil evaluasi Dokumen
Penawaran, klarifikasi dan negosiasi;
f. Penetapan hasil Penunjukan Langsung oleh PJPK dan pengumuman
Badan Usaha Pelaksana oleh Panitia Pengadaan; dan
g. Persiapan penandatangan Perjanjian KPBU. Berdasarkan Surat
Penunjukan Langsung yang diterbitkan Panitia Pengadaan, PJPK
melakukan persiapan penandatangan KPBU.

BAB II
PELAKSANAAN PENGADAAN BADAN PENYIAPAN

A. Prakualifikasi
Prakualifikasi meliputi kegiatan sebagai berikut:
1. Pengumuman dan undangan Prakualifikasi dengan melampirkan
Dokumen Prakualifikasi:

a. Panitia ...
245
a. Panitia Pengadaan mengumumkan Prakualifikasi melalui media
cetak nasional sekurang-kurangnya 1 (satu) kali dan media website
resmi PJPK.
b. Untuk pekerjaan yang diminati oleh calon peserta asing
pengumuman dimuat pada media cetak yang memiliki peredaran
internasional dan/atau website internasional.
c. Panitia Pengadaan mengundang calon peserta potensial untuk
mengikuti proses Prakualifikasi dengan melampirkan Dokumen
Prakualifiaksi.
d. Pengumuman sekurang-kurangnya memuat:
1) nama dan alamat PJPK yang akan melaksanakan Pengadaan
Badan Penyiapan;
2) uraian singkat mengenai ruang lingkup pekerjaan:
a) Penyiapan dan Transaksi; atau
b) Transaksi KPBU;
3) syarat-syarat calon peserta Prakualifikasi;
4) Harga Perkiraan Sendiri (HPS); dan
5) tempat, tanggal, dan waktu untuk mengambil Dokumen
Prakualifikasi.
2. Penjelasan gambaran umum proyek KPBU, ruang lingkup (scope of
work) pekerjaan Penyiapan dan Transaksi, atau Transaksi KPBU serta
Dokumen Prakualifikasi
a. Panitia Pengadaan melaksanakan pemberian penjelasan mengenai:
1) gambaran umum proyek KPBU yang akan dilaksanakan;
2) Dokumen Prakualifikasi; dan
3) ruang lingkup pekerjaan dan output kegiatan:
a) Penyiapan dan Transaksi; atau
b) Transaksi proyek KPBU.

246
b. Penjelasan dilakukan secara terbuka, transparan dan tidak
diskriminatif.
c. Panitia Pengadaan melaksanakan pemberian penjelasan pada
tempat dan waktu yang telah ditetapkan dengan dihadiri oleh
Peserta.
d. Peserta dapat hadir dan memberikan pertanyaan dan/atau
tanggapan terhadap:
1) Dokumen Prakualifikasi dan/atau
2) ruang lingkup pekerjaan dan output kegiatan:
a) Penyiapan dan Transaksi; atau
b) Transaksi proyek KPBU.
e. Ketidakhadiran Peserta pada tahapan Pemberian Penjelasan
tidak dapat dijadikan dasar untuk menggugurkan/menolak
penawaran.
f. Panitia Pengadaan memberikan penjelasan kepada Peserta
sekurang-kurangnya meliputi:
1) persyaratan kualifikasi dan tahapan proses Seleksi;
2) tahapan dalam Prakualifikasi;
3) ruang lingkup pekerjaan dan output kegiatan:
a) Penyiapan dan Transaksi; atau
b) Transaksi proyek KPBU;
4) tata cara penambahan, penggantian, pengurangan,
penarikan (pengunduran diri) Dokumen Prakualifikasi
yang telah disampaikan ke Panitia Pengadaan; dan
5) Kriteria dan metodologi evaluasi yang digunakan dalam
evaluasi dokumen kualifikasi.
g. Apabila terdapat hal-hal/ketentuan baru atau perubahan
penting yang perlu dimasukkan dalam Dokumen

Prakualifikasi ...
247
Prakualifikasi sebelum batas akhir waktu pemasukan
dokumen kualifikasi, maka sebelum batas akhir pemasukan
dokumen kualifikasi terlewati Panitia Pengadaan wajib
menuangkan hal-hal/ketentuan baru atau perubahan penting
tersebut ke dalam Perubahan Dokumen Prakualifikasi
dan memberitahukan secara tertulis dengan melampirkan
Perubahan Dokumen Prakualifikasi kepada seluruh Peserta.
h. Perubahan sebagaimana dimaksud pada huruf g harus
mendapatkan persetujuan dari PJPK. PJPK memberikan
persetujuan paling lambat 5 (lima) hari kerja setelah
perubahan diusulkan oleh Panitia Pengadaan.
i. Apabila PJPK tidak memberikan persetujuan sebagaimana
dimaksud pada huruf h maka PJPK dianggap tidak
menyetujui perubahan dokumen yang diusulkan.
j. Apabila ketentuan baru atau perubahan penting tersebut
tidak dituangkan dalam perubahan Dokumen Prakualifikasi,
ketentuan baru atau perubahan tersebut dianggap tidak ada
dan ketentuan yang berlaku adalah Dokumen Prakualifikasi
awal.
k. Setiap perubahan Dokumen Prakualifikasi merupakan bagian
yang tidak terpisahkan dari Dokumen Prakualifikasi dan
disampaikan kepada seluruh Peserta Prakualifikasi.

3. Pemasukan dokumen kualifikasi dilakukan dengan ketentuan sebagai


berikut :
a. Peserta mengisi dan melengkapi dokumen kualifikasi.
b. Peserta menyampaikan dokumen kualifikasi kepada Panitia
Pengadaan sesuai jadwal yang ditetapkan dalam Dokumen
Prakualifikasi.
c. Panitia Pengadaan membuat tanda terima dokumen kualifikasi dan
membuat daftar peserta yang memasukan dokumen kualifikasi.

248
d. Pemasukan, penambahan, penggantian, pengurangan, penarikan
(pengunduran diri) dokumen kualifikasi yang telah disampaikan
ke Panitia Pengadaan hanya dapat dilakukan sebelum batas akhir
pemasukan Dokumen Kualifikasi.

4. Evaluasi kualifikasi
a. Evaluasi kualifikasi mencakup penilaian terhadap pemenuhan
persyaratan administrasi, kemampuan teknis dan kemampuan
finansial.
b. Evaluasi kualifikasi hanya berdasarkan formulir isian kualifikasi
dengan menggunakan metode penilaian sistem gugur terhadap
pemenuhan persyaratan Dokumen Prakualifikasi.
c. Panitia Pengadaan dalam melakukan evaluasi hanya menggugurkan
hal-hal yang bersifat substantif.
d. Proses evaluasi kualifikasi termasuk melakukan klarifikasi dan
pembuktian.
e. Peserta dapat melakukan atau memberikan klarifikasi secara
tertulis terhadap Dokumen Kualifikasi yang sudah disampaikan
kepada Panitia Pengadaan dengan ketentuan tidak mengubah
substansi dari dokumen kualifikasi.
f. Pelaksanaan evaluasi kualifikasi dituangkan dalam Berita Acara
Evaluasi Dokumen Kualifikasi yang ditandatangani oleh Panitia
Pengadaan.
g. Apabila proses Prakualifikasi tidak menghasilkan Badan Usaha
atau lembaga/institusi/organisasi internasional yang memenuhi
kualifikasi, maka proses Pengadaan Badan Penyiapan dinyatakan
gagal.
h. Dalam hal proses Prakualifikasi gagal, Panitia Pengadaan
menetapkan proses Prakualifikasi ulang atau menghentikan proses
pengadaan.

5. Penetapan ...
249
5. Penetapan dan pengumuman hasil kualifikasi;
a. Panitia Pengadaan menetapkan Daftar Peserta yang lulus kualifikasi
berdasarkan hasil evaluasi kualifikasi.
b. Panitia Pengadaan mengumumkan Daftar Peserta yang lulus
kualifikasi sesuai jadwal yang telah ditetapkan.
c. Pengumuman Daftar Peserta sebagaimana dimaksud pada huruf b
dilakukan melalui media sebagai berikut:
1) website resmi PJPK; dan/atau
2) media cetak;
d. Panitia Pengadaan menyampaikan hasil Prakualifikasi kepada
seluruh Peserta dan dapat dilakukan melalui surat elektronik.

6. Sanggahan kualifikasi
a.
Peserta yang memasukkan dokumen kualifikasi dapat
menyampaikan sanggahan secara tertulis atas hasil Prakualifikasi
dengan disertai bukti awal yang cukup tentang terjadinya
penyimpangan.
b. Jangka waktu penyampaian sanggahan ditetapkan dalam Dokumen
Prakualifikasi dengan waktu paling lama 5 (lima) hari kerja setelah
pengumuman hasil Kualifikasi.
c. Peserta yang memasukkan dokumen kualifikasi dapat mengajukan
sanggahan bersama-sama dengan Peserta lainnya.
d. Peserta yang memasukkan dokumen kualifikasi hanya dapat
mengajukan sanggahan yang meliputi hal sebagai berikut:
1) Penyimpangan ketentuan dan prosedur diatur Peraturan Kepala
ini dan yang telah ditetapkan dalam Dokumen Prakualifikasi.;
2) Rekayasa tertentu sehingga menghalangi terjadinya persaingan
usaha yang sehat; dan/atau
3) Penyalahgunaan wewenang oleh Panitia Pengadaan dalam
pelaksanaan Prakualifikasi.

250
e. Sanggahan tidak menghentikan proses Prakualifikasi.
f. PJPK memberikan jawaban tertulis atas semua sanggahan paling
lambat 5 (lima) hari kerja setelah diterimanya sanggahan.
g. Apabila PJPK tidak memberikan jawaban sebagaimana dimaksud
pada huruf f) maka PJPK dianggap menolak sanggahan.
h. Apabila sanggahan dinyatakan benar, maka PJPK menyatakan proses
Prakualifikasi gagal.
i. Dalam hal proses Prakualifikasi gagal, Panitia Pengadaan melakukan
evaluasi penyebab kegagalan.
j. Berdasarkan laporan hasil evaluasi, PJPK menetapkan proses
Prakualifikasi ulang atau menghentikan proses pengadaan.

B. Seleksi
1. Seleksi Metode Evaluasi Kualitas
Seleksi terhadap badan usaha atau lembaga/institusi/organisasi nasional
atau Internasional sebagai Badan Penyiapan, sekurang-kurangnya
dilaksanakan melalui tahapan sebagai berikut :
a. Undangan kepada Peserta yang lulus kualifikasi dengan melampirkan
Dokumen Permintaan Proposal (RfP)
1) Panitia Pengadaan mengundang badan usaha atau lembaga/
institusi/organisasi nasional atau internasional yang lulus
kualifikasi dan melampirkan Dokumen Permintaan Proposal
(RfP).
2) Isi dari Rancangan Dokumen Permintaan Proposal (RfP)
sekurang-kurangnya terdiri dari:
a) Instruksi kepada peserta memuat antara lain :
(1) Umum, meliputi:
(a) tujuan;

(b) ruang ...


