A. Pendahuluan
Berawal dari mengapa kita harus mempelajari Filsafat Ilmu? Apa tujuan
dari kita mempelajarinya? Bagaimana cara menerapkannya dalam kehidupan kita?
Bagaimana dampak kalau kita tidak mempelajarinya? Apa akibatnya bagi kehidupan
kita?
Mungkin pertanyaan itu patut untuk kita tanyakan, bagi kita orang awam
yang tidak mengetahui filsafat itu untuk menyikapinya. Untuk itu dipahami dulu
pengertian filsafat ilmu. Filsafat Ilmu terdiri dari dua kata yaitu filsafat dan ilmu. Dua
kata ini memiliki arti masing-masing. Apabila kedua kata ini digabungkan pun akan
memiliki arti tersendiri.
Filsafat dan ilmu yang kita kenal dewasa ini berasal dari zaman Yunani
kuno. Pada zaman itu filsafat dan ilmu jalin menjalin menjadi satu dan orang tidak
memisahkannya sebagai dua hal yang berlainan. Nama yang dipakai pada saat itu
1
adalah episteme. Episteme merupakan sinonim kata philosophia atau nantinya
diterjemahkan ke dalam bahasa Indonesia menjadi filsafat.
Filsafat dari asal bahasanya sendiri diambil dari bahasa Yunani, yaitu
gabungan dari kata philo yang artinya cinta, suka dan shopia yang berarti
kebijaksanaan, hikmah (wisdow) atau pengetahuan yang mendalam. Menurut istilah,
filsafat adalah berfikir secara sistematis, radikal dan universal untuk mengetahui
tentang hakikat sesuatu yang ada. Dengan kata lain filsafat adalah ilmu yang
mempelajari dengan sungguh-sungguh hakekat kebenaran segala sesuatu (Hasil
rangkuman dari buku-buku filsafat) .
Sedangkan secara harfiah kata ilmu berasal dari bahasa arab ‘ilmi yang
berarti pengetahuan. Kata ini sering disejajarkan dengan kata science yang berarti
pengetahuan dan aktivitas mengetahui (Hasil rangkuman dari Kamus Bahasa).
Filsafat membahas segala sesuatu yang ada bahkan yang mungkin ada
baik bersifat abstrak ataupun riil meliputi Tuhan, manusia dan alam semesta.
Sehingga untuk faham betul semua masalah filsafat sangatlah sulit tanpa adanya
pemetaan-pemetaan dan mungkin kita hanya bisa menguasai sebagian dari luasnya
ruang lingkup filsafat.
Sistematika filsafat secara garis besar ada tiga pembahasan pokok atau
bagian yaitu; a) epistemologi atau teori pengetahuan yang membahas bagaimana kita
memperoleh pengetahuan, b) ontologi atau teori hakikat yang membahas tentang
hakikat segala sesuatu yang melahirkan pengetahuan (yang telah dipelajari dan
dipresentasikan dalam beberapa pertemuan) dan, c) aksiologi atau teori nilai yang
membahas tentang guna pengetahuan (Hasbullah Bakry, 1990 : 1). Mempelajari
ketiga cabang tersebut sangatlah penting dalam memahami filsafat yang begitu luas
ruang lingkup dan pembahansannya.
2
Ketiga teori di atas sebenarnya sama-sama membahas tentang hakikat,
hanya saja berangkat dari hal yang berbeda dan tujuan yang beda pula. Epistemologi
sebagai teori pengetahuan membahas tentang bagaimana mendapat pengetahuan,
bagaimana kita bisa tahu dan dapat membedakan dengan yang lain.
B. Pembahasan
Aksiologi yang merupakan bagian dari filsafat ilmu yang asal kata berasal
dari bahasa Yunani, terdiri dari dua suku kata – axios dan logos – yaitu nilai dan ilmu
(intisari dari berbagai sumber buku-buku Filsafat Ilmu). Jadi aksiologi pengertian
sederhananya ilmu yang mempelajari nilai atau ilmu nilai. Dalam Kamus Besar
Bahasa Indonesia online, aksiologi berarti : 1) Kegunaan ilmu pengetahuan bagi
kehidupan manusia; 2) Kajian tentang nilai, khususnya etika (Website Kamus Besar
Bahasa Indonesia). Persamaan dari aksiologi, identik dengan aksioma yang
mengandung arti pernyataan yang dapat diterima sebagai kebenaran tanpa
pembuktian (Depdikbud, 1990 : 16).
