Anda di halaman 1dari 11

Sekilas Informasi Aksiologi dalam Filsafat Ilmu: Objek (Identifikasi) Aksiologi

Oleh: Herdayati, S.Pd dan Syahrial, S.Th.I

Abstrak: Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui sekilas inforamsi aksiologi


dalam filsafat ilmu yaitu tentang objek/identifikasi aksiologi. Penelitian ini
menggunakan metode library research (kepustakaan), bahwa objek (identifikasi)
aksiologi adalah teori ilmu (pengetahuan), dan nilai (moral). Di mana ilmu
(pengetahuan) dan nilai (moral) merupakan satu kesatuan yang utuh. Dengan
demikian identifikasi/objek aksiologi dalam filsafat ilmu dalam pembahasan dunia
pendidikan terkait manusianya atau seorang ilmuan yang mau dikemanakan ilmu,
amal dan tanggung jawab keilmuannya ditengah masyarakat, dan pada akhirnya
dihadapan Tuhan di akhir zaman.

Kata Kunci: Aksiologi, Ilmu (pengetahuan), Nilai (moral)

A. Pendahuluan

Berawal dari mengapa kita harus mempelajari Filsafat Ilmu? Apa tujuan
dari kita mempelajarinya? Bagaimana cara menerapkannya dalam kehidupan kita?
Bagaimana dampak kalau kita tidak mempelajarinya? Apa akibatnya bagi kehidupan
kita?

Mungkin pertanyaan itu patut untuk kita tanyakan, bagi kita orang awam
yang tidak mengetahui filsafat itu untuk menyikapinya. Untuk itu dipahami dulu
pengertian filsafat ilmu. Filsafat Ilmu terdiri dari dua kata yaitu filsafat dan ilmu. Dua
kata ini memiliki arti masing-masing. Apabila kedua kata ini digabungkan pun akan
memiliki arti tersendiri.

Filsafat dan ilmu yang kita kenal dewasa ini berasal dari zaman Yunani
kuno. Pada zaman itu filsafat dan ilmu jalin menjalin menjadi satu dan orang tidak
memisahkannya sebagai dua hal yang berlainan. Nama yang dipakai pada saat itu

1
adalah episteme. Episteme merupakan sinonim kata philosophia atau nantinya
diterjemahkan ke dalam bahasa Indonesia menjadi filsafat.

Filsafat dari asal bahasanya sendiri diambil dari bahasa Yunani, yaitu
gabungan dari kata philo yang artinya cinta, suka dan shopia yang berarti
kebijaksanaan, hikmah (wisdow) atau pengetahuan yang mendalam. Menurut istilah,
filsafat adalah berfikir secara sistematis, radikal dan universal untuk mengetahui
tentang hakikat sesuatu yang ada. Dengan kata lain filsafat adalah ilmu yang
mempelajari dengan sungguh-sungguh hakekat kebenaran segala sesuatu (Hasil
rangkuman dari buku-buku filsafat) .

Sedangkan secara harfiah kata ilmu berasal dari bahasa arab ‘ilmi yang
berarti pengetahuan. Kata ini sering disejajarkan dengan kata science yang berarti
pengetahuan dan aktivitas mengetahui (Hasil rangkuman dari Kamus Bahasa).

Filsafat membahas segala sesuatu yang ada bahkan yang mungkin ada
baik bersifat abstrak ataupun riil meliputi Tuhan, manusia dan alam semesta.
Sehingga untuk faham betul semua masalah filsafat sangatlah sulit tanpa adanya
pemetaan-pemetaan dan mungkin kita hanya bisa menguasai sebagian dari luasnya
ruang lingkup filsafat.

Sistematika filsafat secara garis besar ada tiga pembahasan pokok atau
bagian yaitu; a) epistemologi atau teori pengetahuan yang membahas bagaimana kita
memperoleh pengetahuan, b) ontologi atau teori hakikat yang membahas tentang
hakikat segala sesuatu yang melahirkan pengetahuan (yang telah dipelajari dan
dipresentasikan dalam beberapa pertemuan) dan, c) aksiologi atau teori nilai yang
membahas tentang guna pengetahuan (Hasbullah Bakry, 1990 : 1). Mempelajari
ketiga cabang tersebut sangatlah penting dalam memahami filsafat yang begitu luas
ruang lingkup dan pembahansannya.

