Konsep Dasar SIG
Konsep Dasar SIG
KARTOGRAFI
OLEH :
TIM WIDYAISWARA
Setelah memahami benar-benar hakekat dari peta, tidaklah sulit untuk kemudian
menelaah apa yang sebenarnya diperlukan sebagai syarat dari peta yang baik. Syarat
peta yang baik mestinya :
1. Tata warna;
2. Simbol (terutama pada peta tematik);
3. Proyeksi.
Sebuah peta harus teliti. Sehubungan dengan itu, perlu diingatkan bahwa tingkat
ketelitian harus disesuaikan dengan tujuan peta dan jenis peta, serta kesanggupan sekala
peta itu dalam menyatakan ketelitian. Sebagai contoh :
Data Geografis
Untuk menyampaikan ide melaui peta dari berbagai hal kedudukannya dalam ruang
muka bumi diamana objek (objek geografis) yang akan disampaikan tersebut tentunya
amatlah rumit. Penyederhanan objek geografis dalam peta terdiri dari :
1. Titik, bentuk titik ini misalnya sebuah menara, tugu dan sebagainya.
2. Garis, misalnya sungai dan jalan.
3. Luasan, misalnya bentuk-bentuk penggunaan tanah, danau dan sebagainya.
Proyeksi Peta
Pada prinsipnya arti proyeksi peta adalah usaha mengubah bentuk bola (bidang
lengkung) ke bentuk bidang datar, dengan persyaratan sebagai berikut ;
Oleh karena itu, untuk dapat membuat rangka peta yang meliputi wilayah yang lebih
besar harus dilakukan kompromi ketiga syarat di atas. Akibat dari kompromi itu maka
lahir bermacam jenis proyeksi peta
Komponen Peta
Setelah kita memahami konsep dasar dari penyusunan peta tersebut di atas, menjadi
semakin mudah untuk menyimak apa saja komponen peta yang baik.
1. Isi peta
Isi peta menunjukan isi dari makna ide penyusun peta yang akan disampaikan kepada
pengguna peta.
Kalau ide yang disampaikan tentang perbedaan curah hujan , isi peta tentunya berupa
isohyet.
2. Judul peta
Judul peta harus mencerminkan isi peta. Isi peta berupa isohyet, tentu judul petanya
menjadi "Peta Distribusi Curah Hujan", dan sebagainya.
Simbol arah dicantumkan dengan tujuan untuk orientasi peta. Arah utara lazimnya
mengarah pada bagian atas peta. Kemudian berbagai tata letak tulisan mengikuti arah
tadi, sehingga peta nyaman dibaca dengan tidak membolak-balik peta. Lebih dari itu,
arah juga penting sehingga si pemakai dapat dengan mudah mencocokan objek di peta
dengan objek sebenarnya di lapangan.
Inzet peta merupakan peta yang diperbersar dari bagian belahan bumi. Sebagai contoh,
kita mau memetakan pulau Jawa, pulau Jawa merupakan bagian dari
kepulauan Indonesia yang diinzet.
Sedangkan index peta merupakan sistem tata letak peta , dimana menunjukan letak peta
yang bersangkutan terhadap peta yang lain di sekitarnya.
6. Grid
Dalam selembar peta sering terlihat dibubuhi semacam jaringan kotak-kotak atau grid
system.
Tujuan grid adalah untuk memudahkan penunjukan lembar peta dari sekian banyak
lembar peta dan untuk memudahkan penunjukan letak sebuah titik di atas lembar peta.
Cara pembuatan grid yaitu, wilayah dunia yang agak luas, dibagi-bagi kedalam
beberapa kotak. Tiap kotak diberi kode. Tiap kotak dengan kode tersebut kemudian
diperinci dengan kode yang lebih terperinci lagi dan seterusnya.
Jenis grid pada peta-peta dasar (peta topografi) di Indonesia yaitu antara lain :
Disamping itu ada juga grid yang dibuat oleh tentara inggris dan grid yang dibuat oleh
Amerika (American Mapping System).
Untuk menyeragamkan sistem grid, Amerika Serikat sedang berusaha membuat sistem
grid yang seragam dengan sistem UTM grid system dan UPS grid system (Universal
Transverse Mercator dan Universal Polar Stereographic Grid System).
7. Nomor peta
Penomoran peta penting untuk lembar peta dengan jumlah besar dan seluruh lembar
peta terangkai dalam satu bagian muka bumi.
