Anda di halaman 1dari 8

Asuhan Keperawatan Pada Tn. N dengan Resiko Perilaku Kekerasan.........

81

ASUHAN KEPERAWATAN PADA TN. N DENGAN RESIKO PERILAKU


KEKERASAN DI RS MARZOEKI MAHDI BOGOR
Ns. Yuanita P *, Ns. Sri Nyumirah **, Regy Veronica Novianti ***

Abstrak
Gangguan jiwa yaitu sindrom atau pola perilaku yang secara klinis bermakna yang
berhubungan dengan distres atau penderitaan dan menimbulkan gangguan pada satu atau
lebih fungsi kehidupan manusia. Fungsi jiwa yang terganggu meliputi fungsi biologis,
psikologis, sosial dan spiritual. Secara umum gangguan fungsi jiwa yang dialami seorang
individu dapat dilihat dari penampilan, komunikasi, proses pikir, interaksi dan aktifitasnya
sehari-hari. Menurut data dari Rumah Sakit Marzoeki Mahdi Bogor ruang Dewi Amba dari
tahun 2017 penderita gangguan jiwa berjumlah 174 orang. Dari 174 pasien yang dirawat yang
mengalami masalah keperawatan dengan halusinasi sebanyak 34% (60 pesien), menarik diri
29,11% (101 pasien), harga diri rendah sebanyak 15,56% (54 pasien), perilaku kekerasan 17%
(59 pasien) dan waham 4,32 % pasien (15 pasien). Dari data diatas penderita gangguan jiwa
dengan perilaku kekerasan merupakan salah satu kasus terbanyak yang dialami. Penelitian ini
merupakan penelitian deskriptif yang menguraikan tentang Kekerasan di ruang Dewi Amba Rs.
Dr H Marzoeki Mahdi Bogor. Populasi target dalam penelitian ini adalah Tn.N dengan resiko
perilaku kekerasan yang dilaksanakan mulai tanggal 02 sampai 04 Maret 2017 di Ruang Dewi
Amba Rumah Sakit Marzoeki Mahdi Bogor. Kasus Tn.N ditemukan data bahwa klien mengalami
perasaan frustasi dan perasaan jengkel akibat keinginan rujuk dengan istri yang tidak
terpenuhi, bukan karena tersedianya fasilitas atau situasi yang mendukung dan kebutuhan dasar
manusia yang tidak terpenuhi, tetapi karena hasil dari akumulasi keinginan individu untuk
mencapai sesuatu yang gagal, sehingga muncul kesenjangan antara teori tersebut dengan
kasus.