3
pengetahuan yang menyelidiki tentang hakikat nilai yang umumnya ditinjau dari
sudut pandang kefilsafatan, dengan kata lain aksiologi adalah cabang filsafat
yang menyelidiki tentang nilai-nilai, menjelaskan berdasarkan kriteria atau
prinsip tertentu yang dianggap baik di dalam tingkah laku manusia. Sedangkan
Bramel membagi tiga bagian tentang aksiologi : 1) Moral Conduct yaitu
tindakan moral, bidang ini melahirkan disiplin khusus yaitu etika; 2) Estetic
Expression yaitu ekpresi keindahan, bidak ini melahirkan estetika; dan 3) Sosio-
Polical life, yaitu kehidupan sosial politik, yang akan melahirkan filsafat sosial
politik (Website Suriyanti Nasution Blog).
- Menurut pakar dari dalam negeri, yang mengkaji arti aksiologi. Menurut Jujun S
Suriasumantri, aksiologi adalah teori nilai yang berkaitan dengan kegunaan dari
pengetahuan yang diperoleh (Jujun S Suriasumantri, 2007 : 229). Menurut
Surajiyo, aksiologi adalah nilai-nilai sebagai tolak ukur kebenaran, etika dan
moral sebagai dasar normative penelitian dan penggalian, serta penerapan ilmu
(Surajiyo, 2007 : 154).
a. Bukti diri;
4
b. Penentu atau penetapan identitas seseorang, benda, dan sebagainya;
c. Proses psikologi yang terjadi pada diri seseorang karena secara tidak sadar
membayangkan dirinya seperti orang lain yang dikaguminya, lalu dia meniru
tingkah laku orang yang dikaguminya itu (Depdikbud, 1990 : 319).
5
Dalam Encyclopedia of Philosophy yang ditulis dalam makalah Afifanida
Blog, aksiologi disamakan dengan value and valuation yaitu :
1. Nilai digunakan sebagai kata benda abstrak, dalam pengertian yang lebih
sempit seperti baik, menarik dan bagus. Sedangkan dalam pengertian yang
lebih luas mencakup sebagai tambahan segala bentuk kewajiban, kebenaran,
dan kesucian;
2. Nilai juga dipakai sebagai kata benda konkret. Contohnya ketika kita berkata
sebuah nilai atau nilai-nilai. Ia sering dipakai untuk merujuk kepada sesuatu
yang bernilai, seperti nilainya atau nilai dia;
3. Nilai juga dipakai sebagai kata kerja dalam ekspresi menilai, memberi nilai
atau dinilai (Website Afifanida Blog).
1.3 Ilmu, dan Amal, serta Tanggung Jawab Sosial Ilmuan Aksiologi
dalam Filsafat Ilmu
6
c. Teknologi merupakan kemampuan teknik yang berlandaskan
pengetahuan ilmu eksakta yang bersandarkan proses teknis
(Depdikbud, 1990 : 932, 239, 916).
Teori, fakta dan terknologi merupakan hasil dari produk ilmu (ilmu
pengetahuan). Ilmu pengetahuan (science) adalah pengetahuan (knowledge) yang
tersusun dengan sistematis dengan menggunakan kekuatan pemikiran, pengetahuan
dapat diperiksa dan ditelaah (dikontrol) dengan kritis oleh setiap orang lain yang
ingin mengetahuinya (Abu Ahmadi, 1991 : 331). Ilmu pengetahuan dikatakan etis
atau bermoral adalah harus mengandung nilai yang bermakna atau berarti, berguna
bagi kehidupan manusia (Abu Ahmadi, 1991 : 333).