A. PROYEKSI PETA
Proyeksi peta adalah suatu sistem yang memberikan hubungan antara posisi titik-titik
di bumi dan di peta. Karena permukaan bumi fisis tidak teratur, maka sulitlah
suatu bidang yang teratur yang mendekati bidang fisis bumi yaitu bidang elipsoid
Peta merupakan gambar permukaan permukaan bumi pada bidang datar dalam ukuran
yang lebih kecil. Dalam hal ini posisi titik-titik pada peta ditentukan terhadap sistem
siku-siku x dan y, sedang posisi titik-titik pada permukaan bumi ditentukan oleh lintang
dan bujur ( dan ). Di dalam konstruksi suatu proyeksi peta , bumi biasanya
digambarkan sebagai bola (dengan jari-jari R = 6370,283 km). Dalam hal ini volume
ellipsoid sama dengan volume bola. Bidang bola inilah yang nantinya akan diambil
perhitungan.
Daerah yang kecil (maksimum 30 km x 30 km) dapat dianggap sebagai daerah yang
datar, sehingga pemetaan daerah tersebut dapat langsung digambar dari hasil
pengukuran di lapangan, tanpa memakai salah satu sistem proyeksi peta. Problem
utama dalam proyeksi peta adalah penyajian bidang lengkung ke bidang datar. Bidang
yang lengkung tidak dapat dibentangkan menjadi bidang datar tanpa akan mengalami
1. luas benar
2. bentuk benar
3. arah benar
4. jarak benar
Keempat syarat tersebut tidak akan dapat dipenuhi, tetapi selalu harus mengorbankan
syarat lainnya. Yang dapat dilakukan hanyalah mereduksi distorsi tersebut sekecil
mungkin untuk memenuhi satu atau lebih syarat-syarat peta ideal, yaitu dengan :
1. membagi daerah yang dipetakan menjadi bagian-bagian yang tidak begitu luas
2. menggunakan bidang datar atau bidang yang dapat didatarkan (kalau didatarkan
Cara penggambaran dari bentuk lengkung ke bentuk datar dapat dilakukan dengan
Penyajian dari permukaan bumi pada suatu bidang datar dibutuhkan untuk
mengekspresi kan posisi titik-titik pada permukaan bumi ke dalam sistem koordinat
bidang datar yang nantinya dapat dipakai untuk perhitungan jarak-jarak dan arah-arah.
Tujuan lain adalah untuk penyajian secara grafis yang dapat dipakai untuk membantu
studi topografi, iklim, vegetasi, tempat tinggal dan sebagainya yang biasanya
tujuan peta
1. Meridian
Meridian adalah garis yang menghubungkan antara kutub utara dan kutub selatan,
meridian :
b. Jarak antar meridian akan menjauh di ekuator dan akan berkumpul jadi satu titik di
c. Jumlah yang tidak terhingga dari meridian bisa digambar pada suatu globe (bola
2. Paralel
Paralel adalah garis yang sejajar dengan ekuator, garis-garis tersebut berupa lingkaran-
lingkaran yang tidak sama besarnya, makin jauh dari ekuator lingkarannya makin kecil.
c. Paralel berpotongan dengan meridian dengan sudut 900. Hal ini berlaku pada setiap
d. Semua paralel kecuali ekoator adalah lingkaran kecil, ekuator merupakan lingkaran
besar
e. Jumlah yang tak terhingga dari paralel dapat digambarkan pada bola bumi. Jadi
setiap titik pada bola bumi akan terletak pada suatu paralel kecuali pada kedua
kutub.
Dalam setiap peta kehutanan dianjurkan untuk menggunakan dua sistem koordinat,
Koordinat
UTM
C. Koordinat Geografis
1. Bujur
Bujur suatu tempat (titik) adalah busur yang diukur (dalam derajat) pada suatu paralel
Bujur dari suatu titik tertentu pada bola bumi diukur ke timur atau ke barat dari meridian
Greenwich. Harga bujur berkisar 00 sampai 1800 ke timur atau ke barat. Apabila suatu
titik hanya diketahui bujur saja, kita tidak dapat mengetahui lokasi secara teliti karena
dengan bujur yang sama dapat terletak pada suatu meridian penuh. Dengan perkataan
lain suatu meridian dapat didefinisikan sebagai suatu garis yang menjadi tempat
Panjang bujur setiap 10 dalam miles/kilometer tidak tetap tergantung dari letak paralel.
Jarak yang paling besar adalah di ekuator karena ekuator merupakan lingkaran besar.
