The purpose of this articel is to describe the role of zakat for empowering of receiver.
The Implementation of zakah has social capital and civic engagemen. Social capital is a
variety of entities having two characteristic in common: they all consist of some aspect of a
social structure and they facilitate certain actions of individuals who are within the
structure, social capital inheres in the structure of relations between person and among
persons. It is lodged neither in individuals nor in physical implements of production. Civic
Engagement has value derivation,namely (i) empathy, (ii) reciprocity, (iii) generosity, (iv)
moral obligation, (v) social solidarity, (vi) public trust, dan (vii) public spirit. The
dynamics occurred due to culture, politics of goverment and elite authoriry from any
organizations.
30
pada umumnya orang-orang Dari beberapa perspektif di
mempercayai orang-orang lainnya di atas, perspektif modal sosial yang
sekitar mereka, dan juga (i) memiliki tampaknya lebih relevan dengan
penilaian yang cukup positif fenomena zakat di Indonesia,
mengenai lembaga-lembaga khususnya wilayah Jawa Barat,
demokrasi dan pemerintahan, (ii) adalah perspektif yang dikemukakan
lebih berpartisipasi dalam politik dan Pierre Bourdie. Di sini Pierre Bourdie
dan terlibat aktif pada lembaga- mendefinisikan modal sosial sebagai
lembaga kemasyarakatan, (iii) lebih “sumber daya aktual dan potensial
banyak menyumbang untuk kegiatan yang dimiliki oleh seseorang berasal
sosial, (iv) lebih toleran kepada dari jaringan sosial yang
minoritas dan orang-orang yang tidak terlembagakan serta berlangsung
menyukai mereka, (v) lebih optimistik terus menerus dalam bentuk
dalam memandang kehidupan, dan pengakuan dan perkenalan timbal
(vi) lebih bahagia dengan balik yang memberikan kepada
kehidupannya. anggotanya berbagai bentuk
Kajian yang bersifat dukungan kolektif” yang tentu saja
interaksionalis dapat diketahui dari tidak lepas dari aspek habitus dan
penelitian Putnam (1993), Zak dan field-nya. Pierre Bourdieu (1930-2002)
Knack (2001), Rothstein dan Stolle juga membedakan antara modal
(2003) (dalam Rothstein and Uslaner, spiritual (spiritual capital) dengan
2005). Pada perspektif ini, modal modal agama (religious capital). Yang
sosial lebih menekankan pada trust pertama mencakup aspek yang lebih
dan networking. Pada level meso, luas pada masyarakat yang lebih
diketahui bahwa orang-orang yang beragam, dijalankan oleh pola
memiliki trust, juga memiliki produksi, konsumsi, pertukaran dan
pekerjaan yang lebih baik dalam konsumsi yang lebih kompleks
lembaga-lembaga politik dan (extrainstitutional). Sedangkan yang
pemerintahan, lebih sejahtera dan kedua dihasilkan dalam sebuah
jarang melakukan kejahatan dan lembaga yang hirarkis (institutional)
korupsi. (Bradford Verter, 2003: 150-174).
Sementara penekanan modal Secara empiris, fenomena
sosial dari aspek jaringan memiliki modal sosial lembaga zakat memiliki
suatu nilai inti yang disebut civic domainnya sendiri sesuai dengan
engagement. Modal sosial dengan nilai karakteristiknya. Sebagaimana kajian
inti civic engagement itu mengandung sebelumnya bahwa terdapat 3 (tiga)
tujuh derivasi nilai yang sangat bentuk lembaga zakat yang berkiprah
esensial yaitu: (i) empathy, (ii) di Indonesia. Pertama, lembaga zakat
reciprocity, (iii) generosity, (iv) moral yang dikelola komunitas dengan lebih
obligation, (v) social solidarity, (vi) public mengedepankan ascetism dan altruism.
trust, dan (vii) public spirit. Kajian ini Kedua, lembaga zakat yang dikelola
memperlihatkan bahwa suatu ikatan, negara (Baznas dan Bazda) dengan
apapun bentuknya: lemah atau kuat, orientasi developmentalisme. Ketiga,
memberikan kemudahan dalam LAZ Swasta yang berupaya
menjalankan kehidupan Granovetter menerapkan prinsip maximize utility1.
(1973; 1974; 1983). Sementara kajian
lain menyatakan adanya jaringan
formal pengaruh dan kekuasaan.
