Anda di halaman 1dari 10

1.

Permukaan internal spesifik (Specific internal surface)

Porositas berkaitan dengan volume ruang (pori, retakan, lubang dan


lain sebagainya) batuan, sedangkan permukaan internal spesifik S
merupakan luasan permukaan ruang-ruang tersebut yang berhubungan
dengan volume total batuan (Stot), volume pori (Spor), volume
partikel/matrik padatnya (Sm) dan massa kering batuan (Sma).

Parameter-parameter tersebut berhubungan melalui persamaan berikut,


Stot .S por  (1 ).Sm (1.1)

Sma Sm/dm (1.2)


Dimana dm adalah densitas material matrik padatnya. Permukaan internal
spesifik Spor identik dengan kapilaritas rata-rata, dengan satuan untuk Stot,
Spor, dan Sm adalah m2/m3 = m-1, pada umumnya yang sering digunakan
adalah m-1, dan Sm adalah m2/g atau m2/kg.
Metode pengukuran luas permukaan internal (internal surface) di
klasifikasikan menjadi 2, yaitu:
1. Metode fisika (physical methods)
2. Metode stereografik (stereological methods)
Permukaan internal spesifik ini sangat bergantung pada bentuk dan
ukuran pori, struktur mikro dan morphologi antarmuka antara matrik-pori.
Pada umumnya permukaan internal spesifik akan bertambah besar dengan
mengecilnya pori atau ukuran butir partikel padatnya. Keberadaan partikel
yang lebih halus seperti clay, karbonat dan mineral lainnya pada permukaan
pori juga akan menaikan nilai permukaan internal, karena ia akan
menimbulkan jenis struktur permukaan baru.
2. Permeabilitas
Permeabilitas merupakan sifat batuan berpori yang mengalirkan
fluida melalui ruang-ruang pori. Permeabilitas bergantung pada porositas,
dimensi dan geometri ruang pori sehingga dapat merupakan sebuah tensor.
Henry Darcy menemukan hubungan dasar untuk suatu aliran laminer fluida
viskos yang melalui batuan berpori sebagai,
k
u  .p (2.1)
η
dengan u adalah volume densitas aliran atau volume fluida yang mengalir
persatuan luas, sering disebut juga sebagai kecepatan filtrasi. p adalah
tekanan fluida,  adalah viskositas dinamik dan k adalah permeabilitas
batuan. Untuk menyatakan permeabilitasnya persamaan (2.1) dituliskan
kembali sebagai,
k η u (2.2)
p
Persamaan (2.2) berlaku untuk kondisi isotrop dan aliran fluida
laminer. Pada batuan anisotrop permeabilitasnya harus diperhitungkan
sebagai tensor (Schön, 1998). Jika suatu batuan berpori dan permeabel
mengalirkan dua jenis fluida, misal air sebagai fluida basah dan minyak
sebagai fluida takbasah, maka terdapat permeabilitas relatif yang
didefinisikan sebagai perbandingan antara permeabilitas efektif dari
masing-masing fluida terhadap permeabilitas batuan absolutnya.

Satuan permeabilitas dalam SI adalah m2 atau lazimnya m2.


Dalam industri dan keperluan teknis sering dinyatakan dalam Darcy (d)
yang didefiniskan sebagai berikut;