251
(b) ruang Lingkup;
(c) output;
(d) jadwal; dan
(e) persyaratan yang harus dipenuhi.
(2) Dokumen, meliputi:
(a) isi dokumen;
(b) bahasa; dan
(c) ketentuan perubahan dan tambahan waktu
pemasukan dokumen penawaran.
(3) Penyiapan dan penyampaian dokumen penawaran,
meliputi:
(a) ketentuan penyampaian dokumen penawaran;
(b) batas akhir pemasukan;
(c) ketentuan keterlambatan penyampaian dokumen
penawaran; dan
(d) ketentuan perubahan, penambahan dan penarikan
dokumen.
(4) Proses evaluasi, meliputi:
(a) evaluasi dokumen penawaran;
(b) kerahasiaan data peserta; dan
(c) klarifikasi .
b) Ketentuan pembukaan dan evaluasi dokumen penawaran
Panitia Pengadaan menetapkan tata cara pembukaan
dokumen penawaran dan evaluasi penawaran yang didukung
dengan kriteria penilaian yang jelas dan terukur.
c) Larangan Korupsi, Kolusi dan Nepotisme (KKN), Penipuan
serta pertentangan kepentingan;
d) Kerangka Acuan Kerja;

252
e) Mekanisme pembayaran termasuk success fee bila ada;
f) Rancangan Perjanjian; dan
g) Hal-hal lain yang dianggap perlu oleh Panitia Pengadaan
untuk dicantumkan dan dipersyaratkan di dalam Dokumen
Permintaan Proposal (RfP).

b. Pemberian penjelasan;
1) Pemberian penjelasan dilakukan di tempat dan pada waktu yang
ditentukan, dihadiri oleh para peserta yang diundang.
2) Ketidakhadiran peserta pada saat pemberian penjelasan tidak
dapat dijadikan dasar untuk menolak/menggugurkan penawaran.
3) Perwakilan peserta yang hadir pada saat pemberian penjelasan
menunjukkan tanda pengenal dan surat tugas kepada Panitia
Pengadaan.
4) Dalam pemberian penjelasan, harus dijelaskan kepada peserta
mengenai:
a) ketentuan umum;
b) lingkup pekerjaan;
c) proses penawaran;
d) tata cara evaluasi Dokumen Penawaran;
e) mekanisme pembayaran termasuk success fee bila ada;
f) kelengkapan yang harus dilampirkan bersama Dokumen
Penawaran;
g) jadwal pemasukan dan pembukaan Dokumen Penawaran;
h) hal-hal yang menggugurkan Penawaran;
i) rancangan Perjanjian Kerjasama; dan
j) hal-hal lain yang dianggap perlu oleh Panitia Pengadaan
untuk dicantumkan dan dipersyaratkan di dalam Dokumen
Permintaan Proposal (RfP).
5) Pemberian ...
253
5) Pemberian penjelasan dilakukan dengan cara:
a) penjelasan secara langsung pada rapat pemberian penjelasan
yang dihadiri oleh Peserta;
b) Panitia Pengadaan memberikan kesempatan kepada seluruh
Peserta untuk menyampaikan pertanyaan secara tertulis; dan
c) Apabila dipandang perlu, pemberian penjelasan dilakukan
dengan peninjauan lapangan.
6) Pemberian penjelasan sebagaimana dimaksud angka 5) huruf a
dilakukan dengan ketentuan sebagai berikut:
a) Peserta dapat memberikan pertanyaan dan/atau komentar
terhadap Dokumen Permintaan Proposal (RfP) dan/atau
Proyek KPBU. Dalam hal Peserta berbentuk Konsorsium,
maka diwakili oleh Pimpinan (Lead) Konsorsium atau pihak
yang diberi kuasa oleh Pimpinan (Lead) Konsorsium.
b)
Ketidakhadiran Peserta pada Pemberian Penjelasan
Dokumen Permintaan Proposal (RfP) tidak dapat dijadikan
dasar untuk menggugurkan/menolak penawaran.
c) Pemberian penjelasan dituangkan dalam Berita Acara
Pemberian Penjelasan yang ditandatangani oleh Panitia
Pengadaan dan Peserta atau perwakilan Peserta yang hadir
dan disampaikan kepada seluruh Peserta sebagaimana diatur
dalam Dokumen Permintaan Proposal (RfP).
d) Apabila tidak ada satupun Peserta yang hadir atau Peserta/
Perwakilan Peserta yang hadir tidak bersedia
menandatangani Berita Acara Pemberian Penjelasan maka
Berita Acara Pemberian Penjelasan cukup ditandatangani
oleh Panitia Pengadaan yang hadir.
7) Pemberian penjelasan Dokumen Permintaan Proposal (RfP)
sebagaimana dimaksud angka 5) huruf b dilakukan dengan
ketentuan sebagai berikut:
a) Peserta menyampaikan pertanyaan secara tertulis sejak
pengambilan Dokumen Permintaan Proposal (RfP)

254
sampai dengan batas akhir pengajuan pertanyaan
sebagaimana ditetapkan dalam Dokumen Permintaan
Proposal (RfP).
b) Panitia Pengadaan segera menjawab pertanyaan dari peserta
dan menyampaikan hasil jawaban kepada seluruh peserta.
c)
Seluruh pertanyaan dan jawaban yang disampaikan
sebagaimana dimaksud pada huruf a) dan huruf b)
dituangkan dalam Daftar Pertanyaan dan Jawaban yang
selanjutnya menjadi lampiran dari Berita Acara Pemberian
Penjelasan.
8) Dalam hal dilakukan pemberian penjelasan dengan Peninjauan
Lapangan, maka hasil Pemberian Penjelasan tersebut dituangkan
dalam Berita Acara Pemberian Penjelasan Peninjauan Lapangan.
9) Pemberian penjelasan isi Dokumen Permintaan Proposal (RfP),
pertanyaan dari peserta, jawaban dari Panitia Pengadaan,
perubahan substansi dokumen, hasil peninjauan lapangan, serta
keterangan lain dituangkan dalam Berita Acara Pemberian
Penjelasan (BAPP) dan merupakan bagian yang tidak
terpisahkan dari Dokumen Permintaan Proposal (RfP).
10) Apabila tidak ada satu pun peserta yang hadir atau yang bersedia
menandatangani BAPP maka BAPP cukup ditandatangani oleh
anggota Panitia Pengadaan yang hadir.

c. Perubahan Dokumen Permintaan Proposal (RfP) (jika diperlukan).


1) Apabila dalam BAPP terdapat hal-hal/ketentuan baru atau
perubahan penting yang perlu ditampung maka Panitia
Pengadaan menuangkan ke dalam Perubahan Dokumen
Permintaan Proposal (RfP).
2) Perubahan sebagaimana dimaksud pada angka 1) harus
mendapatkan persetujuan dari PJPK.
3) PJPK memberikan persetujuan paling lambat 5 (lima) hari kerja
setelah perubahan diusulkan oleh Panitia Pengadaan.

4) Apabila ...
255
4) Apabila PJPK tidak memberikan jawaban atas usulan perubahan,
maka PJPK dianggap tidak menyetujui perubahan dokumen yang
diusulkan.
5) Apabila ketentuan baru atau perubahan penting tersebut tidak
dituangkan dalam Perubahan Dokumen Permintaan Proposal
(RfP) maka ketentuan baru atau perubahan tersebut dianggap
tidak ada dan ketentuan yang berlaku adalah yang tercantum
dalam Dokumen Permintaan Proposal (RfP).
6)
Setiap perubahan Dokumen Permintaan Proposal (RfP)
merupakan bagian yang tidak terpisahkan dari Dokumen
Permintaan Proposal (RfP) dan disampaikan kepada seluruh
peserta.
7)
Dalam perubahan Dokumen Permintaan Proposal (RfP),
Panitia Pengadaan dapat memberikan tambahan waktu
pemasukan Dokumen Penawaran.

d. Pemasukan Dokumen Penawaran (Dua Sampul);


1) Peserta menyampaikan Dokumen Penawaran kepada Panitia
Pengadaan sesuai jadwal yang ditetapkan dalam Dokumen
Permintaan Proposal (RfP).
2) Dokumen Penawaran disampaikan dalam 2 (dua) sampul.
Sampul I berisi Dokumen Penawaran Administrasi dan Teknis,
Sampul II berisi Dokumen Penawaran Finansial.
3) Panitia Pengadaan menolak Dokumen Penawaran yang masuk
setelah batas akhir pemasukan Dokumen.
4) Peserta menyampaikan Dokumen Penawaran sesuai dengan yang
dipersyaratkan dalam Dokumen Permintaan Proposal (RfP),
yang meliputi:
a) Sampul I (administrasi dan teknis), meliputi:
(1) Surat penawaran;
(2) Surat kuasa dari pemimpin/direktur utama badan usaha

256
atau lembaga/institusi/organisasi nasional atau
internasional kepada penerima kuasa yang namanya
tercantum dalam akte pendirian atau perubahannya
(apabila dikuasakan);
(3) Surat Perjanjian Kemitraan/Konsorsium (apabila ada);
(4) Dokumen penawaran teknis; dan
(5) Dokumen lainnya yang dipersyaratkan dalam Dokumen
Permintaan Proposal (RfP) (apabila ada).
b) Sampul II (finansial) yang terdiri dari:
(1) Surat penawaran finansial yang di dalamnya tercantum
masa berlaku penawaran dan total biaya penawaran;
(2) Rekapitulasi penawaran finanial;
(3) Rincian Biaya Langsung Personil (remuneration);
(4) Rincian Biaya Langsung Non-Personil (direct reimburs-
able cost); dan
(5) Dokumen lainnya yang dipersyaratkan dalam Dokumen
Pemilihan (apabila ada).
e. Pembukaan dan evaluasi Dokumen penawaran Sampul I;
1) Pembukaan Dokumen Penawaran Sampul I dilakukan oleh
panitia Pengadaan di hadapan Peserta pada waktu dan tempat
yang telah ditetapkan.
2) Panitia Pengadaan meminta kesediaan wakil dari Peserta yang
hadir sebagai saksi, apabila tidak terdapat saksi atau hanya ada 1
(satu) saksi dari Peserta yang hadir, maka pembukaan Dokumen
Penawaran ditunda oleh Panitia Pengadaan selama 1 (satu) jam.
3) Apabila setelah ditunda selama 1 (satu) jam, tidak ada wakil
Peserta yang hadir atau hanya ada 1 (satu) Peserta sebagai saksi,
acara pembukaan Dokumen Penawaran tetap dilakukan dengan
disaksikan oleh 2 (dua) orang saksi di luar Panitia Pengadaan,
yang ditunjuk secara tertulis oleh Panitia Pengadaan.

