Anda di halaman 1dari 4

NAMA : SYELA FATRIA MARIANI

NIM : 171108113462011

MATA KULIAH : MUK

ARTIKEL
1. INFLASI BIAYA KESEHATAN

Inflasi adalah suatu proses meningkatnya harga-harga secara umum dan terus –menerus
(kontinu) berkaitan dengan mekanisme pasar yang dapat disebabkan oleh berbagai faktor,
antara lain, konsumsi masyarakat yangmeningkat, berlebihnya likuiditas di pasar yang
memicu konsumsi ataubahkan spekulasi, sampai termasuk juga akibat adanya
ketidaklancarandistribusi barang. Dengan kata lain, inflasi juga merupakan proses
menurunnya nilai matauang secara terus menerus

Penyebab Inflasi

1. Menaiknya permintaan
Salah satu penyebab inflasi adalah adanya kenaikan permintaan, sedangkan
penawaran (produk yang dapat dihasilkan atau produk yang tersediadipasaran) tidak bisa
mencukupi atau memenuhi permintaan tersebut, makaterjadilah kenaikan harga, yang
ujung-ujungnya dapat menyebabkan inflasi(jika barang tersebut merupakan barang yang
sangat berpengaruh, sepertiBBM).
2. Menaiknya biaya produksi
Ketika harga biaya produksi suatu produk mengalami kenaikan, maka hargaproduk
yang dihasilkan tersebut juga akan naik. Selain dua faktor penyebab inflasi diatas, masih
ada lagi beberapa factor penyebab inflasi lainnya, mungkin yang saya sebutkan diatas
bisa dijadikan gambaran bagaimana inflasi dapat terjadi.

Dampak Inflasi

Dampak Positif dan Negatif

1. Dampak positif
Inflasi ringan di bawah 10% akan cenderung meningkatkan aktivitas ekonomimasyarakat
sebab setiap orang maupun pengusaha akan sukamembelanjakan atau menginvestasikan
uangnya, akibatnya tingkat bungaakan turun sehingga orang akan dengan
mudah mendapatkan kredit, begitupula dalam memperluas aktivitas ekonominya.
2. Dampak negative
a. Kegiatan ekonomi masyarakat menurun,
b. Tingkat suku bunga meningkat,
c. Terjadi defisit neraca pembayaran,
d. Banyak terjadi spekulasi,
e. Ketidakpastian usaha produksi di masa depan,
f. Pembangunan mengalami kemacetan,
g. Masyarakat segan menabung,
h. Pendapatan riil masyarakat turun, dan
i. Meningkatnya pengangguran.

Upaya Mengatasi Inflasi


Semua permasalahan saya yakin pasti ada jalan keluarnya, begitu jugadengan inflasi.
Ada beberapa cara mengatasi inflasi yang terjadi, cara tersebutdapat dilakukan dengan
menggunakan kebijakan moneter, kebijakan fiskal,
dan kebijakan non-moneter.

1. Cara mengatasi inflasi dengan menggunakan kebijakan moneter, ada beberapa cara yang
dapat dilakukan dengan kebijakan ini, contohnya adalahdengan politik diskonto, cara
politik diskonto ini dilakukan dengan caramenaikkan suku bunga bank, dengan harapan
agar masyarakat lebih tertarikuntuk menyimpan uang yang dimilikinya dibank, jika cara
tersebut sukses,maka jumlah uang yang beredar akan berkurang. Contoh lain dari
kebijakanmoneter adalah dengan politik sanering, sanering merupakan istilah
untukpemotongan nilai uang, bukan pemotongan jumlah angka uang(redenominasi).
2. Cara mengatasi inflasi dengan menggunakan kebijakan fiskal, adabeberapa cara juga yang
dapat dilakukan dengan kebijakan ini, salah satu contohnya adalah dengan pajak, dengan
tarif pajak dinaikkan diharapkan uang yang beredar akan berkurang, uang yang beredar
berkurang karena jumlah pajak yang disetorkan oleh masyarakat lebih besar (banyak)
daripada sebelum tarif pajak naik.
3. Cara mengatasi inflasi dengan kebijakan non-moneter, contoh dari caramengatasi inflasi
dengan kebijakan ini adalah dengan meningkatkan produksi, pemerintah membantu dan
mendorong para pengusaha untuk menaikkan atau meningkatkan produksinya, diharapkan
dengan meningkatnya produksiakan menghasilkan output yang lebih banyak, dengan
output yang beredardipasaran lebih banyak maka harga diharapkan akan turun sehingga
inflasidapat diatasi.

