Jelajahi eBook
Kategori
Jelajahi Buku audio
Kategori
Jelajahi Majalah
Kategori
Jelajahi Dokumen
Kategori
BAB I
PENDAHULUAN
Di masa yang lampau sistem kesehatan lebih banyak berorientasi pada penyakit
yaitu hanya menunggu sampai ada yang sakit, barulah kemudian yang bersangkutan
diberi pengobatan. Dalam keadaaan yang memerlukan, si sakit dirawat di rumah sakit.
Sesudah sembuh dipulangkan, lalu kambuh dengan penyakit yang sama sehingga yang
bersangkutan dirawat kembali di rumah sakit. Demikian siklus ini berlangsung terus,
kemudian disadari, bahwa untuk memelihara kesehatan masyarakat diperlukan sesuatu
rangkaian usaha yang lebih luas, dimana perawatan dan pengobatan rumah sakit
hanyalah salah satu bagian kecil dari rangkaian usaha tersebut.
Efektivitas suatu pengobatan, selain dipengaruhi oleh pola pelayanan kesehatan
yang ada serta sikap dan keterampilan para pelaksanannya, juga sangat dipengaruhi
oleh lingkungan, sikap, pola hidup pasien dan keluarganya. Selain itu, tergantung juga
pada kerjasama yang positif antara petugas kesehatan dengan pasien dan keluarganya.
Kalau pasien dan keluarganya memiliki pengetahuan tentang cara-cara penyembuhan
dan pencegahan penyakitnya, serta keluarga pasien mampu dan mau berpartisipasi
secara positif, maka hal ini akan membantu peningkatan kualitas kesahatan masyarakat
pada umumnya.
Promosi Kesehatan rumah sakit (PKRS) berusaha mengembangkan pengertian
pasien, keluarga, dan pengunjung rumah sakit tentang penyakit dan pencegahannya.
Selain itu, PKRS juga berusaha menggugah kesadaran dan minat pasien, keluarga, dan
pengunjung rumah sakit untuk berperan secara positif dalam berusaha penyembuhan
dan pencegahan penyakit. Oleh karena itu, PKRS merupakan bagian yang tidak
terpisah dari program pelayanan kesehatan rumah sakit.
Isu Strategis
Promosi Kesehatan di Rumah sakit telah diselanggarakan sejak tahun 1994
dengan nama Penyuluhan Kesehatan Masyarakat Rumah Sakit (PKMRS). Seiring
dengan pengembangannya, pada tahun 2003, isitlah PKMRS berubah menjadi Promosi
Kesehatan Rumah sakit (PKMRS). Seiring dengan pengembangannya, pada tahun
2003, istilah PKMRS berubah menjadi promosi Kesehatan Rumah Sakit (PKRS).
Berbagai kegiatan telah dilakuakan untuk mengembangkan PKRS seperti penyusunan
pedoman PKRS, advokasi dan sosialisasi PKRS kepada Direktur rumah sakit
pemerintah, pelatihan PKRS, pengembangan dan distribusi media serta pengembangan
2
model PKRS antara lain di Rumah Sakit Pasar Rebo di Jakarta dan Rumah Sakit
Syamsuddin, SH di Sukabumi. Namun pelaksanaan PKRS dalam kurun waktu lebih dari
15 tahun belum memberikan hasil yang maksimal dan kesinambungannya di rumah
sakit tidak terjaga dengan baik tergantung pada kuat tidaknya komitmen Direktur rumah
sakit. Berdasarkan hal tersebut, beberapa isu strategis yang muncul dalam Promosi
Kesehatan di Rumah sakit, yaitu:
1. Sebagian besar Rumah Sakit belum menjadikan PKRS sebagai salah satu
kebijakan upaya pelayanan kesahatan di Rumah Sakit.
2. Sebagian besar Rumah Sakit belum memberikan hak pasien untuk
memdapatkan informasi tentang pencegahan dan pengobatan yang berhubungan
dengan penyakitnya.
3. Sebagian besar Rumah Sakit belum mewujudkan tempat kerja yang aman, bersih
dan sehat.
4. Sebagian besar rumah sakit kurang manggalang kemitraan untuk meningkatkan
upaya pelayanan yang bersifat preventif dan promotif.
Dasar hukum
1. Undang-undang RI nomor 36 tahun 2009 tentang kesehatan:
a. Pasal 7
Setiap orang berhak untuk mendapatkan informasi dan edukasi tentang
kesehatan yang seimbang dan bertanggungjawab.
b. Pasal 8
Setiap orang berhak memperoleh informasi tentang data kesehatan dirinya
termasuk tindakan dan pengobatan yang telah maupun yang akan diterimanya
dari tenaga kesehatan
c. Pasal 10
Setiap orang berkewajiban menghormati hak orang lain dalam upara
memperolehlingkungan yang sehat baik fisik, biologi, maupun sosial.
d. Pasal 11
Setiap orang berkewajiban berperilaku hidup sehat untuk mewujudkan,
mempertahankan, dan memajukan kesehatan yang setinggi-tingginya.
e. Pasal 17
Pemerintah bertanggungjawab atas ketersediaan akses terhadap informasi,
edukasi, dan fasilitas pelayanan kesehatan untuk meningkatkan dan memelihara
derajat kesehatan yang setinggi-tingginya.
f. Pasal 18
Pemerintah bertanggungjawab memberdayakan dan mendorong peran aktif
masyarakat dalam segala bentuk upaya kesehatan.
g. Pasal 47
Upaya kesehatan diselenggarakan dalam bentuk kegiatan dengan pendekatan
promotif, preventif, kuratif dan rehabilitatif yang dilaksanakan secara terpadu,
meyeluruh dan berkesinambungan.
h. Pasal 55
1) Pemerintah wajib menentapkan standar mutu pelayana kesehatan.
2) Standar mutu pelayanan kesehatan sebagaimana dimaksudkan pada ayat (1)
diatur dengan peraturan Peraturan pemerintah.
i. Pasal 62
1) Peningkatan kesehatan merupakan segala bentuk upaya yang dilakukan oleh
pemerintah, pemerintah daerah, dan/atau masyarakat untuk mengoptimalkan
kesehatan melalui kegiatan penyuluhan, penyebarluasan informasi, atau
kegiatan lain untuk menunjang tercapainya hidup sehat.
4
BAB II
GAMBARAN UMUM RUMAH SAKIT
Gambaran Umum
1. RSUD Kajen merupakan rumah sakit tipe C Non Pendidikan milik Pemerintah
Kabupaten Pekalongan dan menjadi Badan Layanan Umum Daerah.
