Anda di halaman 1dari 18

STRATEGI PEMBELAJARAN BERBASIS

PENDEKATAN SAINTIFIK

Mata Kuliah:

Strategi Belajar Mengajar Matematika

KELOMPOK 2:

Adintasari (180210101005)
Cikal Citra Pratiwi (180210101008)
Della Syahfira Juliana (180210101013)
Alfi Anggraini K. D. (180210101020)
Listya Hikmawati (180210101034)
Nuzula Erlisa Nuraziza (180210101044)
Dien Aulia Naily Zulka (180210101103)

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN MATEMATIKA


FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS JEMBER
2019
STRATEGI PEMBELAJARAN BERBASIS

PENDEKATAN SAINTIFIK

Mata Kuliah:

Strategi Belajar Mengajar Matematika

KELOMPOK 2:

Adintasari (180210101005)
Cikal Citra Pratiwi (180210101008)
Della Syahfira Juliana (180210101013)
Alfi Anggraini K. D. (180210101020)
Listya Hikmawati (180210101034)
Nuzula Erlisa Nuraziza (180210101044)
Dien Aulia Naily Zulka (180210101103)

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN MATEMATIKA


FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS JEMBER
2019
KATA PENGANTAR

Puji syukur penyusun panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, atas
segala limpahan rahmat, taufik, dan hidayah-Nya. Sehingga penyusun dapat
menyelesaikan makalah yang berjudul “Strategi Pembelajaran Berbasis
Pendekatan Saintifik” dengan tepat waktu. Meskipun banyak rintangan dan
hambatan yang penyusun alami dalam proses pengerjaannya, namun penyusun
berhasil menyelesaikannya dengan baik dan tepat waktu. Dalam penyusunan
makalah ini, penyusun tidak lupa mengucapkan banyak terimakasih kepada semua
pihak yang telah membantu dalam proses penyusunan makalah. Penyusun
mengucapkan terimakasih yang sebesar-besarnya kepada :

1. Bapak Drs. M. Hassan, M.Sc. Ph.D selaku Rektor Universitas Jember yang
telah memberikan fasilitas kepada penyusun.
2. Bapak Prof. Dr. Sunardi, M.Pd. dan Dhanar Dwi Hary Jatmiko, S.Pd,
M.Pd yang telah memberi bimbingan, jasa, dan pemikirannya kepada
penyusun sehingga penyusun dapat menyelesaikan makalah ini dengan
baik.

Harapan penyusun semoga makalah ini membantu menambah


pengetahuan dan pengalaman bagi para pembaca. Kepada para pembaca,
penyusun mengharapkan kritik dan saran atas makalah kami yang sederhana ini.

