Anda di halaman 1dari 16

BAB I.

PENGANTAR

A. Latar Belakang
Pada awalnya, bioteknologi diartikan sebagai teknologi yang menggunakan sel
hidup, yakni mikroorganisme , untuk menghasilkan suatu produk. Bioteknologi
tradisional ini sudah ada sejak lama seperti pada pembuatan keju, minuman anggur,
tempe, dan tape. Sedangkan bioteknologi modern (bioteknologi molekular) merupakan
teknologi yang memanfaatkan agen hayati atau komponen-komponennya yang telah
mengalami rekayasa genetik melalui teknologi DNA rekombinan untuk menghasilkan
barang dan atau jasa untuk memenuhi kebutuhan manusia dan lingkungan (Sudjadi,
2008).
Saat ini Bioteknologi telah menjadi salah satu simbol perkembangan mutakhir
dari ilmu pengetahuan dan teknologi yang penerimaannya telah mendunia. Banyak
negara-negara di dunia yang menaruh banyak harapan pada bioteknologi. Tumbuhnya
berbagai perusahaan kecil sampai raksasa yang berasaskan bioteknologi dan
pembentukan komite-komite bioteknologi di pemerintahan menandakan perkembangan
pesatnya. Selain itu, di berbagai Universitas mulai diperkenalkan mata kuliah
bioteknologi (Suwanto, 1998)
Pemerintah dari negara-negara maju maupun yang sedang berkembang telah
mengalokasikan sejumlah dana untuk mempercepat perkembangan bioteknologi di
negaranya, meskipun ada perbedaan dalam hal jumlah dana dan efisiensi pemakaiannya.
Pada umumnya mereka mengharapkan agar kesejahteraan masyarakat dapat dipercepat
dan ditingkatkan dengan bantuan bioteknologi. Banyak aspek bioteknologi yang telah
membuahkan hasil berupa produk yang mempunyai nilai komersial tinggi (Suwanto,
1998).

1
B. Rumusan Masalah
Bioteknologi terus berkembang dan mempengaruhi berbagai aspek kehidupan.
Sementara itu, banyak orang-orang yang belum memahami apa sebenarnya
bioteknologi itu, implikasi dan dalam bidang apa saja bioteknologi dapat
diaplikasikan.
C. Tujuan
Mahasiswa dan pembaca mempelajari dan memahami mengenai bioteknologi, mulai
dari pengertian, sejarah perkembangan, implikasi dan aplikasinya.
D. Manfaat
Mahasiswa dan pembaca dapat semakin mengenal bioteknologi mulai dari pengertian,
sejarah perkembangan, implikasi dan aplikasinya.

2
BAB II. ISI

A. Pengertian Bioteknologi
Istilah bioteknologi pertama kali dikemukakan oleh Karl Ereky, seorang
insinyur hongaria, pada tahun 1917 untuk mendeskripsikan produksi babi dalam
skala besar dengan menggunakan bit gula sebagai sumber pakannya. Sampai tahun
1970-an bioteknologi selalu berasosiasi dengan rekayasa biokimia (biochemical
engineering) dan pada umumnya kuliah-kuliah yang berhubungan dengan
bioteknologi juga diberikan oleh Jurusan Rekayasa Kimia atau Rekayasa Biokimia
(Suwanto, 1998).
Selama sekitar 45 tahun sejak Karl Ereky memperkenalkan istilah
bioteknologi, istilah ini telah dipakai dengan pengertian berbeda oleh pakar yang
berbeda sehingga menimbulkan kerancuan. Kerancuan ini berakhir pada 1961 ketika
Carl Goren Heden merekomendasikan agar nama suatu jumal saintifik untuk
mempublikasi penelitian dalam bidang mikrobiologi terapan dan fermentasi diubah
dari Journal of Microbiological and Biochemical Engineering and Technology
menjadi Biotechnology and Bioengineering. Sejak saat itu, bioteknoloogi diartikan
sebagai: "produksi barang dan jasa menggunakan organisme, sistem, atau proses
biologi". Oleh karena itu penelitian bioteknologi sangat bergantung pada
mikrobiologi, biokimia, dan rekayasa kimia (Suwanto, 1998).
Menurut Nurcahyo, H. (2011), Beragam batasan dan pengertian dikemukakan
oleh berbagai lembaga untuk menjelaskan tentang Bioteknologi. Beberapa
diantaranya akan diulas singkat sebagai berikut:
1. Bioteknologi merupakan penerapan asas-asas sains (ilmu pengetahuan alam) dan
rekayasa (teknologi) untuk pengolahan suatu bahan dengan melibatkan aktivitas
jasad hidup untuk menghasilkan barang dan/atau jasa.

