Anda di halaman 1dari 21

1.

Pengertian Keseimbangan Cairan Elektrolit

Cairan tubuh adalah air yang berada didalam tubuh dan solute atau zat terlarut yang terdiri
dari elektrolit, seperti Natrium, Kalium, Kalsium, Magnesium, Karbonat, Klorida, Sulfat,
Fosfat dan Bikarbonat dan non elektrolit seperti glukosa, asam urat, kreatinin dan bilirubin.

Elektrolit adalah zat kimia yang menghasilkan partikel-partikel bermuatan listrik yang
disebut Ion jika berada dalam larutan.

Air tubuh total dalam presentase berat badan

Bayi Baru Lahir (BBL) 75%


Dewasa
Pria (20 – 40 Tahun) 60%
Wanita (20 – 40 Tahun) 50%
Usia Lanjut ( >60 Tahun) 45 – 50%

Fungsi dari kompartemen cairan adalah untu menjaga volume dan konsentrasi zat-zat agar
tetap konstan yang memunginkan dapat melakukan metabolisme didalam sel.

2. Penambahan Cairan
Pemasukan cairan dapat berasal dari :
a. Minuman : 1,25 liter atau 1.250 ml per hari.
b. Makanan : 1,0 liter atau 1000 ml per hari.
c. Proses metabolik : 0,35 liter atau 350 ml per hari.

3. Kehilangan cairan
a. Ginjal
Ginjal adalah regulator utama keseimbangan cairan dan elektrolit. Kira-kira
180 liter plasma difiltrasi oleh ginjal setiap hari. Dari volume ini kurang lebih
1500 ml urine di eksresikan setiap hari.
1) Haluaran urine normal : <1500 ml/hari.
2) Oliguri : haluaran urin <400 ml/hari.
3) Anuri : haluaran urin <100 ml/hari.
4) Poliuri : haluaran urin >1500 ml/hari.
b. Kulit
Rata-rata kehilangan cairan melalui kulit adalah 500 – 600 ml/hari.
Kehilangan ini melalui mekanisme evaporatif yang terjadi tanpa disadari oleh
individu dan kehilangan melalui telinga.
c. Paru-Paru
Kira-kira 400 ml/hari melalui paru-paru setiap hari. Jumlah ini meningkat
sesuai dengan kedalam pernapasan dan suhu.
d. Saluran Gastrointestinal
Dalam kondisi normal saluran gastrointestinal hanya memberikan kontribusi
kehilangan cairan kira-kira 100-200 ml/hari.

4. Faktor lain yang mengendalikan cairan


1) Dehidrasi berat
2) Kelebihan volume cairan
3) Hiperventilasi
4) Muntah dan diare
5) Panas atau demam

5. Perpindahan air diantara bagian-bagian cairan tubuh


1) Filtrasi
Filtrasi adalah perpindahan cairan tubuh melewati membran yang disebabkan oleh perbedaan
tekanan. Air bergerak dari tekanan hidrostatik yang lebih tinggi menju tekanan hidrostatik
yang lebih rendah. Tekanan hidrostatik adalah tekanan yang dibuat oleh berat cairan. Filtrasi
penting dalam mengatur cairan keluar dari arteri ujung kapiler.

2) Difusi
Difusi adalah perpindahan secara pasif dari elektrolit atau gas melewati membran.
Contoh difusi adalah perpindahan oksigen dari alveoli kedalam kapiler pulmoner.
3) Osmosis
Osmosis adalah perpindahan cairan melewati membran semipermiabel dari tempat
yang memiliki konsentrasi solute lebih tinggi menuju tempat yang memiliki solute
konsentrasi lebih rendah.
Tekanan osmotik adalah jumlah tekanan hidrostatik diperlukan untuk
menghentikan aliran osmotik air.
Tekanan onkotik adalah tekanan osmotik yang dihasilkan oleh koloid (protein).
Albumin, menghasilkan tekanan onkotik dan membantu menahan kandungan air
dalam ruang interstisil.
4) Transport Aktif
Perpindahan solute dari konsentrasi yang lebih rendah menuju ke konsentrasi yang
lebih tinggi dengan bantuan energi.

