Anda di halaman 1dari 113

UNIVERSITAS ANDALAS

FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN


PEMANFAATAN PELAYANAN KESEHATAN OLEH
LANJUT USIA DI PUSKESMAS KOTA PADANG
TAHUN 2019

Oleh :

MEIYOLA ARISKA
No. BP. 1511211036

FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT


UNIVERSITAS ANDALAS
PADANG, 2019
UNIVERSITAS ANDALAS

FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN


PEMANFAATAN PELAYANAN KESEHATAN OLEH
LANJUT USIA DI PUSKESMAS KOTA PADANG
TAHUN 2019

Oleh :

MEIYOLA ARISKA
No. BP. 1511211036

Diajukan Sebagai Pemenuhan Syarat untuk Mendapatkan


Gelar Sarjana Kesehatan Masyarakat

FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT


UNIVERSITAS ANDALAS
2019
PERNYATAAN PERSETUJUAN PEMBIMBING

FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN PEMANFAATAN


PELAYANAN KESEHATAN OLEH LANJUT USIA DI PUSKESMAS
KOTA PADANG TAHUN 2019

Oleh :
MEIYOLA ARISKA
No. BP. 1511211035

Hasil penelitian skripsi ini telah diperiksa, disetujui dan siap untuk dipertahankan
dihadapan tim penguji hasil penelitian skripsi
Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Andalas

Padang, September 2019


Menyetujui

Pembimbing I Pembimbing II

Ayulia Fardila Sari ZA, SKM, MPH Dra. Sri Siswati, Apt, SH, M.Kes
NIP. 198907042019032011 NIP 196403081992032011
PERNYATAAN PENGESAHAN

DATA MAHASISWA:

Nama Lengkap : Meiyola Ariska


Nomor Buku Pokok : 1511211036
Tanggal Lahir : 06 Mei 1998
Tahun Masuk : 2015
Peminatan : Administrasi Kebijakan Kesehatan (AKK)
Nama Pembimbing Akademik : Dr. Nopriadi, SKM, M.Kes
Nama Pembimbing I : Ayulia Fardila Sari ZA, SKM, MPH
Nama Pembimbing II : Dra. Sri Siswati, Apt, SH, M.Kes
Nama Penguji I : Ch. Tuty Ernawati, SKM, M.Kes
Nama Penguji II : Emy Leonita, SKM, MPH

JUDUL PENELITIAN:
FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN PEMANFAATAN
PELAYANAN KESEHATAN OLEH LANJUT USIA DI PUSKESMAS KOTA
PADANG TAHUN 2019
Menyatakan bahwa yang bersangkutan telah memenuhi persyaratan akademik
dan administrasi untuk mengikuti ujian hasil penelitian skripsi Fakultas Kesehatan
Masyarakat Universitas Andalas.
Padang, September 2019
Mengetahui, Mengesahakan,
Ketua Departemen Administrasi Kebijakan Ketua Prodi S1 Kesehatan Masyarakat
Kesehatan (AKK) FKM Universitas Andalas
FKM Universitas Andalas

Dr. Syafrawati, SKM, M.Comm Health Sc Ade Suzana Eka Putri, Ph.D
NIP. 197909192005012001 NIP. 198106052006042001
PERNYATAAN TIDAK PLAGIAT

Yang bertanda tangan dibawah ini, saya :


Nama Lengkap : Meiyola Ariska
Nomor Buku Pokok : 1511211036
Tanggal Lahir : 06 Mei 1998
Tahun Masuk : 2015
Peminatan : Administrasi Kebijakan Kesehatan (AKK)
Nama Pembimbing Akademik : Dr. Nopriadi, SKM, M.Kes
Nama Pembimbing I : Ayulia Fardila Sari ZA, SKM, MPH
Nama Pembimbing II : Dra. Sri Siswati, Apt, SH, M.Kes
Nama Penguji I : Ch. Tuty Ernawati, SKM, M.Kes
Nama Penguji II : Kamal Kasra, SKM, MQIH

Menyatakan bahwa saya tidak melakukan kegiatan plagiat dalam penulisan


skripsi saya yang berjudul :
“FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN PEMANFAATAN
PELAYANAN KESEHATAN OLEH LANJUT USIA DI PUSKESMAS KOTA
PADANG TAHUN 2019”
Apabila suatu saat nanti terbukti saya melakukan tindakan plagiat, maka saya
akan menerima sanksi yang telah ditetapkan.
Demikian surat pernyataan ini saya buat dengan sebenar-benarnya.

Padang, September 2019

Meiyola Ariska
No.BP.1511211036
DAFTAR RIWAYAT HIDUP

Nama : Meiyola Ariska


Tempat/Tanggal Lahir : Pasia Laweh/06 Mei 1998
Alamat : Padang Gelapung, Pasie Laweh, Kec. Lubuk Alung
Kab. Padang Pariaman, Provinsi Sumatera Barat
Status Keluarga : Belum Menikah
No. Telp/HP : 081267180860
E-mail : meiyolaariska@gmail.com

Riwayat Pendidikan :
1. SDN 23 Lubuk Alung, lulus tahun 2009
2. SMPN 4 Lubuk Alung, lulus tahun 2012
3. SMAN 1 Lubuk Alung, lulus tahun 2015
4. Ilmu Kesehatan Masyarakat Fakultas Kesehatan Masyarakat
Universitas Andalas, lulus tahun 2019
Bismillahirahmanirrahim…

“Sebab, sungguh bersama kesukaran ada keringanan. Sungguh, bersama kesukaran


ada keringan. Karena itu, selesai tugasmu, teruslah rajn bkerja. Kepada Tuhanmu
tujukan permohononan.”
(QS. Alam Nasyrah 94:5-8)

Teruntuk mama (Jusmaniar, S.Pd) dan Papa (Amrizal) tercinta, terimakasih telah
selalu berikhtiar dan berdoa demi anakmu, Meiyola Ariska. Kakak dan abang
tersayang terimakasih sudah mau membimbing dan memberikan semangat selama
ini. Doakan semoga meiyola bisa sukses dan banyak rezeki agar bisa
membahagiakan kalian semua keluargaku tercinta.

A lots of thanks for geng santuy yang sudah mau bersama-sama berjuang dari maba
hingga hari ini ai, ica, puti, ani kita bisa menyelesaikan studi bersama-sama
especially my lovely bestfriend Irene Putri Rahayu yang selalu ada dan mengerti.
Afrinaldo Bastian. Bestfriend forefer astrid, diah, ully, yaya, open walau jauh tp
tetap selalu ada. Intania dan Lovina Velesia my lovely classmate dari awal maba.
Magang BPJS Ketenagakerjaan amak, indah, intan, keken, mira si kijang, PBL
Paninjauan yolla yang selalu buat tertawa, cici kambiang, ufi, ifa, dini dan bg
novri., Pastati Family especially Tessi dan Febri yang mewarnai hari-hariku selama
KKN di desa Pasir Talang Timur, Nevris Marta yang selalu siap sedia disaat-saat
genting, AKKtif 2015, Generasi Pe15ai, UKM SAFE, teman online-ku and anyone
else.

“Nikmatilah setiap prosesmu, ambillah himah dari setiap langkah yang telah
ditempuh, dengarlah suara hati dan peganglah prinsip karena Allah.”
(With love Meiyola Ariska, 15 Oktober 2019)
FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT
UNIVERSITAS ANDALAS

Skripsi, September 2019

Meiyola Ariska, No. BP 1511211036

FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN PEMANFAATAN


PELAYANAN KESEHATAN OLEH LANJUT USIA DI PUSKESMAS KOTA
PADANG TAHUN 2019
xii + 92 halaman, 24 tabel, 2 gambar

ABSTRAK
Tujuan
Laporan tahunan Dinas Kesehatan Kota Padang tahun 2017, Kota Padang belum
mencapai target nasional cakupan pelayanan kesehatan lansia yaitu sebesar 17,8%
dari target 100%. Tujuan penelitian untuk mengetahui faktor-faktor yang
berhubungan dengan pemanfaatan pelayanan kesehatan oleh lanjut usia di Puskesmas
Kota Padang tahun 2019.

Metode
Desain penelitian adalah cross sectional. Populasi yaitu lanjut usia berumur ≥60
tahun di wilayah kerja Puskesmas Ulak Karang, Puskesmas Lubuk Begalung,
Puskesmas Bungus, Puskesmas Pegambiran, Puskesmas Lubuk Kilangan, Puskesmas
Padang Pasir, Puskesmas Andalas, Puskesmas Kuranji, Puskesmas Lubuk Buaya,
Puskesmas Pemancungan, Puskesmas Pauh dan Puskesmas Nanggalo. Sampel dipilih
dengan teknik accidental sampling sebanyak 106 orang. Pengumpulan data
menggunakan kuesioner dengan wawancara. Analisis data dengan cara univariat dan
bivariat.

Hasil
Lebih dari separuh responden tidak memanfaatkan pelayanan kesehatan di
Puskesmas 67%, responden berpengetahuan tinggi 52,8%, responden bersikap
negatif 52,8%, responden berpendapatan rendah 80,2%, responden dengan penilaian
perilaku petugas kesehatan positif 57,5% dan lansia dengan dukungan keluarga baik
51,9%. Terdapat hubungan signifikan antara pengetahuan, sikap, dan perilaku
petugas kesehatan (p<0,05) dengan pemanfaatan pelayanan kesehatan di Puskesmas.
Tidak terdapat hubungan yang signifikan antara pendapatan dan dukungan keluarga
(p>0,05) dengan pemanfaatan pelayanan kesehatan di Puskesmas.

Kesimpulan
Pengetahuan, sikap dan perilaku petugas kesehatan merupakan faktor-faktor yang
berhubungan dengan pemanfaatan pelayanan kesehatan di Puskesmas Kota Padang
tahun 2019. Disarankan Puskesmas dan Dinas Kesehatan meningkatkan sosialisasi
mengenai jenis pelayanan kesehatan lanjut usia di puskesmas melalui upaya
promosi/edukasi kesehatan menggunakan media seperti brosur, poster, leaflet dan
pamflet.

Daftar Pustaka : 37 (2008-2018)


Kata Kunci : Pemanfaatan Pelayanan Kesehatan, Lanjut Usia, Puskesmas

i
FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT
UNIVERSITAS ANDALAS

Undergraduate, September 2019

Meiyola Ariska, No.Bp 1511211036

FACTORS RELATED TO THE UTILIZATION OF HEALTH SERVICES


FOR ELDERLY IN PADANG CITY HEALTH CENTER 2019
xii + 92 Pages, 24 tables, 2 pictures

ABSTRACT

Objectives
The annual report of the Padang City Health Office in 2017, the city of Padang has not yet
reached the national target of coverage for elderly health services at 17.8% of the 100%
target. The research objective was to determine the factors associated with the utilization of
health services for the elderly at the Padang City Health Center in 2019.

Method
The research design method was cross sectional. The population is the elderly aged more or
at least 60 years in the working area of the Ulak Karang Health Center, Lubuk Begalung
Health Center, Bungus Health Center, Pegambiran Health Center, Lubuk Kilangan Health
Center, Padang Pasir Health Center, Andalas Health Center, Kuranji Health Center, Lubuk
Buaya Health Center, Pemancungan Health Center, Pauh Health Center dan Nanggalo Health
Center. Samples were selected by accidental sampling technique as many as 106 people.
Data collection using a questionnaire with interviews. Data analysis by means of univariate
and bivariate

Results
More than half of respondents (67%) did not utilize health services at the Health Center,
52,8% respondents were knowledgeable, 52,8% respondents were behave negatively, 80,2%
respondents were low income worker , 57,5% respondents with an assessment of employee
behavior positive health, and 51,9% Elderly with good family support. There is a significant
relationship between knowledge, attitude, and the behavior of health center workers (p
<0,05) with the utilization of health services at the Health Center. There is no significant
relationship between income and family support (p> 0,05) with the utilization of health
services at the Health Center.

Conclusion
Knowledge, attitudes and behavior of health Center workers are factors related to the
utilization of health services in Padang City Health Center in 2019. It is recommended that
health center and the Health Office to increase the socialization of the types of elderly health
services at health centers through health promotion/education efforts using media such as
brochures, posters, leaflets and pamphlets.

BIBLIOGRAPHY : 37 (2008-2018)
Keywords : Utilization of health service , Elderly, Health center

ii
KATA PENGANTAR

Syukur Alhamdulillah penulis ucapkan kehadirat Allah SWT atas segala


petunjuk, kemampuan dan kekuatan yang telah diberikan-Nya sehingga penulis dapat
menyelesaikan skripsi ini yang berjudul “Faktor-faktor yang Berhubungan dengan
Pemanfaatan Pelayanan Kesehatan oleh Lanjut Usia di Puskesmas Kota Padang
Tahun 2019”. Penulis bersyukur atas kemudahan dan kelancaran yang telah Allah
berikan dari awal penyusunan sampai selesai.
Penulis menyampaikan terimakasih kepada kedua orang tua yang selalu
memberikan dukungan dan semangat serta doa yang selalu menyertai penulis dalam
menyelesaikan skripsi ini. Pada kesempatan ini penulis juga mengucapkan terima
kasih kepada pihak-pihak yang telah banyak membantu dalam menyelesaikan
skripsi ini, yang terhormat:
1. Bapak Defriman Djafri, SKM, MKM, Ph.D selaku Dekan Fakultas
Kesehatan Masyarakat Universitas Andalas.
2. Ibu Ade Suzana Eka Putri, SKM, M. Comm Health SC, Ph.D selaku ketua
Program Studi Ilmu Kesehatan Masyarakat.
3. Ibu Syafrawati, SKM, M.Comm Health Sc selaku Ketua Peminatan
Administrasi Kebijakan Kesehatan Prodi Ilmu Kesehatan Masyarakat
Universitas Andalas
4. Ibu Ayulia Fardila Sari ZA, SKM, MPH dan ibu Dra. Sri Siswati, Apt, SH,
M.Kes selaku pembimbing yang telah banyak memberikan bimbingan dan
arahan kepada penulis.
5. Ibu CH. Tuti Ernawati, SKM, M.Kes dan bapak Kamal Kasra, SKM,
MQIH selaku penguji yang telah memberikan masukan bagi penulis.
6. Seluruh dosen pengajar di Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas
Andalas yang telah memberikan ilmu pengetahuan kepada penulis.
7. Ibu dan bapak pegawai Dinas Kesehatan Kota Padang dan Puskesmas se
Kota Padang yang telah membantu penulis untuk mendapatkan data dan
informasi yang dibutuhkan untuk menyelesaikan usulan penelitian skripsi
ini.
8. Keluarga, teman-temn dan semua pihak yang telah membantu dalam
penyusunan hasil penelitian skripsi ini.

iii
Penulis menyadari bahwa skripsi ini masih banyak kekurangan dan jauh dari
kesempurnaan. Untuk itu dengan segala kerendahan hati penulis menerima kritik
dan saran yang membangun demi kesempurnaan skripsi ini.

Padang, September 2019

Penulis

iv
DAFTAR ISI

PERNYATAAN PERSETUJUAN PEMBIMBING


PERNYATAAN PERSETUJUAN TIM PENGUJI
PERNYATAAN PENGESAHAN
PERNYATAAN TIDAK PLAGIAT
DAFTAR RIWAYAT HIDUP
HALAMAN PERSEMBAHAN
ABSTRAK...............................................................................................................i
KATA PENGANTAR............................................................................................iii
DAFTAR ISI...........................................................................................................v
DAFTAR TABEL..................................................................................................ix
DAFTAR GAMBAR..............................................................................................x
DAFTAR ISTILAH/SINGKATAN......................................................................xi
DAFTAR LAMPIRAN........................................................................................xii
BAB 1 : PENDAHULUAN....................................................................................1
1.1 Latar Belakang...............................................................................................1
1.2 Perumusan Masalah.......................................................................................9
1.3 Tujuan Penelitian............................................................................................9
1.3.1 Tujuan Umum..........................................................................................9
1.3.2 Tujuan Khusus.........................................................................................9
1.4 Manfaat Penelitian.......................................................................................10
1.4.1 Manfaat Teoritis....................................................................................10
1.4.2 Manfaat Praktis......................................................................................11
1.5 Ruang Lingkup Penelitian............................................................................11
BAB 2 : TINJAUAN PUSTAKA.........................................................................12
2.1 Lanjut Usia...................................................................................................12
2.1.1 Definisi Lanjut Usia..............................................................................12
2.1.2 Klasifikasi Lansia..................................................................................12
2.1.3 Perubahan yang terjadi pada Lansia......................................................13
2.1.4 Masalah Kesehatan Lansia....................................................................16
2.1.5 Sifat Penyakit Lansia.............................................................................18
2.1.6 Jenis Pelayanan Kesehatan Lansia........................................................19
2.2 Puskesmas....................................................................................................21
2.2.1 Definisi..................................................................................................21

v
2.2.2 Fungsi Puskesmas.................................................................................22
2.3 Pelayanan Kesehatan Lanjut Usia di Puskesmas.........................................23
2.4 Pemanfaatan Pelayanan Kesehatan..............................................................30
2.5 Perilaku Kesehatan.......................................................................................32
2.5.1 Pengertian Perilaku Kesehatan..............................................................32
2.5.2 Determinan Perilaku Kesehatan............................................................32
2.6 Faktor Yang Berhubungan Pemanfaatan Pelayanan Kesehatan...................36
2.6.1 Pengetahuan..........................................................................................36
2.6.2 Sikap......................................................................................................38
2.6.3 Pendapatan............................................................................................40
2.6.4 Perilaku Petugas Kesehatan..................................................................41
2.6.5 Dukungan Keluarga...............................................................................42
2.7 Kerangka Teori.............................................................................................43
2.8 Kerangka Konsep.........................................................................................44
2.9 Hipotesis Penelitian......................................................................................44
2.10 Telaah Sistematik.......................................................................................46
BAB 3 : METODE PENELITIAN......................................................................49
3.1 Jenis Penelitian.............................................................................................49
3.2 Waktu dan Tempat........................................................................................49
3.3 Populasi dan Sampel....................................................................................50
3.3.1 Populasi.................................................................................................50
3.3.2 Sampel...................................................................................................50
3.3.3 Teknik Pengambilan Sampel.................................................................51
3.3.4 Kriteria Inklusi dan eksklusi.................................................................52
3.4 Definisi Operasional.....................................................................................54
3.5 Metode Pengumpulan Data..........................................................................55
3.5.1 Data Primer...........................................................................................55
3.5.2 Data Sekunder.......................................................................................55
3.6 Teknik Pengolahan Data...............................................................................55
3.6.1 Menyunting Data (Editing)...................................................................55
3.6.2 Coding...................................................................................................56
3.6.3 Entry Data.............................................................................................57
3.6.4 Cleaning................................................................................................57
3.7 Teknik Analisis Data....................................................................................57
3.7.1 Analisis Univariat..................................................................................57
3.7.2 Analisis Bivariat....................................................................................57
3.8 Instrumen Penelitian.....................................................................................58

vi
3.9 Uji Validitas dan Reliabilitas Data Kuesioner..............................................58
3.9.1 Uji Validitas...........................................................................................58
3.9.2 Uji Reliabilitas......................................................................................60
BAB 4 : HASIL.....................................................................................................61
4.1 Gambaran Umum Lokasi Penelitian............................................................61
4.2 Karakteristik Responden..............................................................................62
4.3 Analisis Univariat.........................................................................................63
4.3.1 Pemanfaatan Pelayanan Kesehatan.......................................................63
4.3.2 Pengetahuan..........................................................................................64
4.3.3 Sikap......................................................................................................65
4.3.4 Pendapatan............................................................................................67
4.3.5 Perilaku Petugas Kesehatan..................................................................67
4.3.6 Dukungan Keluarga...............................................................................69
4.4 Analisis Bivariat...........................................................................................70
4.4.1 Hubungan Pengetahuan dengan Pemanfaatan Pelayanan Kesehatan
oleh Lanjut Usia di Puskesmas Kota Padang Tahun 2019.....................71
4.4.2 Hubungan Sikap dengan Pemanfaatan Pelayanan Kesehatan oleh
Lanjut Usia di Puskesmas Kota Padang Tahun 2019.............................71
4.4.3 Hubungan Pendapatan dengan Pemanfaatan Pelayanan Kesehatan
oleh Lanjut Usia di Puskesmas Kota Padang Tahun 2019.....................72
4.4.4 Hubungan Perilaku Petugas Kesehatan dengan Pemanfaatan
Pelayanan Kesehatan oleh Lanjut Usia di Puskesmas Kota Padang
Tahun 2019.............................................................................................73
4.4.5 Hubungan Dukungan Keluarga dengan Pemanfaatan Pelayanan
Kesehatan oleh Lanjut Usia di Puskesmas Kota Padang Tahun 2019
................................................................................................................74
BAB 5 : PEMBAHASAN.....................................................................................76
5.1 Analisis Univariat.........................................................................................76
5.1.1 Distribusi Frekuensi Pemanfaatan Pelayanan Kesehatan oleh Lanjut
Usia........................................................................................................76
5.1.2 Distribusi Frekuensi Pengetahuan Lanjut Usia.....................................77
5.1.3 Distribusi Frekuensi Sikap Lanjut Usia................................................78
5.1.4 Distribusi Frekuensi Pendapatan Lanjut Usia.......................................79
5.1.5 Distribusi Frekuensi Perilaku Petugas Kesehatan.................................80
5.1.6 Distribusi Frekuensi Dukungan Keluarga.............................................81
5.2 Analisis Bivariat...........................................................................................83
5.2.1 Hubungan Pengetahuan dengan Pemanfaatan Pelayanan Kesehatan
oleh Lanjut Usia di Puskesmas Kota Padang.........................................83
5.2.2 Hubungan Sikap dengan Pemanfaatan Pelayanan Kesehatan oleh
Lanjut Usia di Puskesmas Kota Padang Tahun 2019.............................84

vii
5.2.3 Hubungan Pendapatan dengan Pemanfaatan Pelayanan Kesehatan
oleh Lanjut Usia di Puskesmas Kota Padang Tahun 2019.....................86
5.2.4 Hubungan Perilaku Petugas Kesehatan dengan Pemanfaatan
Pelayanan Kesehatan oleh Lanjut Usia di Puskesmas Kota Padang
Tahun 2019.............................................................................................87
5.2.5 Hubungan Dukungan Keluarga dengan Pemanfaatan Pelayanan
Kesehatan oleh Lanjut Usia di Puskesmas Kota Padang Tahun 2019
................................................................................................................88
BAB 6 : KESIMPULAN DAN SARAN..............................................................90
6.1 Kesimpulan..................................................................................................90
6.2 Saran.............................................................................................................91
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN

viii
DAFTAR TABEL

Tabel 1.1 Cakupan pelayanan kesehatan lansia di Puskesmas Kota Padang


Tahun 2017................................................................................................8
Tabel 2.1 Penelitian yang Berkaitan dengan Pemanfaatan Pelayanan Kesehatan
oleh Lanjut Usia di Puskesmas ..............................................................46
Tabel 3.1 Definisi Operasional...............................................................................54
Tabel 3.2 Uji Validitas Kuesioner Pengetahuan tentang Pemanfaatan Pelayanan
Kesehatan oleh Lanjut Usia di Puskesmas Kota Padang Tahun 2019....59
Tabel 3.3 Uji Validitas Kuesioner Sikap tentang Pemanfaatan Pelayanan
Kesehatan oleh Lanjut Usia di Puskesmas Kota Padang Tahun 2019....59
Tabel 3.4 Uji Validitas Kuesioner Perilaku Petugas Kesehatan tentang
Pemanfaatan Pelayanan Kesehatan oleh Lanjut Usia di Puskesmas
Kota Padang Tahun 2019........................................................................59
Tabel 3.5 Uji Validitas Kuesioner Dukungan Keluarga tentang Pemanfaatan
Pelayanan Kesehatan oleh Lanjut Usia di Puskesmas Kota Padang
Tahun 2019..............................................................................................60
Table 3.6 Uji Reliabilitas Kuesioner.......................................................................60
Tabel 4.1 Distribusi Karakteristik Responden di Puskesmas Kota Padang Tahun
2019.........................................................................................................63
Tabel 4.2 Distribusi Frekuensi Pemanfaatan Pelayanan Kesehatan oleh Lanjut
Usia di Puskesmas Kota Padang Tahun 2019........................................63
Tabel 4.3 Distribusi Frekuensi Pengetahuan Lanjut Usia di Puskesmas Kota
Padang Tahun 2019.................................................................................64
Tabel 4.4 Distribusi Frekuensi Pertanyaan Pengetahuan........................................64
Tabel 4.5 Distribusi Frekuensi Sikap Lanjut Usia di Puskesmas Kota Padang
Tahun 2019..............................................................................................65
Tabel 4.6 Distribusi Frekuensi Pertanyaan Sikap...................................................66
Tabel 4.7 Distribusi Frekuensi Pendapatan Lanjut Usia di Puskesmas Kota
Padang Tahun 2019.................................................................................67
Tabel 4.8 Distribusi Frekuensi Perilaku Petugas Kesehatan di Puskesmas Kota
Padang Tahun 2019.................................................................................67
Tabel 4.9 Distribusi Frekuensi Pertanyaan Perilaku Petugas Kesehatan................68
Tabel 4.10 Distribusi Frekuensi Dukungan Keluarga di Puskesmas Kota Padang
Tahun 2019..............................................................................................69
Tabel 4.11 Distribusi Frekuensi Pertanyaan Dukungan Keluarga............................70
Tabel 4.12 Hubungan Pengetahuan dengan Pemanfaatan Pelayanan Kesehatan
oleh Lanjut Usia di Puskesmas Kota Padang Tahun 2019......................71
Tabel 4.13 Hubungan Sikap dengan Pemanfaatan Pelayanan Kesehatan oleh
Lanjut Usia di Puskesmas Kota Padang Tahun 2019..............................72
Tabel 4.14 Hubungan Pendapatan dengan Pemanfaatan Pelayanan Kesehatan
oleh Lanjut Usia di Puskesmas Kota Padang Tahun 2019......................72
Tabel 4.15 Hubungan Perilaku Petugas Kesehatan dengan Pemanfaatan
Pelayanan Kesehatan oleh Lanjut Usia di Puskesmas Kota Padang
Tahun 2019..............................................................................................73
Tabel 4.16 Hubungan Dukungan Keluarga dengan Pemanfaatan Pelayanan
Kesehatan oleh Lanjut Usia di Puskesmas Kota Padang Tahun 2019....74

ix
DAFTAR GAMBAR

Gambar 2.1 Kerangka Teori Perilaku Kesehatan...................................................43