2. RSUD Kajen memberikan pelayanan rawat inap dilengkapi dengan kamar bedah,
serta pelayanan rawat jalan berikut penunjang diagnostik, dan layanan penunjang
lainnya.
3. Pelayanan unggulan rumah sakit adalah :
a. RSUD Kajen sebagai Rumah Sakit rawat jalan rehabilitasi pecandu dan
penyalahgunaan narkotika.
b. RSUD Kajen sebagai Rumah Sakit SPGDT (Sistem Pelayanan Gawat Darurat
Terpadu).
DASAR HUKUM
a. Undang-Undang Nomor 36 Tahun 2009 tentang Kesehatan.
b. Undang – Undang Nomor 44 Tahun 2009 tentang Rumah Sakit.
c. Undang – Undang Nomor 23 Tahun 2014 tentang Pemerintah Daerah.
d. Keputusan Menteri Kesehatan RI Nomor HK.07.06.III.1626.2007 tentang Pemberian
Ijin Penyelenggaraan RSUD dengan nama“ Rumah Sakit Umum Daerah Kajen “
Pemerintah Kabupaten Pekalongan, Provinsi Jawa Tengah.
e. Keputusan Menteri Kesehatan RI Nomor 264/MENKES/SK/III/2008 tentang
Penetapan Kelas RSUD Kajen milik Pemerintah Kabupaten Pekalongan Provinsi
Jawa Tengah.
f. Keputusan Gubernur Jawa Tengah Nomor 503/15051/2005 tentang Ijin sementara
Penyelenggaraan Sarana Kesehatan di Kabupaten Pekalongan.
g. Peraturan Bupati Pekalongan Nomor 3 Tahun 2005 tentang Lembaga Rumah Sakit
Umum Daerah Kajen Persiapan Kabupaten Pekalongan.
h. Peraturan Bupati Pekalongan Nomor 8 tahun 2005, tanggal 22 Juli 2005 tentang
Penyelenggaraan Pelayanan Kesehatan di Rumah Sakit Umum Daerah (RSUD)
Kajen Persiapan Kabupaten Pekalongan.
i. Peraturan Bupati Pekalongan Nomor 9 tahun 2005, tanggal 22 Juli 2005 tentang
Operasionalisasi Rumah Sakit Umum Daerah (RSUD) Kajen Persiapan Kabupaten
Pekalongan
j. Surat Keputusan Menteri Kesehatan Nomor 264/Menkes/sk/III 2008 tentang
Penetapan Kelas C Rumah Sakit Umum Daerah Kajen Kabupaten Pekalongan.
k. Keputusan Bupati Pekalongan Nomor 373 Tahun 2012 tetang Perpanjangan Izin
Operasional Rumah Sakit Umum Daerah Kajen Kabupaten Pekalongan.
l. Keputusan Bupati Pekalongan Nomor 504/404 Tahun 2012 tentang Penetapan
Rumah Sakit Umum Daerah Kajen menjadi Badan Layanan Umum Daerah.
6. Pelayanan Operasi
7. Pelayanan Radiologi
8. Pelayanan Laboratorium
9. Pelayanan Gizi
10. Pelayanan Fisioterapi
11. Pelayanan Hemodialisa
12. Farmasi
13. Pelayanan CSSD
14. Pelayanan Loundry
15. Pelayanan Pemulasaran Jenazah
BAB III
VISI, MISI DAN FALSAFAH
RUMAH SAKIT UMUM DAERAH KAJEN
Visi
“Rumah Sakit Dengan Pelayanan Yang Bermutu dan Berorientasi Pada
Keselamatan Pasien”.
Misi
1. Menyiapkan SDM pelayanan yang terlatih sesuai dengan profesinya;
2. Menyiapkan sarana dan prasarana penunjang pelayanan kesehatan yang bermutu
dan berorientasi pada keselamatan pasien;
3. Memberikan pelayanan kesehatan sesuai standar pelayanan medis kepada seluruh
lapisan masyarakat dengan mengedepankan efisiensi dan efektivitas;
4. Menjalin kerja sama dengan lembaga pendidikan, lembaga pelayanan kesehatan,
pemerintah, Asuransi, dan masyarakat;
5. Mengembangkan organisasi Rumah Sakit yang sesuai dengan tuntutan zaman
serta meningkatkan manajemen yang transparan dan berkualitas secara
berkelanjutan.
Falsafah
Falsafah RSUD Kajen adalah :
1. Bekerja dengan ikhlas, menjaga amanah dan semangat kebersamaan;
2. Ramah, kasih sayang, saling menghargai dan keterbukaan; dan
3. Kepuasan dan keselamatan pasien merupakan tujuan utama.
Nilai Pelayanan
1. Kerja sama tim
Pelayanan RSUD Kajen merupakan kerja dari suatu sistem yang multidisiplin,
multiprofesi, dan multiteknologi dengan sumber daya manusia yang banyak
sehingga harus dibina kerja timyang utuh dan kompak, dengan menerapkan prinsip
koordinasi, integrasi, sinkronisasi, dan sinergisme.
2. Integritas yang tinggi
Dalam pelayanan pelayanan RSUD Kajen, setiap karyawan dan pimpinan harus
memiliki komitmen yang tinggi dalam upaya mencapai visi dan misi yang telah
10
ditetapkan serta harus memiliki ketulusan hati, kejujuran, kepribadian yang teguh,
moral mulia, dan menjunjung tinggi etika.
3. Manusiawi
Dalam memberikan pelayanan, semua karyawan bertekad untuk selalu
menghormati pengguna jasa tanpa membedakan karena pertimbangan apapun,
serta dengan ikhlas dan penuh keramahan dalam memahami dan membantu
menyelesaikan masalahnya, sesuai dengan visi dan misi RSUD Kajen.
4. Profesional
Dalam mengemban visi dan misi RSUD Kajen, pelayanan yang diselenggarakan
selalu mengutamakan mutu berdasarkan standar telah ditetapkan sesuai dengan
ilmu dan teknologi mutakhir, yang dilaksanakan dengan penunh tanggung jawab.
Motto
“Pelayanan Optimal Adalah Tekad Kami”
11
BAB IV
STRUKTUR ORGANISASI
RUMAH SAKIT UMUM DAERAH KAJEN
Fungsi
Untuk menyelenggarakan tugas pokoknya RSUD Kajen mempunyai fungsi :
a. Perumusan kebijakan teknis dibidang pelayanan kesehatan;
b. Pemberian dukungan atas penyelenggaraan pemerintahan daerah di bidang
pelayanan kesehatan;
c. Penyusunan rencana dan program, monitoring, evaluasi, dan pelaporan di bidang
pelayanan kesehatan;
d. Pelayanan medis;
e. Pelayanan penunjang medis dan non medis;
f. Pelayanan keperawatan;
g. Pelayanan rujukan;
h. Pelayanan pendidikan dan pelatihan;
i. Pelaksanaan penelitian dan pengembangan serta pengabdian masyarakat;
j. Pengelolaan keuangan dan akuntansi;
k. Pengelolaan urusan kepegawaian, hukum, hubungan masyarakat, organisasi dan
tata laksana, serta rumah tangga, perlengkapan dan umum;
l. Pelaksanaan tugas lain yang diberikan oleh Bupati sesuai dengan tugas dan
fungsinya.