Kata Kunci: Asuhan Keperawatan, Perilaku Kekerasan, Kesehatan Jiwa

Pendahuluan
Latar Belakang
Kesehatan jiwa adalah suatu kondisi yang memungkinkan perkembangan fisik,
intelektual dan emosional yang optimal dari seseorang dan perkembangan itu selaras dengan
keadaan orang lain. Makna kesehatan jiwa mempunyai sifat yang harmonis dan memperhatikan
segi kehidupan manusia dan cara berhubungan dengan orang lain. Kesehatan jiwa adalah suatu
kondisi perasaan sejahtera secara subyektif, suatu penilaian diri tentang perasaan mencakup
aspek konsep diri, kebugaran dan kemampuan pengendalian diri. Indikator mengenai keadaan
sehat mental/ psikologi/ jiwa yang minimal adalah individu tidak merasa tertekan atau depresi
(Keliat, 2011).
Kesehatan jiwa merupakan salah satu permasalahan kesehatan yang signifikan di dunia,
dari tingginya masalah kesehatan jiwa menjadi salah satu masalah kesehatan masyarakat yang
besar dibandingkan dengan masalah kesehatan lainnya yang ada dimasyarakat. Kesehatan Jiwa
masyarakat (community mental health) telah menjadi bagian masalah kesehatan masyarakat
(public health) yang dihadapi semua negara, termasuk di Indonesia (Keliat, 2011). Masalah
kesehatan jiwa dapat meliputi: perubahan fungsi jiwa sehingga menimbulkan penderitaan pada
individu (distres) dan hambatan dalam melaksanakan fungsi sosialnya, masalah psikososial yang
diartikan sebagai setiap perubahan dalam kehidupan individu baik yang bersifat psikologis
maupun sosial yang memberi pengaruh timbal balik dan dianggap mempunyai pengaruh cukup
besar (Dalami, 2010). Penyebab gangguan kesehatan jiwa ada banyak hal, mulai dari kekerasan
terhadap anak dan perempuan terutama kekerasan seksual, pornografi, penyalahgunaan NAPZA,
Buletin Kesehatan, Vol.1 No.1 – Juli - Desember 2017 ISSN: 2614-8080
Asuhan Keperawatan Pada Tn. N dengan Resiko Perilaku Kekerasan......... 82
kecanduan media elektronik dan jejaring sosial, gangguan kejiwaan, bencana, tekanan
psikologis, ketersediaan dan akses pelayanan kesehatan jiwa yang sulit dijangkau. Pasalnya
gangguan kesehatan jiwa bisa menyasar kepada segala usia (Dalami, 2010).
Gangguan jiwa yaitu sindrom atau pola perilaku yang secara klinis bermakna yang
berhubungan dengan distres atau penderitaan dan menimbulkan gangguan pada satu atau lebih
fungsi kehidupan manusia. Fungsi jiwa yang terganggu meliputi fungsi biologis, psikologis,
sosial dan spiritual. Secara umum gangguan fungsi jiwa yang dialami seorang individu dapat
dilihat dari penampilan, komunikasi, proses pikir, interaksi dan aktifitasnya sehari-hari (Keliat,
2011).
Fenomena gangguan jiwa pada saat ini mengalami peningkatan yang sangat signifikan
dan setiap tahun di berbagai belahan dunia jumlah penderita gangguan jiwa bertambah.
Berdasarkan data dari World Health Organisasi (WHO) 2016, ada sekitar 450 juta orang di
dunia yang mengalami gangguan jiwa. Terdapat sekitar 35 juta orang terkena depresi, 60 juta
orang terkena bipolar, 21 juta terkena skizofrenia, serta 47,5 juta terkena dimensia.
Di Indonesia, dengan berbagai faktor biologis, psikologis dan sosial dengan
keanekaragaman penduduk, maka jumlah kasus gangguan jiwa terus bertambah yang berdampak
pada penambahan beban negara dan penurunan produktivitas manusia untuk jangka panjang.
Menurut data Riskesdas 2013 menunjukan prevalensi gangguan mental emosial yang di tujukan
dengan gejala-gejala depresi dan mencapai sekitar 14 juta orang atau 6% dari jumlah penduduk
Indonesia, sedangkan prevalensi gangguan jiwa berat, seperti skizofrenia mencapai sekitar
400.000 orang atau sebanyak 1,7 per 1.000 penduduk.
Menurut data dari Rumah Sakit Marzoeki Mahdi Bogor ruang Dewi Amba dari tahun
2017 penderita gangguan jiwa berjumlah 174 orang. Dari 174 pasien yang dirawat yang
mengalami masalah keperawatan dengan halusinasi sebanyak 34% (60 pesien), menarik diri
29,11% (101 pasien), harga diri rendah sebanyak 15,56% (54 pasien), perilaku kekerasan 17%
(59 pasien) dan waham 4,32 % pasien (15 pasien). Dari data diatas penderita gangguan jiwa
dengan perilaku kekerasan merupakan salah satu kasus terbanyak yang dialami.
Kemarahan adalah perasaan jengkel yang muncul sebagai respon terhadap kecemasan
yang dirasakan sebagai ancaman oleh individu (Riyadi dkk, 2009). Kemarahan adalah suatu
perasaan atau emosi yang timbul sebagai reaksi terhadap kecemasan yang meningkat dan
dirasakan sebagai ancaman. Pengungkapan marah yang konstruktif dapat membuat perasaan
lega. Perilaku kekerasan atau agresif merupakan suatu bentuk perilaku yang bertujuan untuk
melukai seseorang secara fisik maupun psikologis. Dengan kata lain kemarahan adalah perasaan
jengkel yang muncul sebagai respon terhadap kecemasan yang dirasakan sebagai ancaman oleh
individu, dari penjelasan tentang kemarahan tersebut dapat mengakibatkan perilaku kekerasan
(Keliat, 2011).
Perumusan Masalah
Dari identifikasi masalah tersebut, maka dapat disusun pertanyaan penelitian sebagai
berikut “Bagaimana Asuhan Keperawatan pada Tn. N dengan Resiko Perilaku Kekerasan di
Ruang Dewi Amba Rumah Sakit Marzoeki Mahdi Bogor ?”
Tujuan Penelitian
Tujuan umum penelitian ini adalah memperoleh pengalaman nyata dalam memberikan
asuhan keperawatan pada Tn. N dengan resiko perilaku kekerasan. Sedangkan tujuan khususnya
adalah teridentifikasinya :
a. Melakukan pengkajian pada Tn. N dengan resiko perilaku kekerasan.
b. Merumuskan diagnosa keperawatan pada Tn. N dengan resiko perilaku kekerasan.
c. Merencanakan tindakan keperawatan pada Tn. N dengan resiko perilaku kekerasan.
d. Melaksanakan tindakan keperawatan pada Tn. N dengan resiko perilaku kekerasan.
e. Melakukan evaluasi keperawatan pada Tn. N dengan resiko perilaku kekerasan.