Gambar 2.2 Kerangka Konsep Faktor-Faktor yang Berhubungan dengan
Pemanfaatan Pelayanan Kesehatan oleh Lanjut Usia di Puskesmas
Kota Padang Tahun 2019...................................................................44

x
DAFTAR ISTILAH/SINGKATAN

1. BPS : : Badan Pusat Statistik

2. Lansia : Lanjut Usia

3. Posyandu : Pos Pelayanan Terpadu

4. Puskesmas : Pusat Kesehatan Masyarakat

5. UHH : Usia Harapan Hidup

6. UMR : Upah Minimum Regional

7. WHO : World Health Organization

xi
DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1. Surat Izin Penelitian

Lampiran 2. Inform Consent

Lampiran 3. Kuisioner Penelitian

Lampiran 4. Surat Pernyataan Selesai Penelitian

Lampiran 5. Master Tabel

Lampiran 6. Output Analisa Data

Lampiran 7. Dokumentasi Penelitian

xii
BAB 1 : PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Menurut Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 43 Tahun 2004,

lanjut usia adalah seseorang yang telah mencapai umur 60 (enam puluh) tahun

keatas. Jumlah penduduk tua bertambah dengan pesat baik di negara maju maupun di

negara berkembang, hal ini disebabkan oleh rendahnya angka fertilitas (kelahiran)

dan angka mortalitas (kematian), serta tingginya angka harapan hidup (life

expectancy) sehingga mengubah struktur penduduk secara keseluruhan. Proses

penuaan penduduk dipengaruhi oleh beberapa faktor seperti peningkatan gizi,

sanitasi, pelayanan kesehatan serta kemajuan tingkat pendidikan dan sosial ekonomi

yang semakin bagus. Populasi lansia diprediksi terus mengalami peningkatan baik

secara global, Asia dan Indonesia. Tahun 2015 sudah memasuki era penduduk menua

(ageing population) karena jumlah penduduk yang lansia sudah melebihi angka 7

persen.(1)

Berdasarkan data proyeksi penduduk Indonesia, tahun 2015 jumlah penduduk

lansia di Indonesia sebesar 8,1% dari total penduduk di Indonesia, tahun 2017

meningkat menjadi 9,03%. Diprediksi jumlah penduduk lansia pada tahun 2030

sebesar 12,9 % di Indonesia, 17,1 % di Asia, dan 16,4% di Dunia. (1) Usia Harapan

Hidup (UHH) merupakan salah satu indikator pembangunan kesehatan. Data Badan

Pusat Statistik tahun 2015 menyatakan Usia Harapan Hidup (UHH) penduduk

Indonesia terus meningkat. Pada tahun 2005-2010 UHH adalah 69,1 tahun, pada

tahun 2010-2015 UHH meningkat menjadi 70,1 tahun dan diproyeksikan akan terus

1
2

meningkat pada tahun 2020-2035 seiring dengan Usia Harapan Hidup (UHH)

Indonesia menjadi 72,4 pada tahun 2035.(2)

Secara alami proses menjadi tua mengakibatkan seseorang mengalami

perubahan fisik dan mental, spiritual, ekonomi dan sosial. Salah satu permasalahan

yang sangat mendasar pada lansia adalah masalah kesehatan. Lansia merupakan

salah satu kelompok yang sangat rentan terserang penyakit. Proses penuaan

mengakibatkan daya tahan tubuh lansia menurun sehingga penyakit tidak menular

dan penyakit menular banyak muncul pada lansia. Masalah kesehatan yang dialami

oleh lansia adalah munculnya penyakit degeneratif akibat proses penuaan, gangguan

gizi (malnutrisi), penyakit infeksi serta masalah kesehatan gigi dan mulut.(2-3)

Penyakit terbanyak pada lansia berdasarkan Riset Kesehatan Dasar tahun

2013 yaitu hipertensi (57,6%), artritis (51,9%), stroke (46,1%), masalah gigi dan

mulut (19,1%), penyakit paru obstruktif menahun (8,6%) dan diabetes mellitus

(4,8%). Pada dasarnya penyakit yang diderita lansia jarang dengan diagnosis tunggal,

melainkan hampir selalu multidiagnosis. Sekitar 34,6% lansia menderita satu

penyakit, sekitar 28% dengan 2 (dua) penyakit, sekitar 14,6% dengan 3 (tiga)

penyakit, sekitar 6,2% dengan 4 (empat) penyakit, sekitar 2,3% dengan 5 (lima)

penyakit, sekitar 0,8% dengan 6 (enam) penyakit, dan sisanya dengan tujuh penyakit

atau lebih. Hanya kurang dari 15% yang tidak sakit menunjukkan upaya peningkatan

lansia aktif dan sehat (active and healthy ageing) harus segera dilakukan. Untuk itu

perlu diupayakan agar hal ini tidak menjadi beban pelayanan kesehatan di masa yang

akan datang.(2-3)

Lansia harus mendapatkan perhatian khusus dengan meningkatnya UHH

untuk kesejahteraannya berupa perbaikan kualitas kesehatan dan kondisi sosial

ekonomi masyarakat baik dari pemerintah, lembaga masyarakat maupun dari


3

masyarakat itu sendiri. Perhatian yang diberikan dapat bersumber dari berbagai

aspek, baik aspek kehidupan, sosial, ekonomi dan kesehatan. Pemeliharaan kesehatan

lansia harus ditunjukan agar tetap hidup sehat dan produktif secara sosial dan

ekonomi. Pemerintah harus memfasilitasi dengan menyediakan fasilitas dan

perlindungan yang memadai, keamanan, serta perawatan ketika dibutuhkan baik di

fasilitas pelayanan kesehatan tingkat pertama, maupun fasilitas kesehatan rujukan

tingkat lanjutan.(4)

Puskesmas sebagai unit terdepan dalam pelayanan kesehatan masyarakat

maupun perorangan telah tersedia disemua kecamatan. Sehubungan dengan hal

tersebut Puskesmas diharapkan mampu melakukan upaya promotif, preventif, kuratif

dan rehabilitatif tingkat dasar bagi lansia. Pelayanan kesehatan lansia di Puskesmas

harus dilakukan secara profesional dan berkualitas, paripurna, terpadu dan

terintegrasi dengan memperhatikan aspek geriatri pada Lanjut Usia. Oleh sebab itu,

untuk meningkatkan kualitas pelayanan kesehatan lansia di fasilitas kesehatan telah

diterbitkan Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 67 tahun 2015 tentang

Penyelenggaraan Pelayanan Kesehatan Lanjut Usia di Puskesmas. Selain itu,

diterbitkan juga Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 25 tahun 2016 tentang Rencana

Aksi Nasional Kesehatan Lanjut Usia Tahun 2016-2019 untuk memberikan acuan

bagi pemerintah pusat, pemerintah daerah, dan pemangku kepentingan lain berupa

langkah-langkah konkrit yang harus dilaksanakan secara berkesinambungan dalam

rangka peningkatan derajat kesehatan lansia untuk mencapai lansia yang sehat,

mandiri, aktif, produktif dan berdayaguna bagi keluarga dan masyarakat. Kebijakan

pemerintah terkait program lansia yaitu memperkuat dasar hukum pelaksanaan

pelayanan kesehatan lansia, meningkatkan jumlah dan kualitas fasilitas kesehatan

tingkat pertama dan fasilitas kesehatan rujukan tingkat lanjutan yang melaksanakan
4

pelayanan kesehatan santun lansia, meningkatkan ketersediaan data dan informasi di

bidang kesehatan lanjut usia, meningkatkan peran serta dan pemberdayaan keluarga,

masyarakat dan lanjut usia dalam upaya peningkatan kesehatan lanjut usia, dan

meningkatkan peran serta lanjut usia dalam upaya peningkatan kesehatan keluarga

dan masyarakat, membangun dan mengembangkan kemitraan dan jejaring

pelaksanaan pelayanan kesehatan lanjut usia yang melibatkan lintas program, lintas

sektor, organisasi profesi, lembaga pendidikan, lembaga penelitian, organisasi

masyarakat, dunia usaha, media massa, dan pihak terkait lainnya.(6-7)

Pelaksanaan pemanfaatan pelayanan kesehatan oleh lansia di Puskesmas

masih menghadapi berbagai kendala, seperti rendahnya tingkat keterlibatan

masyarakat sebagai sasaran dalam penyelenggaraan pelayanan kesehatan. Menurut

pegawai Puskesmas, rendahnya keterlibatan para lansia disebabkan oleh berbagai

kondisi fisik yang terjadi pada lansia seperti sedang sakit dan faktor tidak adanya

anggota keluarga yang mengantarkan ke Puskesmas. Oleh karena itu, Puskesmas

perlu mendorong masyarakat untuk berkontribusi dalam penyelenggaraan upaya

kesehatan di Puskesmas. Keberhasilan pemanfaatan pelayanan kesehatan ini

digambarkan melalui salah satu indikatornya yaitu tingkat kunjungan masyarakat.

Data lanjut usia dengan tempat berobat menunjukkan bahwa mayoritas lansia berobat

jalan ke fasilitas kesehatan (52,43%). Jika dilihat dari jenis fasilitas kesehatan,

proporsi lansia yang berobat ke praktek dokter sebesar 41,78%, ke Puskesmas/Pustu

sebesar 27,84%, ke rumah sakit pemerintah sebesar 11,46% dan rumah sakit swasta

sebesar 8,8%.(1) Hal ini menunjukan bahwa kontribusi lansia dalam pelaksanaan

pemanfaatan Puskesmas masih cenderung rendah.(5,8)

Puskesmas memiliki berbagai program dalam peningkatan kesehatan lansia

seperti pendataan sasaran usia lanjut, penyuluhan kesehatan usia lanjut, pembinaan
5

kebugaran melalui senam usia lanjut dan rekreasi bersama, deteksi dini keadaan

kesehatan dan pemeriksaan kesehatan secara berkala, pengobatan penyakit serta

upaya rujukan ke rumah sakit, upaya rehabilitatif, melakukan kerjasama dengan

lintas sektor terkait melalui asas kemitraan dengan melakukan pembinaan terpadu

pada kegiatan yang di laksanakan di kelompok usia lanjut, fasilitas dan bimbingan

dalam rangka meningkatkan peran serta dan pemberdayaan masyarakat dalam

pembinaan kesehatan usia lanjut. (5,8)

Pemanfaatan Puskesmas sebagai pelayanan kesehatan oleh lansia dapat

dijelaskan melalui teori pemanfaatan pelayanan kesehatan oleh L. Green yang

mengelompokkan faktor determinan perilaku seseorang dalam pemanfaatan

pelayanan kesehatan. Terdiri atas tiga kategori yaitu faktor predisposisi (pendidikan,

sikap, pengetahuan, kepercayaan dan sosial budaya) faktor pemungkin (lingkungan

fisik, jarak tempuh ke sarana kesehatan dan fasilitas kesehatan yang ada) dan faktor

penguat (sikap/perilaku petugas, undang-undang dan peraturan serta dukungan

keluarga dan masyarakat).(9)

Pengetahuan dapat mempengaruhi perilaku seseorang atau masyarakat

terhadap kesehatan. Jika masyarakat tahu apa saja pelayanan puskesmas, maka

kemungkinan masyarakat akan menggunakan pelayanan kesehatan juga akan

berubah seiring dengan pengetahuan seperti apa yang diketahuinya. Hal ini didukung

oleh penelitian Roy C.F Weku pada tahun 2012 di Puskesmas Kema Minahasa Utara

yang menyatakan bahwa terdapat hubungan antara pengetahuan dengan pemanfaatan

pelayanan kesehatan di Puskesmas Kema dengan nilai p=0,002.(10)

Sikap seseorang berpengaruh terhadap pemanfaatan Puskesmas sebagai

pelayanan kesehatan. Seseorang yang memiliki sikap yang baik maka akan lebih

cenderung memanfaatkan fasilitas kesehatan. Penelitian yang dilakukan Junaidi dan


6

Asma Yunita pada tahun 2013 menyatakan bahwa terdapat hubungan yang bermakna

antara sikap masyarakat dengan pemanfaatan Puskesmas Guguk Panjang dengan p

value = 0,000 .(11)

Seseorang yang berpendapatan tinggi cenderung lebih sering atu lebih

ekstensif dalam pelayanan kesehatan, orang yang berpendapatan tinggi juga lebih

sering memeriksa dan memelihara kesehatan dibanding kelompok orang

berpendapatan rendah. Ketimpangan pendapatan masyarakat juga mempengaruhi

pola konsumsi kesehatan masyarakat. Berdasarkan hasil penelitian Rachmawati, D.,

& Amir, M pada tahun 2014, terdapat hubungan antara pendapatan dengan

pemanfaatan pelayanan kesehatan di Puskesmas Tamanlarea Kota Makassar dengan

p value =0,001.(12)

Sikap petugas kesehatan adalah kesiapannya untuk bertindak, untuk

memberikan pelayanan kesehatan termasuk sikapnya dalam berkomunikasi dan

berpakaian ketika melakukan pelayanan kesehatan. Penelitian Hersi pada tahun 2013

didapatkan ada hubungan sikap petugas dengan pemanfaatan pelayanan kesehatan di

Puskesmas Puskesmas Makale.(13)

Keluarga merupakan orang yang terdekat yang sering ditemui. Dukungan dari

keluarga memiliki peran penting, dukungan dapat berupa dorongan, motivasi,

empati, ataupun bantuan yang dapat membuat individu merasa lebih tenang dan

aman. Berdasarkan penelitian Dwi (2014) mengenai faktor-faktor yang berhubungan

dengan pemanfaatan posyandu lansia di Kota Pekanbaru adanya hubungan

pemanfaatan posyandu lansia dengan dukungan keluarga (p = 0,0005).(34)

Jumlah penduduk Provinsi Sumatera Barat Tahun 2017 sebanyak 5.294.610

jiwa dengan jumlah penduduk lansia sebanyak 458.459 jiwa. Dari 19

Kabupaten/Kota, Kota Padang merupakan salah satu daerah di Sumatera Barat


7

dengan cakupan pelayanan kesehatan lansia yang terendah yaitu sebesar 27%.(14)

Jumlah penduduk lansia yang mendapatkan pelayanan kesehatan di Kota padang

Provinsi Sumatera Barat berbeda dari tahun 2015 sampai dengan tahun 2017. Pada

tahun 2015 sebesar 12.770 orang atau 15,42%, tahun 2016 mengalami peningkatan

sebesar 12.770 orang atau 21.31 % sedangkan pada tahun 2017 menurun sebesar

11.148 orang atau 17,8%. Hal ini disebabkan oleh sulitnya menjangkau lansia yang

mejadi sasaran dari pelayanan kesehatan. Jika dilihat berdasarkan gender, lansia

perempuan lebih banyak mendapat pelayanan kesehatan di banding laki-laki. (15-17)

Berdasarkan hasil tersebut, jumlah penduduk lansia yang mendapat pelayanan

kesehatan masih belum mencapai target nasional yang tercantum dalam Permenkes

RI No 43 Tahun 2016 tentang Standar Pelayanan Minimun Bidang Kesehatan yaitu

sebesar 100% dimana warga negara usia 60 tahun keatas melakukan skreening

kesehatan sesuai standar minimal 1 kali di wilayah kerjanya dalam kurun waktu satu

tahun.(8)

Berdasarkan laporan tahunan Dinas Kesehatan Kota Padang tahun 2017,

jumlah Puskesmas yang ada di Kota Padang sebanyak 22 Puskesmas, diantaranya

merupakan 7 Puskesmas Rawatan dan 15 Puskesmas Non Rawatan ditambah dengan

61 buah Puskesmas Pembantu dan 82 buah Poskeskel dengan total jumlah penduduk

927.011 jiwa.(18) Dari data cakupan pelayanan kesehatan lansia di Kota Padang,

terdapat 11 Puskesmas dengan cakupan pelayanan kesehatan lansia yang terendah di

setiap Kecamatan di Kota Padang yaitu Puskesmas Ulak Karang sebesar 1,0%,

Puskesmas Lubuk Begalung 1,1%, Puskesmas Bungus 2,8%, Puskesmas Lubuk

Kilangan 9,9%, Puskesmas Padang Pasir 11,1%, Puskesmas Andalas 10,9%,

Puskesmas Kuranji 11,8%, Puskesmas Lubuk Buaya 12,2%, Puskesmas


(15)
Pemancungan 15,0%, Puskesmas Pauh 18,9% dan Puskesmas Nanggalo 22,6%.
8

Hal ini menunjukan banyaknya Puskesmas di Kota Padang yang tidak mencapai

target yang telah ditetapkan sebagaimana yang terdapat pada tabel berikut.

Tabel PENDAHULUAN.1 Cakupan pelayanan kesehatan lansia di


Puskesmas Kota Padang Tahun 2017
No Kecamatan Puskesmas Persentase cakupan
pelayanan kesehatan usia lanjut
(>60 tahun)
1 Padang Barat Padang Pasir 11,1 %
2 Padang Timur Andalas 10,9%
3 Padang Utara Ulak Karang 1,0%
4 Alai 46,7%
5 Air Tawar 21,9%
6 Padang Selatan Seberang Padang 51,2%
7 Pemancungan 15,0%
8 Rawang Barat 21,4%
9 Koto Tangah Lubuk Buaya 12,2%
10 Air Dingin 23,9%
11 Anak Air 23,9%
12 Ikur Koto 45,3%
13 Nanggalo Nanggalo 22,6%
14 Lapai 27,6%
15 Kuranji Kuranji 11,8%
16 Belimbing 33,5%
17 Ambacang 35,6%
18 Pauh Pauh 18,2%
19 Lubuk Kilangan Lubuk Kilangan 9,9%
20 Lubuk Begalung Lubuk Begalung 1,1%
21 Pagambiran 5,1%
22 Bungus Bungus 2,8%
Jumlah 17,8%
Sumber : Dinas Kesehatan Kota Padang

Hasil survei awal yang penulis lakukan melalui wawancara terhadap sepuluh

(10) orang lansia di Puskesmas Kota Padang diperoleh informasi terdapat beberapa

faktor yang mempengaruhi pemanfaatan Puskesmas. 8 dari 10 orang responden

menyatakan melakukan pengobatan awal ke pengobatan alternatif atau tradisional,

responden menyatakan tidak mengetahui pelayanan kesehatan khusus lansia di

Puskesmas, responden menyatakan bahwa tidak melakukan pemeriksaan kesehatan

saat kondisi sehat, responden memiliki pendapatan kurang dari UMR Sumatera

Barat tahun 2019, terdapat 7 orang responden menyatakan perilaku tenaga kesehatan

di Puskesmas ramah terhadap pasien yang berobat serta mendapat dukungan dari

anggota keluarga dalam memanfaatkan pelayanan kesehatan di Puskesmas.


9

Berdasarkan latar belakang tersebut peneliti tertarik untuk melakukan

penelitian tentang “Faktor-faktor yang berhubungan dengan pemanfaatan pelayanan

kesehatan oleh Lanjut Usia di Puskesmas Kota Padang Tahun 2019”

1.2 Perumusan Masalah

Berdasarkan Latar Belakang yang telah diuraikan di atas, maka rumusan

masalah dalam penelitian ini adalah apakah faktor-faktor yang berhubungan dengan

pemanfaatan pelayanan kesehatan oleh lanjut usia di Puskesmas Kota Padang Tahun

2019?

1.3 Tujuan Penelitian

1.3.1 Tujuan Umum

Tujuan umum dari penelitian ini adalah untuk mengetahui faktor-faktor apa

saja yang berhubungan dengan pemanfaatan pelayanan kesehatan oleh lanjut usia di

Puskesmas Kota Padang Tahun 2019.

1.3.2 Tujuan Khusus

1. Diketahuinya distribusi frekuensi pemanfaatan pelayanan kesehatan oleh

lanjut usia di Puskesmas Kota Padang Tahun 2019.

2. Diketahuinya distribusi frekuensi pengetahuan lanjut usia di Puskesmas

Kota Padang Tahun 2019.

3. Diketahuinya distribusi frekuensi sikap lanjut usia di Puskesmas Kota

Padang Tahun 2019.

4. Diketahuinya distribusi frekuensi pendapatan lanjut usia di Puskesmas

Kota Padang Tahun 2019.


10

5. Diketahuinya distribusi perilaku petugas kesehatan oleh lanjut usia di

Puskesmas Kota Padang Tahun 2019

6. Diketahuinya distribusi dukungan keluarga lanjut usia di Puskesmas Kota

Padang Tahun 2019

7. Diketahuinya hubungan pengetahuan dengan pemanfaatan pelayanan

kesehatan oleh lanjut usia di Puskesmas Kota Padang Tahun 2019.

8. Diketahuinya hubungan sikap terhadap pemanfaatan pelayanan kesehatan

oleh lanjut usia di Puskesmas Kota Padang Tahun 2019.

9. Diketahuinya hubungan pendapatan terhadap pemanfaatan pelayanan

kesehatan oleh lanjut usia di Puskesmas Kota Padang Tahun 2019.

10. Diketahuinya hubungan perilaku petugas kesehatan terhadap pemanfaatan

pelayanan kesehatan oleh lanjut usia di Puskesmas Kota Padang Tahun

2019.

11. Diketahuinya hubungan dukungan keluarga terhadap pemanfaatan

pelayanan kesehatan oleh lanjut usia di Puskesmas Kota Padang Tahun

2019.

1.4 Manfaat Penelitian

1.4.1 Manfaat Teoritis

Penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi dan pengembangan

ilmu mengenai pemanfaatan pelayanan kesehatan dan memberikan informasi kepada

instansi terkait sebagai dasar untuk pengembangan kebijakan mengenai pemanfaatan

pelayanan kesehatan di Puskesmas


11

1.4.2 Manfaat Praktis

1. Bagi Penulis

Meningkatkan kemampuan penulis dalam mengetahui masalah dan

sebagai wadah dlam mengaplikasikan ilmu yang didapat selama kuliah serta

menambah pengetahuan dan pengalaman di lapangan.

2. Bagi Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Andalas

Sebagai bahan masukan bagi Fakultas Kesehatan Masyarakat Unand

dalam rangka pengembangan ilmu pengetahuan Kesehatan Masyarakat di

Universitas Andalas.

3. Bagi Puskesmas

Memberikan masukan dan bahan evaluasi terkait pemanfaatan

Puskesmas oleh lanjut usia dan sebagai dasar dalam mengambil kebijakan

Puskesmas berikutnya.

1.5 Ruang Lingkup Penelitian

Penelitian ini adalah untuk mengetahui faktor - faktor yang berhubungan

dengan pemanfaatan pelayanan kesehatan oleh lanjut usia di Puskesmas Kota Padang

tahun 2019 dilihat dari variabel dependen (pemanfaatan pelayanan kesehatan) dan

variabel independen (pengetahuan, sikap, pendapatan, perilaku petugas kesehatan

dan dukungan keluarga) diukur dalam waktu yang bersamaan.


