Disusun Oleh :
NPM : 17221007
SURAKARTA
2018
Kasus “Air Force Supply Squadron”
Kolonel Pete Novak ditugaskan untuk memimpin sebuah skuadron angkatan udara
yang mengangkut perbekalan melalui udara ke unit-unit tempur selama perang Korea.
Skuadron tersebut mempunyai lebih dari 200 orang dan beberapa pesawat kargo. Ketika ia
menerima komando, situasinya suram. Mereka kekurangan perbekalan, personil, dan
pengganti. Organisasi dan koordinasi lemah, dan hanya terdapat sedikit kooperasi dan kerja
sama tim diantara berbagai bagian. Moralnya rendah yang disebabkan oleh beban kerja yang
tidak mengenal belas kasihan, pertengkaran dan ketidaksepakatan yang terus menerus, serta
tekanan akibat terbang ke zona pertempuran.
Kolonel Novak mengadakan pertemuan skuadron tersebut, untuk memperkenalkan
dirinya dan berbicara mengenai bagaimana pentingnya misi mereka bagi keberhasilan usaha
perang. Ia berbicara mengenai bagaimana orang-orang yang berada di garis depan
mengharapkan mereka untuk membawa perbekalan dan amunisi yang dibutuhkan untuk
menjaga agar musuh tidak akan menyerbu negara tersebut. Ia mengingatkan kembali kepada
mereka bahwa setiap orang mempunyai fungsi yang vital dalam kegiatan skuadron tersebut.
Kemudian Kolonel Novak berusaha untuk belajar lebih banyak mengenai orang-orang
yang berada dalam unitnya, mulai dengan para perwira. Ia seringkali mengadakan pertemuan
staf dengan para kepala seksi dan beberapa personel untuk mendiskusikan motede yang
digunakan untuk melakukan misi skuadron tersebut. Ia mengunjungi para tamtama ditempat
mereka bekerja dan pada waktu bebas tugas, berbicara dengan mereka dan menunjukkan
perhatian pribadi terhadap mereka. Ia mendengarkan keluhan mereka dan jika mungkin akan
membantu menangani kondisi hidup yang buruk di pangkalan mereka. Ia terbang bersama
dengan awak pesawat terbang pada beberapa misi pemberian persediaan. Pada suatu
kesempatan ketika perbekalan sangat dibutuhkan di garis depan dan skuadron tersebut sangat
kekurangan perbekalan, ia terjun dan belakangnya. Ketika ia lebih mengenali kemampuan
orang-orangnya, ia melakukan reorganisasi skuadron tersebut untuk menempatkan orang-
orang sesuai dengan keterampilan dan pengalaman yang terbaik yang dapat dilakukan. Pada
pertemuan staf, ketidaksepakatan itu didiskusikan dan diselesaikan. Tanggung jawab dibagi-
bagi jika semua yang terkait itu hadir. Kekuasaan dengan jelas didelegasikan untuk
mengurangi kebingungan dan duplikasi perintah. Para tamtama bertanggung jawab atas
tindakan anggota kelompok, dan dalam batas tertentu, keputusan mereka dilaksanakan tanpa
pertanyaan.
Dalam waktu dua bulan dampak dari perubahan tersebut menjadi nyata. Para perwira
dan tamtama mengetahui apa yang diharapkan dari mereka dan mulai melihat diri mereka
sebagai sebuah bagian penting dari sebuah organisasi yang diatur dengan baik. Mereka mulai
merasa bangga atas kemampuan mereka untuk mencapai misi mereka walaupun ada
kesulitan yang dihadapi. Moral dan keja sama tim makin membaik. Tidak lama kemudian
skuadron tersebut menjadi salah satu skuadron paling efisien di Korea.
Pembahasan :
1. Perilaku kepemimpinan efektif apakah yang diperlihatkan oleh kolonel Novak?
Kolonel Novak memperlihatkan kepemimpinan yang efektif dalam membenahi
squadron yang awalnya suram karena kekurangan perbekalan, personil pengganti.