4) Pembukaan ...
257
4) Pembukaan Dokumen Penawaran Sampul I dituangkan dalam
Berita Acara Pembukaan Dokumen Penawaran Sampul I dan
ditandatangani oleh seluruh Panitia Pengadaan yang hadir dan
para saksi.
5) Salinan Berita Acara Pembukaan Dokumen Penawaran Sampul I
didistribusikan kepada seluruh Peserta.
6) Dalam melakukan evaluasi Panitia Pengadaan dilarang
mengubah, manambah dan/atau mengurangi kriteria serta
tata cara evaluasi setelah batas akhir pemasukan Dokumen
Penawaran.
7) Panitia Pengadaan melakukan evaluasi terhadap Dokumen
Penawaran Sampul I yang meliputi:
a) Evaluasi administrasi
(1) evaluasi terhadap data administrasi hanya dilakukan
terhadap hal-hal yang tidak dinilai pada saat penilaian
Kualifikasi.
(2) Penawaran dinyatakan memenuhi persyaratan
administrasi,  apabila:
(a) Syarat-syarat substansial yang diminta berdasarkan
Dokumen Pemilihan dipenuhi/dilengkapi;
(b) Surat Penawaran:
i. ditandatangani oleh:
i) Pimpinan badan usaha atau lembaga/
institusi/ organisasi nasional atau
internasional;
ii) penerima kuasa dari Pimpinan badan usaha
atau lembaga/institusi/organisasi nasional
atau internasional dalam akte pendirian atau
perubahannya; atau
iii) pejabat yang menurut perjanjian kerja sama
berhak mewakili Badan Usaha atau lembaga/
institusi/organisasi nasional atau internasional
yang bekerja sama.

258
ii. jangka waktu berlakunya surat penawaran tidak
kurang dari waktu yang ditetapkan dalam
Dokumen Permintaan Proposal (RfP);
iii. jangka waktu pelaksanaan pekerjaan yang
ditawarkan tidak melebihi jangka waktu yang
ditetapkan dalam Dokumen Permintaan Proposal
(RfP); dan
iv. bertanggal.
(3) Panitia Pengadaan dapat melakukan klarifikasi terhadap
hal-hal yang kurang jelas dan meragukan.
(4) Penawaran yang memenuhi persyaratan administrasi
dilanjutkan dengan evaluasi teknis.
(5) Apabila hanya ada 1 (satu) atau 2 (dua) peserta yang
memenuhi persyaratan administrasi, maka evaluasi tetap
dilanjutkan dengan evaluasi teknis.
(6) Apabila tidak ada peserta yang memenuhi persyaratan
administrasi, maka Seleksi dinyatakan gagal. 

b) Evaluasi teknis.
(1)
Evaluasi teknis dilakukan terhadap peserta yang
memenuhi persyaratan administrasi.
(2) Unsur-unsur yang dievaluasi harus sesuai dengan yang
ditetapkan dalam Dokumen Permintaan Proposal (RfP).
(3)
Evaluasi penawaran teknis dilakukan dengan cara
memberikan nilai angka tertentu pada setiap kriteria
yang dinilai dan bobot yang telah ditetapkan dalam
Dokumen Permintaan Proposal (RfP), kemudian
membandingkan jumlah perolehan nilai dari para
peserta, dengan ketentuan:
(a) unsur-unsur pokok yang dinilai adalah: pengalaman,
pendekatan dan metodologi, serta kualifikasi tenaga
ahli.
(b) penilaian ...
259
(b)
penilaian dilakukan sesuai pembobotan dari
masing-masing unsur yang telah ditentukan dalam
Dokumen Permintaan Proposal (RfP).
(4)
Penilaian pengalaman peserta dilakukan dengan
ketentuan sebagai berikut:
(a) pengalaman peserta dilengkapi dengan referensi dari
pengguna jasa, yang menunjukkan kinerja peserta.
Sub unsur yang dinilai, antara lain:
i. pengalaman melaksanakan proyek/kegiatan
sejenis;
ii. pengalaman melaksanakan di lokasi proyek/
kegiatan;
iii. pengalaman manajerial dan fasilitas utama; dan
iv. kapasitas perusahaan atau lembaga/institusi/
organisasi dengan memperhatikan jumlah tenaga
ahli tetap.
(b) pengalaman tersebut diuraikan secara jelas dengan
mencantumkan informasi: nama pekerjaan yang
dilaksanakan, lingkup dan data pekerjaan yang
dilaksanakan secara singkat, lokasi, pemberi tugas,
nilai, dan waktu pelaksanaan (menyebutkan bulan
dan tahun).
(c) penilaian juga dilakukan terhadap jumlah pekerjaan
yang sedang dilaksanakan oleh peserta, disamping
untuk mengukur pengalaman juga dapat
dipergunakan untuk mengukur kemampuan/
kapasitas peserta yang bersangkutan dalam
melaksanakan tugasnya.

(5) Pendekatan dan Metodologi, penilaian dilakukan atas:


(a)
Pemahaman perusahaan atau lembaga/institusi/
organisasi peserta atas lingkup pekerjaan/jasa layanan

260
yang diminta dalam KAK, pemahaman atas sasaran/
tujuan, kualitas metodologi, dan hasil kerja, sub unsur
yang dinilai antara lain:
i. pemahaman atas jasa layanan yang tercantum
dalam KAK, penilaian terutama meliputi:
pengertian terhadap tujuan proyek/kegiatan,
lingkup serta jasa konsultansi yang diperlukan
(aspek-aspek utama yang diindikasikan dalam
KAK), dan pengenalan lapangan;
ii. kualitas metodologi, penilaian terutama meliputi:
ketepatan menganalisa masalah dan langkah
pemecahan yang diusulkan dengan tetap mengacu
kepada persyaratan KAK, konsistensi antara
metodologi dengan rencana kerja apresiasi
terhadap inovasi, tanggapan terhadap KAK
khususnya mengenai data yang tersedia, orang
bulan (person month) tenaga ahli, uraian tugas,
jangka waktu pelaksanaan laporan-laporan yang
disyaratkan, jenis keahlian serta jumlah tenaga
ahli yang diperlukan, program kerja, jadwal
pekerjaan, jadwal penugasan organisasi,
kebutuhan jumlah orang bulan, dan kebutuhan
fasilitas penunjang;
iii. hasil kerja (deliverable), penilaian meliputi
antara lain: analisis, spesifikasi teknis,
perhitungan teknis, laporan-laporan dan gambar
-gambar kerja (bila diperlukan).
iv.
fasilitas pendukung dalam melaksanakan
pekerjaan yang diminta dalam KAK.
(b)
Peserta yang mengajukan gagasan baru yang
meningkatkan kualitas keluaran yang diinginkan
dalam KAK diberikan nilai lebih.

(6) Kualifikasi ...


261
(6) Kualifikasi Tenaga Ahli, penilaian dilakukan atas :
(a) Tenaga ahli yang diusulkan untuk melaksanakan
pekerjaan dengan memperhatikan jenis keahlian,
persyaratan, serta jumlah tenaga yang telah
diindikasikan di dalam KAK;
(b) Sub unsur yang dinilai pada tenaga ahli, antara lain :
i. Pengalaman kerja profesional seperti yang
disyaratkan dalam KAK, didukung dengan
referensi dari pengguna jasa. Bagi tenaga
ahli yang diusulkan sebagai pemimpin/wakil
pemimpin pelaksana pekerjaan dinilai pula
pengalaman sebagai pemimpin/wakil pemimpin
tim;
ii. Sertifikat keahlian/profesi yang dikeluarkan oleh
pihak yang berwenang mengeluarkan, sesuai
dengan keahlian/profesi yang disyaratkan dalam
KAK;
iii. Lain-lain: penguasaan bahasa Inggris, bahasa
Indonesia (bagi konsultan Asing). Personil yang
menguasai/memahami aspek-aspek tersebut
diatas dapat diberikan nilai lebih tinggi.
(7) Hasil evaluasi teknis harus melewati ambang batas nilai
teknis (passing grade) yang ditetapkan dalam Dokumen
Permintaan Proposal (RfP).
(8) Apabila tidak ada Peserta yang lulus evaluasi teknis maka
Seleksi dinyatakan gagal.
(9)
Panitia Pengadaan membuat Berita Acara Evaluasi
Penawaran Administrasi dan Teknis yang sekurang-
kurangnya memuat :
(a) nama semua peserta;
(b) hasil evaluasi penawaran administrasi dan teknis
termasuk alasan ketidaklulusan peserta;

262
(c) nilai evaluasi teknis diurutkan mulai dari nilai
tertinggi;
(d) ambang batas nilai teknis;
(e) jumlah peserta yang lulus dan tidak lulus pada setiap
tahapan evaluasi;
(f) keterangan-keterangan lain yang dianggap perlu
mengenai pelaksanaan Seleksi;
(g) jumlah peserta yang lulus dan tidak lulus pada setiap
tahapan evaluasi;
(h) tanggal dibuatnya Berita Acara; dan
(i) pernyataan bahwa Seleksi gagal apabila tidak ada
penawaran yang memenuhi syarat.

f. Penetapan peringkat teknis


1) PJPK menetapkan urutan peringkat teknis, berdasarkan usulan
Panitia Pengadaan dan Berita Acara Evaluasi Penawaran
Administrasi dan Teknis paling lambat 5 (lima) hari kerja sejak
diterimanya usulan.
2) Apabila PJPK tidak menyetujui usulan peringkat teknis dari
Panitia Pengadaan, maka PJPK menetapkan evaluasi ulang atau
seleksi gagal.
3) Penetapan peringkat teknis disusun sesuai dengan urutannya dan
harus memuat :
a) Nama peserta serta nilai teknis yang diperoleh;
b) Nomor Pokok Wajib Pajak (NPWP); dan
c) Hasil evaluasi penawaran adminstrasi, teknis dan biaya.
4) Data pendukung yang diperlukan untuk menetapkan peringkat
teknis adalah :

a) Dokumen ...
263
a) Dokumen Permintaan Proposal (RfP) beserta Perubahannya
(apabila ada);
b) Berita Acara penjelasan;
c) Berita Acara evaluasi penawaran administrasi dan teknis; dan
d) Dokumen Penawaran dari peserta dengan peringkat teknis
terbaik dan peringkat teknis terbaik kedua dan ketiga.
g. Pemberitahuan dan pengumuman peringkat teknis
Panitia Pengadaan memberitahukan penetapan peringkat teknis
kepada seluruh peserta serta diumumkan di website instansi PJPK
untuk masyarakat, yang sekurang-kurangnya memuat :
1) Nama dan alamat peserta;
2) Nomor Pokok Wajib Pajak;
3) Hasil evaluasi penawaran administrasi dan teknis (kelulusan/
ketidaklulusan);
4) Nilai teknis; dan
5) Ambang batas nilai teknis.