12
koordinasi dengan unit terkait untuk perbaikan dan dalam hal pembelian
peralatan baru agar tercapai peningkatan mutu pelayanan kesehatan rsud
kajen;
14) Memberikan saran kebutuhan tenaga di bidang pelayanan dengan survey
dan merekap kebutuhan tenaga di masing-masing unit pelayanan medis
guna kelancaran pelayanan medis.;
15) Melaksanakan pembinaan dan penilaian daftar penilaian pelaksanaan
pekerjaan (DP-3) kepada bawahan sesuai ketentuan peraturan perundang-
undangan yang berlaku untuk peningkatan prestasi kerja;
16) Melaporkan pelaksanaan kegiatan di bidang tugasnya baik lisan maupun
tertulis guna dijadikan bahan pertimbangan atasan dalam mengambil
kebijakan; dan
17) Melaksanakan tugas lain yang diberikan oleh atasan baik lisan maupun
tertulis sesuai bidang tugasnya.
BAB V
PROMOSI KESEHATAN RUMAH SAKIT
(PKRS)
Latar Belakang
Pembangunan Kesehatan diarahkan untuk meningkatkan kesadaran, kemauan,
dan kemampuan hidup sehat bagi setiap orang agar peningkatan derajat kesehatan
masyarakat yang setinggi-tingginya dapat terwujud. Pembangunan kesehatan
diselenggarakan dengan berdasarkan pada perikemanusiaan, pemberdayaan dan
kemandirian, adil dan merata, serta pengutamaan dan manfaat dengan perhatian
khusus pada penduduk rentan, antara lain ibu, bayi, anak, lanjut usia (lansia), dan
keluarga miskin.
Pengertian PKRS
Promosi kesehatan di Rumah Sakit adalah upaya Rumah Sakit untuk
meningkatkan kemampuan pasien, klien, dan kelompok-kelompok masyarakat, agar
pasien dapat mandiri dalam mempercepat kesembuhan dan rehabilitasinya, klien dan
kelompok-kelompok masyarakat dapat mandiri dalam meningkatkan
kesehatan,mencegah masalah-masalah kesehatan, dan mengembangkan upaya
kesehatan bersumber daya masyarakat, melalui pembelajaran dari oleh, untuk dan
bersama mereka, sesuai sosial budaya mereka, serta didukung kebijakan publik yang
berwawasan kesehatan.
Strategi Promosi Kesehatan Rumah Sakit (PKRS) adalah melalui kegiatan
pemberdayaan, bina suasana, advokasi, dan kemitraan.
Visi
Berdasarkan Visi Kementerian Kesehatan yaitu “Masyarakat Sehat yang mandiri
dan Berkeadilan”, maka Visi PKRS RSUD Kajen Kabupaten Pekalongan adalah
“Memberikan pelayanan edukasi informasi medis yang profesional dan meyeluruh
mengenai kondisi kesehatan pasien untuk meningkatkan kualitas mutu pelayanan serta
menjunjung tinggi autonom pasien”.
Misi
Dalam mencapai visi tersebut Kementerian Kesehatan juga menetapkan 4 misi yaitu:
1. Meningkatkan derajat kesehatan masyarakat, melalui pemberdayaan masyarakat,
termasuk swasta dan masyarakat madani.
36
Falsafah
Memberikan pelayanan edukasi kesehatan selektif, meyeluruh dan terpercaya
secara profesional, efektif dan efisien yang dibutuhkan pasien dan keluarga mengenai
kondisi kesehatan.
37
Nilai
a. Selektif
Informasi medis yang diberikan adalah unik bagi setiap individu dan berdasarkan
hanya yang terkait dengan kondisi kesehatannya dan apa yang dibutuhkan oleh
pasien tersebut.
b. Menyeluruh
Meliputi setiap aspek yang dibutuhkan pasien maupun keluarganya seperti rencana
promotif, diagnosis kerja, rencana diagnostik, rencana terapi, prognosis, rencana
rehabilitatif dan rencana preventif.
c. Terpercaya
Informasi medis yang diberikan berdasarkan ilmu kedokteran berbasis bukti dan
komprehensif.
d. Profesional
Dalam memberikan pelayanan edukasi informasi medis dilakukan secara
profesional.
e. Efektif dan efisien
Memberikan pelayanan pasien dan keluarga serta bekerjasama dengan mitra kerja
secara efektif dan efisien.
Tujuan
Terciptanya masyarakat rumah sakit yang menerapkan Perilaku Hidup Bersih
dan Sehat melalui perubahan pengetahuan, sikap dan perilaku pasien RS serta
pemeliharaan lingkungan RS dan termanfaatkannya dengan baik semua pelayanan
yang disediakan Rumah sakit. Meningkatkan kualitas pelayanan medis dengan
memberikan informasi medis yang selektif, terpercaya dan menyeluruh kepada setiap
pasien dan keluarganya yang datang ke rumah sakit dengan cara menyediakan
informasi yang dibutuhkan pasien maupun keluarganya seperti rencana promotif,
diagnosis kerja, rencana diagnostik, rencana terapi, prognosis, rencana rehabilitatif dan
rencana preventif.
Sasaran PKRS
Sasaran Promosi Kesahatan di Rumah sakit adalah masyarakat di rumah sakit, yang
terdiri dari:
Pasien
38
b. Di luar gedung
Kawasan luar gedung RS yang dapat dimanfaatkan secara maksimal untuk
PKRS, yaitu:
- PKRS di tempat parkir, yaitu pemanfaatan ruang yang ada di lapangan/gedung
parkir sejak dari bangunan gardu parkir sampai ke sudut-sudut lapangan/gedung
parkir.
- PKRS di taman RS, yaitu baik taman-taman yang ada di depan, samping/sekitar
maupun di dalam/halaman dalam RS.
- PKRS di kantin/warung-warung/kios-kios yang ada di kawasan RS.
- PKRS di tempat ibadah yang tersedia di sekitar RS.
- PKRS di pagar pembatas kawasan RS.
- PKRS di dinding luar RS.