Jember, 12 September 2019

Penyusun
DAFTAR ISI

Table of Contents
Type chapter title (level 1) ................................................................................................. 1
Type chapter title (level 2) .............................................................................................. 2
Type chapter title (level 3) .......................................................................................... 3
Type chapter title (level 1) ................................................................................................. 4
Type chapter title (level 2) .............................................................................................. 5
Type chapter title (level 3) .......................................................................................... 6
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Istilah pendekatan ilmiah atau scientific aproach pada pelaksanaan
pembelajaran menjadi bahan pembahasan yang menarik perhatian para
pendidik akhir-akhir ini sejalan dengan pergantian Kurikulum 2013. Materi
ini menjadi latar belakang yang sangat penting karena produk pendidikan
dasar dan menengah belum mampu menghasilkan lulusan yang dapat berpikir
kritis setara dengan kemampuan yang dimiliki oleh anak-anak bangsa lain.
Disadari bahwa guru-guru perlu memperkuat kemampuannya dalam
memfasilitasi siswa agar terlatih berpikir logis, sistematis, dan ilmiah.
Tantangan ini memerlukan peningkatan keterampilan guru melaksanakan
pembelajaran dengan menggunakan pendekatan ilmiah. Skenario untuk
memacu keterampilan guru menerapkan strategi ini di Indonesia telah melalui
sejarah yang panjang, namun hingga saat ini harapan baik ini belum
terwujudkan juga. Balitbang Depdiknas sejak tahun 1979 telah merintis
pengembangan program prestisius ini dalam Proyek Supervisi dan CBSA
(Cara Belajar Siswa Aktif) di Cianjur, Jawa Barat. Hasil-hasil proyek ini
kemudian direplikasi di sejumlah daerah dan dikembangkan melalui
penataran guru ke seluruh Indonesia. Upaya yang dimulai pada tingkat
sekolah dasar ini kemudian mendorong penerapan pendekatan belajar aktif di
tingkat sekolah menengah. Hasil-hasil upaya ini secara bertahap kemudian
diintegrasikan ke dalam Kurikulum 1984, Kurikulum 1994, dan Kurikulum
Berbasis Kompetensi tahun 2004, yang dilanjutkan dengan Standar Isi yang
lebih dikenal dengan istilah Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP)
tahun 2006.
Dalam perancangan kurikulum baru, Kemendikbud masih
menggunakan latar belakang pemikiran yang menyatakan bahwa secara
faktual guru-guru belum melaksanakan cara belajar siswa aktif. Kondisi ideal
yang diharapkan masih lebih sering menjadi slogan daripada fakta dalam
kelas. Produktivitas pembelalaran untuk menghasilkan siswa yang terampil
berpikir pada level tinggi dalam kondisi madek alias kolep. Deskripsi ini
merujuk pada hasil tes anak bangsa kita yang dikompetisikan pada tingkat
internasional dinyatakan tidak berkembang sejak tujuh tahun lalu. Memang,
ini kondisi yang sangat memprihatinkan.
Ketika kita membicarakan tentang pendidikan, kita merasa bahwa kita
sedang membicarakan permasalahan yang kompleks dan sangat luas. Mulai
dari masalah peserta didik, pendidik/guru, manajemen pendidikan,
kurikulum, fasilitas, proses belajar mengajar, dan lain sebagainya. Salah satu
masalah yang banyak dihadapi dalam dunia pendidikan kita adalah lemahnya
kualitas proses pembelajaran yang dilaksanakan guru di sekolah. Dalam
proses pembelajaran di dalam kelas hanya diarahkan kepada kemampuan
anak untuk menghafal informasi; otak anak dipaksa untuk mengingat dan
menimbun berbagai informasi tanpa dituntut untuk memahami informasi
yang diingatnya itu untuk menghubungkannya dengan kehidupan sehari-hari.
Akibatnya banyak peserta didik yang ketika lulus dari sekolah, mereka pintar
secara teoritis, akan tetapi mereka miskin aplikasi.
Dalam Sistem Pendidikan Nasional (Sisdiknas) dijelaskan bahwa
Pendidikan Nasional berfungsi untuk mengembangkan kemampuan dan
membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka
mencerdaskan kehidupan bangsa dan bertujuan untuk berkembangnya potensi
peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertakwa kepada
Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif,
mandiri, dan menjadi warga negara yang demokratis serta bertanggung jawab.
(UU Sisdiknas, 2003).
Sesuai fungsi pendidikan nasional tersebut terletak juga tanggung jawab
guru untuk mampu mewujudkannya melalui pelaksanaan proses
pembelajaran yang mampu bermutu dan berkualitas. Salah satu strategi yang
dapat dipergunakan guru untuk memperbaiki mutu dan kualitas proses
pembelajaran adalah dengan menerapkan strategi pembelajaran Contextual
Teaching and Learning (CTL).
1.2 Rumusan Masalah
Penyusun mendapatkan rumusan masalah dari penjabaran latar belakang
diatas, yaitu :
1. Apa yang dimaksud dengan pendekatan saintifik?
2. Apa sajakah tujuan pendekatan saintifik ?
3. Apa saja prinsip pendekatan saintifik?
4. Apa saja kriteria pendekatan saintifik?
5. Bagaimana langkah-langkah penerapan pendekatan saintifik?
6. Bagaimana penerapan pendekatan saintifik dalam pembelajaran
matematika?
7. Apa saja jenis penilaian yang digunakan dalam pendekatan saintifik?

