Dosen Pengampu :
Sri Rahayu Tri Astuti, S.E,. M.M.
Disusun Oleh :
1. Amir Lestanto 12010115130183
2. Devina Septia H 12010115130185
3. Wulan Surya Wijayanti 12010115130186
4. Muhammad Arif Naufal 12010115130232
JURUSAN MANAJEMEN
FAKULTAS EKONOMIKA DAN BISNIS
UNIVERSITAS DIPONEGORO
SEMARANG
2017
1. KEWAJIBAN KARYAWAN TERHADAP PERUSAHAAN
1.1 Tiga kewajiban karyawan yang penting
a. Kewajiban Ketaatan
Pada dasarnya,karyawan harus mematuhi perintah dan petunjuk
atasannya. Meskipun demikian, bukan berarti karyawan tidak harus mentaati
semua perintah yang diberikan oleh atasannya.
Pertama, karyawan tidak perlu bahkan tidak boleh mematuhi perintah
untuk melakukan sesuatu yang tidak bermoral, seperti membunuh musuh
atau pesaing, melakukan penipuan. Dalam suasana bisnis yang kurang sehat,
karyawan sering terlibat ke dalam praktek tindakan tidak bermoral tersebut
karena melaksanakan perintah atasan atas dasar takut dipecat atau dijanjikan
mendapat sebagian keuntungan.
Kedua, karyawan tidak wajib mematuhi perintah atasannya yang tidak
wajar, walaupun dari segi segi etika tidak ada keberatan. Maksudnya,
karyawan hanya diwajibkan untuk melakukan tugas-tugas yang berkaitan
dengan kepentingan perusahaan, dan bukan kepentingan pribadi atasan,
misalnya memperbaiki mobil pribadi atasan, merenovasi rumah pribadi
atasan, dll.
Ketiga, karyawan tidak wajib mematuhi perintah atasan yang tidak
sesuai dengan kontrak kerja meskipun demi kepentingan perusahaan, atau
dengan kata lain karyawan tidak harus mematuhi perintah atasan yang tidak
sesuai dengan job description karyawan tersebut.\
b. Kewajiban konfidensialitas
Kewajiban konfidensialitas kewajiban untuk menyimpan informasi
yang bersifat rahasia yang telah diperoleh dengan menjalankan suatu profesi,
misalnya dokter, psikolog, pengacara, akuntan. Kewajiban menjaga rahasia
perusahaan tidak saja berlaku selama karyawan bekerja di perusahaan
tersebut, tetapi berlangsung terus menerus bahkan setelah karyawan tersebut
pindah kerja. Yang termasuk rahasia perusahaan misalnya, teknik
memproduksi suatu produk, hasil penelitian, resep rahasia, program
computer, keadaan finansial perusahaan, data pelanggan, mailing list
perusahaan, data sales atau volume sales dan tingkat pertumbuhannya, data
pangsa pasar dan tingkat pertumbuhannya, informasi waktu dan jenis
peluncuran produk baru, rencana ekspansi perusahaan, kebijakan top
manajemen, masalah intern perusahaan, dll.
Karyawan wajib menyimpan rahasia perusahaan karena membuka
rahasia atau memberikan informasi yang bersifat rahasia kepada pihak lain
merupakan tindakan yang tidak etis, terlebih dalam pasar bebas. Kewajiban
konfidensialitas sangat penting salam sistem ekonomi pasar bebas karena
kompetisi antar perusahaan yang ketat. Memiliki atau membuka rahasia
suatu dapat merubah posisi perusahaan tersebut secara drastis, dan hal
tersebut akan mengganggu kompetisi yang adil.
c. Kewajiban loyalitas
Kewajiban loyalitas merupakan konsekuensi dari status seseorang
sebagai karyawan perusahaan. Karyawan harus mendukung tujuan-tujuan
perusahaan, karena karyawan harus melibatkan diri untuk turut
merealisasikan tujuan-tujuan tersebut, menghindari apa yang bisa merugikan
kepentingan perusahaan.
Faktor yang menghalangi terwujudnya loyalitas yaitu konflik
kepentingan (kepentingan pribadi dan kepentingan perusahaan). Karyawan
tidak boleh menjalankan kegiatan pribadi yang bersaing dengan kepentingan
perusahaan. Contoh, karyawan pabrik kecap yang memproduksi kecap
sendiri berdasarkan resep dan teknik membuat kecap dari pabrik lalu
menjualnya dengan harga yang lebih murah. karena bahaya konflik
kepentingan, beberapa jenis pekerjaan tidak boleh dirangkap agar tidak
timbul konflik di kemudian hari.
Pemberian dan penerimaan komisi juga termasuk dalam masalah etis.
Namun, istilah “komisi” juga dapat memiliki arti yang tidak menimbulkan
masalah etika karena termasuk imbalan yang sah. Untuk beberapa jenis
pekerjaan, komisi diberikan sebagai insentif khusus di samping gaji pokok.
Misalnya salesman yang mendapat komisi karena berhasil menjual beberapa
unit produk.
Di sisi lain, masalah komisi memiliki kaitan dengan tindakan korupsi,
kolusi, dan nepotisme (KKN). Jika terjadi masalah komisi yang berkaitan
dengan tindakan KKN, maka perusahaan akan melakukan penyelesaian yang
sesuai dengan peraturan yang ada di perusahaan tersebut. Maka dari itu,
untuk menghindari masalah omisi yang berkaitan dengan KKN, beberapa
perusahaan membuat aturan yang ketat dan jelas dalam pemberian dan
penerimaan komisi karyawan. Selain komisi,pemberiandan penerimaan
berupa hadiah juga dibatasidi beberapa perusahaan, misalnya karyawan
tidak boleh menerima hadiang yang berharga di atas jumlah uang tertentu.