Buletin Kesehatan, Vol.1 No.1 – Juli - Desember 2017 ISSN: 2614-8080


Asuhan Keperawatan Pada Tn. N dengan Resiko Perilaku Kekerasan......... 83
f. Mengidentifikasi kesenjangan yang terdapat antara teori dan kasus kejiwaan dengan
resiko perilaku kekerasan.
g. Mengidentifikasi faktor-faktor pendukung maupun penghambat serta dapat mencari
solusi pada kasus kejiwaan dengan resiko perilaku kekerasan.
h. Mendokumentasikan semua kegiatan asuhan keperawatan pada Tn. N dengan resiko
perilaku kekerasan dalam bentuk narasi.

Metode Penelitian
Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif yang menguraikan tentang Kekerasan di
ruang Dewi Amba Rs. Dr H Marzoeki Mahdi Bogor.Populasi target dalam penelitian ini adalah
Tn.N dengan resiko perilaku kekerasan yang dilaksanakan mulai tanggal 02 sampai 04 Maret
2017 di Ruang Dewi Amba Rumah Sakit Marzoeki Mahdi Bogor.Penelitian ini dilakukan di
ruang Dewi Amba Rs. Dr H Marzoeki Mahdi Bogor yang dilaksanakan pada tanggal 02 sampai
04 Maret 2017.
Pengumpulan data dilakukan dengan menggunakan metode deskriptif dari studi
kepustakaan. dalam metode deskriptif pendekatan yang digunakan adalah observasi, wawancara,
pemeriksaan fisik, studi dokumentasi, sedangkan dalam studi kepustakaan, penulis melakukan
penulisan berdasarkan literatur dengan membaca buku-buku sumber yang berhubungan dengan
resiko perilaku kekerasan.
Pengolahan dan Analisa data
Hari/tanggal Data subjektif dan data objektif Masalah keperawatan
Kamis, Ds : Resiko perilaku kekerasan
02 Maret 2017 - Klien mengatakan sering marah-
marah tanpa sebab.
- Klien mengatakan apabila marah
sering membanting barang-
barang, mengamuk dan menonjok
kaca/ tembok.
- Klien mengatakan pernah
mendapatkan aniaya fisik di
ruangan saat bertikai dengan
temanya.
- Klien mengatakan mempunyai
pengalaman yang tidak
menyenangkan yaitu dicakar oleh
teman 1 ruanganya.
Do :
- Klien tampak mempunyai luka
cakar dihidung dan pipinya.
- Mudah beralih dan mudah
tersinggung ketika ditanya tentang
hubungan dalam berkeluarga.
- Klien tampak menunjukan sikap
marah.
- Klien tampak mengerutkan alis
dengan tatapan mata tajam.
- Klien tampak mengepalkan
tangan ketika membahas tentang
penyebab rasa marah dan
jengkelnya.
Buletin Kesehatan, Vol.1 No.1 – Juli - Desember 2017 ISSN: 2614-8080
Asuhan Keperawatan Pada Tn. N dengan Resiko Perilaku Kekerasan......... 84
Hari/tanggal Data subjektif dan data objektif Masalah keperawatan
Kamis, Ds : Isolasi Sosial
02 Maret 2017 - Klien pernah mengalami
penolakan dalam rumah tangga
dan di gugat cerai oleh istrinya
- Klien merasa tidak nyaman apa
bila teman interaksinya di rasa
kurang sopan dan menggunakan
nada yang tidak sesuai dan
memilih menjauh.
- Klien mengatakan malas apa bila
harus berkenalan dengan banyak
orang.
- Klien mengatakan sering
memikirkan mantan istrinya yang
membuat klien merasa sedih.
- klien mengatakan sedih karena
klien sebagai ayah yang tidak bisa
mencari nafkah untuk anaknya
Do :
- Saat sedang berinteraksi klien
tampak menyendiri seketika.
- Klien tampak sering terdiam.
- Klien tampak menutup diri dari
lingkungannya.
Kamis, Ds : Harga Diri Rendah
02 Maret 2017 - Klien mengatakan sangat sedih
karena klien berpisah dengan istri
dan anaknya.
- Klien merasa sedih karena tidak
bisa rujuk dengan istrinya karena
istri takut dengan klien yang
sering marah-marah.
- Klien merasa tidak pantas dan
tidak cocok lagi dengan istrinya
karena klien sering marah-marah
tanpa sebab.
- Klien masih sering mengingat
istri dan anaknya karena klien
merasa dirinya tidak pantas
menjadi seorang suami dan ayah.
Do :
- Klien tampak murung.
- Klien tampak menyendiri dan
sering diam
- Klien tampak menutup diri dari
lingkungannya
Kamis, Ds :
02 Maret 2017 - Klien mengatakan jarang Defisit perawatan Diri
menggosok gigi.
- Klien mengatakan tidak pernah
Buletin Kesehatan, Vol.1 No.1 – Juli - Desember 2017 ISSN: 2614-8080
Asuhan Keperawatan Pada Tn. N dengan Resiko Perilaku Kekerasan......... 85
Hari/tanggal Data subjektif dan data objektif Masalah keperawatan
menyisir rambut.
Do :
- Tampak klien jarang mengganti
baju.
- Tampak rambut klien tidak di sisir
- Tercium bau mulut.
- Gigi tampak kotor
Kamis, Ds : Regimen terapeutik anefektif
02-Maret- 2017 - Klien mengatakan pernah
mengalami gangguan jiwa
sebelumnya dan kembali lagi ke
rumah sakit karena tidak
mengkonsumsi obat atau 3 kali
putus obat .
- Klien mengatakan mengkonsumsi
obat harus di ingatkan dan di
siapkan.
- Klien mengatakan tidak tahu
dampak dari putus obat
- Klien mengatakan tidak tahu
manfaat dari mengkonsumsi
secara teratur.
Do :
- Klien tampak membutuhkan
perawatan pendukung untuk
mengingatkan dan mengatur
jadwal minum obat secara rutin.

Kamis, Ds : - Klien mengatakan saat di Koping keluarga inefektif.


02 Maret 2017 rumah sakit jarang
dikunjungi dengan
keluarga.
Do : - selama melakukan
asuhan keperawatan
dengan klien, tidak
tampak keluarga klien
mengunjungi klien.
- Keluarga tidak mampu
merawat anggota keluarga dengan
gangguan jiwa dirumah dan lebih
memilih
membawa anggota keluarganya
ke RSJ