6. Kehilangan Cairan Tubuh


a) Urine
b) IWL (Insesible Water Loss)
c) Keringat
d) Feses

7. Faktor yang mempengaruhi keseimbangan cairan dan elektrolit


a) Usia
b) Iklim
c) Diet
d) Stress
e) Kondisi sakit
f) Tindakan medis
g) Pengobatan
h) Pembedahan

8. Gangguan Keseimbangan Cairan


a) Overhidrasi
Overhidrasi adalah suatu keadaan dimana terjadinya peningkatan volume
cairan ekstrasel khususnya intravaskuler (volume overload) melebihi
kemampuan tubuh mengeluarkan air melalui ginjal, saluran intestinal, kulit.
Gejala-gejala diantaranya :
1) Mual
2) Muntah
3) Perut terasa penuh
4) Sakit kepala
5) Pusing
6) Kedua tangan bengkak
7) Gangguan kesadaran

Penyebab : Overhidrasi bisa terjadi pada siapa saja kalau minum terlalu
banyak air. Meski demikian kondisi sekitar juga memengaruhi gangguan
keseimbangan air di dalam tubuh. Jenis kelamin, suhu udara di luar, dan
kondisi kesehatan juga memberikan pengaruh yang besar.

Beberapa orang menganggap kalau angka 6-8 gelas itu sudah tidak bisa
diubah. Namun, penyesuaian bisa terjadi dan dipengaruhi oleh faktor
sebelumnya. Yang paling penting kita harus sadar dan paham dengan apa yang
terjadi dengan tubuh sehingga paham apa saja batasannya.

Selain minum terlalu banyak, kondisi di bawah ini juga menyebabkan air di
dalam tubuh susah dibuang atau dikurangi kadarnya.

1) Penyakit hati atau liver yang cukup kronis.


2) Gangguan pada ginjal sehingga penyaringan dan pembuangan air
tidak bisa berjalan dengan maksimal.
3) Gagal jantung kongestif.
4) Beberapa jenis obat anti inflamasi non steroid.
5) Diabetes yang tidak bisa dikontrol dan kadar gula darah di dalam
tubuh cukup tinggi.
6) Obat untuk schizophrenia. Obat ini menyebabkan Anda menjadi terlalu
haus dan tidak sadar minum terlalu banyak air.
7) Obat untuk mencegah diare dan mengeluarkan banyak cairan pada
tubuh.
8) Obat antipsikotik.

Pengobatan : Pengobatan overhidrasi tergantung pada penyebabnya. Tetapi,


pada dasarnya tanpa melihat apapun penyebabnya, asupan cairan harus di
batasi. Minum sebanyak kurang 1L cairan/hari biasanya akan memperbaiki
overhidrasi dalam beberapa hari. Pembatasan cairan ini harus di bawah
pengawasan dan saran dai dokter.
Kadang di berikan diuretik untuk meningkatkan pembuangan cairan oleh
ginjal. Biasanya diuretik lebih efektif dalam mengatasi kelebihan volume
darah, sehingga paling efektif jika di berikan kepada penderita overhidrasi
yang di sertai dengan kelebihan volume darah.

b) Dehidrasi
Dehidrasi adalah suatu gangguan dalam keseimbangan cairan yang disertai
dengan output yang melebihi intaks sehingga jumlah air dalam tubuh
berkurang.
Jenis – jenis dehidrasi :
1) Dehidrasi Hipertonik
Berkurangnya cairan berupa hilangnya air lebih banyak dari natrium
(dehidrasi hipertonik). Ditandai dengan tingginya kadar natrium serum ( >
145 mmol/liter) dan peningkatan osmolalitas efektif serum ( >285
mosmol/liter).
2) Dehidrasi Isotonik
Hilangnya air dan natrium dalam jumlah yang sama. Ditandai dengan
normalnya kadar natrium serum (135-145 mmol/liter) dan osmolalitas
efektif serum (270-285 mosmol/liter).
3) Dehidrasi Hipotonik
Hilangnya natrium yang lebih banyak dari pada iar. Ditandai dengan
rendahnya kadar natrium serum (<135 mmol/liter) dan osmolalitas efektif
serum (<270 mosmol/liter).

Sedangkan penggolongan dehidrasi berdasarkan banyaknya cairan yang hilang


yaitu :

a) Dehidrasi Ringan ( <5% ) jika penurunan cairan tubuh 5 persen dari berat
badan.
b) Dehidrasi Sedang ( 5-8% ) jika penurunan cairan tubuh antara 5-10 persen
dari berat badan.
c) Dehidrasi Berat ( >8% ) jika penurunan cairan tubuh lebih dari 10 persen
daei berat badan.
Gejala-gejala :
1) Sakit kepala
2) Warna urine cenderung lebih gelap
3) Lesu
4) Mengantuk
5) Kulit kering
6) Detak jantung meningka.