1d artinya suatu batuan dapat meloloskan fluida yang mempunyai


viskositas 1 cP (sentiPoise) dengan kecepatan filtrasi 1 cm/s pada gradien
tekanan 1 atm/cm. Satuan yang sering digunakan adalah milidarcy (mD),
sedangkan konversi mD ke SI adalah 1= 0,9869 m2 = 0,9869 x 10-12 m2
sehingga, 1 m2 =1,0133 d, atau untuk keperluan praktis 1 d  1 m2.
Untuk reservoar migas yang tergolong bagus bila mempunyai nilai
permeabilitas k  100 md = 0,1 d (Gueguen dan Palciauskas, 1994).
Di dalam hidrologi, aliran fluidanya selalu air, sehingga gradien
tekanan fluida diperoleh dari beda tinggi h antara beda dua jarak l. Maka
dalam kajian hidrologi persamaan (2.2) dituliskan kembali dalam bentuk,
Δh
ukf (2.3)
l
dengan kf disebut sebagai koefisien permeabilitas hydrolik atau
konduktivitas yang mempunyai dimensi kecepatan (cm/s). Persamaan (2.3)
tersebut berlaku hanya pada medium yang berisi air, artinya untuk
viskositas dan densitas fluida tetap. Dengan pengertian tersebut, satuan
permeabilitas k mempunyai faktor konversi dengan kf sebagai, 1 md  10-6
cm/s = 10-8 m/s, atau 1 m/s  105 d. Untuk aquifer (reservoar yang berisi
air) yang tergolong bagus mempunyai permeabilitas  1 d. Contoh
permeabilitas beberapa batuan sedimen taktermampatkan diberikan pada
Tabel II.3.
Tabel II.3. Permeabilitas batuan sedimen taktermampatkan (Schön, 1998).

Jenis Batuan kf (m/s) k (d)


Gravel (bersih) 10-2 ... 10-1 103 ... 104

Batupasir (kasar)  10-3  102

Batupasir (medium) 10-4 ... 10-3 101 ... 102

Batupasir (halus) 10-4 ... 10-5 10-1 ... 100

Batupasir (silty) 10-5 ... 10-7 10-2 ... 100

Silt (clay) 10-6 ... 10-9 10-4 ... 10-1


Clay < 10-9 < 10-4

3. Pengaruh porositas dan geometri butir terhadap permeabilitas


Secara empiris diperoleh hubungan bahwa nilai permeabilitas akan
bertambah besar dengan naiknya nilai porositas, begitu pula bahwa
permeabilitas akan naik dengan membesarnya ukuran butir, seperti halnya
pada batuan sedimen yang takterkompasi dari ukuran clay sampai gravel.
Tetapi nilai permeabilitas akan mengecil dengan adanya kompaksi dan
sementasi. Hal ini terjadi karena adanya pengurangan porositas dan jari-jari
pori.
Hubungan permeabilitas batuan yang taktermampatkan terhadap
ukuran diameter butir d, secara empiris dirumuskan oleh Schopper (Schön,
1998) sebagai
(3.1)
dengan k dalam (md) dan d dalam (m).
Untuk koefisien pemeabilitas hydrolik, Hanzen (Schön, 1998),
merumuskan sebagai,

(3.2)
dan Terzaghi (Schön, 1998),

(3.3)
dengan dm dan dw adalah diameter rata-rata dan diameter efektif butiran
dalam (mm) yang diperoleh dari kurva distribusi ukuran butir. Berg
(Schön, 1998) merumuskan dalam bentuk lain hubungan antara
permeabilitas terhadap diameter butir sebagai,

(3.4)
dengan  adalah faktor pemilah (sorti) yang disebut sebagai persen deviasi
(P = P90 - P10), k dalam d, dan d dalam mm.
Iverson dan Satchwell, (Schön, 1998) menurunkan korelasi
multidimensi antara permeabilitas terhadap parameter petrofisis dan
petrographi (porositas dan diameter rata-rata ukuran butir) dengan
menggunakan core dari batupasir Tensleep (Wyoming, USA), sebagai

(3.5)
dengan k (md), d (mm), s adalah standard deviasi dari rata-rata ukuran butir,
sk adalah koefisien kemencengan (skewness), vf adalah fraksi berat bagian
yang halus, dan B adalah koefisient yang diperoleh secara empiris dengan B1
= 0,05408, B2 = 0,05714, B3= 0,7020, dan B4 = -0,09427. Berdasarkan data
core pula di laboratorium Sen, dkk., (1990) memperoleh hubungan
permeabilitas dengan porositas dan luas permukaan internal pori, sebagai