2.INDIKATOR SDG’S
Dalam rangka memeperbaiki kemaslahatan umat manusia PBB telah
mencanangkan Sustainable Development Goals (SDG) yang mencakup 17 bidang target
yang diupayakan tercapai pada tahun 2030 mendatang (sumber1, sumber2). Salah satu bidang
dari SDG yang menjadi sorotan adalah bidang kesehatan, karena akan berdampak langsung
pada kualitas sumberdaya manusia dan tingkat kesejahteraan manusia 13 tahun ke depan
yaitu pada tahun 2030. Hasil evaluasi upaya berbagai negara dalam mencapai target
perbaikan di bidang kesehatan berdasarkan evaluasi terhadap berbagai indikator kesehatan di
188 negara di dunia yang dipublikasikan di Jurnal Lancet akhir September lalu. Hasil
evaluasi ini memang cukup mengkhawatirkan dan jika tidak disertai dengan upaya serius,
kemauan politik dan tentunya alokasi anggaran perbaikan kesehatan yang memadai dari
berbagai negara ini, maka diperkirakan target SDG kesehatan tahun 2030 yang telah
dicanangkan sulit tercapai. Kekhawatiran ini memang cukup beralasan karena berdasarkan
hasil penelitian dan evaluasi capaian perbaikan di bidang kesehatan yang dilakukan oleh
berbagai negara di dunia ini tren perbaikannya tidak seperti yang diharapkan.
Sebagai contoh dalam hal mencapai target pengurangan angka kematian di jalan raya,
kegemukan pada anak, bunuh diri dan tuberkulosis, ternyata hanya 5% negara di dunia saja
yang berhasil mencapai target ini. Dalam hal pencapaian target pengurangan merebaknya
malaria, kematian pada anak, kematian saat melahirkan dan kematian bayi lebih
menggembirakan karena 60% negara di dunia berhasil mencapai target yang dicanangkan.
Jika dilihat secara target keseluruhan di bidang kesehatan, maka 10 negara terbaik dalam hal
pencapaian target perbaikkan dari 188 negara adalah Singapura di peringkat pertama, diikuti
dengan Iceland, Swedia, Norwegia, Belanda, Finlandia, Istrael, Malta dan Swiss. Sedangkan
10 negara terburuk dalam percapaian perbaikan dalam bidang kesehatan adalah Afganistan
diperingkat paling bawah dan diikuti dengan Central African Republic, Somalia, Sudan
Selatan, Chad, Nigeria, Kongo, Lesoto dan Burundi. Posisi perbaikan kualitas kesehatan di
negara negara di Eropa mendominasi 20 peringkat teratas, sedangkan Amerika menempati
posisi 24. Tiongkok yang menduduki peringkat 74 memiliki masalah dalam hal polusi udara,
tingginya kecelakaan lalulintas, tingkat keracunan, dan angka perokok. Sedangkan India yang
menempati urutan ke 128 memiliki masalah dalam hal polusi udara, sanitasi dan hepatitis B.
Jika dilihat dari tren perbaikan yang terjadi dan prediksi sampai tahun 2030, maka negara
yang masuk dalam kategori mengalami perbaikan kesehatan yang pesat adalah , Kazakhstan,
Nigeria, Swaziland dan Timor-Leste. Perbaikan yang sangat pesat ini disebabkan oleh
karena Universal Health Coverage (UHC) dan angka kematian anak di negara ini utamnya
karena telah memenuhi target diterapkannya yaitu program keluarga berencana dengan
menggunakan alat kontrasepsi modern dan adanya bantuan tenaga terampil dalam melahirkan
Sebaliknya Serbia, Sri Langka, Ukrania dan Venezuela tercatat sebagai negara yang
mengalami tren terburuk dalam perbaikan kesehatan sampai tahun 2030, utamanya
disebabkan karena faktor angka kegemukan pada anak dan konsumsi alkohol. Negara negara
yang dianggap berhasil melakukan perbaikan kesehatan masyarakatnya melalui program
reformasi kesehatan dan kebijakan lainnya yang menunjang seperti misalnya penyediaan
asuransi kesehatan bagi masyarakat di wilayah pedesaan untuk membantu kelompok
masyarakat berpenghasilan menengah ke bawah adalah Tiongkok, Kambodia, Equatorial
Guinea, Laos, Rwanda dan Turki. Dalam hal pencapaian target pengurangan angka
HIV/AIDS hanya ada 7% negara yang berhasil mencapai target tersebut, sedangkan target
SDG untuk pengurangan dan eradikasi Tuberkulosis ternyata tidak ada negara yang akan
dapat mencapai target SDG tahun 2030.

Bagaimana dengan Indonesia?


Prestasi Indonesia dalam pencapaian target SDG kesehatan tahun 2030 ini memang
tidak masuk kelompok atas yang terbaik dan juga tidak masuk dalam kelompok negara yang
terburuk. Dengan jumlah penduduk Indonesia yang sangat masih tentunya berbagai masalah
kesehatan yang terjadi akan semakin komplek dan memerlukan perhatian khusus dalam
peningkatan kualitas kesehatan masyarakatnya. Dari hasil penelitian tersebut Indonesia
masuk dalam negara yang jika tidak dilakukan upaya khusus, maka akan masuk dalam
kelompok negara yang tidak dapat mencapai target SDG 2030. Ada dua hal penting yang
harus diperhatikan jika Indonesia ingin mencapai target SDG kesehatan 2030 ini, yaitu
keberpihakan politik dan faktor investasi dan anggaran kesehatan. Pengalihan dan
pengurangan subsidi di berbagai sektor yang selama ini membebani keuangan negara ke
bidang bidang yang memerlukan perbaikan seperti kesehatan merupakan suatu keharusan.
Pencapaian perbaikan fasilitas dan pelayanan kesehatan yang telah dicapai Indonesia dalam
kurun waktu 10 tahun terakhir ini memang sangat berperan bagi tren perbaikan kesehatan di
Indonesia, sehingga Indonesia walaupun dengan permasalahan jangkauan geografis dan
banyaknya penduduk ternyata membantu Indonesia tidak masuk kategori negara negara yang
sangat buruk fasilitas dan perbaikan kesehatannya. Investasi di bidang kesehatan oleh negara
memang sangat mahal, namun mengingat bidang kesehatan ini memegang peran sangat vital
bagi kualitas generasi mendtang, maka mau tidak mau target SDG kesehatan 2030 harus
dijadikan program prioritas pembangunan nasional.

Anda mungkin juga menyukai