Anda di halaman 1dari 10

PENGADILAN TATA USAHA NEGARA DAN KEPUTUSAN TATA

USAHA NEGARA

Keavin Frizky Maria

E0018208

Indonesia merupakan negara hukum, danvsalah satuvciri darivnegaravhukum


adalah adanya kekuasaan kehakiman yang merdeka termasuk di dalamnya adalah
PeradilanaTataaUsahaaNegaraa(PTUN). Peradilan Tata Usaha Negara dibuat
untuk memberikan perlindungan kepada masyarakat, yang sekiranya merasa
dirugikan oleh akibat dari suatuvKeputusanvTatavUsahavNegara (KTUN).

PeradilanaTataaUsahaaNegara adalah pengadilan yang mempunyai wewenang


untuk memeriksa, mengadili dan memutus sengketa tata usaha negara.
Pasala1aayata(10)vUndang-Undang Nomor 51 Tahun 2009 Tentang Perubahan
Kedua Atas Undang-undang Nomor 5 Tahun 1986 Tentang Peradilan Tata Usaha
Negara (selanjutnyabdisebutbUndang-undangbPeradilanbTatabUsahabNegara)
menyatakan bahwa: “SengketaaTataaUsahaaNegaraamerupakanasengketa yang
timbuladiabidang tata usahaanegaraaantara orang maupun badan hukumaperdata
dengan pejabat TUN,vbaik di Pusat maupun Daerah, sebagaigakibat
dikeluarkannyaakeputusanatata usahaanegara, termasuk sengketa kepegawaian
berdasarkangperaturanaperundangundanganayang beraku.”

Berbagai macam KeputusanvTatavUsahavNegara dapat digugat ke Peradilan Tata


Usaha Negara, hal ini dikarenakan berbagai macam perbuatan pejabat tata usaha
negara sepertiaperijinan,adispensasi, akonsesi, danapengurusanasurat-suratayang
kemudian dituang dalam bentuk keputusanatataausahaanegara (beschikking). Oleh
karena itu, obyek sengketa yang diperkarakan dalam PTUN
adalahvKeputusanvTatavUsahavNegara (KTUN) yang dikeluarkan oleh pejabat
TUN yang dirasa merugikan ataupunvmenimbulkan
ketidakadilanvbagivmasyarakat baik secara individu maupun badan hukum
perdata. Singkatnya, PTUN dibuat untuk menyelesaikan sengketa yang terjadi
diantara organ pemerintah dengan warga Negara yang merasa dirugikan hak-
haknya. Maka, dapat dipahami bahwa dalam penyelesaian sengketa melalui
PTUN ini pihak yang menggugat adalah masyarakat sedangkan pihak yang
tergugat adalah pejabat tata usaha negara. Pejabat TUN yang dimaksud di sini
bukanlah orangnya melainkan jabatannya.

Negara Hukum Indonesia

Kekuasaan Kehakiman

Mahkamah Agung Mahkamah Konstitusi

PT PTA PT.MIL PT.TUN

PN PA PMIL PTUN

Di Indonesia, PTUN termasuk ke dalam bagian dari kekuasaan kehakiman yang


secara struktur organisasinya berada di bawah Mahkamah Agung (MA). Oleh
karenavberadavdiabawahaMahkamahbAgungbmakabuntuk teknis peradilan,
organisasi, administrasi, dan keuangan pengadilan tetap dilakukan
olehaMahkamahaAgung. Kekuasaan Kehakimanvakan tetap dilaksanakan oleh
MahkamahgAgung dan badanbperadilan di bawahnya dalam lingkungan peradilan
umum, lingkungan peradilan agama, lingkungan peradilan militer, blingkungan
peradilanbtatabusahabNegara, dan olehbsebuahbMahkamahbKonstitusi.

AdanyaaPTUNaselainauntukamemberigperlindunganghukumgbagi masyarakat
jugabuntukbmembina,bmenyempurnakan, danbmenertibkan aparatur Tata Usaha
Negara, agar dapat meningkatkan kinerja dan dalam menjalankan tugas dan
wewenangnya menjadi lebih efisien, efektif, bersih, dan berwibawa, serta
dilandasi dengan sikap pengabdian untuk masyarakat.