2
Ketiga teori di atas sebenarnya sama-sama membahas tentang hakikat,
hanya saja berangkat dari hal yang berbeda dan tujuan yang beda pula. Epistemologi
sebagai teori pengetahuan membahas tentang bagaimana mendapat pengetahuan,
bagaimana kita bisa tahu dan dapat membedakan dengan yang lain.

Ontologi membahas tentang apa objek yang kita kaji, bagaimana


wujudnya yang hakiki dan hubungannya dengan daya pikir, sedangkan Aksiologi
sebagai teori nilai.

B. Pembahasan

1.1 Sekilas Informasi Pengertian Aksiologi dalam Filsafat Ilmu

a. Secara Etimologi (Bahasa)

Aksiologi yang merupakan bagian dari filsafat ilmu yang asal kata berasal
dari bahasa Yunani, terdiri dari dua suku kata – axios dan logos – yaitu nilai dan ilmu
(intisari dari berbagai sumber buku-buku Filsafat Ilmu). Jadi aksiologi pengertian
sederhananya ilmu yang mempelajari nilai atau ilmu nilai. Dalam Kamus Besar
Bahasa Indonesia online, aksiologi berarti : 1) Kegunaan ilmu pengetahuan bagi
kehidupan manusia; 2) Kajian tentang nilai, khususnya etika (Website Kamus Besar
Bahasa Indonesia). Persamaan dari aksiologi, identik dengan aksioma yang
mengandung arti pernyataan yang dapat diterima sebagai kebenaran tanpa
pembuktian (Depdikbud, 1990 : 16).

b. Secara Terminologi (Istilah)

Banyak pakar filsafat terutama dibidang filsafat ilmu,yang mengkaji dan


memberikan arti tentang aksiologi, diantaranya :
- Dalam makalah atas nama Suriyanti Nasution blog, menyajikan aksiologi
menurut Bramel, Kattsoff, dan Barneld ketiganya pakar filsafat ilmu dari luar
(Barat). Pandangan Kattsoff dan Barneld, bahwa aksiologi adalah ilmu

3
pengetahuan yang menyelidiki tentang hakikat nilai yang umumnya ditinjau dari
sudut pandang kefilsafatan, dengan kata lain aksiologi adalah cabang filsafat
yang menyelidiki tentang nilai-nilai, menjelaskan berdasarkan kriteria atau
prinsip tertentu yang dianggap baik di dalam tingkah laku manusia. Sedangkan
Bramel membagi tiga bagian tentang aksiologi : 1) Moral Conduct yaitu
tindakan moral, bidang ini melahirkan disiplin khusus yaitu etika; 2) Estetic
Expression yaitu ekpresi keindahan, bidak ini melahirkan estetika; dan 3) Sosio-
Polical life, yaitu kehidupan sosial politik, yang akan melahirkan filsafat sosial
politik (Website Suriyanti Nasution Blog).
- Menurut pakar dari dalam negeri, yang mengkaji arti aksiologi. Menurut Jujun S
Suriasumantri, aksiologi adalah teori nilai yang berkaitan dengan kegunaan dari
pengetahuan yang diperoleh (Jujun S Suriasumantri, 2007 : 229). Menurut
Surajiyo, aksiologi adalah nilai-nilai sebagai tolak ukur kebenaran, etika dan
moral sebagai dasar normative penelitian dan penggalian, serta penerapan ilmu
(Surajiyo, 2007 : 154).

Dari data yang telah dipaparkan tentang pengertian aksiologi, menurut


penulis, aksiologi adalah bagian (cabang) dari filsafat ilmu yang mempelajari
tentang nilai suatu ilmu atau berbagai ilmu (etika, estetika ataupun ilmu lain)
tanpa atau dengan mencari kebenaran ilmu tersebut dari segi berguna atau tidak
suatu ilmu bagi penelitian.