h. Sanggahan
1)
Peserta yang memasukkan Dokumen Penawaran dapat
menyampaikan sanggahan secara tertulis atas penetapan
pemenang kepada Panitia Pengadaan dalam waktu 5 (lima) hari
kerja setelah pengumuman pemenang, disertai bukti terjadinya
penyimpangan, dengan tembusan kepada PJPK.
2)
Sanggahan dapat disampaikan oleh peserta baik secara
sendiri-sendiri maupun bersama-sama dengan peserta lain
apabila terjadi penyimpangan prosedur meliputi :
a) Penyimpangan ketentuan dan prosedur diatur Peraturan
Kepala ini dan yang telah ditetapkan dalam Dokumen
Permintaan Proposal (RfP);

264
b)
Rekayasa tertentu sehingga menghalangi terjadinya
persaingan usaha yang sehat; dan/atau
c) Penyalahgunaan wewenang oleh Panitia Pengadaan dan/atau
pejabat yang berwenang lainnya.
3) PJPK wajib memberikan jawaban tertulis atas semua sanggahan
paling lambat 5 (lima) hari kerja setelah menerima surat
sanggahan.
4) Apabila PJPK tidak memberikan jawaban sebagaimana dimaksud
angka 3) maka PJPK dianggap menolak sanggahan.
5) Apabila sanggahan dinyatakan benar maka PJPK menyatakan
evaluasi ulang atau seleksi gagal.
6)
Sanggahan yang disampaikan bukan kepada PJPK atau
disampaikan diluar masa sanggah, dianggap sebagai pengaduan
dan tetap harus ditindaklanjuti.

i. Undangan pembukaan Dokumen Penawaran Sampul II;


1) Panitia Pengadaan mengundang peserta Pelelangan yang lulus
evaluasi Dokumen Penawaran sampul I untuk menghadiri acara
pembukaan Dokumen Penawaran sampul II segera setelah
pengumuman peringkat teknis diumumkan.
2) Undangan mencantumkan tempat, hari, tanggal dan waktu
pembukaan Dokumen Sampul II.

j. Pembukaan dan evaluasi Dokumen Penawaran Sampul II;


1) Pembukaan Dokumen Penawaran Sampul II dilakukan oleh
Panitia Pengadaan di hadapan Peserta yang lulus evaluasi
Dokumen Penawaran sampul I pada waktu dan tempat yang
telah ditetapkan.
2) Panitia Pengadaan meminta kesediaan wakil dari Peserta yang

hadir ...
265
hadir sebagai saksi. Apabila tidak ada atau hanya ada 1 (satu) saksi
dari Peserta yang hadir, maka pembukaan Dokumen Penawaran
Sampul II ditunda oleh Panitia Pengadaan selama 1 (satu) jam.
3) Apabila setelah ditunda selama 1 (satu) jam, tidak ada wakil
Peserta yang hadir atau hanya ada 1 (satu) Peserta sebagai saksi,
acara pembukaan Dokumen Penawaran tetap dilakukan dengan
disaksikan oleh 2 (dua) orang saksi di luar Panitia Pengadaan,
yang ditunjuk secara tertulis oleh Panitia Pengadaan.
4) Pembukaan Dokumen Penawaran Sampul II dituangkan dalam
Berita Acara Pembukaan Dokumen Penawaran sampul II dan
ditandatangani oleh seluruh Panitia Pengadaan yang hadir dan
para saksi.
5) Salinan Berita Acara Pembukaan Dokumen Penawaran Sampul II
didistribusikan kepada seluruh Peserta yang lulus sampul I.
6) Unsur-unsur yang perlu diteliti dan dinilai dalam evaluasi
penawaran finansial dilakukan terhadap:
a) kewajaran finansial pada Rincian Biaya Langsung Personil
(remuneration);
b) kewajaran penugasan tenaga ahli;
c) kewajaran penugasan tenaga pendukung (apabila ada); dan
d) kewajaran finansial pada Rincian Biaya Langsung Non-
Personil (direct reimbursable cost).
7)
Sebelum melakukan evaluasi penawaran finasial, Panitia
Pengadaan melakukan koreksi aritmatik atas kesalahan
perhitungan, penjumlahan dan sejenisnya. Hasil koreksi
tersebut diklarifikasi dan selanjutnya dituangkan dalam Berita
Acara Klarifikasi dan Koreksi Aritmatik;
8) Penawaran Peserta akan disesuaikan dengan koreksi atas
kesalahan tersebut.
9) Panitia Pengadaan membuat dan menandatangani Berita Acara
Evaluasi Penawaran finansial sekurang-kurangnya memuat:

266
a) nama dan alamat peserta;
b) kelengkapan isi sampul II;
c) besaran usulan biaya dan biaya terkoreksi;
d) kesimpulan tentang kewajaran:
(1) biaya pada Rincian Biaya Langsung Personil
(remuneration);
(2) penugasan tenaga ahli;
(3) penugasan tenaga pendukung; dan
(4) biaya pada Rincian Biaya Langsung Non-Personil (direct
reimbursable cost).
e) keterangan lain yang dianggap perlu;
f) tanggal pembuatan berita acara;
10) Berita Acara Evaluasi Penawaran finansial dilampiri Dokumen
Penawaran Finansial.

k. Negosiasi
1) Panitia Pengadaan mengundang Peserta peringkat terbaik
untuk menghadiri acara negosiasi teknis dan finansial setelah
acara pembukaan dan evaluasi sampul II selesai.
2) Panitia Pengadaan melakukan negosiasi teknis dan finansial
kepada Peserta peringkat terbaik dengan ketentuan sebagai
berikut :
a) negosiasi teknis dan finansial dilakukan Panitia Pengadaan
dengan:
(1)
Direktur utama/ pimpinan perusahaan/Pemimpin
Lembaga/Institusi/ Organisasi nasional atau internasional;
(2) Penerima kuasa Direktur utama/ pimpinan perusahaan/
Pemimpin Lembaga/Institusi/ Organisasi nasional atau
internasional; atau

(3) Pejabat ...


267
(3) Pejabat yang menurut perjanjian kerja sama berhak
mewakili perusahaan yang bekerja sama.
b) Negosiasi teknis dan finansial dilakukan untuk :
(1)
Meyakinkan kejelasan teknis dan finansial,
dengan memperhatikan kesesuaian antara
bobot pekerjaan dengan tenaga ahli dan/atau
tenaga pendukung yang ditugaskan, serta
mempertimbangkan kebutuhan perangkat/
fasilitas pedukung yang proposional guna
pencapaian hasil kerja yang optimal; dan
(2) Memperoleh kesepakatan finansial yang efisien
dan efektif dengan tetap memperhatikan
hasil yang ingin dicapai sesuai dengan penawaran
teknis yang diajukan peserta.
c) Aspek-aspek teknis yang perlu diklarifikasi dan di-
negosiasi terutama :
(1) Lingkup dan sasaran jasa Badan Penyiapan;
(2) Cara penanganan pekerjaan dan rencana kerja;
(3) Kualifikasi tenaga ahli;
(4) Organisasi pelaksanaan;
(5) Jadwal pelaksanaan pekerjaan;
(6) Jadwal penugasan personil; dan
(7) Fasiltas penunjang.
d) Aspek-aspek finansial yang perlu diklarifikasi dan
dinegosiasi terutama :
(1)
Kesesuaian rencana kerja dengan jenis
pengeluaran biaya;
(2) Volume kegiatan dan jenis pengeluaran;dan
(3) Biaya satuan dibandingkan dengan biaya yang

268
berlaku di pasaran.
e) Klarifikasi dan negosiasi terhadap biaya tenaga
pendukung (tenaga teknik dan penunjang/
administrasi), seperti: tenaga survey, sekretaris, atau
manajer kantor, dilakukan berdasarkan harga pasar
tenaga pendukung tersebut.
f) Negosiasi biaya dilakukan terhadap total penawaran
biaya terkoreksi yang melebihi pagu anggaran, agar
didapatkan total penawaran biaya hasil negosiasi
yang memenuhi HPS, tanpa mengurangi kualitas
penawaran teknis.
g) Harga satuan yang dapat dinegosiasikan yaitu Biaya
Langsung Non Personil yang dapat diganti (direct
reimbursable cost) dan/atau Biaya Langsung Personil
(remuneration) yang dinilai tidak wajar.
h) Apabila hasil evaluasi finansial dan negosiasi
tidak ditemukan hal-hal yang tidak wajar, maka total
penawaran finansial dapat diterima sepanjang tidak
melebihi pagu anggaran.
i) Apabila klarifikasi dan negosiasi dengan Peserta
peringkat terbaik Seleksi tidak menghasilkan
kesepakatan, maka Panitia Pengadaan melanjutkan
dengan mengundang Peserta peringkat kedua (jika
ada) untuk melakukan proses klarifikasi dan negosiasi
sebagaimana di atur dalam huruf a) dan seterusnya.
j) Apabila dalam klarifikasi dan negosiasi dengan
peserta peringkat kedua tidak menghasilkan
kesepakatan, maka Panitia Pengadaan melanjutkan
dengan mengundang peserta perigkat ketiga (jika
ada), yang selanjutnya dilakukan proses klarifikasi
dan negosiasi sebagaimana di atur dalam huruf a) dan
seterusnya.

k) Apabila ...
269
k) Apabila klarifikasi dan negosiasi teknis dan biaya
dengan peserta peringkat kedua dan ketiga tidak
menghasilkan kesepakatan maka PJPK menyatakan
Seleksi dinyatakan gagal.
l) Panitia Pengadaan membuat Berita Acara Hasil
Klarifikasi dan Negosiasi.

l. Penerbitan Berita Acara Hasil Seleksi


1) Panitia Pengadaan membuat Berita Acara Hasil Seleksi.
2) Berita Acara Hasil Seleksi merupakan kesimpulan dari hasil
evaluasi administrasi, teknis dan finansial yang dibuat oleh
Panitia Pengadaan dan ditandatangani oleh paling kurang dua
pertiga dari jumlah anggota Panitia Pengadaan.
3) Berita Acara Hasil Seleksi bersifat rahasia sampai dengan
penunjukan Badan Penyiapan.
4) Berita Acara Hasil Seleksi memuat hal-hal sebagai berikut :
a) Nama semua peserta seleksi yang ikut prakualifikasi;
b) Nama peserta Seleksi yang lulus prakualifikasi;
c) Hasil penawaran administrasi dan nilai evaluasi teknis;
d) Biaya penawaran dari peserta seleksi yang lulus evaluasi
administrasi dan teknis;
e) Hasil klarifikasi dan negosiasi;
f) Pagu anggaran dan HPS;
g) Metode evaluasi yang digunakan;
h) Unsur-unsur yang dievaluasi;
i) Rumus yang dipergunakan;
j) Keterangan-keerangan lain yang dianggap perlu mengenai hal
ikwal pelaksanaan seleksi;
k) Jumlah peserta yang lulus dan tidak lulus pada setiap tahapan
evaluasi; dan
l) Tanggal dibuatnya Berita Acara.