BAB 2 : TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Lanjut Usia

2.1.1 Definisi Lanjut Usia

Menurut Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 43 Tahun 2004,

lanjut usia adalah seseorang yang telah mencapai umur 60 (enam puluh) tahun

keatas. Lansia disebut sebagai tahap akhir dari perkembangan pada daur kehidupan

manusia. Lansia adalah kelompok orang yang sedang mengalami suatu proses

perubahan secara bertahap dan dalam waktu tertentu. (1, 19, 20)

2.1.2 Klasifikasi Lansia

Dibawah ini merupakan batasan umur menurut yang dikemukakan oleh

beberapa pendapat antara lain:(19)

a. Menurut World Health Organization (WHO) meliputi:(19)

1. Usia pertengahan (middle age) : usia 45-59 tahun.

2. Usia lanjut (elderly) : usia 60-74 tahun.

3. Usia tua (old) : usia 75-90 tahun.

4. Usia sangat tua (very old) : usia diatas 90 tahun.

b. Kalisifikasi pada lansia menurut Peraturan Pemerintah Republik Indonesia

Nomor 43 Tahun 2004 terbagi atas lima, yaitu:(1)

1. Pralansia (Prasenilis) : Seseorang yang berusia antara 45-59 tahun.

2. Lansia : Seseorang yang berusia 60 tahun atau lebih.

3. Lansia Resiko Tinggi : Seseorang yang berusia 70 tahun atau lebih

atau seseorang yang berusia 60 tahun atau lebih dengan masalah

kesehatan.

12
13

4. Lansia Potensial : Lansia yang masih mampu melakukan pekerjaan

dan atau kegiatan yang dapat menghasilkan barang atau jasa.

5. Lansia Tidak Potensial : Lansia yang tidak berdaya mencari nafkah,

sehingga hidupnya bergantung dengan bantuan orang lain.

2.1.3 Perubahan yang terjadi pada Lansia

Bertambahnya umur seseorang mengakibatkan terjadinya berbagai

perubahan. Perubahan yang biasa terjadi pada lansia meliputi perubahan fisik, sosial,

dan psikologis.(21)

1) Perubahan Fisik

a. Sel : Jumlah sel-sel dalam tubuh berkurang, ukuran mulai membesar,

cairan tubuh dan cairan intraseluler juga menurun.

b. Kardiovaskular : Katup jantung jadi menebal dan kaku, kemampuan

dalam memompa darah menurun (menurunnya kontraksi dan volume),

elastisitas pembuluh darah mulai menurun, serta meningkatnya resistensi

pembuluh darah perifer sehingga tekanan darah jadi meningkat.

c. Respirasi : Kekuatan otot pada pernapasan mulai menurun dan kaku,

elastisitas paru-paru menurun, kapasitas residu meningkat sehingga saat

menarik napas lebih berat, alveoli jadi melebar dan jumlahnya menurun,

menurunnya kemampuan batuk, serta pada bronkus terjadi penyempitan.

d. Persyarafan : Syaraf panca indra mengecil mengakibatkan fungsinya

menurun serta lambat saat merespon. Berkurang hingga hilangnya

lapisan mielin akson, sehingga mengakibatkan berkurangnya respons

motorik dan reflex


14

e. Muskuloskeletal : Menurunnya cairan tulang sehingga rentan rapuh

(osteoporosis), bungkuk (kifosis), persendian membesar serta menjadi

kaku (atrofi otot), kram, tremor, tendon mengerut, dan terjadi sklerosis.

f. Gastrointestinal : Melebarnya esofagus. Asam lambung, lapar dan

peristaltik menurun sehingga daya absorpsi juga ikut menurun. Ukuran

lambung semakin kecil serta fungsi organ aksesori jadi menurun

sehingga berkurangnya produksi hormon dan enzim pencernaan.

g. Genitourinaria : Ginjal semakin kecil, aliran darah ke ginjal jadi menurun

serta penyaringan di glomerolus menurun, dan fungsi tubulus juga

menurun sehingga kemampuan mengonsentrasi urine ikut menurun.

h. Vesika urinaria : Otot-otot jadi melemah, kapasitasnya mulai menurun,

dan retensi urine. Prostat hipertrofi terjadi pada 75% lansia.

i. Vagina : Selaput lendir pada vagina mengering dan sekresi menurun.

j. Pendengaran : Membran timpani atrofi sehingga terjadi kualitas

pendengaran dan tulang-tulang pada pendengaran mengalami kekakuan.

k. Penglihatan : Respons syaraf mata terhadap sinar menurun, adaptasi

terhadap keadaan gelap menurun, akomodasi juga menurun, luas

pandang menurun, dan terjadi katarak.

l. Endokrin : Produksi hormon semakin menurun.

m. Kulit : Kulit menjadi keriput, kulit kepala dan rambut semakin menipis,

rambut dalam hidung dan telinga semakin menebal, elastisitas menurun,

vaskularisasi menurun, rambut jadi memutih (uban), kelenjer keringat

mulai menurun, dan kuku kaki tumbuh berlebihan seperti tanduk.


15

n. Belajar dan memori : Kemampuan untuk belajar masih ada tetapi relatif

menurun, memori (daya ingat) mulai menurun karena proses encoding

(penerimaan) juga menurun.

o. Inteligensi : Secara umum inteligensi tidak banyak berubah

p. Personality dan adjustment (pengaturan) : Tidak banyak terjadi

perubahan, hampir seperti saat masih muda.

q. Pencapaian (Achievement) : Sains, filosofi, dan musik sangat meberi

pengaruh.

2) Perubahan Sosial

a. Peran : Post power syndrome, single women, dan single parent.

b. Keluarga empatiness : Merasa sendirian dan kehampaan

c. Teman : Ketika mengetahui lansia lainnya meninggal, maka mulai

muncul perasaan kapan akan meninggal dan berada di rumah terus

menerus menyebabkan cepat pikun (tidak berkembang).

d. Abuse : Kekerasan baik dalam bentuk verbal (dibentak) maupun non-

verbal (dicubit atau tidak diberi makan).

e. Masalah hukum : Berhubungan dengan perlindungan aset dan harta

pribadi yang dikumpulkan sejak masih muda.

f. Pensiun : Jika menjadi pegawai negeri maka akan ada tabungan (dana

pensiun), tetapi jika tidak maka anak dan cucu yang akan memberi uang.

g. Ekonomi : Kesempatan yang sesuai untuk mendapatkan pekerjaan bagi

lansia dan income security.

h. Rekreasi : Hal yang diperlukan untuk ketenangan batin.

i. Keamanan : Rendahnya keamanan pada lansia, seperti lansia yang

mudah mengalami jatuh atau terpeleset.


16

j. Transportasi : Kebutuhan terhadap transportasi yang sesuai bagi lansia.

k. Politik : Memiliki kesempatan yang sama untuk terlibat serta

memberikan masukkan dalam sistem politik yang berlaku.

l. Pendidikan : Berhubungan dengan pengetasan buta aksara dan

kesempatan untuk terus belajar sesuai dengan hak asasi manusia.

m. Agama : Melaksanakan ibadah sesuai dengan keyakinan dan kepercayaan

yang dianut.

n. Panti jompo : Dapat mengakibatkan lansia merasa dibuang atau

diasingkan oleh keluarga.

3) Perubahan Psikologis

Perubahan psikologi yang biasa dialami pada lansia meliputi short

time memory, rasa frustasi, merasa kesepian, takut kehilangan akan

kebebasan, takut dalam menghadapi kematian, perubahan setiap keinginan,

depresi, dan kecemasan.

2.1.4 Masalah Kesehatan Lansia

Beberapa masalah kesehatan yang dialami oleh lansia, antara lain:(21)

1) Depresi

Secara umum tanda-tanda mengalami depresi adalah tidak pernah

merasa tenang dan senang dalam hidupnya, distorsi dalam perilaku makanan,

gangguan saat tidur, ganguan dalam beraktivitas normal, kurang energi

dimana cenderung mengatakan atau selalu merasa lelah, memiliki keyakinan

bahwa hidup ini tidak berguna dan tidak efektif, tidak percaya diri,

kemampuan untuk berpikir jernih dan memecahkan masalah menurun,

perilaku rentan merusak diri secara tidak langsung, dan berpikiran ingin

bunuh diri.
17

2) Insomnia atau gangguan tidur

Gejala insomnia adalah mengalami kesulitan untuk tidur, mudah

terbangun dari tidur dan tidak bisa untuk tidur kembali, berulang kali terjaga

dari tidur, serta tidur selalu tidak nyenyak atau gelisah.

3) Mengompol atau inkontinensia

Inkontinensia yaitu gangguan yang tidak bisa dianggap remeh, karena

dapat menngakibatkan dampak psikologis bagi penderita, seperti memiliki

perasaan tertekan, depresi dan malu, serta gangguan terhadap hubungan

seksual dan sosial. Inkontinensia merupakan salah satu gejala penyakit serius

yang melatarbelakanginya.

4) Cepat lelah

Kelelahan pada umumnya dapat menjadi gejala penyakit dan juga

berhubungan dengan faktor psikologis (motivasi menurun dan kurang

tertarik) yang menyebabkan penurunan kapasitas kerja. Penyebab kelelahan

pada umumnya adalah aktivitas yang terlalu monoton, intensitas lama kerja

fisik dan mental, keadaan lingkungan sekitar, faktor mental seperti tanggung

jawab, kekhawatiran, dan konflik serta penyakit.

5) Nyeri sendi

Nyeri sendi yaitu gangguan yang paling sering dirasakan pada sendi

lutut setelah berjalan kaki. Resiko nyeri sendi yang dihadapi perempuan lebih

besar, terutama saat memasuki masa monopause. Nyeri sendi terjadi akibat

pengumpulan cytokine yang berlebihan pada sendi, yang disebabkan oleh

kerusakan jaringan ikat pada sendi. Nyeri yang terjadi pada persendian juga

disebabkan oleh pembengkakan sendi atau artritis, ketegangan pada otot atau
18

pembengkakan kantong cairan pada sendi atau bursitis. Ketiga gangguan ini

dipicu oleh kelelahan, salah posisi, influenza, dan rematik atau asam urat.

2.1.5 Sifat Penyakit Lansia

Beberapa sifat penyakit terdapat pada lansia dan yang membedakannya

dengan penyakit pada orang dewasa umunya, yaitu:(19)

1) Penyebab penyakit

Penyebab penyakit yang terjadi pada lansia umumnya berasal dari

dalam tubuh (endogen), sedangkan penyebab penyakit pada orang dewasa

berasal dari luar tubuh (eksogen). Hal ini diakibatkan karena pada lansia telah

terjadi penurunan fungsi dari berbagai organ-organ dalam tubuh akibat

kerusakan sel-sel karena proses penuaan.

2) Gejala penyakit yang timbul sering tidak khas atau tidak jelas

Contoh yang terjadi pada gejala ini ialah pada penyakit paru

(pneumonia) sering kali tidak ditemui demam tinggi dan batuk berdarah,

gejala terlihat ringan padahal penyakit sebenarnya serius, sehingga penderita

menganggap penyakit yang dideritanya tidak berat dan tidak perlu diobati.

3) Membutuhkan lebih banyak obat (polifarmasi)

Akibat banyaknya penyakit yang timbul pada lansia, maka dalam

pengobatannya membutuhkan obat yang beraneka ragam dibandingkan

dengan orang dewasa. Fungsi organ vital dalam tubuh lansia, seperti ginjal

dan hati yang berperan dalam mengolah obat-obat yang masuk ke dalam

tubuh telah berkurang, sehingga menyebabkan kemungkinan besar obat yng

masuk akan menumpuk dalam tubuh dan terjadi keracunan obat dengan

segala komplikasinya. Maka dosis yang diberikan pada lansia perlu dikurangi

agar hal tersebut tidak terjadi.


19

4) Sering mengalami gangguan jiwa

Pada lansia yang telah lama menderita penyakit maka sering

mengalami tekanan jiwa (depresi). Pengobatan pada lansia tidak hanya

difokuskan pada gangguan fisik saja, tetapi juga pada gangguan jiwa yang

gejalanya sering tidak tampak.

2.1.6 Jenis Pelayanan Kesehatan Lansia

Jenis pelayanan kesehatan terhadap lansia mencakup lima upaya kesehatan,

yaitu:(19)

1) Promosi (Promotion)

Upaya promotif adalah tindakan baik secara langsung maupun tidak

langsung untuk meningkatkan derajat kesehatan serta pencegahan penyakit.

Upaya promotif juga merupakan proses advokasi kesehatan dalam

meningkatkan dukungan klien, tenaga profesional, dan masyarakat terhadap

praktik kesehatan yang positif menjadi norma-norma sosial.

2) Pencegahan (Prevention)

a) Pencegahan primer mencakup pencegahan pada lansia sehat, memiliki

faktor resiko, tidak memiliki penyakit, dan promosi kesehatan. Jenis

pelayanan pencegahan primer pada lansia yaitu program imunisasi

(contoh vaksin influenza), konseling (berhenti merokok dan minum

beralkohol), dukungan nutrisi, keamanan di dalam dan disekitar rumah

serta manajemen stres.

b) Pencegahan sekunder mencakup pemeriksaan terhadap penderita tanpa

gejala, dari mulanya penyakit hingga terjadi gejala penyakit belum

terlihat secara klinis dan mengidap faktor resiko. Jenis pelayanan

pencegahan sekunder yaitu kontrol hipertensi, deteksi, pengobatan


20

kanker, dan screening (pemeriksaan rektal, mammogram, papsmear, gigi

mulut, dan lain-lain).

c) Pencegahan tersier dilakukan setelah tedapat gejala penyakit dan cacat,

mencegah cacat menjadi bertambah dan ketergantungan, serta perawatan

secara bertahap. Jenis pelayanan pencegahan tersier yaitu mencegah

berkembangnya gejala penyakit dengan memfasilitasi rehabilitasi dan

membatasi ketidakmampuan akibat kondisi kronis (misal osteoporosis).

3) Diagnosis dini dan pengobatan

Diagnosis dini penyakit dapat dilakukan oleh lansia sendiri atau

dilakukan oleh petugas profesional dan petugas institusi.

4) Pembatasan terjadinya kecacatan

Kecacatan merupakan kesulitan dalam memfungsikan kerangka, otot,

dan sistem syaraf. Kecacatan dibagi atas 3 yaitu kecacatan sementara yang

hanya terjadi sementara waktu dan masih memungkinkan untuk pulih

kembali, kecacatan menetap yang mana tidak dapat dipulihkan kembali akan

tetapi dapat disubstitusi dengan alat, dan kecacatan progresif yang mana tidak

dapat dipulihkan kembali dan tidak dapat disubstitusi atau diganti.

5) Pemulihan (Rehabilitation)

Rehabilitatif pada lansia memiliki beberapa prinsip, yaitu:

a) Mempertahankan lingkungan yang aman.

b) Mempertahankan keamanan, istirahat dan aktivitas serta mobilitas.

c) Mempertahankan kecukupan gizi.

d) Mempertahankan fungsi organ pernapasan.

e) Mempertahankan fungsi aliran darah dalam tubuh.

f) Mempertahankan kulit.
21

g) Mempertahankan fungsi organ pencernaan.

h) Mempertahankan fungsi saluran kemih.

i) Meningkatkan fungsi psikososial.

j) Mempertahankan komunikasi.

k) Mendorong pelaksanaan tugas.

2.2 Puskesmas

2.2.1 Definisi

Puskesmas adalah pusat kesehatan masyarakat yang terletak di kecamatan-

kecamatan yang dimaksudkan sebagai pengganti keberadaan rumah sakit dan klinik-

klinik kesehatan yang bertanggung jawab terhadap kesehatan rakyat. Puskesmas

adalah instansi pemerintah yang wajib bertanggung jawab atas kesejahteraan

kesehatan masyarakat terutama ibu dan anak di setiap kecamatannya, terlebih lagi

pada daerah pedalaman yang sulit untuk menjangkau wilayah rumah sakit

dikarenakan akses terhadap infrastruktur desa yang masih kurang. Menurut Azrul

Azwar (1980) Puskesmas merupakan suatu kesatuan organisasi fungsional yang

langsung memberikan pelayanan secara menyeluruh kepada masyarakat dalam suatu

wilayah kerja tertentu dalam bentuk usaha-usaha kesehatan pokok.(22)

Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 75 Tahun 2014 tentang Puskesmas

menyebutkan bahwa Puskesmas adalah fasilitas pelayanan kesehatan yang

menyelenggarakan upaya kesehatan masyarakat dan upaya kesehatan perseorangan

tingkat pertama, dengan lebih mengutamakan upaya promotif dan preventif, untuk

mencapai derajat kesehatan masyarakat yang setinggi-tingginya di wilayah kerjanya.

Puskesmas mempunyai tugas melaksanakan kebijakan kesehatan untuk mencapai

tujuan pembangunan kesehatan di wilayah kerjanya dalam rangka mendukung


22

terwujudnya Kecamatan Sehat. Selain melaksanakan tugas tersebut, Puskesmas

memiliki fungsi sebagai penyelenggara Upaya Kesehatan Masyarakat (UKM) tingkat

pertama dan Upaya Kesehatan Perseorangan (UKP) tingkat pertama serta sebagai

wahana pendidikan tenaga kesehatan. Upaya kesehatan masyarakat adalah setiap

kegiatan untuk memelihara dan meningkatkan kesehatan serta mencegah dan

menanggulangi timbulnya masalah kesehatan dengan sasaran keluarga, kelompok,

dan masyarakat. Upaya kesehatan perseorangan adalah suatu kegiatan dan/atau

serangkaian kegiatan pelayanan kesehatan yang ditujukan untuk peningkatan,

pencegahan, penyembuhan penyakit, pengurangan penderitaan akibat penyakit, dan

memulihkan kesehatan perseorangan.(23)

2.2.2 Fungsi Puskesmas

Puskesmas memiliki beberapa fungsi yang diagi menjadi 3, yaitu : (22)

a. Sebagai penggerak pembangunan berwawasan kesehatan

Peran Puskesmas sebagai motor dan motivator teselenggaranya

pembangunan yang berorientasi, mengacu dan berlandaskan pada kesehatan.

Dampak dari peran ini adalah peningkatan kesehatan masyarakat dengan

membangun lingkungan sehat dan perilaku hidup sehat.

b. Memberdayakan keluarga dan masyarakat

Pemberdayaan keluarga merupakan upaya yang bersifat non instruktif

untuk meningkatkan pengetahuan dan kemampuan keluarga dalam

mengidentifikasikan masalah, merencanakan dan mengambil keputusan

dengan benar tanpa bantuan pihak lain. Indikator yang digunakan untuk

mengukur pemberdayaan keluarga adalah banyaknya keluarga sehat di

wilayah kerja Puskesmas.


23

c. Memberikan Pelayanan kesehatan tingkat pertama

Pelayanan kesehatan tingkat pertama mutlak diperlukan dan sangat

dibutuhkan oleh sebagian besar masyarakat dan mempunyai nilai strategis

dalam upaya peningkatan derajat kesehatan masyarakat. Pelayanan kesehatan

ini bersifat holistik, terpadu, komprehensif dan berkesinambungan.

Upaya kesehatan dasar masyarakat di tingkat pertama terdiri atas :(22)

a. Pelayanan kesehatan perorangan

Pelayanan yang bersifat pribadi dengan tujuan utama

menyembuhkan penyakit dna memulihkan kesehatan individu tanpa

mengabaikan pemeliharaan kesehatan dan pencegahan penyakit.

b. Pelayanan kesehatan masyarakat

Pelayanan yang bersifat publik dengan tujuan utama memelihara dan

meningkatkan kesehatan serta mencegah timbulnya penyakit tanpa

mengabaikan penyembuhan penyakit dan pemulihan kesehatan. Antara

lain promosi kesehatan, pencegahan dan pengendalian penyakit,

penyehatan lingkungan, perbaikan gizi, peningkatan kesehatan keluarga

dan keluarga berencana, kesehatan jiwa serta berbagai program kesehatan

masyarakat lainnya.

2.3 Pelayanan Kesehatan Lanjut Usia di Puskesmas

Menurut Leevey dan Loomba (1973) dalam Azwar (2010) pelayanan

kesehatan adalah setiap upaya yang diselenggarakan sendiri atau bersama-sama

dalam suatu organisasi untuk memelihara dan meningkatkan kesehatan, mencegah

dan menyembuhkan penyakit serta memulihkan kesehatan perorangan, keluarga,

kelompok dan masyarakat. (24)


24

Menurut Azwar (2010) terdapat beberapa syarat pelayanan kesehatan yang

baik, antara lain : (24)

a. Tersedia dan berkesinambungan

Artinya semua jenis pelayanan kesehatan yang dibutuhkan oleh

masyarakat tidak sulit ditemukan, serta keberadaannya dalam masyarakat

adalah setiap saat dibutuhkan.

b. Dapat diterima dan wajar

Pelayanan kesehatan tersebut tidak bertentangan dengan keyakinan

dan kepercayaan masyarakat.

c. Mudah dicapai

Pelayanan kesehatan yang baik mudah dicapai (accesible) oleh

masyarakat

d. Mudah dijangkau

Dari sudut biaya pelayanan kesehatan tersebut sesuai dengan

kemampuan ekonomi masyarakat.

e. Bermutu

Menunjukkan tingkat kesempurnaan dalam pelayanan kesehatan yang

diselenggarakan dan dapat memuaskan para pemakai jasa pelayanan serta tata

cara penyelenggaraannya sesuai dengan kode etik dan standar yang telah

ditetapkan.

Pelayanan kesehatan lanjut usia di Puskesmas dilakukan pada ruangan khusus

sehingga lanjut usia tidak harus mengantri bersama dengan pasien umum lainnya saat

di Puskesmas. Tetapi apabila kondisi Puskesmas tidak memungkinkan maka dapat

juga dilakukan di ruangan pemeriksaan umum dengan syarat pasien lanjut usia harus

didahulukan. Berdasarkan Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia No 67


25

Tahun 2015 tentang Penyelenggaraan Pelayanan Kesehatan Lanjut Usia di Pusat

Kesehatan Masyarakat terdapat beberapa pelayanan kesehatan lansia di puskesmas

yaitu:(6)

1. Pengkajian Paripurna Pada Lanjut Usia

Setiap Lanjut Usia yang datang berkunjung ke Puskesmas pada

kunjungan atau kontak pertama dengan petugas kesehatan akan dilakukan

program pengkajian paripurna menggunakan Comprehensive Geriatric

Assessment (CGA). Melalui CGA tenaga kesehatan dapat melakukan

penilaian menyeluruh terhadap lanjut usia baik dari aspek biologis, kognitif,

psikologis, dan sosial untuk menentukan permasalahan dan rencana

penatalaksanaan terhadap lanjut usia. CGA dilakukan oleh tim yang dipimpin

oleh dokter dengan anggota lainnya yaitu perawat, tenaga gizi, dan tenaga

kesehatan masyarakat terlatih. Tim dapat ditambah sesuai kebutuhan dan

tenaga yang tersedia.

Komponen pemeriksaan terdiri dari :

a) Pada Pemeriksaan Tanda Vital

Pemeriksaan tanda vital pada pasien lanjut usia sangat dianjurkan

untuk betul-betul memperhatikan derajat penurunan atau perubahan

kesadaran (bila ada). Pemeriksaan tekanan darah dan frekuensi denyut

jantung harus dilakukan pada posisi pasien berbaring dan duduk serta

berdiri (bila memungkinkan); hipotensi ortostatik lebih sering muncul

pada pasien Lanjut Usia dan geriatri.

b) Pemeriksaan Jasmani

Pemeriksaan jasmani harus dilakukan menurut sistematika sistem

organ mulai dari sistem kardiovaskular, sistem pernapasan, sistem


26

gastrointestinal, sistem genitourinarius, sistem muskuloskeletal, sistem

hematologi dan sistem metabolikendokrinologi serta pemeriksaan

neurologik.

c) Penilaian Status Gizi

Penilaian status gizi diawali dengan dilakukan deteksi dini

menggunakan MNA, dilanjutkan dengan mencatat asupan gizi, mengukur

IMT (jika masih dapat berdiri tegak), atau mengukur panjang depa, tinggi

lutut, atau tinggi duduk (jika pasien tidak dapat berdiri tegak).

d) Pemeriksaan Status Fungsional

Pemeriksaan status fungsional dimaksudkan sebagai kemampuan

seseorang melakukan aktivitas hidup sehari-hari secara mandiri. Karena

penyakit akut yang menyerang, biasanya pasien geriatri akan mengalami

penurunan status fungsional, misalnya lanjut usia yang awalnya mandiri

menjadi ketergantungan ringan atau sedang, dari ketergantungan ringan

kemudian menjadi ketergantungan sedang sampai berat bahkan

ketergantungan total. Dalam menetapkan derajat ketergantungan seorang

lanjut usia maka perlu dicatat bahwa data yang didapat dari keterangan

langsung harus disesuaikan dengan data dari keluarga yang tinggal

bersama pasien serta dari pengamatan langsung oleh tenaga kesehatan.