3
2. Bioteknologi merupakan penerapan prinsip-prinsip ilmu pengetahuan dan
kerekayasaan untuk penanganan dan pengolahan bahan dengan bantuan agen
biologis untuk menghasilkan bahan dan jasa.
3. Bioteknologi adalah teknik pendayagunaan organisme hidup atau bagian
organisme untuk membuat atau memodifikasi suatu produk dan
meningkatkan/memperbaiki sifat tanaman atau hewan atau mengembangkan
mikroorganisme untuk penggunaan khusus.
4. Secara lebih sederhana bioteknologi merupakan eksploitasi komersial organisme
hidup atau komponennya seperti enzim.
5. Bioteknologi berasal dari dua kata, yaitu 'bio' yang berarti makhuk hidup dan
'teknologi' yang berarti cara untuk memproduksi barang atau jasa. Dari paduan
dua kata tersebut European Federation of Biotechnology mendefinisikan
bioteknologi sebagai perpaduan dari ilmu pengetahuan alam dan ilmu rekayasa
yang bertujuan meningkatkan aplikasi organisme hidup, sel, bagian dari
organisme hidup, dan/atau analog molekuler untuk menghasilkan produk dan jasa.
6. Atau secara tegas dinyatakan, Bioteknologi merupakan penggunaan terpadu
biokimia, mikrobiologi, dan ilmu-ilmu keteknikan dengan bantuan mikroba,
bagian-bagian mikroba atau sel dan jaringan organisme yang lebih tinggi dalam
penerapannya secara teknologis dan industri
Menurut Nurcahyo, H. (2011), berdasarkan terminologinya, maka bioteknologi dapat
diartikan sebagai berikut:
1. “Bio” memiliki pengertian agen hayati (living things) yang meliputi; organisme
(bakteri, jamur (ragi), kapang), jaringan/sel (kultur sel tumbuhan atau hewan),
dan/atau komponen sub-selulernya (enzim).
2. “Tekno” memiliki pengertian teknik atau rekayasa (engineering) yaitu segala
sesuatu yang berkaitan dengan rancang-bangun, misalnya untuk rancang bangun
suatu bioreactor. Cakupan teknik disini sangat luas antara lain teknik industri dan
kimia.

4
3. “Logi” memiliki pengertian ilmu pengetahuan alam (sains) yang mencakup;
biologi, kimia, fisika, matematika dsb. Ditinjau dari sudut pandang biologi
(biosain), maka bioteknologi merupakan penerapan (applied); biologi molekuler,
mikrobiologi, biokimia, dan genetika. Dengan demikian, bioteknologi merupakan
penerapan berbagai bidang (disiplin) ilmu (interdisipliner). Oleh karena itu, tidak
ada seorangpun yang dapat menguasai seluruh aspek bioteknologi.
Berdasarkan definisi dan pengertian di atas, maka bioteknologi tidak lain adalah suatu
proses yang unsur-unsurnya sebagai berikut:
1. Input yaitu bahan kasar (raw material) yang akan diolah seperti; beras,
anggur, susu, dsb.
2. Proses yaitu mekanisme pengolahan yang meliputi; proses penguraian atau
penyusunan oleh agen hayati.
3. Output yaitu produk baik berupa barang dan/atau jasa, seperti; alkohol, enzim,
antibiotika, hormon, pengolahan limbah.
Apapun batasan yang diberikan oleh para ahli yang pasti dalam proses bioteknologi
terkandung tiga hal pokok :
1. Agen biologis (mikroba, enzim, sel tanaman, sel hewan)
2. Pendayagunaan secara teknologis dan industrial
3. Produk dan jasa yang diperoleh.

