Oleh :
MEIYOLA ARISKA
No. BP. 1511211036
Oleh :
MEIYOLA ARISKA
No. BP. 1511211036
Oleh :
MEIYOLA ARISKA
No. BP. 1511211035
Hasil penelitian skripsi ini telah diperiksa, disetujui dan siap untuk dipertahankan
dihadapan tim penguji hasil penelitian skripsi
Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Andalas
Pembimbing I Pembimbing II
Ayulia Fardila Sari ZA, SKM, MPH Dra. Sri Siswati, Apt, SH, M.Kes
NIP. 198907042019032011 NIP 196403081992032011
PERNYATAAN PENGESAHAN
DATA MAHASISWA:
JUDUL PENELITIAN:
FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN PEMANFAATAN
PELAYANAN KESEHATAN OLEH LANJUT USIA DI PUSKESMAS KOTA
PADANG TAHUN 2019
Menyatakan bahwa yang bersangkutan telah memenuhi persyaratan akademik
dan administrasi untuk mengikuti ujian hasil penelitian skripsi Fakultas Kesehatan
Masyarakat Universitas Andalas.
Padang, September 2019
Mengetahui, Mengesahakan,
Ketua Departemen Administrasi Kebijakan Ketua Prodi S1 Kesehatan Masyarakat
Kesehatan (AKK) FKM Universitas Andalas
FKM Universitas Andalas
Dr. Syafrawati, SKM, M.Comm Health Sc Ade Suzana Eka Putri, Ph.D
NIP. 197909192005012001 NIP. 198106052006042001
PERNYATAAN TIDAK PLAGIAT
Meiyola Ariska
No.BP.1511211036
DAFTAR RIWAYAT HIDUP
Riwayat Pendidikan :
1. SDN 23 Lubuk Alung, lulus tahun 2009
2. SMPN 4 Lubuk Alung, lulus tahun 2012
3. SMAN 1 Lubuk Alung, lulus tahun 2015
4. Ilmu Kesehatan Masyarakat Fakultas Kesehatan Masyarakat
Universitas Andalas, lulus tahun 2019
Bismillahirahmanirrahim…
Teruntuk mama (Jusmaniar, S.Pd) dan Papa (Amrizal) tercinta, terimakasih telah
selalu berikhtiar dan berdoa demi anakmu, Meiyola Ariska. Kakak dan abang
tersayang terimakasih sudah mau membimbing dan memberikan semangat selama
ini. Doakan semoga meiyola bisa sukses dan banyak rezeki agar bisa
membahagiakan kalian semua keluargaku tercinta.
A lots of thanks for geng santuy yang sudah mau bersama-sama berjuang dari maba
hingga hari ini ai, ica, puti, ani kita bisa menyelesaikan studi bersama-sama
especially my lovely bestfriend Irene Putri Rahayu yang selalu ada dan mengerti.
Afrinaldo Bastian. Bestfriend forefer astrid, diah, ully, yaya, open walau jauh tp
tetap selalu ada. Intania dan Lovina Velesia my lovely classmate dari awal maba.
Magang BPJS Ketenagakerjaan amak, indah, intan, keken, mira si kijang, PBL
Paninjauan yolla yang selalu buat tertawa, cici kambiang, ufi, ifa, dini dan bg
novri., Pastati Family especially Tessi dan Febri yang mewarnai hari-hariku selama
KKN di desa Pasir Talang Timur, Nevris Marta yang selalu siap sedia disaat-saat
genting, AKKtif 2015, Generasi Pe15ai, UKM SAFE, teman online-ku and anyone
else.
“Nikmatilah setiap prosesmu, ambillah himah dari setiap langkah yang telah
ditempuh, dengarlah suara hati dan peganglah prinsip karena Allah.”
(With love Meiyola Ariska, 15 Oktober 2019)
FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT
UNIVERSITAS ANDALAS
ABSTRAK
Tujuan
Laporan tahunan Dinas Kesehatan Kota Padang tahun 2017, Kota Padang belum
mencapai target nasional cakupan pelayanan kesehatan lansia yaitu sebesar 17,8%
dari target 100%. Tujuan penelitian untuk mengetahui faktor-faktor yang
berhubungan dengan pemanfaatan pelayanan kesehatan oleh lanjut usia di Puskesmas
Kota Padang tahun 2019.
Metode
Desain penelitian adalah cross sectional. Populasi yaitu lanjut usia berumur ≥60
tahun di wilayah kerja Puskesmas Ulak Karang, Puskesmas Lubuk Begalung,
Puskesmas Bungus, Puskesmas Pegambiran, Puskesmas Lubuk Kilangan, Puskesmas
Padang Pasir, Puskesmas Andalas, Puskesmas Kuranji, Puskesmas Lubuk Buaya,
Puskesmas Pemancungan, Puskesmas Pauh dan Puskesmas Nanggalo. Sampel dipilih
dengan teknik accidental sampling sebanyak 106 orang. Pengumpulan data
menggunakan kuesioner dengan wawancara. Analisis data dengan cara univariat dan
bivariat.
Hasil
Lebih dari separuh responden tidak memanfaatkan pelayanan kesehatan di
Puskesmas 67%, responden berpengetahuan tinggi 52,8%, responden bersikap
negatif 52,8%, responden berpendapatan rendah 80,2%, responden dengan penilaian
perilaku petugas kesehatan positif 57,5% dan lansia dengan dukungan keluarga baik
51,9%. Terdapat hubungan signifikan antara pengetahuan, sikap, dan perilaku
petugas kesehatan (p<0,05) dengan pemanfaatan pelayanan kesehatan di Puskesmas.
Tidak terdapat hubungan yang signifikan antara pendapatan dan dukungan keluarga
(p>0,05) dengan pemanfaatan pelayanan kesehatan di Puskesmas.
Kesimpulan
Pengetahuan, sikap dan perilaku petugas kesehatan merupakan faktor-faktor yang
berhubungan dengan pemanfaatan pelayanan kesehatan di Puskesmas Kota Padang
tahun 2019. Disarankan Puskesmas dan Dinas Kesehatan meningkatkan sosialisasi
mengenai jenis pelayanan kesehatan lanjut usia di puskesmas melalui upaya
promosi/edukasi kesehatan menggunakan media seperti brosur, poster, leaflet dan
pamflet.
i
FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT
UNIVERSITAS ANDALAS
ABSTRACT
Objectives
The annual report of the Padang City Health Office in 2017, the city of Padang has not yet
reached the national target of coverage for elderly health services at 17.8% of the 100%
target. The research objective was to determine the factors associated with the utilization of
health services for the elderly at the Padang City Health Center in 2019.
Method
The research design method was cross sectional. The population is the elderly aged more or
at least 60 years in the working area of the Ulak Karang Health Center, Lubuk Begalung
Health Center, Bungus Health Center, Pegambiran Health Center, Lubuk Kilangan Health
Center, Padang Pasir Health Center, Andalas Health Center, Kuranji Health Center, Lubuk
Buaya Health Center, Pemancungan Health Center, Pauh Health Center dan Nanggalo Health
Center. Samples were selected by accidental sampling technique as many as 106 people.
Data collection using a questionnaire with interviews. Data analysis by means of univariate
and bivariate
Results
More than half of respondents (67%) did not utilize health services at the Health Center,
52,8% respondents were knowledgeable, 52,8% respondents were behave negatively, 80,2%
respondents were low income worker , 57,5% respondents with an assessment of employee
behavior positive health, and 51,9% Elderly with good family support. There is a significant
relationship between knowledge, attitude, and the behavior of health center workers (p
<0,05) with the utilization of health services at the Health Center. There is no significant
relationship between income and family support (p> 0,05) with the utilization of health
services at the Health Center.
Conclusion
Knowledge, attitudes and behavior of health Center workers are factors related to the
utilization of health services in Padang City Health Center in 2019. It is recommended that
health center and the Health Office to increase the socialization of the types of elderly health
services at health centers through health promotion/education efforts using media such as
brochures, posters, leaflets and pamphlets.
BIBLIOGRAPHY : 37 (2008-2018)
Keywords : Utilization of health service , Elderly, Health center
ii
KATA PENGANTAR
iii
Penulis menyadari bahwa skripsi ini masih banyak kekurangan dan jauh dari
kesempurnaan. Untuk itu dengan segala kerendahan hati penulis menerima kritik
dan saran yang membangun demi kesempurnaan skripsi ini.