Penentuan status fungsional ini harus dilaksanakan dengan cermat

dengan mengikut sertakan keluarga dan diamati sendiri. Penentuannya

perlu dilakukan dalam beberapa kali untuk mengevaluasi kemajuan dan

kemunduran yang mungkin terjadi. Status fungsional diperiksa dengan

mengguna-kan indeks ADL’s Barthel, Test Up and Go.

e) Penilaian Status Psikososial


27

Penilaian status psikososial lanjut usia yang mengalami berbagai

permasalahan psikologis perlu diperhatikan oleh dokter, perawat,

keluarga maupun tenaga kesehatan. Penanganan masalah psikologis

secara dini akan membantu lanjut usia dalam melakukan strategi

pemecahan masalah. Perubahan status psikososial yang sering terjadi

pada lanjut usia yaitu mature, dependent, self hater, angry, angkuh, dan

lain-lain.

f) Penilaian Status Sosial

Penilaian status sosial adalah untuk menilai perlakuan orang-orang

yang berada di sekitar lanjut usia yang sangat berpengaruh terhadap

kondisi kesehatan fisik dan mental lanjut usia seperti perlakuan yang

salah terhadap lanjut usia (mistreatment/abuse), dan menelantarkan lanjut

usia (neglected). Di samping itu penilaian status sosial dapat menentukan

potensi keluarga yang bisa dimanfaatkan untuk membantu pemulihan

pasien.

g) Pemeriksaan Status Kognitif

Pemeriksaan status kognitif yaitu penapisan untuk pikun (demensia).

Modalitas yang paling sederhana adalah Abbreviated Mental Test (AMT),

dengan mengkategorikan menjadi gangguan kognitif ringan, sedang dan

berat.

h) Pemeriksaan Status Mental

Pemeriksaan Status Mental dilakukan melalui penapisan ada

tidaknya depresi pada pasien. Untuk standardisasi juga dipergunakan

modalitas yang paling sederhana. Untuk menjaring masalah gangguan

mental emosional yang dimiliki pasien secara umum dilakukan


28

pemeriksaan metode 2 menit. Selanjutnya bila terdapat indikasi depresi

maka dilakukan pemeriksaan GDS dan bila terdapat indikasi demensia

maka dilakukan pemeriksaan MMSE.

i) Pemeriksaan penunjang, dilakukan berdasarkan kebutuhan.

Dari hasil pengkajian secara paripurna, selanjutnya Lanjut Usia

tersebut akan dibagi menjadi beberapa kelompok, yaitu:

1. Lanjut usia yang sehat dan mandiri;

2. Lanjut usia yang sehat dengan ketergantungan ringan;

3. Lanjut usia yang sehat dengan ketergantungan sedang;

4. Lanjut usia dengan ketergantungan berat/ total;

5. Lanjut usia pasca-rawat (dua minggu pertama);

6. Lanjut usia yang membutuhkan asuhan nutrisi; atau

7. Lanjut usia yang membutuhkan pendampingan (memiliki masalah

psiko-kognitif).

Berdasarkan kelompok yang telah dibagi akan dilakukan program

sesuai dengan kelompok Lanjut Usia tersebut, meliputi:

a. Kelompok a (lanjut usia yang sehat dan mandiri) dan kelompok b

(lanjut usia yang sehat dengan ketergantungan ringan) maka dapat

langsung mengikuti program Lanjut Usia dalam Ruang yang telah

ditentukan.

b. Lanjut Usia yang tergolong kedalam kelompok c (lanjut usia yang

sehat dengan ketergantungan sedang) dan kelompok d (lanjut usia

dengan ketergantungan berat/ total) maka harus mengikuti program

layanan perawatan di rumah (home care service) dan bila perlu


29

melibatkan pelaku rawat/pendamping (caregiver) atau mungkin perlu

dirujuk ke RS.

c. Untuk kelompok e (lanjut usia pasca-rawat dua minggu pertama),

kelompok f (lanjut usia yang membutuhkan asuhan nutrisi), dan

kelompok g (lanjut usia yang membutuhkan pendampingan, memiliki

masalah psiko-kognitif) dengan status fungsional yang mandiri maka

dapat dilayani di ruang kegiatan, sedangkan lanjut usia dengan derajat

ketergantungan ringan hingga sedang harus dipantau dokter selama

mengikuti program di ruang kegiatan.

2. Pelayanan Bagi Lanjut Usia Sehat

Lanjut usia yang sehat merupakan lanjut usia berdasarkan hasil pengkajian

paripurna geriatri termasuk dalam kategori kelompok 1 dan 2 yaitu lanjut usia yang

terbebas dari ketergantungan kepada orang lain atau tergantung kepada orang lain

tapi sangat sedikit, atau mempunyai penyakit yang terkontrol dengan kondisi medik

yang baik. Dari hasil pengkajian paripurna geriatri, bagi Lanjut Usia sehat atau lanjut

usia kelompok 1 dan 2 sesuai pengelompokan di atas akan diberikan pelayanan di

ruang kegiatan Lanjut Usia dengan berbagai kegiatan antara lain:

a) Latihan fisik seperti senam lanjut usia, senam osteoporosis dan senam lainnya.

b) Latihan fisik berdasarkan kebutuhan individu/kelompok lanjut usia

c) Stimulasi kognitif

d) Edukasi dan konseling serta bila perlu pemberian makanan tambahan

e) Pemberian makanan tambahan untuk lanjut usia

f) Penyuluhan tentang kesehatan primer

g) Berinteraksi sosial
30

Kegiatan yang diberikan dilakukan sesuai dengan kebutuhan dan kemampuan

Puskesmas dengan jadwal yang telah direncanakan oleh Puskesmas. Dimana

kegiatan bisa dilakukan 1 sampai 2 kali/ minggu atau 1 sampai 2 kali perbulan sesuai

dengan kesepakatan yang telah ditentukan.

2.4 Pemanfaatan Pelayanan Kesehatan

Menurut Azwar (2010) Pemanfaatan Pelayanan Kesehatan adalah

penggunaan fasilitas pelayanan yang disediakan baik dalam bentuk rawat jalan,

rawat inap, kunjungan rumah oleh petugas kesehatan ataupun bentuk kegiatan lain

dari pemanfaatan pelayanan tersebut didasarkan pada ketersediaan dan

kesinambungan pelayanan, penerimaan masyarakat dan kewajaran, mudah dicapai

oleh masyarakat dan bermutu. (24)

Pemanfaatan pelayanan kesehatan merupakan proses dan prilaku pencarian

pelayanan kesehatan oleh seseorang maupun kelompok. Menurut Ilyas dalam

Notoatmodjo (2010) perilaku pencarian pengobatan di masyarakat terutama di

negara sedang berkembang sangat bervariasi. Perilaku pencarian pengobatan adalah

perilaku individu maupun kelompok atau penduduk untuk melakukan atau mencari

pengobatan (24)

Respon seseorang apabila sakit adalah sebagai berikut : (9)

1. Tidak bertindak atau tidak melakukan kegiatan apa-apa (no action) dengan

alasan antara lain:

a. Bahwa kondisi yang demikian tidak akan mengganggu kegiatan atau

kerja mereka sehari-hari.


31

b. Bahwa tanpa bertindak apapun symptom atau gejala yang dideritanya

akan lenyap dengan sendirinya. Hal ini menunjukkan bahwa kesehatan

belum merupakan prioritas di dalam hidup dan kehidupannya.

c. Fasilitas kesehatan yang dibutuhkan tempatnya sangat jauh, petugasnya

tidak simpatik, judes dan tidak ramah.

d. Takut dokter, takut disuntik jarum dan karena biaya mahal.

2. Tindakan mengobati sendiri (self treatment), dengan alasan yang sama seperti

telah diuraikan. Alasan tambahan dari tindakan ini adalah karena orang atau

masyarakat tersebut sudah percaya dengan diri sendiri, dan merasa bahwa

berdasarkan pengalaman yang lalu usaha pengobatan sendiri sudah dapat

mendatangkan kesembuhan. Hal ini mengakibatkan pencarian obat keluar

tidak diperlukan.

3. Mencari pengobatan ke fasilitas-fasilitas pengobatan tradisional (traditional

remedy), seperti dukun.

4. Mencari pengobatan dengan membeli obat-obat ke warung-warung obat

(chemist shop) dan sejenisnya, termasuk tukang-tukang jamu.

5. Mencari pengobatan ke fasilitas-fasilitas modern yang diadakan oleh

pemerintah atau lembaga-lembaga kesehatan swasta, yang dikategorikan ke

dalam balai pengobatan , Puskesmas dan rumah sakit.

6. Mencari pengobatan ke fasilitas pengobatan modern yang diselenggarakan

oleh dokter praktek (private medicine).


32

2.5 Perilaku Kesehatan

2.5.1 Pengertian Perilaku Kesehatan

Dari segi biologis, definisi perilaku adalah suatu kegiatan atau aktivitas

organisme/makhluk hidup yang bersangkutan. Dari sudut panfang biologis, semua

makhluk hidup mulai seperti tumbuhan, hewan hingga manusia memiliki perilaku

karena memiliki aktivitas masing – masing. Sehingga yang dimaksud dengan

perilaku manusia, pada hakikatnya adalah tindakan atau aktivitas dari manusia itu

sendiri yang mempenyai bentangan yang sangat luas antara lain berjalan, berbicara,

menangis, tertawa, bekerja, kuliah, menulis membaca dan sebagainya. Dari uraian

diatasa maka dapat disimpulkan bahwa yang dimaksud perilaku manusia, adalah

semua kegiatan atau aktivitas manusia baik yang dapat diamati lansung maupun yang

tidak dapat diamati pihak luar.(9)

Dari segi psikologis menurut Skinner (2009) perilaku adalah respon

seseorang terhadap stimulus atau rangsangan dari luar. Pengertian itu dikenal dengan

teori S-O-R atau stimulus-organisme-respons. Skinner membedakan respons menjadi

dua jenis yaitu :(9)

1. Respondent response (reflektif) yakni respons yang ditimbulkan oleh

rangsangan-rangsangan (stimulus) tertentu.

2. Operant response (instrumental response) yakni respons yang timbul dan

berkembang kemudian diikuti oleh stimulus atau perangsang tertentu.

2.5.2 Determinan Perilaku Kesehatan

Perilaku seseorang atau subjek dapat dipengaruhi oleh faktor-faktor baik dari

dalam maupun dari luar. Faktor yang membentuk perilaku disebut dengan

determinan. Beberapa teori telah mencoba mengungkapkan determinan perilaku dari

analisis faktor – faktor yang mempengaruhi perilaku, khususnya perilaku yang


33

berhubungan dengan kesehatan antara lain teori Lawrence Green (1980), Snehandu

B. Kar (1983), dan WHO (1984). (9)

1. Teori Lawrence Green


L. Green menganalisis perilaku masyarakat dari tingkat kesehatan.

Kesehatan seseorang dipengaruhi oleh dua pokok yaitu faktor perilaku

(behavior causes) dan faktor di luar perilaku (non – behavior causes).

Selanjutnya perilaku ditentukan atau terbentuk dari tiga faktor.


a. Faktor – faktor predisposisi (predisposing factors) yang terwujud dalam

pengetahuan, kepercayaan, sikap, keyakinan, nilai – nilai, dan

sebagainya.
b. Faktor – faktor pendukung (enabling factors) yang terwujud dalam

bentuk lingkungan fisik, tersedia atau tidak tersedianya fasilitas- fasilitas

atau sarana kesehatan seperti puskesmas, alat kontrasepsi, obat-obatan

dan jamban.
c. Faktor – faktor pendorong (reinforcing factors) terwujud dalam sikap dan

perilaku petugas kesehatan atau petugas lainnya yang merupakan

kelompok referensi dari perilaku masyarakat.


2. Teori Snehandu B. Kar
Kar menganalisis perilaku kesehatan dengan bertitik – tolak bahwa

perilaku itu merupakan fungsi dari :


a. Niat seseorang untuk bertindak sehubungan dengan kesehatan atau

perawatan kesehatannya (behavior intention).


b. Dukungan sosial dari masyarakat sekitarnya (social – support)
c. Ada atau tidak adanya informasi tentang kesehatan atau fasilitas

kesehatan (accessebility of information).


d. Otonomi pribadi yang bersangkutan dalam hal ini mengambil tindakan

atau keputusan (personal autonomy).


e. Situasi yang memungkinkan untuk bertindak atau tidak bertindak (action

situation).
3. Teori WHO
WHO menganalisis bahwa yang menyebabkan seseorang berprilaku

tertentu ada emapt alasan pokok :


34

a. Pemahaman dan pertimbangan (thoughts and feeling) yaitu dalam bentuk

pengetahuan, persepsi, sikap, kepercayaan dan penilaian seseorang

terhadap obyek.
1. Pengetahuan
Pengetahuan didapat dari pengalaman sendiri atau dari

pengalaman orang lain. Seorang anak mendapatkan pengetahuan

bahwa api itu panas setelah memperoleh pengalaman kalau kaki atau

tangannya terkena api. Seorang ibu melakukan imunisasi polio

kepada anaknya setelah melihat anak terkena penyakit karena belum

pernak memperoleh imunisasi polio


2. Kepercayaan
Kepercayaan diperoleh dari orang tua, kakek, atau nenek.

Seseorang menerima kepercayaan itu berdasarkan kepada keyakinan

dan tanpa adanya pembuktian terlebih dahulu. Contoh wanita hamil

tidak boleh memakan telur agar tidak kesulitan ketika melahirkan.


3. Sikap
Sikap menggambarkan suka atau tidak sukanya seseorang

terhadap suatu objek. Sikap sering diperoleh dari pengalaman sendiri

atau dari orang lain yang paling dekat. Sikap dapat membuat

seseorang mendekati atau menjauhi orang lain atau objek lain. Sikap

positif terhadap nilai – nilai kesehatan tidak selalu terwujud dalam

suatu tindakan nyata.


b. Orang penting sebagai referensi (personal reference)
Perilaku orang bahkan perilaku anak kecil lebih banyak

dipengaruhi oleh orang – orang yang dianggap penting. Apabila

seseorang itu dipercaya, maka apa yang dikatakan atau diperbuat

cenderung untuk dicontoh. Untuk anak sekolah misalnya, maka

gurulah yang menajdi panutan perilaku mereka. Orang yang dianggap


35

penting ini sering disebut sebagai kelompok referensi (referensi

group.
c. Sumber – sumber daya (resources)
Sumber daya ini mencakup fasilitas, waktu, tenaga, dan uang.

Semua itu berpengaruh terhadap perilaku seseorang atau kelompok

masyarakat. Pengaruh sumber daya terhadap perilaku dapat bersifat

positif maupun negatif. Seperti pelayanan puskesmas, dapat

berpengaruh positif terhadap perilaku penggunaan puskesmas tetapi

juga dapat berpengaruh sebaliknya.


d. Kebudayaan (culture)
Kebiasaan, nilai – nilai, dan tradisi, sumber – sumber di dalam

suatu masyarakat akan menghasilkan suatu pola hidup yang pada

umumnya disebut kebudayaan. Kebudayaan terbentuk dalam waktu

yang relatif lama sebagai akibat dari kehidupan suatu masyarakat

bersama.

2.6 Faktor Yang Berhubungan Pemanfaatan Pelayanan Kesehatan

2.6.1 Pengetahuan

Pengetahuan dapat diperoleh seseorang secara alami atau diintervensi baik

secara langsung maupun tidak langsung. Perkembangan teori pengetahuan telah

berlangsung sejak lama. Filsuf pengetahuan yaitu Plato menyatakan pengetahuan

sebagai “kepercayaan sejati yang dibenarkan (valid)” (justified true belief). Menurut

Notoadmodjo (2003), pengetahuan adalah hasil dari tahu dan ini terjadi setelah orang

melakukan pengindraan terhadap objek tertentu. Menurut Kamus Besar Bahasa

Indonesia (2005), pengetahuan adalah sesuatu yang diketahui berkaitan dengan

proses pembelajaran. Dalam proses belajar ini dipengaruhi berbagai faktor dari

dalam seperti motivasi dan faktor dari luar berupa saran informasi yang tersedia,

serta keadaan sosial budaya.


36

Pengetahuan yang ingin diukur dapat disesuaikan dengan tahapan-tahapan

pada manusia. Tahapan pengetahuan menurut Benjamin S. Bloom (1956) ada enam

tahapan sebagai berikut :

1. Tahu (know)
Tahu (know) diartikan sebagai memanggil (recall) atau mengingat

memori yang tetah ada sebelumnya setelah mengamati sesuatu atau dari

rangsangan yang telah diterima. Untuk mengukur seseorang tahu bisa

menggunakan pertanyaan-pertanyaan. Untuk mengetahui apakah seseorang

tersebut tahu apa yang telah diterima adalah seserang tersebut dapat

menyebutkan, menguraikan, mendefenisikan, menyatakan dan sebagainya.

2. Memahami (comprehension)
Memahami suatu objek dapat diartikan jika seseorang tersebut tidak

hanya tahu dan dapat menyebutkan kembali tetapi seseorang tersebut telah

dapat menginterpretasikan secara benar mengenai objek yang telah diketahui

tersebut. Pada tahap memahami ini seseorang telah bisa menjawab

pertanyaan mengapa, dapat menyimpulkan dan meramalkan terhadap objek

yang dipelajari.
3. Aplikasi (aplication)
Aplikasi diartikan sebagai kemampuan untuk menggunakan prinsip

yang telah diketahui tersebut dalam situasi lain atau situasi yang sebenarnya.

Pengaplikasian hukum-hukum, metode, prinsip, dan sebagainya dalam koteks

situasi yang lain


4. Analisis (analysis)
Analisis adalah kemampuan seseorang untuk

menguraikan/menjabarkan dan memisahkan, kemudian mencari hubungan

antara-antara komponen-komponen yang terdapat dalam suatu masalah atau

objek yang diketahui. Seseorang dikatakan sudah dapat meanalisis suatu hal
37

jika orang tersebut telah dapat membedakan, memisahkan, mengelompokkan,

membuat diagram terhadap pengetahuan atas objek tersebut.


5. Sintesis (synthesis)
Sintesis adalah kemampuan untuk menciptakan formulasi baru, dari

formulasi-formulasi yang sudah ada. Sintesis juga didefenisikan sebagai suatu

kemampuan untuk menghubungkan bagian-bagian dalam suatu bentuk

keselutuhan.

6. Evaluasi (evaluation)
Evaluasi adalah kemampuan untuk melakukan penilaian atau

justifikasi terhadap suatu materi atau objek. Penilaian yang dilakukan

didasarkan kepada kriteria yang ditentukan sendiri atau norma-norma yang

berlaku di masyarakat.(9)

Pengetahuan yang baik akan mempengaruhi pilihan bagi seseorang dalam

pemanfaatan pelayanan kesehatan di Puskesmas. Pengetahuan meliputi berbagai hal

mengenai pelayanan kesehatan yang akan digunakan seperti jadwal, jenis

pelayanan, manfaat pelayanan, dan alur pelayanan dalam pemanfaatan Puskesmas.

Berdasarkan penelitian Junaidi dan Asma Yunita pada tahun 2013 diketahui bahwa

81,8 % responden yang memanfaatkan puskesmas memiliki pengetahuan tinggi dan

23,1 % yang memanfaatkan puskesmas guguk panjang memiliki pengetahuan

rendah. Dengan demikian dinyatakan bahwa terdapat hubungan yang bermakna

antara pengetahuan masyarakat dengan pemanfaatan puskesmas dengan nilai p

value = 0,000.(11) Begitu pula dengan penelitian yang dilakukan Weku, C.F Roy pada

tahun 2013 menyatakan bahwa terdapat hubungan yang bermakna antara

pengetahuan masyarakat dengan pemanfaatan puskesmas dengan p value =0,002.(10)


38

2.6.2 Sikap

Sikap adalah respon tertutup seseorang terhadap stimulus atau objek tertentu

yang melibatkan faktor pendapat dan emosi yang bersangkutan. sikap adalah

penilaian (bisa berupa pendapat) seseorang terhadap stimulus atau objek, dalam hal

ini adalah masalah kesehatan atau penyakit. setelah seseorang mengetahui stimulus

atau objek, proses selanjutnya seseorang akan menilai atau bersikap terhadap

stimulus atau objek kesehatan tersebut. Sikap belum merupakan tindakan atau

aktivitas akan tetapi merupakan predisposisi perilaku. Oleh karena itu indikator

untuk sikap kesehatan juga sejalan dengan pengetahuan kesehatan.(9)

Sikap terdiri dari 3 komponen pokok, yaitu :(9)

1. Kepercayaan atau keyakinan, ide dan konsep terhadap objek.

2. Kehidupan emosional atau evaluasi orang terhadap objek.

3. Kecenderungan untuk bertindak (tend to be have).

Ketiga komponen diatas secara bersama-sama membentuk sikap yang utuh

(total attitude). dalam menentukan sikap yang utuh ini, pengetahuan, pikiran,

keyakinan dan emosi memegang peranan penting. Seperti halnya pengetahuan, sikap

juga mempunyai tingkat-tingkat berdasarkan intensitasnya, yaitu:(9)

a. Menerima (receiving)

Menerima diartikan bahwa subjek mau menerima stimulus yang diberikan

(objek).

b. Menanggapi (responding)

Menanggapi diartikan memberikan jawaban atau tanggapan terhadap

pertanyaan atau objek yang dihadapi.

c. Menghargai (valuing)
39

Menghargai diartikan seseorang memberikan nilai yang positif terhadap objek

atau stimulus, dalam arti membahasnya dengan orang lain bahkan mengajak

atau mempengaruhi orang lain untuk merespons.

d. Bertanggung Jawab responsible)

Seseorang yang telah mengambil sikap tertentu berdasarkan keyakinannya,

maka harus berani mengambil resiko jika ada orang lain yang mencemoohkan

atau adanya resiko lain yang mungkin timbul.(9)

Sikap yang dipilih seseorang akan menentukan perilaku mereka dalam

pemanfaatan pelayanan kesehatan. Berdasarkan penelitian Junaidi dan Asma

Yunita pada tahun 2013 diketahui bahwa responden dengan sikap positif

didapatkan 74,3% yang memanfaatkan puskesmas Guguk Panjang dan responden

dengan sikap negatif didapatkan 27% yang memanfaatkan puskesmas. Dengan

demikian dinyatakan bahwa terdapat hubungan yang antara sikap masyarakat

dengan pemanfaatan puskesmas dengan nilai p value = 0,000. (11) Begitu pula

dengan penelitian yang dilakukan Weku, C.F Roy pada tahun 2013 menyatakan

bahwa terdapat hubungan yang bermakna antara sikap masyarakat dengan

pemanfaatan puskesmas dengan p value = 0,000.(10)

2.6.3 Pendapatan
Pendapatan dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia adalah hasil kerja atau

hasil usaha. Jadi dapat disimpulkan bahwa pendapatan bersih seseorang merupakan

keseluruhan jumlah penghasilan yang diterima oleh seseorang sebagai balas jasa atau

hasil. Biro Pusat Statistik merinci pendapatan/penghasilan yaitu berupa uang adalah

segala hasil kerja atau usahanya. Badan Pusat Statistik (BPS) pendapatan adalah

seluruh penghasilan yang diterima baik sektor formal maupun non formal yang

terhitung dalam jangka waktu tertentu. Pendapatan merupakan suatu unsur penting

dalam perekonomian yang berperan meningkatkan derajat hidup orang banyak


40

melalui kegiatan produksi barang atau jasa. Samuleson dan Nordhaus (1992) dalam

Muzdalifah (2010:19), menyatakan bahwa pendapatan ialah jumlah dari keseluruhan

uang yang diperoleh atau diterima oleh seseorang selama jangka waktu tertentu.

Peserta yang berpendapatan tinggi cenderung lebih sering atu lebih ekstensif dalam

pelayanan kesehatan, peserta yang berpendapatan tinggi juga lebih sering memeriksa

dan memelihara kesehatan dibanding kelompok peserta berpendapatan rendah.

Ketimpangan pendapatan masyarakat juga mempengaruhi pola konsumsi kesehatan

masyarakat. (25)

Berdasarkan hasil penelitian Rachmawati, D., & Amir, M pada tahun 2014,

sebanyak (59,0%) responden yang memiliki pendapatan cukup dan memanfaatkan

pelayanan kesehatan dan terdapat 87,5% responden yang berpendapatan kurang dan

memanfaatkan pelayanan kesehatan . Hal ini berarti ada hubungan antara pendapatan

dengan pemanfaatan pelayanan kesehatan di Puskesmas dengan p value =0,001.(12)

2.6.4 Perilaku Petugas Kesehatan

Pelayanan kesehatan yang diberikan oleh petugas kesehatan yang ada di

pelayanan kesehatan dapat dilihat dari sikap yang diberikan oleh petugas kepada

pasien. Sikap petugas kesehatan adalah kesiapannya untuk bertindak, untuk

memberikan pelayanan kesehatan termasuk sikapnya dalam berkomunikasi dan

berpakaian ketika melakukan pelayanan kesehatan. Cara berpakaian dan

berkomunikasi sangat mempengaruhi masyarakat dalam memanfaatkan pelayanan

kesehatan.

