PENDEKATAN SAINTIFIK
Mata Kuliah:
KELOMPOK 2:
Adintasari (180210101005)
Cikal Citra Pratiwi (180210101008)
Della Syahfira Juliana (180210101013)
Alfi Anggraini K. D. (180210101020)
Listya Hikmawati (180210101034)
Nuzula Erlisa Nuraziza (180210101044)
Dien Aulia Naily Zulka (180210101103)
PENDEKATAN SAINTIFIK
Mata Kuliah:
KELOMPOK 2:
Adintasari (180210101005)
Cikal Citra Pratiwi (180210101008)
Della Syahfira Juliana (180210101013)
Alfi Anggraini K. D. (180210101020)
Listya Hikmawati (180210101034)
Nuzula Erlisa Nuraziza (180210101044)
Dien Aulia Naily Zulka (180210101103)
Puji syukur penyusun panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, atas
segala limpahan rahmat, taufik, dan hidayah-Nya. Sehingga penyusun dapat
menyelesaikan makalah yang berjudul “Strategi Pembelajaran Berbasis
Pendekatan Saintifik” dengan tepat waktu. Meskipun banyak rintangan dan
hambatan yang penyusun alami dalam proses pengerjaannya, namun penyusun
berhasil menyelesaikannya dengan baik dan tepat waktu. Dalam penyusunan
makalah ini, penyusun tidak lupa mengucapkan banyak terimakasih kepada semua
pihak yang telah membantu dalam proses penyusunan makalah. Penyusun
mengucapkan terimakasih yang sebesar-besarnya kepada :
1. Bapak Drs. M. Hassan, M.Sc. Ph.D selaku Rektor Universitas Jember yang
telah memberikan fasilitas kepada penyusun.
2. Bapak Prof. Dr. Sunardi, M.Pd. dan Dhanar Dwi Hary Jatmiko, S.Pd,
M.Pd yang telah memberi bimbingan, jasa, dan pemikirannya kepada
penyusun sehingga penyusun dapat menyelesaikan makalah ini dengan
baik.
Penyusun
DAFTAR ISI
Table of Contents
Type chapter title (level 1) ................................................................................................. 1
Type chapter title (level 2) .............................................................................................. 2
Type chapter title (level 3) .......................................................................................... 3
Type chapter title (level 1) ................................................................................................. 4
Type chapter title (level 2) .............................................................................................. 5
Type chapter title (level 3) .......................................................................................... 6
BAB I
PENDAHULUAN
1.3 Tujuan
Tujuan makalah ini yang berkaitan tentang pendekatan pemecahan
masalah, yaitu :
1. Untuk memahami pengertian pendekatan saintifik
2. Untuk mengetahui tujuan pendekatan saintifik
3. Untuk mengetahui prinsip pendekatan saitifik
4. Untuk mengetahui kriteria pendekatan saintifik
5. Untuk memahami langkah-langkah penerapan pendekatan saintifik
6. Untuk mengetahui penerapan pendekatan saintifik dalam pembeljaran
matematika
7. Untuk mengetahui jenis penilaian yang digunakan dalam pendekatan
saintifik
1.4 Manfaat
b. Bagi penulis
Dapat mengetahui dan memahami bagaimana pendekatan
pemecahan masalah memengaruhi proses pembelajaran.
Dapat mengimplementasikan hal-hal yang telah dijelaskan
terhadap kehidupan sehari-dari dalam proses pembelajaran di
pendidikan formal.
b. Bagi pembaca
Dapat menjadi sumber referensi yang berkaitan dengan
pemahaman pendekatan pemecahan masalah.
BAB II
PEMBAHASAN
Berikut definisi dan pengertian pendekatan saintifik dari beberapa sumber buku:
Menurut Rusman (2015), pendekatan saintifik merupakan pendekatan
pembelajaran yang memberikan kesempatan pada siswa secara luas untuk
melakukan ekspplorasi dan elaborasi materi yang dipelajari, di samping itu
memberikan kesempatan pada peserta didik untuk mengaktualisasikan
kemampuan melalui kegiatan pembelajaran yang dirancang oleh guru.
Menurut Hosnan (2014), pendekatan saintifik adalah suatu proses
pembelajaran yang dirancang supaya peserta didik secara aktif mengkonstruk
konsep, hukum, atau prinsip melalui kegiatan mengamati, merumuskan
masalah, mengajukan/merumuskan hipotesis, mengumpulkan data dengan
berbagai teknik, menganalisis data, menarik kesimpulan, dan
mengkomunikasikan.
Menurut Karar dan Yenice (2012), pendekatan saintifik adalah proses
pembelajaran yang dirancang sedemikian rupa agar pembelajar secara aktif
mengonstruk konsep, hukum atau prinsip melalui tahapan-tahapan
mengamati (untuk mengidentifikasi atau menemukan masalah), merumuskan
masalah, merumuskan hipotesis, mengumpulkan data dengan berbagai
teknik, menganalisis data, menarik kesimpulan, dan mengomunikasikan
konsep, hukum atau prinsip yang ditemukan.