B. Sejarah dan Perkembangan Bioteknologi


Kemajuan dan perkembangan bioteknologi tidak dapat terlepas dari kemajuan dan
dukungan ilmu-ilmu dasar seperti: mikrobiologi, biokimia, biologi molekuler, dan
genetika. Kompetensi menguasai bioteknologi tersebut dapat tercapai manakala
pembinaan sumber daya manusia diorientasikan pada kompetensi meneliti dan
menerapkan metode-metode mutakhir bioteknologi. Kemampuan menguasai dan
mengaplikasikan metode-metode mutakhir bioteknologi (current methods of
biotecnology) seperti kultur jaringan, rekayasa genetik, hibridoma, kloning, dan

5
polymerase chains reaction (PCR) secara prospektif telah mampu menghasilkan produk-
produk penemuan baru (Nurcahyo, H., 2011).
Secara umum, bioteknologi dapat diklafikasikan menjadi dua aras yaitu:
bioteknologi konvensional dan bioteknologi modern. Aplikasi bioteknologi
sesungguhnya telah berlangsung cukup lama, dalam peradaban manusia, seperti upaya
produksi antibiotik, fermentasi, alkohol, pangan dan teknologi pengolahan limbah , yang
kesemuanya dapat dikelompokan ke dalam bioteknologi konvensional. Tetapi mengapa
nampaknya bioteknologi baru saja berkembang pada kurun abad ke dua puluh ini?
Karena secara implisit yang dimaksud bioteknologi adalah biteknologi modern, yang
intinya adalah rekayasa genetik, dengan teknik gen kloning yang berkembang berdasar
penemuan struktur dan fungsi DNA oleh Watson dan Creck (Nurcahyo, H., 2011).
Menurut Nurcahyo, H. (2011), terdapat perbandingan antara bioteknologi
konvensional dan modern:
1. Bioteknologi konvensional
Ciri-ciri bioteknologi konvensional; kurang steril, jumlah sedikit (terbatas), kualitas
belum terjamin. Contoh: industri tempe, tape, anggur, yoghurt, dsb.
2. Bioteknologi modern
Ciri-ciri bioteknologi modern; steril, produksi dalam jumlah banyak (massal), kualitas
standar dan terjamin. Selain itu, bioteknologi modern tidak terlepas dengan aplikasi
metode-metode mutakhir bioteknologi (current methods of biotecnology) seperti:
1) Kultur jaringan merupakan suatu metode untuk memperbanyak jaringan/sel yang
berasal atau yang didapat dari jaringan original tumbuhan atau hewan setelah terlebih
dahulu mengalami pemisahan (disagregasi) secara mekanis, atau kimiawi (enzimatis)
secara in vitro (dalam tabung kaca).
2) Teknologi DNA rekombinan (recombinant DNA technology) adalah suatu metode
untuk merekayasa genetik dengan cara menyisipkan (insert) gena yang dikehendaki ke
dalam suatu organisme. Transgenik adalah suatu metode untuk. Rekayasa protein
(protein engineering).