(3.6)
dengan koefisien regresi R = 0,90, dan m adalah exponen Archi yang
nilainya diperoleh dari hubungan m= 2,9 – 1,8s, dengan s adalah faktor
kebulatan butiran sedimen yang nilainya sekitar (0,5 – 1), k (md) dan Spor
permukaan internal (m).
Geometri ruang pori juga menentukan permeabilitas dan gaya-gaya
kapiler. Gaya kapiler ini mengontrol tekanan muka air pada sistem pipa
kapilernya dan sudut kontak antara air dan butiran padatnya. Air yang
dalam kondisi seperti ini disebut sebagai “irreducible water” , yaitu air
yang tidak dapat dipindahkan/berpindah oleh gaya-gaya yang bekerja pada
fluida di dalam sejumlah pori-pori tersebut. Saturasi air reducible water
Sw,irr cenderung membesar pada batuan yang mempunyai permeabilitas
rendah, dimana sistem pipa kapilaritasnya halus (Schön, 1998).
Berdasarkan pengertian tersebut, beberapa persamaan empiris dapat
diturunkan oleh

Tixier (Schön, 1998) (3.7)

Timur (Schön, 1998)


(3.8)

dan Coates-Dumanoir (Schön, (3.9)


1998)

dengan w adalah parameter textural yang berkaitan dengan exponen


sementasi dan saturasi m dan n pada hukum Archi (w  m  n). Secara
umum Schlumberger, (1989) meringkas persamaan-persamaan tersebut
kedalam satu bentuk,

(3.10)
dengan a, b, dan c nilai-nilai yang ditentukan secara empiris (a = 0,136, b
= 4,4, dan c = 2, jika k dalam (md)).
4. Pengaruh Kedalaman dan Tekanan terhadap Permeabilitas

Permeabilitas sebagai fungsi tekanan dapat didekati dengan


persamaan (Schön,1998),

(4.1)
dengan peff adalah tekanan efektif, ko adalah permeabilitas pada tekanan

nol, dan Ak adalah koefisien kompaksi permeabilitas yang merupakan


perwujudan dari ketergantungan tekanan dari permeabilitas dan modulus
deformasi. Untuk batuan yang mempunyai retakan atau rekahan,
permeabilitasnya mengecil secara taklinier dengan bertambahnya tekanan
sebagai hasil dari penutupan celah, misal sebagai

(4.2)

dengan kedalaman z dalam (m) dan permeabilitas k dalam (d).


5. Hubungan k, , dan S berdasarkan model teoritis
Carman, (1956) menyusun model sederhana untuk mengungkapkan
proses aliran fluida di dalam batuan berpori dengan sebuah model tabung
kapiler sebagai kanal. Kanal tersebut panjangnya l, jari-jari r berada di
dalam kubus dengan panjang sisi L. Dengan menggunakan hukum aliran
rata-rata Hagen-Poiseulle dan persamaan Darcy diperoleh nilai
permeabilitas sebagai,

(5.1)

dengan T adalah tortusitas (= l/L). Persamaan di atas diturunkan untuk


irisan kanal yang berupa lingkaran, untuk jenis irisan kanal yang lain,
misal persegi, segi-empat, segi-tiga, ataupun silinder, persamaan (5.1)
dimodifikasi oleh Kozeny-Carman dengan menambahkan faktor ,
sehingga persamaan tersebut dapat dituliskan sebagai,

(5.2)
jari-jari kapiler diganti dengan jari-jari hydrolik rhyd untuk bentuk irisan
kanal yang tidak lingkaran yang besarnya adalah
(5.3)

Sehingga untuk bentuk lingkaran diperoleh rhyd = 2. (r2/2r) = r.