Dalam Undang-undang Peradilan Tata Usaha Negara diatur mengenaivhukum


tatavusahavnegara (materiil) termasuk di dalamnya mengatur tentangvKeputusan
TatavUsahavNegara beserta prosedurnya, sehingga dengan adanya UU PTUN ini
masyarakat atauvbadanvhukumvperdata yang diberi kesempatan untuk mendapat
keadilan dari KeputusanvTatavUsahavNegara yang dianggap masyarakat
merugikan mereka. PenerbitanvKeputusanvTatavUsahavNegara itu sendiri seperti
yag sudah dijelaskan diatas dilakukan oleh PejabatvTatavUsahavNegara, dan
pengambilan keputusan inilah yang disebut atau dimaksud dengan administrasi
pemerintahan.

Namun, dalam penyelenggaraan administrasi pemerintahan tentu saja


memunculkan berbagai kendala. Oleh sebab itu, maka dibutuhkannya aturan
hukum yang mengatur hubugan hukum antara penyelenggara administrasi negara
dan masyarakat. Dengan dikeluarkan serta diberlakukannya Undang-Undang
Nomor 30 Tahun 2014 tentang Administrasi Pemerintahan (selanjutnya disebut
UU Administrasi Pemerintahan),ayangamengatur tertib administrasi pemerintahan
dalam menjalankan pemerintahan, termasuk di dalamnya mengatur keputusan dan
prosedurnya, dirasa dapat menjadi solusi yang tepat dalam mengtasi kendala
dalam penyelenggaraan administrasi Negara. Sehingga, UU Administrasi
Pemerintahan ini kemudian dapat menjadi landasan baru bagi Peradilan Tata
Usaha Negaravdalam menangani sengketa TUN, hal ini disebabkan karena UU
Administrasi Pemerintahan juga mengatur mengenai Ketetapan Tata Usaha
Negara.

Untuk lebih jelasnya lagi, perbedaan serta kaitan dari Undang-Undang Peradilan
Tata Usaha Negara dengan Undang-Undang Administrasi Pemerintahan, yaitu:
UU Peradilan Tata Usaha Negara UU AdministrasivPemerintahan

hakikat sebuahvKeputusanvTatavUsaha hakikat sebuahvKeputusanvTatavUsaha


Negaravhanya mencangkup keputusan Negara tidak hanya keputusan dalam
tertulis tanpa memasukan tindakan bentuk tertulis, melainkan juga
faktualnya termasuk tindakan faktual.

Tindakan pemerintah berupa tindakan tindakan pemerintah dalam


materiil dan tindakan dalam menerbitkan keputusan dan tindakan
menerbitkan peraturantidak materiil pemerintah juga dapat
dianggap sebagai objek pengaturan digugat di Pengadilan Tata Usaha
Negara.

keputusan yang dapat digugat adalah KeputusanvTatavUsahavNegara yang


keputusan yang telahmenimbulkan dapat digugat tidak hanya keputusan
akibat hukum bagi seseorang atau yang telah menimbulkan akibat hukum,
badan hukum perdata melainkan keputusan yang berpotensi
menimbulkan akibat hukum juga
merupakan bagian dari sebuah
KeputusanvTatavUsahavNegara

Pengertian dari KeputusanvTatavUsaha Negara itu sendiri adalah suatuvpenetapan


tertulisvyangvdikeluarkan oleh BadanvatauvPejabatvTatavUsahavNegara yang
berdasarkanvperaturan perundang undanganvyangvberlaku, yang bersifatkonkret,
individual, dan final, yangvmenimbulkanvakibatvhukumvbagi seseorang atau
badan hukumvperdata.