Penulis
iv
DAFTAR ISI
v
2.2.2 Fungsi Puskesmas.................................................................................22
2.3 Pelayanan Kesehatan Lanjut Usia di Puskesmas.........................................23
2.4 Pemanfaatan Pelayanan Kesehatan..............................................................30
2.5 Perilaku Kesehatan.......................................................................................32
2.5.1 Pengertian Perilaku Kesehatan..............................................................32
2.5.2 Determinan Perilaku Kesehatan............................................................32
2.6 Faktor Yang Berhubungan Pemanfaatan Pelayanan Kesehatan...................36
2.6.1 Pengetahuan..........................................................................................36
2.6.2 Sikap......................................................................................................38
2.6.3 Pendapatan............................................................................................40
2.6.4 Perilaku Petugas Kesehatan..................................................................41
2.6.5 Dukungan Keluarga...............................................................................42
2.7 Kerangka Teori.............................................................................................43
2.8 Kerangka Konsep.........................................................................................44
2.9 Hipotesis Penelitian......................................................................................44
2.10 Telaah Sistematik.......................................................................................46
BAB 3 : METODE PENELITIAN......................................................................49
3.1 Jenis Penelitian.............................................................................................49
3.2 Waktu dan Tempat........................................................................................49
3.3 Populasi dan Sampel....................................................................................50
3.3.1 Populasi.................................................................................................50
3.3.2 Sampel...................................................................................................50
3.3.3 Teknik Pengambilan Sampel.................................................................51
3.3.4 Kriteria Inklusi dan eksklusi.................................................................52
3.4 Definisi Operasional.....................................................................................54
3.5 Metode Pengumpulan Data..........................................................................55
3.5.1 Data Primer...........................................................................................55
3.5.2 Data Sekunder.......................................................................................55
3.6 Teknik Pengolahan Data...............................................................................55
3.6.1 Menyunting Data (Editing)...................................................................55
3.6.2 Coding...................................................................................................56
3.6.3 Entry Data.............................................................................................57
3.6.4 Cleaning................................................................................................57
3.7 Teknik Analisis Data....................................................................................57
3.7.1 Analisis Univariat..................................................................................57
3.7.2 Analisis Bivariat....................................................................................57
3.8 Instrumen Penelitian.....................................................................................58
vi
3.9 Uji Validitas dan Reliabilitas Data Kuesioner..............................................58
3.9.1 Uji Validitas...........................................................................................58
3.9.2 Uji Reliabilitas......................................................................................60
BAB 4 : HASIL.....................................................................................................61
4.1 Gambaran Umum Lokasi Penelitian............................................................61
4.2 Karakteristik Responden..............................................................................62
4.3 Analisis Univariat.........................................................................................63
4.3.1 Pemanfaatan Pelayanan Kesehatan.......................................................63
4.3.2 Pengetahuan..........................................................................................64
4.3.3 Sikap......................................................................................................65
4.3.4 Pendapatan............................................................................................67
4.3.5 Perilaku Petugas Kesehatan..................................................................67
4.3.6 Dukungan Keluarga...............................................................................69
4.4 Analisis Bivariat...........................................................................................70
4.4.1 Hubungan Pengetahuan dengan Pemanfaatan Pelayanan Kesehatan
oleh Lanjut Usia di Puskesmas Kota Padang Tahun 2019.....................71
4.4.2 Hubungan Sikap dengan Pemanfaatan Pelayanan Kesehatan oleh
Lanjut Usia di Puskesmas Kota Padang Tahun 2019.............................71
4.4.3 Hubungan Pendapatan dengan Pemanfaatan Pelayanan Kesehatan
oleh Lanjut Usia di Puskesmas Kota Padang Tahun 2019.....................72
4.4.4 Hubungan Perilaku Petugas Kesehatan dengan Pemanfaatan
Pelayanan Kesehatan oleh Lanjut Usia di Puskesmas Kota Padang
Tahun 2019.............................................................................................73
4.4.5 Hubungan Dukungan Keluarga dengan Pemanfaatan Pelayanan
Kesehatan oleh Lanjut Usia di Puskesmas Kota Padang Tahun 2019
................................................................................................................74
BAB 5 : PEMBAHASAN.....................................................................................76
5.1 Analisis Univariat.........................................................................................76
5.1.1 Distribusi Frekuensi Pemanfaatan Pelayanan Kesehatan oleh Lanjut
Usia........................................................................................................76
5.1.2 Distribusi Frekuensi Pengetahuan Lanjut Usia.....................................77
5.1.3 Distribusi Frekuensi Sikap Lanjut Usia................................................78
5.1.4 Distribusi Frekuensi Pendapatan Lanjut Usia.......................................79
5.1.5 Distribusi Frekuensi Perilaku Petugas Kesehatan.................................80
5.1.6 Distribusi Frekuensi Dukungan Keluarga.............................................81
5.2 Analisis Bivariat...........................................................................................83
5.2.1 Hubungan Pengetahuan dengan Pemanfaatan Pelayanan Kesehatan
oleh Lanjut Usia di Puskesmas Kota Padang.........................................83
5.2.2 Hubungan Sikap dengan Pemanfaatan Pelayanan Kesehatan oleh
Lanjut Usia di Puskesmas Kota Padang Tahun 2019.............................84
vii
5.2.3 Hubungan Pendapatan dengan Pemanfaatan Pelayanan Kesehatan
oleh Lanjut Usia di Puskesmas Kota Padang Tahun 2019.....................86
5.2.4 Hubungan Perilaku Petugas Kesehatan dengan Pemanfaatan
Pelayanan Kesehatan oleh Lanjut Usia di Puskesmas Kota Padang
Tahun 2019.............................................................................................87
5.2.5 Hubungan Dukungan Keluarga dengan Pemanfaatan Pelayanan
Kesehatan oleh Lanjut Usia di Puskesmas Kota Padang Tahun 2019
................................................................................................................88
BAB 6 : KESIMPULAN DAN SARAN..............................................................90
6.1 Kesimpulan..................................................................................................90
6.2 Saran.............................................................................................................91
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN
viii
DAFTAR TABEL
ix
DAFTAR GAMBAR
x
DAFTAR ISTILAH/SINGKATAN
xi
DAFTAR LAMPIRAN
xii
BAB 1 : PENDAHULUAN
lanjut usia adalah seseorang yang telah mencapai umur 60 (enam puluh) tahun
keatas. Jumlah penduduk tua bertambah dengan pesat baik di negara maju maupun di
negara berkembang, hal ini disebabkan oleh rendahnya angka fertilitas (kelahiran)
dan angka mortalitas (kematian), serta tingginya angka harapan hidup (life
sanitasi, pelayanan kesehatan serta kemajuan tingkat pendidikan dan sosial ekonomi
yang semakin bagus. Populasi lansia diprediksi terus mengalami peningkatan baik
secara global, Asia dan Indonesia. Tahun 2015 sudah memasuki era penduduk menua
(ageing population) karena jumlah penduduk yang lansia sudah melebihi angka 7
persen.(1)
lansia di Indonesia sebesar 8,1% dari total penduduk di Indonesia, tahun 2017
meningkat menjadi 9,03%. Diprediksi jumlah penduduk lansia pada tahun 2030
sebesar 12,9 % di Indonesia, 17,1 % di Asia, dan 16,4% di Dunia. (1) Usia Harapan
Hidup (UHH) merupakan salah satu indikator pembangunan kesehatan. Data Badan
Pusat Statistik tahun 2015 menyatakan Usia Harapan Hidup (UHH) penduduk
Indonesia terus meningkat. Pada tahun 2005-2010 UHH adalah 69,1 tahun, pada
tahun 2010-2015 UHH meningkat menjadi 70,1 tahun dan diproyeksikan akan terus
1
2
meningkat pada tahun 2020-2035 seiring dengan Usia Harapan Hidup (UHH)
perubahan fisik dan mental, spiritual, ekonomi dan sosial. Salah satu permasalahan
yang sangat mendasar pada lansia adalah masalah kesehatan. Lansia merupakan
salah satu kelompok yang sangat rentan terserang penyakit. Proses penuaan
mengakibatkan daya tahan tubuh lansia menurun sehingga penyakit tidak menular
dan penyakit menular banyak muncul pada lansia. Masalah kesehatan yang dialami
oleh lansia adalah munculnya penyakit degeneratif akibat proses penuaan, gangguan
gizi (malnutrisi), penyakit infeksi serta masalah kesehatan gigi dan mulut.(2-3)
2013 yaitu hipertensi (57,6%), artritis (51,9%), stroke (46,1%), masalah gigi dan
mulut (19,1%), penyakit paru obstruktif menahun (8,6%) dan diabetes mellitus
(4,8%). Pada dasarnya penyakit yang diderita lansia jarang dengan diagnosis tunggal,
penyakit, sekitar 28% dengan 2 (dua) penyakit, sekitar 14,6% dengan 3 (tiga)
penyakit, sekitar 6,2% dengan 4 (empat) penyakit, sekitar 2,3% dengan 5 (lima)
penyakit, sekitar 0,8% dengan 6 (enam) penyakit, dan sisanya dengan tujuh penyakit
atau lebih. Hanya kurang dari 15% yang tidak sakit menunjukkan upaya peningkatan
lansia aktif dan sehat (active and healthy ageing) harus segera dilakukan. Untuk itu
perlu diupayakan agar hal ini tidak menjadi beban pelayanan kesehatan di masa yang
akan datang.(2-3)
masyarakat itu sendiri. Perhatian yang diberikan dapat bersumber dari berbagai
aspek, baik aspek kehidupan, sosial, ekonomi dan kesehatan. Pemeliharaan kesehatan
lansia harus ditunjukan agar tetap hidup sehat dan produktif secara sosial dan
tingkat lanjutan.(4)
dan rehabilitatif tingkat dasar bagi lansia. Pelayanan kesehatan lansia di Puskesmas
terintegrasi dengan memperhatikan aspek geriatri pada Lanjut Usia. Oleh sebab itu,
diterbitkan juga Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 25 tahun 2016 tentang Rencana
Aksi Nasional Kesehatan Lanjut Usia Tahun 2016-2019 untuk memberikan acuan
bagi pemerintah pusat, pemerintah daerah, dan pemangku kepentingan lain berupa
rangka peningkatan derajat kesehatan lansia untuk mencapai lansia yang sehat,
mandiri, aktif, produktif dan berdayaguna bagi keluarga dan masyarakat. Kebijakan
tingkat pertama dan fasilitas kesehatan rujukan tingkat lanjutan yang melaksanakan
4
bidang kesehatan lanjut usia, meningkatkan peran serta dan pemberdayaan keluarga,
masyarakat dan lanjut usia dalam upaya peningkatan kesehatan lanjut usia, dan
meningkatkan peran serta lanjut usia dalam upaya peningkatan kesehatan keluarga
pelaksanaan pelayanan kesehatan lanjut usia yang melibatkan lintas program, lintas
kondisi fisik yang terjadi pada lansia seperti sedang sakit dan faktor tidak adanya
Data lanjut usia dengan tempat berobat menunjukkan bahwa mayoritas lansia berobat
jalan ke fasilitas kesehatan (52,43%). Jika dilihat dari jenis fasilitas kesehatan,
sebesar 27,84%, ke rumah sakit pemerintah sebesar 11,46% dan rumah sakit swasta
sebesar 8,8%.(1) Hal ini menunjukan bahwa kontribusi lansia dalam pelaksanaan
seperti pendataan sasaran usia lanjut, penyuluhan kesehatan usia lanjut, pembinaan
5
kebugaran melalui senam usia lanjut dan rekreasi bersama, deteksi dini keadaan
lintas sektor terkait melalui asas kemitraan dengan melakukan pembinaan terpadu
pada kegiatan yang di laksanakan di kelompok usia lanjut, fasilitas dan bimbingan
pelayanan kesehatan. Terdiri atas tiga kategori yaitu faktor predisposisi (pendidikan,
fisik, jarak tempuh ke sarana kesehatan dan fasilitas kesehatan yang ada) dan faktor
terhadap kesehatan. Jika masyarakat tahu apa saja pelayanan puskesmas, maka
berubah seiring dengan pengetahuan seperti apa yang diketahuinya. Hal ini didukung
oleh penelitian Roy C.F Weku pada tahun 2012 di Puskesmas Kema Minahasa Utara
pelayanan kesehatan. Seseorang yang memiliki sikap yang baik maka akan lebih
Asma Yunita pada tahun 2013 menyatakan bahwa terdapat hubungan yang bermakna
ekstensif dalam pelayanan kesehatan, orang yang berpendapatan tinggi juga lebih
& Amir, M pada tahun 2014, terdapat hubungan antara pendapatan dengan
p value =0,001.(12)
berpakaian ketika melakukan pelayanan kesehatan. Penelitian Hersi pada tahun 2013
Keluarga merupakan orang yang terdekat yang sering ditemui. Dukungan dari
empati, ataupun bantuan yang dapat membuat individu merasa lebih tenang dan
dengan cakupan pelayanan kesehatan lansia yang terendah yaitu sebesar 27%.(14)
Provinsi Sumatera Barat berbeda dari tahun 2015 sampai dengan tahun 2017. Pada
tahun 2015 sebesar 12.770 orang atau 15,42%, tahun 2016 mengalami peningkatan
sebesar 12.770 orang atau 21.31 % sedangkan pada tahun 2017 menurun sebesar
11.148 orang atau 17,8%. Hal ini disebabkan oleh sulitnya menjangkau lansia yang
mejadi sasaran dari pelayanan kesehatan. Jika dilihat berdasarkan gender, lansia
kesehatan masih belum mencapai target nasional yang tercantum dalam Permenkes
sebesar 100% dimana warga negara usia 60 tahun keatas melakukan skreening
kesehatan sesuai standar minimal 1 kali di wilayah kerjanya dalam kurun waktu satu
tahun.(8)
61 buah Puskesmas Pembantu dan 82 buah Poskeskel dengan total jumlah penduduk
927.011 jiwa.(18) Dari data cakupan pelayanan kesehatan lansia di Kota Padang,
setiap Kecamatan di Kota Padang yaitu Puskesmas Ulak Karang sebesar 1,0%,
Hal ini menunjukan banyaknya Puskesmas di Kota Padang yang tidak mencapai
target yang telah ditetapkan sebagaimana yang terdapat pada tabel berikut.