Pendekatan saintifik/ ilmiah merujuk pada teknik-teknik investigasi atas
fenomena atau gejala, memperoleh pengetahuan baru, atau mengoreksi dan
memadukan pengetahuan sebelumnya (Materi Diklat Guru Implementasi
Kurikulum 2013, 2013: 2, diunduh dari www.puskurbuk.net).
Sedangkan menurut M. Lazim (2013: 1), Pendekatan saintifik didefinisikan
sebagai berikut:
Pendekatan saintifik adalah proses pembelajaran yang dirancang sedemikian
rupa agar peserta didik secara aktif mengonstruk konsep, hukum atau prinsip
melalui tahapan-tahapan mengamati (untuk mengidentifikasi atau
menemukan masalah), merumuskan masalah, mengajukan atau merumuskan
hipotesis, mengumpulkan data dengan berbagai teknik, menganalisis data,
menarik kesimpulan dan mengomunikasikan konsep, hukum atau prinsip
yang “ditemukan”.
Dari dua pengertian di atas dapat disimpulkan bahwa pendekatan saintifik/
ilmiah adalah suatu teknik pembelajaran yang menempatkan siswa menjadi
subjek aktif melalui tahapan-tahapan ilmiah sehingga mampu mengkonstruk
pengetahuan baru atau memadukan dengan pengetahuan sebelumnya.
Pendekatan saintifik/ ilmiah terbukti lebih efektif dalam pembelajaran
dibandingkan dengan pembelajaran tradisional.
Hal tersebut sesuai dengan hasil penelitian sebagai berikut (Materi Diklat
Guru Implementasi Kurikulum 2013, 2013: 2, diunduh dari
www.puskurbuk.net):
Retensi informasi dari guru pada pembelajaran tradisional sebesar 10%
setelah 15 menit dan perolehan pemahaman kontekstual sebesar 25%,
sedangkan pada pembelajaran berbasis pendekatan ilmiah, retensi informasi
dari guru sebesar lebih dari 90% setelah dua hari dan perolehan pemahaman
kontekstual sebesar 50-70%.
Berikut ini tujuh (7) kriteria sebuah pendekatan pembelajaran dapat dikatakan
sebagai pembelajaran scientific (Hosman, 2014):
1. Materi pembelajaran berbasis pada fakta atau fenomena yang dapat dijelaskan
dengan logika atau penalaran tertentu; bukan sebatas kira-kira, khayalan,
legenda, atau dongeng semata.
2. Penjelasan guru, respon siswa, dan interaksi edukatif guru-siswa terbebas dari
prasangka yang serta-merta, pemikiran subjektif, atau penalaran yang
menyimpang dari alur berpikir logis.
3. Mendorong dan menginspirasi siswa berpikir secara kritis, analistis, dan tepat
dalam mengidentifikasi, memahami, memecahkan masalah, dan
mengaplikasikan materi pembelajaran.
4. Mendorong dan menginspirasi siswa mampu berpikir hipotetik dalam melihat
perbedaan, kesamaan, dan tautan satu sama lain dari materi pembelajaran.
5. Mendorong dan menginspirasi siswa mampu memahami, menerapkan, dan
mengembangkan pola berpikir yang rasional dan objektif dalam merespon
materi pembelajaran.
6. Berbasis pada konsep, teori, dan fakta empiris yang dapat
dipertanggungjawabkan.
7. Tujuan pembelajaran dirumuskan secara sederhana dan jelas, namun menarik
sistem penyajiannya.
Proses pembelajaran yang mengimplementasikan pendekatan scientific akan
menyentuh tiga ranah, yaitu: sikap (afektif), pengetahuan (kognitif), dan
keterampilan (psikomotor). Dengan proses pembelajaran yang demikian maka
diharapkan hasil belajar melahirkan peserta didik yang produktif, kreatif, inovatif,
dan afektif melalui penguatan sikap, keterampilan, dan pengetahuan yang
terintegrasi (Hosman, 2014).
a. Mengamati (observing)
Dalam metode ini guru akan menyajikan media objek secara nyata
sehingga peserta didik merasa senang dan merasa tertantang untuk mencoba
terus menerus. Sehingga proses pembelajaran iini memiliki kebermaknaan
yang tinggi. Disini Guru memfasilitasi peserta didik untuk melakukan
pengamatan, melatih mereka untuk memperhatikan (melihat, membaca,
mendengar) hal yang penting dari suatu benda atau objek.
b. Menanya (questioning)
Guru perlu membimbing peserta didik untuk dapat mengajukan
pertanyaan, pertanyaan tentang yang hasil pengamatan objek yang konkrit
sampai kepada yang abstrak berkenaan dengan fakta, konsep, prosedur, atau
pun hal lain yang lebih abstrak. Pertanyaan yang bersifat faktual sampai
kepada pertanyaan yang bersifat hipotetik. Dari situasi di mana peserta
didik dilatih menggunakan pertanyaan dari guru, masih memerlukan
bantuan guru untuk mengajukan pertanyaan sampai ke tingkat di mana
peserta didik mampu mengajukan pertanyaan secara mandiri.