Bagi ilmuan aksiologi, ilmu, dan moral (amal), harus menjadi tanggung
jawabnya. Menurut Abdulkadir, tanggung jawab terbagi ke dalam empat macam atau
jenis : 1) Tanggung jawab terhadap diri sendiri; 2) Tanggung jawab terhadap manusia
atau masyarakat dengan siapa atau dimana dia hidup; 3) Tanggung jawab terhadap
lingkungan; dan 4) Tanggung jawab terhadap Tuhan (Abdulkadir, 1992 : 95).
7
Menurut Wahyu, ilmu pengetahuan telah berjasa kepada umat manusia,
karena itu sangat piciklah apabila manusia memalingkan muka dari ilmu
pengetahuan…. Ilmu pengetahuan ini bermanfaat bila dipergunakan pada tempat
yang layak, dan ilmu pengetahuan menjadi penghianat bila dipergunakan oleh
manusia yang tidak bertanggung jawab atau yang tak bermoral..., sehingga ilmu
pengetahuan benar-benar dijadikan senjata yang ampuh untuk membunuh sesama
manusia, dan berdampak malapetaka besar bagi peradaban manusia di muka bumi.
Karena itu, sangat tepat pernyataan Einstein bahwa “Ilmu tanpa Agama adalah buta,
dan Agama tanpa Ilmu adalah lumpuh” (Wahyu Ms, 1986 : 204 -206).
8
sebenarnya ilmu itu harus digunakan? Dimana batasnya? Kearah mana ilmu akan
berkembang? Kemudian bagaimana dengan nilai dalam ilmu pengetahuan.
Perkembangan dan kemajuan ilmu pengetahuan telah menciptakan berbagai bentuk
kemudahan bagi manusia.
Namun apakah hal itu selalu demikian? Bahwa ilmu pengetahuan dan
teknologinya merupakan berkah dan penyelamat bagi manusia, terbebas dari kutuk
yang membawa malapetaka dan kesengsaraan? Memang mempelajari teknologi
seperti bom atom, manusia bisa memanfaatkan wujudnya sebagai sumber energi bagi
keselamatan umat manusia, tetapi dipihak lain hal ini bisa juga berakibat sebaliknya,
yakni membawa manusia pada penciptaan bom atom yang menimbulkan malapetaka.
Ilmu telah berkembang pesat dan makin eksetoris sehingga ilmuan telah
mengetahui apa yang mungkin terjadi apabila adanya penyalahgunaan. Ilmu dapat
mengubah manusia dan kemanusiaan yang paling hakiki seperti pada kasus revolusi
9
genetika dan tehnik perubahan sosial. Berkenaan dengan nilai guna ilmu, tak dapat
dibantah lagi bahwa ilmu itu sangat bermanfaat bagi seluruh umat manusia, dengan
ilmu sesorang dapat mengubah wajah dunia. Berkaitan dengan hal ini, menurut
Francis Bacon seperti yang dikutip oleh Suriasumantri (dalam Masri Elmasyar Bidin)
yaitu bahwa “pengetahuan adalah kekuasaan”, apakah kekuasaan itu merupakan
berkat atau justru malapetaka bagi umat manusia. Memang kalaupun terjadi
malapetaka yang disebabkan oleh ilmu, bahwa kita tidak bisa mengatakan bahwa itu
merupakan kesalahan ilmu, karena ilmu itu sendiri merupakan alat bagi manusia
untuk mencapai kebahagiaan hidupnya, lagi pula ilmu memiliki sifat netral, ilmu
tidak mengenal baik ataupun buruk melainkan tergantung pada pemilik dalam
menggunakannya (Masri Elmasyar Bidin, 1990 : 75 - 77).
C. Penutup
10
tanggung jawab dirinya, masyarakat (sosial), lingkungan, mau diapakan
ilmunya “kebaikan atau keburukan”, dan akhirnya akan
mempertanggungjawabkan kepada Tuhan.
DAFTAR PUSTAKA
Amsal Bahtiar (2009), Filsafat Ilmu, PT. Raja Grafindo Persada, Jakarta
Masri Elmasyar Bidin (1990), Integrasi Ilmu Agama dan Ilmu Hukum, UIN Jakarta
Press, Jakarta
11