Hukum Perikatan
Hukum Perikatan
Hukum Perikatan
b. Pengertian Perikatan
KUH Perdata tidak memberikan secara rinci tentang Pengertian atau
Definisi Perikatan, sehigga Perumusan mengenai Pengertian atau Definisi
Perikatan pada umumnya diberikan oleh para sarjana. Dengan demikian
Pengertian atau definisi Perikatan adalah merupakan doktrin atau ajaran atau
hanya ada dalam lapangan Ilmu Pengetahuan, bukan merupakan ketentuan
yang mengikat yang meliputi baik dari segi kreditur maupun dari segi debitur
(subyek dalam perikatan)
C. HUKUM PERIKATAN
Hukum Perikatan pada dasarnya merupakan hubungan hukum yang artinya
hubungan yang di atur dan di akui oleh hukum, baik yang dapat dinilai dengan uang
maupun tidak, yang di dalamnya terdapat paling sedikit adanya terdapat satu dan
kewajiban, misalnya suatu perjanjian pada dasarnya menimbulkan atau melahirkan
satu atau beberapa perikatan, keadaan ini tentu tergantung pada jenis perjanjian yang
diadakan, demikian juga halnya suatu perikatan dapat saja dilahirkan karena adanya
ketentuan undang-undang, dalam arti, undang-udanglah yang menegaskan, di mana
dengan terjadinya suatu peristiwa atau perbuatan telah melahirkan perikatan atau
hubungan hukum, misalnya, dengan adanya perbuatan melanggar hukum.
Hubungan hukum sebagaimana dimaksudkan, harus dibedakan dengan
hubungan lainnya yang ada di dalam pergaulan masyarakat, seperti pergaulan yang
berdasarkan etika dan kesopanan, kepatutan dan kesusilaan. Penyimpangan terhadap
hubungan tersebut, tidak menimbulkan akibat hukum, misalnya; janji untuk bertemu
dengan pasangan, janji untuk pergi kuliah bersama dan lain-lain yang pada dasarnya
Hal ini berarti, bahwa secara sederhana perikatan diartikan sebagai suatu hal
yang mengikat antara orang yang satu dengan orang yang lain. Hal yang mengikat itu
Dalam hubungan hukum itu tiap pihak mempunyai hak dan kewajiban secara
timbal balik. Pihak yang satu mempunyai hak untuk menuntut sesuatu dari pihak yang
lain, dan pihak yang lain itu wajib memenuhi tuntutan itu, dan sebaliknya. Pihak yang
berhak menuntut sesuatu disebut kreditur, sedangkan pihak yang wajib memenuhi
tuntutan disebut debitur. Hal ini berarti, menurut Ridwan Syahrani, “bahwa terjadinya
hubungan hukum antara dua pihak tersebut, di mana masing-masing pihak (kretidur)
berhak atas prestasi dan pihak yang lain (debitur) berkewajiban memenuhi prestasi
itu” (Ridwan Syahrani, 1992; 203). Prestasi sebagaimana di maksudkan dapat
dikatakan sebagai objeknya perikatan, yaitu sesuatu yang dituntut oleh kreditur
terhadap debitur, atau sesuatun yang wajib dipenuhi oleh debitur terhadap kreditur.
Prestasi adalah harta kekayaan yang diukur atau diniali dengan uang. Yang
berkewajiban membayar sejumlah uang berposisi sebagai debitur, sedangkan pihak
yang berhak menerima sejumlah uang berposisi sebagai kreditur.
Dari uraian yang telah dikemukakan, pada akhirnya perlu juga dipahami
tentang rumusan hukum perikatan, maka dengan melihat beberapa pengertian dan
kasus yang telah dikemukakan, dapat dikatakan bahwa hukum perikatan, pada
dasarnya merupakan “kesemuanya kaidah hukum atau aturan hukum yang mengatur
hak dan kewajiban seseorang yang bersumber pada tindakannya, baik dalam
lingkungan hukum kekayaan yang dapat dinilai dengan uang maupun tidak dapat
dinilai dengan uang.