Di dalam konteks kewajiban loyalitas ini juga terdapat faktor
kesetiaan. Jika seorang karyawan pindah kerja dengan alasan gaji yang lebih
tinggi, maka bukan berarti karyawan tersebut tidak memenuhi kewajiban
loyalitasnya. Setiap karyawan memiliki hak untuk memutuskan kontrak
kerja dengan alasan yang jelas dan memutuskan kontrak kerja secara baik-
baik. Maka, hal tersebut tidak akan dinilai sebagai tindakan yang kurang etis.
Namun, karyawan yang terlalu sering berpindah-pindah perkerjaan
dengan alasan finansial cenderung tidak memiliki etos kerja yang baik,
kurang memiliki rasa kesetiaan atau loyalitas terhadap perusahaan, dan
hanya mengejar gaji yang lebih tinggi. Meskipun tidak melakukan kesalahan
saat bekerja, karyawan tersebut tidak memiliki moral yang benar karena
dalam bekerja diliputi rasa matrealistis dan hedonistis.
Pelaporan bisa dibenarkan secara moral, bila lima syarat berikut terpenuhi:
Whistle blowing merupakan masalah etis yng tidak mengenakan untuk seluruh
pihak yang bersangkutan. Untuk perusahaan ataupun pelaku bisnis, whistle
blowing akan membawakan banyak kerugian secara materil maupun moril.
Mulai dari turunnya pamor perusahaan terhadap produknya, hingga turunya
keuntungan yang didapatkan akibat pelaporan ini. Untuk pelapor, whistle
blowing adalah langkah yang diambil dengan berat hati karena resiko yang akan
didapatkannya cukuplah besar. Di beberapa negara ada kode etik profesi,
contohnya kode etik insinyur yang secara tidak langsung menganjurkan whistle
blowing. Dalam kode etik ini memuat ketentuan bahwa keamanan dan
keselamatan masyarakat harus di tempatkan di atas segalanya. Ada juga beberapa
negara yang melindungi para whistle-blowers melalui jalur hukum,contohnya i
Inggris dengan undang-undang yang disebut The Public Interest Disclosure Act
(1998).
b. Pertimbangan Etika
Hampir semua negara memiliki hukum tentang keselamatan dan
kesehatan kerja. Peraturan hukum ini dibuat berlatarbelakang alasan-alasan
etika. Apabila dalam situasi tertentu peraturan hukum yang ada belum cukup
melindungi para pekerjanya, maka perusahaan atau majikan masih terikat
kewajiban dengan alasan etika. Dasar dari segi etika bagi kewajiban
perusahaan untuk melindungi keselamatan dan kesehatan para pekerja,
terdapat tiga pendasaran utama diantara lain:
1) Ada yang mencari dasar itu dalam hak si pekerja. Pekerja berhak untuk
merasakan kondisi kerja yang aman dan sehat. Apabila hak tersebut
masih dirasa belum meyakinkan, maka dapat menunjuk hak yang
paling mendasar yaitu hak untuk hidup (the right of survival). Hak
dasar ini merupakan syarat untuk hak-hak lainnya. Para pekerja berhak
untuk mendapat hak tersebut untuk menghindari kecelakaan kerja dan
occupational disease.
2) Ada pengarang lain yang menemukan dasar tersebut dalam deontologi
Kant, bahwa manusia harus diperlakukan sebagai tujuan pada dirinya
dan tidak hanya sebagai sarana belaka. Apabila perusahaan secara
sengaja mengabaikan keselamatan dan kesehatan kerja sehingga para
pekerjanya merasa kondisi kerja terasa tidak aman, itu artinya bahwa
perusahaan telah memperbudak pekerjanya. Mereka dikorbankan
demi tercapainya tujuan perusahaan yaitu keuntungan ekonomis.
3) Kemungkinan lain yaitu menunjukkan dasar tersebut dengan suatu
argumentasi utilitaristis. Dengan tempat kerja yang aman dan sehat
dapat memberi keuntungan bagi masyarakat dan terutama bagi
ekonomi negara. Kewajiban etis ini sejalan dengan cost-benefit
analysis. Masyarakat sendiri, terutama ekonomi negara akan
mengalami kerugian besar, jika proses produksi tidak berlangsung
dalam kondisi aman dan sehat.
Semua argumentasi diatas ini sah dan saling memperkuat satu sama
lain yang sebagai dasar etika bagi perusahaan untuk melaksanakan
keselamatan dan kesehatan kerja. Namun, hal yang sering terjadi dilapangan
adalah pimpinan perusahaan membela diri terhadap tuduhan bahwa mereka
kurang memperhatikan keselamatan dan kesehatan kerja dengan dua
pertimbangan diantara lain kematian atau kerugian si pekerja tidak secara
langsung disebabkan oleh tindakan pimpinan perusahaan, dan pekerja
menerima risiko kerja dengan sukarela.
3) Kemampuan perusahaan
Disini berlaku pandangan sosialisme dimana pekerja berhak mendapat
sebagian laba yang diperoleh perusahaan. Besar kecilnya gaji atau
upah berdasarkan margin laba perusahaan, semakin besar laba yang
didapat maka semkin besar pula gaji yang didapat, begitupun
sebaliknya. Prinsip ini dapat diterapkan dengan apabila terdapat
transparansi finansial oleh perusahaan.