1.3 Tujuan
Tujuan makalah ini yang berkaitan tentang pendekatan pemecahan
masalah, yaitu :
1. Untuk memahami pengertian pendekatan saintifik
2. Untuk mengetahui tujuan pendekatan saintifik
3. Untuk mengetahui prinsip pendekatan saitifik
4. Untuk mengetahui kriteria pendekatan saintifik
5. Untuk memahami langkah-langkah penerapan pendekatan saintifik
6. Untuk mengetahui penerapan pendekatan saintifik dalam pembeljaran
matematika
7. Untuk mengetahui jenis penilaian yang digunakan dalam pendekatan
saintifik

1.4 Manfaat
b. Bagi penulis
 Dapat mengetahui dan memahami bagaimana pendekatan
pemecahan masalah memengaruhi proses pembelajaran.
 Dapat mengimplementasikan hal-hal yang telah dijelaskan
terhadap kehidupan sehari-dari dalam proses pembelajaran di
pendidikan formal.
b. Bagi pembaca
 Dapat menjadi sumber referensi yang berkaitan dengan
pemahaman pendekatan pemecahan masalah.
BAB II

PEMBAHASAN

2.1 Pengertian Pendekatan Saintifik

Pendekatan saintifik adalah proses pembelajaran yang dirancang


sedemikian rupa agar peserta didik secara aktif mengkonstruk konsep, hukum dan
prinsip melalui tahapan – tahapan mengamati (untuk mengidentifikasi atau
menemukan masalah), merumuskan masalah, mengajukan atau merumuskan
hipotesis, mengumpulkan data dengan berbagai teknik, menganalisa data,
menarik kesimpulan dan mengkomunikasikan konsep, hukum atau prinsip yang
“ditemukan”( Hosnan,2014: 34). Dalam pembelajaran saintifik diharapkan
tercipta kondisi pembelajaran yang mendorong peserta didik untuk mencari tahu
informasi dari berbagai sumber melalui observasi dan bukan hanya diberi tahu.