Penyebab :

1) Berkeringat secara berlebihan.


2) Demam.
3) Berolahraga atau melakukan latihan yang berat.
4) Bekerja di tempat yang panas karena banyaknya keringat yang
dikeluarkan.
5) Pengidap diabetes, kadar glukosa dalam darah naik dan tidka
terkontrol.
6) Pengidap diare (gastroenteritis) dan muntah yang parah bagi anak-anak
dan bayi.
7) Pengguna alkohol yang mengonsumsi secara berlebihan.
8) Pengidap anoreksia nervosa.
9) Pengidap cystic fibrosis.
10) Mengalami luka bakar yang luas dan heat stroke (sengatan panas).

Pengobatan : Tentunya, untuk menggantikan kehilangan cairan pada tubuh,


Anda perlu minum banyak cairan, seperti air dan jus, namun hindari minuman
berkafein dan soda.

Bayi dan anak-anak kecil dengan dehidrasi tidak boleh diberi air karena dapat
mencairkan kadar elektrolit dan mineral pada tubuh yang sudah rendah.
Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) merekomendasi penggunaan cairan
rehidrasi oral yang mengandung campuran potassium, garam, dan gula untuk
mengembalikan keseimbangan cairan tubuh.

Pada kasus dehidrasi yang parah, Anda perlu segera datang ke rumah sakit
atau menghubungi dokter untuk mendapatkan pengobatan yang tepat. Hal ini
dapat meliputi pengobatan anti diare, anti muntah, dan anti demam.
9. Gangguan Keseimbangan Elektrolit
a) Hiponatremia
Pengertian
Hiponatremia adalah kondisi gangguan elektrolit ketika kadar natrium
(sodium) dalam darah lebih rendah dari batas normal. Dalam tubuh kita,
natrium memiliki sejumlah fungsi antara lain untuk mengendalikan kadar
air dalam tubuh, menjaga tekanan darah, mengatur sistem saraf dan kinerja
otot.
Gejala-gejalanya diantaranya:
1) Sakit kepala
2) Mual dan muntah
3) Lemas
4) Kram otot
5) Kejang
6) Penurunan kesadaran ( koma, bahkan kematian)

Penyebab :

Kadar natrium pada kondisi normal adalah 135 hingga 145 mEq/liter
(miliequivalen per liter). Seseorang dengan kadar natrium kurang dari 135
mEq/liter, bisa dianggap mengalami hiponatremia. Beberapa kondisi yang
diketahui dapat menyebabkan hiponatremia adalah:

1) Perubahan hormon. Kekurangan hormon adrenal dapat


memengaruhi kinerja kelenjar adrenal untuk memproduksi hormon
yang menjaga keseimbangan kadar air, natrium, dan kalium dalam
tubuh. Kadar hormon tiroid yang rendah juga dapat menyebabkan
hiponatremia.
2) Diare atau muntah parah dan kronis. Kondisi ini dapat
menyebabkan tubuh kehilangan natrium.
3) Syndrome of inappropriate anti-diuretic hormone (SIADH).
Penyakit ini menghasilkan ADH dalam jumlah besar, sehingga
membuat tubuh tidak membuang air secara normal melalui urine.
4) Air yang berlebih dalam tubuh akan melarutkan natrium, dan
membuat kadarnya menurun.
5) Penggunaan obat-obat tertentu, seperti obat diuretik, antidepresan,
serta obat pereda nyeri, dapat memengaruhi hormon atau ginjal
dalam menjaga kadar natrium.
6) Kondisi kesehatan tertentu. Gagal jantung, penyakit ginjal, dan
sirosis, dapat menyebabkan penumpukan cairan dalam tubuh dan
melarutkan natrium, sehingga kadar natrium dalam darah menjadi
rendah.
7) Penggunaan obat terlarang seperti ekstasi. Obat golongan
amfetamin ini dapat membuat seseorang mengalami hiponatremia
parah.