39
Denah ruangan
Ruang penyuluhan PKRS dapat digunakan oleh setiap unit PKRS dan terletak di
sebelah administrasi rawat jalan/RI dan customer service unit. Suasana dalam ruang
PKRS dibina sedemikian rupa sehingga tenang dan kondusif dalam menyampaikan
informasi dan promosi kesehatan bagi pasien dan klien.
Tatalaksana
Promosi kesehatan Rumah sakit adalah suatu TIM rumah sakit yang terdiri dari
TIM medis dan non medis yang berperan dalam menyediakan, menyampaikan informasi
medis serta mengedukasi pasien rumah sakit mengenai kondisi yang berhubungan
dengan penyakit pasien di area rumah sakit yaitu rawat inap (saat dirawat dan sebelum
pasien pulang), rawat jalan, IGD dan penunjang medis. TIM tersebut merupakan titik
akhir pelayanan TIM medis RSUD Kajen Kabupaten Pekalongan. Pelayanan TIM PKRS
terdiri dari pelayanan promosi kesehatan dan informasi yang berhubungan dengan
pasien.
Tujuan
Memberikan edukasi dan informasi kepada pasien yang perlu penjelasan lebih dalam
tentang penyakitnya secara holistik.
1. Tujuan Khusus
a. Rawat inap : memberikan edukasi dan informasi kepada pasien yang perlu
penjelasan lebih dalam mengenai penyakitnya pada saat awal perawatan,
selama perawatan dan ketika pasien akan pulang.
40
b. Rawat jalan :
- Memberikan edukasi dan informasi kepada pasien mengenai kondisi penyakitnya
dan memberikan saran medis dan pemeriksaan diagnostik (laboratorium atau
radiologi) yang menunjang ketepatan diagnosis pada pasien tersebut.
- Merujuk pasien kepada dokter spesialist yang berkompeten menangani penyakit
pasien tersebut.
- Membuatkan resume medis pasien.
- Pendaftaran
Rawat inap
1. Apabila pasien baru masuk kedalam kategori 10 penyakit terbanyak di ruang rawat
inap RSUD Kajen Kabupaten Pekalongan, perawat mengidentifikasi kebutuhan
informasi dan edukasi yang dibutuhkan oleh pasien sebagai edukasi kolaboratif
yaitu pemberian edukasi kepada pasien yang membutuhkan informasi dari lebih dari
satu sub unit PKRS yaitu Customer service, Medical Informasi, farmasi, fisioterapi,
keperawatan, PPI dan Gizi. Hal ini dimaksudkan untuk memastikan informasi dan
edukasi yang diberikan kepada pasien baik di rawat inap maupun rawat jalan,
sesuai dengan kondisi penyakitnya dan diberikan secara holistik. Maka perawat
memberikan edukasi sesuai SPO pemberian edukasi kolaboratif.
2. Apabila pasien baru tidak masuk kedalama kategori 10 penyakit terbanyak maka
edukasi diserahkan kepada DPJP atau dokter ruangan atau subunit PKRS yang
terkait.
3. Apabila pasien dan/keluarga yang sedang dirawat di ruang rawat inap
membutuhkan informasi yang lebih dalam mengenai perjalanan penyakit, evaluasi,
rencana terapi dan lain-lain, maka perawat dapat meminta bantuan DPJP/ dokter
ruangan atau subunit TIM PKRS yang terkait.
4. Apabila pasien sudah diperbolehkan pulang oleh DPJP, maka pemberian informasi
akan diberikan sesuai dengan poin 1-3 diatas (apabila masih membutuhkan).
5. Pemberi informasi medis dan edukasi yang berhubungan dengan Clinical pathway
adalah dokter ruangan/ DPJP dan informasi pulang pasien dapat diberikan oleh
perawat.
6. Setiap pasien yang diedukasi WAJIB dicatat nama, no rekam medik, DPJP,
diagnosa dan kode pamflet pemberian edukasi (bila tersedia) atau ringkasan poin-
poin edukasi secara tertulis abaila tidak terdapat dalam pamflet yang tersedia.
7. Pemberian edukasi dan informasi dilaksanakan sesuai dengan SPO pemberian
edukasi dan SPO pemberian edukasi kolaboratif.
8. Pencatatan pasien yang teredukasi sesuai dengan SPO pencatatan LOGBOOK.
41
Rawat jalan
1. Apabila pasien rawat jalan yang datang berobat masuk kedalam kategori 10
penyakit terbanyak, maka di ruang rawat jalan RSUD Kajen Kabupaten Pekalongan,
perawat mengidentifikasi kebutuhan informasi dan edukasi yang dibutuhkan oleh
pasien sebagai edukasi kolaboratif yaitu pemberian edukasi kepada pasien yang
membutuhkan informasi dari lebih dari satu subunit PKRS yaitu Customer service,
Medical Information, farmasi, fisiotererapi, keperawatan, PPI dan Gizi. Hal ini
dimaksudkan untuk memastikan informasi dan edukasi yang diberikan kepada
pasien baik di rawat inap maupun rawat jalan, sesuai dengan kondisi penyakitnya
dan diberikan secara holistik. Maka perawat memberikan edukasi sesuai SPO
pemberian edukasi kolaboratif.
2. Apabila pasien datang pada saat jam kerja (Senin- Jumat, pkl 08.00-17.00) maka
pasien
dapat dijelaskan verbal dan diberikan leaflet edukasi sesuai dengan penyakitnya
oleh sub unit PKRS terkait.
3. Apabila pasien datang diluar jam kerja seperti tertera diatas, maka pasien akan
mendapatkan informasi tertulis (leaflet) dan verbal oleh perawat unit terkait.
4. Apabila pasien ini dijelaskan lebih dalam mengenai informasi terkait penyakitnya
oleh sub unit tertentu, maka pasien diharuskan membuat perjanjian pada hasi kerja
berikutnya. Apabila pasien tidak masuk ke dalam 10 penyakit terbanyak maka
informasi akan diberikan oleh DPJP terkait/dokter jaga atau dokter medical
information (pada jam kerja).
5. Apabila pasien rawat jalan datang untuk menanyakan rencana diagnosis atau
konsultasi
awal mengenai kondisi penyakitnya tanpa berobat, maka informasi akan diberikan
oleh dokter medical information sesuai dengan SPO pemberian edukasi.