270
m. Penetapan pemenang
1) Berdasarkan Berita Acara Hasil Seleksi, Panitia Pengadaan
membuat dan menyampaikan laporan kepada PJPK untuk
menetapkan pemenang.
2) Laporan sebagaimana dimaksud angka 1), disertai usulan calon
pemenang, calon pemenang cadangan satu dan dua (apabila ada).
3) PJPK menetapkan pemenang lelang, pemenang cadangan satu
dan dua (apabila ada) berdasarkan usulan dari Panitia Pengadaan
paling lambat 10 (sepuluh) hari kerja, setelah usulan diterima.
4) Dalam hal PJPK tidak setuju dengan usulan Panitia pengadaan,
maka PJPK membahas hal tersebut dengan Panitia Pengadaan
untuk mengambil keputusan dan kemudian dituangkan kedalam
Berita Acara yang ditandatangani PJPK dan Panitia Pengadan.
5) Berita Acara sebagaimana dimaksud pada angka 4) memuat
informasi keberatan dan kesepakatan pada saat pembahasan.
6) Keputusan sebagaimana dimaksud angka 4) berupa menyetujui
usulan Panitia Pengadaan atau melakukan evaluasi ulang.
7) Penetapan pemenang Seleksi disusun sesuai dengan urutannya dan
sekurang-kurangnya harus memuat :
a) Nama paket pekerjaan dan nilai paket pekerjaan;
b) Nama dan alamat peserta;
c) Nomor Pokok Wajib Pajak (NPWP);
d) Penawaran finansial; dan
e) Nilai gabungan penawaran teknis dan penawaran finansial.
8) Data pendukung yang diperlukan untuk menetapkan pemenang
adalah :
a) Dokumen Pengadaan beserta perubahannya (apabila ada);
b) Berita Acara Pemberian Penjelasan;

b) Berita ...
271
c) Berita Acara Evaluasi Penawaran Finansial dan Perhitungan
Kombinasi Teknis dan Biaya; dan
d) Dokumen Penawaran dari peserta peringkat pertama dan kedua
dan ketiga.

n. Penunjukan Badan Penyiapan oleh PJPK


1) Berdasarkan surat penetapan pemenang, PJPK menerbitkan surat
penunjukan Badan Penyiapan kepada peserta pemenang Seleksi.
2) Apabila pemenang yang ditunjuk mengundurkan diri, maka
dilakukan proses negosiasi teknis dan finansial kepada Pemenang
cadangan kesatu dan kedua sesuai urutannya (apabila ada),
selama masa surat penawarannya masih berlaku atau sudah
diperpanjang masa berlakunya.
3) Apabila Pemenang, Pemenang cadangan kesatu dan kedua
(apabila ada) yang akan ditunjuk sebagai Badan Penyiapan
mengundurkan diri, maka seleksi dinyatakan gagal oleh PJPK.
4)
Bagi Pemenang, Pemenang cadangan kesatu atau kedua
(apabila ada) yang mengundurkan diri dengan alasan yang
tidak dapat diterima, dikenakan sanksi berupa dimasukkan
dalam Daftar Hitam.

o. Penandatanganan perjanjian Penyiapan KPBU.


Perjanjian penyiapan KPBU ditandatangani paling lambat 10 (sepuluh)
hari kerja setelah Surat Penunjukan Badan Penyiapan.

2. Seleksi Metode Evaluasi Kualitas dan Biaya


Seleksi terhadap badan usaha atau lembaga/institusi/organisasi nasional
atau Internasional sebagai Badan Penyiapan, sekurang-kurangnya
dilaksanakan melalui tahapan sebagai berikut:
a. Undangan kepada peserta yang lulus kualifikasi dengan melampirkan

272
Dokumen Permintaan Proposal (RfP).
1) Panitia Pengadaan mengundang badan usaha atau lembaga/
institusi/organisasi nasional atau internasional yang lulus
kualifikasi dan melampirkan Dokumen Permintaan Proposal
(RfP).
2) Isi dari Rancangan Dokumen Permintaan Proposal (RfP)
sekurang-kurangnya terdiri dari:
a) Instruksi kepada peserta memuat antara lain :
(1) Umum, meliputi:
(a) Tujuan;
(b) Ruang Lingkup;
(c) Output;
(d) Jadwal; dan
(e) Persyaratan yang harus dipenuhi.
(2) Dokumen, meliputi:
(a) Isi dokumen;
(b) Bahasa; dan
(c) Ketentuan perubahan dan tambahan waktu
pemasukan dokumen penawaran.
(3)
Penyiapan dan penyampaian dokumen penawaran,
meliputi:
(a) Ketentuan penyampaian dokumen penawaran;
(b) Batas akhir pemasukan;
(c) Ketentuan keterlambatan penyampaian dokumen
penawaran; dan
(d) Ketentuan perubahan, penambahan dan penarikan
dokumen.
(4) Proses evaluasi, meliputi:
(a) Evaluasi dokumen penawaran;

(b) Kerahasian ...


273
(b) Kerahasiaan data peserta; dan
(c) Klarifikasi .

b) Ketentuan pembukaan dan evaluasi dokumen penawaran


Panitia Pengadaan menetapkan tata cara pembukaan
dokumen penawaran dan evaluasi penawaran yang didukung
dengan kriteria penilaian yang jelas dan terukur;
c) Larangan Korupsi, Kolusi dan Nepotisme (KKN), Penipuan
serta pertentangan kepentingan;
d) Kerangka Acuan Kerja;
e) Mekanisme pembayaran termasuk success fee bila ada;
f) Rancangan Perjanjian; dan
g) Hal-hal lain yang dianggap perlu oleh Panitia Pengadaan
untuk dicantumkan dan dipersyaratkan di dalam Dokumen
Permintaan Proposal (RfP).

b. Pemberian penjelasan
1) Pemberian penjelasan dilakukan di tempat dan pada waktu yang
ditentukan, dihadiri oleh para peserta yang diundang.
2) Ketidakhadiran peserta pada saat pemberian penjelasan tidak
dapat dijadikan dasar untuk menolak/menggugurkan penawaran.
3) Perwakilan peserta yang hadir pada saat pemberian penjelasan
menunjukkan tanda pengenal dan surat tugas kepada Panitia
Pengadaan.
4) Dalam pemberian penjelasan, harus dijelaskan kepada peserta
mengenai:
a) Ketentuan umum;
b) Lingkup pekerjaan;
c) Proses penawaran;
d) Tata cara evaluasi Dokumen Penawaran;

274
e) Mekanisme pembayaran termasuk success fee bila ada;
f) Kelengkapan yang harus dilampirkan bersama Dokumen
Penawaran;
g) Jadwal pemasukan dan pembukaan Dokumen Penawaran;
h) Hal-hal yang menggugurkan Penawaran;
i) Rancangan Perjanjian Kerjasama; dan
j) Hal-hal lain yang dianggap perlu oleh Panitia Pengadaan
untuk dicantumkan dan dipersyaratkan di dalam Dokumen
Permintaan Proposal (RfP).
5) Pemberian penjelasan dilakukan dengan cara:
a) Penjelasan secara langsung pada rapat pemberian penjelasan
yang dihadiri oleh Peserta;
b) Panitia Pengadaan memberikan kesempatan kepada seluruh
peserta untuk menyampaikan pertanyaan secara tertulis; dan
c) Apabila dipandang perlu, pemberian penjelasan dilakukan
dengan peninjauan lapangan.
6) Pemberian penjelasan Dokumen Permintaan Proposal (RfP)
sebagaimana dimaksud angka 5) huruf a dilakukan dengan
ketentuan sebagai berikut:
a) Peserta dapat memberikan pertanyaan dan/atau tanggapan
terhadap Dokumen Permintaan Proposal (RfP) dan/atau
Proyek KPBU. Dalam hal Peserta berbentuk Konsorsium,
maka diwakili oleh Pimpinan (Lead) Konsorsium atau pihak
yang diberi kuasa oleh Pimpinan (Lead) Konsorsium.
b) ketidakhadiran Peserta pada Pemberian Penjelasan tidak
dapat dijadikan dasar untuk menggugurkan/menolak
penawaran.
c) pemberian penjelasan dituangkan dalam Berita Acara
Pemberian Penjelasan yang ditandatangani oleh Panitia
Pengadaan dan Peserta atau perwakilan Peserta yang hadir

dan ...
275
dan disampaikan kepada seluruh peserta sebagaimana diatur
dalam Dokumen Permintaan Proposal (RfP).
d) apabila tidak ada satupun peserta yang hadir atau Peserta/
Perwakilan Peserta yang hadir tidak bersedia menandatangani
berita acara pemberian penjelasan maka Berita Acara
Pemberian Penjelasan cukup ditandatangani oleh Panitia
Pengadaan yang hadir.
7) Pemberian penjelasan Dokumen Permintaan Proposal (RfP)
sebagaimana dimaksud angka 5) huruf b dilakukan dengan
ketentuan sebagai berikut:
a) Peserta menyampaikan pertanyaan secara tertulis sejak
diterimanya undangan untuk menjadi Peserta sampai dengan
batas akhir pengajuan pertanyaan sebagaimana ditetapkan
dalam Dokumen Permintaan Proposal (RfP);
b) Panitia Pengadaan segera menjawab pertanyaan dari peserta
dan menyampaikan hasil jawaban kepada seluruh peserta.
c)
Seluruh pertanyaan dan jawaban yang disampaikan
sebagaimana dimaksud pada huruf a) dan huruf b),
dituangkan dalam Daftar Pertanyaan dan Jawaban yang
selanjutnya menjadi lampiran dari Berita Acara Pemberian
Penjelasan.
8) Dalam hal dilakukan pemberian penjelasan dengan Peninjauan
Lapangan, maka hasil Pemberian Penjelasan tersebut dituangkan
dalam Berita Acara Pemberian Penjelasan Peninjauan Lapangan.
9) Pemberian penjelasan isi Dokumen Permintaan Proposal (RfP),
pertanyaan dari peserta, jawaban dari Panitia Pengadaan,
perubahan substansi dokumen, hasil peninjauan lapangan, serta
keterangan lain dituangkan dalam Berita Acara Pemberian
Penjelasan (BAPP) merupakan bagian yang tidak terpisahkan
dari Dokumen Permintaan Proposal (RfP).
10) Apabila tidak ada satu pun peserta yang hadir atau yang bersedia
menandatangani BAPP maka BAPP cukup ditandatangani oleh
anggota Panitia Pengadaan yang hadir.