Pengobatan:

1. Hiponatremia dengan gejala berat.


Tatalaksana jam pertama, tanpa memandang hipona-tremia akut
ataupun kronik.
Kami merekomendasikan pemberian cepat 150 ml infus salin
hipertonik 3% atau setaranya selama 20 menit. (1D)Kami
menganjurkan pemeriksaan kadar natrium plasma setelah 20 menit
sementara mengulang pemberian 150 ml infus salin hipertonik 3% atau
10setaranya dalam 20 menit berikutnya. (2D)
Kami menyarankan untuk mengulang kedua rekomendasi terapi
diatas seba-nyak dua kali atau sampai target kenaikan kadar natrium
plasma 5 mmol/L tercapai. (2D)
Pengelolaan pasien hiponatremia dengan gejala berat dilakukan
di lingkun-gan dimana pemantauan biokimia dan klinis dapat
dilakukan dengan ketat. (Tanpa Peringkat).
Tatalaksana lanjutan jika gejala membaik setelah ke-naikan kadar
natrium plasma 5 mmol/L dalam jam pertama, tanpa memandang
hiponatremia akut ataupun kronik
Kami merekomendasikan untuk menghentikan infus salin
hipertonik. (1D)Kami merekomendasikan untuk mempertahankan jalur
intravena terbuka dengan menginfuskan sejumlah terkecil cairan salin
0,9% sampai pengo-batan spesifik terhadap penyebab dimulai. (1D)
Kami merekomendasikan untuk memulai tatalaksana diagnosis
spesifik jika ada, yang setidaknya bertujuan untuk menstabilkan kadar
natrium. (1D)
Kami merekomendasikan untuk membatasi kenaikan kadar
natrium plasma sampai total 10 mmol/L dalam 24 jam pertama dan
tambahan 8 mmol/L dalam setiap 24 jam berikutnya sampai kadar
natrium plasma mencapai 130 mmol/L. (1D)
Kami menyarankan untuk memeriksa kadar natrium plasma
setelah 6 dan 12 jam serta selanjutnya setiap hari sampai kadar natrium
plasma stabil diba-wah pengobatan. (2D)
Tatalaksana lanjutan jika tidak terjadi perbaikan gejala setelah
peningkatan kadar natrium plasma 5 mmol/L dalam jam pertama,
tanpa memandang hiponatremia akut ataupun kronik
Kami merekomendasikan untuk melanjutkan infus salin
hipertonik 3% atau setaranya yang bertujuan untuk menaikkan kadar
natrium plasma 1 mmol/L/jam. (1D)
Kami merekomendasikan untuk menghentikan infus salin
hipertonik 3% atau setaranya jika gejala membaik, kadar natrium
plasma meningkat 10 mmol/L atau kadar natrium plasma mencapai
130 mmol/L, tergantung yang mana yang lebih dulu. (1D)
Kami merekomendasikan evaluasi diagnostik tambahan untuk
mencari pe-nyebab lain dari gejala hiponatremia. (1D)Kami
menganjurkan untuk memeriksa kadar natrium plasma setiap 4 jam
selama infus salin hipertonik 3% atau setaranya dilanjutkan. (2D)
2. Hiponatremia dengan gejala cukup berat
Kami merekomendasikan untuk dilakukan evaluasi diagnostik
cepat. (1D)
Jika memungkinkan, hentikan obat-obatan dan faktor lain yang
berperan atau memperberat hiponatremia. (Tanpa peringkat)Kami
merekomendasikan tatalaksana spesifik berdasarkan penyebab. (1D)
Kami menyarankan pemberian cepat infus tunggal 150 mL salin
hipertonik 3% intravena atau setara dalam 20 menit. (2D)Kami
menganjurkan untuk mencapai kenaikan kadar natrium plasma 5
mmol/L/24 jam. (2D)
Kami menyarankan untuk membatasi kenaikan kadar natrium
plasma sampai 10 mmol/L dalam 24 jam pertama dan 8 mmol/L dalam
24 jam berikutnya, sampai tercapai kadar natrium plasma 130 mmol/L.
(2D)Kami menyarankan untuk memeriksa kadar natrium plasma
setelah 1, 6 dan 12 jam. (2D)
Kami menyarankan evaluasi diagnostik tambahan untuk
penyebab gejala yang lain jika gejala tidak membaik dengan kenaikan
kadar natrium plasma. (2D)Kami menganjurkan untuk mengelola
pasien sebagai hiponatremia dengan gejala berat jika kadar natrium
plasma semakin menurun meskipun penye-bab dasar diobati. (2D)
3. Hiponatremia akut tanpa gejala yang berat atau cukup