Petugas kesehatan mempunyai peran penting dalam melaksanakan pelayanan

kesehatan ditengah masyarakat. Petugas kesehatan harus memiliki sikap dan perilaku

yang sesuai dengan nilai kesehatan dan mampu mengkoordinir upaya kesehatan.
41

Kegiatan petugas kesehatan dalam melaksanakan pembinaan kesehatan lansia yaitu:


(34)

a. Melaksanakan penyuluhan secara rutin dan berkesinambungan sesuai dengan

kebutuhan melalui berbagai media mengenai kesehatan lansia. Upaya yang

dilakukan terhadap berbagai kelompok sasaran yaitu lansia, keluarga, dan

masyarakat di lingkungan lansia.

b. Melaksanakan penjaringan lansia resiko tinggi, pemeriksaan berkala lansia, dan

memberikan petunjuk upaya pencegahan penyakit, gangguan psikososial dan

bahaya kecelakaan yang dapat terjadi pada lansia.

c. Melaksanakan diagnosa dini, pengobatan, perawatan, dan pelayanan rehabilitatif

kepada lansia yang membutuhkan dan memberi petunjuk mengenai kuratif

atau rehabilitatif yang harus dijalani, baik kepada lansia maupun keluaraga

d. Melaksanakan rujukan medik ke fasilitas rumah sakit untuk pengobatan,

perawatan, atau rehabilitatif bagi lansia yang membutuhkan termasuk

mengusahakan kemudahannya.

Sesuai dengan penelitian Hersi pada pada tahun 2013, menunjukkan bahwa

dari 336 responden yang menilai sikap petugas cukup, 17% memanfaatkan

pelayanan kesehatan puskesmas. Sedangkan responden yang menilai sikap petugas

kesehatan kurang, 40% memanfaatkan pelayanan kesehatan puskesmas dengan nilai

p = 0.020, dengan demikian dapat disimpulkan bahwa ada hubungan sikap petugas

dengan pemanfaatan pelayanan kesehatan di Puskesmas.(13)

2.6.5 Dukungan Keluarga


Dukungan keluarga dapat berupa dorongan, motivasi, empati, ataupun

bantuan yang dapat membuat individu merasa lebih tenang dan aman. Dukungan

didapatkan dari suami atau istri, anak, atau orang terdekat lainnya. Dukungan

keluarga berkaitan dengan pembentukkan keseimbangan mental dan kepuasan


42

psikologis. Peran keluarga sangat membantu untuk mewujudkan kegunaan,

keinginan, kebahagiaan, dan kesejahteraan lansia.

Suhendro B.Kar dalam Notoatmodjo (2012) dukungan sosial masyarakat

sekitar akan mempengaruhi seseorang dalam berperilaku terhadap kesehatan, begitu

juga dengan lansia yang memerlukan dukungan dari keluarga untuk berkunjung ke

pelayanan kesehatan atau posyandu. Dukungan keluarga seperti menghormati,

menghargai, mengikutsertakan dalam acara keluarga, dan memeriksa kesehatan.(9)

Menurut Dwi (2014) mengenai faktor-faktor yang berhubungan dengan

pemanfaatan posyandu lansia di Kota Pekanbaru adanya hubungan pemanfaatan

posyandu dengan dukungan keluarga (p = 0,0005).(34)

2.7 Kerangka Teori


Berdasarkan dasar teori yang telah diuraikan, maka dikembangkan suatu

kerangka teori yaitu:

Faktor Predisposisi
(Pendorong)
- Jenis Kelamin
- Umur
- Pendidikan
- Pengetahuan
- Sikap
- Keyakinan
- Sosia Budaya

Faktor enabling (Pendukung)


- Pendapatan Pemanfaatan
- Jarak tempuh ke sarana Pelayanan Kesehatan
Kesehatan (Faskes)
- Fasilitas Kesehatan

Faktor Reinforcing (Penguat)


- Perilaku Petugas
Kesehatan
- Tokoh masyarakat
- Dukungan Keluarga
- Peraturan/Undang-undang
43

Gambar TINJAUAN PUSTAKA.1 Kerangka Teori Perilaku Kesehatan


Sumber : Teori modifikasi L. Green (1984) dalam buku Notoadmodjo (2012)(9)
44

2.8 Kerangka Konsep


Berdasarkan dari tujuan penelitian, tinjauan pustaka dan kerangka teori yang

telah dijelaskan, maka dapat dibangun sebuah kerangka konsep seperti diagram di

bawah ini:

Variabel Independen Variabel Dependen

Pengetahuan

Sikap

Pendapatan Pemanfaatan
Pelayanan Kesehatan

Perilaku Petugas Kesehatan

Dukungan Keluarga

Gambar TINJAUAN PUSTAKA.2 Kerangka Konsep Faktor-Faktor yang


Berhubungan dengan Pemanfaatan Pelayanan Kesehatan oleh
Lanjut Usia di Puskesmas Kota Padang Tahun 2019

2.9 Hipotesis Penelitian

Hipotesis dari penelitian ini adalah :

1. Ada hubungan antara Pengetahuan dengan pemanfaatan pelayanan

kesehatan oleh lanjut usia di Puskesmas Kota Padang Tahun 2019.

2. Ada hubungan antara Sikap dengan pemanfaatan pelayanan kesehatan

oleh lanjut usia di Puskesmas Kota Padang Tahun 2019.

3. Ada hubungan antara Pendapatan dengan pemanfaatan pelayanan

kesehatan oleh lanjut usia di Puskesmas Kota Padang Tahun 2019.


45

4. Ada hubungan antara Perilaku Petugas Kesehatan dengan pemanfaatan

pelayanan kesehatan oleh lanjut usia di Puskesmas Kota Padang Tahun

2019.

5. Ada hubungan antara Dukungan Keluarga dengan pemanfaatan

pelayanan kesehatan oleh lanjut usia di Puskesmas Kota Padang Tahun

2019.
46

2.10 Telaah Sistematik


Berikut ini adalah penelitian terdahulu yang terkait dengan judul Faktor -faktor yang berhubungan dengan Pemanfaatan

Pelayanan Kesehatan oleh Lanjut Usia di Puskesmas Kota Padang Tahun 2019 :

Tabel TINJAUAN PUSTAKA.2 Penelitian yang Berkaitan dengan Pemanfaatan Pelayanan Kesehatan oleh Lanjut Usia di
Puskesmas
No Peneliti Tahun Judul Desain Variabel Penelitian Hasil Penelitian
Penelitian Dependent Independent
1 Weku, C.F Roy(10) 2013 Analisis Faktor-faktor yang Cross Pemanfaatan Pengetahuan Ada hubungan antara
Berhubungan dengan Sectional Pelayanan Kesehatan Sikap Pengetahuan dan Sikap terhadap
Pemanfaatan Pelayanan Status Pekerjaan Pemanfaatan Pelayanan
Kesehatan di Puskesmas Kesehatan di Puskesmas dengan
Kema Kabupaten Minahasa P value <0,05
Utara

2 Junaidi, Yunita, A. 2014 Hubungan antara Cross Pemanfaatan Pengetahuan Ada hubungan antara
(11)
Pengetahuan dan Sikap Sectional Pelayanan Kesehatan Sikap Pengetahuan dan Sikap terhadap
Masyarakat dengan Pemanfaatan Pelayanan
Pemanfaatan Puskesmas Kesehatan di Puskesmas dengan
Guguk Panjang Oleh P value <0,05
Masyarakat di Kelurahan
Bikik Cangan KR
Bukittinggi

3 St.Rachmawati, 2014 Faktor yang berhubungan Cross Pemanfaatan Struktur Sosial Ada hubungan antara
Darmawansyah, dengan pemanfaatan Sectional Pelayanan Kesehatan Keyakinan pendapatan terhadap
Muh Yusran Pelayanan Kesehatan di Pendapatan Pemanfaatan Pelayanan
Amir(12) Puskesmas Tamanlarea Pengetahuan Kesehatan di Puskesmas dengan
Kota Makassar P value <0,05
47

No Peneliti Tahun Judul Desain Variabel Penelitian Hasil Penelitian


Penelitian Dependen Independen
4 Hersi, Magan, 2013 Faktor yang berhubungan Cross Pemanfaatan Sarana Prasarana Ada hubungan antara sarana
Indar, Balqis(13) dengan pemanfaatan Sectional Pelayanan Kesehatan Sikap Petugas prasaranan dan sikap petugas
Pelayanan Kesehatan Unit Prosedur terhadap Pemanfaatan
Rawat Jalan di Wilayah pelayanan Pelayanan Kesehatan di
Kerja Puskesmas Makale kesehatan Puskesmas dengan P value
<0,05

5 Sampeluna, 2013 Faktor yang berhubungan Cross Pemanfaatan Umur Ada hubungan antara hubungan
Noviana , Balqis, dengan pemanfaatan Sectional Pelayanan Kesehatan Pekerjaan keluarga dan acuan kelompok
Asiah Hamzah(26) Pelayanan Kesehatan di Pendapatan terhadap Pemanfaatan
Lakipadada Kabupaten Hubungan antara Pelayanan Kesehatan di
Tana Toraja keluarga Puskesmas dengan P value
Acuan Kelompok <0,05

6 Sitompu, Elita 2013 Hubungan pengetahauan, Cross Pemanfaatan Pengetahuan Ada hubungan antara
Faridai(27) sikap dan dukungan Sectional Pelayanan Kesehatan Sikap pengetahuan dan dukungan
keluarga terhadap Dukungan keluarga terhadap Pemanfaatan
pemanfaatan pelayanan keluarga pelayanan kesehatan di
kesehatan di Puskesmas Puskesmasdengan P value <0,05
Onan Hasang Kecamatan
Pahae Julu Tapanuli Utara
7 Gustanela, 2016 Faktor-faktor yang Cross Kunjungan Lansia ke Pendidikan Ada hubungan antara
Oktrina(28) berhubungan dengan Sectional Posyandu Lansia Pengetahuan pengetahuan, sikap dan
kunjungan lansia di wilayah Sikap dukungan keluarga terhadap
kerja Puskesmas Bungus Dukungan kunjungan lansia ke Posyandu
Teluk Kabung Padang Petugas Lansia dengan P Value <0,05
Kesehatan
Dukungan
Keluarga
Jarak
48

Kriteria yang membedakan penelitian ini dengan penenlitian sebelumnya

adalah sebagai berikut :

1. Penelitian ini berjudul faktor-faktor yang berhubungan dengan pemanfaatan

pelayanan kesehatan oleh lanjut usia di Puskesmas Kota Padang tahun 2019.

2. Penelitian ini dilaksanakan di Puskesmas Kota Padang.

3. Penelitian ini mengambil populasi dan sampel masyarakat berusia enam puluh

(60) tahun keatas.

4. Variabel dalam penelitian ini terdiri dari pemanfaatan pelayanan kesehatan

sebagai variabel dependen dan pengetahuan, sikap, pendapatan, perilaku

petugas kesehatan dan dukungan keluarga sebagai variabel independen.

5. Belum ada penelitian sebelumnya yang membahas mengenai pemanfaatan

pelayanan kesehatan di puskesmas oleh lanjut usia.


BAB 3 : METODE PENELITIAN

3.1 Jenis Penelitian

Jenis penelitian kuantitatif dengan menggunakan pendekatan cross sectional

study. Cross sectional study adalah suatu penelitian yang mempelajari hubungan

antara variabel dependen yaitu pemanfaatan pelayanan kesehatan oleh usia lanjut di

Puskesmas Kota Padang dan variabel independen (pengetahuan, sikap, pendapatan,

dan perilaku petugas kesehatan) dengan melakukan observasi atau pengukuran

variabel sekaligus pada waktu yang sama.

3.2 Waktu dan Tempat

Penelitian ini akan dilakukan di 11 Puskesmas Kota Padang. Penentuan

Puskesmas dilakukan berdasarkan purposive sampling. Dari 22 Puskesmas yang ada

di Kota Padang, dipilih 11 Puskesmas yang dianggap dapat mewakili semua

Puskesmas yang ada di Kota Padang. Puskesmas tersebut diambil berdasarkan

cakupan pelayanan kesehatan usia lanjut terendah di setiap Kecamatan Kota Padang

yaitu Puskesmas Ulak Karang, Puskesmas Lubuk Begalung, Puskesmas Bungus,

Puskesmas Pegambiran, Puskesmas Lubuk Kilangan, Puskesmas Padang Pasir,

Puskesmas Andalas, Puskesmas Kuranji, Puskesmas Lubuk Buaya, Puskesmas

Pemancungan, Puskesmas Pauh dan Puskesmas Nanggalo. Penelitan ini akan

dilakukan pada bulan juli sampai agustus 2019.

49
50

3.3 Populasi dan Sampel

3.3.1 Populasi

Populasi merupakan keseluruhan objek penelitian atau objek yang diteliti. (29)

Populasi pada penelitian ini adalah seluruh masyarakat usia lanjut berumur ≥60

tahun yang bertempat tinggal di wilayah kerja Puskesmas Ulak Karang sebanyak

1378 orang, Puskesmas Lubuk Begalung sebanyak 4475 orang, Puskesmas Bungus

sebanyak 1724 orang, Puskesmas Lubuk Kilangan sebanyak 3704 orang, Puskesmas

Padang Pasir sebanyak 3265 orang, Puskesmas Andalas sebanyak 5734 orang,

Puskesmas Kuranji sebanyak 1930 orang, Puskesmas Lubuk Buaya sebanyak 7264

orang, Puskesmas Pemancungan sebanyak 1285 orang , Puskesmas Pauh sebanyak

4550 orang dan Puskesmas Nanggalo sebanyak 2659 orang sehingga jumlah populasi

pada penelitian ini adalah sebanyak 37.968 orang.

3.3.2 Sampel

Sampel adalah objek yang diteliti dan diangap mewakili seluruh populasi.

Besarnya sampel dapat dihitung dengan menggunakan persamaan Lemeshow (1997)

sebagai berikut:(29)

 P 1  P  N
2

n= Z 1 / 2
d 2  N  1  Z12 / 2 P1  P 

Keterangan:

n = Besar sampel

N = Populasi (37.968)

Z12 / 2 = nilai baku distribusi normal untuk α = 0,05 dan CI 95% (1,96)
51

P = Proporsi kejadian pada populai (0,5)

d = Tingkat kesalahan yang diharapkan (0,1)

Dengan demikian besar sampel yang diperlukan adalah:

 P 1  P 
2

n= NZ 1 / 2
d 2  N  1  Z12 / 2 P1  P 

37.6981,96 2    0,51  0,5


=
 0,12  37.698  1  1,962  0,51  0,5
36.205,15
= 377,93

=95,79

=96

Berdasarkan rumus diatas didapatkan jumlah sampel dalam penelitian ini

adalah minimal sebesar 96, untuk mengantisipasi adanya responden yang drop out

maka perlu adanya sampel cadangan sebesar 10% dari besar sampel yaitu sebanyak

10 orang. Jadi besar sampel yang diperlukan dalam penelitian ini adalah sebanyak

106 orang lansia.

3.3.3 Teknik Pengambilan Sampel

Dalam penelitian ini teknik sampling yang digunakan adalah teknik

proportional random sampling. Pengambilan sampel secara proporsi dilakukan

dengan membagi subjek dari setiap wilayah ditentukan seimbang dengan banyaknya

subjek dari masing-masing wilayah tersebut sehingga didapatkan hasil yang rata

untuk setiap puskesmas yang dipilih. Pengambilan sampel terhadap responden

dilakukan dengan metode accidental sampling yaitu penentuan sampel berdasarkan

kebetulan, yaitu responden yang secara kebetulan/insidental bertemu dengan peneliti

dapat digunakan sebagai sampel, bila dipandang orang yang kebetulan ditemui itu
52

cocok sebagai sumber data.(29) Adapun besar sampel untuk masing-masing Puskesmas

dengan rumus proporsi yaitu:

X
n=  N1
N

n = Jumlah sampel yang diinginkan

X = Jumlah lansia di puskesmas

N = Jumlah populasi total

N1 = Total Sampel

Maka didapatkan:

No Puskesmas Populasi Perpuskesmas Jumlah Sampel (Orang)


1378
1 Ulak Karang =  106 4
37968
4475
2 Lubuk Begalung =  106 13
37968
1724
3 Bungus =  106 5
37968
3704
4 Lubuk Kilangan =  106 10
37968
5734
5 Andalas =  106 16
37968
3265
6 Padang Pasir =  106 9
37968
1930
7 Kuranji =  106 5
37968
7264
8 Lubuk Buaya =  106 20
37968
1285
9 Pemancungan =  106 4
37968
4550
10 Pauh =  106 13
37968
2659
11 Nanggalo =  106 7
37968
Jumlah 37968 106

3.3.4 Kriteria Inklusi dan eksklusi

1. Kriteria Inklusi
53

a. Responden bersedia menjadi sampel dalam penelitian.

b. Responden berusia ≥60 tahun.

c. Responden berada diwilayah kerja puskesmas saat dilakukan

penelitian.

2. Kriteria Eklsklusi

a. Responden tidak dapat ditemui 3 kali berturut-turut.

b. Responden dalam keadaan sakit dan tidak dapat diwawancarai.


54

3.4 Definisi Operasional

Tabel METODE PENELITIAN.3 Definisi Operasional


Cara
Variabel Definisi Operasional Alat Ukur Skala Hasil Ukur
Pengukuran
Variabel Dependen
Pemanfaatan Kunjungan rawat jalan ke Puskesmas Wawancara Kuisioner Ordinal 1. Tidak memanfaatkan (kunjungan <2 kali)
pelayanan kesehatan untuk mendapatkan pelayanan kesehatan 2. Memanfaatkan (kunjungan ≥ 2 kali)(30)
dasar dalam waktu 6 bulan terakhir

Variabel Independen
Pengetahuan Hal-hal yang berkaitan dengan pengertian, Wawancara Kuisioner Ordinal 1. Rendah, jika total skor yang diperoleh
sasaran, jenis, jadwal dan alur pelayanan, responden < median
dalam pemanfaatan puskesmas 2. Tinggi, jika total skor yang diperoleh
responden ≥ median (31)

Sikap Kecenderungan responden untuk Wawancara Kuisioner Ordinal 1. Negatif, jika skor yang diperoleh
memberikan respon (baik secara positif responden < mean/median
maupun negatif ) terhadap pemanfaatan 2. Positif, Jika skor yang diperoleh
pelayanan kesehatan di Puskesmas responden ≥ mean/median(30)

Pendapatan Jumlah pendapatan lansia per bulan dari Wawancara Kuisioner Ordinal1. Rendah, < Rp. 2.280.000,00
hasil upah bekerja/non upah bekerja 2. Tinggi, ≥ Rp. 2.280.000,00(32)
(dalam Rupiah).

Perilaku Petugas Keramahan dan kesiapan tenaga kesehatan Wawancara Kuisioner Ordinal 1. Negatif, jika total skor < mean/median
Kesehatan dalam memberikan pelayanan kesehatan 2. Positif, jika total skor ≥ mean/median (30)
termasuk cara petugas berkomunikasi
dengan pasien

Dukungan Keluarga Dukungan dari keluarga untuk mendorong wawancara Kuisioner Ordinal 1. Kurang, jika total skor < mean/median
lansia selalu aktiv memanfaatkan 2. Baik, jika total skor ≥ mean/median (30)
keberadaan puskesmas sebagai pelayanan
kesehatan
55

3.5 Metode Pengumpulan Data


3.5.1 Data Primer

Data primer yaitu data yang diperoleh langsung dari responden melalui

wawancara dengan menggunakan kuesioner sebagai pedoman. Data yang akan

dikumpulkan berupa data variabel dependen yaitu pemanfaatan Pelayanan kesehatan

di Puskesmas dan variabel independen yang terdiri dari pengetahuan, sikap lansia,

pendapatan, perilaku petugas kesehatan dan dukungan keluarga. Kuisioner

dimodifikasi dari kuisioner penelitian Rahmat Ridwan (2016), Angelia Primanisa

(2017), Deri Putra (2015).

3.5.2 Data Sekunder

Data sekunder berkaitan dengan data-data yang sudah tersedia dan dapat

diperoleh oleh penulis dengan cara membaca dan melihat. Data sekunder penelitian

yaitu cakupan pelayanan kesehatan usia lanjut diperoleh dari pencatatan dan

pelaporan Dinas Kesehatan Kota Padang Tahun 2017.

3.6 Teknik Pengolahan Data

Pengolahan data dilakukan setelah semua data yang dibutuhkan terkumpul,

diolah menggunakan komputer dengan langkah berikut:

3.6.1 Menyunting Data (Editing)

Data yang sudah dikumpulkan melalui wawancara atau kuisioner kemudian

diperiksa kembali. Apabila ada pengisian informasi yang tidak lenkap dan tidak

memungkinkan untuk melakukan wawancara ulang maka kuisioner tersebut

dikeluarkan.(29) Kegiatan editing ini dilakukan di lokasi pengumpulan data di

lapangan, untuk melihat kelengkapan pengisian kuisioner sesuai dengan yang

diinginkan sehingga apabila terdapat kekurangan data dapat segera diatasi.


56

3.6.2 Coding

Pemberian kode pada setiap variabel independen dan dependen berdasarkan

kategori pertanyaan dan jawaban agar dapat merubah data dari berbentuk huruf

menjadi data berbentuk angka, dengan tujuan untuk memudahkan dalam

menganalisis data dan mempercepat dalam proses entry data. Data entry adalah

kegiatan memasukkan data yang telah dikumpulkan ke dalam master tabel atau base

computer. Pengkodean ini dilakukan pada masing-masing data yang terdapat pada

kuisioner setelah responden mengisi kusioner yang diberikan.(29)

a. Variabel depeden : Pemanfaatan Pelayanan Kesehatan

Kode 1 : Tidak memanfaatkan (kunjungan < 2 kali)

Kode 2 : Memanfaatkan (kunjungan ≤ 2 kali)

b. Variabel independen yaitu :

1. Pengetahuan

Kode 1 : Rendah, jika total skor < mean/median

Kode 3 : Tinggi, jika total skor ≥ mean/median

2. Sikap

Kode 1 : Negatif, jika skor < mean/median

Kode 2 : Positif, Jika skor ≥ mean/median

3. Pendapatan

Kode 1 : Rendah < Rp. 2.280.000,00


Kode 2 : Tinggi, ≥ Rp. 2.280.000,00

4. Perilaku petugas kesehatan

Kode 1 : Negatif, jika total skor < mean/median

Kode 2 : Positif, jika total skor ≥ mean/median

5. Dukungan keluarga
57

Kode 1 : Kurang, jika total skor < mean/median

Kode 2 : Baik, jika total skor ≥ mean/median

3.6.3 Entry Data

Setelah dilakukan pemeriksaan dan pengkodean, selanjutnya yaitu

memproses data agar data yang sudah dientrikan dapat dianalisis. Pemrosesan data

dilakukan dengan mengentrikan data ke dalam sistem pengolahan data menggunakan

komputer dengan program aplikasi SPSS. Data yang dianalisis seperti data

pengetahuan, sikap, pendapatan, dan perilaku petugas.(29)

3.6.4 Cleaning

Sebelum dilakukan analisa data terhadap data yang sudah dimasukkan, data

dicek kembali untuk melihat apakah masih ada kekurangan dan kesalahan, jika

terdapat kesalahan pada saat entry data, dapat diperbaiki sehingga nilai yang ada

sesuai dengan hasil pengumpulan data dan nantinya dapat dianalisis.(29)

3.7 Teknik Analisis Data

3.7.1 Analisis Univariat

Analisis ini digunakan untuk mendeskripsikan karakteristik setiap variabel

penelitian.(29) Analisis ini untuk mengetahui distribusi frekuensi masing-masing

variabel yang diteliti, yaitu pemanfaatan Puskesmas, pengetahuan lansia, sikap

lansia, pendapatan lansia, perilaku petugas kesehatan dan dukungan keluarga.

3.7.2 Analisis Bivariat

Analisis Bivariat dilakukan menggunakan komputer untuk melihat hubungan

antara variabel pengetahuan, sikap, pendapatan, perilaku petugas kesehatan dan

dukungan keluarga dengan variabel pemanfaatan pelayanan kesehatan. Untuk

melihat hubungan antar variabel tersebut digunakan uji Chi Square (X2) dengan

tingkat kepercayaan 95% dan α 0,05. Bila p-value lebih kecil dari nilai α 0,05 (p< α
58

0,05) menunjukkan bahwa ada hubungan yang bermakna antara variabel independen

dengan variabel dependen.

