Diskusi Kelompok 2
Diskusi Kelompok 2
Info 1 :
Info 2
Info 3
Identifikasi Masalah
1. Sistem Triase
2. Penjelasan mengenai luka bakar (luas dan derajat)
3. Patofisiologi luka bakar
4. Intial assesment sesuai kasus
5. Secondary survei pada kasus
6. Monitoring dan evaluasi sesuai secondary survei
7. Masalah yang mungkin ditemui pada kasus dan cara mencegahnya
8. Mekanisme terjadinya komplikasi
9. Tata laksana faramako dan non farmako
10. Pencegahan infeksi luka bakar
Materi
Triage
A. Pengertian
Triage yaitu skenario pertolongan yang akan di berikan sesudah fase
keadaan pasien. Pasien-pasien yang terancam hidupnya harus di beri prioritas
utama. Triage dalam keperawatan gawat darurat di gunakan untuk
mengklasifikasian keparahan penyakit atau cedera dan menetapkan prioritas
kebutuhan penggunaan petugas perawatan kesehatan yang efisien dan sumber-
sumbernya.
Standart waktu yang di perlukan untuk melakukan triase adalah 2-5 menit
untuk orang dewasa dan 7 menit untuk pasien anak-anak. Triase di lakukan oleh
perawat yang profesional (RN) yang sudah terlatih dalam prinsip triase,
pengalaman bekerja minimal 6 bulan di bagian UGD, dan memiliki kualisifikasi:
1. Menunjukkan kompetensi kegawat daruratan
2. Sertifikasi ATLS, ACLS, PALS, ENPC
3. Lulus Trauma Nurse Core Currikulum (TNCC)
4. Pengetahuan tentang kebijakan intradepartemen
5. Keterampilan pengkajian yang tepat, dll
B. Sistem Triage
1. Spot check
25% UGD menggunakan sistem ini, perawat mengkaji dan
mengklasifikasikan pasien dalam waktu 2-3 menit. Sistem ini
memungkinkan identifikasi segera.
2. Komprehensif
Merupakan triase dasar yang standart di gunakan. Dan di dukung oleh ENA
(Emergenci Nurse Association) meliputi:
a. A (Airway)
b. B (Breathing)
c. C (Circulation)
d. D (Dissability of Neurity)
e. E ( Ekspose)
f. F (Full-set of Vital sign)
3. Triase Expanded
Sistem ini dapat di tambahkan ke sistem komprohensif dan two-tier
mencakup protokol penanganan:
a. Pertolongan pertama (bidai, kompres, rawat luka)
b. Pemeriksaan diagnostic
c. Pemberian obat
d. Tes lab (Darah, KGD, Urinalisis, dll)
4. Triase Bedside
Pasien dalam sistem ini tidak di klasifikasikan triasenya, langsung di
tangani oleh perawat yang bertugas, cepat tanpa perlu menunggu antri.
Luka Bakar
A. Definisi
Luka bakar adalah rusak atau hilangnya jaringan yang disebabkan kontak
dengan sumber panas seperti kobaran api di tubuh (flame), jilatan api ketubuh
(flash), terkena air panas (scald), tersentuh benda panas (kontak panas), akibat
sengatan listrik, akibat bahan-bahan kimia, serta sengatan matahari (sunburn)
(Moenajat, 2001).
Menurut Aziz Alimul Hidayat, (2008 Hal : 130) luka bakar adalah kondisi
atau terjadinya luka akibat terbakar, yang hanya disebabbkan oleh panas yang
tinggi, tetapi oleh senyawa kimia, llistrik, dan pemanjanan (exposure) berlebihan
terhadap sinar matahari.
Luka bakar adalah luka yang di sebakan oleh kontak dengan suhu tinggi
seperti api,air panas,listrik,bahan kimia dan radiasi; juga oleh sebab kontak
dengan suhu rendah,luka bakar ini bisa menyebabkan kematian ,atau akibat lain
yang berkaitan dengan problem fungsi maupun estetika. (Kapita Selekta
kedokteran edisi 3 jilid 2).
B. Etiologi
Terdapat empat jenis cedera luka bakar yaitu termal, kimia, listrik, dan radiasi.