berat
Pastikan bahwa kadar natrium plasma diukur dengan memakai
teknik yang sama seperti yang digunakan sebelumnya dan tidak terjadi
kesalahan admi-nistratif dalam penanganan sampel. (Tanpa Peringkat)
Jika memungkinkan, hentikan cairan, obat-obatan dan faktor-faktor
lain yang dapat berperan atau memperberat hiponatremia. (Tanpa
Peringkat)Kami merekomendasikan untuk memulai evaluasi
diagnostik cepat. (1D)
Kami merekomendasikan terapi spesifik sesuai penyebab.
(1D)Jika penurunan akut kadar natrium plasma melebihi 10 mmol/L,
kami meny-arankan pemberian infus tunggal 150 mL salin hipertonik
3% atau setaranya dalam 20 menit. (2D)
Kami menyarankan untuk memeriksa kadar natrium plasma setelah 4
jam, memakai teknik yang sama seperti yang digunakan untuk
pengukuran sebelumnya. (2D)
4. Hiponatremia kronik tanpa gejala berat atau cukup berat
Tatalaksana umum
Hentikan cairan yang tidak diperlukan, obat-obatan dan faktor
lain yang dapat berperan atau memperberat hiponatremia. (Tanpa
Peringkat)Kami merekomendasikan terapi spesifik sesuai penyebab.
(1D)
Pada hiponatremia ringan, kami menganjurkan untuk tidak
memberikan terapi yang hanya bertujuan untuk menaikkan kadar
natrium plasma. (2C)
Pada hiponatremia sedang atau berat, kami merekomendasikan
untuk menghindari kenaikan kadar natrium plasma >10 mmol/L dalam
24 jam pertama dan >8 mmol/L dalam setiap 24 jam berikutnya. (1D)
Pada hiponatremia sedang atau berat, kami menyarankan untuk
memeriksa kadar natrium plasma setiap enam jam sampai kadar
natrium plasma stabil dalam pengobatan. (2D)
Dalam kasus hiponatremia yang sulit, pertimbangkan untuk
melihat kembali algoritme diagnostik dan berkonsultasi dengan ahli.
(Tanpa peringkat)
Pasien dengan kelebihan cairan ekstraselular
Kami merekomendasikan untuk tidak memberikan terapi yang
hanya bertu-juan untuk menaikkan kadar natrium plasma pada
hiponatremia ringan atau sedang. (1C)
Kami menyarankan pembatasan cairan untuk mencegah
kelebihan cairan lebih lanjut. (2D)
Kami merekomendasikan untuk tidak memberikan antagonis reseptor
vaso-presin. (1C)
Kami merekomendasikan untuk tidak memberikan
demeclocycline. (1D)
Pasien dengan sindrom sekresi hormon antidiuretik taksesuai
Pada hiponatremia sedang atau berat, kami menyarankan untuk
membatasi asupan cairan sebagai tatalaksana lini pertama. (2D)
Pada hiponatremia sedang atau berat, kami menyarankan hal-
hal berikut yang dapat setara dengan tatalaksana lini kedua: menaikkan
asupan solut dengan 0,25 – 0,50 g/kg/hari urea atau kombinasi diuretik
dosis rendah dan natrium klorida oral. (2D)
Pada hiponatremia sedang atau berat, kami merekomendasikan
untuk tidak memberikan lithium atau demeclocycline. (1D)
Pada hiponatremia sedang, kami tidak merekomendasikan
antagonis resep-tor vasopresin. (1C)
Pada hiponatremia berat, kami merekomendasikan untuk tidak
memberikan antagonis reseptor vasopresin. (1C)
Pasien dengan kekurangan cairan
Kami merekomendasikan untuk mengembalikan volume cairan
ekstraselular dengan infus intravena salin 0,9% atau cairan kristaloid
yang setara dengan kecepatan 0,5 – 1,0 mL/kg/jam. (1B)
Menatalaksana pasien dengan gangguan hemodinamik di
lingkungan dimana monitoring biokimia dan klinis dapat dilakukan
dengan ketat. (Tanpa pering-kat)Pada kasus dengan hemodinamik
terganggu, kebutuhan untuk resusitasi cairan cepat mengesampingkan
risiko untuk menaikkan kadar natrium den-gan cepat. (Tanpa
peringkat)
b) Hipernatremia
Hipernatremua adalah tingginya kadar ion natrium dalam darah.
Gelaja-gejalanya diantaranya:
1) Kehilangan nafsu makan
2) Mual
3) Lemah/lesu
4) Kebingungan