6
3) Hibridoma adalah suatu metode untuk menggabungkan dua macam sel eukariot
dengan tujuan mendapatkan sel hibrid yang memiliki kemampuan kedua sel induknya.
4) Kloning adalah suatu metode untuk menghasilkan keturunan yang dikehendaki sama
persis dengan induknya.
5) Polymerase Chains Reaction (PCR) merupakan metode yang sangat sensitif untuk
mendeteksi dan menganalisis sekuen asam nukleat. RT-PCR untuk memperbanyak
(amplifikasi) rantai RNA menjadi DNA; tissue/cells →extracted →RNA/mRNA →rT-
PCR →copy DNA (cDNA).
6) Hibridisasi DNA adalah metode untuk menyeleksi sekuen DNA dengan menggunakan
probes DNA untuk hibridisasi (pencangkokan) rantai DNA. Pita ganda
7) (double stranded, ds) DNA secara artifisial dapat dipisahkan dengan pemanasan atau
agen kimia untuk mendapatkan pita tunggal (single stranded, ss), disebut proses
denaturasi. Dengan pendinginan dan terkontrol, pita yang terpisah dapat disatukan lagi
(reanneal) tetapi hanya dalam sekuen komplementer.
8) Northern blot analysis adalah metode untuk analisis sekuen asam amino messenger
RNA (mRNA).
9) Western blot analysis adalah metode untuk analisis sekuen asam amino DNA.
Biasanya tahapan meliputi; seleksi dan penyaringan → pemeliharaan kultur →propagasi.
Bioteknologi dalam artian pemanfaatan mikroorganisme untuk mengolah
makanan dan minuman, telah dikenal sejak jaman dahulu sebelum masehi. Orang mesir
kuno telah mengenal pemanfaatan mikroorgansime untuk membuat bir, anggur, vinegar,
keju, tuak, yoghurt dsb (Nurcahyo, H., 2011).
Dalam kurun waktu 20 tahun terakhir ini, bioteknologi telah mengalami
perkembangan sangat pesat. Di beberapa negara maju, bioteknologi mendapatkan
perhatian serius dan dikembangkan secara intensif dengan harapan dapat memberi solusi
untuk mengatasi berbagai permasalahan yang dihadapi manusia pada saat ini maupun
yang akan datang yang menyangkut kebutuhan pangan, obat-obatan, penelitian, yang
pada gilirannya semuanya bertujuan untuk meningkatkan kesejahteraan hidup umat
manusia (Nurcahyo, H., 2011).

7
Sebagai ilustrasi, penemuan-penemuan baru dibidang immunologi (ilmu yang
mempelajari sistem kekebalan tubuh) telah berhasil memproduksi antibodi-monoklonal
(MAb) secara massal. Penemuan MAb dengan metode klonasi (clone), memiliki
kelebihan antara lain, peka (sensitivitas), khas (spesifitas), dan akurat. Selain itu, MAb
dapat pula digunakan untuk memberikan jasa pelayanan dalam berbagai hal seperti,
diagnosis suatu penyakit dengan akurat, pencegahan dan pengobatan penyakit. Kontribusi
MAb telah dapat dirasakan manfaatnya khususnya dalam dunia riset (research) seperti:
enzymeimmunoassay (EIA), radioimmunoassay (RIA), dan immunositokimia
(immunocytochemistry) (Nurcahyo, H., 2011).
Prospek ke depan, terdapat indikasi bahwa perkembangan penerapan bioteknologi
dalam segala bidang kehidupan akan semakin meningkat dengan didukung oleh
penemuan-penemuan baru dan penerapan metode-metode baru (Nurcahyo, H., 2011).
Dalam perkembangannya, bioteknologi telah mencapai tingkat rekayasa yang
lebih terarah, sehingga hasilnya dapat dikendalikan. Dengan teknik yang dikenal sebagai
teknik DNA rekombinan, atau secara popular dikenal sebagai rekayasa genetika. Para
ilmuan dapat menyambung molekul-molekul DNA yang berbeda menjadi suatu molekul
DNA rekombinan yang inti prosesnya adalah “kloning gena” (Nurcahyo, H., 2011).
Kompetensi menguasai bioteknologi dapat tercapai manakala pembinaan sumber
daya manusia diorientasikan pada kompetensi meneliti dan menerapkan metode-metode
mutakhir bioteknologi. Kemampuan menguasai dan mengaplikasikan metode-metode
mutakhir bioteknologi seperti: kultur jaringan, rekayasa genetik, hibridoma, kloning, dan
polymerase chains reaction(PCR) secara prospektif akan mampu menghasilkan produk-
produk penemuan baru (Nurcahyo, H., 2011).