3.8 Instrumen Penelitian

Instrumen yang digunakan dalam penelitian ini adalah kuesioner yang

digunakan untuk menilai karakteristik individu, pengetahuan mengenai pemanfaatan

pelayanan kesehatan, sikap lansia, pendapatan lansia, perilaku petugas dan dukungan

keluarga oleh lansia. Kuisioner yang digunakan dimodifikasi dari kuisioner

penelitian Angelia Primanisa tahun 2017 tentang faktor yang berhubungan dengan

pemanfaatan Puskesmas sebagai pelayanan kesehatan oleh pasien BPJS kesehatan

non PBI di wilayah kerja Puskesmas Bungus Kota Padang, Rahmat Ridwan tahun

2016 tentang faktor-faktor yang berhubungan dengan pemilihan FKTP di Puskesmas

Limau Kaum I Tanah Datar, dan Deri Putra tahun 2015 tentang faktor yang

berhubungan dengan pemanfaatan posyandu lansia di wilayah kerja Puskesmas

Sikapak Kota Pariaman.

3.9 Uji Validitas dan Reliabilitas Data Kuesioner

3.9.1 Uji Validitas

Menurut Arikontu (1998) dalam buku Penelitian kuantitatif, validitas adalah suatu

ukuran yang menunjukan tingkat-tingkat kevalidan atau kesahihan instrume. Uji

Validitas merupakan uji yang digunakan untuk menunjukan sejauh mana instrumen

tersebut dapat digunakan untuk mengukur apa seharusnya diukur. Suatu item

dianggap valid jika r hitung> r tabel.(36-37)

Tabel METODE PENELITIAN.4 Uji Validitas Kuesioner Pengetahuan tentang


Pemanfaatan Pelayanan Kesehatan oleh Lanjut Usia di Puskesmas Kota
Padang Tahun 2019
No Item Pernyataan r Hitung r Tabel 5% (n=20) Keterangan
1 0,665 0,444 Valid
59

2 0,559 0,444 Valid


3 0,514 0,444 Valid
4 0,640 0,444 Valid
5 0,510 0,444 Valid
6 0,497 0,444 Valid
7 0,629 0,444 Valid
8 0,477 0,444 Valid
9 0,629 0,444 Valid
10 0,464 0,444 Valid

Tabel METODE PENELITIAN.5 Uji Validitas Kuesioner Sikap tentang


Pemanfaatan Pelayanan Kesehatan oleh Lanjut Usia di Puskesmas Kota
Padang Tahun 2019
No Item Pernyataan r Hitung r Tabel 5% (n=20) Keterangan
1 0,763 0,444 Valid
2 0,749 0,444 Valid
3 0,705 0,444 Valid
4 0,661 0,444 Valid
5 0,714 0,444 Valid
6 0,608 0,444 Valid
7 0,518 0,444 Valid
8 0,524 0,444 Valid
9 0,481 0,444 Valid
10 0,569 0,444 Valid

Tabel METODE PENELITIAN.6 Uji Validitas Kuesioner Perilaku Petugas


Kesehatan tentang Pemanfaatan Pelayanan Kesehatan oleh Lanjut Usia di
Puskesmas Kota Padang Tahun 2019
No Item Pernyataan r Hitung r Tabel 5% (n=20) Keterangan
1 0,529 0,444 Valid
2 0,529 0,444 Valid
3 0,718 0,444 Valid
4 0,528 0,444 Valid
5 0,462 0,444 Valid
6 0,786 0,444 Valid
7 0,506 0,444 Valid
8 0,597 0,444 Valid
9 0,669 0,444 Valid
10 0,595 0,444 Valid

Tabel METODE PENELITIAN.7 Uji Validitas Kuesioner Dukungan Keluarga


tentang Pemanfaatan Pelayanan Kesehatan oleh Lanjut Usia di Puskesmas
Kota Padang Tahun 2019
60

No Item Pernyataan r Hitung r Tabel 5% (n=20) Keterangan


1 0,951 0,444 Valid
2 0,951 0,444 Valid
3 0,933 0,444 Valid
4 0,908 0,444 Valid
5 0,893 0,444 Valid

Hasil perhitungan uji validitas sebagaimana pada tabel-tabel diatas,

menunjukan bahwa nilai r hitung > r tabel pada nilai signifikasi 5%. Olehkarena itu

dapat disimpulkan bahwa semua item dalam kuesioner pada setiap variabel pada

penelitian ini valid.

3.9.2 Uji Reliabilitas

Reliabilitas alat penilaian adalah ketepatan alat tersebut dalam menilai apa yang

dinilai artinya kapan pun alat penilai tersebut akan digunakan akan memberikan hasil

yang relatif sama. Kuesioner reliabel jika jawaban seseoran terhadap pernyataan

adalah konsisten atau stabil, dapat dilihat dari nilai alpha lebih besar dari r tabel

maka instrumen yang kita gunakan bisa dikatakan reliabel.(36-37)


Table METODE PENELITIAN.8 Uji Reliabilitas Kuesioner

Variabel r Hitung r Tabel 5% (n=20) Keterangan


Pengetahuan 0,752 0,444 Valid
Sikap 0,802 0,444 Valid
Perilaku Petugas Kesehatan 0,784 0,444 Valid
Dukungan Keluarga 0,936 0,444 Valid
Hasil uji realiabilitas tabel 3.6 diperoleh nilai koefisien reliabilitas variabel

pengetahuan sebesar 0,752, sikap 0,802, perilaku petugas kesehatan 0,784, dan

dukungan keluarga 0,936. Berdasarkan nilai koefisien reliabilitas tersebut dapat

disimpulkan semua pernyataan pada setiap variabel reliabel atau konsisten (nilai

alpha> r tabel).
BAB 4 : HASIL

4.1 Gambaran Umum Lokasi Penelitian

Kota Padang merupakan salah satu Kota di Provinsi Sumatera Barat. Kota

Padang yang membujur dari Utara ke Selatan memiliki pantai sepanjang 68,126 km

dan terdapat deretan Bukit Barisan dengan panjang daerah bukit (termasuk sungai)

486,209 Km2. Ketinggian wilayah daratan Kota Padang sangat bervariasi, yaitu

antara 0 – 1853 m diatas permukaan laut dengan daerah tertinggi adalah Kecamatan

Lubuk Kilangan.

Batas-batas wilayah Kota Padang :

a. Sebelah Utara : Kabupaten Padang Pariaman

b. Sebelah Selatan: Kabupaten Pesisir Selatan

c. Sebelah Timur : Kabupaten Solok

d. Sebelah Barat : Samudera Hindia

Secara Administratif, Kota Padang memiliki 11 Kecamatan dan 104

Kelurahan. 11 Kecamatan tersebut adalah :

1. Bungus Teluk Kabung

2. Lubuk Kilangan

3. Lubuk Begalung

4. Padang Selatan

5. Padang Timur

6. Padang Barat

61
62

7. Padang Utara

8. Nanggalo

9. Kuranji

10. Pauh

Kota Padang memiliki wilayah perairan yang dihiasi oleh 19 pulau kecil yang

masuk dalam wilayah administrasi Kota Padang. Kesembilan belas pulau tersebut

tersebar pada 3 Kecamatan dimana yang terbesar adalah Pulau Bintang seluas 56,78

ha, kemudian pulau Sikuai di Kecamatan Bungus Teluk Kabung seluas 48,12 ha dan

Pulau Toran di Kecamatan Padang Selatan seluas 33,67 ha. Selain Pulau Kota

Padang juga memiliki banyak sungai, yaitu 5 sungai besar dan 16 sungai kecil.

Sungai yang terpanjang adalah sungai Batang Kandisi. Pada tahun 2016, penduduk

Kota Padang mencapai 914.968 jiwa, naik sejumlah 12.555 jiwa dari tahun

sebelumnya. Dengan demikian kepadatannya pun bertambah dari 1.299 jiwa/km2

menjadi 1.317 jiwa/km2.

Pusat Kesehatan Masyarakat atau yang biasa disebut Puskesmas merupakan

salah satu unit pelaksana teknis Dinas Kesehatan Kota. Jumlah Puskesmas di Kota

Padang sampai tahun 2018 sebanyak 22 buah. Terdapat 1 unit Puskesmas yang yang

baru teregistrasi ke Kementerian Kesehatan pada bulan Desember 2017 yaitu

Puskesmas Dadok Tunggul Hitam. Puskesmas terbagi atas dua, yaitu Puskesmas Non

rawatan 15 buah dan Puskesmas rawatan 7 buah.

4.2 Karakteristik Responden

Responden yang berpasrtisipasi pada penelitian ini sebanyak 106 orang lansia

dengan karakteristik sebagai berikut:


63

Tabel HASIL.9Distribusi Karakteristik Responden di Puskesmas Kota


Padang Tahun 2019
Karakteristik Responden f %
Jenis Kelamin
Laki-laki 41 38,7
Perempuan 65 61,3
Umur
60-74 81 76,4
75-90 24 22,6
>90 1 0,9
Pekerjaan
Tidak Bekerja/IRT/Pensiunan 77 72,6
Petani 3 2,8
Buruh 8 7,5
Karyawan Swasta 1 0,9
Pegawai Negeri/TNI/Polisi 0 0
Lainnya 17 16,0
Pendidikan
Tidak Tamat SD 29 27,4
SD 28 26,4
SMP 19 17,9
SMA 22 20,8
Perguruan Tinggi 8 7,5

Berdasarkan tabel 4.1 dapat diketahui bahwa jenis kelamin responden

terbanyak adalah perempuan sebesar 61,3% dan presentase karakteristik umur

responden terbanyak adalah 60-74 tahun sebesar 81%. Persentase pekerjaan

terbanyak adalah tidak bekerja/IRT/pensiunan sebesar 72,6% dan persentase

pendidikan responden terbanyak adalah tidak tamat SD sebesar 27,4%.

4.3 Analisis Univariat

4.3.1 Pemanfaatan Pelayanan Kesehatan

Tabel HASIL.10 Distribusi Frekuensi Pemanfaatan Pelayanan Kesehatan oleh


Lanjut Usia di Puskesmas Kota Padang Tahun 2019
Pemanfaatan Pelayanan Kesehatan f (%)
Tidak Memanfaatakan 71 67
Memanfaatkan 35 33
Jumlah 106 100

Berdasarkan tabel 4.2 didapatkan bahwa lebih dari separuh (67%) lanjut usia

tidak memanfaatkan pelayanan kesehatan di Puskesmas Kota Padang tahun 2019.


64

4.3.2 Pengetahuan

Pengetahuan responden dibedakan menjadi 2 kategori yaitu rendah dan tinggi

dengan cut of point adalah mean karna data pengetahuan terdistribusi normal yaitu

sebesar 7, dimana lansia yang memiliki skor total pengetahuan <7 maka dikatakan

lansia memiliki pengetahuan rendah, sedangkan lansia yang memiliki skor total

pengetahuan ≥7 maka lansia memiliki pengetahuan tinggi terhadap pemanfaatan

pelayanan kesehatan.

Tabel HASIL.11 Distribusi Frekuensi Pengetahuan Lanjut Usia di Puskesmas


Kota Padang Tahun 2019

Pengetahuan Lansia f (%)


Rendah 50 47,2
Tinggi 56 52,8
Jumlah 106 100

Hasil ditunjukan pada tabel 4.3 hampir dari separuh lansia masih memiliki
pengetahuan yang rendah terhadap pemanfaatan pelayanan kesehatan yaitu sebesar
47,2%. Tabel berikut ini menunjukan distribusi frekuensi pengetahuan ibu pada
masing-masing pertanyaan.
Tabel HASIL.12 Distribusi Frekuensi Pertanyaan Pengetahuan

No Salah Benar
Pertanyaan
f (%) f (%)
1 Menurut Bapak/Ibu apakah kepanjangan dari 23 21,7 83 78,3
Puskesmas
2 Jenis pelayanan kesehatan apa saja yang 80 75,5 26 24,5
disediakan Puskesmas untuk lansia
3 Apakah manfaat melakukan pemeriksaan 73 68,9 33 31,1
kesehatan lansia di Puskesmas
4 Siapakah yang berhak menggunakan pelayanan 0 0 10 100
kesehatan di Puskesmas 6
5 Setiap hari apa saja puskesmas buka untuk 9 8,5 97 91,5
memberikan pelayanan kesehatan
6 Untuk siapakah tempat pelayanan kesehatan 59 55,7 47 44,3
(Puskesmas) disediakan
7 Dimanakah pelayanan kesehatan khusus lansia 9 8,5 97 91,5
disediakan di Puskesmas
8 Bagaimanakah alur pelayanan pasien lansia di 67 63,2 39 36,8
Puskesmas (paling lengkap)
9 Apa yang dimaksud dengan lansia 36 34,0 70 66,0
10 Penyakit apa saja yang sering diderita oleh 9 8,5 97 91,5
lansia
65

Berdasarkan tabel 4.4 diketahui bahwa terdapat 4 pertanyaan yang masih

banyak dijawab salah oleh lansia yaitu pertanyaan nomor 2 mengenai jenis pelayanan

kesehatan yang disediakan oleh Puskesmas untuk lansia (75,5%), pertanyaan nomor

3 mengenai siapakah yang berhak menggunakan pelayanan kesehatan di Puskesmas

(68,9%), pertanyaan no 8 mengenai bagaimanakah alur pelayanan pasien lansia di

Puskesmas (63,2%) dan pertanyaan nomor 6 mengenai untuk siapakah tempat

pelayanan kesehatan di Puskesmas disediakan (55,7%).

4.3.3 Sikap

Sikap dibedakan menjadi 2 kategori yaitu negatif dan positif dengan cut of

point adalah mean karena data dari sikap terdistribusi normal yaitu sebesar 35,

dimana lansia yang memiliki skor total sikap <35 maka dikatakan lansia memiliki

sikap negatif, sedangkan lansia yang memiliki skor total ≥35 maka lansia memiliki

sikap positif terhap pemanfaatan pelayanan kesehatan.

Tabel HASIL.13 Distribusi Frekuensi Sikap Lanjut Usia di Puskesmas Kota


Padang Tahun 2019

Sikap Lansia f (%)


Negatif 56 52,8
Positif 50 47,8
Jumlah 106 100

Hasil yang ditampilkan pada tabel 4.5 masih didapatkan lebih dari separuh

lansia yang memiliki sikap negatif terhadap pemanfaatan pelayanan kesehatan di

Puskesmas Kota Padang yaitu sebesar 52,8%. Tabel berikut ini menunjukan

distribusi frekuensi sikap lansia pada masing-masing pertanyan.


66

Tabel HASIL.14 Distribusi Frekuensi Pertanyaan Sikap

No Pernyataan SS S RG TS STS
f % f % f % f % f %
1 Saya selalu menjaga kesehatan 24 22,6 25 23,6 18 17,0 29 27,4 10 9,4
dengan rutin memeriksakan
kesehatan ke puskesmas
2 Bila saya sibuk, saya akan 7 6,6 9 8,5 17 16,0 48 45,3 25 23,6
menyempatkan datang ke
Puskesmas untuk mendapatkan
pelayanan kesehatan
3 Walaupun badan saya tampak 7 6,6 13 12,3 11 10,4 42 39,6 33 31,1
sehat saya akan selalu
memeriksakan kesehatan di
Puskesmas
4 Pelayanan kesehatan di 29 27,4 32 30,2 15 14,2 25 23,6 5 4,7
Puskesmas disediakan untuk
semua orang baik sehat
maupun sakit
5 Pelayanan kesehatan di 31 29,2 53 50,0 15 14,2 5 4,7 2 1,9
Puskesmas tidak hanya terbatas
pada pengobatan saja
6 Bila saya sakit atau mengalami 23 21,7 29 27,4 27 25,5 14 13,2 13 12,3
keluhan saya lebih memilih
pelayanan kesehatan lain
7 Saya datang ke puskesmas 1 0,9 2 1,9 0 0 21 19,8 82 77,4
memeriksakan kesehatan karna
terpaksa
8 Bila saya sakit atau mengalami 30 28,3 22 20,8 2 1,9 19 17,9 33 31,1
keluhan saya lebih memilih
pengobatan tradisional atau
membeli sendiri obat di
warung
9 Program lanjut usia yang 1 0,9 1 0,9 0 0 55 51,9 49 46,2
diadakan Puskesmas tidak
bermanfaat untuk kesehatan
10 Alur pelayanan kesehatan di 5 4,7 11 10,4 4 3,8 42 39,6 44 41,5
puskesmas sangat rumit
Keterangan :
SS : Sangat Setuju TS : Tidak Setuju
S : Setuju STS : Sangat Tidak Setuju
RG : Ragu-ragu

Pada tabel 4.6 diketahui bahwa terdapat lima pernyataan positif yaitu

penyataan pertama sampai kelima dan pernyataan negatif yaitu pernyataan keenam

sampai kesepuluh terhadap pemanfaatan pelayanan kesehatan oleh lanjut usia di

Puskesmas Kota Padang. Pernyataan sikap positif yang persentase jawaban tidak

setuju paling tinggi adalah walaupun badan saya tampak sehat saya akan selalu

memeriksakan kesehatan ke puskesmas (31,1%) sedangkan pernyataan sikap negatif

yang persentase jawaban sangat setuju paling tinggi adalah bila saya sakit atau
67

mengalami keluhan saya lebih memilih pengobatan tradisional atau membeli sendiri

obat di warung (28,3%).

4.3.4 Pendapatan

Pendapatan dibedakan menjadi 2 kategori yaitu tinggi dan rendah. Rendah jika

responden memiliki pendapatan < (2.280.000,00) dan tinggi jika responden memiliki

penghasilan ≥ (2.280.000,00). Tabel berikut ini menunjukan distribusi frekuensi

pendapatan lansia.

Tabel HASIL.15 Distribusi Frekuensi Pendapatan Lanjut Usia di Puskesmas


Kota Padang Tahun 2019
Pendapatan Lansia f (%)
Rendah 85 80,2
Tinggi 21 19,8
Jumlah 106 100

Hasil yang ditampilkan pada tabel 4.7 masih didapatkan lebih dari separuh

lansia yang memiliki pendapatan yang rendah yaitu sebesar 80,2%.

4.3.5 Perilaku Petugas Kesehatan

Perilaku petugas kesehatan dibedakan menjadi 2 kategori yaitu negatif dan

positif dengan cut of point adalah median karena data dari perilaku petugas kesehatan

tidak terdistribusi normal yaitu sebesar 39, dimana lansia yang memiliki penilaian

terhadap perilaku petugas kesehatan dengan skor total <39 maka dikatakan penilaian

lansia terhadap perilaku petugas kesehatan negatif, sedangkan lansia yang memiliki

penilaian terhadap perilaku petugas kesehatan dengan skor total ≥39 maka dikatakan

penilaian lansia terhadap perilaku petugas kesehatan positif.

Tabel HASIL.16 Distribusi Frekuensi Perilaku Petugas Kesehatan di Puskesmas


Kota Padang Tahun 2019

Perilaku Petugas Kesehatan f (%)


Negatif 45 42,5
Positif 61 57,5
Jumlah 106 100
68

Hasil ditunjukan pada tabel 4.8 lebih dari separuh lansia menilai perilaku

petugas kesehatan adalah positif yaitu sebesar 57,5%.Tabel berikut ini menunjukan

distribusi frekuensi perilaku petugas kesehatan pada masing-masing pertanyaan.

Tabel HASIL.17 Distribusi Frekuensi Pertanyaan Perilaku Petugas Kesehatan

No Pertanyaan SS S RG TS STS
f % f % f % f % f %
1 Petugas kesehatan di 1 0,9 3 2,8 1 0,9 53 50,0 48 45,3
Puskesmas tidak cepat
dan tanggap dalam
memberikan pelayanan
kesehatan
2 Saat memberikan 0 0 2 1,9 3 2,8 56 52,8 45 42,5
pelayanan kesehatan
petugas melakukan
pekerjaan lain
3 Petugas kesehatan saat 0 0 5 4,7 13 12,3 39 36,8 49 46,2
ditanya memberi
respon yang tidak baik
4 Petugas kesehatan tidak 0 0 26 24,5 43 40,6 21 19,8 16 15,1
menjelaskan mengenai
pelayanan kesehatan
lanjut usia di
Puskesmas
5 Petugas kesehatan saat 0 0 5 4,7 9 8,5 34 32,1 58 54,7
berbicara menggunakan
nada yang tidak enak
6 Petugas kesehatan 18 17,0 63 59,4 18 17,0 6 5,7 1 0,9
selalu mengajak untuk
ikut program lanjut usia
di Puskesmas
7 Petugas kesehatan 9 8,5 27 25,5 56 52,8 13 12,3 1 0,9
memberikan informasi
secara jelas tentang
kesehatan lansia
8 Petugas kesehatan 11 10,4 47 44,3 37 34,9 11 10,4 0 0
merekomendasikan
untuk memanfaatkan
fasilitas kesehatan yang
telah disediakan oleh
Puskesmas
9 Petugas kesehatan di 14 13,2 64 60,4 16 15,1 12 11,3 0 0
Puskesmas selalu
mengingatkan jadwal
pelayanan kesehatan
10 Petugas kesehatan 16 15,1 59 55,7 19 17,9 12 11,3 0 0
mendorong agar rutin
periksa kesehatan
secara berkala ke
Puskesmas
Keterangan :
SS : Sangat Setuju TS : Tidak Setuju
S : Setuju STS : Sangat Tidak Setuju
RG : Ragu-ragu
69

Pada tabel 4.9 diketahui bahwa terdapat lima pernyataan negatif yaitu

penyataan pertama sampai kelima dan pernyataan positif yaitu pernyataan keenam

sampai kesepuluh terhadap pemanfaatan pelayanan kesehatan oleh lanjut usia di

Puskesmas Kota Padang. Pernyataan perilaku petugas kesehatan negatif yang

persentase jawaban sangat setuju paling tinggi adalah petugas puskesmas tidak cepat

dan tanggap dalam memberikan pelayanan kesehatan (0,9%) sedangkan pernyataan

perilaku petugas kesehatan positif yang persentase jawaban sangat tidak setuju paling

tinggi adalah petugas kesehatan memberikan informasi secara jelas tentang kesehatan

lansia (0,9%) dan petugas kesehatan selalu mengajak untuk ikut program lanjut usia

di Puskesmas (0,9%).

4.3.6 Dukungan Keluarga

Dukungan keluarga dibedakan menjadi 2 kategori yaitu negatif dan positif

dengan cut of point adalah median karena data dari perilaku petugas kesehatan tidak

terdistribusi normal yaitu sebesar 12, dimana dukungan keluarga lansia yang

memiliki skor total <12 maka dikatakan dukungan keluarga lansia kurang, sedangkan

dukungan keluarga lansia yang memiliki skor total ≥12 maka dikatakan dukungan

keluarga lansia baik.

Tabel HASIL.18 Distribusi Frekuensi Dukungan Keluarga di Puskesmas Kota


Padang Tahun 2019

Dukungan Keluarga f (%)


Kurang 51 48,1
Baik 55 51,9
Jumlah 106 100

Berdasarkan tabel 4.10 menunjukan bahwa lebih dari separuh (51,9%) lansia

yang memiliki dukungan keluarga yang baik. Tabel berikut ini menunjukan distribusi

frekuensi dukungan keluarga pada masing-masing pertanyaan.


70

Tabel HASIL.19 Distribusi Frekuensi Pertanyaan Dukungan Keluarga

N Penyataan SL SR KD TP
o f % f % f % f %
1 Keluarga menyarankan agar 20 18,9 26 24,5 53 50,0 7 6,6
bapak/ibu melakukan pemeriksaan
kesehatan ke Puskesmas
2 Keluarga bapak/ibu mengingatkan 19 17,9 25 23,6 55 51,9 7 6,6
waktu pelaksanaan pemeriksaan
kesehatan di Puskesmas
3 Keluarga bapak/ibu memotivasi 21 19,8 24 22,6 47 44,3 14 13,2
untuk datang pada waktu
pelaksanaan pemeriksaan
kesehatan Puskesmas
4 Keluarga mengantarkan bapak/ibu 38 35,8 8 7,5 9 8,5 51 48,1
untuk pemeriksaan kesehatan ke
Puskesmas
5 Keluarga mengupayakan sumber 26 24,5 25 23,6 41 38,7 14 13,2
dana untuk pemeriksaan
kesehatan, pengobatan, dan
perawatan bapak/ibu
Keterangan :
SL : Selalu KD : Kadang-kadang
SR : Sering TP : Tidak Pernah

Pada tabel 4.11 diketahui bahwa pernyataan dukungan keluarga dengan

jawaban selalu yang memiliki persentase paling rendah adalah keluarga bapak/ibu

mengingatkan waktu pelaksanaan pemeriksaan kesehatan di Puskesmas (17,9%)

dan jawaban tidak pernah dengan persentase paling tinggi adalah keluarga

mengantarkan lansia untuk pemeriksaan kesehatan ke Puskesmas (48,1%).