Hasil Penelitian dan Pembahasan


Kasus Tn.N ditemukan data bahwa klien mengalami perasaan frustasi dan perasaan
jengkel akibat keinginan rujuk dengan istri yang tidak terpenuhi, bukan karena tersedianya
fasilitas atau situasi yang mendukung dan kebutuhan dasar manusia yang tidak terpenuhi, tetapi
karena hasil dari akumulasi keinginan individu untuk mencapai sesuatu yang gagal, sehingga
muncul kesenjangan antara teori tersebut dengan kasus..
Buletin Kesehatan, Vol.1 No.1 – Juli - Desember 2017 ISSN: 2614-8080
Asuhan Keperawatan Pada Tn. N dengan Resiko Perilaku Kekerasan......... 86
Pembahasan
Pengkajian
Pengkajian merupakan tahap awal dan dasar utama dari proses keperawatan. Tahap
pengkajian terdiri atas pengumpulan data dan perumusan kebutuhan atau masalah klien. Data
yang diperoleh dari klien dengan wawancara, observasi dan pemeriksaan fisik disamping itu
pula juga dapat diperoleh dari perawat ruangan dan status klien.
Tahap pengkajian terdapat kesenjangan dan kesesuaian antara teori dan kasus, antara
lain: pada faktor predisposisi ada kesesuaian antara teori dengan kasus dalam aspek emosional
dan sosial, bahwa pada kasus Tn.N ditemukan klien merasakan perasaan jengkel, mengamuk,
perasaan sakit hati serta melakukan tindakan kekerasan sepeti membanting/ merusak alat rumah
tangga, hal tersebut sesuai dengan teori.
Teori menyatakan bahwa aspek sosial dan emosional, individu yang marah menunjukan
perasaan jengkel, frustasi, perasaan mngamuk dan sering kali menyalurkan kemarahan dengan
berperilaku destruktif seperti tindakan kekerasan terhadap individu yang dianggap musuhnya
(Dalami, dkk 2009).
Faktor biologis terdapat kesenjangan yaitu pada aspek biologis. Pada kasus, respon
biologis tidak muncul, karena tekanan darah meningkat, takikardi, muka merah, pupil melebar,
pengeluaran urin yang meningkat serta gejala kecemasan seperti, meningkatnya kewaspadaan,
tubuh kaku dan refleks cepat tidak ditemukan, tahap pengkajian biologis pada Tn.N didapatkan
hasil pemeriksaan (dalam batas normal), yaitu: tekanan darah 120/90 mmHg, nadi: 82 x/menit,
pernapasan: 18 x/menit dan suhu: 36 ˚c dan tidak adanya keluhan fisik.
Diagnosa Keperawatan
Diagnosa keperawatan yang terdapat kesenjangan antara teori dan kasus, pada kasus
ditemukan enam diagnosa keperawatan, yaitu resiko perilaku kekerasan, isolasi sosial, harga diri
rendah, defisit perawatan diri, regimen terapeutik dan koping keluarga inefektif, sedangkan pada
teori ditemukan empat diagnosa keperawatan, antara lain: resiko perilaku kekerasan (RPK),
gangguan sensori presepsi : halusinasi, harga diri rendah (HDR) dan defisit perawatan diri,
Keliat (2007).
Terdapat kesesuaian antara diagnosa teori dan kasus, yaitu : resiko perilaku kekerasan,
harga diri rendah dan defisit perawatan diri. Diagnosa ini sesuai dengan teori karena adanya data
yang mendukung untuk diangkat diagnosa tersebut sehingga adanya kesesuaian antara diagnosa
dan kasus.
Perencanaan Keperawatan
Pada tahap ini merupakan tahap lanjutan dari tahap penegakan diagnosa keperawatan.
Setelah diagnosa keperawatan ditegakan sesuai dengan data-data keperawatan yang ditemukan