C. Aplikasi Bioteknologi
a. Bidang Kesehatan
Bioteknologi kesehatan merupakan bidang yang menonjol perkembangannya
karena mempunyai nilai komersial tinggi. Sebagai contoh, asetosal, berat molekul
180, dibuat dengan sintesis, dosis satu hari 3 g, bernilai 1 sen dolar. Sedangkan

8
leukine, protein berukuran 17 kDa, yang dibuat dengan teknologi DNA rekombinan
dan diekspresikan dalam Escherichia coli, dosis pemakaian 250 µg berharga 1.000
dolar. Lingkup bioteknologi kesehatan meliputi penggunaan sel hidup, yakni
mikroorganisme, kultur jaringan, atau enzim untuk menghasilkan suatu obat,
pengobatan, atau alat diagnostik (Sudjadi, 2008).
Senyawa obat, seperti hormon, dahulu diekstraksi dari jaringan biologis
hewan, tetapi senyawa seperti itu sekarang diproduksi dengan bantuan rekayasa
genetik. Sebagian obat itu berupa protein seperti insulin, antibodi, dan enzim. Banyak
protein farmasetik sekarang diproduksi dengan teknologi DNA rekombinan (Sudjadi,
2008).
Penelitian biomedik terus berkembang pada aras molecular baik pada keadaan
sehat maupun sakit sehingga diketahui bahwa biomolekul, misalnya interferon, yang
biasa terdapat dalam tubuhdapat digunakan untuk pengobatan. Kendala utama dalam
aplikasinya disebabkan oleh jumlahnya yang sangat rendah dalam alam. Kemajuan
teknologi DNA rekombinan dan teknologi monoclonal antibody dapat mengatasi
masalah ini dan dunia kesehatan mulai dengan era baru (Sudjadi, 2008).

b. Bidang Pertanian
Bioteknologi telah berkembang pesat dalam beberapa tahun terakhir. Hal ini
telah menjadi salah satu teknologi yang paling menjanjikan untuk menghadapi
tantangan yang muncul dan banyak dihadapi manusia. Peningkatan produktivitas dan
nilai gizi tanaman yang dihasilkan oleh perkembangan terbaru dalam pemuliaan
dengan bantuan penanda molekuler dan rekayasa genetika, memiliki efek positif
seperti dapat mengurangi krisis pangan dan memerangi perubahan iklim (Pabendon,
2013).
Mengingat dampak besar dari perubahan iklim terhadap produksi pertanian,
sejumlah negara telah mengembangkan program riset berbasis bioteknologi
multidisiplin beberapa tahun belakangan. Program kegiatan mencakup pemuliaan dan
seleksi varietas tanaman baru untuk mengatasi perubahan iklim, identifikasi dan