Berikut definisi dan pengertian pendekatan saintifik dari beberapa sumber buku:
 Menurut Rusman (2015), pendekatan saintifik merupakan pendekatan
pembelajaran yang memberikan kesempatan pada siswa secara luas untuk
melakukan ekspplorasi dan elaborasi materi yang dipelajari, di samping itu
memberikan kesempatan pada peserta didik untuk mengaktualisasikan
kemampuan melalui kegiatan pembelajaran yang dirancang oleh guru.
 Menurut Hosnan (2014), pendekatan saintifik adalah suatu proses
pembelajaran yang dirancang supaya peserta didik secara aktif mengkonstruk
konsep, hukum, atau prinsip melalui kegiatan mengamati, merumuskan
masalah, mengajukan/merumuskan hipotesis, mengumpulkan data dengan
berbagai teknik, menganalisis data, menarik kesimpulan, dan
mengkomunikasikan.
 Menurut Karar dan Yenice (2012), pendekatan saintifik adalah proses
pembelajaran yang dirancang sedemikian rupa agar pembelajar secara aktif
mengonstruk konsep, hukum atau prinsip melalui tahapan-tahapan
mengamati (untuk mengidentifikasi atau menemukan masalah), merumuskan
masalah, merumuskan hipotesis, mengumpulkan data dengan berbagai
teknik, menganalisis data, menarik kesimpulan, dan mengomunikasikan
konsep, hukum atau prinsip yang ditemukan.
 Pendekatan saintifik/ ilmiah merujuk pada teknik-teknik investigasi atas
fenomena atau gejala, memperoleh pengetahuan baru, atau mengoreksi dan
memadukan pengetahuan sebelumnya (Materi Diklat Guru Implementasi
Kurikulum 2013, 2013: 2, diunduh dari www.puskurbuk.net).
 Sedangkan menurut M. Lazim (2013: 1), Pendekatan saintifik didefinisikan
sebagai berikut:
Pendekatan saintifik adalah proses pembelajaran yang dirancang sedemikian
rupa agar peserta didik secara aktif mengonstruk konsep, hukum atau prinsip
melalui tahapan-tahapan mengamati (untuk mengidentifikasi atau
menemukan masalah), merumuskan masalah, mengajukan atau merumuskan
hipotesis, mengumpulkan data dengan berbagai teknik, menganalisis data,
menarik kesimpulan dan mengomunikasikan konsep, hukum atau prinsip
yang “ditemukan”.
 Dari dua pengertian di atas dapat disimpulkan bahwa pendekatan saintifik/
ilmiah adalah suatu teknik pembelajaran yang menempatkan siswa menjadi
subjek aktif melalui tahapan-tahapan ilmiah sehingga mampu mengkonstruk
pengetahuan baru atau memadukan dengan pengetahuan sebelumnya.
Pendekatan saintifik/ ilmiah terbukti lebih efektif dalam pembelajaran
dibandingkan dengan pembelajaran tradisional.
 Hal tersebut sesuai dengan hasil penelitian sebagai berikut (Materi Diklat
Guru Implementasi Kurikulum 2013, 2013: 2, diunduh dari
www.puskurbuk.net):
Retensi informasi dari guru pada pembelajaran tradisional sebesar 10%
setelah 15 menit dan perolehan pemahaman kontekstual sebesar 25%,
sedangkan pada pembelajaran berbasis pendekatan ilmiah, retensi informasi
dari guru sebesar lebih dari 90% setelah dua hari dan perolehan pemahaman
kontekstual sebesar 50-70%.

Pembelajaran yang melibatkan pendekatan saintifik akan melibatkan


keterampilan proses, seperti kegiatan pengamatan atau observasi yang dibutuhkan
untuk pengajuan hipotesis atau pengumpulan data. Menurut Sani (2014: 51)
metode ilmiah pada umumnya dilandasi dengan pemaparan data yang diperoleh
melalui pengamatan atau percobaan. Oleh sebab itu, percobaan dapat diganti
dengan kegiatan memperoleh informasi dari berbagai sumber. Dalam melakukan
kegiatan tersebut, bantuan atau bimbingan guru tetap dibutuhkan. Model ini
menekankan pada proses pencarian pengetahuan daripada transfer pengetahuan,
peserta didik dipandang sebagai subjek belajar yang perlu dilibatkan secara aktif
dalam proses pembelajaran, guru hanyalah seorang fasilitator yang membimbing
dan mengkoordinasikan kegiatan belajar. Banyak para ahli yang meyakini bahwa
melalui pendekatan saintifik/ilmiah, selain dapat menjadikan siswa lebih aktif
dalam mengkonstruksi pengetahuan dan keterampilannya, juga dapat mendorong
siswa untuk melakukan penyelidikan guna menemukan fakta-fakta dari suatu
fenomena atau kejadian.