1
Abdul Malik, dkk., Konstruksi sosial kuasa
pengetahuan zakat: Studi Kasus LAZ di
31
JISPO VOL. 6 No. 2 Edisi: Juli-Desember Tahun 2016
32
dana umat melalui pengembangan diharapkan dapat memberi masukan
usaha mikro kecil ini memiliki baik bagi pengambil kebijakan publik
beberapa tujuan, di antaranya: (pemerintah/Lembaga Pengelola
Pertama, ingin mengembangkan teori Zakat dan para tokoh organisasi Islam
modal sosial dari aspek bentuk dan di wilayah Jawa Barat) maupun bagi
fungsi modal sosial itu sendiri. Selain kalangan akademisi, untuk
itu, penulis juga ingin melakukan pembaharuan tatanan
mengembangkan model teori kelembagaan zakat di masa-masa
hubungan kelembagaan dalam suatu yang akan datang.
tindakan ekonomi, khususnya yang
dikembangan Pierre Bourdieu. Kedua, E. Kerangka Teoritis
penulis ingin mengetahui problem Konsep modal sosial yang
empirik yang didalami. Dalam berkembang selama ini lebih banyak
mengetahui problem empiris ini, didasarkan pada pandangan tiga
penulis menekankan pada strategi orang ilmuwan sosial, yaitu Pierre
lembaga sosial zakat dalam Bourdie, James Coleman, dan Robert
mengembangkan kegiatan usaha para Putnam. Bourdieu mendefinisikan
penerima zakat dan bentuk dukungan modal sosial sebagai the aggregate of
serta hambatan yang dihadapi the actual and potential resources which
lembaga-lembaga sosial zakat, are linked to possession of a durable
khususnya di Jawa Barat dalam network of more or less intitutionalized
melakukan kegiatannya. relationship of mutual acquaintace and
recognition – or in other words, to
membership in group – which provide
each of its members with the backing of
D. Signifikansi Penelitian collectivity –owned capital, a credential
Kajian secara mendalam which entities them to credit, in the
terhadap bagaimana modal sosial various senses of the words3. Pierre
Lembaga Pengelola Zakat belum Bourdie mendefinisikan modal sosial
begitu banyak, khususnya dalam sebagai “sumber daya aktual dan
perspektif sosiologis. Sejauh yang potensial yang dimiliki oleh seseorang
dapat peneliti telusuri, penelitian berasal dari jaringan sosial yang
mengenai modal sosial lembaga terlembagakan serta berlangsung
pengelola zakat (LPZ) dalam terus menerus dalam bentuk
pendayaguanaan dana umat melalui pengakuan dan perkenalan timbal
pengembangan usaha mikro kecil ini balik (atau dengan kata lain:
belum ada yang membahas sehingga keanggotaan dalam kelompok sosial)
penelitian ini diharapkan dapat yang memberikan kepada anggotanya
mengisi celah tersebut. berbagai bentuk dukungan kolektif”.
Karena itu, pertama, secara Modal sosial dapat diartikan sebagai
obyektif penelitian ini diharapkan karakteristik dari hubungan antar
dapat memberikan gambaran yang individu dalam suatu organisasi
jelas dan komprehensif tentang sosial maupun dengan individu
bentuk modal sosial lembaga-lembaga
pengelola zakat (LPZ) dalam 3Pierre Bourdieu. “The Forms of Capital”
pendayaguanaan dana umat melalui dalam John G. Richardson. 1986.
pengembangan usaha mikro kecil ini. Handbook of Theory and Research for the
Kedua, secara praktis, kajian ini Sociology of Education. New York :
Greenwood Press.
33
JISPO VOL. 6 No. 2 Edisi: Juli-Desember Tahun 2016
34
Konsep ini kemudian dikembangkan Biklen (1982) adalah kumpulan
oleh Marx dan Engels melalui konsep longgar dari sejumlah asumsi yang
solidaritas pengikat (bounded dipegang bersama, konsep atau
solidarity) untuk menjelaskan proposisi yang mengarahkan cara
hubungan yang terkembang dan berpikir dan penelitian.6
kerjasama yang muncul ketika Kuhn (1962) dalam the
kelompok mengalami tekanan atau structure of scientific revolutions
menemui kesulitan. Simmel mendefinisikan paradigma ilmiah
menjelaskan transaksi timbal balik sebagai contoh yang diterima tentang
(reciprocity transaction) yang akan praktek ilmiah sebenarnya. Contoh-
memunculkan konsep balas budi contoh termasuk hukum, teori,
yang akan dikembangkan lebih lanjut aplikasi, dan instrumentasi secara
yang mengarah pada keterikatan bersama-sama. Sementara Guba
yang erat antar warga komunitas. menguraikan paradigma sebagai
Durkheim dan Parson seperangkat kepercayaan yang
mengembangkan apa yang disebut melandasi tindakan sehari-hari
dengan value introjection, di mana maupun dalam kaitannya dengan
nilai, moral, dan komitmen pencarian keilmuan.7 Melalui
mendahului hubungan kontraktual. penetapan paradigma itulah, seorang
Weber mengembangkan konsep peneliti dapat memahami fenomena
enforceable trust, yaitu kepercayaan apa yang akan diteliti dalam
yang dapat dilaksanakan. Terdapat penelitian, baik berkaitan dengan
demikian banyak definisi kapital asumsi bagaimana memandang objek
sosial dalam berbagai literatur, penelitian, dan bagaimana
termasuk perbedaan penggunaan kata melaksanakan proses penelitian.