4.4 Analisis Bivariat

Analisis bivariat bertujuan untuk mengetahui hubungan antar variabel

penelitian (independen dan dependen), yaitu hubungan antara masing-masing

variabel independen dengan pemanfaatan pelayanan kesehatan oleh lanjut usia di

Puskesmas Kota Padang Tahun 2019. Berikut ini hasil analisis bivariat hubungan

antara variabel-variabel tersebut.


71

4.4.1 Hubungan Pengetahuan dengan Pemanfaatan Pelayanan Kesehatan oleh


Lanjut Usia di Puskesmas Kota Padang Tahun 2019
Hasil analisis bivariat hubungan pengetahuan dengan pemanfaatan pelayanan

kesehatan oleh lanjut usia di Puskesmas dapat dilihat pada tabel berikut:

Tabel HASIL.20 Hubungan Pengetahuan dengan Pemanfaatan Pelayanan


Kesehatan oleh Lanjut Usia di Puskesmas Kota Padang Tahun 2019

Pemanfaatan Pelayanan
Kesehatan
Total PR 95% P
Pengetahuan Tidak
Memanfaatkan CI value
memanfaatkan
f % f % f %
Rendah 48 96,0 2 4,0 50 100 2,337
Tinggi 23 41,0 33 59,0 56 100 (1,699- 0,000
3,215
Jumlah 71 67,0 35 33,0 106 100

Berdasarkan tabel 4.12 didapatkan lansia yang tidak memanfaatkan

pelayanan kesehatan di Puskesmas lebih banyak pada pengetahuan rendah yaitu 96%

daripada lansia yang memiliki pengetahuan tinggi. Namun berbeda dengan lansia

yang memanfaatkan pelayanan kesehatan di Puskesmas lebih banyak yang memiliki

pengetahuan tinggi yaitu 58,9% daripada lansia yang memiliki pengetahuan rendah.

Berdasarkan hasil uji chi-square dengan nilai p-value sebesar 0,000 (<0,05) maka

dapat disimpulkan bahwa pengetahuan lansia secara signifikan berhubungan dengan

pemanfaatan pelayanan kesehatan di Puskesmas, dengan PR 2,337 artinya lansia

yang memiliki pengetahuan rendah berpeluang 2,337 kali tidak akan ikut

memanfaatkan pelayanan kesehatan di Puskesmas.

4.4.2 Hubungan Sikap dengan Pemanfaatan Pelayanan Kesehatan oleh Lanjut

Usia di Puskesmas Kota Padang Tahun 2019

Hasil analisis bivariat hubungan sikap dengan pemanfaatan pelayanan

kesehatan oleh lansia di Puskesmas dapat dilihat pada tabel berikut:


72

Tabel HASIL.21 Hubungan Sikap dengan Pemanfaatan Pelayanan Kesehatan


oleh Lanjut Usia di Puskesmas Kota Padang Tahun 2019

Pemanfaatan Pelayanan
Kesehatan PR p
Total
Sikap Tidak 95% CI value
Memanfaatkan
memanfaatkan
f % f % f %
Negatif 54 96,4 2 3,6 56 100 2,836
Positif 17 34,0 33 66,0 50 100 (1,921-4,187) 0,000
Jumlah 71 67,0 35 33,0 106 100
Berdasarkan tabel 4.13 menunjukkan bahwa lansia yang tidak memanfaatkan

pelayanan kesehatan di Puskesmas lebih banyak memiliki sikap negatif yaitu 96,4%

daripada lansia yang memiliki sikap positif. Berbanding lurus dengan lansia yang

memanfaatkan pelayanan kesehatan di Puskesmas lebih banyak pada lansia yang

memiliki sikap positif yaitu 66%. Berdasarkan hasil uji chi-square dengan p-value

sebesar 0,000 (p<0,05) maka dapat disimpulkan terdapat hubungan signifikan antara

sikap dengan pemanfaatan pelayanan kesehatan oleh lanjut usia di Puskesmas Kota

Padang, dengan PR yaitu 2,836 artinya lansia yang bersikap negatif berpeluang 2,836

kali tidak memanfaatkan pelayanan kesehatan di Puskesmas.

4.4.3 Hubungan Pendapatan dengan Pemanfaatan Pelayanan Kesehatan oleh

Lanjut Usia di Puskesmas Kota Padang Tahun 2019

Hasil analisis bivariat hubungan pendapatan dengan pemanfaatan pelayanan

kesehatan oleh lansia di Puskesmas dapat dilihat pada tabel berikut:

Tabel HASIL.22 Hubungan Pendapatan dengan Pemanfaatan Pelayanan


Kesehatan oleh Lanjut Usia di Puskesmas Kota Padang Tahun 2019

Pemanfaatan Pelayanan
Kesehatan PR p
Total
Pendapatan Tidak 95% CI value
Memanfaatkan
memanfaatkan
f % f % f %
Rendah 57 67,1 28 32,9 85 100 1,006 1,000
Tinggi 14 66,7 7 33,3 21 100 (0,718-1,409)
Jumlah 71 67,0 35 33,0 106 100

Berdasarkan tabel 4.14 menunjukan bahwa lansia yang tidak memanfaatkan

pelayanan kesehatan di Puskesmas lebih banyak memiliki pendapatan rendah yaitu


73

67,1% daripada lansia yang memiliki pendapatan tinggi. Berbeda dengan lansia yang

memanfaatkan pelayanan kesehatan di Puskesmas lebih banyak pada lansia yang

memiliki pendapatan tinggi yaitu 33,3% daripada lansia yang memiliki pendapatan

rendah. Berdasarkan uji statistik chi-square dengan p-value sebesar 1,000 (P>0,005)

maka dapat disimpulkan tidak terdapat hubungan yang signifikan antara pendapatan

dengan pemanfaatan pelayanan kesehatan oleh lansia di Puskesmas Kota Padang,

dengan PR 1,006 yang artinya lansia yang memiliki pendapatan rendah berpeluang

1,006 kali tidak memanfaatkan pelayanan kesehatan di Puskesmas.

4.4.4 Hubungan Perilaku Petugas Kesehatan dengan Pemanfaatan Pelayanan

Kesehatan oleh Lanjut Usia di Puskesmas Kota Padang Tahun 2019

Hasil analisis bivariat hubungan perilaku petugas kesehatan dengan

pemanfaatan pelayanan kesehatan oleh lansia di Puskesmas dapat dilihat pada tabel

berikut:

Tabel HASIL.23 Hubungan Perilaku Petugas Kesehatan dengan Pemanfaatan


Pelayanan Kesehatan oleh Lanjut Usia di Puskesmas Kota Padang Tahun 2019

Pemanfaatan Pelayanan
Perilaku Kesehatan PR
Total p value
Petugas Tidak 95% CI
Memanfaatkan
Kesehatan memanfaatkan
f % f % f %
Negatif 41 91,1 4 8,9 45 100 1,853
Positif 30 49,2 31 50,8 61 100 (1,413- 0,000
2,429)
Jumlah 71 67,0 35 33,0 106 100

Berdasarkan tabel 4.15 menunjukkan bahwa lansia yang tidak memanfaatkan

pelayanan kesehatan di Puskesmas lebih banyak memiliki penilaian negatif terhadap

perilaku petugas kesehatan yaitu 91,1% daripada lansia yang memiliki penilaian

positif terhadap perilaku petugas kesehatan. Berbanding lurus dengan lansia yang

memanfaatkan pelayanan kesehatan di Puskesmas lebih banyak pada lansia yang

memiliki penilaian positif terhadap perilaku petugas kesehatan yaitu 50,8%.


74

Berdasarkan hasil uji chi-square dengan p-value sebesar 0,000 (p<0,05) maka dapat

disimpulkan terdapat hubungan signifikan antara perilaku petugas kesehatan dengan

pemanfaatan pelayanan kesehatan oleh lanjut usia di Puskesmas Kota Padang,

dengan PR yaitu 1,853 artinya lansia yang memiliki penilaian negatif terhadap

perilaku petugas kesehatan berpeluang 1,853 kali tidak memanfaatkan pelayanan

kesehatan di Puskesmas.

4.4.5 Hubungan Dukungan Keluarga dengan Pemanfaatan Pelayanan

Kesehatan oleh Lanjut Usia di Puskesmas Kota Padang Tahun 2019

Hasil analisis bivariat hubungan dukungan keluarga dengan pemanfaatan

pelayanan kesehatan oleh lansia di Puskesmas dapat dilihat pada tabel berikut:

Tabel HASIL.24 Hubungan Dukungan Keluarga dengan Pemanfaatan


Pelayanan Kesehatan oleh Lanjut Usia di Puskesmas Kota Padang Tahun 2019

Pemanfaatan Pelayanan Kesehatan


PR
Dukungan Tidak Total p value
Memanfaatkan 95% CI
Keluarga memanfaatkan
f % f % f %
Kurang 37 72,5 14 27,5 51 100 1,174
Baik 34 61,8 21 38,2 55 100 (0,898- 0,303
1,534)
Jumlah 71 67,0 35 33,0 106 100

Berdasarkan tabel 4.16 menunjukan bahwa lansia yang tidak memanfaatkan

pelayanan kesehatan di Puskesmas lebih banyak pada lansia dengan dukungan

keluarga kurang yaitu 72,5% daripada lansia dengan dukungan keluarga baik.

Berbeda dengan lansia yang memanfaatkan pelayanan kesehatan di Puskesmas lebih

banyak pada lansia dengan dukungan keluarga baik yaitu 38,2% daripada lansia

dengan dukungan keluarga kurang. Berdasarkan uji chi-square dengan p-value

sebesar 0,303 (P>0,005) maka dapat disimpulkan terdapat hubungan yang signifikan

antara dukungan keluarga dengan pemanfaatan pelayanan kesehatan oleh lansia di

Puskesmas Kota Padang. Dimana lansia dengan dukungan keluarga kurang

berpeluang 1,174 kali tidak memanfaatkan pelayanan kesehatan di Puskesmas.


BAB 5 : PEMBAHASAN

5.1 Analisis Univariat

5.1.1 Distribusi Frekuensi Pemanfaatan Pelayanan Kesehatan oleh Lanjut Usia

Berdasarkan tabel 4.2 hasil penelitian di Puskesmas Kota Padang didapatkan

dari 106 orang responden yang tidak memanfaatkan pelayanan kesehatan di

Puskesmas adalah sebanyak 71 orang (67%) dan yang memanfaatkan pelayanan

kesehatan di Puskesmas adalah sebanyak 35 orang (33%). Hasil penelitian ini sejalan

dengan penelitian Hersi Magan, dkk (2013) yakni yang kurang memanfaatkan

pelayanan kesehatan yaitu sebanyak 297 orang (81,1%) dibandingkan dengan yang

memanfaatkan pelayanan kesehatan puskesmas yaitu sebanyak 69 orang (18,9%).(13)

Pemanfaatan Puskesmas sebagai pelayanan kesehatan menurut Azwar (2010)

erat dengan kapan seseorang memerlukan pelayanan kesehatan dan seberapa jauh

efektivitas pelayanan tersebut. Seseorang tidak pernah tahu kapan akan sakit dan

tidak seorang pun dapat menjawab dengan pasti. Hal ini memberikan informasi

bahwa kebutuhan terhadap pelayanan kesehatan terkait dengan masalah

ketidakpastian.(24) Menurut Azwar (2010) Pemanfaatan Pelayanan Kesehatan adalah

penggunaan fasilitas pelayanan yang disediakan baik dalam bentuk rawat jalan, rawat

inap, kunjungan rumah oleh petugas kesehatan ataupun bentuk kegiatan lain dari

pemanfaatan pelayanan tersebut didasarkan pada ketersediaan dan kesinambungan

pelayanan, penerimaan masyarakat dan kewajaran, mudah dicapai oleh masyarakat

dan bermutu. (24)

Hasil penelitian di lapangan menunjukkan bahwa pemanfaatan Puskesmas

sebagai pelayanan kesehatan masih tergolong rendah. Lebih dari separuh responden

75
76

memanfaatkan pelayanan kesehatan lain seperti klinik dokter, bidan dan rumah sakit.

Lebih dari separuh responden yang memanfaatkan puskesmas menyatakan bahwa

memanfaatkan Puskesmas hanya untuk mendapatkan pelayanan pengobatan dan

meminta rujukan. Hal ini menunjukkan bahwa responden pada umumnya masih

memanfaatkan pelayanan kuratif di Puskesmas. Sedangkan pelayanan Puskesmas

bukan terbatas pada pelayanan kuratif tetapi juga meliputi pelayanan promotif dan

preventif.

Pemanfaatan Puskesmas oleh lansia dapat ditingkatkan melalui pendekatan

langsung dan tidak langsung. Pendekatan ini meliputi edukasi baik melalui

penyuluhan harian maupun melalui media (brosur, poster, dan pamflet) tentang

cakupan pelayanan kesehatan dasar apa saja yang bisa didapatkan di Puskesmas. Hal

ini dapat meningkatkan keinginan lansia dalam memanfaatkan pelayanan kesehatan

di Puskesmas.

5.1.2 Distribusi Frekuensi Pengetahuan Lanjut Usia

Hasil penelitian menunjukkan bahwa lebih dari separuh responden memiliki

pengetahuan tinggi (52,8%). Hasil penelitian ini sejalan dengan penelitian yang

dilakukan oleh Roy C.F Weku (2013) pemanfaatan pelayanan kesehatan masyarakat

di Puskesmas Kema yang memiliki pengetahuan tinggi sebesar (66%) dan memiliki

pengetahuan rendah sebesar (34%).(10)

Pengetahuan adalah hasil penginderaan manusia atau hasil tahu seseorang

terhadap objek melalui indera yang dimilikinya dengan sendirinya pada waktu

penginderaan sehingga pengetahuan tersebut sangat dipengaruhi oleh intensitas

perhatian dan persepsi terhadap objek. Sebagian besar pengetahuan diperoleh melalui

indera penglihatan dan pendengaran. Semakin tinggi pengetahuan semakin tinggi

keinginan untuk memanfaatkan pelayanan kesehatan Puskesmas.(9)


77

Dari hasil penelitian, diketahui bahwa responden tidak mengetahui jenis

pelayanan kesehatan yang disediakan oleh puskesmas untuk lansia. Dan juga

diketahui bahwa rendahnya pengetahuan responden tentang manfaat melakukan

pemeriksaan kesehatan lansia di Puskesmas serta alur pelayanan kesehatan khusus

lansia di Puskesmas. Sebagian besar responden hanya mengetahui bahwa pelayanan

kesehatan di Puskesmas hanya untuk pengobatan penyakit dan pemeriksaan

kesehatan dilakukan juga hanya untuk mengobati penyakit saja. Hal ini disebabkan

oleh kurangnya pengetahuan responden tentang program-program kesehatan lansia

yang diselenggarakan di Puskesmas.

Oleh karena itu perlu adanya sosialisasi dari petugas kesehatan lansia tentang

jenis-jenis pelayanan kesehatan khusus lansia yang bisa didapatkan di Puskesmas

beserta manfaat dan alur pelayanannya. Efektivitas kegiatan sosialisasi dilakukan

melalui penyuluhan harian maupun melalui media seperti brosur, poster dan pamflet,

sehingga lansia tertarik berkunjung ke Puskesmas untuk ikut dalam program

kesehatan lansia.

5.1.3 Distribusi Frekuensi Sikap Lanjut Usia

Hasil penelitian menunjukkan bahwa lebih dari separuh responden memiliki

sikap negatif (52,8%) terhadap pemanfaatan pelayanan kesehatan di Puskesmas.

Hasil penelitian ini sejalan dengan penelitian Junaidi, Yunita, A (2014) lebih dari

separuh yaitu sebanyak 37 orang (51,4 %) masyarakat di Kelurahan Bukik Cangang

KR Bukittinggi yang memiliki sikap negatif tentang pemanfaatan puskesmas Guguk

Panjang dan sikap positif (48,6%).(11)

Sikap merupakan reaksi atau respon yang masih tertutup dari seseorang

terhadap suatu stimulus atau objek. Sikap secara nyata menunjukkan konotasi adanya

kesesuaian reaksi terhadap stimulus tertentu dalam kehidupan sehari-hari merupakan


78

reaksi yang bersifat emosional terhadap stimulus sosial. Sikap menentukan

kecenderungan perilaku individu terhadap sesuatu yang sedang dihadapi. sikap

adalah penilaian (bisa berupa pendapat) seseorang terhadap stimulus atau objek,

dalam hal ini adalah masalah kesehatan atau penyakit, setelah seseorang mengetahui

stimulus atau objek, proses selanjutnya seseorang akan menilai atau bersikap

terhadap stimulus atau objek kesehatan tersebut. Sikap belum merupakan tindakan

atau aktivitas akan tetapi merupakan predisposisi perilaku.(9)

Hasil penelitian di lapangan menunjukkan bahwa lansia mempunyai sikap

negatif terhadap pemanfaatan Puskesmas karena salah satu alasan mereka bersikap

negatif adalah saat merasa sakit atau mengalami keluhan mereka lebih memilih

memanfaatkan pengobatan tradisional atau membeli obat sendiri dibandingkan

datang ke Puskesmas. Hal ini disebabkan karena kurangnya pengetahuan lansia

tentang pemanfaatan pelayanan kesehatan di Puskesmas. Oleh karena itu Puskesmas

diharapkan dapat menyelenggarakan kegiatan menarik yang melibatkan lansia secara

langsung seperti pembentukan klub lansia dan senam lansia yang disesuaikan dengan

waktu yang dapat dihadiri oleh lansia di Puskesmas sehingga dapat memicu sikap

positif lansia secara berkelanjutan.

5.1.4 Distribusi Frekuensi Pendapatan Lanjut Usia

Hasil penelitian menunjukkan bahwa lebih dari separuh responden memiliki

pendapatan rendah (80,2%). Hasil penelitian ini sejalan dengan penelitian

St.Rachmawati Dkk (2014) lebih dari separuh responden di Puskesmas Tamalanrea

yaitu sebanyak 59% responden memiliki pendapatan rendah dan yang memiliki

pendapatan cukup sebanyak 41%.(12)

Samuleson dan Nordhaus (1992) dalam Muzdalifah (2010:19), menyatakan

bahwa pendapatan ialah jumlah dari keseluruhan uang yang diperoleh atau diterima
79

oleh seseorang selama jangka waktu tertentu. Peserta yang berpendapatan tinggi

cenderung lebih sering atau lebih ekstensif dalam pelayanan kesehatan, peserta yang

berpendapatan tinggi juga lebih sering memeriksa dan memelihara kesehatan

dibanding kelompok peserta berpendapatan rendah. Ketimpangan pendapatan

masyarakat juga mempengaruhi pola konsumsi kesehatan masyarakat.(25)

Hasil penelitian di lapangan menunjukkan lansia di Puskesmas Kota Padang

sebagian besar memiliki pendapatan yang rendah yaitu dibawah UMR Kota Padang.

Hal ini juga disebabkan oleh sebagian besar dari lansia yang sudah tidak bekerja

sehingga tidak memiliki penghasilan yang tetap.

5.1.5 Distribusi Frekuensi Perilaku Petugas Kesehatan

Hasil penelitian menunjukkan lebih dari separuh lansia menilai perilaku

petugas kesehatan adalah positif yaitu sebesar 57,5%. Hasil penelitian ini sejalan

dengan penelitian Hersi, Dkk (2013) lebih dari separuh responden di Puskesmas

Makale menilai perilaku petugas kesehatan positif yaitu sebesar (91,8%) dan menilai

perilaku petugas kesehatan negatif sebesar (8,2%).(13)

Petugas kesehatan mempunyai peran penting dalam melaksanakan pelayanan

kesehatan ditengah masyarakat. Petugas kesehatan harus memiliki sikap dan perilaku

yang sesuai dengan nilai kesehatan dan mampu mengkoordinir upaya kesehatan.

Petugas kesehatan dalam melaksanakan pembinaan kesehatan lansia memiliki tugas

prefentif, promotif, serta kuratif dan rehabilitatif bila di perlukan. Petugas kesehatan

juga berperan dalam mengajak dan membimbing lansia untuk aktif melakukan

kegiatan yang berhubungan terhadap peningkatan kesehatan lansia.(34)

Hasil penelitian di lapangan menunjukkan lansia di Puskesmas Kota Padang

sebagian besar memiliki penilaian positif terhadap perilaku petugas kesehatan.

Dimana responden menilai petugas kesehatan selalu mengajak dan mengingatkan


80

serta mendorong lansia agar rutin datang pada setiap kegiatan yang diadakan

Puskesmas. Petugas selalu menyampaikan hal tersebut baik pada saat melayani lansia

yang datang berobat ke Puskesmas maupun pada saat melakukan promosi kesehatan

di Puskesmas.

Puskesmas diharapkan dapat mengajak lansia untuk dapat berperan aktiv

mengatasi masalah kesehatan mereka sendiri seperti setiap kegiatan di desa yang

memungkinkan lansia ikut serta maka petugas kesehatan selalu melibatkan mereka

misalnya ikut melibatkan lansia dalam gotong royong membersihkan taman,

menimbang balita atau dalam kegiatan mengajarkan perawatan kesehatan ibu hamil

dirumah sehingga lansia merasa berharga karena selalu diikutsertakan dalam setiap

aktivitas yang ada di desa.

5.1.6 Distribusi Frekuensi Dukungan Keluarga

Hasil penelitian menunjukkan bahwa lebih dari separuh lansia memiliki

dukungan keluarga yang baik yaitu sebesar (51,9%). Hasil penelitian ini sejalan

dengan penelitian Sitompul, Elita Farida (2013) dukungan keluarga responden

terhadap pemanfaatan pelayanan kesehatan di puskesmas paling banyak berada pada

kategori mendukung yaitu 73 orang (79,3%) dan kategori tidak mendukung sebanyak

19 responden (20,7%). (27)

Dukungan keluarga dapat berupa dorongan, motivasi, empati, ataupun

bantuan yang dapat membuat individu merasa lebih tenang dan aman. Dukungan

didapatkan dari suami atau istri, anak, atau orang terdekat lainnya. Dukungan

keluarga berkaitan dengan pembentukkan keseimbangan mental dan kepuasan

psikologis. Peran keluarga sangat membantu untuk mewujudkan kegunaan,

keinginan, kebahagiaan, dan kesejahteraan lansia. Suhendro B.Kar dalam

Notoatmodjo (2012) dukungan sosial masyarakat sekitar akan mempengaruhi


81

seseorang dalam berperilaku terhadap kesehatan. Hal ini sama dengan lansia yang

memerlukan dukungan dari keluarga untuk berkunjung ke pelayanan kesehatan. Jika

tidak ada dukungan keluarga maka intensitas kunjungan lansia ke pelayanan

kesehatan akan semakin berkurang.(9)

Dukungan keluarga memiliki peran penting terhadap lansia dalam

pemanfaatan pelayanan kesehatan di Puskesmas. Kalau tidak ada dukungan dari

keluarga maka secara tidak langsung intensitas kunjungan lansia ke Puskesmas

akan semakin berkurang. Dengan tidak adanya dukungan dari keluarga maka para

lansia akan tidak jadi datang ke Puskesmas apalagi bagi lansia yang tidak mapu

lagi berjalan sendiri. Begitupun sebaliknya dengan adanya dukungan dari keluarga

maka secara tidak langsung keluarga tersebut memiliki peran penting untuk

meningkatkan intensitas kunjungan lansia ke Puskesmas. Menurut Effendi,

dukungan sosial sangat diperlukan oleh setiap individu. Dukungan sosial semakin

dibutuhkan pada saat seseorang sedang mengalami masalah atau sakit, disinilah

peran anggota keluarga diperlukan untuk menjalani masa-masa sulit.

Berdasarkan hasil penelitian, responden dengan dukungan keluarga baik dan

yang kurang baik memiliki persentase yang sama-sama tinggi pada pernyataan

keluarga mengantarkan lansia untuk melakukan pemeriksaan kesehatan ke pelayanan

kesehatan di Puskesmas akan tetapi separuh responden menyatakan tidak pernah

diantarkan keluarga untuk pemeriksaan kesehatan di Puskesmas. Perubahan fisik,

sosial, dan psikologi menyebabkan lansia tidak memungkinkan datang ke Puskesmas

sendiri akan tetapi jam pelayanan kesehatan di Puskesmas yang bersamaan dengan

jam kerja anggota keluarga lansia, mengakibatkan lansia tidak ada yang

mengantarkan untuk datang ke Puskesmas sehingga menghambat lansia untuk datang

memanfaatkan pelayanan kesehatan di Puskesmas akan tetapi beberapa dari keluarga


82

lansia juga ada yang meluangkan waktunya pada hari libur kerja untuk mengantarkan

lansia memanfaatkan pelayanan kesehatan ke Puskesmas.

