PASIEN
2019
KATA PENGANTAR
Puji dan Syukur kami Panjatkan kehadirat Tuhan yang Maha Esa sehingga penyusunan
Panduan Rujukan dapat terselesaikan.
Permenkes RI Nomor 001 tahun 2012 Pasal Ke 3 Tentang Sistem Rujukan Pelayanan
Kesehatan Perorangan menyebutkan bahwa Sistem Rujukan pelayanan kesehatan merupakan
penyelenggaraan pelayanan kesehatan yang mengatur pelimpahan tugas dan tanggung jawab
pelayanan kesehatan secara timbal balik baik vertikal maupun horizontal.
Panduan ini disusun bersama antara bidang Pelayanan Medik dengan beberapa instalasi
terkait dan perwakilan Pokja APK (Akses Ke Pelayanan & Kontinuitas Pelayanan) yang merupakan
bagian dari panitia Akreditasi.
Akhir kata semoga panduan ini dapat bermanfaat bagi seluruh tenaga medis dalam
memberikan pelayanan yang aman dan bermutu menuju kepuasan pasien. Kritik dan saran yang
membangun sangat kami harapkan untuk perbaikan sehingga akan menambah kesempurnaan
penyusunan panduan dimasa mendatang.
Tim Editor
A. Latar Belakang
Rujukan sesuai kebutuhan pasien ke sarana pelayanan lain perlu diatur dengan prosedur
yang jelas.
Konsultasi adalah upaya meminta bantuan profesional penanganan suatu kasuspenyakit
yang sedang ditangani oleh seorang dokter kepada dokter lainnyayang lebih ahli. Rujukan adalah
pelimpahan wewenang dan tanggung jawab atas masalah kesehatan masyarakat dan kasus-kasus
penyakit yang dilakukan secara timbal balik secara vertikal maupun horizontal meliputi sarana,
rujukan teknologi, rujukan tenaga ahli, rujukan operasional, rujukan kasus, rujukan ilmu
pengetahuan dan rujukan bahan pemeriksaan laboratorium (Permenkes 922/2008).
Sistem Rujukan pelayanan kesehatan merupakan penyelenggaraan pelayanan kesehatan yang
mengatur pelimpahan tugas dan tanggung jawab pelayanan kesehatan secara timbal balik baik
vertikal maupun horizontal.
Pelimpahan wewenang dalam sistem rujukan dibagi menjadi:
1. Interval referral, pelimpahan wewenang dan tanggungjawab penderita sepenuhnya kepada
dokter konsultan untuk jangka waktu tertentu, dan selama jangka waktu tersebut dokter tsb
tidak ikut menanganinya
2. Collateral referral, menyerahkan wewenang dan tanggungjawab penanganan penderita
hanya untuk satumasalah kedokteran khusus saja
3. Cross referral, menyerahkan wewenang dan tanggungjawab penanganan penderita
sepenuhnya kepada dokter lain untuk selamanya
4. Split referral, menyerahkan wewenang dan tanggungjawab penanganan penderita
sepenuhnya kepada beberapa dokter konsultan, dan selama jangka waktu pelimpahan
wewenang dan tanggungjawab tersebut dokter pemberi rujukan tidak ikut campur.
Sistem Informasi Rujukan
Informasi kegiatan rujukan pasien dibuat oleh petugas kesehatan pengirim dan dicatat
dalam surat rujukan pasien yang dikirimkan kedokter tujuan rujukan, yang berisikan antara lain :
nomor surat, tanggaldan jam pengiriman, status pasien BPJS, umum tujuan rujukan
penerima,nama dan identitas pasien, resume hasil anamnesa, pemeriksaan fisik, diagnosis,
tindakan dan obat yang telah diberikan, termasuk pemeriksaan penunjang, kemajuan pengobatan
dan keterangan tambahan yangdipandang perlu.
Informasi balasan rujukan dibuat oleh dokter yang telah menerima pasienrujukan dan
setelah selesai merawat pasien tersebut mencatat informasibalasan rujukan di surat balasan
rujukan yang dikirimkan kepada pengirimpasien rujukan, yang berisikan antara lain: nomor surat,
tanggal, status pasien BPJS, umum, tujuan rujukan penerima, nama dan identitas pasien,hasil
diagnosa setelah dirawat, kondisi pasien saat keluar dari perawatandan follow up yang dianjurkan
kepada pihak pengirim pasien.