1. Luka bakar suhu tinggi (Thermal Burn) : gas, cairan, bahan padat
Luka bakar thermal burn biasanya disebabkan oleh air panas (scald) ,jilatan
api ketubuh (flash), kobaran api di tubuh (flam), dan akibat terpapar atau
kontak dengan objek-objek panas lainnya (logam panas, dan lain-lain)
(Moenadjat, 2005).
2. Luka bakar bahan kimia (Chemical Burn)
Luka bakar kimia biasanya disebabkan oleh asam kuat atau alkali yang
biasa digunakan dalam bidang industri militer ataupu bahan pembersih yang
sering digunakan untuk keperluan rumah tangga (Moenadjat, 2005).
3. Luka bakar sengatan listrik (Electrical Burn)
Listrik menyebabkan kerusakan yang dibedakan karena arus, api, dan
ledakan. Aliran listrik menjalar disepanjang bagian tubuh yang memiliki
resistensi paling rendah. Kerusakan terutama pada pembuluh darah,
khusunya tunika intima, sehingga menyebabkan gangguan sirkulasi ke
distal. Sering kali kerusakan berada jauh dari lokasi kontak, baik kontak
dengan sumber arus maupun grown (Moenadjat, 2001).
4. Luka bakar radiasi (Radiasi Injury)
Luka bakar radiasi disebabkan karena terpapar dengan sumber radio aktif.
Tipe injury ini sering disebabkan oleh penggunaan radio aktif untuk
keperluan terapeutik dalam dunia kedokteran dan industri. Akibat terpapar
sinar matahari yang terlalu lama juga dapat menyebabkan luka bakar radiasi
(Moenadjat, 2001).
C. Manifestasi Klinis
1. Luas Luka Bakar
Luas luka bakar dapat ditentukan dengan cara “Role of nine“ yaitu dengan
tubuh dianggap 9 % yang terjadi antara:
a. Kepala dan leher : 9 %
b. Dada dan perut : 18 %
c. Punggung hingga pantat : 18 %
d. Anggota gerak atas masing-masing : 9 %
e. Anggota gerak bawah masing-masing : 18 %
f. Perineum : 9 %
D. Klasifikasi
1. Luka bakar derajat I
Kerusakan terbatas pada lapisan epidermis superfisial, kulit kering
hiperemik, berupa eritema, tidak dijumpai pula nyeri karena ujung –ujung
syaraf sensorik teriritasi, penyembuhannya terjadi secara spontan dalam
waktu 5 -10 hari (Brunicardi et al., 2005).
2. Luka bakar derajat II
Kerusakan terjadi pada seluruh lapisan epidermis dan sebagai lapisan
dermis, berupa reaksi inflamasi disertai proses eksudasi. Dijumpai pula,
pembentukan scar, dan nyeri karena ujung –ujung syaraf sensorik teriritasi.
Dasar luka berwarna merah atau pucat. Sering terletak lebih tinggi diatas
kulit normal (Moenadjat, 2001).
a. Derajat II Dangkal (Superficial)
1) Kerusakan mengenai bagian superficial dari dermis.
2) Organ-organ kulit seperti folikel rambut, kelenjar keringat,
kelenjar sebasea masih utuh.
3) Bula mungkin tidak terbentuk beberapa jam setelah cedera, dan
luka bakar pada mulanya tampak seperti luka bakar derajat I dan
mungkin terdiagnosa sebagai derajat II superficial setelah 12-24
jam.
4) Ketika bula dihilangkan, luka tampak berwarna merah muda dan
basah.
5) Jarang menyebabkan hypertrophic scar.
6) Jika infeksi dicegah maka penyembuhan akan terjadi secara
spontan kurang dari 3 minggu (Brunicardi et al., 2005).
b. Derajat II dalam (Deep)
a) Kerusakan mengenai hampir seluruh bagian dermis
b) Organ-organ kulit seperti folikel-folikel rambut, kelenjar
keringat, kelenjar sebasea sebagian besar masih utuh.
c) Penyembuhan terjadi lebih lama tergantung biji epitel yang
tersisa.
d) Juga dijumpai bula, akan tetapi permukaan luka biasanya tanpak
berwarna merah muda dan putih segera setelah terjadi cedera
karena variasi suplay darah dermis (daerah yang berwarna putih
mengindikasikan aliran darah yang sedikit atau tidak ada sama
sekali, daerah yang berwarna merah muda mengindikasikan
masih ada beberapa aliran darah) (Moenadjat, 2001)
e) Jika infeksi dicegah, luka bakar akan sembuh dalam 3 -9 minggu
(Brunicardi et al., 2005).