1.2 Identifikasi Objek Aksiologi dalam Filsafat Ilmu

Sebelum menguraikan identifikasi objek aksiologi dalam filsafat ilmu,


ada baiknya terlebih dahulu mengetahui pengertian identifikasi dan objek. Dalam
Kamus Besar Bahasa Indonesia, identifikasi mengandung pengertian :

a. Bukti diri;

4
b. Penentu atau penetapan identitas seseorang, benda, dan sebagainya;
c. Proses psikologi yang terjadi pada diri seseorang karena secara tidak sadar
membayangkan dirinya seperti orang lain yang dikaguminya, lalu dia meniru
tingkah laku orang yang dikaguminya itu (Depdikbud, 1990 : 319).

Sedangkan pengertian objek menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia


sebagai berikut :
a. Hal, perkara, atau orang yang menjadi pokok pembicaraan;
b. Benda, hal, dan sebagainya yang dijadikan sasaran untuk diteliti, diperhatikan,
dan sebagainya;
c. Pelengkap dalam kalimat;
d. Hal atau benda yang menjadi sasaran usaha sambilan;
e. Bayangan dari suatu system lensa (Depdikbud, 1990 : 622).

Dari pengertian identifikasi dan objek bila dihubungkan dengan aksiologi


dalam filsafat ilmu, adalah sesuai dengan pengertian aksiologi tersebut yaitu ilmu
yang mempelajari tentang nilai, maka identifikasi objek aksiologi dalam filsafat ilmu
adalah ilmu dan nilai. Ilmu (pengetahuan) dan nilai (moral) merupakan satu kesatuan
yang utuh. Apabila berbicara soal ilmu berarti juga membicarakan nilai, dan juga
berarti membicarakan aksiologi (Jalaluddin, 2010 : 135).

Telah disebutkan sebelumnya, pengertian aksiologi menurut terminologi


(istilah), dimana menurut Bramel, aksiologi terbagi tiga bagian :
1. Moral Conduct, yaitu tindakan moral, bidang ini melahirkan disiplin khusus
yaitu etika (Kajian Filsafat Ketuhanan);
2. Estetic expression, yaitu ekspresi keindahan, bidang ini melahirkan estetika;
3. Socio-political life, yaitu kehidupan sosial politik, bidang ini melahirkan
filsafat sosial politik (hukum) (Amsal Bahtiar, 2009 : 163).

5
Dalam Encyclopedia of Philosophy yang ditulis dalam makalah Afifanida
Blog, aksiologi disamakan dengan value and valuation yaitu :
1. Nilai digunakan sebagai kata benda abstrak, dalam pengertian yang lebih
sempit seperti baik, menarik dan bagus. Sedangkan dalam pengertian yang
lebih luas mencakup sebagai tambahan segala bentuk kewajiban, kebenaran,
dan kesucian;
2. Nilai juga dipakai sebagai kata benda konkret. Contohnya ketika kita berkata
sebuah nilai atau nilai-nilai. Ia sering dipakai untuk merujuk kepada sesuatu
yang bernilai, seperti nilainya atau nilai dia;
3. Nilai juga dipakai sebagai kata kerja dalam ekspresi menilai, memberi nilai
atau dinilai (Website Afifanida Blog).

Dengan demikian identifikasi objek aksiologi dalam filsafat ilmu dalam


pembahasan dunia pendidikan terkait manusianya atau seorang ilmuan yang mau
dikemanakan ilmu, amal dan tanggung jawab keilmuannya ditengah masyarakat, dan
pada akhirnya dihadapan Tuhan di akhir zaman.

1.3 Ilmu, dan Amal, serta Tanggung Jawab Sosial Ilmuan Aksiologi
dalam Filsafat Ilmu

Dalam kajian filsafat ilmu, khususnya pembahasan aksilogi sebagai suatu


kegunaan ilmu (ilmu pengetahuan), dan tanggung jawab sosial ilmuan. Aksiologi
sebagai kegunaan ilmu pengetahuan terkait dalam filsafat yang mengacu kepada teori,
fakta, dan teknologi (Website Afifanida Blog).

Kamus Besar Bahasa Indonesia, mendefinisikan teori, fakta, dan


teknologi, sebagai berikut :
a. Teori merupakan 1) Pendapat yang dikemukakan sebagai
keterangan mengenai suatu peristiwa (kejadian dan sebagainya); 2)
asas dan hukum umum yang menjadi dasar suatu kesenian ata ilmu
pengetahuan; 3) Pendapat, cara, dan aturan untuk melakukan
sesuatu.
b. Fakta merupakan hal (keadaan, peristiwa) yang merupakan
kenyataan; atau sesuatu yang benar-benar ada atau terjadi.

6
c. Teknologi merupakan kemampuan teknik yang berlandaskan
pengetahuan ilmu eksakta yang bersandarkan proses teknis
(Depdikbud, 1990 : 932, 239, 916).

Teori, fakta dan terknologi merupakan hasil dari produk ilmu (ilmu
pengetahuan). Ilmu pengetahuan (science) adalah pengetahuan (knowledge) yang
tersusun dengan sistematis dengan menggunakan kekuatan pemikiran, pengetahuan
dapat diperiksa dan ditelaah (dikontrol) dengan kritis oleh setiap orang lain yang
ingin mengetahuinya (Abu Ahmadi, 1991 : 331). Ilmu pengetahuan dikatakan etis
atau bermoral adalah harus mengandung nilai yang bermakna atau berarti, berguna
bagi kehidupan manusia (Abu Ahmadi, 1991 : 333).

Bagi ilmuan aksiologi, ilmu, dan moral (amal), harus menjadi tanggung
jawabnya. Menurut Abdulkadir, tanggung jawab terbagi ke dalam empat macam atau
jenis : 1) Tanggung jawab terhadap diri sendiri; 2) Tanggung jawab terhadap manusia
atau masyarakat dengan siapa atau dimana dia hidup; 3) Tanggung jawab terhadap
lingkungan; dan 4) Tanggung jawab terhadap Tuhan (Abdulkadir, 1992 : 95).

Tanggung jawab terhadap diri sendiri menuntut kesadaran setiap orang


untuk memenuhi kewajibannya sendiri dalam mengembangkan kepribadian sebagai
manusia pribadi…. Tanggung jawab terhadap manusia atau masyarakat menuntut
kesadaran untuk memenuhi kewajibannya dalam hubungan hidup bermasyarakat….
Tanggung jawab terhadap lingkungan menuntut kesadaran manusia untuk memenuhi
kewajibannya atau pengorbanannya dalam membina dan melestarikan lingkungan
hidup yang baik, teratur, dan sehat…. Tanggung jawab terhadap Tuhan menuntut
kesadaran manusia untuk memenuhi kewajiban atau pengabdiannya terhadap tuhan
Yang Maha Esa sebagai makhluk ciptaan Tuhan, harus bersyukur kepadaNya….
(Abdulkadir, 1992 : 95 - 96)

7
Menurut Wahyu, ilmu pengetahuan telah berjasa kepada umat manusia,
karena itu sangat piciklah apabila manusia memalingkan muka dari ilmu
pengetahuan…. Ilmu pengetahuan ini bermanfaat bila dipergunakan pada tempat
yang layak, dan ilmu pengetahuan menjadi penghianat bila dipergunakan oleh
manusia yang tidak bertanggung jawab atau yang tak bermoral..., sehingga ilmu
pengetahuan benar-benar dijadikan senjata yang ampuh untuk membunuh sesama
manusia, dan berdampak malapetaka besar bagi peradaban manusia di muka bumi.
Karena itu, sangat tepat pernyataan Einstein bahwa “Ilmu tanpa Agama adalah buta,
dan Agama tanpa Ilmu adalah lumpuh” (Wahyu Ms, 1986 : 204 -206).

Kenyataan yang tidak dapat dipungkiri bahwa peradaban manusia sangat


berhutang kepada ilmu dan teknologi. Sains dan teknologi dikembangkan untuk
memudahkan hidup manusia agar lebih mudah dan nyaman.

Peradaban manusia berkembang sejalan dengan perkembangan sains dan


teknologi, karena itu kita tidak bisa dipungkiri peradaban manusia berhutang budi
pada sains dan teknologi. Berkat sain dan teknologi pemenuhan kebutuhan manusia
bisa dilakukan dengan lebih cepat dan mudah. Perkembangannya ini berdampak baik
dibidang kesehatan, pengangkutan, pemukiman, pendidikan dan komunikasi telah
mempermudah kehidupan manusia.

Sejak dalam tahap-tahap pertama ilmu sudah dikaitkan dengan tujuan


perang, disamping lain ilmu sering dikaitkan dengan faktor kemanusiaan, dimana
bukan lagi teknologi yang berkembang seiring dengan perkembangan dan kebutuhan
manusia, namun sebaliknya manusialah yang akhirnya yang harus menyesuaikan diri
dengan teknologi.

Menghadapi kenyataan ini, ilmu yang pada hakikatnya mempelajari alam


sebagai mana adanya mulai mempertanyakan hal yang bersifat seharusnya, untuk apa

8
sebenarnya ilmu itu harus digunakan? Dimana batasnya? Kearah mana ilmu akan
berkembang? Kemudian bagaimana dengan nilai dalam ilmu pengetahuan.
Perkembangan dan kemajuan ilmu pengetahuan telah menciptakan berbagai bentuk
kemudahan bagi manusia.

Namun apakah hal itu selalu demikian? Bahwa ilmu pengetahuan dan
teknologinya merupakan berkah dan penyelamat bagi manusia, terbebas dari kutuk
yang membawa malapetaka dan kesengsaraan? Memang mempelajari teknologi
seperti bom atom, manusia bisa memanfaatkan wujudnya sebagai sumber energi bagi
keselamatan umat manusia, tetapi dipihak lain hal ini bisa juga berakibat sebaliknya,
yakni membawa manusia pada penciptaan bom atom yang menimbulkan malapetaka.

Menghadapi hal yang demikian, ilmu pengetahuan yang pada esensinya


mempelajari alam sebagaimana adanya, mulai dipertanyakan untuk apa sebenarnya
ilmu itu harus dipergunakan? Dihadapkan dengan masalah moral dalam menghadapi
ekses ilmu dan teknologi yang bersifat merusak ini, para ilmuan terbagi ke dalam
golongan pendapat yaitu golongan pertama yang menginginkan bahwa ilmu harus
bersifat netral terhadap nilai-nilai baik itu secara ontologis maupun aksiologi.

Sebaliknya golongan kedua bahwa netralisasi terhadap nilai- nilai


hanyalah terbatas pada metavisis keilmuan sedangkan dalam penggunaannya ilmu
berlandaskan pada moral. Golongan kedua mendasarkan pendapatnya pada beberapa
hal yakni: Ilmu secara faktual telah dipergunakan secara destruktif oleh manusia yang
telah dibuktikan dengan adanya dua perang dunia yang mempergunakan teknologi-
teknologi keilmuan.

Ilmu telah berkembang pesat dan makin eksetoris sehingga ilmuan telah
mengetahui apa yang mungkin terjadi apabila adanya penyalahgunaan. Ilmu dapat
mengubah manusia dan kemanusiaan yang paling hakiki seperti pada kasus revolusi

9
genetika dan tehnik perubahan sosial. Berkenaan dengan nilai guna ilmu, tak dapat
dibantah lagi bahwa ilmu itu sangat bermanfaat bagi seluruh umat manusia, dengan
ilmu sesorang dapat mengubah wajah dunia. Berkaitan dengan hal ini, menurut
Francis Bacon seperti yang dikutip oleh Suriasumantri (dalam Masri Elmasyar Bidin)
yaitu bahwa “pengetahuan adalah kekuasaan”, apakah kekuasaan itu merupakan
berkat atau justru malapetaka bagi umat manusia. Memang kalaupun terjadi
malapetaka yang disebabkan oleh ilmu, bahwa kita tidak bisa mengatakan bahwa itu
merupakan kesalahan ilmu, karena ilmu itu sendiri merupakan alat bagi manusia
untuk mencapai kebahagiaan hidupnya, lagi pula ilmu memiliki sifat netral, ilmu
tidak mengenal baik ataupun buruk melainkan tergantung pada pemilik dalam
menggunakannya (Masri Elmasyar Bidin, 1990 : 75 - 77).

Dari pemaparan di atas, bagi seorang ilmuan, khususnya dalam ilmuan


aksiologi tergantung dari tanggung jawab dirinya, masyarakat (sosial), lingkungan,
mau diapakan ilmunya “kebaikan atau keburukan”, dan akhirnya akan
mempertanggungjawabkan kepada Tuhan.

C. Penutup

Adapun yang menjadi simpulan dari Aksiologi dalam Filsafat Ilmu


sebagai berikut :
- Aksiologi berarti bagian (cabang) dari filsafat ilmu yang mempelajari tentang
nilai suatu ilmu atau berbagai ilmu (etika, estetika ataupun ilmu lain) tanpa
atau dengan mencari kebenaran ilmu tersebut dari segi berguna atau tidak
suatu ilmu bagi penelitian.
- Identifikasi/objek dari aksiologi adalah ilmu dan nilai yang tercakup dalam
teori, fakta, dan teknologi (ilmu pengetahuan) dan nilai moral.
- Ilmu, dan amal, serta tanggung jawab sosial ilmuan aksiologi dalam filsafat
ilmu bagi seorang ilmuan, khususnya dalam ilmuan aksiologi tergantung dari

10
tanggung jawab dirinya, masyarakat (sosial), lingkungan, mau diapakan
ilmunya “kebaikan atau keburukan”, dan akhirnya akan
mempertanggungjawabkan kepada Tuhan.

DAFTAR PUSTAKA

Afifanida, Kajian Teori Aksiologi, http://afifanida.blogspot.co.id/2015/03/kajian-


teori-aksiologi-tugas-matakuliah.html, tanggal 7 Maret 2016

Abdulkadir (1992), Ilmu Budaya Dasar, Fajar Agung, Jakarta

Amsal Bahtiar (2009), Filsafat Ilmu, PT. Raja Grafindo Persada, Jakarta

Abu Ahmadi (1991), Ilmu Sosial Dasar, Rineka Cipta, Jakarta

Depdikbud (1990), Kamus Besar Bahasa Indonesia, Balai Pustaka, Jakarta

Hasbullah Bakry (1990), Sistematik Filsafat, Rineka Cipta, Jakarta

Jalaluddin (2010), Filsafat Pendidikan (Telaah Sejarah dan Pemikirannya), Kalam


Mulia, Jakarta

Jujun S Suriasumantri (2007), Filsafat Ilmu (Sebuah Pengantar Populer), Pustaka


Sinar Harapan, Jakarta

Wahyu MS (1986), Wawasan Ilmu Sosial Dasar, Usaha Nasional, Surabaya

Masri Elmasyar Bidin (1990), Integrasi Ilmu Agama dan Ilmu Hukum, UIN Jakarta
Press, Jakarta

Surajiyo (2007), Filsafat Ilmu dan Perkembangannya di Indonesia, Bumi Aksara,


Jakarta

Suriyanti Nasution, Aksiologi, https://suriyantinasutionumy.wordpress.com/tugas-


kuliah-2/filsafat-ilmu-aksiologi/, tanggal 7 Maret 2016

Website Kamus Besar Bahasa Indonesia, , http://kbbi.web.id/aksiologi, tanggal 7


Maret 2016

11

Anda mungkin juga menyukai