42
BAB VI
STRUKTUR ORGANISASI TIM PROMOSI KESEHATAN
RUMAH SAKIT UMUM DAERAH KAJEN
43
Penanggung jawab
Kepala Bidang Pelayanan
dan Penunjang Medik
Korbid. Pemberdayaan
Masyarakat Korbid. Media dan Sarana Korbid. Kemitraan
Nurdin, S.Kep.Ners Ria Hastuti, Amd. Keb Widodo, SH, MA
44
BAB VII
URAIAN TUGAS TIM PKRS
2. Sekretaris
a. Membantu Tim PKRS dalam kegiatan administrasi PKRS.
b. Mengkoordinasikan dengan Ketua Tim PKRS dalam mengagendakan pertemuan
internal.
c. Membuat notulensi pertemuan internal dan pertemuan lain yang dihadiri oleh
Ketua Tim dan atau memintakan notulen hasil pertemuan yang didelegasikan ke
Ketua Sub Tim PKRS.
d. Mengajukan kebutuhan ATK dan sarana prasarana lainnya.
e. Membantu Sub-sub Tim PKRS dalam teknis pembuatan media, sarana dan
prasarana PKRS.
f. Membantu Sub-sub Tim PKRS dalam pemasangan/setting sarana dan prasarana
PKRS.
BAB VIII
JENIS-JENIS PANDUAN PELAYANAN PKRS
PANDUAN PELAYANAN MEDICAL INFORMATION
Medical information for patient care (informasi medis) adalah suatu TIM medis
yang berperan dalam menyediakan, menyampaikan informasi medis serta mengedukasi
pasien rawat inap mengenai kondisi yang berhubungan dengan penyakit pasien (awal
dirawat, selama perawatan dan sebelum pasien pulang. TIM tersebut merupakan titik
akhir pelayanan TIM medis RSUD Kajen Kabupaten Pekalongan.
Ruang lingkup :
Instalasi Rawat inap, Instalasi rawat jalan, IGD, dan penunjang.
Tujuan:
Memberikan edukasi dan informasi kepada pasien rawat jalan dan pasien rawat
inap yang perlu penjelasan lebih dalam tentang penyakitnya dan pada saat pasien akan
pulang tentang tata cara perawatan dirumah seperti: apa yang harus dilakukan, apa
yang harus dihindari, jadwal kontrol kembali, tata cara minum obat, perubahan perilaku
dan gaya hidup, dll.
Informasi yang disediakan oleh medical information dan dapat diberikan oleh
DPJP/dokter jaga kepada pasien adalah sebagai berikut:
1) Daily plan Hipertensi
2) Daily plan Anemia
3) Daily plan Typoid
4) Daily plan Cerotinus
5) Daily plan GE
6) Daily plan ISPA
7) Daily plan KPD
8) Daily plan Anemia pada nifas
9) Daily plan Infeksi dan parasit kongenital
10) Daily plan Gagal jantung
48
Informasi yang disediakan oleh medical information dan dapat berikan oleh perawat
kepada pasien adalah sebagai berikut:
1) Panduan edukasi pasien pulang post perawatan Hipertensi
2) Panduan edukasi pasien pulang post perawatan Anemia
3) Panduan edukasi pasien pulang post perawatan Typoid
4) Panduan edukasi pasien pulang post perawatan Cerotinus
5) Panduan edukasi pasien pulang post perawatan GE
6) Panduan edukasi pasien pulang post perawatan ISPA
7) Panduan edukasi pasien pulang post perawatan KPD
8) Panduan edukasi pasien pulang post perawatan Anemia pada nifas
9) Panduan edukasi pasien pulang post perawatan Infeksi dan parasit kongenital
10) Panduan edukasi pasien pulang post perawatan Gagal jantung
Medical information for patient care berperan sebagai perencana program promosi
kesehatan dan memonitor dan mengevaluasi pelaksanaannya.
49
Pengertian Komunikasi
Sebuah proses penyampaian pikiran atau informasi dari seseorang kepada orang
lain melalui suatu cara tertentu sehingga orang lain tersebut mengerti betul apa yang
dimaksud oleh penyampai pikiran-pikiran atau informasi”. (Komaruddin,
1994;Schermerhorn, Hunt & Osborn, 1994; Koontz & Weihrich, 1988).
Proses komunikasi
Komunikasi dapat efektif apabila pesan diterima dan dimengerti sebagaimana
dimaksud oleh pengirim pesan, pesan ditindaklanjuti dengan sebuah perbuatan oleh
penerima pesan dan tidak ada hambatan untuk hal itu (Hardjana, 2003).
Gambar
Umpan Balik
Gangguan
Unsur komunikasi
1. Sumber/komunikator (dokter,perawat, admission,Adm.Irna,Kasir,dll)
2. Isi pesan
3. Media/saluran (Elektronic,Lisan,dan Tulisan).
4. Penerima/komunikan (pasien, keluarga pasien, perawat, dokter, Admission,
Adm.Irna).
Sumber / komunikator
Sumber (yang menyampaikan informasi): adalah orang yang menyampaikan isi
pernyataannya kepada penerima. Hal-hal yang menjadi tanggung jawab pengirim pesan
adalah mengirim pesan dengan jelas, memilih media yang sesuai, dan meminta
kejelasan
apakah pesan tersebut sudah di terima dengan baik. (konsil kedokteran Indonesia,
hal.8)
Media
Media berperan sebagai jalan atau saluran yang dilalui isi pernyataan yang
disampaikan pengirim atau umpan balik yang disampaikan penerima. Berita dapat
berupa berita lisan, tertulis, atau keduanya sekaligus. Pada kesempatan tertentu, media
dapat tidak digunakan oleh pengirim yaitu saat komunikasi berlangsung atau tatap muka
dengan efek yang mungkin terjadi berupa perubahan sikap. (konsil kedokteran
Indonesia, hal.8). Media yang dapat digunakan: Melalui telepon, menggunakan lembar
lipat, buklet, vcd, (peraga).
Penerima / komunikan
Penerima berfungsi sebagai penerima berita. Dalam komunikasi, peran pengirim
dan penerima bergantian sepanjang pembicaraan. Tanggung jawab penerima adalah
berkonsentrasi untuk menerima pesan dengan baik dan memberikan umpan balik
kepada pengirim. Umpan balik sangat penting sehingga proses komunkasi berlangsung
dua arah (konsil kedokteran Indonesia, hal.8).
Pemberi/komunikator yang baik adalah Pada saat melakukan proses umpan balik,
diperlukan kemampuan dalam hal-hal berikut (konsil kedokteran Indonesia, hal 42):
1. Cara berbicara (talking), termasuk cara bertanya (kapan menggunakan pertanyaan
tertutup dan kapan memakai pertanyaan terbuka), menjelaskan, klarifikasi,
paraphrase, intonasi.
2. Mendengar (listening), termasuk memotong kalimat.
3. Cara mengamati (observation) agar dapat memahami yang tersirat di balik yang
tersurat (bahasa non verbal di balik ungkapan kata/kalimatnya, gerak tubuh).