276
c. Perubahan Dokumen Permintaan Proposal (RfP) (ika diperlukan)
1) Apabila dalam BAPP sebagaimana dimaksud pada huruf b angka
(8) terdapat hal-hal/ketentuan baru atau perubahan penting yang
perlu ditampung maka Panitia Pengadaan menuangkan ke dalam
Perubahan Dokumen Permintaan Proposal (RfP) yang menjadi
bagian tidak terpisahkan dari Dokumen Permintaan Proposal
(RfP).
2)
Perubahan sebagaimana dimaksud pada angka 1) harus
mendapatkan persetujuan dari PJPK.
3) PJPK memberikan persetujuan paling lambat 5 (lima) hari kerja
setelah perubahan diusulkan oleh Panitia Pengadaan.
4) Apabila PJPK tidak memberikan jawaban atas usulan perubahan
sebagaimana dimaksud pada angka 3) maka PJPK dianggap tidak
menyetujui perubahan dokumen yang diusulkan.
5) Apabila ketentuan baru atau perubahan penting tersebut tidak
dituangkan dalam Perubahan Dokumen Permintaan Proposal
(RfP) maka ketentuan baru atau perubahan tersebut dianggap
tidak ada dan ketentuan yang berlaku adalah yang tercantum
dalam Dokumen Permintaan Proposal (RfP).
6)
Setiap perubahan Dokumen Permintaan Proposal (RfP)
merupakan bagian yang tidak terpisahkan dari Dokumen
Permintaan Proposal (RfP) dan disampaikan kepada seluruh
peserta.
7) Dalam perubahan Dokumen Permintaan Proposal (RfP), Panitia
Pengadaan dapat memberikan tambahan waktu pemasukan
Dokumen Penawaran.

d. Pemasukan Dokumen Penawaran (Dua Sampul);


1) Peserta menyampaikan Dokumen Penawaran kepada Panitia

Pengadaan ...
277
Pengadaan sesuai jadwal yang ditetapkan dalam Dokumen
Permintaan Proposal (RfP).
2) Dokumen Penawaran disampaikan dalam 2 (dua) sampul.
Sampul I berisi Dokumen Penawaran Administrasi dan Teknis,
Sampul II berisi Dokumen Penawaran Finansial.
3) Panitia Pengadaan menolak Dokumen Penawaran yang masuk
setelah batas akhir pemasukan Dokumen.
4) Peserta menyampaikan Dokumen Penawaran sesuai dengan yang
dipersyaratkan dalam Dokumen Permintaan Proposal (RfP),
yang meliputi:
a) Sampul I (administrasi dan teknis), meliputi:
(1) Surat penawaran;
(2) Surat kuasa dari pemimpin/direktur utama badan usaha
atau lembaga/institusi/organisasi nasional atau
internasional kepada penerima kuasa yang namanya
tercantum dalam akte pendirian atau perubahannya
(apabila dikuasakan);
(3) Surat Perjanjian Kemitraan/Konsorsium (apabila ada);
(4) Dokumen penawaran teknis; dan
(5) Dokumen lainnya yang dipersyaratkan dalam Dokumen
Permintaan Proposal (RfP) (apabila ada).
b) Sampul II (finansial) yang terdiri dari:
(1) Surat penawaran finansial yang di dalamnya tercantum
masa berlaku penawaran dan total biaya penawaran;
(2) Rekapitulasi penawaran finansial;
(3) Rincian Biaya Langsung Personil (remuneration);
(4) Rincian Biaya Langsung Non-Personil (direct reimbursable
cost); dan
(5) Dokumen lainnya yang dipersyaratkan dalam Dokumen
Pemilihan (apabila ada).

278
e. Pembukaan dan evaluasi Dokumen penawaran Sampul I;
1) Pembukaan Dokumen Penawaran Sampul I dilakukan oleh
panitia Pengadaan di hadapan Peserta pada waktu dan tempat
yang telah ditetapkan.
2) Panitia Pengadaan meminta kesediaan wakil dari Peserta yang
hadir sebagai saksi, apabila tidak terdapat saksi atau hanya ada 1
(satu) saksi dari Peserta yang hadir, maka Pembukaan Dokumen
Penawaran ditunda oleh Panitia Pengadaan selama 1 (satu) jam.
3) Apabila setelah ditunda selama 1 (satu) jam, tidak ada wakil
Peserta yang hadir atau hanya ada 1 (satu) Peserta sebagai saksi,
acara pembukaan Dokumen Penawaran tetap dilakukan dengan
disaksikan oleh 2 (dua) orang saksi di luar Panitia Pengadaan,
yang ditunjuk secara tertulis oleh Panitia Pengadaan.
4) Pembukaan Dokumen Penawaran Sampul I dituangkan dalam
Berita Acara Pembukaan Dokumen Penawaran Sampul I dan
ditandatangani oleh seluruh Panitia Pengadaan yang hadir dan
para saksi.
5) Salinan Berita Acara Pembukaan Dokumen Penawaran Sampul I
didistribusikan kepada seluruh Peserta.
6)
Dalam melakukan evaluasi Panitia Pengadaan dilarang
mengubah, manambah dan/atau mengurangi kriteria
serta tata cara evaluasi setelah batas akhir pemasukan Dokumen
Penawaran.
7) Panitia Pengadaan melakukan evaluasi terhadap Dokumen
Penawaran Sampul I yang meliputi:
a) Evaluasi administrasi
(1) evaluasi terhadap data administrasi hanya dilakukan
terhadap hal-hal yang tidak dinilai pada saat penilaian
Kualifikasi.
(2) Penawaran dinyatakan memenuhi persyaratan
administrasi,  apabila:

(a) Syarat ...


279
(a) Syarat-syarat substansial yang diminta berdasarkan
Dokumen Pemilihan dipenuhi/dilengkapi;
(b) Surat Penawaran:
i. ditandatangani oleh:
i) Pimpinan badan usaha atau lembaga/
institusi/ organisasi nasional atau
internasional;
ii) penerima kuasa dari Pimpinan badan usaha
atau lembaga/institusi/organisasi nasional
atau internasional dalam akte pendirian atau
perubahannya; atau
iii)
pejabat yang menurut perjanjian kerja
sama berhak mewakili Badan Usaha atau
lembaga/institusi/organisasi nasional atau
internasional yang bekerja sama.
ii. jangka waktu berlakunya surat penawaran
tidak kurang dari waktu yang ditetapkan dalam
Dokumen Permintaan Penawaran (RfP);
iii. jangka waktu pelaksanaan pekerjaan yang
ditawarkan tidak melebihi jangka waktu yang
ditetapkan dalam Dokumen Permintaan
Penawaran (RfP); dan
iv. bertanggal.
(3) Panitia Pengadaan dapat melakukan klarifikasi terhadap
hal-hal yang kurang jelas dan meragukan.
(4) Penawaran yang memenuhi persyaratan administrasi
dilanjutkan dengan evaluasi teknis.
(5) Apabila hanya ada 1 (satu) atau 2 (dua) peserta yang
memenuhi persyaratan administrasi, maka evaluasi tetap
dilanjutkan dengan evaluasi teknis; dan
(6) Apabila tidak ada Peserta yang memenuhi persyaratan
administrasi, maka Seleksi dinyatakan gagal. 

280
b) Evaluasi teknis.
(1)
Evaluasi teknis dilakukan terhadap peserta yang
memenuhi persyaratan administrasi.
(2) Unsur-unsur yang dievaluasi harus sesuai dengan yang
ditetapkan dalam Dokumen Permintaan Proposal (RfP).
(3)
Evaluasi penawaran teknis dilakukan dengan cara
memberikan nilai angka tertentu pada setiap kriteria
yang dinilai dan bobot yang telah ditetapkan dalam
Dokumen Permintaan Proposal (RfP), kemudian
membandingkan jumlah perolehan nilai dari para
peserta, dengan ketentuan:
(a) unsur-unsur pokok yang dinilai adalah: pengalaman,
pendekatan dan metodologi, serta kualifikasi tenaga
ahli.
(b) penilaian dilakukan sesuai pembobotan dari masing-
masing unsur yang telah ditentukan dalam Dokumen
Permintaan Proposal (RfP).
(4) Penilaian pengalaman peserta dilakukan dengan ketentuan
sebagai berikut:
(a) pengalaman peserta dilengkapi dengan referensi dari
pengguna jasa, yang menunjukkan kinerja peserta. Sub
unsur yang dinilai, antara lain:
i. pengalaman melaksanakan proyek/kegiatan sejenis;
ii. pengalaman melaksanakan di lokasi proyek/kegiatan;
iii. pengalaman manajerial dan fasilitas utama; dan
iv. kapasitas perusahaan atau lembaga / institusi/
organisasi dengan memperhatikan jumlah tenaga ahli
tetap.
(b)
pengalaman tersebut diuraikan secara jelas dengan
mencantumkan informasi: nama pekerjaan yang

dilaksanakan ...
281
dilaksanakan, lingkup dan data pekerjaan yang
dilaksanakan secara singkat, lokasi, pemberi tugas, nilai,
dan waktu pelaksanaan (menyebutkan bulan dan tahun).
(c) penilaian juga dilakukan terhadap jumlah pekerjaan
yang sedang dilaksanakan oleh peserta, disamping untuk
mengukur pengalaman juga dapat dipergunakan
untuk mengukur kemampuan/kapasitas peserta yang
bersangkutan dalam melaksanakan tugasnya.
(5) Penilaian Pendekatan dan Metodologi, dilakukan atas:
(a)
Pemahaman perusahaan atau lembaga / institusi/
organisasi peserta atas lingkup pekerjaan/jasa layanan
yang diminta dalam KAK, pemahaman atas sasaran/
tujuan, kualitas metodologi, dan hasil kerja, sub unsur
yang dinilai antara lain:
i. pemahaman atas jasa layanan yang tercantum
dalam KAK, penilaian terutama meliputi: pengertian
terhadap tujuan proyek/kegiatan, lingkup serta jasa
konsultansi yang diperlukan (aspek-aspek utama
yang diindikasikan dalam KAK), dan pengenalan
lapangan;
ii. kualitas metodologi, penilaian terutama meliputi:
ketepatan menganalisa masalah dan langkah
pemecahan yang diusulkan dengan tetap mengacu
kepada persyaratan KAK, konsistensi antara
metodologi dengan rencana kerja apresiasi terhadap
inovasi, tanggapan terhadap KAK khususnya
mengenai data yang tersedia, orang bulan
(person month) tenaga ahli, uraian tugas, jangka
waktu pelaksanaan laporan-laporan yang
disyaratkan, jenis keahlian serta jumlah tenaga ahli
yang diperlukan, program kerja, jadwal pekerjaan,
jadwal penugasan organisasi, kebutuhan jumlah
orang bulan, dan kebutuhan fasilitas penunjang;
iii. hasil kerja (deliverable), penilaian meliputi antara