Penyebab :

1) fungsi ginjal yang abnormal.


2) Diare.
3) Muntah.
4) Demam keringat berlebihan

Pengobatan: Pengobatan terdiri dari cairan. Penanganan meliputi


mengonsumsi lebih banyak air atau cairan intravena. Pengobatan
hipernatremia bertujuan untuk mengembalikan osmolalitas plasma normal
serta mengoreksi penyebab yang mendasar. Defisit airumumnya harus
diperbaiki dalam48 jam dengan larutan hipotonik seperti 5% dextrose
dalam air.
c) Hipokalemia
Hipokalemia adalah suatu kondisi ketika kadar kalium dalam peredaran darah
seseorang lebih rendah dari pada normal yaitu dibawah 3,5 mEq/L.
Gejal-gejalanya:
1) Letih
2) Kram otot pada kaki dan tangan
3) Kram perut
4) Kesemutan
5) Bak yang sering
6) Mual dan muntah
7) Pingsan
8) Gangguan psikis seperti; Depresi dan halusinasi

Penyebab :

Hipokalemia terjadi ketika tubuh terlalu banyak mengeluarkan kalium.


Kondisi ini dapat disebabkan oleh beberapa faktor. Faktor penyebab
kekurangan kalium yang paling umum adalah:

1) Muntah-muntah
2) Diare berlebih
3) Penyakit ginjal atau gangguan pada kelenjar adrenal
4) Konsumsi obat diuretik

Meskipun jarang terjadi, kekurangan kalium juga dapat disebabkan oleh


faktor-faktor di bawah ini:

1) Kekurangan asam folat


2) Ketoasidosis diabetik
3) Rendahnya kadar magnesium dalam tubuh (hipomagnesemia)
4) Konsumsi obat asma atau antibioitik
5) Penggunaan obat pencahar dalam jangka panjang
6) Konsumsi alkohol secara berlebihan
7) Kebiasaan merokok
Beberapa sindrom juga dapat menyebabkan rendahnya kadar kalium
dalam tubuh, di antaranya Sindom Cushing, Sindrom Gitelman,
Sindrom Liddle, Sindrom Bartter, dan Sindrom Fanconi.

Pengobatan:

Pengobatan Hipokalemia (Kekurangan Kalium)

Langkah penanganan hipokalemia tergantung pada rendahnya kadar kalium,


penyebab yang mendasarinya, dan kemampuan penderita dalam mengonsumsi
cairan atau obat. Jika kondisinya cukup serius, maka penderita harus menjalani
rawat inap di rumah sakit hingga kadar kalium dalam tubuhnya kembali
normal. Berikut ini adalah beberapa tahap penanganan hipokalemia:

Mengobati penyebab hipokalemia

Setelah penyebab kekurangan kalium diketahui secara pasti, dokter akan


melakukan pengobatan terhadap penyebab tersebut. Sebagai contoh, dokter
bisa memberikan obat antidiare, seperti loperamide atau bismuth subsalicylate,
bila penyebab hipokalemia adalah diare.

Mengembalikan kadar kalium

Hipokalemia yang ringan dapat diobati dengan mengonsumsi suplemen


kalium. Namun pada hipokalemia yang berat, asupan kalium perlu diberikan
melalui infus kalium klorida. Dosis infus disesuaikan dengan kadar kalium
dalam darah dan diberikan secara perlahan untuk mencegah risiko terjadinya
gangguan jantung.

Memantau kadar kalium

Selama menjalani perawatan di rumah sakit, dokter akan memantau kadar


kalium pasien melalui tes darah atau tes urine. Tindakan ini dilakukan guna
mencegah peningkatan kadar kalium yang berlebihan (hiperkalemia), karena
kadar kalium yang tinggi juga dapat menyebabkan komplikasi serius.

Untuk menjaga kadar kalium tetap normal, penderita dianjurkan untuk


mengonsumsi makanan yang mengandung tinggi kalium, misalnya kacang-
kacangan, bayam, salmon, dan wortel. Dokter juga akan meresepkan suplemen
magnesium, karena kadar magnesium dalam tubuh dapat berkurang seiring
hilangnya kalium.

d) Hiperkalemia
Hiperkalemia adalah kondisi dimana kadar kalium pada darah lebih tinggi dari
kadar normal (3,6-5,2 mmol/Liter)
Gejala-gejalanya diantaranya:
1) Mual
2) Kelelahan
3) Kelemahan otot
4) Kesemutan

Penyebab :

Peningkatan jumlah kalium dalam darah disebabkan oleh berbagai hal, mulai
dari gangguan kesehatan hingga efek samping penggunaan obat-obatan.
Berikut ini beberapa jenis gangguan kesehatan yang dapat menyebabkan
hiperkalemia:

1) Gagal ginjal. Gagal ginjal merupakan salah satu penyebab paling


umum hiperkalemia. Ketika fungsi ginjal terganggu, ginjal tidak
mampu membuang kelebihan kalium dalam tubuh. Kondisi ini
menyebabkan jumlah kalium dalam tubuh meningkat.
2) Diabetes. Tingginya kadar gula (glukosa) dalam darah dan asidosis
menyebabkan keluarnya kalium dari sel dan masuk ke aliran darah.
Selain itu, penderita diabetes juga cenderung mengalami penurunan
fungsi ginjal dalam mengeluarkan kalium melalui urine. Hal inilah
yang menyebabkan meningkatnya jumlah kalium dalam darah
penderita diabetes.
3) Kerusakan jaringan. Rusaknya jaringan menyebabkan sel tubuh
yang rusak melepaskan kalium ke dalam aliran darah. Beberapa hal
yang menyebabkan kerusakan jaringan, antara lain:
 Tindakan operasi.
 Cedera.
 Luka bakar.
 Anemia hemolitik.
 Rhabdomyolysis, kondisi ketika sel otot mengalami kerusakan.
Biasanya disebabkan cedera otot, konsumsi minuman alkohol
yang berlebihan, atau penyalahgunaan obat.
4) Penyakit Addison. Kondisi ketika terganggunya fungsi kelenjar
adrenal dalam memproduksi berbagai hormon penting bagi tubuh,
salah satunya adalah aldosteron. Hormon aldosteron membantu
mengatur jumlah natrium dan cairan di ginjal, serta mengeluarkan
kalium melalui urine. Jika produksi hormon aldosteron berkurang,
maka berdampak pada meningkatnya jumlah kalium dalam tubuh.

Selain itu, hiperkalemia juga dapat disebabkan oleh beberapa jenis obat-
obatan, antara lain:

1) Diuretik hemat kalium.


2) Obat tekanan darah tinggi, seperti penghambat enzim pengubah
angiotensin (ACE inhibitors).
3) Obat antiflamasi nonsteroid (OAINS).
4) Obat penghambat reseptor angiotensin (ARBs).
5) Kotrimoksazol.
6) Heparin.
7) Ketokonazol.

Pengobatan: Pengobatan hiperkalemia harus dilakukan secara individual


berdasarkan penyebab hiperkalemia yang mendasari, keparahan gejala, dan
status kesehatan secara keseluruhan dari pengidapnya. Hiperkalemia ringan
biasanya diobati tanpa dirawat di rumah sakit, terutama jika orang tersebut
dinyatakan sehat, EKG normal, dan tidak ada kondisi terkait lainnya seperti
asidosis dan memburuknya fungsi ginjal.

Perawatan darurat diperlukan jika hiperkalemia parah dan telah menyebabkan


perubahan EKG. Hiperkalemia berat paling baik dirawat di rumah sakit, sering
kali di unit perawatan intensif, serta di bawah pemantauan irama jantung
secara terus-menerus. Pengobatan hiperkalemia dapat mencakup tindakan
berikut, baik salah satu cara atau kombinasi:
1. Diet rendah potasium untuk kasus ringan.
2. Hentikan pengobatan yang meningkatkan kadar kalium darah.
3. Pemberian glukosa dan insulin intravena, yang mendorong pergerakan
kalium dari ruang ekstraseluler kembali ke sel.
4. Kalsium intravena untuk sementara melindungi jantung dan otot dari efek
hiperkalemia.
5. Pemberian natrium bikarbonat untuk menetralkan asidosis dan untuk
mempromosikan pergerakan kalium dari ruang ekstraseluler kembali ke
sel.

e) Hipokalsemia
Hipokalsemia adalah rendahnya kadar kalsium didalam plasma darah.
Gejal-gejalanya:
1) Mual dan muntah
2) Nafsu makan menghilang
3) Konstipasi
4) Tubuh terasa lemah
5) Kesemutan
6) Kram otot
7) Jantung berdebar

Penyebab :

Hipokalsemia bisa disebabkan oleh kurangnya kalsium yang berpindah dari


tulang ke darah atau karena terlalu banyak kalsium yang hilang dari tubuh melalui
urine. Beberapa alasan yang bisa menyebabkan hipokalsemia adalah:

1) Hipoparatiroidisme. Merupakan kondisi di mana kadar hormon


paratiroid dalam tubuh rendah. Hal ini bisa terjadi ketika kelenjar
paratiroid mengalami kerusakan selama operasi kelenjar tiroid.
Hipoparatiroidisme menyebabkan Anda tidak bisa mengontrol kadar
kalsium dalam darah karena hormon paratiroid tidak cukup dihasilkan
tubuh. Kondisi lain yang juga berhubungan dengan hormon paratiroid
sehingga menyebabkan kadar kalsium darah rendah adalah
pseudohipoparatiroid dan DiGeorge syndrome.
2) Hipomagnesemia, di mana kadar magnesium dalam darah rendah. Hal
ini menyebabkan aktivitas hormon paratiroid menjadi berkurang.
Akibatnya, mengganggu kadar kalsium dalam darah.
3) Malnutrisi. Merupakan kondisi di mana tubuh tidak bisa menyerap
vitamin dan mineral dari makanan yang Anda makan. Hal ini bisa
disebabkan oleh penyakit, seperti penyakit celiac dan pankreatitis.
Akibatnya, walaupun Anda sudah banyak mengonsumsi makanan
sumber kalsium, tapi tubuh tidak bisa menyerap kalsium dari makanan.
4) Kadar vitamin D rendah. Hal ini bisa disebabkan karena kurang
konsumsi makanan yang mengandung vitamin D atau kurang cukup
mendapatkan vitamin D dari sinar matahari.
5) Kadar fosfat dalam darah tinggi. Hal ini bisa disebabkan oleh gagal
ginjal, penggunaan obat pencahar, dan lainnya. Kerusakan pada fungsi
ginjal juga dapat menyebabkan lebih banyak kalsium yang dikeluarkan
dari tubuh melalui urine dan membuat ginjal kurang mampu
mengaktifkan vitamin D.
6) Masalah tulang, seperti osteomalasia dan riketsia, di mana tulang
menjadi lemah dan lunak karena asupan kalsium dan vitamin D tidak
cukup. Hal ini membuat tubuh tidak bisa mengambil kalsium dari
tulang untuk meningkatkan kadar kalsium dalam darah.
7) Obat-obatan tertentu, seperti obat pengganti tiroid, rifampisin,
antikonvulsan, bifosfonat, kalsitonin, dan kortikosteroid.

Pengobatanya:

Pengobatan Hipokalemia (Kekurangan Kalium)

Langkah penanganan hipokalemia tergantung pada rendahnya kadar kalium,


penyebab yang mendasarinya, dan kemampuan penderita dalam mengonsumsi
cairan atau obat. Jika kondisinya cukup serius, maka penderita harus menjalani
rawat inap di rumah sakit hingga kadar kalium dalam tubuhnya kembali
normal. Berikut ini adalah beberapa tahap penanganan hipokalemia:

Mengobati penyebab hipokalemia


Setelah penyebab kekurangan kalium diketahui secara pasti, dokter akan
melakukan pengobatan terhadap penyebab tersebut. Sebagai contoh, dokter
bisa memberikan obat antidiare, seperti loperamide atau bismuth subsalicylate,
bila penyebab hipokalemia adalah diare.

Mengembalikan kadar kalium

Hipokalemia yang ringan dapat diobati dengan mengonsumsi suplemen


kalium. Namun pada hipokalemia yang berat, asupan kalium perlu diberikan
melalui infus kalium klorida. Dosis infus disesuaikan dengan kadar kalium
dalam darah dan diberikan secara perlahan untuk mencegah risiko terjadinya
gangguan jantung.

Memantau kadar kalium

Selama menjalani perawatan di rumah sakit, dokter akan memantau kadar


kalium pasien melalui tes darah atau tes urine. Tindakan ini dilakukan guna
mencegah peningkatan kadar kalium yang berlebihan (hiperkalemia), karena
kadar kalium yang tinggi juga dapat menyebabkan komplikasi serius.

Untuk menjaga kadar kalium tetap normal, penderita dianjurkan untuk


mengonsumsi makanan yang mengandung tinggi kalium, misalnya kacang-
kacangan, bayam, salmon, dan wortel. Dokter juga akan meresepkan suplemen
magnesium, karena kadar magnesium dalam tubuh dapat berkurang seiring
hilangnya kalium.
DAPUS

http://www.european-renal-best-
practice.org/sites/default/files/u33/short%20version%20hyponatraemia%20Indonesian%20FINAL.p
df

https://www.academia.edu/18313023/Overhidrasi

https://hellosehat.com/penyakit/dehidrasi/

https://simdos.unud.ac.id/uploads/file_penelitian_1_dir/7de4f855c9453d88152

https://doktersehat.com/overhidrasi/

https://www.halodoc.com/kesehatan/dehidrasi

https://www.alodokter.com/hiponatremia

Anda mungkin juga menyukai