4. Menjaga sikap selama berkomunikasi dengan komunikan (bahasa tubuh) agar tidak
menggangu komunikasi, misalnya karena komunikan keliru mengartikan gerak
tubuh, raut tubuh, raut muka, dan sikap komunikator.
Sifat Komunikasi
Komunikasi itu bisa bersifat informasi (asuhan) dan edukasi (Pelayanan promosi).
1. Komunikasi yang bersifat infomasi asuhan di dalam rumah sakit adalah:
a. Jam pelayanan
b. Pelayanan yang tersedia
c. Cara mendapatkan pelayanan
51
Gambar:
Dalam menuliskan kalimat yang sulit, maka komunikan harus menjabarkan hurufnya
satu persatu dengan menggunakan alfabeth yaitu:
Kode Alfabet International:
Tahap Cara penyampaian informasi dan edukasi yang efektif. Setelah melalui tahap
asesmen pasien, ditemukan :
1. Pasien dalam kondisi baik semua dan emosionalnya senang, maka proses
komunikasinya mudah disampaikan.
2. Jika pada tahap asesmen pasien di temukan hambatan fisik (tuna rungu dan tuna
wicara), maka komunikasi yang efektif adalah memberikan leaflet kepada pasien
dan keluarga sekandung (istri, anak, ayah, ibu, atau saudara sekandung) dan
menjelaskannya kepada mereka.
3. Jika pada tahap asesmen pasien ditemukan hambatan emosional pasien (pasien
marah atau depresi), maka komunikasi yang efektif adalah memberikan materi
edukasi dan menyarankan pasien membaca leaflet. Apabila pasien tidak mengerti
materi edukasi, pasien bisa menghubungi medical information.
Tahap Cara verifikasi bahwa pasien dan keluarga menerima dan memahami
edukasi yang diberikan:
1. Apabila pasien pada tahap cara memberikan edukasi dan informasi, kondisi pasien
baik dan senang, maka verifikasi yang dilakukan adalah: menanyakan kembali
edukasi yang telah diberikan.
Pertanyaannya adalah: “ Dari materi edukasi yang telah disampaikan, kira-kira apa
yang bapak/ibu bisa pelajari ?”.
2. Apabila pasien pada tahap cara memberikan edukasi dan informasi, pasiennya
mengalami hambatan fisik, maka verifikasinya adalah dengan pihak keluarganya
dengan pertanyaan yang sama: “Dari materi edukasi yang telah disampaikan, kira-
kira apa yang bpk/ibu bisa pelajari ?”.
3. Apabila pasien pada tahap cara memberikan edukasi dan informasi, ada hambatan
emosional (marah atau depresi), maka verifikasinya adalah dengan tanyakan
kembali sejauh mana pasiennya mengerti tentang materi edukasi yang diberikan
dan pahami.
Proses pertanyaan ini bisa via telepon atau datang langsung ke kamar pasien
setelah pasien tenang.
formulir edukasi dan informsi, dan ditandatangani kedua belah pihak antara dokter dan
pasien atau keluarga pasien. Hal ini dilakukan sebagai bukti bahwa pasien dan keluarga
pasien sudah diberikan edukasi dan informasi yang benar.
b. Teknik SOAP
Teknik SOAP ini dilakukan dalam rangka komunikasi antar perawat yang
dilakukan pada saat operan jaga / pelaporan kondisi pasien pada sif berikutnya.
adapun bentuk komunikasi ini adalah
54
Subjektif (S).
Pada bagian ini, tuliskan riwayat medis pasien dan hasil temuan subjektif
Anda berdasarkan laporan medis pasien tersebut. Riwayat pasien yang
dicantumkan pada bagian “Subjektif” umumnya meliputi etiologi (penyebab utama
penyakit) atau MOI (Mechanism of Injury) alias mekanisme cedera, C.C. (Chief
Complaint) atau keluhan utama, gejala penyakit, deskripsi keluhan, dan riwayat
pasien
Objektif (O).
Bagian O dari catatan SOAP berisi hasil observasi kuantitatif Anda sebagai
tenaga medis, seperti jarak pandang, palpasi jaringan lunak dan keras, lingkar
pinggang, ROM (Range of Motion) atau rentang gerak - AROM, PROM dan RROM
alias Active, Passive, dan Resistive Range of Motion (Rentang Gerak Aktif, Pasif,
dan Resistif), hasil tes otot manual, penilaian neurologis, sirkulasi darah, dan hasil
pemeriksaan khusus pasien lain
Asessment (A).
Cantumkan diagnosis yang paling memungkinkan pada bagian ini. Jika
diagnosis akhir belum berhasil didapatkan, Anda bisa mencantumkan beberapa
kemungkinan diagnosis terlebih dahulu. Jika ada, cantumkan pula beberapa
diagnosis tambahan yang perlu diperhatikan
Planing (P).
Pada bagian ini, catat langkah pengobatan yang akan ditempuh pasien.
Cantumkan pula perawatan yang akan diberikan kepada pasien seperti proses
terapi, jenis obat, dan/atau metode operasi (jika harus dilakukan). Anda juga bisa
menuliskan rencana pengobatan jangka panjang dan rekomendasi gaya hidup
untuk pasien, serta tujuan jangka pendek dan jangka panjang pasien (seperti
melakukan latihan untuk memperkuat otot, rentang gerak, dan mengurangi rasa
sakitnya).
.
c. Teknik SBAR
SBAR merupakan suatu tekhnik komunikasi yang dipergunakan dalam melakukan
identifikasi terhadap pasien sehingga mampu meningkatkan kemampuan komunikasi
antara perawat dan dokter. Dengan komunikasi SBAR ini maka perawat dapat
memberikan laporan mengenai kondisi pasien lebih informatif dan terstruktur.