2.2 Tujuan Pendekatan Saintifik


Pendekatan saintifik di rancang agar mendapatkan suatu pemecahan
masalah berdasarkan dari prinsip pendekatan itu sendiri. Adapun tujuan dari
pendekatan saintifik ialah sebagai berikut :
1. Meningkatkan kemampuan intelektual (berpikir tingkat tinggi siswa)
Kemampuan intelektual sangat dibutuhkan oleh siswa karena mencakup
kemampuan penalaran, merencanakan, memecahkan masalah, dan mengalisis
suatu objek atau konsep yang abstrak. Sehingga dengan memiliki kemampuan
intelektual siswa dapat terbiasa untuk selalu berpikir kritis dalam
2. Membentuk kemampuan siswa dalam menyelesaikan suatu pemecahan
masalah secara sistematik
Pemecahan sistematis membutuhkan cara berpikir yang logis dan sesuai
dengan penalaran berdasarkan fakta. Melalui hal ini siswa dapat terbiasa untuk
berpikir berdasarkan fakta dan bersikap secara objektif.
3. Melatih menyampaikan ide secara ilmiah
Menyampaikan ide bukanlah hal yang mudah bagi siswa, terutama bagi siswa
yang memiliki kepribadian yang introvert. Hal ini membutuhkan beberapa
upaya yang lebih extra untuk dapat menyampaikan ide secara ilmiah yang
membutuhkan suatu penalaran yang logis dengan di ikut sertakan pembuktian
atau fakta yang ada dalam masyarakat. Melalui hal ini dapat menumbuhkan
atau mengubah pribadi seseorang yang lebih pemalu menjadi lebih pemberani.
Hal ini tentunya sangat diperlukan oleh siswa untuk melanjutkan pendidikan
maupun terjun dalam suatu lingkup masyarakat.
4. Mengembangkan karakter siswa
Siswa memiliki berbagai karakter yang beragam dari pola belajar auditorial,
visual, maupun kombinatorika. Selain dari gaya belajar tersebut tentunya
terdapat karakteristik yang berbeda dari setiap individu dalam belajar maupun
memecahkan masalah. Sehingga dengan adanya keberagaman karakter ini
dapat menumbuhkan karakter yang sekiranya dapat dikembangkan untuk
mengatasi suatu pecahan masalah ataupun sebagai sarana interaksi .
Sesuai dengan tujuan yang telah di paparkan, dapat diketahui bahwa
pemecahan masalah dengan menggunakan pendekatan saintifik berdasarkan
beberapa prinsip dalam pembelajaran, yakni sebagai berikut :
1. Keaktifan peserta didik secara fisik dan mental dalam membangun makna
konsep, prinsip, atau hukum
2. Membentuk konsep diri peserta didik berdasarkan pemahamannya sendiri
3. Menghadiri verbalisme
4. Memberikan kesempatan bagi peserta didik untuk mengasimilasi dan
mengakomodasi konsep, prinsip, atau hukum
5. Meningkatkan kecakapan dalam berpikir
6. Meningkatkan motivasi belajar
7. Melatih kemampuan dalam berkomunikasi
8. Memberikan kesempatan untuk validasi konsep, hukum, dan prinsip yang
dikonstruksi peserta didik
9. Melibatkan keterampilan proses sains dalam mengonstruksi konsep, hukum,
atau prinsip
10. Melibatkan proses kognitif yang potensial dalam merangsang keterampilan
berpikir tingkat tinggi.

2.3 Prinsip Pendekatan Saintifik

Beberapa prinsip pendekatan saintifik dalam kegiatan pembelajaran


sebagai berikut:
1. Berpusat pada peserta didik, yaitu kegiatan aktif peserta didik secara fisik
dan mental dalam membangun makna atau pemahaman suatu konsep,
hukum, dan prinsip.
2. Membentuk istudent self concept, yaitu membangun konsep berdasarkan
pengalaman peserta didik sendiri.
3. Menghindari verbalisme.
4. Memberikan kesempatan kepada peserta didik untuk mengasimilasi dan
mengakomodasi konsep, hukum, dan prinsip.
5. Mendorong terjadinya peningkatan kecakapan berpikir peserta didik.
6. Meningkatkan motivasi belajar peserta didik.
7. Memberikan kesempatan kepada peserta didik untuk melatih kemampuan
dalam berkomunikasi.
8. Memungkinkan adanya proses validasi terhadap konsep, hukum, dan prinsip
yang dikonstruksi peserta didik dalam struktur kognitifnya.
9. Melibatkan keterampilan proses sains dalam mengkonstruksi konsep, hukum,
atau prinsip.
10. Melibatkan pronsep kognitif yang potensial dalam merangsang
perkembangan inetelektual, khususnya keterampian berpikir tingkat tinggi
(HOTS, Higher Order Thinking Skills ) peserta didik.