Setelah lahirnya Undang-Undang Administrasi Pemerintahan, maka dapat


diperoleh unsur-unsur KeputusanvTatavUsahavNegara pada padal 87 UU
Administrasi Pemerintahan, yaitu:

1. Penetapan tertulis, yang juga mencangkup tindakan faktual


2. Dikeluarkan oleh Badan dan/atau Pejabat TUN di lingkungan eksekutif,
legislatif, yudikatif, dan penyelenggara neraga lainnya
3. Berisivtindakanvhukumvtata usahavnegara
4. Berdasarkanvketentuan perundang-undangan yang berlaku dan Asas-Asas
Umum Pemerintahan yang Baik
5. Bersifat konkret, individual dan finalvdalamvartivluas
6. Telah menimbulkan akibat hukum dan dapatvmenimbulkanvakibat hukum
7. Keputusan ditujukan kepada seseorang atau badan hukum perdata.

Pertama yaitu Penetapan Tertulis. Istilah penetapan tertulis merujuk kepada isi
dan bukan bentuk Keputusan yang dikeluarkan pejabat TUN. Persyaratan tertulis
itu diharuskan untuk memberi kemudahan dari segi pembuktian dan agar dapat
membedakan dengan Keputusan TUN yang berupa perbuatan fisik seperti
penertiban bangunan.

Kedua, unsur berisivtindakavhukum Tata Usaha Negara. Kegiatan menerbitkan


KeputusanvTatavUsahavNegara atau melakukan tindakan yang diatur dalam UU
PTUN dan UU Administrasi Pemerintahan tersebut merupakan tindakan hukum.
Dalam UU Administrasi Pemerintahan, objek vsengketa tatavusahavnegara
diperluas yaitu dengan menjadikan Perbuatan Materiil (Materiele Daad) sebagai
bagian darivpengertian KeputusanvTatavUsahavNegara, sehingga tidak hanya
terbatas dalam ranah pembuatan, penerbitan dan keabsahan KTUN, melainkan
juga telah memasukkan tindakan faktual (materiil) dalam rangka pelaksanaan
KeputusanvTatavUsahavNegara dalamvmenjalankan fungsi pemerintahan.

Unsur selanjutnya adalah Badan atau PejabatvTatavUsahavNegara. Apa dan siapa


saja berdasarkanvperaturan perundang-undangan yangvberlaku melaksanakan
urusan pemerintahan dapat dianggap sebagaivbadan atau pejabatvTUN. Sehingga
tidak menutup kemungkinan kepada apa dan siapa saja di luar aparat resmi
Negara atau diluar instansi-instansi resmi yang berada dalam lingkungan dan
jajaran pemerintah (pihak swasta) dapat melaksanakan urusan pemerintahan
sepanjang ia mendapat pelimpahan wewenang dari pemerintahan.
Unsur lainnya ketentuan perundang-undangan yang berlaku dan Asas-Asas
Umum Pemerintahan yang Baik. AUPB yang dimaksud disini meliputi, asas
kepastian hukum, asas kemanfaatan, asas ketidakberpihakan, asas kecermatan,
asas tidak menyalahgunakan kewenangan, asas keterbukaan, asas kepentingan
umum, dan asas pelayanan yang baik.

Kemudian juga terdapat unsur bersfat konkret, individual, dan Final dalam arti
yang luas dan Menimbulkan Akibat Hukum. Final artinya sudah pasti dan
karenanya dapat menimbulkan akibat hukum, dan yangvdimaksud denganv“final
dalam arti luas” mencangkup Keputusan yang diambilvalih olehaAtasan Pejabat
yangaberwenang. Menimbulkan kibat hukum artinya bentuk keputusan badan atau
pejabatvTUN menimbulkan suatu perubahan suasana dalam hubungan hukum
yang ada sehingga dapat menimbulkan hak dan kewajiban. Jika keputusan itu
belum menimbulkan suatu akibat hukum maka keputusan tersebut bukan suatu
tindakan hukum dan juga bukan suatu penetapan tertulis.