SBAR merupakan kerangka acuan dalam pelaporan kondisi pasien yang memerlukan
perhatian dan tindakan segera. Tekhnik SBAR terdiri dari unsur Situation, Background,
Assessment, Recommendation. Pada prinsipnya SBAR merupakan komunikasi standar
yang ingin menjawab pertanyaan, yaitu apa yang terjadi, apa yang diharapkan oleh
55
perawat dari dokter yang dihubungi dan kapan dokter harus mengambil tindakan. Empat
(4) Unsur SBAR yaitu:
1. Situation
Menjelaskan kondisi terkini yang terjadi pada pasien
2. Background
Berisi informasi penting apa yang berhubungan dengan kondisi pasien saat ini
3. Assessment
Hasil pengkajian kondisi pasien terkini
4. Recommendation
Apa yang perlu dilakukan untuk mengatasi masalah pasien saat ini
Contoh laporan perawat ke dokter dengan menggunakan SBAR (Haig, K.M, dkk,
2006)
Situation (S) Sebutkan nama anda dan unit
Sebutkan identitas pasien dan nomor
kamar pasien
Sebutkan masalah pasien tersebut
(misalnya sesak nafas, nyeri dada,
dll)
Background (B) Sebutkan diagnosis dan data klinis
pasien sesuai kebutuhan
Status kardiovaskuler (Nyeri dada,
tekanan darah,EKG, dsb)
Status respirasi (Frekuensi
pernafasan, SpO2analisa gas darah,
dsb)
Status gastrointestinal (Nyeri
perut, perdarahan,dsb)
Neurologis (GCS, Pupil)
Hasil laboratorium/pemeriksaan
penunjang lainnya
diperlukan:
Foto rontgen
Pemeriksaan analisa gas
darah
Pemeriksaan EKG
Pemberian oksigenasi
Beta 2 agonis nebulizer
a. Tulis Perawat/ dokter jaga/petugas medis lain setelah menerima intruksi baik
lisan dan via alat komunikasi atau hasil pemeriksaan harus di tulis lengkap
pada Rekam Medis no 4
1) Isi perintah
b. Baca kembali
1) Intruksi baik lisan dan via alat komunikasi atau hasil pemeriksaan
harus di tulis pada berkas rekam medis. Dikonfirmasi ulang pada saat
DPJP Visite intruksi harus dicek kembali oleh DPJP kemudian ditanda
tangani pada kolom cap konfirmasi (stempel “read back” ) paling
lambat 1x24 jam. Apabila dokter DPJP sedang tidak ada ditempat
maka cap konfirmasi dapat ditandatangani oleh dokter jaga.
Konfirmasi
Tanggal
Jam Paraf
2) Intruksi baik lisan dan via alat komunikasi atau hasil pemeriksaan di
baca ulang/ dieja dan di waspadai nama-nama obat yang
NORUM/LASA (Nama obat rupa sama/ Look Like Sound Like ) seperti
:
- Aminophillin 200 mg – Amitriptyline 25 mg
- Acyclovir 200 mg – Acyclovir 400 mg
58
3) Intruksi baik lisan dan alat komunikasi atau hasil pemeriksaan nama –
nama obat atau tindakan yang tidak jelas akan di eja dengan ejaan
alphabet yang sudah di standarisasi :
Kode
Huruf Huruf Kode alfabet
alfabet
A Alfa N November
B Bravo O Oscar
C Charlie P Papa
D Delta Q Quebec
E Echo R Romeo
F Foxtrot S Sierra
G Golf T Tango
H Hotel U Uniform
I India V Victor
J Juliete W Whiskey
K Kilo X X- ray
L Lima Y Yankee
M Mike Z Zulu
c. Konfirmasi ulang
Intruksi baik lisan dan via alat komunikasi atau hasil pemeriksaan
dikonfirmasi oleh pemberi perintah atau yang menyampaikan hasil
pemeriksaan
59
60
Panduan assessment nutrisi pasien disebut juga dengan program Nutrition Care
Process (NCP) atau Proses Asuhan Gizi (PAG).
Definisi Nutrition Care Process :
Suatu metode pemecahan masalah yang sistematis, dimana dietisien menggunakan
cara berpikir kritis dalam membuat suatu keputusan yang tepat terkait masalah gizi
sehingga dapat memberikan asuhan gizi yang aman, efektif dan berkualitas tinggi.
LANGKAH-LANGKAH NCP (ADIME) :
1. Nutrition Assessment (Penilaian Gizi)
2. Nutrition Diagnosis (Diagnosa Gizi)
3. Nutrition Intervention (Intervensi Gizi)
4. Nutrition Monitoring and Evaluation (Monitoring dan Evaluasi Gizi)
Format yang dikenal dengan istilah ADIME mulai dicoba ditulis pada dokumen medik
pasien.
Assessment Gizi
Definisi
Proses pengumpulan data, verifikasi dan interprestasi data secara sistematis
dalam rangka membuat keputusan mengenai penyebab masalah gizi.
3. Ukuran antropometry
TB
BB
IMT
Perubahan Berat Badan
Pertumbuhan
LILA
Massa Otot
Lingkar Perut/Pinggang
Tebal Lemak/Skinfold Thickness
5. Riwayat Pasien
Riwayat sosial : Status ekonomi, budaya, kepercayaan, situasi rumah.
Riwayat individu : Umur, pekerjaan, tingkat pendidikan, kedudukan dalam
keluarga.
Riwayat kesehatan : Penyakit saat ini dan dulu, riwayat operasi, penyakit
keluarga.
Riwayat Pemakaian obat dan Suplemen apakah obat sesuai resep
dokter/suplemen diet/herbal.
Diagnosa Gizi
Tujuan
62
Identifikasi masalah gizi yang dapat diatasi atau diperbaiki melalui intervensi gizi
oleh seorang dietisien.
Intervensi Gizi
Tujuan
Mengatasi atau memperbaiki masalah gizi dengan merencanakan dan
mengimplementasikan intervensi gizi yang sesuai dengan kebutuhan dan keinginan
pasien.
Strategi Intervensi Gizi
1. Food and Nutritient Delivery
Menyediakan atau merekomendasikan makanan/gizi sesuai ketentuan, termasuk
makanan, snack, makanan cair dan parenteral maupun suplemen.
2. Edukasi Gizi
Proses formal atau mengajari dan melatih pasien mengenai mengelola/memodifikasi
makanan atau kebiasaan makan sehari-hari.
3. Konsultasi Gizi
Proses dukungan pada pasien untuk menetapkan prioritas, membuat tujuan,
rencana kegiatan yang disetujui serta hendaknya kegiatan tersebut bisa
dilaksanakan.
4. Koordinasi Pelayanan Gizi
Merujuk atau mengkonsulkan dengan institusi pemberi layanan kesehatan lainnya
yang dapat mengatasi masalah gizi.
Unit instalasi fisioterapi adalah unit pelayanan medis yang bertujuan pelayanan
rehabilitasi medis yang komprehensif, berkualitas dan terjangkau (dengan cara
mencegah, mengurangi impairment atau kelainan, dissability / ketidakmampuan dan
handicap / ketunaan) oleh masyarakat luas sesuai dengan standar di Rumah Sakit
RSUD Kajen Kabupaten Pekalongan.
Adapun beberapa informasi yang diberikan bagi pasien yang mendapatkan pelayanan
fisioterapi :
1. Informasi saat dilakukan assesment/pemeriksaan
Adalah informasi yang diberikan kepada pasien saat awal pasien datang
konsultasi sebelum dilakukan tindakan atau treatment, dengan tujuan agar pasien
mengerti dan memahami kondisi penyakit, diagnosa maupun prognosa dari
penyakitnya serta tindakan apa yang diberikan untuk mengatasi keluhan
keluhannya.