yang digunakan untuk Creswell lebih jauh
menggambarkan konsep yang sama, menjelaskan arti penting paradigma
antara lain energi sosial (social energy), dalam sebuah penelitian ilmiah
spirit komunitas (community spirit), sebagai berikut:
keterikatan sosial (social bonds), “Paradigma in the human and
kebajikan warga (civic virtue), jaringan social sciences help us understand
komunitas (community network), ozon phenomena: They advance
sosial (social ozone), persahabatan yang assumptions about the social
luas (extended friendships), kehidupan world, how science shoould be
komunitas (community live), sumber conducted, and what constitutes
daya sosial (social resources), jaringan legitimate problems, solutions,
sosial (social network), kehidupan and criteria of proof.”8
ketetanggaan (good neighbourhoodness),
perekat sosial (social glue). 1. Desain Penelitian
35
JISPO VOL. 6 No. 2 Edisi: Juli-Desember Tahun 2016
36
menyampaikan laporan keuangannya dapat memperoleh informasi
kepada masyarakat. Ketiga, diawasi mengenai laporan penggunaan dana
oleh akuntan publik, dan memiliki zakatnya via internet, dan lain-lain.
amilin atau sumber daya yang Pengelolaan zakat dengan
profesional. Dengan demikian, maka memggunakan teknologi, khususnya
dengan adanya sistem yang teknologi perbankkan. Dengan
terintegrasi dengan teknologi dukungan teknologi perbankan,
informasi akan mempermudah donatur akan termudahkan dengan
pengelolaan zakat. Adanya teknologi fasilitas-fasilitas transaksi milik
informasi, akan membantu kerja perbankan. Misalnya metode
pengelola zakat. pembayaran zakat dengan meng-
gunakan kartu kredit atau dikenal
Pengelolaan zakat telah dengan istilah recurring. Secara
menggunakan teknologi untuk setiap syariah pembayaran lewat kartu
prosesnya. Dengan menggunakan kredit ini sah dengan komitmen dari
teknologi, proses pengelolaan zakat pemegang kartu kredit untuk
akan semakin cepat dan mudah. melunasi pembayaran sebelum jatuh
Hambatan jarak yang selama ini tempo, kartu kredit untuk
sering menjadi penghambat dalam pembayaran zakat, infaq, shadaqah
pertukaran data dan informasi dan wakaf tunai. Layanan perbankan
lembaga zakat kini bisa diatasi. seperti ini diharapkan memberikan
Teknologi informasi yang terintegrasi kemudahan bagi masyarakat yang
memudahkan pengelola zakat untuk mempunyai kesibukan padat.
mengontrol setiap dana zakat yang
dititipkan muzaki untuk kemudian Kendala Yang Dihadapi Baz/Laz
disalurkan tepat kepada mustahiknya. Persoalannya sekarang adalah
Penggunaan infrastruktur bagaimana mengupayakan Badan
teknologi informasi yang canggih Amil Zakat (BAZ)/Lembaga Amil
akan membuat LAZ efisien dalam Zakat (LAZ) dapat bekerja secara
mengumpulkan dana dari para profesional, transparan, dan
muzakki dan semakin mudah akuntabel. Selama ini ada beberapa
menyimpan berbagai data. kendala yang dihadapi BAZ / LAZ :
Penggunaan teknologi sebetulnya 1. Pemahaman pengurus terhadap
dapat memperkuat database yang konsep atau fikih zakat dan
dibutuhkan para pengelola zakat. manajemennya relatif kurang.