Informasi pengiriman spesimen dibuat oleh pihak pengirim dengan mengisi Surat Rujukan
Spesimen, yang berisikan antara lain : nomor surat, tanggal, status pasien BPJS, umum, tujuan
rujukan penerima, jenis/ bahan spesimen dan nomor spesimen yang dikirim, tanggal pengambilan
B. Tujuan Pedoman
1. Terdapat prosedur rujukan yang jelas
2. Rencana rujukan dan kewajiban masing-masing dipahami oleh tenaga kesehatan dan
pasien/keluarga pasien
3. Fasilitas rujukan penerima diberi resume tertulis mengenai kondisi klinis pasien dan
tindakan yang telah dilakukan oleh puskesnmas pada saat mengirim pasien
4. Selama proses rujukan pasien secara langsung stafyang kompeten terus memonitor
kondisi pasien
C. Batasan Operasional
Rencana rujukan adalah suatu proses ren cana pemindahan pasien kefasilitas yang lebih
memadai sehubungan dengan kondisi penyakitnya.
D. Landasan Hukum
SK Kepala Puskesmas tentang layanan klinis yang berorientasi pasien
1. Hiperemesis Gravidarum
2. Hipertensi Dalam Kehamilan
a) Hipertensi dalam kehamilan
b) Pre-eklamsi
3. Gejala dan Penyakit lain yang memerlukan manajemen khusus
a) Sesak
b) Riwayat Diabetes Melitus
c) Memiliki Resiko HIV
d) Demam Tinggi
e) dll
4. Pertumbuhan janin terhambat (PJT) : tinggi fundus tidak sesuai usia kehamilan
5. Kelainan kehamilan (hubungan yang abnormal antara janin dan panggul)
a) Gemelli
b) Kelainan letak, posisi
c) DKP (Disproporsi Kepala Panggul)
Apabila terdapat ibu hamil dengan kasus tersebut maka wajib bagi puskesmas untuk mengedukasi
ibu agar melakukan persalinan di Rumah Sakit PONEK terdekat dari lokasi tinggal, tidak di
puskesmas, hal ini perlu dilakukan agar penanganan kegawatan dapat segera diberikan.
F. Prosedur Administratif Rujukan KIA pada ibu dengan kondisi Gawat Darurat
Puskesmas/bidan menerima ibu hamil yang akan bersalin
1. Apabila ternyata ada penyulit pada persalinan, maka bidan/dokter penolong pertama harus
memutuskan secara cepat dan tepat untuk melakukan rujukan setelah dilakukan stabilisasi
2. Pasien / ibu bersalin yang telah didiagnosis memiliki komplikasi pada persalinan segera
dipersiapkan untuk dirujuk ke rumah sakit PONEK
3. Bidan menelpon atau SMS ke RS PONEK 24 jam sembari merujuk pasien
G. Prosedur Administratif:
1. Mencatat di buku register hasil pemeriksaan untuk arsip sebagai pasien dengan kondisi tetap
2. Pasien dapat dirujuk tanpa perlu datang ke puskesmas
A. TRANSPORTASI
1. Kebijakan Umum
Setiap proses rujukan, transfer dan pemulangan pasien rawat inap atau rawat jalan harus
dipenuhi sarana transportasi pasien yang aman sesuai dengan kondisi dan kebutuhannya.
2. Kebijakan Khusus
a. Proses rujukan, transfer dan pemulangan pasien rawat inap dan rawat jalan harus
dipenuhi kebutuhan transportasi pasien.
b. Terdapat penilaian terhadap kebutuhan transportasi apabila pasien dirujuk ke pusat
layanan lain , transfer ke penyedia layanan lain, atau siap pulang dari rawat inap
maupun rawat jalan.
c. Transportasi pasien disediakan dan diatur sesuai dengan kebutuhan dan status pasien.
B. PETUGAS KOMPETEN
Demi menjamin keselamatan pasien maka:
1. Petugas pemberi pelayanan harus memenuhi syarat kompetensi
2. Melakukan komunikasi dengan tempat rujukan
3. Resume klinis dibuat dengan baik sesuai kondisi pasien
C. SARANA MEDIS
Keselamatan kerja diupayakan dengan:
1. Penggunaan APD
2. Penggunaan alat yang sesuai prinsip ergonomis
3. Mengevaluasi kondisi alat dan lingtkungan kerja
Dokumen ini dibuat untuk kelancaran pelaksanaan rencana layanan klinis, diharapkan dengan adanya
dokumen ini dapat dibuat prosedur yang mendukung kinerja pemberi pelayanan rujukan pasien.