Contoh suatu tempat di Sulawesi Selatan terletak pada 119020’12” , artinya tempat
Lintang suatu tempat didefinisikan sebagai busur yang diukur (dalam derajat) pada
suatu meridian antara tempat tersebut dengan ekuator. Lintang mempunyai harga dari
Apabila suatu tempat (titik) diketahui lintang dan bujur berarti lokasi dapat ditentukan
Garis Ekuator membagi bumi menjadi dua bagian yaitu belahan bumi bagian utara dan
belahan bumi bagian selatan. Garis ekuator ini merupan tempat kedudukan titik-titik
nol untuk posisi lintang. Ke arah utara besarnya lintang adalah 900 (Lintang Utara) dan
begitu juga ke arah Selatan, dimana kutub selatan mempunyai lintang 900 Lintang
Selatan (LS).
Kedudukan suatu tempat ditentukan oleh letak bujur dan lintang tempat tersebut;
sebagai contoh suatu titik mempunyai posisi sebagai berikut 119010’12” BT dan
5014’10” LS, artinya titik tersebut terletak 119010’12” dari garis Prime Meridian ke
a. Proyeksi Silinder
1. bidang proyeksi adalah silinder, artinya semua titik di atas permukaan bumi
3. pada umumnya silinder menyinggung bola bumi. Silinder yang memotong bola
Salah satu bentuk proyeksi silinder transversal adalah proyeksi Universal Transverse
1. Bidang silinder akan memotong bola bumi di dua buah meridian, yang disebut
2. Lebar zone (wilayah) sebesar 60, dengan demikian bumi dibagi dalam 60 zone.
b. Penentuan zone
Dalam sistem koordinat UTM garis paralel dibagi ke dalam zona-zona, dimana lebar
setiap zona adalah 60. Zone nomor 1, dimulai dari daerah yang dibatasi oleh meridian
1800 B dan 1740 B dan dilanjutkan ke arah timur sampai nomor 60. Batas paralel tepi
atas dan tepi bawah adalah 840 utara dan 800 selatan. Dengan demikian untuk daerah
Zone 1 dimulai pada 1800 BB sampai 1740 BT, zone 30 mulai dari 60 BB sampai 00.
Sedangkan pada bumi belahan timur dimulai pada zone 31 (00 – 60 BT).
Zone 1 2 29 30 1 2 60
0m Ekuator
10.000.000 m
Wilayah Indonesia tercakup dalam zone nomor-nomor 46 s/d 54 dengan bujur meridian
Zone B0
46 930
47
990
48
1050
49
1110
50
1170
51
1230
52
1290
53
1350
54
1410
Suatu tempat berkedudukan pada 120014’10” BT; maka tempat tersebut terletak
pada zone = 120 : 6 = 20 karena ada lebihnya 14’10” maka dibulatkan menjadi
21 dan karena terletak pada bujur timur maka tempat tersebut berada pada zone
= 30 + 21 = 51
Suatu tempat berkedudukan tepat pada 1200 BT; zone tempat tersebut adalah :
Untuk arah Vertikal (ordinat/sumbu Y), garis ekuator mempunyai dua nilai, yaitu :
Untuk arah horizontal (absis/sumbu X), nilai tengah setiap zone adalah 500.000 m. Ke
arah timur dari tengah-tengah zone nilai absisnya lebih besar dari 500.000 m dan ke
Pada gambar dibawah ini diperlihatkan posisi absis (sumbu X) dari titik A yang berada
diakhir zone 50 atau di awal zone 51. Titik A mempunyai dua koordinat, yaitu
sedangkan pada awal zone 51 nilai absis tidak dimulai dari nol atau dilanjutkan setelah
Begitu juga tidak diperbolehkan membuat peta lebih dari satu zone, seperti yang
diperlihatkan pada gambar di bawah. Titik Q berada pada zone 51, seharusnya nilai
absis kurang dari 500.000 m tetapi karena digambar dalam satu View maka nilai absis
Penyajian data yanga dimaksudkan adalah kegiatan pemetaan dari data spasial digital
yang telah disusun. Pada waktu lalu pemetaan ini dilakukan melalui fasilitas modul
yang ada pada Arc/Info yaitu modul Arcplot (tahun 1994an). Modul ini terlalu rumit
jika dibandingkan dengan software lain, misalnya ArcView. Pada software ArcView
skala bar, pembuatan grid dan koordinat, pengaturan kelurusan (alignment), dan
Walaupun software yang ada mempunyai berbagai kemudahan. Beberapa hal harus
1. Format Peta
Format peta yang dimaksud disini adalah ukuran frame yang akan terkait dengan
cakupan wilayah yang akan dipetakan. Dalam pemetaan secara digital pengubahan
frame sangat mudah untuk dilakukan, namun untuk keseragaman wilayah yang
2. Tema
Tema ataupun layer yang akan dipetakan juga sangat mudah dirubah, namun untuk
diatur :
Terintegrasi, yaitu semua layer digambarkan dalam satu peta. Dengan tetap
Parsial, lebih dikenal dengan peta tematik, yaitu layer khusus dipetakan di atas
data dasar.