2.4 Kriteria Pendekatan Saintifik

Berikut ini tujuh (7) kriteria sebuah pendekatan pembelajaran dapat dikatakan
sebagai pembelajaran scientific (Hosman, 2014):
1. Materi pembelajaran berbasis pada fakta atau fenomena yang dapat dijelaskan
dengan logika atau penalaran tertentu; bukan sebatas kira-kira, khayalan,
legenda, atau dongeng semata.
2. Penjelasan guru, respon siswa, dan interaksi edukatif guru-siswa terbebas dari
prasangka yang serta-merta, pemikiran subjektif, atau penalaran yang
menyimpang dari alur berpikir logis.
3. Mendorong dan menginspirasi siswa berpikir secara kritis, analistis, dan tepat
dalam mengidentifikasi, memahami, memecahkan masalah, dan
mengaplikasikan materi pembelajaran.
4. Mendorong dan menginspirasi siswa mampu berpikir hipotetik dalam melihat
perbedaan, kesamaan, dan tautan satu sama lain dari materi pembelajaran.
5. Mendorong dan menginspirasi siswa mampu memahami, menerapkan, dan
mengembangkan pola berpikir yang rasional dan objektif dalam merespon
materi pembelajaran.
6. Berbasis pada konsep, teori, dan fakta empiris yang dapat
dipertanggungjawabkan.
7. Tujuan pembelajaran dirumuskan secara sederhana dan jelas, namun menarik
sistem penyajiannya.
Proses pembelajaran yang mengimplementasikan pendekatan scientific akan
menyentuh tiga ranah, yaitu: sikap (afektif), pengetahuan (kognitif), dan
keterampilan (psikomotor). Dengan proses pembelajaran yang demikian maka
diharapkan hasil belajar melahirkan peserta didik yang produktif, kreatif, inovatif,
dan afektif melalui penguatan sikap, keterampilan, dan pengetahuan yang
terintegrasi (Hosman, 2014).