Konsep mengenai KeputusanvTatavUsahavNegara yang diatur dalam Undang-


Undang Administrasi Pemerintahan lebih memperluas kompetensi Peradilan Tata
Usaha Negara , sehingga dapat menimbulkan susunan baru tentang bagian-baian
yang terkandung dalam KTUN yang akan menjadi objek gugatanvdalam
Pengadilan Tata Usaha Negara.

Dalam memahami sengketavTatavUsahavNegara, memahami obyekvgugatan


menjadi hal yang sangat penting. Obyekvgugatan TUN tidak hanya dilihat dari
format surat Keputusan tetapi juga harus dapat memahami serta mendalami
karakteristik dari surat Keputusan tersebut apakah sudah memenuhi syarat-syarat
tertentu yang telah ditetapkan Undang-Undang atau belum, karena tidak semua
surat Keputusan TUN dapat dijadikan sebagai obyek gugatan. Oleh karena itu,
undang-undang membuat batasan mengenai Keputusan yang dapat dijadikan
obyek gugatan. Dalam pasal 2 UU No. 9 Tahun 2004 jo UU no.5 Tahun 1986
tentang Peradilan Tata Usaha Negara menyebutkan yang tidak termasuk ke dalam
KeputusanvTatavUsahavNegara, yaitu:
a. KeputusanvTatavUsahavNegara yang merupakan perbuatan hukum
perdata
b. KTUNvyang merupakanvpengaturan bersifat umum
c. KTUNvyangvmasihvmemerlukanvpersetujuan
d. KTUNvyang dikeluarkanvberdasarvketentuan KUHP, kitab hukum
pidana, atauvperundang-undangan lainvyang bersifatvhukumvpidana
e. Keputusan TUN yang dikeluarkanvberdasar hasilvpemeriksaan badan
peradilanvdan berdasarkanvperaturan perundang-undanganvyang berlaku
f. KTUNvmengenaivtata usahavAngkatanvBersenjata RepublikvIndonesia
g. Keputusan panitiavpemilihan, pusatvmaupunvdaerah, mengenai hasil
pemilihanvumum.

Dalam pembuatan suatu Keputusan harus memenuhi syarat – syarat materiil dan
juga formil. Apabilaasyarataformiladanasyaratamateriilatelahaterpenuhi, maka
ketetapan itu sah menurut hukum. Apabila satu atau beberapa syarat tidak
memenuhi, maka keputusan itu kurang dan menjadi tidak sah.

Syarat-syarat materiil, meliputi :

a. Instansi/alat negara pembuat Keputusan TUN harus berwenang menurut


jabatannya, baik kewenangan dalam lingkup wilayah hukumnya maupun
kewenangan persoalanya.
b. Dalam kehendak alat negara, membuatvKTUN tidak boleh ada
kekurangan-kekurangan yuridis seperti kehilafan, penipuan, paksaan, dan
penyogokan.
c. KTUNvharus berdasarkan suatu keadaan tertentu.
d. KTUNvharus dapat dilaksanakan dan tanpa melanggar peraturan-peraturan
lain, menurut isi dan tujuan sesuai dengan peraturan-peraturan lain yang
menjadi dasar pembuatan KeputusanvTatavUsahavNegara tersebut.

Syarat-syarat formil, meliputi :

a. Syarat-syarat yang ditentukan berkaitan dengan persiapan dan cara


pembuatan suatu KTUN.
b. KTUN harus diberi bentuk yang telah ditentukan.
c. Syarat-syarat yang ditentukan harus berhubungan dengan pelaksanaan
KTUN.
d. Jangka waktu yang ditentukan antara timbulnya hal-hal yang
menyebabkan dibuatnya suatu KTUN dan pengumuman KTUNvitu tidak
boleh terlewat.

Berdasarkan syarat-syarat diatas, keputusan harus memenuhi syarat materiil


dan formal serta harus dibuat oleh organ yang berwenang dan dalam hal ini bukan
hanya alat pemerintahan berupa bestuur atau administrasi, tetapi juga lembaga
legislatif dan yudikatif. Jika dibuat bukan oleh lembaga yang berwenang, maka
keputusan itu dapat menjadi batal mutlak. Dengan kata lain, keputusan itu
dianggapvtidakvpernah ada. Dengan memenuhi syarat-syarat tersebut diatas,
maka suatu Keputusan itu sah dan mempunyai kekuatan hukum formil dan
materiil.