Dilakukan segera dalam 2-5 menit. untuk menghindari sekaligus mengenali cedera yang
mengancam jiwa, eg: obstruksi, perdarahan.
A. Airway
Mobilitas leher dijaga apabila curiga fraktur servikal, perhatikan potensi trauma
inhalasi atau edem jalan napas.
Apabila terjadi Obstruksi airway lakukan head tilt, chin lift jaw thrust
suction pasang pharyng airwaypasang intubasi trrakea atau ET(lakukan
segera daripada terlambat). Tanda terjadi Trauma nihalasi :
1. Bau asap tajam pada pakaian penderita
2. Kejadian pd ruang tertutup
3. Luka bakar pd wajah
4. Terbakar mukosa mulut & rambut hidung
5. Jelaga pada mukosa mulut & faring
6. Serak & wheezing pd ekspirasi
7. Produksi mukus berlebih, sputum bercampur jelaga
8. Peningkatan kadar carboxyhemoglobin
9. Gejala keracunan CO
10. Penurunan PaO2
11. Bronkoskopi edem saluran napas atas
B. Breathing
Berikan Oksigenasi 2 – 4 Liter per menit
Pastikan pernapasan adekuat/tidak look listen feel kemungkinan tanda
pneumothorax monitoring pulse ocximetry, serial BGA, ventiltor, curiga
pengembangan rongga dada akibat eschar, periksa mediator inflamasi yang dapat
menurunkan kompliansi paru. Apabila ada Eschar escharotomy
Tanda insufisiensi napas
1. Takikardi
2. Hypoksemia
3. PaO2 ratio <200
4. Takipneu
5. Hiperkapnia
6. Kapasitas total <4 ml/kgBB
7. PaO2 turun
Tanda keracunan CO: terutama luka bakar karena api di ruang tertutup atau
pada pasien tidak sadar
C. Circulation
>50% TBSA atau dg penyakit penyerta, lansia, trauma inhalasi pasang Central
venous pressure (CVP)
Pemberian cairan 2-4 ml RL/kgBB/BSA 24 jam pertama jika urin output belum
memenuhi bisa dinaikkan dosis pemberian cairannya.
1. Hari pertama:
D. Disability
Lihat Ada kompartemen sindrom/ tidak. Sindrom kompartemen adalah kondisi
yang terjadi akibat meningkatnya tekanan di dalam kompartemen otot, sehingga
dapat mengakibatkan cedera di dalam kompartemen otot yang meliputi jaringan
otot sendiri, pembuluh darah, dan saraf.