2.5 Langkah-langkah Penerapan Pendekatan Saintifik

a. Mengamati (observing)
Dalam metode ini guru akan menyajikan media objek secara nyata
sehingga peserta didik merasa senang dan merasa tertantang untuk mencoba
terus menerus. Sehingga proses pembelajaran iini memiliki kebermaknaan
yang tinggi. Disini Guru memfasilitasi peserta didik untuk melakukan
pengamatan, melatih mereka untuk memperhatikan (melihat, membaca,
mendengar) hal yang penting dari suatu benda atau objek.
b. Menanya (questioning)
Guru perlu membimbing peserta didik untuk dapat mengajukan
pertanyaan, pertanyaan tentang yang hasil pengamatan objek yang konkrit
sampai kepada yang abstrak berkenaan dengan fakta, konsep, prosedur, atau
pun hal lain yang lebih abstrak. Pertanyaan yang bersifat faktual sampai
kepada pertanyaan yang bersifat hipotetik. Dari situasi di mana peserta
didik dilatih menggunakan pertanyaan dari guru, masih memerlukan
bantuan guru untuk mengajukan pertanyaan sampai ke tingkat di mana
peserta didik mampu mengajukan pertanyaan secara mandiri.
Kegiatan “menanya” dalam kegiatan pembelajaran sebagaimana
disampaikan dalam Permendikbud Nomor 81a Tahun 2013, adalah
mengajukan pertanyaan tentang informasi yang tidak dipahami dari apa
yang diamati atau pertanyaan untuk mendapatkan informasi tambahan
tentang apa yang diamati (dimulai dari pertanyaan faktual sampai ke
pertanyaan yang bersifat hipotetik). Kompetensi yang diharapkan dalam
menanya adalah mengembangkan kreativitas, rasa ingin tahu, kemampuan
merumuskan pertanyaan untuk membentuk pikiran kritis yang perlu
untuk hidup cerdas dan belajar sepanjang hayat.
c. Mengasosiasi (associating)
Kegiatan “mengasosiasi/mengolah informasi/menalar” dalam
kegiatan pembelajaran sebagaimana disampaikan dalam Permendikbud Nomor
81a Tahun 2013, adalah memproses informasi yang sudah dikumpulkan baik
terbatas dari hasil kegiatan mengumpulkan/eksperimen maupun hasil dari
kegiatan mengamati dan kegiatan mengumpulkan informasi. Pengolahan
informasi yang dikumpulkan dari yang bersifat menambah keluasan dan
kedalaman sampai kepada pengolahan informasi yang bersifat mencari solusi
dari berbagai sumber yang memiliki pendapat yang berbeda sampai
kepada yang bertentangan.
Aktivitas ini juga diistilahkan sebagai kegiatan menalar, yaitu
proses berfikir yang logis dan sistematis atas fakta-kata empiris yang
dapat diobservasi untuk memperoleh simpulan berupa pengetahuan.
Aktivitas menalar dalam konteks pembelajaran pada Kurikulum 2013
dengan pendekatan ilmiah banyak merujuk pada teori belajar asosiasi
atau pembelajaran asosiatif. Istilah asosiasi dalam pembelajaran merujuk
pada kemampuan mengelompokkan beragam ide dan mengasosiasikan
beragam peristiwa untuk kemudian memasukannya menjadi penggalan
memori (PPPPTK-SB Yogyakarta, 2013).
d. Mencoba (experimenting)
Mencoba (experimenting) dimaksudkan untuk mengembangkan
berbagai ranah tujuan belajar, yaitu sikap, keterampilan, dan pengetahuan.
Aktivitas pembelajaran yang nyata untuk ini adalah:
1. menentukan tema atau topik sesuai dengan kompetensi dasar menurut
tuntutan kurikulum
2. mempelajari cara-cara penggunaan alat dan bahan yang tersedia dan
harus disediakan;
3. mempelajari dasar teoritis yang relevan dan hasil-hasil eksperimen
sebelumnya
4. melakukan dan mengamati percobaan
5. mencatat fenomena yang terjadi, menganalisis, dan menyajikan
data
6. menarik simpulan atas hasil percobaan
7. membuat laporan dan mengkomunikasikan hasil percobaan.
Agar pelaksanaan percobaan dapat berjalan lancar maka
1. Guru hendaknya merumuskan tujuan eksperimen yang akan
dilaksanakan murid
2. Guru bersama murid mempersiapkan perlengkapan yang
dipergunakan
3. Perlu memperhitungkan tempat dan waktu
4. Guru menyediakan kertas kerja untuk pengarahan kegiatan murid
5. Guru membicarakan masalah yanga akan yang akan dijadikan
eksperimen
6. Membagi kertas kerja kepada murid
7. Murid melaksanakan eksperimen dengan bimbingan guru
8. Guru mengumpulkan hasil kerja murid dan mengevaluasinya, bila
dianggap perlu didiskusikan secara klasikal.
e. Mengkomunikasikan (networking)
Pada pendekatan scientific guru diharapkan memberi kesempatan
kepada peserta didik untuk mengkomunikasikan apa yang telah mereka
pelajari. Kegiatan ini dapat dilakukan melalui menuliskan atau
menceritakan apa yang ditemukan dalam kegiatan mencari informasi,
mengasosiasikan dan menemukan pola. Hasil tersebut disampikan di kelas
dan dinilai oleh guru sebagai hasil belajar peserta didik atau kelompok
peserta didik tersebut. Kegiatan “mengkomunikasikan” dalam kegiatan
pembelajaran sebagaimana disampaikan dalam Permendikbud Nomor 81a
Tahun 2013, adalah menyampaikan hasil pengamatan, kesimpulan
berdasarkan hasil analisis secara lisan, tertulis, atau media lainnya.