3. Skala
Skala peta diatur sesuai dengan format di atas yaitu skala 25.000, 50.000, 100.000,
tertentu peta dapat diskalakan sesuai dengan kebutuhan, namun skala yang telah
4. Proyeksi
Merubah suatu proyeksi ke proyeksi yang lain beserta parameter yang menyertai
sangat mudah dilakukan dengan menggunakan fasilitas yang ada pada SIG. Namun
proses ini akan membawa kesalahan. Apabila karena suatu hal penyajian peta lebih
dari satu zone tidak dapat dihindarkan (misalnya jika wilayah yang harus dipetakan
cakupannya melewati batas zone, sehingga tidak mungkin disajikan pada proyeksi
proeksi Mercator (rentang dari Sabang sampai Merauke). Jenis proyeksi yang
Simbolisasi, pewarnaan dan aspek kartografis yang lain tetap mengacu pada
Desain kartografi adalah tata bentuk dan penampilan peta secara menyeluruh, baik isi
peta maupun tata letak informasi tepi yang menghasilkan model peta yang informatif,
(contoh pada Lampiran 3). Isi peta tergantung kepada unsur dan informasi yang akan
disajikan kedalam lembar peta; sedang desain informasi tepi dan tata letaknya
menyangkut pencantuman keterangan yang menjelaskan isi peta serta pengaturan ruang
peta.
Desain isi peta menyangkut tiga hal, yaitu: tujuan/tema peta, skala peta, dan
karakteristik dari informasi. Sebelum peta dibuat, tujuan dan tema peta harus jelas
(untuk apa dan untuk siapa peta dibuat). Kejelasan tentang tujuan dan tema tersebut
harus ada sebelum proses kartografi, bahkan sebelum pengumpulan atau kompilasi
data. Tujuan peta berkaitan dengan jenis dan kualitas data dan informasi yang akan
disajikan, validitas sumber data dan relevansinya dengan tema peta. Sumber data
(terutama jika berupa peta) harus diseleksi siapa pembuatnya dan kapan dibuatnya.
Selain itu, unsur-unsur pada peta dasar perlu diseleksi, mana yang dianggap penting,
Skala peta berkaitan dengan detail informasi yang disajikan. Tidak ada manfaatnya
membuat suatu peta bersekala besar tetapi informasinya tidak detail dan tidak teliti.
Sebelum pengumpulan dan pengolahan data, harus sudah ditetapkan pada skala berapa
peta akan disajikan Banyak aspek yang harus dipertimbangkan dalam penetapan skala
peta, diantaranya adalah: maksud dan tujuan peta (peta untuk perencanaan wilayah atau
operasional); tersedianya peta dasar (apakah tersedia untuk daerah tersebut); sumber
data (apa sumber data cukup teliti, apakah digunakan peta dasar pada skala yang sama).
Setelah tujuan dan skala peta ditentukan, unsur-unsur dan informasi dipilih, tahap
berikutnya adalah membuat desain simbol dan warna. Untuk ini perlu diperhatikan
dikelompokkan menurut simbol titik, garis dan areal (biasanya dikombinasikan dengan
warna). Dengan pengelompokan ini akan diketahui apakah ada kemiripan bentuk,
ukuran, ketebalan atau warna. Pada setiap simbol dicantumkan keterangan singkat arti
simbol (dengan kata/kalimat jelas dan singkat namun tanpa arti ganda yang
memungkinkan salah tafsir). Pada beberapa peta tematik sudah dilakukan pembakuan
simbol dan warna, misalnya peta tanah, geologi dan peta-peta kehutanan, jadi sebaiknya
Informasi tepi (margin information) adalah keterangan yang menjelaskan tentang isi
peta yang harus digunakan, agar pemakai peta dapat menafsirkan hal-hal mengenai isi
peta. Mengacu kepada Juknis Penyajian dan Penggambaran Peta Kehutanan (Ditjen
Intag, 1995), ada delapan jenis keterangan tepi yang harus dicantumkan pada peta-peta
1. judul peta,
3. arah Utara,
4. legenda peta,
6. diagram lokasi,
Mendesain tata letak informasi tepi adalah menata ruang, dimana sebaiknya tiap
bentuk areal, luas ruang serta estetika. Pemilihan bentuk dan ukuran huruf yang
membentuk kata dan kalimat serta penempatannya perlu pula didisain dengan baik, agar
Data secara umum adalah representasi fakta dari dunia nyata (realworld). Data dapat
b. Bentuk Tabular
d. Bentuk Peta
Data spasial secara sederhana dapat di artikan sebagai data yang memiliki referensi
keruangan (geografi). Setiap bagian dari data tersebut selain memberikan gambaran
tentang suatu fenomena, juga selalu dapat emberikan informasi mengenai lokasi dan
juga persebaran dari fenomena tersebut dalam suatu ruang (wilayah). Apabila dikaitkan
dengan cara penyajian data, maka peta merupakan bentuk/cara penyajian data spasial
yang paling tepat. Penyajian data dalam bentuk peta pada dasarnya dilakukan dengan
informasi tanpa mengabaikan unsur estetika dari peta sebagai sebuah karya seni.