Organisasi dan koordinasinya pun lemah, kerjasama kurang dan moral squadron yang
rendah, banyak terjadi pertengkaran dan ketidaksepakatan yang terus-menerus menjadi
sebuah squadron yang paling efisien di Korea. Hal pertama kolonel Novak mengadakan
pertemuan dengan squadron tersebut untuk memperkenalkan diri dan membahas
bagaimana pentingnya misi mereka. Kemudian kolonel Novak berusaha untuk
mempelajari dan mengenali orang-orang yang ada pada squadron tersebut. Misi yang ada
kemudian di delegasikan kepada anak buahnya agar tidak terjadi kebingungan dan
duplikasi perintah. Setelah itu kolonel Novak mereorganisasi squadron tersebut untuk
menempatkan orang-orang ke dalam bagian squadron yang sesuai dengan ketrampilan
dan pengalamannya. Dengan kepemimpinan yang teratur dan efektif, kolonel Novak
mampu membuat squadron tersebut berubah menjadi squadron yang efisien.
2. Apa yang diilustrasikan kasus ini tentang kepemimpinan yang efektif?
Dalam kasus “air force supply squadron” diilustrasikan pengaruh kepemimpinan yang
dibawa oleh kolonel Novak mampu mengubah squadron yang awalnya sangat kacau
menjadi squadron yang efektif dan efisien. Kolonel Novak merubah squadron dengan
perlahan-lahan tapi pasti, dimulai dengan mengadakan pertemuan dengan seluruh
squadron, kemudian ia belajar mengenali lebih dalam orang-orangnya dari Perwira
sampai Tamtama. Ia juga sering mendiskusikan metode apa yang tepat untuk melakukan
misi dengan para staff sehingga dapat memilih metode yang tepat. Kolonel Novak juga
sering mengunjungi para tamtama, mendengarkan keluh kesah mereka mengenai kondisi
hidup di pangkalan dan memberikan perhatian pada mereka. Setelah itu kolonel Novak
mereorganisasi squadron sehingga dapat menempatkan orang-orang kedalam bagian unit
yang sesuai dengan keahlian dan pengalamannya agar setiap unit dapat melaksanakan
misi dengan efisien dan tanpa kendala yang berarti.Kepemimpinan yang efektif kolonel
Novak cukup terlihat karena dengan waktu yang lumayan singkat dapat membuat
perubahan yang besar dalam squadron tersebut.
3. Perbandingan perilaku kepemimpinan dalam kasus ini dengan perilaku kepemimpinan
dalam kasus sebelumnya?
Menurut saya perilaku kepemimpinan dalam kasus ini dengan perilaku kepemimpinan
dalam kasus sebelumnya sangatlah berbeda karena dalam kasus sebelumnya
“Consolidated Products” mengilustrasikan 2 gaya perilaku kepemimpinan yang berbeda.
Perilaku kepemimpinan Ben Samuels lebih condong pada hubungan interpersonal
pekerja sedangkan perilaku kepemimpinan Phil Jones lebih condong pada pencapaian
tujuan atau produksi.
Sedangkan dalam kasus ini “Air Force Supply Squadron” ,perilaku kepemimpinan
kolonel Novak lebih baik dari pada kedua orang pada kasus sebelumnya. Kolonel Novak
mampu memimpin squadron yang sebelumnya kacau menjadi sebuah squadron yang
efisien. Perilaku kepemimpinan Kolonel Novak sangat efektif karena dapat membuat
orang-orangnya mengeluarkan keahlian dan potensi diri mereka. Kolonel Novak juga
dapat membangun sebuah hubungan interpersonal yang baik dengan para bawahannya
sehingga bawahannya nyaman dan dapat bekerja sesuai dengan keahliannya. Dengan
perilaku kepemimpinan tersebut squadron yang dipimpinnya dapat mencapai misi yang
telah ditentukan.
Kesimpulan
1. Pola perilaku kepemimpinan pada awalnya mengacu pada penelitian Universitas Ohio
dan Michigan. Pada perkembangannya penelitian diatas tidak dipakai sebagai pedoman.
2. Pandangan para penulis mengenai Pemimpin, yang yang efektif adalah dapat
menyesuaikan perilakunya dengan kondisi yang ada sehingga akan lebih berhasil
membawa organisasi kearah yang lebih baik