282
lain: analisis, spesifikasi teknis, perhitungan teknis,
laporan-laporan dan gambar-gambar kerja (bila
diperlukan).
iv. fasilitas pendukung dalam melaksanakan pekerjaan
yang diminta dalam KAK.
(b)
Peserta yang mengajukan gagasan baru yang
meningkatkan kualitas keluaran yang diinginkan dalam
KAK diberikan nilai lebih.
(6) Kualifikasi Tenaga Ahli, penilaian dilakukan atas:
(a) Tenaga ahli yang diusulkan untuk melaksanakan
pekerjaan dengan memperhatikan jenis keahlian,
persyaratan, serta jumlah tenaga yang telah diindikasikan
di dalam KAK.
(b) Sub unsur yang dinilai pada tenaga ahli, antara lain :
i. Pengalaman kerja profesional seperti yang
disyaratkan dalam KAK, didukung dengan referensi
dari pengguna jasa. Bagi tenaga ahli yang diusulkan
sebagai pemimpin/wakil pemimpin pelaksana
pekerjaan dinilai pula pengalaman sebagai pemimpin/
wakil pemimpin tim.
ii. Sertifikat keahlian/profesi yang dikeluarkan oleh
pihak yang berwenang mengeluarkan, sesuai dengan
keahlian/profesi yang disyaratkan dalam KAK.
iii.
Lain-lain: penguasaan bahasa Inggris, bahasa
Indonesia (bagi konsultan Asing). Personil yang
menguasai/memahami aspek-aspek tersebut diatas
dapat diberikan nilai lebih tinggi.
(7) Hasil evaluasi teknis harus melewati ambang batas nilai teknis
(passing grade) yang ditetapkan dalam Dokumen Permintaan
Proposal (RfP).
(8) Apabila tidak ada pesera yang lulus evaluasi teknis maka
Seleksi dinyatan gagal.

(9) Panitia ...


283
(9) Panitia Pengadaan membuat Berita Acara Evaluasi Penawaran
Administrasi dan Teknis yang paling sedikit memuat:
(a) nama semua peserta;
(b) hasil evaluasi penawaran administrasi dan teknis
termasuk alasan ketidaklulusan peserta;
(c) nilai evaluasi teknis diurutkan mulai dari nilai tertinggi;
(d) ambang batas nilai teknis;
(e) keterangan-keterangan lain yang dianggap perlu
mengenai pelaksanaan Seleksi;
(f) jumlah peserta yang lulus dan tidak lulus pada setiap
tahapan evaluasi;
(g) tanggal dibuatnya Berita Acara; dan
(h) pernyataan bahwa Seleksi gagal apabila tidak ada
penawaran yang memenuhi syarat.
f. Penetapan peringkat teknis
1) PJPK menetapkan urutan peringkat teknis, berdasarkan usulan
Panitia Pengadaan dan Berita Acara Evaluasi Penawaran
Administrasi dan Teknis paling lambat 5 (lima) hari kerja sejak
diterimanya usulan.
2) Apabila PJPK tidak menyetujui usulan peringkat teknis dari
Panitia Pengadaan, maka PJPK menetapkan evaluasi ulang atau
seleksi gagal.
3) Penetapan peringkat teknis disusun sesuai denga urutannya dan
harus memuat :
a) Nama peserta serta nilai teknis yang diperoleh;
b) Nomor Pokok Wajib Pajak (NPWP); dan
c) Hasil evaluasi penawaran adminstrasi, teknis dan biaya.
4) Data pendukung yang diperlukan untuk menetapkan peringkat
teknis adalah :
a)
Dokumen permintaan proposal beserta Perubahannya
(apabila ada);

284
b) Berita Acara penjelasan;
c) Berita Acara evaluasi penawaran administrasi dan teknis; dan
d) Dokumen Penawaran dari peserta dengan peringkat teknis
terbaik dan peringkat teknis terbaik kedua dan ketiga.

g. Pemberitahuan dan pengumuman peringkat teknis


1) Panitia Pengadaan memberitahukan penetapan peringkat teknis
kepada setiap peserta serta diumumkan di website instansi PJPK
untuk masyarakat, yang sekurang-kurangnya memuat :
a) Nama dan alamat peserta;
b) Nomor Pokok Wajib Pajak;
c) Hasil evaluasi penawaran administrasi dan teknis (kelulusan/
ketidaklulusan);
d) Nilai teknis; dan
e) Ambang batas nilai teknis.
2) Pemberitahuan sebagaimana dimaksud pada angka 1) dapat
dilakukan secara elektronik.

h. Undangan pembukaan Dokumen Penawaran Sampul II;


1) Panitia Pengadaan mengundang peserta Pelelangan yang lulus
evaluasi sampul I untuk menghadiri acara pembukaan
Dokumen Penawaran sampul II segera setelah pengumuman
peringkat teknis diumumkan.
2) Undangan mencantumkan tempat, hari, tanggal dan waktu
pembukaan Dokumen Sampul II.

i. Pembukaan dan evaluasi Dokumen Penawaran Sampul II;


1) Pembukaan Dokumen Penawaran sampul II dilakukan oleh
Panitia Pengadaan di hadapan Peserta yang lulus evaluasi
Dokumen Penawaran sampul I pada waktu dan tempat yang
telah ditetapkan.
2) Panitia...
285
2) Panitia Pengadaan meminta kesediaan wakil dari Peserta yang
hadir sebagai saksi. Apabila tidak ada atau hanya ada 1 (satu) saksi
dari Peserta yang hadir, maka pembukaan Dokumen Penawaran
ditunda oleh Panitia Pengadaan selama 1 (satu) jam.
3) Apabila setelah ditunda selama 1 (satu) jam, tidak ada wakil
Peserta yang hadir atau hanya ada 1 (satu) Peserta sebagai saksi,
acara pembukaan Dokumen Penawaran tetap dilakukan dengan
disaksikan oleh 2 (dua) orang saksi di luar Panitia Pengadaan,
yang ditunjuk secara tertulis oleh Panitia Pengadaan.
4) pembukaan Dokumen Penawaran Sampul II dituangkan dalam
Berita Acara Pembukaan Dokumen Penawaran sampul II dan
ditandatangani oleh seluruh Panitia Pengadaan yang hadir dan
para saksi.
5) Salinan Berita Acara Pembukaan Dokumen Penawaran Sampul II
didistribusikan kepada seluruh peserta yang lulus sampul I
6) Unsur-unsur yang perlu diteliti dan dinilai dalam evaluasi
penawaran finansial dilakukan terhadap:
a) kewajaran finansial pada Rincian Biaya Langsung Personil
(remuneration);
b) kewajaran penugasan tenaga ahli;
c) kewajaran penugasan tenaga pendukung (apabila ada); dan
d) kewajaran finansial pada Rincian Biaya Langsung Non-
Personil (direct reimbursable cost).
7)
Sebelum melakukan evaluasi penawaran finasial, Panitia
Pengadaan melakukan koreksi aritmatik atas kesalahan
perhitungan, penjumlahan dan sejenisnya. Hasil koreksi
tersebut diklarifikasi dan selanjutnya dituangkan dalam Berita
Acara Klarifikasi dan Koreksi Aritmatik;
8) Penawaran peserta akan disesuaikan dengan koreksi atas
kesalahan tersebut.
9) Evaluasi dokumen penawaran menggunakan metode kualitas dan

286
biaya, dilakukan dengan ketentuan :
a) Panitia Pengadaan melakukan perhitungan kombinasi teknis
dan biaya, menghitung nilai kombinasi antara nilai penawaran
teknis dan nilai penawaran biaya terkoreksi.
b) Panitia Pengadaan membuat dan menandatangani Berita
Acara Evaluasi Penawaran dan Perhitungan Kombinasi Teknis
dan finansial sekurang-kurangnya memuat:
(1) nama dan alamat peserta;
(2) besaran usulan finansial;
(3) nilai/skor penawaran:
(a) teknis; dan
(b) finansial
(4) nilai/skor gabungan penawaran teknis dan penawaran
finansial;
(5) kesimpulan tentang kewajaran:
(a)
biaya pada Rincian Biaya Langsung Personil
(remuneration);
(b) penugasan tenaga ahli;
(c) penugasan tenaga pendukung; dan
(d) biaya pada Rincian Biaya Langsung Non-Personil
(direct reimbursable cost).
(6) keterangan lain yang dianggap perlu;
(7) tanggal pembuatan berita acara;
(8) tanda tangan anggota Panitia Pengadaan dan wakil
peserta.
c) Berita Acara Evaluasi Penawaran Finansial dan Perhitungan
Kombinasi teknis dan biaya dilampiri Dokumen Penawaran
Finansial.
d) Dalam ...
287
d) Dalam hal terdapat 2 (dua) atau lebih Peserta mendapatkan
gabungan penawaran teknis dan penawaran finansial
yang sama, penentuan peringkat peserta didasarkan pada
perolehan nilai teknik yang lebih tinggi, dan hal ini dicatat
dalam Berita Acara.

j. Pemberitahuan hasil evaluasi Dokumen Penawaran


Panitia Pengadaan memberitahukan hasil evaluasi Dokumen
Penawaran kepada setiap peserta berdasarkan Berita Acara Evaluasi
Penawaran Finansial dan Perhitungan Kombinasi teknis dan biaya.

k. Negosiasi
1) Panitia Pengadaan mengundang peserta peringkat tebaik untuk
melakukan negosiasi dengan ketentuan:
a) Tidak ada sanggahan dari peserta;
b) Sanggahan terbukti tidak benar; atau
c) Masa sanggah berakhir.
2) Dalam melakukan negosiasi, apabila diperlukan Panitia
Pengadaan dapat melakukan klarifikasi.
3) Panitia Pengadaan melakukan negosiasi teknis dan finansial
dengan ketentuan sebagai berikut :
a) negosiasi teknis dan finansial dilakukan Panitia Pengadaan
dengan :
(1) Direktur utama/pimpinan perusahaan/Pemimpin
Lembaga/Institusi/Organisasi nasional atau internasional;
(2) Penerima kuasa Direktur utama/pimpinan perusahaan/
Pemimpin Lembaga/Institusi/Organisasi nasional atau
internasional; atau
(3) Pejabat yang menurut perjanjian kerja sama berhak
mewakili perusahaan yang bekerja sama.
b) Negosiasi teknis dan finansial dilakukan untuk :