Kegiatan “menanya” dalam kegiatan pembelajaran sebagaimana
disampaikan dalam Permendikbud Nomor 81a Tahun 2013, adalah
mengajukan pertanyaan tentang informasi yang tidak dipahami dari apa
yang diamati atau pertanyaan untuk mendapatkan informasi tambahan
tentang apa yang diamati (dimulai dari pertanyaan faktual sampai ke
pertanyaan yang bersifat hipotetik). Kompetensi yang diharapkan dalam
menanya adalah mengembangkan kreativitas, rasa ingin tahu, kemampuan
merumuskan pertanyaan untuk membentuk pikiran kritis yang perlu
untuk hidup cerdas dan belajar sepanjang hayat.
c. Mengasosiasi (associating)
Kegiatan “mengasosiasi/mengolah informasi/menalar” dalam
kegiatan pembelajaran sebagaimana disampaikan dalam Permendikbud Nomor
81a Tahun 2013, adalah memproses informasi yang sudah dikumpulkan baik
terbatas dari hasil kegiatan mengumpulkan/eksperimen maupun hasil dari
kegiatan mengamati dan kegiatan mengumpulkan informasi. Pengolahan
informasi yang dikumpulkan dari yang bersifat menambah keluasan dan
kedalaman sampai kepada pengolahan informasi yang bersifat mencari solusi
dari berbagai sumber yang memiliki pendapat yang berbeda sampai
kepada yang bertentangan.
Aktivitas ini juga diistilahkan sebagai kegiatan menalar, yaitu
proses berfikir yang logis dan sistematis atas fakta-kata empiris yang
dapat diobservasi untuk memperoleh simpulan berupa pengetahuan.
Aktivitas menalar dalam konteks pembelajaran pada Kurikulum 2013
dengan pendekatan ilmiah banyak merujuk pada teori belajar asosiasi
atau pembelajaran asosiatif. Istilah asosiasi dalam pembelajaran merujuk
pada kemampuan mengelompokkan beragam ide dan mengasosiasikan
beragam peristiwa untuk kemudian memasukannya menjadi penggalan
memori (PPPPTK-SB Yogyakarta, 2013).
d. Mencoba (experimenting)
Mencoba (experimenting) dimaksudkan untuk mengembangkan
berbagai ranah tujuan belajar, yaitu sikap, keterampilan, dan pengetahuan.
Aktivitas pembelajaran yang nyata untuk ini adalah:
1. menentukan tema atau topik sesuai dengan kompetensi dasar menurut
tuntutan kurikulum
2. mempelajari cara-cara penggunaan alat dan bahan yang tersedia dan
harus disediakan;
3. mempelajari dasar teoritis yang relevan dan hasil-hasil eksperimen
sebelumnya
4. melakukan dan mengamati percobaan
5. mencatat fenomena yang terjadi, menganalisis, dan menyajikan
data
6. menarik simpulan atas hasil percobaan
7. membuat laporan dan mengkomunikasikan hasil percobaan.
Agar pelaksanaan percobaan dapat berjalan lancar maka
1. Guru hendaknya merumuskan tujuan eksperimen yang akan
dilaksanakan murid
2. Guru bersama murid mempersiapkan perlengkapan yang
dipergunakan
3. Perlu memperhitungkan tempat dan waktu
4. Guru menyediakan kertas kerja untuk pengarahan kegiatan murid
5. Guru membicarakan masalah yanga akan yang akan dijadikan
eksperimen
6. Membagi kertas kerja kepada murid
7. Murid melaksanakan eksperimen dengan bimbingan guru
8. Guru mengumpulkan hasil kerja murid dan mengevaluasinya, bila
dianggap perlu didiskusikan secara klasikal.
e. Mengkomunikasikan (networking)
Pada pendekatan scientific guru diharapkan memberi kesempatan
kepada peserta didik untuk mengkomunikasikan apa yang telah mereka
pelajari. Kegiatan ini dapat dilakukan melalui menuliskan atau
menceritakan apa yang ditemukan dalam kegiatan mencari informasi,
mengasosiasikan dan menemukan pola. Hasil tersebut disampikan di kelas
dan dinilai oleh guru sebagai hasil belajar peserta didik atau kelompok
peserta didik tersebut. Kegiatan “mengkomunikasikan” dalam kegiatan
pembelajaran sebagaimana disampaikan dalam Permendikbud Nomor 81a
Tahun 2013, adalah menyampaikan hasil pengamatan, kesimpulan
berdasarkan hasil analisis secara lisan, tertulis, atau media lainnya.