Hasil survei awal yang penulis lakukan melalui wawancara terhadap sepuluh
(10) orang lansia di Puskesmas Kota Padang diperoleh informasi terdapat beberapa
saat kondisi sehat, responden memiliki pendapatan kurang dari UMR Sumatera
Barat tahun 2019, terdapat 7 orang responden menyatakan perilaku tenaga kesehatan
di Puskesmas ramah terhadap pasien yang berobat serta mendapat dukungan dari
masalah dalam penelitian ini adalah apakah faktor-faktor yang berhubungan dengan
pemanfaatan pelayanan kesehatan oleh lanjut usia di Puskesmas Kota Padang Tahun
2019?
Tujuan umum dari penelitian ini adalah untuk mengetahui faktor-faktor apa
saja yang berhubungan dengan pemanfaatan pelayanan kesehatan oleh lanjut usia di
2019.
2019.
1. Bagi Penulis
sebagai wadah dlam mengaplikasikan ilmu yang didapat selama kuliah serta
Universitas Andalas.
3. Bagi Puskesmas
Puskesmas oleh lanjut usia dan sebagai dasar dalam mengambil kebijakan
Puskesmas berikutnya.
dengan pemanfaatan pelayanan kesehatan oleh lanjut usia di Puskesmas Kota Padang
tahun 2019 dilihat dari variabel dependen (pemanfaatan pelayanan kesehatan) dan
lanjut usia adalah seseorang yang telah mencapai umur 60 (enam puluh) tahun
keatas. Lansia disebut sebagai tahap akhir dari perkembangan pada daur kehidupan
manusia. Lansia adalah kelompok orang yang sedang mengalami suatu proses
perubahan secara bertahap dan dalam waktu tertentu. (1, 19, 20)
kesehatan.
12
13
perubahan. Perubahan yang biasa terjadi pada lansia meliputi perubahan fisik, sosial,
dan psikologis.(21)
1) Perubahan Fisik
menarik napas lebih berat, alveoli jadi melebar dan jumlahnya menurun,
kaku (atrofi otot), kram, tremor, tendon mengerut, dan terjadi sklerosis.
m. Kulit : Kulit menjadi keriput, kulit kepala dan rambut semakin menipis,
n. Belajar dan memori : Kemampuan untuk belajar masih ada tetapi relatif
pengaruh.
2) Perubahan Sosial
f. Pensiun : Jika menjadi pegawai negeri maka akan ada tabungan (dana
pensiun), tetapi jika tidak maka anak dan cucu yang akan memberi uang.
yang dianut.
3) Perubahan Psikologis
1) Depresi
merasa tenang dan senang dalam hidupnya, distorsi dalam perilaku makanan,
bahwa hidup ini tidak berguna dan tidak efektif, tidak percaya diri,
perilaku rentan merusak diri secara tidak langsung, dan berpikiran ingin
bunuh diri.
17
terbangun dari tidur dan tidak bisa untuk tidur kembali, berulang kali terjaga
seksual dan sosial. Inkontinensia merupakan salah satu gejala penyakit serius
yang melatarbelakanginya.
4) Cepat lelah
pada umumnya adalah aktivitas yang terlalu monoton, intensitas lama kerja
fisik dan mental, keadaan lingkungan sekitar, faktor mental seperti tanggung
5) Nyeri sendi
Nyeri sendi yaitu gangguan yang paling sering dirasakan pada sendi
lutut setelah berjalan kaki. Resiko nyeri sendi yang dihadapi perempuan lebih
besar, terutama saat memasuki masa monopause. Nyeri sendi terjadi akibat
kerusakan jaringan ikat pada sendi. Nyeri yang terjadi pada persendian juga
disebabkan oleh pembengkakan sendi atau artritis, ketegangan pada otot atau
18
pembengkakan kantong cairan pada sendi atau bursitis. Ketiga gangguan ini
dipicu oleh kelelahan, salah posisi, influenza, dan rematik atau asam urat.
1) Penyebab penyakit
berasal dari luar tubuh (eksogen). Hal ini diakibatkan karena pada lansia telah
2) Gejala penyakit yang timbul sering tidak khas atau tidak jelas
Contoh yang terjadi pada gejala ini ialah pada penyakit paru
(pneumonia) sering kali tidak ditemui demam tinggi dan batuk berdarah,
menganggap penyakit yang dideritanya tidak berat dan tidak perlu diobati.
dengan orang dewasa. Fungsi organ vital dalam tubuh lansia, seperti ginjal
dan hati yang berperan dalam mengolah obat-obat yang masuk ke dalam
masuk akan menumpuk dalam tubuh dan terjadi keracunan obat dengan
segala komplikasinya. Maka dosis yang diberikan pada lansia perlu dikurangi
difokuskan pada gangguan fisik saja, tetapi juga pada gangguan jiwa yang
yaitu:(19)
1) Promosi (Promotion)
2) Pencegahan (Prevention)
dan sistem syaraf. Kecacatan dibagi atas 3 yaitu kecacatan sementara yang
kembali, kecacatan menetap yang mana tidak dapat dipulihkan kembali akan
tetapi dapat disubstitusi dengan alat, dan kecacatan progresif yang mana tidak
5) Pemulihan (Rehabilitation)
f) Mempertahankan kulit.
21
j) Mempertahankan komunikasi.
2.2 Puskesmas
2.2.1 Definisi
kecamatan yang dimaksudkan sebagai pengganti keberadaan rumah sakit dan klinik-
kesehatan masyarakat terutama ibu dan anak di setiap kecamatannya, terlebih lagi
pada daerah pedalaman yang sulit untuk menjangkau wilayah rumah sakit
dikarenakan akses terhadap infrastruktur desa yang masih kurang. Menurut Azrul
tingkat pertama, dengan lebih mengutamakan upaya promotif dan preventif, untuk
pertama dan Upaya Kesehatan Perseorangan (UKP) tingkat pertama serta sebagai
dengan benar tanpa bantuan pihak lain. Indikator yang digunakan untuk
masyarakat lainnya.
c. Mudah dicapai
masyarakat
d. Mudah dijangkau
e. Bermutu
diselenggarakan dan dapat memuaskan para pemakai jasa pelayanan serta tata
cara penyelenggaraannya sesuai dengan kode etik dan standar yang telah
ditetapkan.
sehingga lanjut usia tidak harus mengantri bersama dengan pasien umum lainnya saat
juga dilakukan di ruangan pemeriksaan umum dengan syarat pasien lanjut usia harus
yaitu:(6)
penilaian menyeluruh terhadap lanjut usia baik dari aspek biologis, kognitif,
penatalaksanaan terhadap lanjut usia. CGA dilakukan oleh tim yang dipimpin
oleh dokter dengan anggota lainnya yaitu perawat, tenaga gizi, dan tenaga
jantung harus dilakukan pada posisi pasien berbaring dan duduk serta
b) Pemeriksaan Jasmani
neurologik.
IMT (jika masih dapat berdiri tegak), atau mengukur panjang depa, tinggi
lutut, atau tinggi duduk (jika pasien tidak dapat berdiri tegak).
lanjut usia maka perlu dicatat bahwa data yang didapat dari keterangan
pada lanjut usia yaitu mature, dependent, self hater, angry, angkuh, dan
lain-lain.
kondisi kesehatan fisik dan mental lanjut usia seperti perlakuan yang
pasien.
berat.
psiko-kognitif).
ditentukan.
dirujuk ke RS.