Sedangkan nilai faktor  untuk berbagai bentuk irisan diberikan pada Tabel
II.4.
Tabel II.4. Faktor bentuk irisan kanal (Schön, 1998).
No Bentuk irisan kanal 
1. Lingkaran 2,0
2. Ellip, sumbu a dan b, bila a/b = 2 2,13
a/b = 10 2,45
a/b = 50 2,96
3. Persegi 1,78
Persegi panjang dengan sisi a dan b, bila a/b =
4. 2 1,94
a/b =
10 2,65
a/b =
 3,0
5. Segitiga samasisi 1,67

Untuk keperluan karakterisasi reservoar Georgi dan Menger,


(Schön, 1998) menyederha-nakan persamaan Kozeny-Carman menjadi,

(5.4)

dengan C √𝜒.Sm .T yang adalah parameter spesifik batuan FZI (flow


zone indicator) dan mengkarakterisasikan hubungan permeabilitas dengan
porositas batuan. Nilai ini konstan dalam satuan hydrolik yang sama, tetapi
akan bervariasi dari satuan ke satuan yang lain.
Persamaan Kozeny-Carman tersebut didasarkan pada model yang
sederhana, dan hanya melibatkan pengaruh yang dominan seperti jari-jari
pori, geometri pori yang diwujudkan dalam permukaan internal, dan
porositas.
Suatu konsep pendekatan lain adalah dengan memandang bahwa
lintasan aliran fluida mempunyai lintasan yang sama dengan lintasan aliran
listrik, maka dapat dihubungkan antara permeabilitas dengan faktor fomasi
F sebagai,

(5.5)

Jika diplot hubungan antara permeabilitas k terhadap faktor formasi,


Katsube dan Hume, (1987) memperoleh rumusan sebagai,
(5.6)

dengan a dan u adalah koefisien yang diperoleh secara empiris. Misal untuk
batupasir Bunter (Northwest Lancashire, Inggris) diperoleh persamaan
(5.7)
dan untuk batu granit (Minesota, USA)
(5.8)
Pape, (Schön, 1998) megjeneralisasi persamaan Kozeny-Carman menjadi,

(5.9)
-1
dengan k dalam (md), Spor dalam (m ) dan qo adalah faktor lithologi.
Spor dapat ditentukan dengan metode fisik, stereografis, pengukuran NMR
(nuclear magnetic resonance), pengukuran konduktivitas listrik, atau
spektroskopi sinar gamma alamiah (Schön, 1998). Pendekatan estimasi
permeabilitas dari model mineralogi dilakukan dengan memodifikasi sifat
geometri pori pada persamaan Kozeny-Carman dengan jumlah unsur-
unsur mineral dalam bentuk,

(5.10)

dengan Mi adalah fraksi berat setiap komponen mineral, Bi adalah


parameter yang nilainya tertentu pada setiap mineral, misal kuarsa (0,1),
feldspar (1), calcite (-2,5), kaolinit (-4,5), illite (-5,5) dan smectite (-7,5).
Af menggambarkan kematangan tekstur sedimen yang besarnya
bergantung pada kandungan maksimum feldspar Fmax yang dirumuskan
oleh persamaan,
(5.11)

Dari persamaan-persamaan di atas, bahwasanya pengaruh distribusi


ukuran butir, bentuk butir, morphologi pori, koneksitas pori, dan efek
antarmuka telah diabaikan. Hal ini membuat para ahli lainnya berfikir
untuk membuat model dan konsep-konsep yang lebih baik dan realistis,
seperti adanya model sphagetti yang merupakan sekelompok tabung-
tabung kapiler yang tersebar paralel, model network dengan distribusi
statistik dari irisan kanal, geometri pori, panjang kanal pori dan
konfigurasi jaringan kanal pori, model yang berdasarkan teori percolasi
(resapan), dan model hole pigeon yang menggunakan pendekatan dimensi
fraktal (Schön, 1998).
Tugas 1. Fisika Batuan

RESUME
PORE SPACE PROPERTIES

OLEH
ARFIAN
R1A117003

JURUSAN TEKNIK GEOFISIKA


FAKULTAS ILMU DAN TEKNOLOGI KEBUMIAN
UNIVERSITAS HALU OLEO
KENDARI
2019

Anda mungkin juga menyukai