selanjutnya adalah penyusunan rencana.
Pada saat pembuatan rencana keperawatan tidak ditemukan kesenjangan antara teori
dengan kasus dikarenakan keperawatan jiwa sudah mempunyai standart dalam merencanakan
asuhan keperawatan yaitu standart dari Diklat RSMM Bogor.
Faktor pendukung dalam pembuatan rencana tindakan adalah terdapatnya literatur yang
telah menjadi standart rencana asuhan keperawatan pada klien dengan gangguan jiwa sedangkan
untuk faktor penghambat dalam penyusunan rencana keperawatan tidak ada hambatan.
Pelaksanaan Keperawatan
Implementasi merupakan tahap pelaksanaan dari rencana keperawatan yang telah
disusun dengan strategi pelaksanaan (Sp). Pada tahap pelaksanaan diagnosa utama yaitu resiko
perilaku kekerasan, penyusun telah melakukan SP1P dilakukan dalam 1 kali interaksi, sesuai
dengan teori yaitu bina hubungan saling percaya (BHSP), mengidentifikasi penyebab, tanda
gejala perilaku kekerasan dan mengontrol perilaku kekerasan dengan mendemontrasikan cara
fisik yaitu tarik napas dalam dan pukul kasur atau bantal serta memasukan ke dalam jadwal
kegiatan harian untuk latihan fisik. Untuk SP2P dilakukan dalam 1 kali interaksi yaitu
mengontrol perilaku kekerasan dengan obat. SP3P dilakukan dalam 1 kali interaksi yaitu
Buletin Kesehatan, Vol.1 No.1 – Juli - Desember 2017 ISSN: 2614-8080
Asuhan Keperawatan Pada Tn. N dengan Resiko Perilaku Kekerasan......... 87
mengontrol perilaku kekerasan secara verbal dan SP4P dilakukan dalam 1 kali yaitu mengontrol
perilaku kekerasan dengan cara spiritual.
Tahap pelaksanaan tindakan keperawatan untuk diagnosa resiko perilaku kekerasan telah
berhasil dilaksanakan karena dipengaruhi oleh keaktifan, kemampuan dan kemauan klien
melatih cara mengontrol perilaku kekerasan dengan cara yang asertif.
Evaluasi Keperawatan
Evaluasi merupakan tahap akhir dalam proses keperawatan dan evaluasi merupakan
tindakan untuk mengetahui keberhasilan asuhan keperawatan yang diberikan. Penulis
melakukan evaluasi dengan metode SOAP (subyektif, obyektif, analisa, planning). Pada tahap
evaluasi untuk diagnosa Resiko Perilaku Kekerasan yaitu pada TUK 1 klien dapat
mengidentifikasi penyebab perilaku kekerasan, klien dapat mengidentifikasi tanda-tanda
perilaku kekerasan, klien dapat mengidentifikasi jenis perilaku kekerasan yang pernah
dilakukan, klien dapat mengidentifikasikan akibat perilaku kekerasan, klien dapat
mengidentifikasi cara konstruktif dalam mengungkapkan marah, untuk TUK 2 Klien mampu
mengulangi cara tarik nafas dalam dan pukul kasur/ bantal, klien mampu mengetahui pentingnya
meminum obat untuk mengontrol perilaku kekerasan, untuk TUK 3 klien dapat mengontrol
marah secara verbal, klien mampu mempraktikan latihan kedalam kegiatan sehari-hari, untuk
TUK 4 yaitu klien dapat mengontrol marah secara spiritual, klien mampu mempraktikan latihan
kedalam kegiatan sehari-hari.
Faktor pendukung pada saat evaluasi adalah klien sangat kooperatif dalam menerima
asuhan keperawatan dan adanya ketersediaan waktu yang diluangkan oleh pembimbing dalam
melakukan evaluasi. Tidak ada habatan yang ditemukan selama proses evaluasi. .