Lanjut usia yang sehat merupakan lanjut usia berdasarkan hasil pengkajian
paripurna geriatri termasuk dalam kategori kelompok 1 dan 2 yaitu lanjut usia yang
terbebas dari ketergantungan kepada orang lain atau tergantung kepada orang lain
tapi sangat sedikit, atau mempunyai penyakit yang terkontrol dengan kondisi medik
yang baik. Dari hasil pengkajian paripurna geriatri, bagi Lanjut Usia sehat atau lanjut
a) Latihan fisik seperti senam lanjut usia, senam osteoporosis dan senam lainnya.
c) Stimulasi kognitif
g) Berinteraksi sosial
30
kegiatan bisa dilakukan 1 sampai 2 kali/ minggu atau 1 sampai 2 kali perbulan sesuai
penggunaan fasilitas pelayanan yang disediakan baik dalam bentuk rawat jalan,
rawat inap, kunjungan rumah oleh petugas kesehatan ataupun bentuk kegiatan lain
perilaku individu maupun kelompok atau penduduk untuk melakukan atau mencari
pengobatan (24)
1. Tidak bertindak atau tidak melakukan kegiatan apa-apa (no action) dengan
2. Tindakan mengobati sendiri (self treatment), dengan alasan yang sama seperti
telah diuraikan. Alasan tambahan dari tindakan ini adalah karena orang atau
masyarakat tersebut sudah percaya dengan diri sendiri, dan merasa bahwa
tidak diperlukan.
Dari segi biologis, definisi perilaku adalah suatu kegiatan atau aktivitas
makhluk hidup mulai seperti tumbuhan, hewan hingga manusia memiliki perilaku
perilaku manusia, pada hakikatnya adalah tindakan atau aktivitas dari manusia itu
sendiri yang mempenyai bentangan yang sangat luas antara lain berjalan, berbicara,
menangis, tertawa, bekerja, kuliah, menulis membaca dan sebagainya. Dari uraian
diatasa maka dapat disimpulkan bahwa yang dimaksud perilaku manusia, adalah
semua kegiatan atau aktivitas manusia baik yang dapat diamati lansung maupun yang
seseorang terhadap stimulus atau rangsangan dari luar. Pengertian itu dikenal dengan
Perilaku seseorang atau subjek dapat dipengaruhi oleh faktor-faktor baik dari
dalam maupun dari luar. Faktor yang membentuk perilaku disebut dengan
berhubungan dengan kesehatan antara lain teori Lawrence Green (1980), Snehandu
sebagainya.
b. Faktor – faktor pendukung (enabling factors) yang terwujud dalam
dan jamban.
c. Faktor – faktor pendorong (reinforcing factors) terwujud dalam sikap dan
situation).
3. Teori WHO
WHO menganalisis bahwa yang menyebabkan seseorang berprilaku
terhadap obyek.
1. Pengetahuan
Pengetahuan didapat dari pengalaman sendiri atau dari
bahwa api itu panas setelah memperoleh pengalaman kalau kaki atau
atau dari orang lain yang paling dekat. Sikap dapat membuat
seseorang mendekati atau menjauhi orang lain atau objek lain. Sikap
group.
c. Sumber – sumber daya (resources)
Sumber daya ini mencakup fasilitas, waktu, tenaga, dan uang.
bersama.
2.6.1 Pengetahuan
sebagai “kepercayaan sejati yang dibenarkan (valid)” (justified true belief). Menurut
Notoadmodjo (2003), pengetahuan adalah hasil dari tahu dan ini terjadi setelah orang
proses pembelajaran. Dalam proses belajar ini dipengaruhi berbagai faktor dari
dalam seperti motivasi dan faktor dari luar berupa saran informasi yang tersedia,
pada manusia. Tahapan pengetahuan menurut Benjamin S. Bloom (1956) ada enam
1. Tahu (know)
Tahu (know) diartikan sebagai memanggil (recall) atau mengingat
memori yang tetah ada sebelumnya setelah mengamati sesuatu atau dari
tersebut tahu apa yang telah diterima adalah seserang tersebut dapat
2. Memahami (comprehension)
Memahami suatu objek dapat diartikan jika seseorang tersebut tidak
hanya tahu dan dapat menyebutkan kembali tetapi seseorang tersebut telah
yang dipelajari.
3. Aplikasi (aplication)
Aplikasi diartikan sebagai kemampuan untuk menggunakan prinsip
yang telah diketahui tersebut dalam situasi lain atau situasi yang sebenarnya.
objek yang diketahui. Seseorang dikatakan sudah dapat meanalisis suatu hal
37
keselutuhan.
6. Evaluasi (evaluation)
Evaluasi adalah kemampuan untuk melakukan penilaian atau
berlaku di masyarakat.(9)
Berdasarkan penelitian Junaidi dan Asma Yunita pada tahun 2013 diketahui bahwa
value = 0,000.(11) Begitu pula dengan penelitian yang dilakukan Weku, C.F Roy pada
2.6.2 Sikap
Sikap adalah respon tertutup seseorang terhadap stimulus atau objek tertentu
yang melibatkan faktor pendapat dan emosi yang bersangkutan. sikap adalah
penilaian (bisa berupa pendapat) seseorang terhadap stimulus atau objek, dalam hal
ini adalah masalah kesehatan atau penyakit. setelah seseorang mengetahui stimulus
atau objek, proses selanjutnya seseorang akan menilai atau bersikap terhadap
stimulus atau objek kesehatan tersebut. Sikap belum merupakan tindakan atau
aktivitas akan tetapi merupakan predisposisi perilaku. Oleh karena itu indikator
(total attitude). dalam menentukan sikap yang utuh ini, pengetahuan, pikiran,
keyakinan dan emosi memegang peranan penting. Seperti halnya pengetahuan, sikap
a. Menerima (receiving)
(objek).
b. Menanggapi (responding)
c. Menghargai (valuing)
39
atau stimulus, dalam arti membahasnya dengan orang lain bahkan mengajak
maka harus berani mengambil resiko jika ada orang lain yang mencemoohkan
Yunita pada tahun 2013 diketahui bahwa responden dengan sikap positif
dengan pemanfaatan puskesmas dengan nilai p value = 0,000. (11) Begitu pula
dengan penelitian yang dilakukan Weku, C.F Roy pada tahun 2013 menyatakan
2.6.3 Pendapatan
Pendapatan dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia adalah hasil kerja atau
hasil usaha. Jadi dapat disimpulkan bahwa pendapatan bersih seseorang merupakan
keseluruhan jumlah penghasilan yang diterima oleh seseorang sebagai balas jasa atau
hasil. Biro Pusat Statistik merinci pendapatan/penghasilan yaitu berupa uang adalah
segala hasil kerja atau usahanya. Badan Pusat Statistik (BPS) pendapatan adalah
seluruh penghasilan yang diterima baik sektor formal maupun non formal yang
terhitung dalam jangka waktu tertentu. Pendapatan merupakan suatu unsur penting
melalui kegiatan produksi barang atau jasa. Samuleson dan Nordhaus (1992) dalam
uang yang diperoleh atau diterima oleh seseorang selama jangka waktu tertentu.
Peserta yang berpendapatan tinggi cenderung lebih sering atu lebih ekstensif dalam
pelayanan kesehatan, peserta yang berpendapatan tinggi juga lebih sering memeriksa
masyarakat. (25)
Berdasarkan hasil penelitian Rachmawati, D., & Amir, M pada tahun 2014,
pelayanan kesehatan dan terdapat 87,5% responden yang berpendapatan kurang dan
memanfaatkan pelayanan kesehatan . Hal ini berarti ada hubungan antara pendapatan
pelayanan kesehatan dapat dilihat dari sikap yang diberikan oleh petugas kepada
kesehatan.
kesehatan ditengah masyarakat. Petugas kesehatan harus memiliki sikap dan perilaku
yang sesuai dengan nilai kesehatan dan mampu mengkoordinir upaya kesehatan.
41
atau rehabilitatif yang harus dijalani, baik kepada lansia maupun keluaraga
mengusahakan kemudahannya.
Sesuai dengan penelitian Hersi pada pada tahun 2013, menunjukkan bahwa
dari 336 responden yang menilai sikap petugas cukup, 17% memanfaatkan
p = 0.020, dengan demikian dapat disimpulkan bahwa ada hubungan sikap petugas
bantuan yang dapat membuat individu merasa lebih tenang dan aman. Dukungan
didapatkan dari suami atau istri, anak, atau orang terdekat lainnya. Dukungan
juga dengan lansia yang memerlukan dukungan dari keluarga untuk berkunjung ke
Faktor Predisposisi
(Pendorong)
- Jenis Kelamin
- Umur
- Pendidikan
- Pengetahuan
- Sikap
- Keyakinan
- Sosia Budaya
telah dijelaskan, maka dapat dibangun sebuah kerangka konsep seperti diagram di
bawah ini:
Pengetahuan
Sikap
Pendapatan Pemanfaatan
Pelayanan Kesehatan
Dukungan Keluarga
2019.
2019.