5.2 Analisis Bivariat

5.2.1 Hubungan Pengetahuan dengan Pemanfaatan Pelayanan Kesehatan oleh

Lanjut Usia di Puskesmas Kota Padang

Hasil penelitian menunjukkan bahwa lansia yang tidak memanfaatkan

pelayanan kesehatan di Puskesmas lebih tinggi pada lansia dengan pengetahuan

rendah (96%) dibandingkan dengan pengetahuan tinggi (41%). Hasil uji chi square

diperoleh p value = 0,000< 0,05 berarti terdapat hubungan antara pengetahuan

dengan pemanfaatan pelayanan kesehatan di Puskesmas oleh lansia. Lansia yang

memiliki pengetahuan rendah berpeluang 2,337 kali tidak akan ikut memanfaatkan

pelayanan kesehatan di Puskesmas. Penelitian ini sejalan dengan penelitian Roy C.F

Weku (2012), di Puskesmas Kema Minahasa Utara dimana terdapat hubungan antara

pengetahuan dengan pemanfaatan pelayanan kesehatan di Puskesmas dengan nilai p

sebesar 0,002.(10)

Tingkat pengetahuan yang tinggi dapat mempengaruhi seseorang akan

pentingnya arti kesehatan dimana mereka akan berusaha mencari pelayanan

kesehatan sesuai dengan kebutuhannya. Rendahnya tingkat pengetahuan seseorang

akan mempengaruhi perilaku terhadap pelayanan tersebut. Notoatmodjo mengatakan

bahwa pengetahuan yang tinggi akan cenderung memanfaatkan pelayanan kesehatan.

Pengalaman atau pengetahuan yang dimiliki seseorang merupakan faktor yang sangat

berperan dalam menginterpretasikan suatu rangsangan yang diperoleh.(9)

Hasil penelitian di lapangan menunjukkan bahwa terdapat hubungan antara

pengetahuan dengan pemanfaatan pelayanan kesehatan di Puskesmas. Lansia yang


83

berpengetahuan tinggi justru lebih banyak tidak memanfaatkan pelayanan kesehatan

di Puskesmas. Hal ini disebabkan meskipun lansia memiliki pengetahuan yang tinggi

akan tetapi masih belum terpapar informasi pelayanan kesehatan lansia dari petugas

kesehatan dan lansia masih memiliki kecenderungan untuk memilih pelayanan

kesehatan lain seperti klinik dokter dan rumah sakit. Berdasarkan wawancara dengan

lansia pelayanan yang umum dimanfaatkan oleh lansia di Puskesmas adalah

pengobatan, pelayanan gigi, dan meminta rujukan.

Puskesmas harus memiliki program yang terorganisir dan terstruktur untuk

pengelolaan terkait dengan sosialisasi pemanfaatan puskesmas. Salah satu program

yang dapat di lakukan Puskesmas yaitu melalui kegiatan pemberdayaan lansia seperti

pelatihan cara pengelolaan makanan untuk bayi/cucunya karna berhubungan dengan

lansia sebagai pengasuh bayi selama anaknya bekerja, kegiatan seperti ini dapat

membuat lansia tertarik datang ke Puskesmas karna terdapat kegiatan yang dapat

mereka pelajari untuk kebutuhannya. Selanjutnya pihak Puskesmas menyususn

kegiatan lansia bersama-sama dengan bidan desa dan kelompok lansia itu sendiri.

5.2.2 Hubungan Sikap dengan Pemanfaatan Pelayanan Kesehatan oleh Lanjut

Usia di Puskesmas Kota Padang Tahun 2019

Hasil penelitian menunjukkan bahwa lansia yang tidak memanfaatkan

pelayanan kesehatan di Puskesmas lebih tinggi pada lansia dengan sikap negatif

(96,4%) dibandingkan dengan sikap positif (34%). Hasil uji chi square diperoleh p

value = 0,000< 0,05 berarti terdapat hubungan antara sikap dengan pemanfaatan

pelayanan kesehatan di Puskesmas oleh lansia. lansia yang bersikap negatif

berpeluang 2,836 kali tidak memanfaatkan pelayanan kesehatan di Puskesmas.

Penelitian ini sejalan dengan penelitian Junaidi, Yunita, A (2014)), di Puskesmas


84

Guguk Panjang dimana terdapat hubungan antara sikap dengan pemanfaatan

pelayanan kesehatan di Puskesmas dengan nilai p sebesar 0,000.(10)

Sikap merupakan reaksi atau respon seseorang yang masih tertutup terhadap

suatu stimulus atau objek. Sebuah sikap merupakan suatu keadaan mental, yang

dipelajari dan di organisasi menurut pengalaman, dan yang menyebabkan timbulnya

pengaruh khusus atau reaksi seseorang terhadap orang, objek dan situasi. Sikap

merupakan predisposisi evaluatif yang banyak menentukan bagaimana seseorang

bertindak, akan tetapi sikap tindakan nyata sering kali jauh berbeda. Dalam hal

pelayanan kesehatan sikap positif mampu meningkatkan pemanfaatan pelayanan

kesehatan.(35)

Hasil penelitian menunjukkan bahwa terdapat hubungan antara sikap dengan

pemanfaatan pelayanan kesehatan di Puskesmas oleh lansia. Lansia yang mempunyai

sikap negatif lebih banyak dibandingkan dengan lansia yang bersikap positif.

Berdasarkan kuisioner diperoleh hasil bahwa lansia yang memiliki sikap negatif

justru lebih banyak tidak memanfaatkan pelayanan kesehatan. Hal ini disebabkan

karna lansia memiliki anggapan bahwa datang ke Puskesmas hanya saat sakit saja,

dan jika lansia hanya mengalami sakit ringan mereka lebih memilih pengobatan

alternatif atau membeli obat yang disediakan di warung. Sifat kurang baik yang

dimiliki lansia tersebut diakibatkan sampai saat ini lansia hanya memahami bahwa

Puskesmas hanya berfungsi untuk mengobati orang lain. Oleh karena itu untuk

merubah sikap lansia maka petugas kesehatan perlu menyiapkan contoh komunitas

lansia yang selalu memanfaatkan pelayanan kesehatan di Puskesmas.


85

5.2.3 Hubungan Pendapatan dengan Pemanfaatan Pelayanan Kesehatan oleh

Lanjut Usia di Puskesmas Kota Padang Tahun 2019

Hasil penelitian menunjukkan bahwa lansia yang tidak memanfaatkan

pelayanan kesehatan di Puskesmas lebih tinggi pada lansia dengan pendapatan

rendah (67,1%) dibandingkan dengan pendapatan tinggi (66,7%). Hasil uji chi square

diperoleh p value = 1,000 >0,05 berarti tidak terdapat hubungan antara pendapatan

dengan pemanfaatan pelayanan kesehatan di Puskesmas oleh lansia. lansia yang

memiliki pendapatan rendah berpeluang 1,006 kali tidak memanfaatkan pelayanan

kesehatan di Puskesmas. Penelitian ini tidak sejalan dengan penelitian Rachmawati,

D., & Amir, M (2014), dimana terdapat hubungan antara pendapatan dengan

pemanfaatan pelayanan kesehatan di Puskesmas dengan p value =0,001.(12)

Notoatmodjo (2012) menyatakan bahwa pendapatan masyarakat merupakan

karateristik untuk mengukur kesanggupan dari individu atau keluarga untuk

memperoleh pelayanan kesehatan mereka. Faktor pendapatan memengaruhi

responden dalam bertindak untuk memanfaatkan pelayanan kesehatan.

Hasil penelitian di lapangan menunjukkan bahwa tidak terdapat hubungan

antara pendapatan dengan pemanfaatan pelayanan kesehatan di Puskesmas. Hal ini

disebabkan karena proporsi lansia yang tidak memanfaatkan Puskesmas yang

memiliki pendapatan tinggi dan krendah hampir sama yakni masing-masing lebih

dari 50% hal inilah yang menyebabkan tidak terdapat hubungan antara pendapatan

dengan pemanfaatan pelayanan kesehatan di Puskesmas. Responden yang memiliki

pendapatan rendah dinilai kurang merespon tentang pelayanan kesehatan. Lansia

yang memiliki pendapatan rendah masih banyak yang tidak memanfaatkan pelayanan

kesehatan di Puskesmas. Meskipun biaya pelayanan kesehatan di Puskesmas sudah

ditanggung oleh BPJS, namun lansia masih mendahulukan kebutuhan hidup sehari-
86

hari. Sedangkan responden yang memiliki pendapatan tinggi tetapi tidak

memanfaatkan pelayanan kesehatan di Puskesmas disebabkan karena lansia lebih

memilih pelayanan kesehatan di klinik dokter, hal itu karna lansia merasa tidak perlu

menunggu antrian dan dapat datang kapan saja.

5.2.4 Hubungan Perilaku Petugas Kesehatan dengan Pemanfaatan Pelayanan

Kesehatan oleh Lanjut Usia di Puskesmas Kota Padang Tahun 2019

Hasil penelitian menunjukkan bahwa lansia yang tidak memanfaatkan

pelayanan kesehatan di Puskesmas lebih tinggi pada lansia dengan penelitian negatif

pada perilaku petugas kesehatan (91,1%) dibandingkan dengan penilaian positif pada

perilaku petugas kesehatan (49,2%). Hasil uji chi-square dengan p-value sebesar

0,000 <0,05 berarti terdapat hubungan antara perilaku petugas kesehatan dengan

pemanfaatan pelayanan kesehatan oleh lanjut usia. lansia yang memiliki penilaian

negatif terhadap perilaku petugas kesehatan berpeluang 1,853 kali tidak

memanfaatkan pelayanan kesehatan di Puskesmas. Penelitian ini sejalan dengan

penelitian Hersi, Dkk (2013),) dimana terdapat hubungan sikap petugas dengan

pemanfaatan pelayanan kesehatan dengan nilai ρ = 0,020.(13)

Secara teori petugas kesehatan memiliki peran penting dalam melaksanakan

pelayanan kesehatan ditengah masyarakat. Perilaku petugas berkaitan dengan cara

petugas dalam memberikan pelayanan kepada pasien, Petugas kesehatan harus

mampu berkomunikasi secara efektif mengajak lansia sebagai subjek untuk lebih

aktif dalam mengikuti kegiatan kesehatan yang diselenggarakan oleh Puskesmas..

Petugas kesehatan harus memiliki perilaku yang dapat mempengaruhi kesehatan dan

dapat mendorong, serta menarik masyarakat untuk ikut kegiatan peningkatan

kesehatan lansia. Dalam hal ini dokter, perawat dan petugas non medis lainnya harus
87

mampu menjalin hubungan yang harmonis dengan menunjukkan perilaku yang baik

sehingga tercipta hubungan yang baik dengan pasien. (34)

Hasil penelitian di lapangan menunjukkan bahwa terdapat hubungan antara

perilaku petugas kesehatan dengan pemanfaatan pelayanan kesehatan di Puskesmas.

Lansia yang memiliki penilaian negatif terhadap perilaku petugas kesehatan lebih

banyak tidak memanfaatkan pelayanan kesehatan di Puskesmas. Hal ini disebabkan

oleh lansia yang menganggap perilaku petugas yang masih belum baik karena merasa

kurangnya informasi-informasi tentang kesehatan lansia yang diberikan oleh petugas

kesehatan.

Puskesmas diharapkan dapat meningkatkan frekuensi pemberian informasi

secara jelas mengenai kesehatan lansia. Baik pada saat memberikan pelayanan

kesehatan maupun pada saat melakukan promosi kesehatan yang didukung

menggunakan media promosi yang menarik seperti brosur, leaflet, pamflet dan poster

sehingga dapat memicu penilaian positif dari lansia terhadap perilaku petugas

kesehatan.

5.2.5 Hubungan Dukungan Keluarga dengan Pemanfaatan Pelayanan

Kesehatan oleh Lanjut Usia di Puskesmas Kota Padang Tahun 2019

Hasil penelitian menunjukkan bahwa lansia yang tidak memanfaatkan

pelayanan kesehatan di Puskesmas lebih banyak pada lansia dengan dukungan

keluarga kurang (72,5%) daripada lansia dengan dukungan keluarga

baik.dibandingkan lansia dengan dukungan keluarga baik (61,8). Hasil uji chi-square

dengan p-value sebesar 0,303 >0,05) berarti tidak terdapat hubungan antara

dukungan keluarga dengan pemanfaatan pelayanan kesehatan oleh lansia di

Puskesmas Kota Padang. Dimana lansia dengan dukungan keluarga kurang

berpeluang 1,174 kali tidak memanfaatkan pelayanan kesehatan di Puskesmas.


88

Penelitian ini tidak sejalan dengan penelitian Sitompul, Elita Farida (2013), dimana

terdapat hubungan antara dukungan keluarga dengan pemanfaatan pelayanan

kesehatan di Puskesmas dengan p value =0,006.(27)

Dukungan keluarga merupakan suatu keadaan yang bermanfaat bagi individu

yang diperoleh dari anggota keluarga sehingga anggota keluarga yang sakit atau

yang membutuhkan dukungan, motivasi merasa diperhatikan, dihargai dan dicintai

oleh orang terdekat. Dukungan keluarga berperan meningkatkan kesehatan tubuh

dan menciptakan efek yang positif. Dukungan keluarga diartikan sebagai bantuan

saat menghadapi keadaaan yang kurang menyenangkan dalam hidup.

Hasil penelitian di lapangan menunjukkan bahwa tidak terdapat hubungan

antara dukungan keluarga dengan pemanfaatan pelayanan kesehatan di Puskesmas.

Hal ini disebabkan karena proporsi lansia yang tidak memanfaatkan Puskesmas yang

memiliki dukungan keluarga baik dan kurang baik hampir sama yakni masing-

masing lebih dari 50% hal inilah yang menyebabkan tidak terdapat hubungan antara

dukungan keluarga dengan pemanfaatan pelayanan kesehatan di Puskesmas.

Berdasarkan wawancara dilapangan lansia yang memiliki dukungan keluarga baik

tetapi tidak memanfaatkan pelayanan kesehatan di Puskesmas hal ini disebabkan

oleh berbagai faktor seperti keluarga yang lebih memilih membawa lansia berobat ke

klinik dokter atau rumah sakit karna waktu pelayanan yang dapat disesuaikan dengan

keberadaan keluarga lansia. Keluarga diharapkan dapat meningkatkan kesadaran

pada lansia tentang pentingnya memanfaatkan pelayanan kesehatan di Puskesmas

melalui dukungan yang diberikan kepada lansia.


89

BAB 6 : KESIMPULAN DAN SARAN

6.1 Kesimpulan

Berdasarkan analisi data dan pembahasan mengenai faktor-faktor yang

berhubungan dengan pemanfaatan pelayanan kesehatan di Puskesmas Kota Padang,

maka peneliti menarik kesimpulan sebagai berikut:

1. Lebih dari separuh lansia yang datang ke Puskesmas diketahui untuk

mendapatkan pelayanan kuratif saja sedangkan pelayanan kesehatan yang

terdapat di Puskesmas juga meliputi pelayanan promotif dan preventif hal ini

disebabkan oleh meskipun lansia memiliki pengetahuan tinggi akan tetapi

belum terpapar informasi pelayanan kesehatan lansia dari petugas kesehatan,,

sikap negatif yang dimiliki lansia karna lansia hanya memahami bahwa

Puskesmas berfungsi untuk mengobati orang sakit, dan penilaian terhadap

perilaku petugas kesehatan yang negatif karna dianggap kurang memberikan

informasi mengenai pelayanan kesehatan lansia di Puskesmas.

2. Lebih dari separuh responden yang ada di wilayah kerja Puskesmas Kota Padang

tidak memanfaatkan pelayanan kesehatan di Puskesmas (67%).

3. Lebih dari separuh responden memiliki pengetahuan tinggi yaitu sebesar

(52,8%).

4. Lebih dari separuh responden yang memiliki sikap negatif yaitu sebesar

(52,8%).

5. Lebih dari separuh responden memiliki pendapatan rendah yaitu sebesar

(80,2%).
90

6. Lebih dari separuh lansia menilai perilaku petugas kesehatan adalah positif yaitu

sebesar (57,5%).

7. Lebih dari separuh lansia memiliki dukungan keluarga yang baik yaitu sebesar

(51,9%).

8. Terdapat hubungan signifikan antara pengetahuan dengan pemanfaatan

pelayanan kesehatan.

9. Terdapat hubungan signifikan antara sikap dengan pemanfaatan pelayanan

kesehatan.

10. Terdapat hubungan signifikan antara pendapatan dengan pemanfaatan pelayanan

kesehatan.

11. Terdapat hubungan signifikan antara perilaku petugas kesehatan dengan

pemanfaatan pelayanan kesehatan.

12. Terdapat hubungan signifikan antara dukungan keluarga dengan pemanfaatan

pelayanan kesehatan.

6.2 Saran

Merujuk dari hasil penelitian yang dilakukan terhadap lansia di Puskesmas

Kota Padang, maka peneliti menyarankan beberapa hal sebagai berikut:

1. Bagi dinas kesehatan dan Puskesmas

Dinas kesehatan dan Puskesmas disarankan meningkatkan sosialisasi

mengenai jenis pelayanan kesehatan lanjut usia di puskesmas melalui upaya

promosi/edukasi kesehatan menggunakan media seperti brosur, poster, leaflet dan

pamflet untuk meningkatkan minat dan keinginan lansia untuk memanfaatkan

pelayanan kesehatan di Puskesmas.


91

2. Bagi masyarakat

Diharapkan kepada masyarakat dan tokoh masyarakat terutama anggota

keluarga dari lansia mendukung program puskesmas dalam meningkatkan

pemanfaatan pelayanan kesehatan oleh lansia di Puskesmas dengan ikut

memberikan informasi-informasi mengenai program dan pelayanan kesehatan lansia

di Puskesmas.

3. Bagi peneliti selanjutnya

Diharapkan kepada peneliti selanjutnya agar dapat dapat meneliti faktor-

faktor lainnya yang mempengaruhi pemanfaatan pelayanan kesehatan di

Puskesmas oleh lansia menggunakan metode dan analisis yang berbeda.


DAFTAR PUSTAKA

1. Kementerian Kesehatan Republik Indonesia. Analisis Lansia di Indonesia. Pusat


Data dan Informasi. Jakarta Selatan: Kementerian Kesehatan RI; 2017.
2. Kementerian Kesehatan Republik Indonesia. Riset Kesehatan Dasar 2013.
Jakarta: Kementerian Kesehatan RI; 2013.
3. Kementerian Kesehatan Republik Indonesia. Profil Kesehatan Indonesia Tahun
2017. Jakarta: Kementerian Kesehatan RI; 2017.
4. Badan Pusat Statistik. Penduduk usia lanjut. In: Statisyik BP, editor. Jakarta:
Badan Pusat Statistik; 2015.
5. Kementerian Kesehatan RI. Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 25 tahun 2016
tentang Rencana Aksi Nasional Kesehatan Lanjut Usia Tahun 2016-2019.
Undang-undang Nomor 13 Tahun 1998 tentang Kesejahteraan Lansia. Jakarta:
Kementerian Kesehatan RI; 2016
6. Kementerian Kesehatan RI. Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 67 tahun 2015
tentang Penyelenggaraan Pelayanan Kesehatan Lanjut Usia di Puskesmas.
Jakarta: Kementerian Kesehatan RI; 2015.
7. Kementerian Kesehatan RI. Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 25 tahun 2016
tentang Rencana Aksi Nasional Kesehatan Lanjut Usia Tahun 2016-2019.
Jakarta: Kementerian Kesehatan RI; 2016.
8. Kementerian Kesehatan RI. Permenkes RI No 43 Tahun 2016 tentang Standar
Pelayanan Minimun Bidang Kesehatan. Jakarta: Kementerian Kesehatan RI;
2016.
9. Notoatmodjo. Promosi Kesehatan dan Perilaku Kesehatan. Jakarta: Rineka
Cipta; 2012.
10. Weku, C.F Roy. Analisis Faktor- Faktor yang Berhubungan dengan
Pemanfaatan Pelayanan Kesehatan di Puskesmas Kema Kecamatan Kema
Kabupaten Minahasa Utara. 2013.
11. Junaidi, Yunita, A. Hubungan antara Pengetahuan dan Sikap Masyarakat dengan
Pemanfaatan Puskesmas Guguk Panjang oleh Masyarakat Di Kelurahan Bukik
Cangang Kr Bukitinggi. 'Afiyah, 2(2); 2015.
12. Rachmawati, D., & Amir, M. Faktor yang berhubungan dengan Pemanfaatan
Pelayanan Kesehatan di Puskesmas Tamanlanrea Kota Makassar. 2014.
13. Magan, H. Faktor yang Berhubungan dengan Pemanfaatan Pelayanan
Kesehatan Unit Rawat Jalan di Wilayah Kerja Puskesmas Makale. 2013.
14. Dinas Kesehatan Provinsi Sumatera Barat. Profil Kesehatan Provinsi Sumatera
Barat Tahun 2017. Padang: Dinas Kesehatan Provinsi Sumatera Barat; 2018.
15. Dinas Kesehatan Kota Padang. Cakupan Pelayanan Kesehatan Lanjut Usia
Tahun 2017. Padang: Dinas Kesehatan Kota Padang; 2018.
16. Dinas Kesehatan Kota Padang. Cakupan Pelayanan Kesehatan Lanjut Usia
Tahun 2016. Padang: Dinas Kesehatan Kota Padang; 2018.
17. Dinas Kesehatan Kota Padang. Cakupan Pelayanan Kesehatan Lanjut Usia
Tahun 2015. Padang: Dinas Kesehatan Kota Padang; 2018.
18. Dinas Kesehatan Kota Padang. Profil Kesehatan Kota Padang Tahun 2017.
Padang: Dinas Kesehatan Kota Padang; 2018.
19. Siti Maryam, Ekasari, Rosidawati, Ahmad J, Batubara i. Mengenal Usia Lanjut
dan Perawatannya. Jakarta Selatan: Salemba Medika; 2008.
20. Fatimah. Gizi Usia Lanjut. Jakarta: Erlangga; 2010.
21. Erpandi. Posyandu Lansia, Mewujudkan Lansia Sehat, Mandiri dan Produktif.
Kedokteran EGC; 2013.
22. Suhadi, Rais MK. Perencanaan Puskesmas. CV. Trans Info Media : Jakarta
Timur; 2015.
23. Kementerian Kesehatan RI. Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 75 Tahun
2014 tentang Puskesmas. Jakarta: Kementerian Kesehatan RI; 2014.
24. Azwar A. Pengantar Administrasi Kesehatan. Ciputat: Binarupa Aksara; 2010.
25. Distribusi Pendapatan dan Pemerataan Pembangunan; 2014.
26. Sampeluna N, Balqis, Hamzah A. Faktor Yang Berhubungan Dengan
Pemanfaatan Pelayanan Kesehatan di Rsud Lakipadada Kabupaten Tana Toraja.
Jurnal Administrasi & Kebijakan Kesehatan Indonesia. 2013;2
27. Sitompul, Elita F. Hubungan pengetahauan, sikap dan dukungan keluarga
terhadap pemanfaatan pelayanan kesehatan di Puskesmas Onan Hasang
Kecamatan Pahae Julu Tapanuli Utara. 2013.
28. Gustanela O. Faktor-faktor yang berhubungan dengan kunjungan lansia di
wilayah kerja Puskesmas Bungus Teluk Kabung Padang. Fakultas Kesehatan
Masyarakat Tahun 2016 [Skripsi]. Padang: Universitas Andalas; 2016.
29. Notoadmojo S. Metodologi Penelitian Kesehatan. Jakarta: Rineka Cipta; 2010.
30. Putra D. Faktor yang Berhubungan dengan Pemanfaatan Posyandu Lansia di
Wilayah Kerja Puskesmas Sikapak Kota Pariaman Tahun 2015 [Skripsi].
Padang: Universitas Andalas; 2015.
31. Arikunto S. Prosedur Penelitian Pendekatan Praktik. Jakarta: Rineka Cipta;
2013.
32. Gubernur Sumatera Barat. Upah Minimun Provinsi Sumatera Barat. Keputusan
Gubernur Sumatera Barat Nomor 562-879; 2017.
33. Dwi SA. Faktor-faktor yang Berhubungan dengan Pemanfaatan Posyandu
Lansia di Kota Pekanbaru. 2014; 1:42-7.
34. Departemen Kesehatan. Pedoman Pembinaan Kesehatan Lanjut Usia Bagi
Petugas Kesehatan. Jakarta: Departemen Kesehatan RI; 2010.
35. Wawan, Dewi M. Teori dan Pengukuran Pengetahuan, Sikap dan Perilaku
Manusia. Yogyakarta: Nuha Medika; 2010.
36. Sugiyono. Penelitian Kuantitatif, Kualitatif dan Kombinasi (Mixed Methods.
Bandung : Alfabeta; 2015.
37. Tukiran T. Penelitian Kuantitatif (Sebuah Pengantar). Bandung : Alfabeta; 2014.

Anda mungkin juga menyukai