2.6 Penerapan Saintifik dalam Matematika


Kegiatan pembelajaran meliputi tiga kegiatan pokok, yaitu kegiatan
pendahuluan, kegiatan inti, dan kegiatan penutup. Pendekatan saintifik memuat
langkah-langkah pembelajaran ilmiah meliputi: Mengamati, menanya,
menganalisis, mencoba, dan mengkomikasikan (membuat jaringan). Pendekatan
ini dapat diterapkan dalam pembelajaran Matematika. Pelaksanaan pembelajaran
terdiri dari kegiatan awal, kegiatan inti, dan kegiatan akhir. Berikut diberikan
contoh langkah-langkah pembelajaran matematika dengan pendekatan
saintifik/ilmiah:
1. Kegiatan Awal (Pendahuluan)
 Menyiapkan peserta didik untuk belajar
 Memberikan motivasi dan apersepsi baik berupa contoh aplikasi
penerapan konsep matematika dalam kehidupan sehari-hari,
permainan matematika, maupu berupa soal kuis atau soal tantangan
 Menyampaikan tujuan pembelajaran serta judul materi yang akan
dilaksanakan.
2. Kegiatan Inti
 Membagi peserta didik menjadi 6 kelompok kecil yang masing-
masing terdiri dari 4 peserta didik,
 Setiap kelompok diberikan kesempatan untuk mengamati contoh
masalah otentik yang diberikan guru untuk menemukan pengertian
dan bentuk umum Sistem persamaan linear dua variable.
(Mengamati)
 Peserta didik diberikan kesempatan untuk bertanya kepada teman
maupun guru jika ada hal yang belum dipahami. Setelah tidak ada
peserta didik yang bertanya, guru yang bertanya kepada peserta
didik untuk mengetahui sejauhmana pemahaman peserta didik.
(Menanya)
 Guru memberikan penjelasan singkat mengenai materi Sistem
Persamaan Linear Dua Variabel dan memberikan petunjuk cara
menetukan himpunan penyelesaian Sistem Persamaan Linear Dua
Variabel.
 Peserta didik memperhatikan dan menganalisis petunjuk guru
tentang langkah-langkah menentukan himpunan penyelesaian
Sistem Persamaan Linear Dua Variabel (Menganalisis)
 Peserta didik menyelesaikan soal-soal yang ada di buku siswa
(Mencoba), guru memberikan bimbingan pada peserta didik secara
scaffolding.
 Setelah selesai, peserta didik mengkomunikasikan baik di dalam
kelompok maupun di depan kelas (Mengkomunikasikan/membuat
Jaringan). Guru memberikan penguatan dan penghargaan kepada
kelompok yang tampil prsentase.
3. Kegiatan Akhir (Penutup)
 Mengecek sejauhmana pemahaman peserta didik tentang materi
melalui satu soal kuis. Memberi penghargaan bagi yang menjawab
benar dan penguatan bagi yang menjawab salah.
 Merefleksi proses pembelajaran
 Memberikan tugas mandiri (PR)
 Menyampaikan materi selanjutnya diserta pesan moral/amanat
Langkah-langkah kegiatan pembelajaran di atas berbeda dengan langkah-
langkah kegiatan pembelajaran tradisional. Pembelajaran tradisional memulai
kegiatan dengan memberikan penjelasan materi secara runut dan terperinci
lengkap dengan contoh-contoh penyelesaian soal. Setelah selesai menjelaskan,
guru memberikan kesempatan kepada peserta didik untuk latihan soal-soal secara
mandiri. Dengan teknik seperti ini, tidak dapat dijamin bahwa ada konsep yang
diahami oleh peserta didik. Mereka hanya terbiasa dengan latihan-latihan soal
secara hafalan tanpa mengetahui maknanya.
Oleh karena itu, pendekatan saintifik yang dieksplorasikan pada Kurikulum
2013 ini diharapkan menyentuh tiga ranah pendidikan yaitu ranah pengetahuan,
keterampilan, dan sikap kepada peserta didik.

2.7 Jenis Penilaian dalam Penerapan Saintifik

Anda mungkin juga menyukai