46
Pelayanan Kesehatan oleh Lanjut Usia di Puskesmas Kota Padang Tahun 2019 :
Tabel TINJAUAN PUSTAKA.2 Penelitian yang Berkaitan dengan Pemanfaatan Pelayanan Kesehatan oleh Lanjut Usia di
Puskesmas
No Peneliti Tahun Judul Desain Variabel Penelitian Hasil Penelitian
Penelitian Dependent Independent
1 Weku, C.F Roy(10) 2013 Analisis Faktor-faktor yang Cross Pemanfaatan Pengetahuan Ada hubungan antara
Berhubungan dengan Sectional Pelayanan Kesehatan Sikap Pengetahuan dan Sikap terhadap
Pemanfaatan Pelayanan Status Pekerjaan Pemanfaatan Pelayanan
Kesehatan di Puskesmas Kesehatan di Puskesmas dengan
Kema Kabupaten Minahasa P value <0,05
Utara
2 Junaidi, Yunita, A. 2014 Hubungan antara Cross Pemanfaatan Pengetahuan Ada hubungan antara
(11)
Pengetahuan dan Sikap Sectional Pelayanan Kesehatan Sikap Pengetahuan dan Sikap terhadap
Masyarakat dengan Pemanfaatan Pelayanan
Pemanfaatan Puskesmas Kesehatan di Puskesmas dengan
Guguk Panjang Oleh P value <0,05
Masyarakat di Kelurahan
Bikik Cangan KR
Bukittinggi
3 St.Rachmawati, 2014 Faktor yang berhubungan Cross Pemanfaatan Struktur Sosial Ada hubungan antara
Darmawansyah, dengan pemanfaatan Sectional Pelayanan Kesehatan Keyakinan pendapatan terhadap
Muh Yusran Pelayanan Kesehatan di Pendapatan Pemanfaatan Pelayanan
Amir(12) Puskesmas Tamanlarea Pengetahuan Kesehatan di Puskesmas dengan
Kota Makassar P value <0,05
47
5 Sampeluna, 2013 Faktor yang berhubungan Cross Pemanfaatan Umur Ada hubungan antara hubungan
Noviana , Balqis, dengan pemanfaatan Sectional Pelayanan Kesehatan Pekerjaan keluarga dan acuan kelompok
Asiah Hamzah(26) Pelayanan Kesehatan di Pendapatan terhadap Pemanfaatan
Lakipadada Kabupaten Hubungan antara Pelayanan Kesehatan di
Tana Toraja keluarga Puskesmas dengan P value
Acuan Kelompok <0,05
6 Sitompu, Elita 2013 Hubungan pengetahauan, Cross Pemanfaatan Pengetahuan Ada hubungan antara
Faridai(27) sikap dan dukungan Sectional Pelayanan Kesehatan Sikap pengetahuan dan dukungan
keluarga terhadap Dukungan keluarga terhadap Pemanfaatan
pemanfaatan pelayanan keluarga pelayanan kesehatan di
kesehatan di Puskesmas Puskesmasdengan P value <0,05
Onan Hasang Kecamatan
Pahae Julu Tapanuli Utara
7 Gustanela, 2016 Faktor-faktor yang Cross Kunjungan Lansia ke Pendidikan Ada hubungan antara
Oktrina(28) berhubungan dengan Sectional Posyandu Lansia Pengetahuan pengetahuan, sikap dan
kunjungan lansia di wilayah Sikap dukungan keluarga terhadap
kerja Puskesmas Bungus Dukungan kunjungan lansia ke Posyandu
Teluk Kabung Padang Petugas Lansia dengan P Value <0,05
Kesehatan
Dukungan
Keluarga
Jarak
48
pelayanan kesehatan oleh lanjut usia di Puskesmas Kota Padang tahun 2019.
3. Penelitian ini mengambil populasi dan sampel masyarakat berusia enam puluh
study. Cross sectional study adalah suatu penelitian yang mempelajari hubungan
antara variabel dependen yaitu pemanfaatan pelayanan kesehatan oleh usia lanjut di
cakupan pelayanan kesehatan usia lanjut terendah di setiap Kecamatan Kota Padang
49
50
3.3.1 Populasi
Populasi merupakan keseluruhan objek penelitian atau objek yang diteliti. (29)
Populasi pada penelitian ini adalah seluruh masyarakat usia lanjut berumur ≥60
tahun yang bertempat tinggal di wilayah kerja Puskesmas Ulak Karang sebanyak
1378 orang, Puskesmas Lubuk Begalung sebanyak 4475 orang, Puskesmas Bungus
sebanyak 1724 orang, Puskesmas Lubuk Kilangan sebanyak 3704 orang, Puskesmas
Padang Pasir sebanyak 3265 orang, Puskesmas Andalas sebanyak 5734 orang,
Puskesmas Kuranji sebanyak 1930 orang, Puskesmas Lubuk Buaya sebanyak 7264
4550 orang dan Puskesmas Nanggalo sebanyak 2659 orang sehingga jumlah populasi
3.3.2 Sampel
Sampel adalah objek yang diteliti dan diangap mewakili seluruh populasi.
sebagai berikut:(29)
P 1 P N
2
n= Z 1 / 2
d 2 N 1 Z12 / 2 P1 P
Keterangan:
n = Besar sampel
N = Populasi (37.968)
Z12 / 2 = nilai baku distribusi normal untuk α = 0,05 dan CI 95% (1,96)
51
P 1 P
2
n= NZ 1 / 2
d 2 N 1 Z12 / 2 P1 P
=95,79
=96
adalah minimal sebesar 96, untuk mengantisipasi adanya responden yang drop out
maka perlu adanya sampel cadangan sebesar 10% dari besar sampel yaitu sebanyak
10 orang. Jadi besar sampel yang diperlukan dalam penelitian ini adalah sebanyak
dengan membagi subjek dari setiap wilayah ditentukan seimbang dengan banyaknya
subjek dari masing-masing wilayah tersebut sehingga didapatkan hasil yang rata
dapat digunakan sebagai sampel, bila dipandang orang yang kebetulan ditemui itu
52
cocok sebagai sumber data.(29) Adapun besar sampel untuk masing-masing Puskesmas
X
n= N1
N
N1 = Total Sampel
Maka didapatkan:
1. Kriteria Inklusi
53
penelitian.
2. Kriteria Eklsklusi
Variabel Independen
Pengetahuan Hal-hal yang berkaitan dengan pengertian, Wawancara Kuisioner Ordinal 1. Rendah, jika total skor yang diperoleh
sasaran, jenis, jadwal dan alur pelayanan, responden < median
dalam pemanfaatan puskesmas 2. Tinggi, jika total skor yang diperoleh
responden ≥ median (31)
Sikap Kecenderungan responden untuk Wawancara Kuisioner Ordinal 1. Negatif, jika skor yang diperoleh
memberikan respon (baik secara positif responden < mean/median
maupun negatif ) terhadap pemanfaatan 2. Positif, Jika skor yang diperoleh
pelayanan kesehatan di Puskesmas responden ≥ mean/median(30)
Pendapatan Jumlah pendapatan lansia per bulan dari Wawancara Kuisioner Ordinal1. Rendah, < Rp. 2.280.000,00
hasil upah bekerja/non upah bekerja 2. Tinggi, ≥ Rp. 2.280.000,00(32)
(dalam Rupiah).
Perilaku Petugas Keramahan dan kesiapan tenaga kesehatan Wawancara Kuisioner Ordinal 1. Negatif, jika total skor < mean/median
Kesehatan dalam memberikan pelayanan kesehatan 2. Positif, jika total skor ≥ mean/median (30)
termasuk cara petugas berkomunikasi
dengan pasien
Dukungan Keluarga Dukungan dari keluarga untuk mendorong wawancara Kuisioner Ordinal 1. Kurang, jika total skor < mean/median
lansia selalu aktiv memanfaatkan 2. Baik, jika total skor ≥ mean/median (30)
keberadaan puskesmas sebagai pelayanan
kesehatan
55
Data primer yaitu data yang diperoleh langsung dari responden melalui
di Puskesmas dan variabel independen yang terdiri dari pengetahuan, sikap lansia,
Data sekunder berkaitan dengan data-data yang sudah tersedia dan dapat
diperoleh oleh penulis dengan cara membaca dan melihat. Data sekunder penelitian
yaitu cakupan pelayanan kesehatan usia lanjut diperoleh dari pencatatan dan
diperiksa kembali. Apabila ada pengisian informasi yang tidak lenkap dan tidak
3.6.2 Coding
kategori pertanyaan dan jawaban agar dapat merubah data dari berbentuk huruf
menganalisis data dan mempercepat dalam proses entry data. Data entry adalah
kegiatan memasukkan data yang telah dikumpulkan ke dalam master tabel atau base
computer. Pengkodean ini dilakukan pada masing-masing data yang terdapat pada
1. Pengetahuan
2. Sikap
3. Pendapatan
5. Dukungan keluarga
57
memproses data agar data yang sudah dientrikan dapat dianalisis. Pemrosesan data
komputer dengan program aplikasi SPSS. Data yang dianalisis seperti data
3.6.4 Cleaning
Sebelum dilakukan analisa data terhadap data yang sudah dimasukkan, data
dicek kembali untuk melihat apakah masih ada kekurangan dan kesalahan, jika
terdapat kesalahan pada saat entry data, dapat diperbaiki sehingga nilai yang ada
melihat hubungan antar variabel tersebut digunakan uji Chi Square (X2) dengan
tingkat kepercayaan 95% dan α 0,05. Bila p-value lebih kecil dari nilai α 0,05 (p< α
58
0,05) menunjukkan bahwa ada hubungan yang bermakna antara variabel independen
pelayanan kesehatan, sikap lansia, pendapatan lansia, perilaku petugas dan dukungan
penelitian Angelia Primanisa tahun 2017 tentang faktor yang berhubungan dengan
non PBI di wilayah kerja Puskesmas Bungus Kota Padang, Rahmat Ridwan tahun
Limau Kaum I Tanah Datar, dan Deri Putra tahun 2015 tentang faktor yang
Menurut Arikontu (1998) dalam buku Penelitian kuantitatif, validitas adalah suatu
Validitas merupakan uji yang digunakan untuk menunjukan sejauh mana instrumen
tersebut dapat digunakan untuk mengukur apa seharusnya diukur. Suatu item
menunjukan bahwa nilai r hitung > r tabel pada nilai signifikasi 5%. Olehkarena itu
dapat disimpulkan bahwa semua item dalam kuesioner pada setiap variabel pada
Reliabilitas alat penilaian adalah ketepatan alat tersebut dalam menilai apa yang
dinilai artinya kapan pun alat penilai tersebut akan digunakan akan memberikan hasil
yang relatif sama. Kuesioner reliabel jika jawaban seseoran terhadap pernyataan
adalah konsisten atau stabil, dapat dilihat dari nilai alpha lebih besar dari r tabel
pengetahuan sebesar 0,752, sikap 0,802, perilaku petugas kesehatan 0,784, dan
disimpulkan semua pernyataan pada setiap variabel reliabel atau konsisten (nilai
alpha> r tabel).