Penutup
Kesimpulan
a. Pengkajian penulis menemukan bahwa klien bernama Tn. N, jenis kelamin laki-laki, umur
35 tahun, pekerjaan wirawasta, klien menganut agama Islam. Klien di rawat di ruang
Dewi Amba. Klien masuk ke RS. Dr. Marzoeki Mahdi pada tanggal 23 Pebruari 2017.
Penulis mendapatkan sumber informasi dari klien dan buku status.
b. Sementara diagnosa keperawatan yang biasa ditemukan pada klien dengan resiko perilaku
kekerasan yaitu regimen terapeutik anefektif, isolasi sosial harga diri rendah dan defisit
perawatan diri. Dalam hal ini, penulis perlu memperhatikan dengan teliti dan tepat sesuai
dengan kondisi klien agar dapat menegakan diagnosa yang tepat.
c. Perencanaan keperawatan yang dilakukan sudah sesuai dengan standart Rumah Sakit Jiwa
Dr. H. Marzoeki Mahdi Bogor hanya saja kriteria evaluasi disesuaikan dengan kondisi
Tn. N pada saat dalam asuhan keperawatan yang sedang berjalan.
d. Tahap pelaksanaan keperawatan sudah dilakukan dan sesuai berdasarkan dengan standar
RSMM, hanya pada pelaksanaan klien terkadang bosan dan berubah mood, maka strategi
yang dilakukan adalah melakukan interaksi singkat tapi sering untuk mencapai asuhan
keperawatan pada klien. Penulis juga melakukan terapi aktivitas kelompok (TAK) dan
rehabilitasi untuk menstimulus presepsi klien terhadap realita.
e. Tahap akhir evaluasi keperawatan terlihat pada klien Tn.N yang telah dapat mengontrol
perilaku kekerasan dengan cara tarik nafas dalam serta pukul bantal/ kasur,
mengkonsumsi obat secara teratur, mengungkapkan, meminta dan menolak sacara verbal
serta dengan cara spiritual yaitu berdzikir dan sholat. Kemampuan lain yang Tn.N capai
yaitu klien mampu berkenalan dengan 1 orang atau lebih dan klien mampu
mempertahankan kebersihan dirinya dengan baik. Tahap evaluasi keseluruhan tidak dapat
dilakukan karena keterbatasan waktu penulis dan alam perasaan klien yang masih
berubah-ubah.