Data itu di antaranya: data penerima Indikasinya, belum banyak
zakat; data wilayah penerima zakat; BAZ/LAZ yang sukses di dalam
data wilayah binaan lembaga zakat; mengelola zakat, infak dan
data lembaga yang mendapat shadaqah. Apalagi mengelola
dukungan dari dana zakat; data wajib zakat fitrah yang cenderung ad
zakat, dan lain-lain. hoc dan temporer, minggu
Bahkan, penggunaan keempat dari bulan Ramadan
teknologi ini juga dapat dibentuk panitia, malam Idul Fitri
mempermudah para muzakki selesai, tanpa dokumen
membayarkan zakat. Kemudahan itu administrasi dan pelaporan yang
misalnya para muzakki dapat memadai.
membayar zakat via SMS, bisa 2. Karena kinerja BAZ/LAZ tidak
menghitung zakatnya lewat internet, terukur dengan jelas, maka
37
JISPO VOL. 6 No. 2 Edisi: Juli-Desember Tahun 2016
38
4 Rum ah Zakat 66% 33% 1% dengan melakukan
5 Darut Tauhid 41% 28% 30% identifikasi kebutuhan
Bandung komunitas (Community needs
Sumber: Zaim Saidi (2006) Restorasi assessment)
Zakat, Sebuah Keniscayaan: Tekdan Azas Partisipasi: yaitu
dari Kaum Muslim Cape Town, keikutsertaan seluruh warga
Afrika Selatan. komunitas dalam berbagai
Bentuk tindakan proaktif yang dimensi: mengidentifikasi dan
ditemukan dalam aktivitas program merumuskan kebutuhan,
pemberdayaan masyarakat miskin di menyampaikan aspirasi,
Jawa Barat antara lain: Pertama, merencanakan, menjalankan
Kegigihan ketua lembaga mulai dari pembangunan, mengevaluasi
mencari ide, membangun kerja sama, dan memonitor, merasakan
mencari dana, mensosialisasikan hasilnya. Untuk melakukan
program, melatih dan mendampingi identifikasi kebutuhan
masyarakat, serta mendistribusikan komunitas secara partisipatif,
hasil kelapa sawit. Kedua, kerja keras misalnya dapat dilakukan
ketua kelompok/takmir dalam teknik : Participatory Rapid
mengorganisir dan menggerakkan Appraisal (PRA)
masyarakat. Ketiga, masyarakat saling Social capital: adalah stok
tukar informasi kesuksesan dan kepercayaan social, norma dan
kendala melalui pengajian. Proaktif jejaring yang tersedia didalam
seluruh komponen program suatu kelompok, komunitas
pemberdayaan masyarakat miskin di atau masyarakat yang dapat
Jawa Barat berperan dalam dimanfaatkan oleh anggota
mempercepat pelaksanaan program masyarakat tsb. untuk
pemberdayaan, karena mereka memecahkan masalah
senantiasa aktif dan kreatif mencari bersama.
jalan keluar dalam mengatasi Cultural capital: adalah segala
permasalahan. Selain itu proaktif kekayaan budaya (nilai-nilai,
telah melancarkan kesuksesan tradisi, gaya hidup,
program karena mereka cenderung kemampuan dan ketrampilan
tidak menyukai bantuan yang bahasa, seni) yang dimiliki
sifatnya dilayani, melainkan lebih oleh perorangan maupun
banyak melayani secara proaktif. kelompok yang dapat
Pemerintah juga dimanfaatkan untuk mencapai
mengembangkan pemberdayaan suatu kepentingan.
terhadap masyarakat. Dalam Political capital: adalah segala
memberdayakan masyarakat, hak, wewenang politik,
pemerintah memperhatikan beberapa organisasi politik serta
hal berikut: organisasi massa yang tersedia
Community needs: di masyarakat serta struktur
kepentingan seluruh masyarakat dan kemampuan
komunitas (bukan individu berorganisasi warga
atau keluarga tertentu) yang masyarakat yang dapat
terkait dengan kondisi khas digunakan untuk
komunitas tersebut. Oleh memperjuangkan kepentingan
karena itu CBD harus dimulai politik masyarakat dalam
39
JISPO VOL. 6 No. 2 Edisi: Juli-Desember Tahun 2016
40
sendiri/kelompok sendiri (penggusuran dsb.) atau
secara alamiah artinya muncul konflik social. Hilangnya rasa
dari adat istiadat setempat dan aman ini akan membuat
spontanitas masyaralat masyarakat curiga, tidak
setempat. System ini bisa mudah percaya pada pihak-
disempurnakan dengan pihak lain bahkan antar
memperkenalkan prinsip- sesama warganya, sensitif,
prinsip organisasi modern, tidak dapat diajak
tetapi tidak boleh bekerjasama, tidak dapat
menghilangkan esensinya dipercaya dsb.
yaitu “rasa tolong-menolong”. Sense of ownership and
communication : Suatu responsibility: suatu
komunitas akan dapat komunitas akan lebih mudah
mempertahankan ikatannya untuk diberdayakan bila
kalau memiliki media mereka diberi hak pemilikan
komunikasi antar para bersama yang dapat mereka
warganya. Komunikasi ini bisa manfaatkan dan kelola secara
melalui media tradisional mandiri.