BAB 4 : HASIL
Kota Padang merupakan salah satu Kota di Provinsi Sumatera Barat. Kota
Padang yang membujur dari Utara ke Selatan memiliki pantai sepanjang 68,126 km
dan terdapat deretan Bukit Barisan dengan panjang daerah bukit (termasuk sungai)
486,209 Km2. Ketinggian wilayah daratan Kota Padang sangat bervariasi, yaitu
antara 0 – 1853 m diatas permukaan laut dengan daerah tertinggi adalah Kecamatan
Lubuk Kilangan.
2. Lubuk Kilangan
3. Lubuk Begalung
4. Padang Selatan
5. Padang Timur
6. Padang Barat
61
62
7. Padang Utara
8. Nanggalo
9. Kuranji
10. Pauh
Kota Padang memiliki wilayah perairan yang dihiasi oleh 19 pulau kecil yang
masuk dalam wilayah administrasi Kota Padang. Kesembilan belas pulau tersebut
tersebar pada 3 Kecamatan dimana yang terbesar adalah Pulau Bintang seluas 56,78
ha, kemudian pulau Sikuai di Kecamatan Bungus Teluk Kabung seluas 48,12 ha dan
Pulau Toran di Kecamatan Padang Selatan seluas 33,67 ha. Selain Pulau Kota
Padang juga memiliki banyak sungai, yaitu 5 sungai besar dan 16 sungai kecil.
Sungai yang terpanjang adalah sungai Batang Kandisi. Pada tahun 2016, penduduk
Kota Padang mencapai 914.968 jiwa, naik sejumlah 12.555 jiwa dari tahun
salah satu unit pelaksana teknis Dinas Kesehatan Kota. Jumlah Puskesmas di Kota
Padang sampai tahun 2018 sebanyak 22 buah. Terdapat 1 unit Puskesmas yang yang
Puskesmas Dadok Tunggul Hitam. Puskesmas terbagi atas dua, yaitu Puskesmas Non
Responden yang berpasrtisipasi pada penelitian ini sebanyak 106 orang lansia
Berdasarkan tabel 4.2 didapatkan bahwa lebih dari separuh (67%) lanjut usia
4.3.2 Pengetahuan
dengan cut of point adalah mean karna data pengetahuan terdistribusi normal yaitu
sebesar 7, dimana lansia yang memiliki skor total pengetahuan <7 maka dikatakan
lansia memiliki pengetahuan rendah, sedangkan lansia yang memiliki skor total
pelayanan kesehatan.
Hasil ditunjukan pada tabel 4.3 hampir dari separuh lansia masih memiliki
pengetahuan yang rendah terhadap pemanfaatan pelayanan kesehatan yaitu sebesar
47,2%. Tabel berikut ini menunjukan distribusi frekuensi pengetahuan ibu pada
masing-masing pertanyaan.
Tabel HASIL.12 Distribusi Frekuensi Pertanyaan Pengetahuan
No Salah Benar
Pertanyaan
f (%) f (%)
1 Menurut Bapak/Ibu apakah kepanjangan dari 23 21,7 83 78,3
Puskesmas
2 Jenis pelayanan kesehatan apa saja yang 80 75,5 26 24,5
disediakan Puskesmas untuk lansia
3 Apakah manfaat melakukan pemeriksaan 73 68,9 33 31,1
kesehatan lansia di Puskesmas
4 Siapakah yang berhak menggunakan pelayanan 0 0 10 100
kesehatan di Puskesmas 6
5 Setiap hari apa saja puskesmas buka untuk 9 8,5 97 91,5
memberikan pelayanan kesehatan
6 Untuk siapakah tempat pelayanan kesehatan 59 55,7 47 44,3
(Puskesmas) disediakan
7 Dimanakah pelayanan kesehatan khusus lansia 9 8,5 97 91,5
disediakan di Puskesmas
8 Bagaimanakah alur pelayanan pasien lansia di 67 63,2 39 36,8
Puskesmas (paling lengkap)
9 Apa yang dimaksud dengan lansia 36 34,0 70 66,0
10 Penyakit apa saja yang sering diderita oleh 9 8,5 97 91,5
lansia
65
banyak dijawab salah oleh lansia yaitu pertanyaan nomor 2 mengenai jenis pelayanan
kesehatan yang disediakan oleh Puskesmas untuk lansia (75,5%), pertanyaan nomor
4.3.3 Sikap
Sikap dibedakan menjadi 2 kategori yaitu negatif dan positif dengan cut of
point adalah mean karena data dari sikap terdistribusi normal yaitu sebesar 35,
dimana lansia yang memiliki skor total sikap <35 maka dikatakan lansia memiliki
sikap negatif, sedangkan lansia yang memiliki skor total ≥35 maka lansia memiliki
Hasil yang ditampilkan pada tabel 4.5 masih didapatkan lebih dari separuh
Puskesmas Kota Padang yaitu sebesar 52,8%. Tabel berikut ini menunjukan
No Pernyataan SS S RG TS STS
f % f % f % f % f %
1 Saya selalu menjaga kesehatan 24 22,6 25 23,6 18 17,0 29 27,4 10 9,4
dengan rutin memeriksakan
kesehatan ke puskesmas
2 Bila saya sibuk, saya akan 7 6,6 9 8,5 17 16,0 48 45,3 25 23,6
menyempatkan datang ke
Puskesmas untuk mendapatkan
pelayanan kesehatan
3 Walaupun badan saya tampak 7 6,6 13 12,3 11 10,4 42 39,6 33 31,1
sehat saya akan selalu
memeriksakan kesehatan di
Puskesmas
4 Pelayanan kesehatan di 29 27,4 32 30,2 15 14,2 25 23,6 5 4,7
Puskesmas disediakan untuk
semua orang baik sehat
maupun sakit
5 Pelayanan kesehatan di 31 29,2 53 50,0 15 14,2 5 4,7 2 1,9
Puskesmas tidak hanya terbatas
pada pengobatan saja
6 Bila saya sakit atau mengalami 23 21,7 29 27,4 27 25,5 14 13,2 13 12,3
keluhan saya lebih memilih
pelayanan kesehatan lain
7 Saya datang ke puskesmas 1 0,9 2 1,9 0 0 21 19,8 82 77,4
memeriksakan kesehatan karna
terpaksa
8 Bila saya sakit atau mengalami 30 28,3 22 20,8 2 1,9 19 17,9 33 31,1
keluhan saya lebih memilih
pengobatan tradisional atau
membeli sendiri obat di
warung
9 Program lanjut usia yang 1 0,9 1 0,9 0 0 55 51,9 49 46,2
diadakan Puskesmas tidak
bermanfaat untuk kesehatan
10 Alur pelayanan kesehatan di 5 4,7 11 10,4 4 3,8 42 39,6 44 41,5
puskesmas sangat rumit
Keterangan :
SS : Sangat Setuju TS : Tidak Setuju
S : Setuju STS : Sangat Tidak Setuju
RG : Ragu-ragu
Pada tabel 4.6 diketahui bahwa terdapat lima pernyataan positif yaitu
penyataan pertama sampai kelima dan pernyataan negatif yaitu pernyataan keenam
Puskesmas Kota Padang. Pernyataan sikap positif yang persentase jawaban tidak
setuju paling tinggi adalah walaupun badan saya tampak sehat saya akan selalu
yang persentase jawaban sangat setuju paling tinggi adalah bila saya sakit atau
67
mengalami keluhan saya lebih memilih pengobatan tradisional atau membeli sendiri
4.3.4 Pendapatan
Pendapatan dibedakan menjadi 2 kategori yaitu tinggi dan rendah. Rendah jika
responden memiliki pendapatan < (2.280.000,00) dan tinggi jika responden memiliki
pendapatan lansia.
Hasil yang ditampilkan pada tabel 4.7 masih didapatkan lebih dari separuh
positif dengan cut of point adalah median karena data dari perilaku petugas kesehatan
tidak terdistribusi normal yaitu sebesar 39, dimana lansia yang memiliki penilaian
terhadap perilaku petugas kesehatan dengan skor total <39 maka dikatakan penilaian
lansia terhadap perilaku petugas kesehatan negatif, sedangkan lansia yang memiliki
penilaian terhadap perilaku petugas kesehatan dengan skor total ≥39 maka dikatakan
Hasil ditunjukan pada tabel 4.8 lebih dari separuh lansia menilai perilaku
petugas kesehatan adalah positif yaitu sebesar 57,5%.Tabel berikut ini menunjukan
No Pertanyaan SS S RG TS STS
f % f % f % f % f %
1 Petugas kesehatan di 1 0,9 3 2,8 1 0,9 53 50,0 48 45,3
Puskesmas tidak cepat
dan tanggap dalam
memberikan pelayanan
kesehatan
2 Saat memberikan 0 0 2 1,9 3 2,8 56 52,8 45 42,5
pelayanan kesehatan
petugas melakukan
pekerjaan lain
3 Petugas kesehatan saat 0 0 5 4,7 13 12,3 39 36,8 49 46,2
ditanya memberi
respon yang tidak baik
4 Petugas kesehatan tidak 0 0 26 24,5 43 40,6 21 19,8 16 15,1
menjelaskan mengenai
pelayanan kesehatan
lanjut usia di
Puskesmas
5 Petugas kesehatan saat 0 0 5 4,7 9 8,5 34 32,1 58 54,7
berbicara menggunakan
nada yang tidak enak
6 Petugas kesehatan 18 17,0 63 59,4 18 17,0 6 5,7 1 0,9
selalu mengajak untuk
ikut program lanjut usia
di Puskesmas
7 Petugas kesehatan 9 8,5 27 25,5 56 52,8 13 12,3 1 0,9
memberikan informasi
secara jelas tentang
kesehatan lansia
8 Petugas kesehatan 11 10,4 47 44,3 37 34,9 11 10,4 0 0
merekomendasikan
untuk memanfaatkan
fasilitas kesehatan yang
telah disediakan oleh
Puskesmas
9 Petugas kesehatan di 14 13,2 64 60,4 16 15,1 12 11,3 0 0
Puskesmas selalu
mengingatkan jadwal
pelayanan kesehatan
10 Petugas kesehatan 16 15,1 59 55,7 19 17,9 12 11,3 0 0
mendorong agar rutin
periksa kesehatan
secara berkala ke
Puskesmas
Keterangan :
SS : Sangat Setuju TS : Tidak Setuju
S : Setuju STS : Sangat Tidak Setuju
RG : Ragu-ragu
69
Pada tabel 4.9 diketahui bahwa terdapat lima pernyataan negatif yaitu
penyataan pertama sampai kelima dan pernyataan positif yaitu pernyataan keenam
persentase jawaban sangat setuju paling tinggi adalah petugas puskesmas tidak cepat
perilaku petugas kesehatan positif yang persentase jawaban sangat tidak setuju paling
tinggi adalah petugas kesehatan memberikan informasi secara jelas tentang kesehatan
lansia (0,9%) dan petugas kesehatan selalu mengajak untuk ikut program lanjut usia
di Puskesmas (0,9%).
