Cara Dahsyat
Cara Dahsyat
Pada sekitar tahun 80an orang tua saya dipaksa untuk memilih
kewarganegaraan mereka dan mengganti nama Chinese mereka. Namun
pemerintah meminta biaya yang cukup besar.
Saat itu saya berdua dengan kakak saya hendak keluar rumah untuk
mengunjungi rumah saudara terdekat, untuk merayakan tahun baru
china (imlek) bersama.
Mei 2005 saat itu saya perjalanan pulang dari bermain futsal, saya
berdua dengan teman saya mengendarai motor, ditengah perjalanan
kami berpapasan dengan iring-iringan /pawai organisasi masyarakat FPI
(Front Pembela Islam) saya berusaha mengendarai pelan kepinggir jalan
agar tidak mengganggu pawai mereka, tapi salah satu dari anggota
mereka mengenali saya sebagai chinese, salah satu dari mereka
berteriak “ hey itu china itu china” lalu ada yang menendang motor saya
hingga motor yang kami kendarai jatuh ke sebuah selokan kecil di pinggir
jalan. Setelah saya jatuh beberapa dari mereka turun dari kendaraan
mereka, menghampiri kami yang masih berusaha
September 2006 saat itu saya bekerja sebagai supir angkutan umum,
saya sedang beristirahat di sebuah warung makan, dua supir pribumi
datang menghampiri saya, dan menuduh saya merebut penumpang
mereka. Mereka berdua mulai memukuli saya, saya berusaha melawan,
ternyata datang lagi beberapa dari mereka membantu mereka berdua
mengeroyoki saya. Pemilik warung makan dimana tempat saya
dikeroyok, membantu saya menarik saya kedalam warung makan dia,
Selama saya bekerja sebagai supir angkutan umum kurang lebih hampir
setahun, banyak kejadian rasis yang saya alami dari sesama supir pribumi
lainnya. Tidak lama setelah kejadian itu, saya berhenti dari pekerjaan
menyupir.
saya setuju untuk membayar 500 ribu rupiah atau tidak sama sekali.
Mereka menolak jumlah yang saya tawarkan, dan meninggalkan toko
saya sambil mengancam “hati-hati cina lu kalo ngomong”.
Setelah mereka meninggalkan toko saya, saya tau pasti akan terjadi
sesuatu pada toko saya. Saya berinitiatif untuk menutup toko dan
membawa stok handphone saya yang ada ditoko. Dan benar saja, sore
harinya mereka kembali untuk mengobrak abrik toko saya. Teman saya
mengabari saya kalau mereka kembali ke toko menghancurkan dan
menjarah beberapa sisa aksesoris yang saya tinggalkan diitoko. Teman
saya yang membuka toko di daerah itu, memperingati saya agar tidak
kembali kesana, karna beberapa anggota ormas tersebut masih mencari
tahu keberadaan saya.
Keluarga saya memaksa saya agar untuk sementara waktu tidak berada
di jakarta, karna ayah saya khawatir anggota ormas tersebut dapat
mengetahui keberadaan saya. Dan pada saat itu saya memutuskan untuk
ke amerika.
dari ayah saya, saya mendengar kabar, kalau kakak saya dan beberapa
anggota jemaat gereja dipukuli oleh beberapa warga pribumi setelah dia
keluar dari gereja tempat dia beribadah, karna warga pribumi disekitar
gereja merasa terganggu dengan adanya kegiatan ibadah gereja.
Mereka mengancam untuk membubarkan kegiatan gereja didaerah
tersebut. Mereka akan meminta bantuan dari kelompok ormas FPI untuk
membantu warga setempat untuk menutup gereja tersebut.
Teman saya pun mengabari saya kalau anggota ormas tersebut masih
sesekali mencari tahu keberadaan saya.