9
manajemen terpadu hama dan penyakit utama, dan pemanfaatan agen mikroba untuk
pupuk hayati manufaktur dan biopestisida (Pabendon, 2013).
Langkah-langkah lain juga telah diambil untuk memastikan pertumbuhan
yang berkelanjutan di sektor pertanian.Tanaman rekayasa genetika seperti jagung,
kacang kedelai dan kapas yang tahan cekaman hama atau efek sampingnya, telah
dikembangkan dengan menggunakan bioteknologi dan berkembang di banyak negara
maju dan negara berkembang. Tanaman GM memerlukan penggunaan bahan kimia
lebih sedikit namun memiliki hasil yang lebih baik. Dengan demikian, bioteknologi
sangat diharapkan dapat membantu mengatasi masalah ketersediaan pangan
(Pabendon, 2013).
Penyebaran bioteknologi tanaman merupakan salah satu revolusi teknologi
tercepat dalam sejarah pertanian di AS. Dalam kurun waktu lebih 10 tahun, petani AS
pada umumnya telah menanam kedelai, kapas dan jagung dalam luasan besar
menggunakan benih hasil rekayasa genetik yang resisten terhadap hama atau
resistensi herbisida. Sampai saat ini, tanaman hasil rekayasa genetik, secara rata-
rata,menurunkan biaya produksi petani dan jumlah pestisida berkurang dan/atau
toksisitas rendah yang digunakan pada varietas tanaman non rekayasa genetik
(Pabendon, 2013).

c. Bidang Industri
Semua proses industri yang digambarkan sudah membuktikan kemampuan
suatu mikroorganisme. Tetapi sekarang, dengan hadirnya teknologi gen kita berada
dalam era baru bioteknologi mikroorganisme. Teknologi gen memungkinkan suatu
pendekatan baru secara lengkap terhadap bioteknologi mikroorganisme yang
menggunakan mikroorganisme yang direkayasa untuk menghasilkan suatu substansi
atau bahan yang secara normal tidak dapat dihasilkan (Kusnadi, 2014).
Menurut Kusnadi (2014), sampai saat ini, sudah ribuan produk komersial
dihasilkan melalui manipulasi mikroorganisme. Produk komersial tersebut dapat
dipisahkan menjadi beberapa kelompok, yaitu:

10
(1). Sel mikroorganisme itu sendiri, yang digunakan sebagai bahan makanan
tambahan atau untuk bahan imunisasi untuk mencegah penyakit;
(2). Molekul besar, misalnya enzim, yang disintesis oleh mikroorganisme;
(3). Produk metabolit primer yang dibentuk oleh mikroorganisme yang penting untuk
pertumbuhan sel, misalnya vitamin;
(4). Produk metabolit sekunder, misalnya antibiotika, yang dibutuhkan untuk
pertumbuhan sel mikroorganisme.

Berbagai proses industri digunakan untuk menghasilkan produk mikrobiologi


tersebut dan dipisahkan menjadi beberapa kategori, berdasarkan kecenderungan
penggunaan produk akhir, yaitu:
1) Produksi bahan kimia farmasi. Produk yang paling terkenal dari kelompok ini
adalah antibiotika dan obat-obat steroid. Produk farmasi lain yang sering
digunakan adalah insulin dan interferon, yang sekarang dihasilkan melalui
bakteri rekayasa genetika, juga sejumlah produk baru dari hasil rekayasa
genetika.
2) Produksi bahan kimia bernilai komersial. Produk dalam kelompok ini
termasuk pelarut dan enzim, juga berbagai senyawa yang digunakan untuk
bahan pemula (‘starting’) untuk industri sintesis senyawa lain.
3) Produksi makanan tambahan. Produksi massa ragi, bakteri dan alga, dari
media yang murah mengandung garam nitrogen anorganik dan yang lainnya,
cepat saji, dan menyediakan sumber protein dan senyawa lain yang sering
digunakan sebagai makanan tambahan untuk manusia dan hewan.
4) Produksi minuman alkohol. Pembuatan “beer” dan “wine”, dan produksi
minuman alkohol lain yang merupakan proses bioteknologi berskala-besar
paling tua.
5) Produksi vaksin. Sel mikroorganisme maupun bagiannya, atau produknya
dihasilkan dalam jumlah besar dan digunakan untuk produksi vaksin.