Buletin Kesehatan, Vol.1 No.1 – Juli - Desember 2017 ISSN: 2614-8080


Asuhan Keperawatan Pada Tn. N dengan Resiko Perilaku Kekerasan......... 88
Saran
Saran yang dapat penulis kemukakan untuk perbaikan serta meningkatkan mutu asuhan
keperawatan sebagai berikut :
a. Mahasiswa/ i
1. Pada kondisi klien yang cepat bosan dengan percakapan yang lama, sebaiknya
dilakukan interaksi singkat dan lebih sering untuk mengevaluasi kemampuan klien
dari catatan jadwal kegiatan harian.
2. Mahasiswa diharapkan mampu menjalin kerjasama yang baik dan melakukan bina
hubungan saling percaya dengan klien agar asuhan keperawatan dapat diterima dan
diterapkan di keseharian klien sacara optimal.
3. Mahasiswa diharapkan lebih banyak lagi dapat mempelajari asuhan keperawatan jiwa
khususnya tentang masalah resiko perilaku kekerasan dan lebih mengambangkan
teknik komunikasi terapeutik.
b. Perawat Ruangan
Diharapkan perawat rungan mempertahankan dan melanjutkan asuhan
keperawatan dengan baik serta tetap mempertahankan mutu pelayanan asuhan
keperawatan dengan mendokumentasikan setiap tindakan yang dilakukan kepada klien
dan lebih memotivasi klien untuk melaksanakan jadwal kegiatan harian yang
dilaksanakan sesuai kemampuan klien.
c. Institusi
Diharapkan lebih meningkatkansarana dan prasarana yang mendukung proses
pembelajaran seperti penambahan buku sumber terbaru diperpustakaan khususnya
tentang asuhan keperawatan jiwa

Daftar Pustaka
Baradero, Mary SPC. 2014. Kesehatan Mental Psikiatri. Jakarta. EGC
Dalami, E, dkk. 2010. Konsep Dasar Keperawatan Kesehatan Jiwa. Jakarta: FKUI
Http//Google Book//Artikel Cendikiawan//Fitria Nita. 2009//Asuhan Keperawan Klien Dengan
Gangguan Jiwa//co//id
Hartono, dkk. 2011. Buku Ajar Keperawatan Jiwa. Jakarta: Salemba Medika
Keliat, Budi Anna. 2011. Proses Keperawatan Jiwa. Edisi II. Jakarta: Salemba Medika
Keliat, Budi Anna. 2007. Proses Keperawatan Jiwa. Edisi II. Jakarta: Salemba Medika
Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas). 2013. Prevalensi Gangguan Jiwa. Diambil pada tanggal 21
April 2017 dari www.depkes.go.id
Sujono Riyadi, Purwanto Teguh. 2009. Buku Asuhan Keperawatan Jiwa. Yogyakarta: Graha
Ilmu
Yosep, Iyus. 2007. Asuhan Keperawatan Pada Klien Dengan Masalah Psikososial dan
Gangguan Jiwa. Medan: USE Press

Buletin Kesehatan, Vol.1 No.1 – Juli - Desember 2017 ISSN: 2614-8080

Anda mungkin juga menyukai