288
(1)
Meyakinkan kejelasan teknis dan finansial, dengan
memperhatikan kesesuaian antara bobot pekerjaan
dengan tenaga ahli dan/atau tenaga pendukung yang
ditugaskan, serta mempertimbangkan kebutuhan
perangkat/fasilitas pedukung yang proposional guna
pencapaian hasil kerja yang optimal; dan
(2) Memperoleh kesepakatan finansial yang efisien dan efektif
dengan tetap memperhatikan hasil yang ingin dicapai
sesuai dengan penawaran teknis yang diajukan peserta.
c) Aspek-aspek teknis yang perlu diklarifikasi dan dinegosiasi
terutama:
(1) Lingkup dan sasaran jasa Badan Penyiapan;
(2) Cara penanganan pekerjaan dan rencana kerja;
(3) Kualifikasi tenaga ahli;
(4) Organisasi pelaksanaan;
(5) Jadwal pelaksanaan pekerjaan;
(6) Jadwal penugasan personil; dan
(7) Fasiltas penunjang.
d) Aspek-aspek finansial yang perlu diklarifikasi dan dinegosiasi
terutama :
(1) Kesesuaian rencana kerja dengan jenis pengeluaran biaya;
(2) Volume kegiatan dan jenis pengeluaran; dan
(3) Biaya satuan dibandingkan dengan biaya yang berlaku di
pasaran.
e) Klarifikasi dan negosiasi terhadap biaya tenaga pendukung
(tenaga teknik dan penunjang/administrasi), seperti:
tenaga survey, sekretaris, atau manajer kantor, dilakukan
berdasarkan harga pasar tenaga pendukung tersebut.
f) Negosiasi finansial dilakukan terhadap total penawaran
biaya terkoreksi yang melebihi HPS, agar didapatkan total

penawaran ...
289
penawaran biaya hasil negosiasi yang memenuhi HPS, tanpa
mengurangi kualitas penawaran teknis.
g) Harga satuan yang dapat dinegosiasikan yaitu Biaya Langsung
Non Personil yang dapat diganti (direct reimbursable cost)
dan/atau Biaya Langsung Personil (remuneration) yang dinilai
tidak wajar.
h) Apabila hasil evaluasi finansial dan negosiasi tidak ditemukan
hal-hal yang tidak wajar, maka total penawaran finansial dapat
diterima sepanjang tidak melebihi pagu anggaran.
i) Apabila klarifikasi dan negosiasi dengan Peserta
peringkat pertama tidak menghasilkan kesepakatan, maka
Panitia Pengadaan melanjutkan dengan mengundang
Peserta dengan peringkat kedua untuk melakukan proses
klarifikasi dan negosiasi sebagaimana di atur dalam huruf a)
dan seterusnya.
j) Apabila dalam klarifikasi dan negosiasi dengan peserta
peringkat kedua tidak menghasilkan kesepakatan, maka
Panitia Pengadaan melanjutkan dengan mengundang
peserta peringkat kedua, yang selanjutnya dilakukan proses
klarifikasi dan negosiasi sebagaimana di atur dalam huruf a)
dan seterusnya.
k) Apabila klarifikasi dan negosiasi teknis dan biaya dengan
peseta peringkat kedua dan ketiga tidak menghasilkan
kesepakatan maka Seleksi dinyatakan gagal.
l) Panitia Pengadaan membuat Berita Acara Hasil Klarifikasi
dan Negosiasi.

l. Penerbitan Berita Acara Hasil Seleksi;


1) Panitia Pengadaan membuat Berita Acara Hasil Seleksi.
2)
Panitia Pengadaan menyampaikan hasil seleksi dengan
melampirkan Berita Acara Hasil Seleksi kepada PJPK untuk
mendapatkan persetujuan.
3) Berita Acara Hasil Seleksi merupakan kesimpulan dari hasil

290
evaluasi administrasi, teknis dan finansial yang dibuat oleh
Panitia Pengadaan dan ditandatangani oleh paling kurang dua
pertiga dari jumlah anggota Panitia Pengadaan.
4) Berita Acara Hasil Seleksi bersifat rahasia sampai dengan
penunjukan Badan Penyiapan.
5) Berita Acara Hasil Seleksi memuat hal-hal sebagai berikut :
a) Nama semua peserta seleksi yang ikut prakualifikasi;
b) Nama peserta Seleksi yang lulus prakualifikasi;
c) Hasil penawaran administrasi dan nilai evaluasi teknis;
d) Biaya penawaran dari peserta seleksi yang lulus evaluasi
administrasi dan teknis;
e) Hasil perhitungan kombinasi teknis dan finansial;
f) Hasil klarifikasi dan negosiasi;
g) HPS;
h) Metode evaluasi yang digunakan;
i) Unsur-unsur yang dievaluasi;
j) Rumus yang dipergunakan;
k) Keterangan-keerangan lain yang dianggap perlu mengenai hal
ikhwal pelaksanaan seleksi; dan
l) Tanggal dibuatnya Berita Acara.

m. Penetapan pemenang
1) Berdasarkan Berita Acara Hasil Seleksi, Panitia Pengadaan
membuat dan menyampaikan laporan kepada PJPK untuk
menetapkan pemenang.
2) Laporan sebagaimana dimaksud angka 1), disertai usulan calon
pemenang, calon pemenang cadangan satu dan dua (apabila ada).
3) PJPK menetapkan pemenang, pemenang cadangan satu dan dua
(apabila ada) berdasarkan usulan dari Panitia Pengadaan paling
lambat 10 (sepuluh) hari kerja.
4) Dalam ...
291
4) Dalam hal PJPK tidak setuju dengan usulan Panitia pengadaan,
maka PJPK membahas hal tersebut dengan Panitia Pengadaan
untuk mengambil keputusan dan kemudian dituangkan kedalam
Berita Acara yang ditandatangani PJPK dan Panitia Pengadaan.
5) Berita Acara sebagaimana dimaksud pada angka 4) memuat
informasi keberatan dan kesepakatan pada saat pembahasan.
6) Keputusan sebagaimana dimaksud angka 4) berupa menyetujui
usulan Panitia Pengadaan atau melakukan evaluasi ulang.
7) Penetapan pemenang Seleksi disusun seusai dengan urutannya
dan sekurang-kurangnya harus memuat :
a) Nama paket pekerjaan dan nilai paket pekerjaan;
b) Nama dan alamat peserta;
c) Nomor Pokok Wajib Pajak (NPWP);
d) Penawaran finansial; dan
e) Nilai gabungan penawaran teknis dan penawaran finansial.

8) Data pendukung yang diperlukan untuk menetapkan pemenang


adalah :
a) Dokumen Pengadaan beserta perubahannya (apabila ada);
b) Berita Acara Pemberian Penjelasan;
c) Berita Acara Evaluasi Penawaran Finansial dan Perhitungan
Kombinasi Teknis dan Biaya; dan
d) Dokumen Penawaran dari peserta yang menduduki peringkat
pertama dan peringkat kedua dan ketiga.
n. Pemberitahuan dan pengumuman pemenang
1)
Panitia Pengadaan memberitahukan penetapan pemenang
kepada seluruh peserta, serta diumumkan di website instansi
PJPK yang sekurang-kurangnya memuat :
a) Nama dan alamat peserta;
b) Nomor Pokok Wajib Pajak (NPWP);
c) Penawaran biaya setelah koreksi aritmatik; dan
d) Nilai gabungan penawaran teknis dan penawaran biaya.

292
2) Pemberitahuan sebagaimana dimaksud pada angka 1) dapat
dilakukan secara elektronik.

o. Sanggahan;
1)
Peserta yang memasukkan Dokumen Penawaran dapat
menyampaikan sanggahan secara tertulis atas penetapan
pemenang kepada Panitia Pengadaan dalam waktu 5 (lima) hari
kerja setelah pengumuman pemenang, disertai bukti terjadinya
penyimpangan, dengan tembusan kepada PJPK.
2)
Sanggahan dapat disampaikan oleh peserta baik secara
sendiri-sendiri maupun bersama-sama dengan peserta lain
apabila terjadi penyimpangan prosedur meliputi :
a) Penyimpangan ketentuan dan prosedur diatur
Peraturan Kepala ini dan yang telah ditetapkan dalam
Dokumen Permintaan Proposal (RfP);
b) Rekayasa tertentu sehingga menghalangi terjadinya
persaingan usaha yang sehat; dan/atau
c) Penyalahgunaan wewenang oleh Panitia Pengadaan dan/atau
pejabat yang berwenang lainnya.
3) PJPK wajib memberikan jawaban tertulis atas semua sanggahan
paling lambat 5 (lima) hari kerja stelah menerima surat
sanggahan.
4) Apabila PJPK tidak memberikan jawaban sebagaimana dimaksud
angka 3) maka PJPK dianggap menolak sanggahan.
5) Apabila sanggahan dinyatakan benar maka PJPK menyatakan
evaluasi ulang atau seleksi gagal.
6) Sanggahan yang disampaikan bukan kepada Panitia Pengadaan
atau disampaikan diluar masa sanggah, dianggap sebagai
pengaduan dan tetap harus ditindaklanjuti.

p. Penunjukan Badan Penyiapan oleh PJPK

1) Berdasarkan ...
293
1) Berdasarkan surat penetapan pemenang, PJPK menerbitkan surat
penunjukan Badan Penyiapan kepada peserta pemenang Seleksi.
2) Apabila pemenang yang ditunjuk mengundurkan diri, maka
dilakukan proses negosiasi teknis dan finansial kepada
peringkat teknis kedua dan ketiga sesuai dengan urutan
peringkatnya, selama masa surat penawaranya masih berlaku atau
sudah diperpanjang masa berlakunya;
3) Apabila Pemenang yang akan ditunjuk sebagai Badan Penyiapan
mengundurkan diri, maka seleksi dinyatakan gagal oleh Panitia
Pengadaan.
4) Bagi pemenang lelang, pemenang cadangan satu dan dua
(apabila ada) yang mengundurkan diri dengan alasan yang
tidak dapat diterima, dikenakan sanksi berupa dimasukkan
dalam Daftar Hitam.
q. Penandatanganan perjanjian Penyiapan KPBU.
Perjanjian penyiapan KPBU ditandatangani paling lambat 10
(sepuluh) hari kerja setelah Surat Penunjukan Badan Penyiapan.

Ditetapkan di Jakarta
Pada tanggal 21 Agustus 2015
KEPALA LEMBAGA KEBIJAKAN PENGADAAN BARANG/JASA
PEMERINTAH,

TTD

AGUS PRABOWO

294
295
PERMENKEU
NO.190/PMK.08
Tahun 2015
296
297
297
297
298
298
299
299
300
300
300
301
301
301
302
302
302
303
303
303
304
304
304
305
305
306

Anda mungkin juga menyukai