11
6) Produksi mikroorganisme untuk digunakan sebagai insektisida (biosida).
Pengendalian hama tanaman dengan menggunakan mikroorganisme yang
berperan sebagai insektisida. Khususnya untuk spesies tertentu, misalnya
Bacillus (B. larvae, B. popilliae dan B. thurungiensis). Spesies tersebut
menghasilkan protein kristalin yang mematikan larva lepidoptera (ngengat,
kupu-kupu, kutu-loncat), misalnya ulat kubis, ngengat gipsy dan sarang ulat.
7) Penggunaannya dalam industri perminyakan dan pertambangan.Sejumlah
prosedur mikrobiologi digunakan untuk meningkatkan perolehan kembali
logam dari bijih berkadar-rendah dan untuk perbaikan perolehan minyak dari
sumur-sumur bor.

d. Bidang Lingkungan
Dengan perkembangan bioteknologi, kini pencemaran lingkungan dapat semakin
dikurangi dengan berbagai teknik pengolahan limbah, misalnya penguraian minyak, air
limbah dan plastik. Pengolahan limbah secara bioteknologi melibatkan bakteri aerob dan
anaerob (Pratiwi, dkk.,2006).
Pencemaran air oleh minyak sangat sering terjadi di laut, sungai dan perairan
lainnya. Minyak sangat resisten terhadap degradasi oleh mikroba. Kini dengan
bioteknologi telah ditemukan cara untuk menguraikan minyak, yaitu dengan
menggunakan jamur Cladosporium resinae. Jamur Cladosporium resinae dapat
mendegradasi plastik dan parafin efektif. Mikroba lain adalah Pseudomonas, hasil
rekayasa genetika oleh Dr. Chakrabarty, yang dapat memecah ikatan hidrokarbon minyak
(Pratiwi, dkk.,2006).
Plastik adalah materi yang sangat sulit diuraikan secara alamiah. Sampah plastic
umumnya dibakar, padahal pembakaran plastic menimbulkan polutan yang berbahaya
bagi paru-paru. Saai ini telah dikembangkan produk plastik dari politen dan polyester
poliuretan yang bermassa molekul rendah. Plastik dari bahan tersebut dapat didegradasi
oleh mikroba jamur Cladosporium resinae. Telah ada penemuan yang berhasil
menemukan bentuk baru plastic yang biodegradable untuk industry pengemasan.

12
Produksi plastik ini didasarkan polihidroksibutirat yang dihasilkan beberapa mikroba.
Plastik ini tidak hanya dapat terurai, tetapi juga dapat dibuat oleh mikroba Alxaligenes
eutrophus (Pratiwi, dkk.,2006).

D. Implikasi Bioteknologi
Menurut Pratiwi, dkk. (2006), Implikasi bioteknologi pada sains, teknologi dan
lingkungan mencakup hal-hal berikut ini.
1. Bioteknologi dan Hak Atas Kekayaan Intelektual (HaKI)
Kemajuan dan perkembangan bioteknologi yang mempunyai prospek
bisnis telah menggerakkan adanya HaKI untuk melindungi penemuan-penemuan
baru, baik produk ataupun proses sehingga hanya dapat digunakan dan
dimanfaatkan oleh pakar penemu atau institusi yang membiayai penemuan
tersebut. Dewasa ini, gen/bagian gen, bahkan gen manusia telah dipatenkan. Pada
tahun 1997, tidak kurang dari 1.100 gen telah dipatenkan. Perlindungan terhadap
hak paten ini telah menjadi bagian dari kesepakatan internasional (Convention
Biology Diversity dan World Trade Organization).
2. Bioteknologi dan Keamanan Hayati
Bioteknologi, seperti juga teknologi lainnya, mengandung risiko akan
dampak negatif. Sudah cukup lama masalah potensi dampak negatif ini
diperdebatkan, baik di tingkat internasional maupun tingkat nasional. Di tingkat
internasional, telah diakui dan ditandatangani sebuah konvesi yang mengikat
secara hukum, yaitu konvensi keanekaragaman hayati (Convention on Biological
Diversity, 1992), yang tidak ikut ditandatangani oleh Amerika Serikat. Sementara,
Indonesia sudah meratifikasinya sebagai Undang-undang No.5 Tahun 1994.
Sebagai tindak lanjut konvensi tersebut, disepakati pula Protokol Cartagena
tentang Pengamanan Hayati (Cartagena Protocol on Biosafety). Protokol ini
menyinggung tentang prosedur transportasi produk bioteknologi antarnegara yang
memperkuat adanya kemungkinan bahaya dampak merugikan terhadap
keanekaragaman hayati, ekosistem, kesehatan manusia, ekonomi, sosial, budaya,