2. Informasi saat diberikan tindakan fisioterapi.
Adalah Informasi yang diberikan oleh fisioterapis mengenai prosedur
pelaksanaan tindakan fisioterapi terhadap kondisi masing masing pasien yang
meliputi: Tujuan diberikannya treatment, persiapan sebelum treatment, selama
intervensi/treatment dilaksanakan, maupun setelah treatment selesai dilaksanakan.
3 . Informasi pencegahan terjadinya cidera / keluhan berulang.
Yakni beberapa informasi yang diberikan dalam hal upaya dan teknik
pencegahan terhadap cedera atau keluhan berulang yang kemungkinan setiap saat
dapat muncul seiring dengan aktifitas yang dilakukan.
4 . Informasi berupa program di rumah/di luar waktu terapi di rumah sakit/klinik.
Informasi ini berupa teknik teknik latihan ataupun treatment sederhana dan
mudah dilaksanakan oleh pasien guna membantu meningkatkan ataupun
mempercepat perbaikan kondisi mereka. Informasi ini diberikan sedemikian rupa
sehingga memudahkan mereka melakukannya kapanpun dan dimanapun mereka
berada.
a. Anamnesa pasien secara umum, yang meliputi : nama, tempat dan tanggal lahir,
pekerjaan dan hobi, alamat, agama dan pendidikan terakhir.
b. Anamnesa khusus
Yaitu informasi berupa keluhan utama, lokasi keluhan, sifat keluhan dan berapa
lama keluhan tersebut telah berlangsung.
b. Inspeksi
Pemeriksaan dengan cara melihat kondisi pasien secara keseluruhan.
c. Quick Test/Test Cepat
Pemeriksaan terhadap kondisi pasien secara cepat yang mengarah langsung ke
keluhan pasien.
d. Test Gerak Pasif, Aktif dan Isometric
Test yang dilakukan untuk mendapatkan informasi mengenai ada tidaknya
gangguan gerak pada suatu kondisi.
e. Test Spesifik
Adalah test yang dilakukan secara khusus terkait langsung dengan kondisi pasien
untuk lebih menegakkan diagnosa penyakit secara tepat.
f. Pemeriksaan Lain
Pemeriksaan yg dapat menunjang suatu diagnosa, yang dapat berupa pemeriksaan
Laboratorium, Radiologi ataupun pemeriksaan terkait lainnya.
g. List of Problem
Adalah informasi yang terkumpul yang berupa beberapa rincian permasalahan yang
ditemukan sehubungan dengan hasil pemeriksaan tersebut diatas.
h. Diagnosa fisioterapi dan Prognosa
Merupakan informasi mengenai problematik pasien yang disimpulkan dari hasil
Pemeriksaan.
Gambaran kondisi pasien setelah diberikan tindakan terkait dengan patologi dan
diagnosa penyakit.
i. Rencana Tindakan/Intervensi
Penjelasan tentang rencana tindakan dan hasil yang diharapkan terkait dengan
diagnosa penyakit.
Persetujuan pasien terhadap target, tujuan dan prosedur tindakan/intervensi.
j. Intervensi/Tindakan
Penerapan Tindakan fisioterapi yang telah ditentukan sesuai dengan
perencanaan.
k. Evaluasi
68
Yakni beberapa informasi yang diberikan dalam hal upaya dan teknik
pencegahan terhadap cedera atau keluhan berulang yang kemungkinan setiap saat
dapat muncul seiring dengan aktifitas yang dilakukan, seperti informasi mengenai :
a. Teknik mengangkat dengan benar.
b. Koreksi postur yang benar.
c. Teknik duduk,tidur yang tepat.
d. Teknik penanganan cidera awal dengan metode RICE.
e. Teknik penggunaan dan manfaat alat bantu seperti splint, support untuk ektremitas
atas dan bawah, TLSO, alat bantu jalan, dll.
Pelayanan farmasi rumah sakit adalah bagian yang tidak terpisahkan dari sistem
pelayanan kesehatan rumah sakit yang berorientasi kepada pelayanan pasien,
penyediaan obat yang bermutu, termasuk pelayanan farmasi klinik yang terjangkau bagi
semua lapisan masyarakat.
Sub unit tersebut bertujuan untuk menyelenggarakan kegiatan pelayanan
profesional berdasarkan prosedur kefarmasian dan etik profesi serta melaksanakan KIE
( Komunikasi Informasi dan Edukasi ) mengenai obat. Pelayanan informasi farmasi
terdiri atas:
1. Pelayanan Informasi Obat (PIO) dan konselling tatacara minum obat bagi pasien
(lihat SPO).
2. Informasi pelayanan farmasi pasien rawat inap.
3. Informasi pelayanan farmasi pasien akan pulang (lihat SPO).
4. Informasi pelayanan farmasi pasien rawat jalan (lihat SPO).
71
BAB IX
MONITORING DAN EVALUASI
Monitoring kinerja PKRS dilakukan dengan pemantauan setiap hari oleh setiap
PJ unit terkait, dokumentasi permintaan PKRS di status pasien, pencatatan pasien yang
teredukasi di LOGBOOK (unit dan edukasi kolaboratif) dan formulir pemberian informasi
dan formulir pemberian edukasi kolaboratif. Monitoring jumlah pamflet yang tersedia
dilakukan dengan penyediaan 50 lembar untuk setiap topik materi edukasi disetiap unit
terkait setiap bulannya dan dilakukan refill atau pengisian ulang setiap bulannya.
Apabila pamflet habis sebelum sebulan, maka permintaan pamflet dapat dilakukan ke
TIM PKRS (lihat lembar permintaan pamflet edukasi).
Evaluasi kualitas sumberdaya manusia dan fasilitas dilakukan dengan survey
lapangan setiap bulan dan pelatihan mengnai materi edukasi unit-unit PKRS setiap 6
bulan sekali. Evaluasi kinerja TIM PKRS dilakukan dengan laporan bulan dari setiap unit
PKRS, laporan bulanan TIM PKRS dan survey kepuasan pelanggan setiap 3 bulan.
74
BAB X
DOKUMEN BUKTI
Dokumen bukti adalah segala bentuk informasi tertulis dalam rangka promosi
kesehatan yang dibuat oleh dan dari unit-unit PKRS yang meliputi:
1. Materi edukasi
2. Standar prosedur Operasional (SPO)
3. Formulir
4. Lembar permintaan
5. Dan lain sebagainya
Semua dokumen ini disertakan dalam appendix dan digunakan untuk meningkatkan
kualitas pelayanan PKRS dan penerapan pelayanan PKRS bagi setiap pasien.
75