(warung kopi, pertunjukan Wewenang: sebagai suatu unit
komunitas, kentongan, pembangunan komunitas
permainan bersama, tempat seharusnya memiliki
“kongkow”, arisan dsb., tetapi wewenang yang diakui secara
didalam masyarakat yang hukum misalnya untuk
sudah modern, media memperoleh dana
komunikasi modern justru pembangunan, untuk
telah menghilangkan tradisi merencanakan pembangunan
ini karena ruang lingkup dan pengawasan sendiri
beritanya nasional tetapi dsb.Bila semua wewenagn
konsumsinya privat (mis. TV, pembangunan berada pada
Radio). Untuk mengefektifkan lurah, camat atau lembaga
komunikasi di komunitas pemerintah, maka komunitas
pada masa kini perlu tidak akan dapat berkembang
dikembangkan media-media sendiri sebagai suatu unit
seperti majalah komunitas, social yang mandiri.
pesta RT/RW, proyek dana Kepemimpinan:
dampingan RT/RW dsb.). kepemimpinan komunitas
Sense of security: rasa aman amat diperlukan terutama
bukan saja dari segala bentuk dalam pengembangan
ancaman fisik atau kejahatan, kemampuan berorganisasi.
tetapi juga dalam arti Kepemimpinan tidak boleh
kepastian memperoleh dimonopoli oleh aparat
sumber-sumber kehidupan pemerintah tetapi harus juga
misalnya akses terhadap dapat berkembang secara
kredit, tanah, dan fasilitas demokratis didalam
lainnya. Termasuk juga rasa masyarakat. Kepemimpinan
aman terhadap ancaman berjenjang dari komunitas
kebijakan Pemerintah yang yang terkecil sampai unit yang
dapat merugikan mereka lebih besar. Kepempinan yang
41
JISPO VOL. 6 No. 2 Edisi: Juli-Desember Tahun 2016
42
Jaringan (net working) Dalam pelaksanaan program
merupakan hubungan yang saling pemberdayaan masyarakat miskin
berdampingan dan dilakukan atas tersebut lembaga bekerjasama dengan
prinsip kesukarelaan (voluntary), pihak masjid setempat. Berdasarkan
kesamaan (equality), kebebasan kesamaan persepsi untuk bersama-
(freedom), dan keadaban (civility). sama berjuang mengentaskan
Jaringan hubungan sosial biasanya kemiskinan di wilayahnya ketua
akan diwarnai oleh suatu tipologi takmir masjid ditunjuk sebagai ketua
khas sejalan dengan karakteristik dan kelompok, hal ini dimaksudkan ketua
orientasi kelompok pada kelompok takmir lebih mudah untuk
sosial yang biasanya terbentuk secara memobilisasi massa, menjadi
tradisional atas dasar kesamaan garis panutan, dan yang terpenting adalah
keturunan (lineage), pengalaman- amanah dalam melaksanakan
pengalaman sosial turun-temurun kegiatan program. Pada saat
(repeated social experineces), dan pelaksanaan program budidaya
kesamaan kepercayaan pada dimensi kelapa sawit, pihak lembaga tetap
ketuhanan (religious beliefs). memberikan kesempatan kepada
Hubungan yang saling masyarakat untuk tetap dapat
berdampingan dan dilakukan menanam singkong dan jagung
berdasarkan prinsip di atas disela-sela tanaman kelapa sawit.
ditemukan dalam model Ketua kelompok tani sawit adalah
pemberdayaan masyarakat miskin takmir masjid setempat dengan
yang ada di Jawa Barat. Unsur-unsur harapan ketua takmir dapat
berdampingan yang berkerja secara memobilisasi masa, menjadi panutan
bersama-sama dalam model bagi masyarakat sekitar.