13
dan pengetahuan tradisional (indigenous knowledge). Dalam protokol tersebut
juga diakui kewenangan suatu negara dalam mengantisipasi berbagai dampak
tersebut.
Dampak merugikan terhadap keanekaragaman hayati disebabkan oleh
adanya potensi terjadinya transfer gen (horizontal and vertical gene flow) ke
tanaman sekerabat atau kerabat dekat. Selain itu, kloning akan menyebabkan
keanekaragaman genetic yang merugikan populasi, terutama terhadap kesehatan
manusia. Ada kemungkinan produk gen asing, seperti gen cry dari Bacillus
thuringiensis maupun Bacillus sphaericus, dapat menimbulkan reaksi alergi pada
tubuh manusia. Perlu dicermati pula, insersi atau penyisipan gen asing ke genom
inang sehingga menghasilkan perubahan sifat yang tidak diinginkan.
Dengan demikian, dalam penerapan bioteknologi, banyak aspek yang
harus diperhitungkan. Sebagai makhluk ciptaan Tuhan yang berakal, selain harus
berusaha untuk mencukupi kebutuhan hidup, kita juga harus bertanggungjawab
menjaga keseimbanganlingkungan hidup yang telah dianugerahkan kepada kita.

14
BAB III. KESIMPULAN

Berdasarkan uraian di atas, kesimpulan yang dapat diambil adalah bioteknologi


merupakan produksi barang dan jasa menggunakan organisme, sistem, atau proses
biologi. Bioteknologi terus berkembang dan mendapat perhatian besar di seluruh dunia,
dan semakin banyak aspek yang menjadi tempat pengaplikasian bioteknologi,
diantaranya adalah bioteknologi kesehatan, industri, pertanian dan lingkungan.
Berbagai produk dan jasa dapat diperoleh dengan tujuan demi kemaslahatan
masyarakat. Perlu diingat bahwa perkembangan bioteknologi diikuti oleh berbagai
dampak negatif, di samping banyaknya dampak positif yang ditimbulkannya. Dampak-
dampak negatif ini sedapat mungkin harus dikurangi dan dilakukan penanganannya oleh
berbagai pihak.

DAFTAR PUSTAKA

Kusnadi. 2014. Buku Teks Mikrobiologi. http://file.upi.edu/Direktori/FPMIPA/. Diunduh


21 September 2014.
Nurcahyo, Heru. 2011. Diktat Bioteknologi. Jurusan Pendidikan Biologi Fakultas
Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam. Universitas Negeri Yogyakarta.
Yogyakarta.,
Pabendon , Marcia Bunga. 2013. Peran Penelitian Bioteknologi Menunjang Pertanian
Bioindustri. Seminar Nasional Serealia. Balai Penelitian Tanaman Serealia.
Pratiwi, D. A., Maryati Sri, Srikini, Suharno, S. Bambang. 2006. Biologi SMA Jilid III.
Penerbit Erlangga. Jakarta.
Sudjadi. 2008. Bioteknologi Kesehatan. Kanisius. Yogyakarta.
Suwanto, Antonius. 1998. Bioteknologi Molekuler: Mengoptimalkan Manfaat Keanekaan
Hayati Melalui Teknologi DNA Rekombinan. Hayati Vol.5. No.1: hal 25-28.

15
16

Anda mungkin juga menyukai