dengan cut of point adalah median karena data dari perilaku petugas kesehatan tidak
terdistribusi normal yaitu sebesar 12, dimana dukungan keluarga lansia yang
memiliki skor total <12 maka dikatakan dukungan keluarga lansia kurang, sedangkan
dukungan keluarga lansia yang memiliki skor total ≥12 maka dikatakan dukungan
Berdasarkan tabel 4.10 menunjukan bahwa lebih dari separuh (51,9%) lansia
yang memiliki dukungan keluarga yang baik. Tabel berikut ini menunjukan distribusi
N Penyataan SL SR KD TP
o f % f % f % f %
1 Keluarga menyarankan agar 20 18,9 26 24,5 53 50,0 7 6,6
bapak/ibu melakukan pemeriksaan
kesehatan ke Puskesmas
2 Keluarga bapak/ibu mengingatkan 19 17,9 25 23,6 55 51,9 7 6,6
waktu pelaksanaan pemeriksaan
kesehatan di Puskesmas
3 Keluarga bapak/ibu memotivasi 21 19,8 24 22,6 47 44,3 14 13,2
untuk datang pada waktu
pelaksanaan pemeriksaan
kesehatan Puskesmas
4 Keluarga mengantarkan bapak/ibu 38 35,8 8 7,5 9 8,5 51 48,1
untuk pemeriksaan kesehatan ke
Puskesmas
5 Keluarga mengupayakan sumber 26 24,5 25 23,6 41 38,7 14 13,2
dana untuk pemeriksaan
kesehatan, pengobatan, dan
perawatan bapak/ibu
Keterangan :
SL : Selalu KD : Kadang-kadang
SR : Sering TP : Tidak Pernah
jawaban selalu yang memiliki persentase paling rendah adalah keluarga bapak/ibu
dan jawaban tidak pernah dengan persentase paling tinggi adalah keluarga
Puskesmas Kota Padang Tahun 2019. Berikut ini hasil analisis bivariat hubungan
kesehatan oleh lanjut usia di Puskesmas dapat dilihat pada tabel berikut:
Pemanfaatan Pelayanan
Kesehatan
Total PR 95% P
Pengetahuan Tidak
Memanfaatkan CI value
memanfaatkan
f % f % f %
Rendah 48 96,0 2 4,0 50 100 2,337
Tinggi 23 41,0 33 59,0 56 100 (1,699- 0,000
3,215
Jumlah 71 67,0 35 33,0 106 100
pelayanan kesehatan di Puskesmas lebih banyak pada pengetahuan rendah yaitu 96%
daripada lansia yang memiliki pengetahuan tinggi. Namun berbeda dengan lansia
pengetahuan tinggi yaitu 58,9% daripada lansia yang memiliki pengetahuan rendah.
Berdasarkan hasil uji chi-square dengan nilai p-value sebesar 0,000 (<0,05) maka
yang memiliki pengetahuan rendah berpeluang 2,337 kali tidak akan ikut
Pemanfaatan Pelayanan
Kesehatan PR p
Total
Sikap Tidak 95% CI value
Memanfaatkan
memanfaatkan
f % f % f %
Negatif 54 96,4 2 3,6 56 100 2,836
Positif 17 34,0 33 66,0 50 100 (1,921-4,187) 0,000
Jumlah 71 67,0 35 33,0 106 100
Berdasarkan tabel 4.13 menunjukkan bahwa lansia yang tidak memanfaatkan
pelayanan kesehatan di Puskesmas lebih banyak memiliki sikap negatif yaitu 96,4%
daripada lansia yang memiliki sikap positif. Berbanding lurus dengan lansia yang
memiliki sikap positif yaitu 66%. Berdasarkan hasil uji chi-square dengan p-value
sebesar 0,000 (p<0,05) maka dapat disimpulkan terdapat hubungan signifikan antara
sikap dengan pemanfaatan pelayanan kesehatan oleh lanjut usia di Puskesmas Kota
Padang, dengan PR yaitu 2,836 artinya lansia yang bersikap negatif berpeluang 2,836
Pemanfaatan Pelayanan
Kesehatan PR p
Total
Pendapatan Tidak 95% CI value
Memanfaatkan
memanfaatkan
f % f % f %
Rendah 57 67,1 28 32,9 85 100 1,006 1,000
Tinggi 14 66,7 7 33,3 21 100 (0,718-1,409)
Jumlah 71 67,0 35 33,0 106 100
67,1% daripada lansia yang memiliki pendapatan tinggi. Berbeda dengan lansia yang
memiliki pendapatan tinggi yaitu 33,3% daripada lansia yang memiliki pendapatan
rendah. Berdasarkan uji statistik chi-square dengan p-value sebesar 1,000 (P>0,005)
maka dapat disimpulkan tidak terdapat hubungan yang signifikan antara pendapatan
dengan PR 1,006 yang artinya lansia yang memiliki pendapatan rendah berpeluang
pemanfaatan pelayanan kesehatan oleh lansia di Puskesmas dapat dilihat pada tabel
berikut:
Pemanfaatan Pelayanan
Perilaku Kesehatan PR
Total p value
Petugas Tidak 95% CI
Memanfaatkan
Kesehatan memanfaatkan
f % f % f %
Negatif 41 91,1 4 8,9 45 100 1,853
Positif 30 49,2 31 50,8 61 100 (1,413- 0,000
2,429)
Jumlah 71 67,0 35 33,0 106 100
perilaku petugas kesehatan yaitu 91,1% daripada lansia yang memiliki penilaian
positif terhadap perilaku petugas kesehatan. Berbanding lurus dengan lansia yang
Berdasarkan hasil uji chi-square dengan p-value sebesar 0,000 (p<0,05) maka dapat
dengan PR yaitu 1,853 artinya lansia yang memiliki penilaian negatif terhadap
kesehatan di Puskesmas.
pelayanan kesehatan oleh lansia di Puskesmas dapat dilihat pada tabel berikut:
keluarga kurang yaitu 72,5% daripada lansia dengan dukungan keluarga baik.
banyak pada lansia dengan dukungan keluarga baik yaitu 38,2% daripada lansia
sebesar 0,303 (P>0,005) maka dapat disimpulkan terdapat hubungan yang signifikan
kesehatan di Puskesmas adalah sebanyak 35 orang (33%). Hasil penelitian ini sejalan
dengan penelitian Hersi Magan, dkk (2013) yakni yang kurang memanfaatkan
pelayanan kesehatan yaitu sebanyak 297 orang (81,1%) dibandingkan dengan yang
erat dengan kapan seseorang memerlukan pelayanan kesehatan dan seberapa jauh
efektivitas pelayanan tersebut. Seseorang tidak pernah tahu kapan akan sakit dan
tidak seorang pun dapat menjawab dengan pasti. Hal ini memberikan informasi
penggunaan fasilitas pelayanan yang disediakan baik dalam bentuk rawat jalan, rawat
inap, kunjungan rumah oleh petugas kesehatan ataupun bentuk kegiatan lain dari
sebagai pelayanan kesehatan masih tergolong rendah. Lebih dari separuh responden
75
76
memanfaatkan pelayanan kesehatan lain seperti klinik dokter, bidan dan rumah sakit.
meminta rujukan. Hal ini menunjukkan bahwa responden pada umumnya masih
bukan terbatas pada pelayanan kuratif tetapi juga meliputi pelayanan promotif dan
preventif.
langsung dan tidak langsung. Pendekatan ini meliputi edukasi baik melalui
penyuluhan harian maupun melalui media (brosur, poster, dan pamflet) tentang
cakupan pelayanan kesehatan dasar apa saja yang bisa didapatkan di Puskesmas. Hal
di Puskesmas.
pengetahuan tinggi (52,8%). Hasil penelitian ini sejalan dengan penelitian yang
dilakukan oleh Roy C.F Weku (2013) pemanfaatan pelayanan kesehatan masyarakat
di Puskesmas Kema yang memiliki pengetahuan tinggi sebesar (66%) dan memiliki
terhadap objek melalui indera yang dimilikinya dengan sendirinya pada waktu
perhatian dan persepsi terhadap objek. Sebagian besar pengetahuan diperoleh melalui
pelayanan kesehatan yang disediakan oleh puskesmas untuk lansia. Dan juga
kesehatan dilakukan juga hanya untuk mengobati penyakit saja. Hal ini disebabkan
Oleh karena itu perlu adanya sosialisasi dari petugas kesehatan lansia tentang
melalui penyuluhan harian maupun melalui media seperti brosur, poster dan pamflet,
kesehatan lansia.
Hasil penelitian ini sejalan dengan penelitian Junaidi, Yunita, A (2014) lebih dari
Sikap merupakan reaksi atau respon yang masih tertutup dari seseorang
terhadap suatu stimulus atau objek. Sikap secara nyata menunjukkan konotasi adanya
adalah penilaian (bisa berupa pendapat) seseorang terhadap stimulus atau objek,
dalam hal ini adalah masalah kesehatan atau penyakit, setelah seseorang mengetahui
stimulus atau objek, proses selanjutnya seseorang akan menilai atau bersikap
terhadap stimulus atau objek kesehatan tersebut. Sikap belum merupakan tindakan
negatif terhadap pemanfaatan Puskesmas karena salah satu alasan mereka bersikap
negatif adalah saat merasa sakit atau mengalami keluhan mereka lebih memilih
langsung seperti pembentukan klub lansia dan senam lansia yang disesuaikan dengan
waktu yang dapat dihadiri oleh lansia di Puskesmas sehingga dapat memicu sikap
yaitu sebanyak 59% responden memiliki pendapatan rendah dan yang memiliki
bahwa pendapatan ialah jumlah dari keseluruhan uang yang diperoleh atau diterima
79
oleh seseorang selama jangka waktu tertentu. Peserta yang berpendapatan tinggi
cenderung lebih sering atau lebih ekstensif dalam pelayanan kesehatan, peserta yang
sebagian besar memiliki pendapatan yang rendah yaitu dibawah UMR Kota Padang.