E. Exposure
seberapa besar Persentase area luka bakar rule of nine
Wajah + leher 4.5%
Dada & sebag perut 18 – tiga telapak (3%) 15 %
Kedua tangan depan belakang 18%
Kaki (4,5 + 2.5) x 2 + (2.5 x 2) 19 %
Punggung 18 / 3 6%
TBSA 62.5%
Diagnosis: luka bakar dengan luas 62.5 % et causa ledakan gardu listrik
A. Pemeriksaan Fisik
1. Esetimasi luas & kedalaman luka
2. Ukur BB (pada kasus 70 kg)
B. Dokumentasi
Perlu dilakukan jika pasien mau ditransfer ke fasilitas kesehatan tingkat lanjut
C. Pemeriksaan Penunjang
1. Hitung jenis darah
2. Gol darah
3. Arterial Blood Gas
4. HbCO levels
5. Serum Glukosa
6. Elektrolit
7. Pregnancy chest
8. Chest x ray
D. Peripherial circulation
Untuk mengecek keberadaan Kompartemen sindrom
E. Jika ada mual muntah, distensi abdomen & TBSA >20% pasang NGT
F. Berikan Analgesik jika hipovolemi teresusitasi
1. Tramadol 10-150ml Iv selama 2-4 jam
2. Ketamin 0.5 mg/ kg BB slow IV
Evaluasi setiap 15-20 menit
G. Perawatan luka
1. Lakukan debridement
2. Tutup
Derajat 1 : tidak perlu dibalut, hanya beri salep antibiotik. Bila perlu diberi
NSID
Derajat 2A: olesi salep antibiotik, balut perban katun, lalu dibalut lagi
dengan perban elastik. Ditutup dengan tutup luka sementara dari (alami)
alograf, sinograf (sintesis) integra, bioprin
Derajat 2B & 3 : eksisi awal, dan cangkok kulit (excision & grafting)
H. Antibitotik jika ada infeksi sekunder
Antibiotik topikal: hanya diberikan pada area rentan infeksi (eg: telapak kaka),
ada bukti kolonisasi bakteri (eg: pus). KI sulfodiazin, ESO: pseudoeschar spt
lapisan tipis yang lengket menyamarkan perkembangan luka
Pastikan pasien sudah pernah Suntik Tetanus atau belum
Pada Kasus :
Evaluasi kecukupan rehidrasi dengan menggunakan urin output per jam (Jika
urin output tidak sesuai dengan target, terapi rehidrasi ditambah) urin ouput ½
jam < 0,5cc/KgBB, menurut algoritma ditunggu hingga satu jam (dilakukan
evaluasi setiap jam) apabila <15cc lakukan penambahan cairan 200cc/jam. dst
sesuai algoritma dibawah.
Farmakoterapi
Antibiotik
Anti tetanus
Monitoring dan Evaluasi
1. Monitoring Tanda- tanda vital untuk menilai ABC ; Perbaikan HR < 140, 7 <RR
< 29, capillary revil time ≤ 2 detik , BP > 90/60 mmhg
2. Terapi Sirkulasi , diberi cairan maka adekuat atau tidaknya cairan tersebut di
evaluasi dari : Evaluasi urin output dalam ½ jam < 0,5 cc /kgbb) maka ditunggu 1
jam tidak dikoreksi lebih lanjut apabila urin output sudah ≥ 0,5 cc /kgbb misal bb
: 70 maka urin output perjamnya adalah : 35 cc / 35 ml. Jika urin output tidak
sesuai dengan target, terapi rehidrasi ditambah sesuai alogaritma.
3. Evaluasi pembeian analgetik setiap 15-20 menit Karena kesakitan mernambah
kebutuhan Oksigen sehingga sangat diperlukan keadaan tenang dan relaks agar
terapi oksigen efektif.
4. Evaluasi Breathing, sudah dilakukan terrapin oksigenasi maka dimonitor Sa O2
stabil bila > 90 , apabila breathing belum stabil maka perlu dipikirkan sebab lain
yang menyebabkan compliance ( pengembangan) paru menjadi tidak maksimal
seperti Tension pneumothorax dan perlunya eschariotomy untuk tatalaksana scar
otot “ pernapasan .
5. Monitorig tanda – tanda infeksi pada balut luka bakar bila diteemukan adanya
pus.
1. Non-farmakologi
(Penanganan luka awal)
a. Singkirkan baju, perhiasan dan beda-benda yang mampu memberikan efek
torniket, karena jaringan yang terkenaluka bakar akan mengalami edema.
b. Rendam/ siram luka dengan air suhu 20-250C (15 menit) untuk
menghentikan proses koagulasi protein akibat sumber panas. Tetapi untuk
luka bakar yang luas jangan lakukan langkah ini karena beresiko menjadi
hipotermi. Jangan memberikan es pada luka bakar apapun.
c. Evaluasi awal
d. ABC
2. Farmakologi
a. Antibiotic
Salep :
Silver sulfadiazine, Mafenide acetate, Silver nitrate, Povidone iodine,
bacitracin, neomycin, polymixib B, nystatin, mupirocin, MEBO.
b. Analgesik
Pada early stage dapat digunakan opioid, jika tidak dapat digunakan
morphine/diamorphine dosis 0.03-0.1 mg/kg, atau tramadol dosis 1
,g/kg dan ketamine 0.2-0.5 mg/kg untuk operasi.