dalam proses visualisasi data spasial dan penyusunan tata letak (layout) suatu peta.
Visualisasi data spasial pada prinsipnya adalah bagaimana menampilkan data spasial
tersebut. Konsep dasar yang digunakan dalam visualisasi adalah dimensi dari data yang
dapat dikelompokkan menjadi tiga yaitu; titik, garis dan area. Data spasial selanjutnya
c. Variabel Visual Yang Dapat Digunakan, yang berkait erat dengan Persepsi
Sifat data, dapat dibedakan menjadi dua kelompok, yakni : (a) data yang mempunyai
sifat kualitatif, dan (b) data yang bersifat kuantitatif; sedangkan ukuran data, dapat
Bentuk simbol, dapat dikelompokkan menjadi simbol titik, garis, dan area; sedangkan
sifat simbol dapat dibedakan menjadi simbol simbol kualitatif dan simbol kuantitatis;
Variabel visual merupakan variabel yang digunakan untuk membedakan unsur yang
diwakili pada setiap simbol. Variabel-variabel tersebut, meliputi : (a) bentuk, (b)
ukuran, (c) kepadatan, (d) arah, (e) nilai, dan (f) warna, dan (g) posisi. Pada
demikian, pertimbangan untuk menentukan simbol pada peta saat ini dapat
Pemilihan variabel visual seperti dijelaskan di atas, akan berkaitan erat dengan kesan
Ada 3 (tiga) tingkatan persepsi dalam membaca peta, yaitu : (a) asosiatif, bila pembaca
peta dengan cepat memperoleh kesan yang sama (setingkat) terhadap semua fenomena
yang dipetakan, (b) order, bila pembaca peta dengan cepat memperoleh kesan
bertingkat terhadap semua fenomena yang dipetakan, dan (c) kuantitatif, bila pembaca
dipetakan.
Aspek-aspek tersebut selanjutnya dikemas dalam satu paket simbol, sehingga
menghasilkan simbol yang sesuai dengan realita di lapangan dan komunikatif. Bertin
(1983), telah mendisain simbol yang dikelompokkan menurut dimensi, variable visual,
dan persepsi untuk simbol abstrak seperti ditunjukkan pada gambar berikut.
Tata letak (layout) peta merupakan penempatan data spasial yang akan dipetakan
Penempatan informasi tepi pada Peta Topografi atau Peta Rupabumi dapat dikatakan
sudah baku, namun untuk peta-peta tematik (seperti halnya peta Lahan Kritis)
Informasi tepi pada peta tematik dapat diletakkan sesuai dengan ruang yang tersedia
pada lembar peta, tanpa menghilangkan keseimbangan dan keserasian peta. Judul pada
peta tematik, harus jelas dan singkat, dan memuat 3 W, yaitu What, When, Where atau
Judul peta harus memberi informasi tentang : Apa, Kapan, dan Dimana. Untuk
penulisan skala, harus dituliskan secara lengkap, yaitu Skala Numerik dan Skala Grafis.
Penyusunan peta tematik memerlukan peta dasar yang digunakan sebagai dasar untuk
menempatkan simbol dari tema yang dipetakan. Peta dasar berisi informasi yang
diambil dari peta topografi/rupabumi. Tidak semua unsur dari peta topografi/rupabumi
Secara umum, unsur-unsur yang sering ditampilkan dalam peta tematik adalah:
Pola Aliran
Relief
Permukiman
Jaringan Perhubungan
Batas Administrasi
Nama-nama Geografi
Perangkat lunak GIS umumnya sudah dilengkapi dengan fasilitas untuk menyusun
layout peta. Peta yang disusun dapat disimpan dalam bentuk softcopy maupun dibuat
mencetaknya. Penyusunan layout peta secara garis besar terdiri dari 4 (empat) tahap
yaitu: