Anda di halaman 1dari 16

PANDUAN RUJUKAN

PASIEN

PEMERINTAH KABUPATEN TAMBRAUW


DINAS KESEHATAN
PUSKESMAS FEF
Jalan Inet No. 1 Kampung Fef - Distrik Fef

2019
KATA PENGANTAR

Puji dan Syukur kami Panjatkan kehadirat Tuhan yang Maha Esa sehingga penyusunan
Panduan Rujukan dapat terselesaikan.

Permenkes RI Nomor 001 tahun 2012 Pasal Ke 3 Tentang Sistem Rujukan Pelayanan
Kesehatan Perorangan menyebutkan bahwa Sistem Rujukan pelayanan kesehatan merupakan
penyelenggaraan pelayanan kesehatan yang mengatur pelimpahan tugas dan tanggung jawab
pelayanan kesehatan secara timbal balik baik vertikal maupun horizontal.

Dalam rangka meningkatkan aksesibilitas, pemerataan dan peningkatan efektifitas pelayanan


kesehatan, rujukan dilakukan ke fasilitas pelayanan kesehatan terdekat yang memiliki kemampuan
pelayanan sesuai kebutuhan pasien.
Konsultasi adalah upaya meminta bantuan profesional penanganan suatu kasus penyakit yang
sedang ditangani oleh seorang dokter kepada dokter lain yang lebih ahli. Rujukan adalah pelimpahan
wewenang dan tanggung jawab atas masalah kesehatan masyarakat dan kasus-kasus penyakit yang
dilakukan secara timbal balik secara vertikal maupun horizontal meliputi sarana, rujukan teknologi,
rujukan tenaga ahli, rujukan operasional, rujukan kasus, rujukan ilmu pengetahuan dan rujukan bahan
pemeriksaan laboratorium (permenkes 922/2008).

Panduan ini disusun bersama antara bidang Pelayanan Medik dengan beberapa instalasi
terkait dan perwakilan Pokja APK (Akses Ke Pelayanan & Kontinuitas Pelayanan) yang merupakan
bagian dari panitia Akreditasi.

Akhir kata semoga panduan ini dapat bermanfaat bagi seluruh tenaga medis dalam
memberikan pelayanan yang aman dan bermutu menuju kepuasan pasien. Kritik dan saran yang
membangun sangat kami harapkan untuk perbaikan sehingga akan menambah kesempurnaan
penyusunan panduan dimasa mendatang.

Fef, Oktober 2019

Tim Editor

Panduan Proses Rujukan Page i


DAFTAR ISI

KEBIJAKAN PEMBERLAKUAN PANDUAN RUJUKAN PASIEN


KATA PENGANTAR ............................................................................................................... i
DAFTAR ISI .............................................................................................................................. ii
BAB I: PENDAHULUAN ......................................................................................................... 1
BAB II : RUANG LINGKUP..................................................................................................... 2
BAB III : TATA LAKSANA ..................................................................................................... 5
BAB IV : DOKUMENTASI ...................................................................................................... 9

Panduan Proses Rujukan Page ii


BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Rujukan sesuai kebutuhan pasien ke sarana pelayanan lain perlu diatur dengan prosedur
yang jelas.
Konsultasi adalah upaya meminta bantuan profesional penanganan suatu kasuspenyakit
yang sedang ditangani oleh seorang dokter kepada dokter lainnyayang lebih ahli. Rujukan adalah
pelimpahan wewenang dan tanggung jawab atas masalah kesehatan masyarakat dan kasus-kasus
penyakit yang dilakukan secara timbal balik secara vertikal maupun horizontal meliputi sarana,
rujukan teknologi, rujukan tenaga ahli, rujukan operasional, rujukan kasus, rujukan ilmu
pengetahuan dan rujukan bahan pemeriksaan laboratorium (Permenkes 922/2008).
Sistem Rujukan pelayanan kesehatan merupakan penyelenggaraan pelayanan kesehatan yang
mengatur pelimpahan tugas dan tanggung jawab pelayanan kesehatan secara timbal balik baik
vertikal maupun horizontal.
Pelimpahan wewenang dalam sistem rujukan dibagi menjadi:
1. Interval referral, pelimpahan wewenang dan tanggungjawab penderita sepenuhnya kepada
dokter konsultan untuk jangka waktu tertentu, dan selama jangka waktu tersebut dokter tsb
tidak ikut menanganinya
2. Collateral referral, menyerahkan wewenang dan tanggungjawab penanganan penderita
hanya untuk satumasalah kedokteran khusus saja
3. Cross referral, menyerahkan wewenang dan tanggungjawab penanganan penderita
sepenuhnya kepada dokter lain untuk selamanya
4. Split referral, menyerahkan wewenang dan tanggungjawab penanganan penderita
sepenuhnya kepada beberapa dokter konsultan, dan selama jangka waktu pelimpahan
wewenang dan tanggungjawab tersebut dokter pemberi rujukan tidak ikut campur.
Sistem Informasi Rujukan
Informasi kegiatan rujukan pasien dibuat oleh petugas kesehatan pengirim dan dicatat
dalam surat rujukan pasien yang dikirimkan kedokter tujuan rujukan, yang berisikan antara lain :
nomor surat, tanggaldan jam pengiriman, status pasien BPJS, umum tujuan rujukan
penerima,nama dan identitas pasien, resume hasil anamnesa, pemeriksaan fisik, diagnosis,
tindakan dan obat yang telah diberikan, termasuk pemeriksaan penunjang, kemajuan pengobatan
dan keterangan tambahan yangdipandang perlu.
Informasi balasan rujukan dibuat oleh dokter yang telah menerima pasienrujukan dan
setelah selesai merawat pasien tersebut mencatat informasibalasan rujukan di surat balasan
rujukan yang dikirimkan kepada pengirimpasien rujukan, yang berisikan antara lain: nomor surat,
tanggal, status pasien BPJS, umum, tujuan rujukan penerima, nama dan identitas pasien,hasil
diagnosa setelah dirawat, kondisi pasien saat keluar dari perawatandan follow up yang dianjurkan
kepada pihak pengirim pasien.
Informasi pengiriman spesimen dibuat oleh pihak pengirim dengan mengisi Surat Rujukan
Spesimen, yang berisikan antara lain : nomor surat, tanggal, status pasien BPJS, umum, tujuan
rujukan penerima, jenis/ bahan spesimen dan nomor spesimen yang dikirim, tanggal pengambilan

[Type text] Page 1


spesimen, jenis pemeriksaan yang diminta, nama dan identitas pasien asal spesimen dan diagnos
klinis.
Informasi balasan hasil pemeriksaan bahan / spesimen yang dirujuk dibuat oleh pihak
laboratorium penerima dan segera disampaikan pada pihak pengirim dengan menggunakan format
yang berlaku di laboratorium yang bersangkutan.

B. Tujuan Pedoman
1. Terdapat prosedur rujukan yang jelas
2. Rencana rujukan dan kewajiban masing-masing dipahami oleh tenaga kesehatan dan
pasien/keluarga pasien
3. Fasilitas rujukan penerima diberi resume tertulis mengenai kondisi klinis pasien dan
tindakan yang telah dilakukan oleh puskesnmas pada saat mengirim pasien
4. Selama proses rujukan pasien secara langsung stafyang kompeten terus memonitor
kondisi pasien

C. Batasan Operasional
Rencana rujukan adalah suatu proses ren cana pemindahan pasien kefasilitas yang lebih
memadai sehubungan dengan kondisi penyakitnya.

D. Landasan Hukum
SK Kepala Puskesmas tentang layanan klinis yang berorientasi pasien

Panduan Proses Rujukan Page i


BAB II
RUANG LINGKUP

A. Kegiatan Yang Tercakup Dalam Sistem Rujukan


1. Pengiriman pasien
Pengiriman pasien rujukan harus dilaksanakan sedini mungkin untuk perawatan dan
pengobatan lebih lanjut ke sarana pelayanan yang lebih lengkap.Unit pelayanan kesehatan
yang menerima rujukan harus merujuk kembali pasien ke sarana kesehatan yang mengirim,
untuk mendapatkan pengawasan pengobatan dan perawatan termasuk rehabilitasi selanjutnya.
2. Pengiriman spesimen atau penunjang diagnostik lainnya
a. Pemeriksaan:
Bahan Spesimen atau penunjang diagnostik lainnya yang dirujuk,dikirimkan ke
laboratorium atau fasilitas penunjang diagnostic rujukan guna mendapat pemeriksaan
laboratorium atau fasilitas penunjang diagnostik yang tepat
b. Pemeriksaan Konfirmasi
Sebagian Spesimen yang telah di periksa di laboratorium Puskesmas,Rumah Sakit
atau laboratorium lainnya boleh dikonfirmasi ke laboratorium yang lebih mampu
untuk divalidasi hasil pemeriksaan pertama.

B. Jenis-jenis rujukan (menurut lingkup pelayanan)


1. Rujukan Medik adalah rujukan pelayanan yang terutama meliputi upaya penyembuhan
(kuratif) dan pemulihan (rehabilitatif). Misalnya, merujuk pasien puskesmas dengan penyakit
kronis (jantung koroner, hipertensi, diabetes mellitus) ke rumah sakit umum daerah.
a. Transfer Of Patient
Penatalaksanaan pasien dari strata pelayanan kesehatan yang kurang mampu ke strata
pelayanan kesehatan yang lebih sempurna atau sebaliknya untuk pelayanan tindak lanjut
b. Transfer Of Specimen
Pengiriman bahanbahan pemeriksaan bahan laboratorium dari strata pelayanan kesehatan
yang kurang mampu ke strata yang lebih mampu atau sebaliknya, untuk tindak lanjut.
c. Transfer Of Knowledge/ personel
Pengiriman dokter/ tenaga kesehatan yang lebih ahli dari strata pelayanan kesehatan yang
lebih mampu ke strata pelayanan kesehatan yang kurang mampu untuk bimbingan dan
diskusi atau sebaliknya, untuk mengikuti pendidikan dan pelatihan.
2. Rujukan Kesehatan adalah rujukan pelayanan yang umumnya berkaitan dengan upaya
peningkatan promosi kesehatan (promotif) dan pencegahan (preventif). Contohnya, Survey
epidemiologi dan pemberantasan penyakit atas kejadian luar biasa atau berjangkitnya
penyakit menular, pemberian pangan atas terjadinya kelaparan di suatu wilayah, pemberian
makanan, tempat tinggal dan obat-obatan untuk pengungsi atas terjadinya bencana alam.
Rujukan dapat dilakukan secara vertikal dan horizontal. Rujukan vertikal merupakan
rujukan antar pelayanan kesehatan yang berbeda tingkatan. Rujukan horizontal rujukan antar
pelayanan kesehatan dalam satu tingkatan. Rujukan vertikal dapat dilakukan dari tingkatan

[Type text] Page 1


pelayanan yang lebih rendah ke tingkatan pelayanan yang lebih tinggi atau sebaliknya. Rujukan
vertikal dari tingkatan pelayanan yang lebih tinggi ke tingkatan pelayanan yang lebih rendah
dilakukan apabila:
a. Permasalahan kesehatan pasien dapat ditangani oleh tingkatan pelayanankesehatan
yang lebih rendah sesuai dengan kompetensi dankewenangannya;
b. Kompetensi dan kewenangan pelayanan tingkat pertama atau kedualebih baik dalam
menangani pasien tersebut;
c. Pasien membutuhkan pelayanan lanjutan yang dapat ditangani olehtingkatan pelayanan
kesehatan yang lebih rendah dan untuk alas an kemudahan, efisiensi dan pelayanan
jangka panjang; dan/atau
d. Perujuk tidak dapat memberikan pelayanan kesehatan sesuai dengankebutuhan pasien
karena keterbatasan sarana, prasarana, peralatandan/atau ketenagaan.
Rujukan horizontal dilakukan apabila perujuk tidak dapat memberikan pelayanan
kesehatan sesuai dengan kebutuhan pasien karena keterbatasan fasilitas, peralatan dan/atau
ketenagaan yang sifatnya sementara atau menetap. Rujukan vertikal dari tingkatan pelayanan
yang lebih rendah ke tingkatan pelayanan yang lebih tinggi dilakukan apabila:
a. Pasien membutuhkan pelayanan kesehatan spesialistik atau subspesialistik;
b. Perujuk tidak dapat memberikan pelayanan kesehatan sesuai dengankebutuhan pasien
karena keterbatasan fasilitas, peralatan dan/atau ketenagaan.

C. Perujuk sebelum melakukan rujukan harus:


1. Melakukan pertolongan pertama dan/atau tindakan stabilisasi kondisipasien sesuai indikasi
medis serta sesuai dengan kemampuan untuktujuan keselamatan pasien selama pelaksanaan
rujukan;
2. Melakukan komunikasi dengan penerima rujukan dan memastikan bahwapenerima rujukan
dapat menerima pasien dalam hal keadaan pasiengawat darurat; danmembuat surat pengantar
rujukan untuk disampaikan kepada penerimarujukan.

D. Surat pengantar rujukan sekurang-kurangnya memuat:


a. Identitas pasien;
b. Hasil pemeriksaan (anamnesis, pemeriksaan fisik dan pemeriksaanpenunjang) yang telah
dilakukan;
c. Diagnosis kerja;
d. Terapi dan/atau tindakan yang telah diberikan;
e. Tujuan rujukan; dan
f. Nama dan tanda tangan tenaga kesehatan yang memberikan pelayanan.

E. Kewajiban Fasilitas Pelayanan Kesehatan Pengirim Rujukan:


a. Memberi penjelasan kepada pasien atau keluarganya bahwa karena alasan medis pasien harus
dirujuk, atau karena ketiadaan tempat tidur pasien harus dirujuk;
b. Melaksanakan konfirmasi dan memastikan kesiapan fasilitas pelayanan kesehatan yang dituju
sebelum merujuk;

Panduan Proses Rujukan Page i


c. Membuat surat rujukan dengan melampirkan hasil diagnosis pasien dan resume catatan
medis;
d. Mencatat pada register dan membuat laporan rujukan
e. Sebelum dikirim, keadaan umum pasien sudah distabilkan lebih dahulu dan stabilitas
pasiendipertahankan selama dalam perjalanan;
f. Pasien harus didampingi oleh tenaga kesehatan yang mengetahui keadaan umum pasien dan
mampu menjaga stabilitas pasiensampai pasien tiba di tempat rujukan;
g. Tenaga Kesehatan yang mendampingi pasien menyerahkan surat rujukan kepada pihak yang
berwenang di fasilitas pelayanan kesehatan (PPK 2 dan PPK 3) tempat rujukan.
h. Surat rujukan pertama harus dari fasilitas pelayanan kesehatan dasar (PPK 1) kecuali dalam
keadaan darurat;
i. Ketentuan-ketentuan yang ada pada BPJS tetap berlaku

F. Kewajiban Sarana Pelayanan Kesehatan Yang Menerima Rujukan :


a. Menerima surat rujukan danmembuat tanda terima pasien;
b. Mencatat kasus rujukan dan membuat laporan penerimaan rujukan
c. Membuat diagnosis dan melaksanakan tindakan medis yang diperlukan, serta melaksanakan
perawatan;
d. Melaksanakan catatan medik sesuai dengan ketentuan;
e. Memberikan informasi medis kepada sarana pelayanan pengirim rujukan;
f. Membuat surat rujukan ke sarana pelayanan kesehatan yang lebih tinggi, apabila kondisi
pasien tidak dapat diatasi, dan mengirim tembusannya kepada sarana pelayanan kesehatan
pengirim pertama;
g. Membuat rujukan balik ke PPK 2 atau PPK 1 untuk menindaklanjuti perawatan selanjutnya
yang tidak memerlukan pelayanan medis spesialistik atau subspesialistik setelah kondisi
pasien stabil.

Panduan Proses Rujukan Page ii


BAB III
TATA LAKSANA

A. Prosedur Rujukan Pasien dari Puskesmas ke RS


1. Prosedur Klinis:
a) Melakukan anamnesis, pemeriksaan fisik dan pemeriksaan penunjang medik untuk
menentukan diagnosis utama dan diagnosis banding.
b) Memberikan tindakan stabilisasi sesuai kasus berdasarkan Standar Prosedur Operasional
(SOP).
c) Memutuskan unit pelayanan tujuan rujukan dan memastikan bahwa unit pelayanan tujuan
dapat menerima pasien.
d) Untuk pasien gawat darurat harus didampingi tenaga kesehatan yang kompeten
dibidangnya dan mengetahui kondisi pasien.
e) Pasien (pada point 4) diantar dengan kendaraan ambulans dan diserah terimakan oleh
petugas, agar petugas dan kendaraan pengantar tetap menunggu sampai pasien di UGD
mendapat kepastian pelayanan, apakah akan dirujuk atau ditangani di fasilitas pelayanan
kesehatan setempat.
f) Rujukan kasus yang memerlukan standart kompetensi tertentu (sub spesialis) Pemberi
Pelayanan Kesehatan tingkat I (Puskesmas) dapat merujuk langsung ke rumah sakit
rujukan yang memiliki kompetensi tersebut.
2. Prosedur Administratif:
a) Dilakukan setelah pasien diberikan tindakan medis.
b) Membuat rekam medis pasien.
c) Menjelaskan/memberikan Informed Consernt (persetujuan/penolakan rujukan)
d) Membuat surat rujukan pasien rangkap 3, lembar pertama dikirim ke tempat rujukan
bersama pasien yang bersangkutan. Lembar kedua untuk surat rujukan balik ke
puskesmas, dan yang ke 3 untuk arsip pasien.
e) Mencatat identitas pasien pada buku register rujukan pasien.
f) Menyiapkan sarana transportasi
g) Menghubungi rumah sakit yang akan dituju dengan menggunakan sarana komunikasi dan
menjelaskan kondisi pasien.
h) Pengiriman dan penyerahan pasien disertai surat rujukan ke tempat rujukan yang dituju.
3. Pasien yang akan dirujuk harus sudah diperiksa dan layak untuk dirujuk. Adapun Kriteria
pasien yang dirujuk adalah apabila memenuhi salah satu dari :
a) Hasil pemeriksaan fisik sudah dapat dipastikan tidak mampu diatasi.
b) Hasil pemeriksaan fisik dengan pemeriksaan penunjang medis ternyata tidak mampu
diatasi.
c) Memerlukan pemeriksaan penunjang medis yang lebih lengkap, tetapi pemeriksaan harus
disertai pasien yang bersangkutan.
d) Apabila telah diobati dan di observasi ternyata memerlukan pemeriksaan, pengobatan dan
perawatan di sarana kesehatan yang lebih mampu.

Panduan Proses Rujukan Page i


4. Prosedur Standar merujuk Pasien
a) Petugas pemberi pelayanan menyatakan pasien perlu rujukan
b) Petugas pemberi pelayanan menjelaskan dan meminta persetujuan kepada keluarga pasien
untuk dirujuk.
c) Keluarga pasien setuju.
d) Petugas pemberi pelayanan membuat surat rujukan.
e) Petugas pemberi pelayanan menentukan petugas yang kompeten untuk mendampingi
pasien rujukan.
f) Petugas pemberi pelayanan mempersiapkan kesiapan pasien.
g) Petugas pemberi pelayanan yang lain segera menghubungi sopir ambulan dan
memastikan kesiapan alat dan petugas ambulan.
h) Petugas pemberi pelayanan mendampingi dan mengantarkan pasien ketempat tujuan
dengan ambulan.
i) Setelah selasai mengantarakan dan kembali ke Puskesmas, Petugas menulis laporan
kegiatan pada buku kegiatan rawat jalan.
B. Prosedur Operasional menerima rujukan balik pasien.
1. Prosedur Klinis:
a) Memperhatikan anjuran tindakan yang disampaikan oleh Rumah Sakit yang terakhir
merawat pasien tersebut.
b) Melakukan tindak lanjut atau perawatan kesehatan masyarakat dan memantau kondisi
klinis pasien sampai sembuh.
2.Prosedur Administratif:
Meneliti isi surat balasan rujukan dan mencatat informasi tersebut di buku register pasien
rujukan, kemudian menyimpannya pada rekam medis pasien yang bersangkutan dan memberi
tanda tanggal / jam telah ditindaklanjuti.
3.Prosedur Pengelolaan pasien di Ambulans
a) Pasien yang dirujuk didampingi oleh petugas kesehatan yang mampu mengawasi dan
antisipasi kegawatdaruratan.
b) Di dalam ambulan tersedia sarana prasarana life saving ( sesuai kondisi pasien ).
c) Adanya komunikasi antar petugas yang ada di ambulan dengan rumah sakit perujuk.
d) Pengoperasian mobil ambulan sesuai aturan lalu lintas, untuk pasien emergensi petugas
ambulan menyalakan lampu rotari, lampu jarak dekat dan sirene nomor 4.
e) Perkembangan dan tindakan yang diberikan terhadap pasien di dalam ambulance dicatat
dalam catatan perkembangan pasien pada lembar monitoring rujukan.

C. Prosedur sistem informasi rujukan dari Puskesmas ke Rumah Sakit:


1. Surat Rujukan
Tersedia informasi tentang kerjasama dengan fasilitas rujukan lain. Informasi kegiatan
rujukan pasien dibuat oleh petugas kesehatan pengirim dan dicatat dalam surat rujukan pasien
yang dikirimkan ke dokter tujuan rujukan, yang berisikan antara lain: no rujukan, nama
puskesmas/dokter keluarga, nama kabupaten/kota, nama pasien yang dirujuk, status jaminan
kesehatanyang dimiliki pasien baik pemerintah maupun swasta, diagnosa, tindakan dan obat

Panduan Proses Rujukan Page ii


yang telah diberikan, termasuk pemeriksaan penunjang diagnostik,kemajuan pengobatan,
nama dan tandatangan dokter/bidan yang memberikan pelayanan serta keterangan tambahan
yang dianggap perlu dan penting.
2. Balasan Rujukan
Informasi balasan rujukan dibuat oleh dokter yang telah merawat pasien rujukan tulisan
balasan rujukan harus jelas dan dapat dibaca oleh petugas kesehatan di Puskesmas. Surat
balasan rujukan yang dikirimkan kepada pengirim pasien rujukan, memuat : nomor surat,
tanggal, status jaminan kesehatan yang dimiliki, tujuan rujukan penerima, nama dan identitas
pasien, hasil diagnosa setelah dirawat, kondisi pasien saat keluar dari perawatan dan tindak
lanjut yang diperlukan. (format surat balasan rujukan terlampir).

D. Prosedur Rujukan Gawat Darurat untuk Kasus KIA


Rujukan pada kasus KIA sangatlah sensitif karena menyangkut dua nyawa, dimana pasien datang
berdua dan haruslah kembali minimal 2 orang atau lebih tidak boleh kurang. Sehingga kecepatan
rujukan sangat penting, terutama untuk kasus-kasus gawat darurat. Pada awal kehamilan tenaga
medis yang melakukan ANC baik bidan maupun dokter umum di puskesmas harus memberikan
edukasi apakah ibu termasuk dalam kategori beresiko seperti memiliki :

1. Hiperemesis Gravidarum
2. Hipertensi Dalam Kehamilan
a) Hipertensi dalam kehamilan
b) Pre-eklamsi
3. Gejala dan Penyakit lain yang memerlukan manajemen khusus
a) Sesak
b) Riwayat Diabetes Melitus
c) Memiliki Resiko HIV
d) Demam Tinggi
e) dll
4. Pertumbuhan janin terhambat (PJT) : tinggi fundus tidak sesuai usia kehamilan
5. Kelainan kehamilan (hubungan yang abnormal antara janin dan panggul)
a) Gemelli
b) Kelainan letak, posisi
c) DKP (Disproporsi Kepala Panggul)
Apabila terdapat ibu hamil dengan kasus tersebut maka wajib bagi puskesmas untuk mengedukasi
ibu agar melakukan persalinan di Rumah Sakit PONEK terdekat dari lokasi tinggal, tidak di
puskesmas, hal ini perlu dilakukan agar penanganan kegawatan dapat segera diberikan.

Namun untuk kasus – kasus gawat darurat seperti

1. Perdarahan pada kehamilan dini


a) Abortus imminen
b) Abortus inkompletus dan missed abortion

Panduan Proses Rujukan Page i


c) Mola hidatidosa
d) Kehamilan Ektopik
e) Abortus kompletus
2. Perdarahan Pada Trimester 3
3. Perdarahan Ante Partum
Abrupsio Plasenta
4. Perdarahan Post Partum
a) Atonia Uteri
b) Retensi Plasenta
c) Ruptur Perineum Derajat Iii –Iv Atau Robekan Serviks
5. Hipertensi (PEB atau Eklampsia)
6. Penyulit Pada Persalinan
a) Tali Pusat Menumbung
b) Fetal Distress
c) Distosia Bahu
d) Presentasi Majemuk
7. Penyakit Lain Yang Mengancam Keselamatan Ibu Bersalin
a) Sesak ( Asma Serangan )
b) Krisis Tiroid
c) Demam Tinggi/Ketuban Pecah8 Jam
8. Persalinan Pre-Term <37 Minggu
9. Partus Macet/Kemajuan Persalinan Tidak Normal
a) Grafik Partograf Menunjukan Persalinan Mendekati Garis Bertindak
b) Persalinan Per Vaginam melalui Induksi Atau Stimulasi
c) Persalinan Pervaginam Dengan Tindakan
Pada kasus-kasus gawat darurat tersebut puskesmas atau bidan dapat segera merujuk ke Rumah
Sakit PONEK terdekat untuk segera dilakukan tindakan, tanpa perlu menelepon, dan Rumah Sakit
PONEK wajib melakukan tindakan pada pasien itu. Pertimbangan untuk memilih Rumah Sakit
PONEK adalah

a) Jarak yang dekat


b) Kompetensi serta kelengkapan peralatan rumah sakit
c) Jaminan kesehatan yang dapat digunakan, apabila RS PONEK tujuan bekerja sama
dengan BPJS maka lebih baik

E. Prosedur Administratif rujukan KIA pada ibu yang diprediksi bermasalah:


1. Puskesmas atau bidan melaporkan daftar ibu-ibu gawat darurat ke sudinkes melalui laporan
K1-K4
2. Dinas Kesehatan menyerahkan data ibu-ibu kelompok A ke RS PONEK 24 jam untuk
persiapan pelayanan medis sesuai pedoman pelayanan klinis (PPK) atau clinical guidelines
yang dikembangkan oleh tim klinik.

Panduan Proses Rujukan Page ii


3. Dilakukan perencanaan persalinan di RS PONEK oleh tim rujukan. Pertemuan perencanaan
minimal dilakukan sebulan sekali, sekaligus sebagai monitoring.
4. Dilakukan koordinasi dengan Dokter Spesialis yang memimpin rapat-rapat teknis medik di
RS untuk menyiapkan tindakan kepada ibu-ibu yang akan masuk ke RS.
5. Pada hari yang ditentukan ibu-ibu yang bermasalah diantar sehingga ibu-ibu ini dapat sampai
di rumahsakit dan mendapat pelayanan. Dimasyarakat perlu ada tim pengantar. Tim pengantar
ini sebaiknya didanai oleh masyarakat. Bidan desa akan mengantar sampai ke rumahsakit dan
melakukan serah terima.
6. Setelah mendapat pelayanan persalinan di rumahsakit, ibu dan bayi yang selamat akan
kembali ke rumah dengan pengantaran dari rumahsakit atau dijemput kembali oleh
masyarakat.
7. Dengan demikian Ibu-ibu yang termasuk ke dalam kelompok bermasalah perlu mendapat
rujukan terencana, karena merupakan kasus yang telah diprediksi dapat menimbulkan
komplikasi apabila ditangani di fasilitas kesehatan primer atau oleh bidan.
8. Ibu-ibu yang bermasalah dapat pula bersalin dengan normal, apabila ternyata tidak terjadi
komplikasi yang telah diprediksi sebelumnya

F. Prosedur Administratif Rujukan KIA pada ibu dengan kondisi Gawat Darurat
Puskesmas/bidan menerima ibu hamil yang akan bersalin
1. Apabila ternyata ada penyulit pada persalinan, maka bidan/dokter penolong pertama harus
memutuskan secara cepat dan tepat untuk melakukan rujukan setelah dilakukan stabilisasi
2. Pasien / ibu bersalin yang telah didiagnosis memiliki komplikasi pada persalinan segera
dipersiapkan untuk dirujuk ke rumah sakit PONEK
3. Bidan menelpon atau SMS ke RS PONEK 24 jam sembari merujuk pasien

G. Prosedur Administratif:
1. Mencatat di buku register hasil pemeriksaan untuk arsip sebagai pasien dengan kondisi tetap
2. Pasien dapat dirujuk tanpa perlu datang ke puskesmas

Panduan Proses Rujukan Page i


BAB IV
IDENTIFIKASI KEBUTUHAN PASIEN SELAMA PROSES RUJUKAN DI PUSKESMAS
RAWAT INAP FEF

A. TRANSPORTASI
1. Kebijakan Umum
Setiap proses rujukan, transfer dan pemulangan pasien rawat inap atau rawat jalan harus
dipenuhi sarana transportasi pasien yang aman sesuai dengan kondisi dan kebutuhannya.
2. Kebijakan Khusus
a. Proses rujukan, transfer dan pemulangan pasien rawat inap dan rawat jalan harus
dipenuhi kebutuhan transportasi pasien.
b. Terdapat penilaian terhadap kebutuhan transportasi apabila pasien dirujuk ke pusat
layanan lain , transfer ke penyedia layanan lain, atau siap pulang dari rawat inap
maupun rawat jalan.
c. Transportasi pasien disediakan dan diatur sesuai dengan kebutuhan dan status pasien.

B. PETUGAS KOMPETEN
Demi menjamin keselamatan pasien maka:
1. Petugas pemberi pelayanan harus memenuhi syarat kompetensi
2. Melakukan komunikasi dengan tempat rujukan
3. Resume klinis dibuat dengan baik sesuai kondisi pasien

Sistem kendali mutu yang dilakukan adalah:


1. Petugas pemberi layanan klinis adalah petugas yang berkompeten
2. Mengadakan audit klinis dan tindak lanjutnya
3. Mengidentifikasi resiko pelayanan
4. Menyediakan alat peraga penyuluhan
5. Mengevaluasi pelaksanaan informed consent

C. SARANA MEDIS
Keselamatan kerja diupayakan dengan:
1. Penggunaan APD
2. Penggunaan alat yang sesuai prinsip ergonomis
3. Mengevaluasi kondisi alat dan lingtkungan kerja

[Type text] Page 1


BAB V
PENUTUP

Dokumen ini dibuat untuk kelancaran pelaksanaan rencana layanan klinis, diharapkan dengan adanya
dokumen ini dapat dibuat prosedur yang mendukung kinerja pemberi pelayanan rujukan pasien.

Panduan Proses Rujukan Page i

Anda mungkin juga menyukai