Hal ini juga disebabkan oleh sebagian besar dari lansia yang sudah tidak bekerja
petugas kesehatan adalah positif yaitu sebesar 57,5%. Hasil penelitian ini sejalan
dengan penelitian Hersi, Dkk (2013) lebih dari separuh responden di Puskesmas
Makale menilai perilaku petugas kesehatan positif yaitu sebesar (91,8%) dan menilai
kesehatan ditengah masyarakat. Petugas kesehatan harus memiliki sikap dan perilaku
yang sesuai dengan nilai kesehatan dan mampu mengkoordinir upaya kesehatan.
prefentif, promotif, serta kuratif dan rehabilitatif bila di perlukan. Petugas kesehatan
juga berperan dalam mengajak dan membimbing lansia untuk aktif melakukan
serta mendorong lansia agar rutin datang pada setiap kegiatan yang diadakan
Puskesmas. Petugas selalu menyampaikan hal tersebut baik pada saat melayani lansia
yang datang berobat ke Puskesmas maupun pada saat melakukan promosi kesehatan
di Puskesmas.
mengatasi masalah kesehatan mereka sendiri seperti setiap kegiatan di desa yang
memungkinkan lansia ikut serta maka petugas kesehatan selalu melibatkan mereka
menimbang balita atau dalam kegiatan mengajarkan perawatan kesehatan ibu hamil
dirumah sehingga lansia merasa berharga karena selalu diikutsertakan dalam setiap
dukungan keluarga yang baik yaitu sebesar (51,9%). Hasil penelitian ini sejalan
kategori mendukung yaitu 73 orang (79,3%) dan kategori tidak mendukung sebanyak
bantuan yang dapat membuat individu merasa lebih tenang dan aman. Dukungan
didapatkan dari suami atau istri, anak, atau orang terdekat lainnya. Dukungan
seseorang dalam berperilaku terhadap kesehatan. Hal ini sama dengan lansia yang
akan semakin berkurang. Dengan tidak adanya dukungan dari keluarga maka para
lansia akan tidak jadi datang ke Puskesmas apalagi bagi lansia yang tidak mapu
lagi berjalan sendiri. Begitupun sebaliknya dengan adanya dukungan dari keluarga
maka secara tidak langsung keluarga tersebut memiliki peran penting untuk
dukungan sosial sangat diperlukan oleh setiap individu. Dukungan sosial semakin
dibutuhkan pada saat seseorang sedang mengalami masalah atau sakit, disinilah
yang kurang baik memiliki persentase yang sama-sama tinggi pada pernyataan
sendiri akan tetapi jam pelayanan kesehatan di Puskesmas yang bersamaan dengan
jam kerja anggota keluarga lansia, mengakibatkan lansia tidak ada yang
lansia juga ada yang meluangkan waktunya pada hari libur kerja untuk mengantarkan
rendah (96%) dibandingkan dengan pengetahuan tinggi (41%). Hasil uji chi square
memiliki pengetahuan rendah berpeluang 2,337 kali tidak akan ikut memanfaatkan
pelayanan kesehatan di Puskesmas. Penelitian ini sejalan dengan penelitian Roy C.F
Weku (2012), di Puskesmas Kema Minahasa Utara dimana terdapat hubungan antara
sebesar 0,002.(10)
Pengalaman atau pengetahuan yang dimiliki seseorang merupakan faktor yang sangat
di Puskesmas. Hal ini disebabkan meskipun lansia memiliki pengetahuan yang tinggi
akan tetapi masih belum terpapar informasi pelayanan kesehatan lansia dari petugas
kesehatan lain seperti klinik dokter dan rumah sakit. Berdasarkan wawancara dengan
yang dapat di lakukan Puskesmas yaitu melalui kegiatan pemberdayaan lansia seperti
lansia sebagai pengasuh bayi selama anaknya bekerja, kegiatan seperti ini dapat
membuat lansia tertarik datang ke Puskesmas karna terdapat kegiatan yang dapat
kegiatan lansia bersama-sama dengan bidan desa dan kelompok lansia itu sendiri.
pelayanan kesehatan di Puskesmas lebih tinggi pada lansia dengan sikap negatif
(96,4%) dibandingkan dengan sikap positif (34%). Hasil uji chi square diperoleh p
value = 0,000< 0,05 berarti terdapat hubungan antara sikap dengan pemanfaatan
Sikap merupakan reaksi atau respon seseorang yang masih tertutup terhadap
suatu stimulus atau objek. Sebuah sikap merupakan suatu keadaan mental, yang
pengaruh khusus atau reaksi seseorang terhadap orang, objek dan situasi. Sikap
bertindak, akan tetapi sikap tindakan nyata sering kali jauh berbeda. Dalam hal
kesehatan.(35)
sikap negatif lebih banyak dibandingkan dengan lansia yang bersikap positif.
Berdasarkan kuisioner diperoleh hasil bahwa lansia yang memiliki sikap negatif
justru lebih banyak tidak memanfaatkan pelayanan kesehatan. Hal ini disebabkan
karna lansia memiliki anggapan bahwa datang ke Puskesmas hanya saat sakit saja,
dan jika lansia hanya mengalami sakit ringan mereka lebih memilih pengobatan
alternatif atau membeli obat yang disediakan di warung. Sifat kurang baik yang
dimiliki lansia tersebut diakibatkan sampai saat ini lansia hanya memahami bahwa
Puskesmas hanya berfungsi untuk mengobati orang lain. Oleh karena itu untuk
merubah sikap lansia maka petugas kesehatan perlu menyiapkan contoh komunitas
rendah (67,1%) dibandingkan dengan pendapatan tinggi (66,7%). Hasil uji chi square
diperoleh p value = 1,000 >0,05 berarti tidak terdapat hubungan antara pendapatan
D., & Amir, M (2014), dimana terdapat hubungan antara pendapatan dengan
memiliki pendapatan tinggi dan krendah hampir sama yakni masing-masing lebih
dari 50% hal inilah yang menyebabkan tidak terdapat hubungan antara pendapatan
yang memiliki pendapatan rendah masih banyak yang tidak memanfaatkan pelayanan
ditanggung oleh BPJS, namun lansia masih mendahulukan kebutuhan hidup sehari-
86
memilih pelayanan kesehatan di klinik dokter, hal itu karna lansia merasa tidak perlu
pelayanan kesehatan di Puskesmas lebih tinggi pada lansia dengan penelitian negatif
pada perilaku petugas kesehatan (91,1%) dibandingkan dengan penilaian positif pada
perilaku petugas kesehatan (49,2%). Hasil uji chi-square dengan p-value sebesar
0,000 <0,05 berarti terdapat hubungan antara perilaku petugas kesehatan dengan
pemanfaatan pelayanan kesehatan oleh lanjut usia. lansia yang memiliki penilaian
penelitian Hersi, Dkk (2013),) dimana terdapat hubungan sikap petugas dengan
mampu berkomunikasi secara efektif mengajak lansia sebagai subjek untuk lebih
Petugas kesehatan harus memiliki perilaku yang dapat mempengaruhi kesehatan dan
kesehatan lansia. Dalam hal ini dokter, perawat dan petugas non medis lainnya harus
87
mampu menjalin hubungan yang harmonis dengan menunjukkan perilaku yang baik
Lansia yang memiliki penilaian negatif terhadap perilaku petugas kesehatan lebih
oleh lansia yang menganggap perilaku petugas yang masih belum baik karena merasa
kesehatan.
secara jelas mengenai kesehatan lansia. Baik pada saat memberikan pelayanan
menggunakan media promosi yang menarik seperti brosur, leaflet, pamflet dan poster
sehingga dapat memicu penilaian positif dari lansia terhadap perilaku petugas
kesehatan.
baik.dibandingkan lansia dengan dukungan keluarga baik (61,8). Hasil uji chi-square
dengan p-value sebesar 0,303 >0,05) berarti tidak terdapat hubungan antara
Penelitian ini tidak sejalan dengan penelitian Sitompul, Elita Farida (2013), dimana
yang diperoleh dari anggota keluarga sehingga anggota keluarga yang sakit atau
dan menciptakan efek yang positif. Dukungan keluarga diartikan sebagai bantuan
Hal ini disebabkan karena proporsi lansia yang tidak memanfaatkan Puskesmas yang
memiliki dukungan keluarga baik dan kurang baik hampir sama yakni masing-
masing lebih dari 50% hal inilah yang menyebabkan tidak terdapat hubungan antara
oleh berbagai faktor seperti keluarga yang lebih memilih membawa lansia berobat ke
klinik dokter atau rumah sakit karna waktu pelayanan yang dapat disesuaikan dengan
6.1 Kesimpulan
terdapat di Puskesmas juga meliputi pelayanan promotif dan preventif hal ini
sikap negatif yang dimiliki lansia karna lansia hanya memahami bahwa
2. Lebih dari separuh responden yang ada di wilayah kerja Puskesmas Kota Padang
(52,8%).
4. Lebih dari separuh responden yang memiliki sikap negatif yaitu sebesar
(52,8%).
(80,2%).
90
6. Lebih dari separuh lansia menilai perilaku petugas kesehatan adalah positif yaitu
sebesar (57,5%).
7. Lebih dari separuh lansia memiliki dukungan keluarga yang baik yaitu sebesar
(51,9%).
pelayanan kesehatan.
kesehatan.
kesehatan.
pelayanan kesehatan.
6.2 Saran
2. Bagi masyarakat
di Puskesmas.