Alasan-alasanvyangvdapatvdigunakanvuntukvmelakukanvgugatan KTUN,
yaitu, Keputusan TatavUsaha Negara yanghdigugatvituvterbukti bertentangan
dengan peraturanVperundang-undangan yangvberlaku,vdanvbertentangan dengan
asas-asas umum pemerintahan yang baik. Selain itu, jika badan atau PejabatvTata
UsahavNegara pada waktu mengeluarkan keputusan tersebut tidak
mempertimbangkan semua kepentingan yang tersangkut yang seharusnya tidak
sampai pada pengambilan keputusan tersebut juga dapat menjadi gugatan KTUN.
Alasan-alasan tersebutlah yang diatur dalam Undang-Undang.

Berdasarkan bentuknya, Keputusan administrasi Negara terdiri atas keputusan


lisan (nonvsuratvKeputusan) dan Keputusan tertulisv(dengan surat Keputusan).
Dilihat dari perwujudan kehendaknya, ada Keputusan Uniteral, Bilateral,, dan
Multilateral. Dilihatvdari daya lakunya, Keputusanvdapatvberlaku intern (dalam
instansi/lembaga) maupunberlaku extern(di luarvinstansi/lembaga). Bila ditinjau
berdasarkan jangka waktunya, ada yang bersifat sementara dan juga lama.

Menurut Prajudi Atmosudirjo, ada tiga jenis Keputusan, yaitu:


1. Keputusan negatif (penolakan)
2. Keputusan yang hanya berlakuvsekali.
3. Keputusan positif (permintaan dikabulkan), dibagi menjadi lima
golongan, yaitu, yang menciptakan keadaan hukum baru pada umumnya,
yang menciptakan keadaan hukum baru hanya terhadap suatu objek saja,
membentuk atau membubarkanvsuatuvbadanvhukum, memberikanvbeban
(kewajiban), dan yang memberikanvkeuntungan.

Selain itu ada keputusan yang baik dan keputusan lain yang meliputi declatoir dan
konstruktif, keputusan sepintas lalu(kilat) dan tetap :adispensasi,aizin,alisensi, dan
konsesi. Ada juga keputusan yag dapat menimbulkan keadaan hukum baru,
keputusan yangaberkaitan dengan obyek tertentu,keputusan yang menguntungkan,
yang tidak diberitahukan, yang bersyarat, berkekuatan hukum lemah sampai
berkekuatan hukum yang kuat.
DAFTAR PUSTAKA

DaniUmar.2018. Memahami Kedudukan Pengadilan Tata Usaha Negara


Di Indonesia: Sistem Unity Of Jurisdiction AtauvDuality OfvJurisdiction?
Sebuah StudivTentangvStruktur DanvKarakteristiknya. Jurnal Hukum dan
Peradilan. Volume 7 Nomor 3 : 412-420. November 2018.

Hadjon M Philipus . 2015. Peradilan Tata Usaha Negara Dalam Konteks


Undang-Undang No. 30 Th. 2014 Tentang Administrasi Pemerintahan.
Jurnal Hukum dan Peradilan. Volume 4 Nomor 1 : 53-56. Maet 2015.

Riza Dola. 2018. KeputusanvTatavUsahasNegara Menurut Undang-


Undang Peradilan Tata Usaha Negara DanUndang-Undang Admnistrasi
Pemerintahan. Jurnal BinavMuliavHukum. Volume 3 Nomor 1 : 86-100.
September 2018.

Aan Effendi. Penyelesaian Sengketa Lingkungan Melalui Peradilan Tata


Usaha Negara. Vol.XVIII(1). Januari 2015

Berger Glover. 2018. The Constitution of the Administrative State. Vol.3


(1). April 2018

Anda mungkin juga menyukai