pemberdayaan tersebut antara lain: Dengan adanya jaringan
Pertama, Muzakki yang dalam hal ini dalam suatu kelompok
tergabung dalam LKMP5 berperan pemberdayaan tersebut,
sebaai penyandang dana program memudahkan mereka dalam hal: (1)
pemberdayaan. Kedua, beberapa komunikasi dan sosialisasi program-
lembaga berperan sebagai: (a) program kepada antar anggota, (2)
mediator/pencari penyandang dana; memudahkan untuk melaksanakan
(b) perumus program; dan (c) kegiatan, serta (3) mempertahankan
pelaksana program. Ketiga, kerukunan antar warga. Dalam hal ini
Kelembagaan Masjid, berperan semua program didampingi oleh
sebagai koordinator kelompok lembaga dari hulu sampai hilir. Petani
program pemberdayaan. Keempat, tidak perlu repot memikirkan harus
Masyarakat berperan sebagai objek dibawa kemana hasil panennya,
dan pelaku program. pasaran harga, serta dapat
Unsur-unsur diatas yang menghindari tengkulak. Dengan
bekerjasama dalam jaringan dilandasi Demikian menunjukkan bahwa
oleh prinsip: (a) kesukarelaan sistem jaringan yang dibentuk oleh
(voluntary), kesamaan (equality), lembaga zakat dalam program
kebebasan (freedom), dan keadaban pemberdayaan telah membangun
(civility). Bagi setiap muslim yang kemampuan komponen masyarakat
mempunyai harta sampai pada Sumberoto untuk selalu menyatukan
nisabnya, maka wajib mengeluarkan diri dalam suatu pola hubungan yang
zakatnya. sinergis. Pola jaringan inilah yang
43
JISPO VOL. 6 No. 2 Edisi: Juli-Desember Tahun 2016
44
berikut: Pertama, muzakki jujur sangat dipengaruhi oleh besar
terhadap kepemilikan dan besarnya kecilnya kepercayaan yang terbangun
nisab zakat yg harus disalurkan. diantara pihak-pihak yang melakukan
Kedua, Lembaga pengelola zakat kerjasama tersebut.
bersifat amanah (profesionalisme) dan Menurut Fukuyama kerjasama
kerja keras dalam menjalanjan akan berhasil bertahan lama jika
program-program yang ditawarkan. derajat kepercayaannya (radius of
Ketiga, ketua kelompok bersungguh- trust-nya) tinggi. Yaitu, norma-norma
sungguh (benar-benar) mendampingi kooperatif seperti kejujuran dan
masyarakat dalam menjalankan kesediaan untuk menolong yang bisa
program. Keempat, masyarakat dibagi diantara kelompok-kelompok
berkomitmen untuk menjalankan terbatas masyarakat dan bukan
aturan-aturan yg sudah disepakati dengan yang lainnya dalam
dengan ketua kelompok dan lembaga. masyarakat yang sama. Contoh radius
Kepercayaan (trsust) dalam program of positif trust adalah pada orang-
pemberdayaan di Jawa Barat berperan orang Cina yang memiliki tingkat
dalam dua hal yaitu: (1) Masyarakat kepercayaan yang tinggi dalam
yang mempunyai kepercayaan yang menjalankan bisnis diantara kliennya
tinggi (high trust) telah berhasil (Fukuama, 2002: 71).
menciptakan berbagai jaringan Sebaliknya ikatan akan mudah
dengan baik. (2) Masyarakat yang hancur bahkan tidak terbentuk sama
mempunyai tingkat kepercayaan yang sekali jika derajat kepercayaannya
tinggi (high trust societies) terbukti (radius of trust-nya) rendah.
sanggup untuk melakukan kerjasama Kepecayaan yang rendah jika
sampai level organisasi yang sangat didalamnya penuh dengan sikap
besar, semacam korporasi mementingkan individu dan saling
transnasional. curiga (suspcious). Kelompok yang
Apa yang ditemukan dari yang mendahulukan individu dan
fenomena di atas sesuai dengan apa saling curiga akan menjadi bom
yang disampaikan Fukuyama. waktu bagi pecahnya suatu
Fukuyama beranggapan bahwa kerjasama. Dan tindakan seperti dapat
kepercayaan adalah by produt yang dikatakan sebagai penyimpangan
sangat penting bagi norma-norma sosial (ipso facto) yang mencerminkan
sosial kooperatif yang memunculkan kurangnya social capital.
social capital. Menurutnya, jika Kepercayaan menurut
masyarakat dapat diandalkan untuk Fukuyama juga terkait dengan
tetap menjaga komitmen, norma- jaringan. Kemampuan suatu
norma saling tolong menolong, dan perusahaan untuk bergerak dari
menjauhi prilaku oportunistik, maka hierarki-hierarki besar ke jaringan
berbagai kelompok akan terbentuk fleksibel perusahaan-perusahaan kecil
secara cepat, dan kelompok yang akan sangat tergantung pada tingkat
terbentuk itu akan mampu mencapai kepercayaan dan modal sosial (trust &
tujuan-tujuan bersama secara lebih social capital) yang hadir dalam
efesien. Karena itu kepercayaan dapat masyarakat luas. Masyarakat
dikenali melalui sebuah konsep radius berkepercayaan tinggi seperti Jepang
of trust (Fukuyama, 202: 71). Konsep dan Cina berhasil menciptakan
ini meniscayakan adanya kriteria berbagai jaringan dengan baik
keberhasilan suatu kerjasama sangat sebelum revolusi informasi memasuki
45
JISPO VOL. 6 No. 2 Edisi: Juli-Desember Tahun 2016
46
----------------, Petunjuk Pelaksanaan Angeles, London, New Delhi,
Pengumpulan Zakat, Depag RI, Singapore and Washington
2007 DC.)
Anthony Giddens, Kapitalisme Dan Denise Anthony, Cooperation in
Teori Sosial Modern, Jakarta: UI Press, Microcredit Borrowing Groups:
1986. Identity, Sanctions, and
Barbara A. Misztal, Trust in Modern Reciprocity in the Production of
Society, Cambridge: Polity Collective Goods, American
Press, 1996. Sociological Review 2005 70:
Coase, R. The Problem of Social Cost 496, DOI:
(Journal of Law and 10.1177/000312240507000307
Economics 3, No 1:1-44, 1960). Drayton Bill, Everyone a Changemaker,
Coleman James S.; Social Capital in Social Entrepreunership’s
The Creation of Human Ultimate Goal, Innovations, MIT
Capital, USA: American Press, 2006
Journal of Sociology, Durkheim, The Rules of Sociological
Suplement, 94, pp. S95-S120, Method. Editor George E.G.
1998. Catlin (New York: The free
-----------------------, Foundations of Press, 1964).
Social Theory, Cambridge MA: __________, The Division of Labor in
Harvard University Press, Society, terjemahan George
1990. Simpson (New York: The free
Didin Hafidhuddin, Undang-Undang Press, 1964).
Pengelolaan Zakat dan Undang- Edward S Greenberg, “State Change;
Undang Pajak dalam Prespektif Aproaches and Concept,”
Syariah, Jakarta, 2000. dalam Greenberg & Mayer
------------------------, Zakat dalam (eds), Changes in the States:
Perekonomian Modern, Jakarta: Causes and Consequences, 1990.
Gema Insani Pers, 2002. Eri Sudewo, Manajemen Zakat, Jakarta:
-----------------------, Dunia Perzakatan di Litera Antar Nusa, 2005.
Indonesia, dalam Aflah, 206. Erwin Thobias, dkk. Pengaruh Modal
Djuanda, dkk ., Pelaporan Zakat Sosial Terhadap Perilaku
Pengurangan Pajak Penghasilan, Kewirausahaan (Suatu studi pada
Jakarta Radjawali Pers, 2006. pelaku usaha mikro kecil
Durkheim, The Rules of Sociological menengah di Kecamatan
Method. Editor George E.G. Kabaruan Kabupaten Kepulauan
Catlin, New York: The free Talaud), Journal “ACTA
Press, 1964. DIURNA” Edisi April 2013.
Dees , Gregory J., The Meaning of Social
Entrepreneurship, Kauffman
Center for Enterprenurial Francis Fukuyama, Kemenangan
Leadership, 1998. Kapitalisme dan Demokrasi
Dag Wollebæk, Age, Size and Change in Liberal (Yogyakarta: Qalam,
Local Voluntary Associations, 2001).
Acta Sociologica, December ------------------------, Social Capital, Civil
2009 Vol 52(4): 365–384, Society And Development
Nordic Sociological menyatakan bahwa Civil
Association and SAGE (Los Society Serves to balance the
47
JISPO VOL. 6 No. 2 Edisi: Juli-Desember Tahun 2016
power of state and to protect Max Weber, The Theory of Social and
individual from the state’s Economic Organization,
power.Third World Quarterly, Diterjemahkan oleh A.M.
Vol 22, No 1, pp 7-20, 2001. Henderson dan Talcott
-------------------, Great Disruption, Parsons (New York: Oxpord
Yogyakarta, 2002. University Pers, 1974).
-------------------, Trust The Social Virtues Monika Ewa Kaminska, Bonding Social
and The Creation of Prosperity, Capital in a Postcommunist
The United States of america: Region, American Behavioral
The Free Press, 1995 Scientist 2010 53: 758, DOI:
. 10.1177/0002764209350836.
-------------------, Social Capital A Masdar Helmy, Memahami Zakat dan
Multifaceted Perspective, The Cara Menghitungnya, Bandug:
World Bank Washington, DC, Pt. Al-Maarif, 2001.
2000. Max Weber, The Theory of Social and
Gunadi, Zakat Sebagai Pengurang Economic Organization,
Penghasilan Kena Pajak, Diktat Diterjemahkan oleh A.M.
Seminar Zakat Perusahaan Henderson dan Talcott
Jakarta, 2000. Parsons, New York: Oxpord
Habib Ahmed, Role of Zakah and University Pers, 1974.
Awqafin Poverty Alleviation. Muhammad Akram Khan, Issues in
Jeddah: JKYI, 2004. Islamic Economics, Lahore:
Ibnu Kholdun, Muqaddimah(Dar al- Islamic Publication Ltd, 1983.
Fikr, t.t.). Muhammad Kamal Atiyah,
John L. Esposito, The Islamic Threat, Perakauman Zakat, Teori dan
Myth or Reality? (New York: Praktis, Kuala Lumpur: Dewan
Oxford University Press, 1992). Bahasa, Kementerian
Katz, Elihu & Lazarsfeld, Personal Pendidikan Malaysia, 1988.
Influences, Collier Macmillan Muhammad Daud Ali, Sistem Ekonomi
Publisher, London, 1964. Islam, Zakat dan Waqaf. Jakarta:
Kasper, W. and M. E. Streit. UI Press. 1998
Institutional Economics, Social Mursyidi, Akuntansi Zakat
Order and Policy. Edward Kontemporer, Bandung: Rosda,
Elgar. Cheltenham, (UK. and 2003.
Northampton, MA. USA, Monzer Kahf, Zakah Management in
1998). Some Muslim Countries. Jeddah:
Knight, J. Institution and Social IRTI, 2000.
Conflict. Cambridge University Nuruddin Ali, Zakat Sebagai Instrumen
Press, 1992. Dalam Kebijakan Fiskal. Jakarta:
Kenneth Morrison, Marx, Durkheim, Raja Grafindo, 2006.
Weber; Formations Of Modern Nuruddin Mhd Ali, Zakat Sebagai
Social Thought, London: Sage Instrumen Dalam Kebijakan
Publications, 1995. Fiskal, Jakarta, Radjawali Pers,
Kuntarno Noor dan Mohd Nasir 2006.
Tajang, Zakat dan Peran Negara, Nicos Poulantzas, The Problem of
Jakarta, FOZ, 2006. Capitalist State, dalam Blackburn
48
(ed.): Ideology of Social Science, Literature. Vol. 38, pp. 595-613,
1972. 2000.
O. Taufiqullah, Zakat dan Williamson, O.E. The Mechanisms of
Pemberdayaan Ekonomi Umat, Governance. Oxford University
Bandung: BAZ Jabar, 2004. Press. Oxford, 1996.
Peter Evans, State-Society Synergy:
Government And Social Capital
In Development, (University Of
California, Berkeley.
International And Area
Studies) ; No. 94. Hd75.S748
1997
Peter Dicken, Global Shift,
Transforming the World
Economy Ed ke-3 (London:
Paul Chapman, 1998).
Peter Beilharz, Teori-Teori Sosial,
Terjemahan Sigit Jatmiko
(Yogyakarta: Pustaka Pelajar,
2002).
Piotr Sztompka, Trust, Cambridge
University Press, 1999.
Ralph Miliband, The State in Capitalist
Society (New York: Basic Books
Inc, 1969)
Richard Swedberg, Principles of
Economy Sociology, The United
State of Amrica: Princeton
University Press Princeton and
Oxford, 2003.
Rochman Achwan, Sosiologi Ekonomi
di Indonesia, Indonesia: Penerbit
UI Press, 2004. Halaman 61.
Schmid, A. The Economic Theory of
Social Institution. American
Journal of Agricultural
Economics. 54:893-901, 1972.
Schotter, A. The Economic Theory of
Social Institutions. Cambridge,
Cambridge University Press,
1981.
Yunus, Muhammad, Banker to the
Poor, Alan Jolis Public Affairs,
New York, 1999.
Williamson, O.E. The New Institutional
Economics: Taking Stock, Looking
Ahead. Journal of Economic
49